• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Seni pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya merupakan kesenian khas dari kota Tasikmalaya dengan memasukan hasil keterampilan khasnya, yaitu payung dan kelom geulis. Permasalahan yang diangkat, yaitu :1) Bagaimana bentuk penyajian Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya?; 2) Bagaimana penyajian tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya?; 3) Bagaimana busana dan rias dalam seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya?. Penelitian ini menggunakan teori performance studies danmetode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatifuntuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah secara alamiah yang berkaitan dengan seni pertunjukan Angklung Badud dan menganalisis mengenai bentuk penyajian,bentuk penyajian tari sertarias dan busana dalam seni pertunjukan Angklung Badud. Dapat disimpulkan bahwa seni pertunjukan Angklung Badud berbentuk arak-arakandengan konsep diperbanyak yaitu menambah tarian serta warga yang berpartisipasi dalam kesenian ini, ketika arak-arakan berlangsung gerakan yang dibawakan tidak memiliki struktur yang pasti sedangkan ketika sudah membentuk formasi maka tariannya memiliki struktur yang pasti yaitu tari payunggeulis dan tari angklung Badud. Rias pemain laki-laki adalah rias keseharian dan busananya berwarnamerah dan biru serta iket agarunsur tradisionalnya lebih terlihat.Penari perempuan menggunakan rias corrective dan busananya berwarna kuning serta menggunakan kelom danpayunggeulis sebagai identitas bahwa kesenian ini berasal dari Tasikmalaya.

(2)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Seni pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya merupakan kesenian khas dari kota Tasikmalaya dengan memasukan hasil keterampilan khasnya, yaitu payung dan kelom geulis. Permasalahan yang diangkat, yaitu :1) Bagaimana bentuk penyajian Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya?; 2) Bagaimana penyajian tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya?; 3) Bagaimana busana dan rias dalam seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya?. Penelitian ini menggunakan teori performance studies danmetode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatifuntuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah secara alamiah yang berkaitan dengan seni pertunjukan Angklung Badud dan menganalisis mengenai bentuk penyajian,bentuk penyajian tari sertarias dan busana dalam seni pertunjukan Angklung Badud. Dapat disimpulkan bahwa seni pertunjukan Angklung Badud berbentuk arak-arakandengan konsep diperbanyak yaitu menambah tarian serta warga yang berpartisipasi dalam kesenian ini, ketika arak-arakan berlangsung gerakan yang dibawakan tidak memiliki struktur yang pasti sedangkan ketika sudah membentuk formasi maka tariannya memiliki struktur yang pasti yaitu tari payunggeulis dan tari angklung Badud. Rias pemain laki-laki adalah rias keseharian dan busananya berwarnamerah dan biru serta iket agarunsur tradisionalnya lebih terlihat.Penari perempuan menggunakan rias corrective dan busananya berwarna kuning serta menggunakan kelom danpayunggeulis sebagai identitas bahwa kesenian ini berasal dari Tasikmalaya.

(3)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Alloh swt, karena berkat petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menempuh ujian pendidikan S1 pada Jurusan Pendidikan Seni Tari, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan serta wawasan peneliti, namun peneliti terus berusaha untuk membuat karya yang lebih baik lagi.maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan peneliti agar lebih baik lagi.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Juni 2014

(4)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UCAPAN TERIMA KASIH

Sangat peneliti sadari bahwa dalam penelitian skripsi ini peneliti mengalami hambatan dan kesulitan, sehingga tidak luput dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak, sudah pada tempatnya bila pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1 Prof. Dr. Hj. T. Narawati, M. Hum selaku dosen pembimbing I dan Putri Lilis Dyani, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan petunjuk, motivasi, dukungan serta bersedia membagi waktu, tenaga dan pikirannnya untuk membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir;

2 Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si, Heni Komalasari, M.Pd dan Agus Budiman, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan bimbingannya untuk kesempurnaan skripsi ini;

3 Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si selaku ketua jurusan pendidikan seni tari;

4 Ria Sabaria, M.Pd selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti;

5 Seluruh dosen dan staf TU di jurusan pendidikan seni tari yang selalu membantu dan membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan yang sangat berarti;

6 Kedua orang tua peneliti, yaitu apa (Yaya Setia Yuana, S.Pd) dan mimih (Euis Nurhayati,S.Pd) tersayang yang selalu mendo’akan yang terbaik bagi peneliti, memberikan nasihat dan saran dikala peneliti dalam keadaan

down, memberikan motivasi dan dukungan penuh kepada peneliti tanpa

mengenal rasa lelah, selalu memberikan perhatian dan memenuhi segala kebutuhan peneliti, semoga ini adalah awal peneliti untuk dapat membahagiakan kalian;

(5)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 Keluarga besar peneliti, termasuk adik kesayangan Farid Fadhillah Ahmad

serta kakak peneliti Heri Ahmad Bazari terimakasih atas do’a dan

bantuannya;

9 Sahabat-sahabat tersayang (candrot dan wildut) yang selalu menemani, memberi saran dan dukungan dan berjuang bersama-sama menyelesaikan skripsi dan kegiatan perkuliahan lainnya dalam keadaan suka dan duka, mendapatkan sahabat seperti kalian adalah anugrah yang indah semoga ketika kita kembali ke daerah kita masing-masing hati kita akan tetap bersama, saling berkomunikasi, saling mendoakan untuk kesuksesan dan

semoga kita dapat dipertemukan lagi dikemudian hari'’

10 Teman-teman seperjuangan seni tari angkatan 2010 yang tidak bisa dituliskan satu persatu. Terimaksih atas persaudaraan yang begitu erat terjalin mulai dari KATUMBIRI hingga CITRA RESMI LABU PATI, semoga kita menjadi orang sukses dan dapat bertemu kembali;

11 Teman-teman KKN dan PPL yang telah menjadi sahabat bahkan keluarga baru yang selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini; 12 Sahabat-sahabat ketika peneliti duduk di bangku SMP dan SMA, yang

selalu memberi motivasi agar peneliti diberikan kelancaran dalam menyusun skripsi;

13 Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terimakasih

atas do’a, dukungan, motivasi serta bantuannya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini;

Semoga segala kebaikannya menjadi amal ibadah kepada Alloh swt,

amin.Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitikhususnya dan bagi yang membutuhkan umumnya.

Bandung, Juni 2014

(6)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTARISI ... v

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Penelitian ... 8

BAB IIKAJIANN PUSTAKA ... 10

A.Penelitian yang Relevan ... 10

B.Teori yang digunakan………. ... 12

C.Kesenian Tradisional……….. ... 14

D.Tari dalam Kesenian Tradisional……… ... 16

1) Pengertian Tari……….. ... 16

2) Fungsi Tari dalam Kesenian Tradisional……….. ... 17

E. Kesenian Angklung Tradisional di Jawa Barat……… ... 18

F. Struktur Gerak Tari……….. ... 19

G.Rias dan Busana……….. ... 19

1) Rias……… ... 19

2) Busana……….. ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A.Lokasi dan Subyek Penelitian………. ... 23

1) Lokasi penelitian……… ... 23

2) Subyek penelitian……….. ... 23

B.Metode Penelitian………. ... 24

C.Definisi Oprasional……….. ... 24

D.Instrumen Penelitian………. ... 25

1) Pedoman Observasi……….. ... …25

2) Pedoman Wawancara………. ... 26

3) Pedoman Dokumentasi……….. ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data………. ... …28

1) Observasi……….. ... …28

2) Wawancara………. ... 28

(7)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Dokumentasi………... ... 29

F. Pengelolaan dan Analisis Data……….. ... ..29

1) Reduksi Data……… ... 30

2) Penyajian Data………. ... 30

3) Kesimpulan……… ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian……….. ... 33

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… ... 33

2. Penyajian Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya... ... …36

3. Penyajian tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya……… ... 54

4. Rias dan busana dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya……….... ... 65

B. Pembahasan………. ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. SIMPULAN ... 81

B. SARAN ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 85

(8)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Struktur gerak tari Angklung Badud dalam

seni pertunjukan Angklung Badud……… 57 4.2 Struktur gerak tari payunggeulisdalam

seni pertunjukan Angklung Badud……….... 62 4.3 Analisis gerak tari Angklung Badud dalam

seni pertunjukan Angklung Badud……….... 75 4.4 Analisis gerak tari payung geulis dalam

(9)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

4.1 Rute arak-arakan seni pertunjukan Angklung Badud… 40

4.2 Angklung No 1……… 41

4.12 Kuda pembawa pengantin sunat………. 46

4.13 Barisan para pemain seni pertunjukan Angklung Badud……………. 49

4.14 Pawangmengatur jalannya arak-arakan……… 50

4.15 Pawangmengendalikan pemian kuda lumping yang kerasukan………..… 51

4.16 Pengantin sunat berada dibarisan paling belakang pemain seni pertunjukan angklung Badud………….. 52

4.17 Barisan penari dan pemain seni pertunjukan Angklung Badudmemasuki lapangan……… 53

4.18 Penari saat menampilkan tari payung geulis…………. 53

4.19 Penari tari Angklung Badud……….. 55

4.20 Penari tari payung geulis……… 56

4.21 Rias tari Angklung Badud dan tari payung geulis tampak depan……… 66

4.22 Rias tari Angklung Badud dan tari payung geulis tampak samping………. 66

4.23 Busana tari Angklung Badud dan tari payung geulistampak depan……… 67

4.24 Busana tari Angklung Badud dan tari payung geulis tampak samping……… 67

4.25 Busana penari kuda lumping………. 68

4.26 Busana pawang………. 69

4.27 Busana pemain angklung……….. 70

4.28 Busana pemain dog-dog……… 71

(10)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Hal

1 Dokumentasi foto………. 85

2 Surat Keputusan Judul Skripsi……….. 90

3 Surat Izin Penelitian……….. 92

(11)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia sangat kaya akan budayanya termasuk di dalamnya adalah seni pertunjukan. Menurut Brandon (1967) dalam Soedarsono (1998) mengestimasikan bahwa ”seni pertunjukan di Negara-negara Asia Tenggara, tiga-perempatnya adalah milik bangsa Indonesia”. Kesenian yang berada di Jawa Barat sangat beragam.Hampir di setiap daerah memiliki kesenian khasnya masing-masing.Pada hakikatnya seni terlahir dari kebiasaan manusia yang diolah sedemikian rupa dengan penghalusan pada berbagai hal sehingga munculah sebuah kesenian. Kesenian akan tetap terjaga sampai bertahun-tahun lamanya, hal itu terjadi jika masyarakat setempat memiliki rasa tanggung jawab dalam melestarikan kebudayaannya sendiri. Karya seni yang ada dapat diartikan sebagai hasil karya atau hasil kerja seniman untuk menciptakan sebuah karya yang indah dan dapat diakui masyarakatnya, seperti yang diungkapkan Kasmahidayat (2010 : 2) bahwa “Seni adalah keindahan yang merupakan ungkapan jiwa dan budaya manusia terhadap keindahan.”

Kebanyakan, masyarakat yang masih peduli terhadap kesenian tradisional adalah masyarakat yang berada di pedesaan.Karena mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga sangat peduli terhadap kesenian warisan leluhurnya. Namun masyarakat di perkotaan, mereka lebih memperhatikan perkembangan teknologi dunia dan lupa akan apa yang dimiliki bangsanya. Hal ini seperti yang diungkapkan Soedarsono (1998 : 1) bahwa

Adapun penyebab dari hidup dan matinya sebuah seni pertunjukan ada bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh karena perubahan yang terjadi dibidang politik, ada yang disebabkan oleh masalah ekonomi, ada yang karena perubahan selera masyarakat penikmat, dan ada pula yang karena tidak mampu bersaing dengan bentuk-bentuk pertunjukan yang lain.

(12)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tetap menjaga kesenian warisan leluhurnya, yaitu masyarakat di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.di desa ini lah lahir sebuah kesenian yang masih tetap bertahan dan memiliki banyak pecinta dan

penikmatnya, yaitu seni pertunjukan Angklung Badud.

Awal mula dari terbentuknya sebuah Angklung adalah daerah selatan Jawa Barat merupakan daerah yang bergunung-gunung dan cenderung curam sehingga tidak jarang terjadi erosi.Maka di daerah ini diperlukan pepohonan yang dapat berfungsi sebagai penahan erosi, misalnya bambu.Pohon ini memiliki akar serabut yang dapat menahan erosi.Mata pencaharian utama penduduk pada awalnya adalah berladang.Ciri utama dari masyarakat peladang ini adalah berpindah-pindah tempat mencari tempat yang lebih subur lagi. Hal ini berpengaruh terhadap cara hidup masyarakat peladang yaitu mereka tidak memerlukan bangunan yang permanen dan untuk segala kebutuhannya mereka akan memilih bahan yang ringan dan mudah di bawah. Bambu menjadi pilihan untuk banyak keperluan pada saat itu. Hal ini seperti yang diungkapkan Kasmahidayat (2012 : 215) yaitu :

Dari sekian banyak jenis musik Angklung yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah Jawa Barat yang cenderung sebagai daerah agraris, …. Masyarakat tersebut tidak hanya sekedar kegiatan rutinitas sehari-hari sebagai petani yang berhubungan langsung dengan tanaman, tetapi ada hal lain yang menurut pandangan mereka sangat penting untuk dilaksanakan, …. Yaitu tumbuhnya system kepercayaan dengan memuja dan menyanjung sang penguasa alam, yang difasilitasi dengan bentuk-bentuk upacara ritual di mana di dalamnya terdapat unsur seni termasuk musik Angklung.

(13)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

unsur musik dan tari. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Masunah dkk (2003 : 3) “maka lahirlah bentuk-bentuk upacara yang di dalamnya terdapat, antara lain, unsur tari dan musik. Ternyata, dalam masyarakat agraris ini bambu yang telah berbentuk Angklung merupakan bagian dari upacara”.

Pada zaman dulu mulanya angklung-angklung tersebut digunakan pada acara ritual yaitu upacara pertanian menghormati Dewi Sri supaya hasil panennya bagus, namun sekarang pemikiran masyarakat pun lebih maju dan modern sehingga respon masyarakat terhadap hal-hal yang berbau mistispun berkurang. Fungsinya pun kini bergeser menjadi sarana hiburan. Sehingga para masyarakat pecinta angklung pun memutar otak untuk dapat menampilkan pertunjukan angklung dengan tampilan yang lebih menarik agar masyarakat tertarik untuk mengapresiasi kembali pertunjukan angklung yaitu Angklung Badud yang lahir sejak tahum 1920-an terus melakukan inovasi agar tampilannya lebih menarik tanpa menghilangkan tradisinya (wawancara:Undang, 2013). Seperti yang diungkapkan oleh Masunah dkk (2003: 2) bahwa

Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang secara historis erat kaitannya dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat.Namun, perubahan tata kehidupan dan kepercayaan masyarakat mengakibatkan fungsi angklung pun mengalami perubahan.Di beberapa desa, angklung yang berfungsi sebagai sarana ritual padi bergeser atau bertambah fungsinya mengarah ke seni tontonan dalam aneka hajatan.

Di dalam seni upacara ritual terdapat ciri khas yang tidak ada pada seni pertunjukan dan hiburan.Ciri-ciri tersebut patut dilaksanakan untuk kelancaran upacara ritual dan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Ciri khas dari upacara ritual biasanya harus ada sesaji untuk Dewi Sri, hari baik untuk dilaksanakan upacara ritual dan lain-lain.Menurut Undang (narasumber) bahwa memang semua hari baik namun dalam seni pertunjukan angklung badudterdapat hari yang harus dihindari untuk penampilan seni pertunjukan angklung badud, yaitu hari sabtu (wawancara: Undang, 2014). Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Soedarsono (1998 : 60) bahwa

(14)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertunjukan yang terpilih yang kadang-kadang dianggap sakral; 2. Diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih yang kadang-kadangg dianggap sakral; 3. Diperlukan pemain yang terpilih, biasanya mereka yang dianggap suci atau yang telah membersihkan diri secara spiritual; 4. Diperlukan seperangkat sesaji yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macamnya; 5. Tujuan lebih dipentingkan daripada penampilan secara estetis; dan 6. Diperlukan busana yang khas.

Seni pertunjukan angklung badud adalah pertunjukan musik yang menggunakan angklung dan 4 buah dog-dog serta terdapat tarian khas angklung badud dan tari payung geulis. Saat ini, Angklung Badud menjadi sulit diterima

oleh masyarakat.Faktor yang menyebabkan sulitnya angklung badud diterima oleh masyarakat di antaranya karena persaingan ketat antara kesenian tradisional dengan kesenian yang lebih modern. Menjadi sebuah masalah apabila kehadiran kesenian tradisional menjadi jarang dalam kehidupan masyarakat karena akan menjadi hambatan dalam penyebaran bahkan penerusan kesenian tradisional selanjutnya. Berkembangnya pola pikir masyarakat yang lebih maju ke arah modern mempengaruhi keberadaan kesenian tradisional. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kesenian tradisional menjadi jarang adalah karena dana.

Soedarsono (1998 : 47) mengungkapkan bahwa ”Pertunjukan-pertunjukan ritual penyandang dana produksinya adalah masyarakat, oleh karena pertunjukan sejenis ini yang penting bukanlah bentuk ungkap artistiknya, melainkan tujuannya”. Oleh karena pada zaman dulu tujuan pertunjukan angklung adalah untuk ritual panen maka dananya ditanggung oleh seluruh masyarakat setempat. Dikarenakan kini karena fungsinya sudah bergeser menjadi hiburan maka dana yang dikeluarkan kini dari orang yang mampu membayar para pemain, dan dana yang dibutuhkannya pun tidaklah sedikit. Oleh karena itu tidak sembarang orang yang bisa mendanai pertunjukan angklung.

(15)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang sebagai generasi ketiga. Badud menurut Undang adalah 4 buah

dogdog yang digunakan pada pertunjukan angklung badud. Nada-nada yang dihasilkan oleh hentakan angklung, pukulan Dogdog, rancaknya penari, dan bergeloranya semangat penari Kuda Lumping yang bergoyang mengikuti irama musik, sungguh sangat nikmat, seolah mengajak kepada penonton dan pendengarnya untuk ikut bergerak dan ngengklak mengikuti irama yang ritmis. Seperti ungkapan Sudarsono dalam Euis, (2013 : 6) “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah”. Bentuk seni pertunjukan angklung badud adalah arak-arakan.Pertunjukannya dimulai dari sebuah tempat kemudian berjalan memutari arena yang telah ditentukan sambil memainkan alat musik dan para penari bergerak indah, tidak jarang masyarakat setempat akan ikut arak-arakan sambil ikut berjoged bersama para penari. Ketika para penari mulai menari tari angklung badud dan tari payung geulis maka mereka akan diam di tempat yang telah disediakan. Di tengah-tengah

perjalan biasanya para penari kuda lumping akan menggoda masyarakat yang menonton dengan mengejar mereka.

Dalam seni Pertunjukan Angklung Badud menampilkan tari kuda lumping dan pembawa jampana.Penari Kuda Lumping di Angklung Badud, tidak kerasukan. Di alam sadarnya justru penari Kuda Lumping, bergerak indah, mata penari kuda lumping pun dipejam sedikit (peureum hayam),

meremmelek menikmati alunan musik, sementara kaki dan tubuhnya tak

hentinya Meliuk indah, melompat lincah dan berguling cekatan, sebentar berlari, sebentar melompat, lari kecil, dan rincik. Terkadang jika diperlukan maka penari kuda lumping akan benar-benar kerasukan, namun hal tersebut akan diawasi oleh pawang agar pelaksanaan pertunjukan angklung badud tetap berlangsung tertib dan sesuai aturan. Aturan yang dimaksud

adalah alur perjalanan dan pertunjukan dari tempat awal pertunjukan angklung badud dimulai hingga akhirnya sampai di tempat yang sudah ditentukan.

(16)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Paguyuban Gentra Parhon.Ia sengaja memodifikasi pertunjukan seni Angklung Badudagar lebih bisa diterima masyarakat, seperti pada tariannya yang

menyertakan properti khas Tasikmalaya yaitu payung geulis dan kelom geulisagar

menjadi identitas seni pertunjukan Angklung Badud dari Kota Tasikmalaya. Sebenarnya pada awalnya, pertunjukan angklung badud hanya menampilkan tarian angklung badud yang diciptakan oleh Cica dan Meli (koreografer tari angklung badud) pada tahun 1997-an. Masih dalam tahun yang sama namun berbeda bulan karena permintaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tasikmalaya agar menyisipkan keterampilan khas Tasikmalaya yang lainnya maka dibuatlah tari payung geulis. Soedarsono (1998 : 52) mengatakan bahwa ”Dengan hadirnya era globalisasi, para seniman memiliki kebebasan untuk menampilkan gaya yang mereka senangi”. Selain itu yang khas pada tarian dalam seni pertunjukan Angklung Badud adalah para penari di akhir pertunjukan penari wanita paling cantik dan kecil akan menaiki jampana dan 2 orang lainnya menaiki kuda lumping, ketika pertunjukan berakhir penari menaiki kuda lumping akan turun tetapi penari yang menaiki jampana tetap duduk di jampana. Fungsi dari seni pertunjukan Angklung Badud dulunya adalah untuk upacara ritual panen sehingga waktu pertunjukannya sangat terbatas yaitu hanya pada saat panen dan pada daerah tertentu saja, namun kini fungsinya bergeser kepada sarana hiburan sehingga pertunjukannya bisa disaksikan kapanpun, dimanapun dan untuk siapapun. Saat ini, seni pertunjukan Angklung Badud ditampilkan pada acara pernikahan, sunatan, acara-acara kesenian di luar kota sampai ke acara-acara besar yang diadakan di Tasikmalaya.

Dari kenyataan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dan memutuskan untuk meneliti Tari dalam seni Pertunjukan Angklung Baduddi Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

B.Rumusan Masalah

(17)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Seni Pertunjukan Angklung Baduddi Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan pembatasan

masalah, secara khusus dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut. 1) Bagaimana bentuk penyajian Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa

Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

2) Bagaimana penyajian tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

3) Bagaimana busana dan rias dalam seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mendeskripsikan bentuk penyajian Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

2) Mendeskripsikan penyajian tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

3) Mendeskripsikan busana dan rias dalam seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

D.Manfaat Penelitian

Setelah data terhimpun melalui penelitian, maka peneliti berharap ini dapat berguna bagi :

1) Peneliti

(18)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Seniman

Untuk memacu seniman daerah setempat umumnya semua daerah agar tetap melestarikan kesenian warisan leluhur dan meningkatkan

kreativitas-kreativitasnya dalam pembuatan sebuah karya seni. 3) Pemerintah Setempat

Menambah pendokumentasian kesenian Kota Tasikmalaya serta dapat lebih menjaga dan Melindungi kelestarian kesenian daerah.

4) Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka yang ada di jurusan dan dapat dibaca bagi para mahasiswa.

5) Masyarakat

Sebagai bahan kepustakaan dan pengetahuan kesenian tradisional, serta pelestarian bagi upaya menanamkan seni bagi masyarakat. Peningkatan rasa bangga bagi masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih mencintai bentuk-bentuk kesenian daerahnya.

6) Dunia Pendidikan Seni

Kesenian Angklung Badud dapat dijadikan salah satu kompetensi dalam pembelajaran seni budaya, karena banyak nilai yang terkandung di dalamnya, yang dapat dipetik oleh peserta didik mulai dari nilai moral, pengetahuan, dan sebagainya. Keberadaan Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya

agar dapat dikategorikan ke salah satu jenis Angklung yang ada di Jawa Barat dan diakui keberadaannya oleh khalayak ramai agar keberadaanya tetap lestari.

E.Struktur Organisasi

(19)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

acuan dalam pembahasan dalam penelitian, selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi semua pihak dan yang terakhir yaitu struktur organisasi.

Pada bab II menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan dalam

penelitian, di antaranya terdapat penelitian yang relevan, teori yang dipergunakan serta membahas mengenai kesenian tradisional, tari dalam kesenian tradisiomal, kesenian angklung tradisional dari Jawa Barat, struktur gerak tari, busana dan rias. Bab III berisi tentang uraian proses penelitian yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode-metode yang sesuai untuk penelitian. Adapun uraian dari isi metode penelitian diantaranya, lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan pengelolaan data.

Bab IV merupakan penjabaran semua dari hasil penelitian dan pembahasan yang di dalamnya membahas tentang data-data hasil penelitian dan analisis hasil penelitian oleh peneliti.

Bab V berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari hasil penelitian dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian.

(20)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai tari pada kesenian angklung dalm judul “Tari dalam Kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya”, penelitian ini ditulis dalam bentuk skripsi oleh Euis Riska Sari (2013) mahasiswi jurusan pendidikan seni tari Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan mengenai tarian yang terdapat pada kesenian Angklung Landung, kesenianAngklung Landung adalah pengembangan kesenian Angklung

Buncis. Pada awalnya di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten

Tasikmalaya tercipta kesenian Angklung Buncis, namun seiring berkembangnya zaman kesenian ini mulai ditinggalkan masyarakat. Oleh sebab itu, seorang seniman dari Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya menciptakan kesenian serupa dengan Angklung Buncis, namunia memodifikasi angklung tersebut lebih besar dari pada angklung pada umumnya yang dinamakan “Angklung Landung‟. Tarian yang ada pada kesenian Angklung Landung adalah tari kuda lumping, tari kipas dan tari angklung.Kesenian ini berfungsi sebagai hiburan pada acara arak-arakan, festival, sunatan, acara pada hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaann RI 17 Agustus, acara pernikahan serta penyambutan bupati.Euis sebagai peneliti pada skripsinya menggunakan teori Performance Studies dengan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.

(21)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu pada skripsi yang disusun oleh Ninda Wastini (2011) seorang mahasiswi jurusan pendidikan seni tari di Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul “Tari Pada Kesenian Angklung Buncis Dalam Upacara Tutup Taun Ngemban Taun di Kampung Adat Cireundeu Kota Cimahi” yang menjelaskan mengenai tarian pada kesenian angklung buncis. Kesenian angklung buncis masih berbau magis hal itu dimaksudkan agar pelaksanaan kesenian angklung buncis dapat berlangsung lancar dan mendatangkan berkah bagi panen masyarakatnya.Tarian yang terdapat pada kesenian angklung buncis adalah tari pencak silat yang dibawakan oleh anak laki-laki di bawah umur. Hal ini bertujuan karena masyarakat percaya bahwa kesenian angklung buncis akan lebih sakral apabila para penarinya adalah anak laki-laki di bawah umur yang masih suci dan belum terpengaruh oleh keduniawian. Dalam gerak-gerak tarian pada kesenian angklung buncis mempunyai makna-makna tersendiri yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai prinsip hidup masyarakat.

Bila ditinjau dari tari, tempat penyajian dan waktu penyajian dari tiga penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan di atas maka terlihat sekali perbedaannya dengan tari, tempat dan waktu penyajian yang diteliti oleh peneliti dalam skripsi yang berjudul “Tari dalam Seni Pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya”. Kesenian Angklung Badud berfungsi untuk hiburan, biasanya disajikan pada acara pernikahan, sunatan, ulang tahun kota Tasikmalaya, festival serta acara-acara di luar Kota Tasikmalaya yang didalamnya menyajikan tari Angklung badud serta tari payung geulis. Jika dilihat dari bentuk angklung serta metode dan teori yang digunakannya memiliki sedikit kesamaan, namun materi yang dipaparkannya jauh

berbeda.Dari penyajian tari pada Angklung Badud disertakan properti khas Tasikmalaya yaitukelom geulis dan payung geulis sehingga menjadi daya tarik pada pertunjukan Angklung Badud.

(22)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dilihat dari tari yang akan diteliti yaitu tari dalam kesenian angklung badud yang sebelumnya belum ada yang meneliti.

B.Teori yang digunakan

Ketika kita menonton atau Melihat suatu pertunjukan maka dengan otomatis akan timbul kesan mendalam dalam jiwa kita. Dimana orang yang menonton akan bertanya-tanya mengapa pertunjukan tersebut terlihat menarik dan mengesankan. Oleh karena rasa ingin tahu itulah, maka diperlukan teori yang dapat menjawabnya.Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut diperlukan pengkajian penampilan atau disebut juga Performance Studies yang di dalamnya mengkaji semua yang ditampilkan.

Teori Performance Studies yang digunakan merupakan ringkasan dari Narawati dalam jurnal Panggung, tahun 2003. Bila diartikan menurut kata, dalam seni perform adalah mengangkat sesuatu di atas panggung dalam wujud drama, tari, dan koser musik. Menurut Schechner dalam Narawati (2003) bahwa “perform dapat dipahami bahwa “ perform is (1) being atau keberadaan; (2) doing atau melakukan; (showing doing atau memperlihatkan tentang yang dilakukan; dan (4) explaining showing doing atau menjelaskan tentang memperlihatkan yang dilakukan”. Jadi, setiap perilaku manusia, peristiwa, perbuatan atau apa saja dapat dikaji sebagai „performance’, yang dapat dianalisis dari sisi doing (melakukan), behaving (berperilaku), dan showing (mempertunjukan atau menampilkan).

Adapun pengertian Performance Studies menurut Schechner dalam Narawati (2003) dalam terjemahannya sebagai berikut.

Dengan demikian performance studies sangat terbuka. Tak ada batas di dalamnya, baik secara teoretis maupun operasional.Banyak metode serta sasaran dalam performance studies.Pendeknya, apa saja bisa dikaji sebagai sebuah performance atau „penampilan‟.

(23)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keduanya kita bisa katakan sama, tetapi sebenarnya juga berbeda. Jelasnya Performing Studies dengan Performing Art Studies memang berbeda, Pengkajian Seni Pertunjukan dalam konteks ini hanya merupakan bagian dari Performing Studies (pengkajian penampilan), karena semua perbuatan manusia yang kehadirannya di hadapan kita „ditampilkan‟ termasuk dalam wilayahnya. Dengan demikian Performing Studies bukan saja Meliputi musik, tari, drama, dan seni resitasi, tetapi juga pencak silat, akrobat, sulapan, parade, ritual, demonstrasi, bahkan juga perang, dan lain-lain.

Dalam performance studies kenyataannya harus ada fokus yang dikaji di dalam penampilan, yang menjadi khas dari perfomance studiesadalah : (1) perilaku manusia menjadi objek kajian; (2) praktik artistik merupakan bagian besar dari proyek performance studies; (3) penelitian lapangan yang berbentuk participant observation atau observasi terlibat yang dipinjam dari disiplin

antropologi sangat penting; (4) performance studies selalu berada dalam lingkungan sosial.

Setiap penampilan atau performance sudah pasti mempunyai fungsi bagi sekitarnya, adapun fungsi dari performance menurut Schechner dalam Narawati (2003) yaitu “untuk menghibur, membuat sesuatu menjadi indah, memberi atau mengubah identitas, memperkuat komunitas, menyembuhkan, mengajar, menganjurkan atau menyadarkan, berkaitan dengan yang sakral”.

Semua aktivitas manusia baik yang terstruktur atau diulang-ulang dianggap sebagai performance atau „penampilan‟, sehingga Schechner membagi performance menjadi delapan macam, yaitu : (1) dalam kehidupan sehari-hari

seperti memasak dsb; (2) dalam seni; (3) dalam olahraga; (4) dalam bisnis; (5) dalam teknologi; (6) dalam seks; (7) dalam ritual, baik sakral maupun yang sekuler; (8) dalam drama.

Teori ini digunakan sebagai analisis penampilan tari dalam seni pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.Untuk menganalisis tari dalam kesenian Angklung Badud terdapat beberapa tahapan.Adapun tahapannya sebagai berikut.

1) Awal penampilan (persiapan) 2) Penampilan

(24)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain menggunakan teori performance studies, dalam penelitian ini juga menggunakan kajian etnokoreologi untuk mengungkap dan menganalisis gerak-gerak tari payung geulis dan tari angklung badudapakah gerak-gerak-gerak-gerak tarinya

memiliki makna atau merupakan gerak murni. Seperti yang diungkapkan Narawati (2004 : 66) bahwa “pengertian istilah „etno‟ mencakup bangsa-bangsa yang setiap etnis memiliki ciri-ciri tersendiri, jadi tidak berlaku umum seperti pada istilah koreologi yang sepadan dengan musikologi”.Hal ini dirasa perlu karena setiap tari etnis memiliki ciri-ciri tersendiri dalam setiap geraknya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Masunah dan Narawati (2003 : 67) bahwa “untuk tari-tari etnis Indonesia yang memerlukan data teks yang menurut Marco de Marinis disebutnya sebagai multilapis yang Meliputi gerak, busana, tatarias, postur penari,iringan tari, dan lain-lain, yang kadang-kadang memerlukan pemahaman secara kontekstual, pendekatan etnokoreologis yang multidisiplin lebih memadai”.

Menurut Narawati (2003 : 66) bahwa “gerak-gerak pokok itu adalah gerak berpindah tempat (locomotion), gerak murni (pure movement), gerak maknawi (gesture), dan gerak penguat ekspresi (baton signal)”. Untuk mengetahui gerak dalam tari payung geulis dan tari angklung badudtermasukpada kategori gerak apa maka dimulai dari kegiatan observasi tari, kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi unsur-unsur gerak seperti gerak dan langkah. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan mengkategorikan gerak tari payung geulis dan tari angklung badudapakah termasuk gerak berpindah tempat (locomotion), gerak murni (pure

movement), gerak maknawi (gesture), dan gerak penguat ekspresi (baton signal).

C.Kesenian Tradisional

(25)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“tradere” yang memiliki makna mewariskan, dari generasi ke generasi. Karena cara seni tradisional bertahan adalah setiap generasi harus terus menjaga dan memegang erat tradisi nenek moyangnya, karena ketika seni tradisional sudah

berakar di dalam masyarakat maka seni tradisional akan dirasa menjadi milik bersama. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Caturwati (1997:160) bahwa “seni tradisi merupakan suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta dirasakan sebagai milik bersama oleh masyarakat lingkungannya”. Sudah jelas pemaparan tersebut, bahwa jika seni tradisi sudah berakar, bersumber dan dirasakan milik bersama oleh masyarakat maka masyarakat akan selalu menjaga seni tradisi tersebut dan tidak akan pernah terjadi kepunahan seni tradisi.

Di dalam seni tradisi terdapat norma dan aturan-aturan yang menetap, jika kita Melihat pertunjukan sei tradisi maka kita akan Melihat tujuan dari pertunjukan seni tersebut adalah untuk mendorong rasa kebersamaan antara warga. Sebagai contoh seni pertunjukan Angklung Badud di Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya akan dipertontonkan ketika ulang tahun kota tasikmalaya, acara pernikahan dan sunatan warga sektar, pada seni pertunjukan ini selain arak-arakan para pemain musik dan penari mengelilingi rute yang telah ditentukan maka warga sekitar yang rumahnya dilewati arak-araan akan ikut bergabung melakukan arak-arakan. Di sinilah terlihat kebersamaan warga yang menari dan bertemu satu sama lain dalam acara seni Pertunjukan angklung badud. Seni pertunjukan tradisional adalah kekayaan atau produk budaya lama yang hidup dann berkembang di dalam masyarakat dan dirasakan sebagai milik bersama.Bentuk keseniannya tumbuh dan berkembang hasil ekspresi dan situasi masyarakat setempat yang melatar belakanginya.Seperti yang

diungkapkan Caturwati (1997:162-163) bahwa “seni pertunjukan tradisional bersumber dari peristiwa-peristiwa adat yang khas dari masyarakat setempat yang kemudian membeku dan berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi di lingkungan masyarakatnya”.

(26)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menampilkan masyarakat petani yang tradisional pula.Karakter dari kesenian tradisional adalah hasil kreatifitas masyarakat setempat yang Disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Oleh karena tarian yang berkembang

lebih banyak hasil kreatifitas masyarakat maka dikenal dengan nama tari rakyat, khususnya tari-tarian pada ritual panen dan lain-lain. Tari dalam seni pertunjukan memberikan keindahan, dapat dilihat dari sebagian besar seni pertunjukan di Jawa Barat di dalamnya terdapat unsur gerak tari, contohnya seni pertunjukan Angklung Badud, Kesenian Angklung Landung, Kesenian Angklung Buncis, dan lain-lain.

D.Tari dalam Kesenian Tradisional 1) Pengertian Tari

Tari adalah bahasa tubuh manusia yang Diungkapkan lewat gerak yang indah, halus dan memiliki aturan tertentu. Gerak tercipta dari kebiasan sang pencipta tarian. Gerak merupakan ekspresi jiwa manusia, oleh sebab itu setiap manusia akan memiliki gerak yang berbeda apabila harus mengeluarkan ekspresi yang sama. Maka dari itu, tari pada setiap daerah memiliki perbedaan. Menurut Suryadiningrat dalam Rustiyanti (2012 : 192) yaitu “tari adalah gerak -gerak dari seluruh bagian tubuh yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud-maksud tertentu”.

Dalam seni pertunjukan Angklung badudterdapat tari payunggeulis dan tari angklung badudyang sengaja ditampilkan untuk memperlihatkan ciri khas Tasikmalaya. Tarian pada seni Pertunjukan Angklung badud di tampilkan dari awal hingga akhir tarian (wawancara 2 Desember 2013). Suwandono dalam Euis (2013 : 8) bahwa “Pengembangan dalam arti pengolahan berdasarkan unsur-unsur tradisi yang diberi nafas baru sesuai dengan tingkat perkembangan masa, tanpa mengurangi atau menghilangkan nilai-nilai tradisi”.

(27)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan jumlah penari menurut Sumaryono dan Suanda dalam Euis (2013 : 20) Yaitu:

1. Tari tunggal ( Solo ). Tari tunggal adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya tari Golek (Jawa Tengah)

2. Tari berpasangan ( duet/pas de duex). Tari berpasangan adalaah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan. Contohnya tari Topeng (Jawa Barat)

3. Tari kelompok( Group choreography). Tari kelompok yaitu tari yang diperagakan lebih dari dua orang. Seperti tarian yang terdapat dalam Angklung Badud merupakan jenis tari berkelompok karena dilakukan oleh banyak orang.

2) Fungsi Tari dalam Kesenian Tradisional

Tari sudah adak sejak dahulu. Tari memiliki banyak fungsi seperti fungsi ritual, hiburan dan sebagainya.Khusus untuk Angklung Badud sendiri, tariannya dahulu memang untuk ritual panen namun kini sesuai zaman fungsi itu bergeser menjadi hiburan pada acara pernikahan, sunatan dan arak-arakan di berbagai event. Menurut Sachs (1963) dalam Soedarsono (1998 : 55) bahwa ”ada 2 fungsi utama dari tari yaitu (1) untuk tujuan-tujuan magis dan (2) sebagai tontonan”. Menurut Kurath dalam Soedarsono (1998 : 55) bahwa

Ada 14 fungsi tari dalam kehidupan manusia yaitu: (1) untuk inisiasi kedewasaan; (2) percintaan; (3) persahabatan; (4) perkawinan; (5) pekerjaan; (6) pertanian; (7) perbintangan; (8) perburuan; (9) menirukan binatang; (10) menirukan perang; (11) penyembuhan; (12) kematian; (13) kerasukan; dan (14) lawakan.

Menurut Anthony dalam Soedarsono (1998 : 56) menjelaskan bahwa

(28)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau hiburan; (4) sebagai refleksi ungkapan estetis; (5) sebagai ungkapan serta pengendoran psikologis; (6) sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi.

Setelah mencermati berbagai fungsi yang telah dipaparkan oleh pakar-pakar seni pertunjukan, maka fungsi seni pertunjukan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu upacara ritual, pertunjukan dan hiburan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Soedarsono (1998 : 57) bahwa “secara garis besar seni pertunjukan memiliki 3 fungsi primer, yaitu sebagai sarana upacara, sebagai ungkapan pribadi dan sebagai persentasi estetis”. Selain fungsi primer dalam seni pertunjukan pun terdapat fungsi sekunder. Menurut Soedarsono dalan Caturwati (1997 : 36) bahwa “adapun fungsi sekunder apabila seni pertunjukan bertujuan bukan untuk dinikmati, tetapi untuk kepentingan yang lain”. Kepentingan lain disini maksudnya antara lain seperti mata pencaharian, media komunikasi, interaksi dan lain-lain, seperti yang diungkapkan Caturwati (1997 : 37) bahwa “ini berarti fungsi pertunjukan mejadi multifungsi, tergantung perkembangan masyarakat pendukungnya”. Multifungsi itu antara lain sebagai pengikat kebersamaan, media komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis dan mata pencaharian”.

E.Kesenian Angklung Tradisional di Jawa Barat

Angklung merupakan sebuah alat musik yang terbuat dari bambu yang dapat menghasilkan suara yang indah.Pengertian Angklung menurut Masunah dalam Euis, (2013 : 1-2) “Angklung adalah alat yang dibuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digetarkan, digoyangkan dan ditengkep”. Pengertian lain dikemukakan oleh kasmahidayat (2012 :214) “….Bahkan ada yang mengklaim Angklung berasal dari bahasa bali yaitu „angka‟ dan „paru-paru‟ yang berarti nada lengkap”.

Angklung Badud merupakan sebuah kesenian tradisional yang tidak hanya dimainkan oleh satu orang pemain saja, melainkan Melibatkan banyak pemain Angklung, pemain musik yang lainnya, dan penari. Kasmahidayat mengatakan:

(29)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diutarakan langsung tetapi lebih pada kesan dan pesan yang disajikan (2012:222).

Menurut Masunah dkk (2003 : 5) bahwa “Badudsecara historismasih berkaitan dengan fungsi ritual, yaitu upacara pertanian untuk menghormati Dewi Sri”. Namun kini fungsi Angklung badudmenjadi hiburan dalam upacara adat

pernikahan, sunatan bahkan acara-acara besar yang dilakukan kota Tasikmalaya dan luar kota.

F. Struktur Gerak Tari

Soedarsono dalam AMelia (2012 : 11) menyebutkan bahwa

Istilah koreografi berasal dari bahasa Yunani choreia yang berarti tari masal dan kata grapho yang berarti catatan.Jadi apabila hanya diartikan berdasarkan makna kata-katanya saja, koreografi berarti catatan tentang tari. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya arti koreografi berubah menjadi garapan tari atau dance composition.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan narasumber yaitu Undang (Januari 2014) bahwa garapan tari pada angklung badud termasuk kreasi baru yang diikuti oleh banyak penari dan lebih dari satu tarian.Karena Angklung

badudmerupakan seni arak-arakan, yaitu kesenian yang para pemainnya berjalan

cukup jauh.sehingga para penari menari di tempat sambil berjalan. Namun ada kalanya ketika arak-arakan ini disaksikan oleh para petinggi pemerintah maka para penari akan berdiri di depan para petinggi pemerintah dan melakukan tarian dengan desain lantai yang beragam.

G.Rias dan Busana 1) Rias

Dalam sebuah pertunjukan, para pelaku pertunjukan diharuskan mengenakan riasan yang sesuai dengan karakter yang dimainkannya. Hal ini menunjang tokoh yang dibawakan pelaku pertunjukan agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Rosala (1999:139) mengatakan bahwa

(30)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

usaha untuk mewujudkan dan memperkuat penampilan watak dari pesan secara visual.

Pesan secara visual yang terlihat oleh penonton akan membuat kesan

pelaku pertunjukan terlihat seperti tokoh yang diinginkan, karena biasanya tokoh yang diinginkan jauh berbeda dengan karakter pelaku pertunjukan yang sebenarnya, sehingga riasan (memakai kosmetik) wajib hukumnya dikenakan oleh pelaku pertunjukan. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapan oleh Haryawan dalam Rosala (1999:139) bahwa “tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah dari suatu peran. Pengertian lain tata rias adalah merawat, mengatur, menghias, dan mempercantik diri”.

Menurut Caturwati dan Sujatmi dalam Rosala (1999:139) bahwa “Fungsi tata rias adalah membantu mempertebal, mempertajam, dan memperjelas garis-garis muka atau bahkan sebaliknya, mempertipis atau memperluas garis-garis-garis-garis muka yang ditutupi atau dihilangkan”. Dengan mempertebal, mempertajam, dan memperjelas garis-garis muka atau bahkan sebaliknya maka pesan yang ingin disampaikan dari karakter pelaku pertunjukan dapat sampai dengan jelas ke mata penonton.Bukan hanya kaum hawa saja yang dapat menggunakan riasan wajah, tetapi kaum adampun perlu menggunakan riasan wajah agar tokoh yang diharapkan dapat terlihat.

Menurut Caturwati (1998 :40-41) bahwa karakter dalam tata rias Pertunjukan pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Straight Make Up, yaitu tata rias yang tidak merubah bentuk muka serta hal-hal khusus.

2. Prosthetic Make up, yaitu tat arias untuk meniru karakter-karakter lain.

Tetapi menurut Rosala (1999:165) bahwa secara garis besar, tata rias dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Tata rias sehari-hari, yang dibagi lagi menjadi tata rias pagi siang dan malam.

2. Tata rias khusus yang Meliputi tatarias adat dan pesta.

(31)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika peneliti amati, para penari wanita dalam seni Pertunjukan Angklung Badud termasuk pada kategori tata rias sehari-hari. Karena mereka tidak

menjadi karakter lain melainkan hanya mempertegas, mempertebal,

menyamarkan bagian wajah tertentu agar lebih terlihat indah, atau dalam bahasa lain disebut make up corrective. hal ini penting dilakukan karena seni pertunjukan angklung badud kini berfungsi sebagai persentasi estetis, sehingga sudah barang tentu para pelaku pertunjukan harus mempunyai nilai estetis, baik dari rias maupun busana yang dikenakannya.

2) Busana

Dalam seni pertunjukan, selain tarian terdapat hal penting lain yang tidak dapat kita abaikan, salah satunya adalah busana. Menurut Rustiyanti (2012 : 198) bahwa

Penggunaan kostum dalam tari tidak hanya sekedar sebagai penutup aurat saja, tetapi juga sebagai keindahan.…… dalam mewujudkan ekspresi, kostum tari mampu memberikan karakter pada suatu tarian.Warna merah, biru hitam dan kuning sedikit banyak mempunyai pengaruh dri situasi tari.

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan Rosala (1999:169) bahwa

Bagi penari, busana atau kostum merupakan benda yang sudah tidak asing lagi dan dapat menunjang penampilan, meningkatkan atau menyamarkan keserasiann badan, serta memberikan tekanan dan kontras pada komponen-komponen gerak.

Busana sangat berperan penting dalam menunjang penari pada suatu pertunjukan, karena busana dapat menampilakn kesan yang ingin disampaikan pada suatu pertunjukan.Rosala (1999:170) mengungkapkan bahwa berdasarkan kedudukannya, busana dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:

a. Busana sehari-hari, digunakan sebagai pelengkap hidup bermasyarakat dan menambah keindahan, misalnya busana rumah, sekolah dan kerja.

(32)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Busana pertunjukan, digunakan pada waktu pentas, misalnya busana drama, tari dan pertunjukan lainnya.”

Setelah mencermati ungkapan Rosala di atas, peneliti dapat

menyimpulakan bahwa penari dan pemain pada kesenian Angklung Badudmenggunakan busana pertunjukan karena hanya digunakan pada saat

pertunjukan berlangsung saja.

Kemudian lebih lanjut, Rosala (1999:174) juga mengungkapkan bahwa secara garis besar, busana tari dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu tradisional dan modern.

a. Busana tradisional

Tradisional artinya sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu

berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang sudah berlangsung turun temurun. Dengan demikian, busana tradisional adalah busana yang terkait dengan adat kebiasaan tersebut.

Secara garis besar, busana tradisional dibagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu busana tari rakyat dan klasik.Busana tari rakyat adalah busana yang biasa digunakan pada rumpun tari rakyat (Sunda) yang sifatnya sederhana, seperti ketuk tilu, dogdog logor, longser, dan topeng banjet.

Pada tarian tersebut, pakaian yang dikenakan penari pria umumnya terdiri dari baju kampret, celana sontog atau komprang, kain sarung dan iket, sedangkan penari wanita memakai kebay, kain batik, atau kebat soder, atau kain panjang yang dikenalan melalui tengkuk, serta tata rias rambutnya memakai sanggul.

b. Busana modern

Busana modern adalah busana yang sudah dikreasikan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memenuhi keinginan yang diharapkan.

(33)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(34)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subyek Penelitian 1) Lokasi Penelitian

Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya adalah lokasi yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian tentang penyajian seni Pertunjukan Angklung Badud, penyajian tari dalam seni pertunjukan Angklung Badud, struktur gerak tari dalam seni Pertunjukan Angklung Badudserta

busana dan rias dalam seni Pertunjukan Angklung Badud. Peneliti memilih Desa Parakan Honje Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya karena di sinilah tempat tercipta dan berkembangnya seni Pertunjukan Angklung Badud.Selain itu peneliti juga mengambil lokasi jalan Ir. Hj Djuanda tempat beradanya Dinas Pariwisata budaya dan Pariwisata Kota Tasikmalaya untuk memperoleh data tentang keberadaan seni Pertunjukan Angklung Badud di Kota Tasikmalaya.

2) Subyek Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka subyek penelitian yang peneliti pilih adalah seni Pertunjukan Angklung Badud terutama tariannya. Peneliti memilih seni pertunjukan Angklung Badud karena Angklung Badud merupakan salah satu dari 3 kesenian yang berada di Kota Tasikmalaya yang sedang diajukan pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tasikmalaya untuk diangkat menjadi kesenian khas yang memiliki kualitas baik. Selain itu, Angklung Badud memiliki ciri khas dari bunyi yang

dikeluarkannya, sehingga dari kejauhan pun masyarakat sekitar mengetahui bahwa itu adalah suara dari Angklung Badud.Selain itu hal yang menarik lainnya adalah terdapat tarian payung geulis yang menggunakan properti payung geulis serta tari angklung badudyang menggunakan kelom geulis.Sehingga tidak salah jika Angklung Badud selalu diikut-sertakan dalam

(35)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angklung Badud, peneliti ingin ikut melestarikan kebudayaan khas Kota Tasikmalaya khususnya dan ingin lebih memperkenalkan kepada masyarakat luas pada umumnya.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian terhadap seni Pertunjukan Angklung Badud adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.Metode diperlukan dalam suatu penelitian dengan tujuan untuk pengarahan penelitian dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu mengetahui bentuk penyajian seni pertunjukan angklung badud, tari dalam penyajianseni pertunjukan angklung badud sertamengetahui bagaimana rias dan busana dalam seni pertunjukan angklung badud. Dengan metode deskriptif analisis, peneliti akan mendapatkan gambaran mengenai penelitian yang dilakukannya, mengetahui sebab akibat terjadinya berbagai hal dalam data hasil penelitian seperti sejak kapan tarian masuk ke dalam seni pertunjukan angklung badud, apa fungsi tari dalam seni pertunjukan angklung badud.dan lain-lain, lalu masalah yang muncul dari hasil penelitian seperti aturan dalam tahapan penyajian seni pertunjukan angklung badud. Dan lain-lain hingga masalah yang sekarang terjadi pada saat penelitian di lapangan.Peneliti dapat menyusun hasil penelitiannya dan memberikan kesimpuan akhir.

C.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran dari istilah yang ditulis dengan judul

penelitian, maka peneliti akan mengemukakan batasan istilah sebagai berikut : Tari adalah gerak ritmis dan indah dari seluruh bagian tubuh yang telah diperhalus dan disusun selaras dengan iringan musik.Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang Melibatkan aksi individu atau

(36)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Badudmerupakan kesenian tradisional dari Kota Tasikmalaya yang bebentuk

arak-arakan dan dipadupadankan dengan tarian yang menggunakan properti khas

dari Tasikmalaya.Tarian disini bukan hanya sebagai pelengkap tetapi memiliki

peran yang sangat penting.Sehingga di setiap arak-arakannya tarian sudah menjadi satu paket dengan Angklung Badud.

Peneliti hanya mengemukakan tentang tari dalam seni pertnjukkan Angklung Badud.

D.Instrument Penelitian

Instrument adalah alat, alat yang dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian guna mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada. Menurut Satori dan Komariah (2010:61) bahwa

Instrument dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti.Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya key instrument.

Hal tersebut terjadi dikarenakan pada penelitian kualitatif fokus permasalahan, hipotesis dan lain-lainnya belum jelas.Sehingga peneliti merupakan alat satu-satunya yang dapat mencapainya.Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pada penelitian kualitatif permasalahannya belum jelas, sehingga peneliti harus mengumpulkan data dan mencari tau kebenaran dari permasalahan di lapangan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya:

1) Pedoman Observasi

(37)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dirahasiakan. Kemudian observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi hal ini terjadi jika peneliti tidak tahu pasti tentang apa yang akan diamati. Kegiatan observasi

dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada narasumber utama yang memahami seni pertunjukan Angklung Badud, yaitu Undang sebagai pemimpin Paguyuban Gentra Parhon yang menaungi seni pertunjukan Angklung Badud dan Cica sebagai koreografer, serta narasumber pendukung yaitu bapak Andri dan ibu Elis selaku karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Tasikmalaya yang pasti mengetahui mengenai seni pertunjukan Angklung Badud. Peneliti melakukan observasi kepada para narasumber pada saat seni pertunjukan Angklung Badud berlangsung (saat seni pertunjukan Angklung Badud tampil) serta saat para narasumber memiliki waktu untuk dilakukannya wawancara, selain itu proses observasi dilakukan di tempat yang berbeda-beda, terkadang di Paguyuban Gentra Parhon, rumah narasumber serta di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Tasikmalaya. Peneliti bertanya kepada narasumber mengenai bentuk penyajian seni pertunjukan Angklung Badud beserta tariannya, lengkap dengan struktur gerak, busana dan riasnya. Oleh karena narasumber yang dipilih adalah orang-orang yang sangat mengenl dan memahami seni pertunjukan Angklung Badud maka proses observasi yang dilakukan peneliti pun tidak mengalami hambatan yang berarti.

2). Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan peneliti diantaranya :

1) Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara tatap muka. Dalam cara ini peneliti langsung bertatap muka dengan pihak yang di wawancara seperti menemui pemimpin paguyuban gentra parhon, koreografer tari dalam seni pertunjukan angklung badud, dan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tasikmalaya.

(38)

Sinta Setiawati, 2014

TARI DALAM SENI PERTUNJUKAN ANGKLUNG BADUD DI DESA PARAKAN HONJE KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui telepon, sms dan sebagainya kepada pemimpin paguyuban gentra parhon, koreografer tari dalam seni pertunjukan angklung badud, dan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tasikmalaya jika

membutuhkan informasi namun keadaan tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung maka dilakukanlah wawancara tidak langsung. 3) Wawancara berstandar adalah wawancara yang direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dulu. Agar semua rumusan masalah dapat terjawab maka peneliti membuat daftar pertanyaan agar wawancara lebih terfokus pada permasalahan yang dibahas oleh peneliti yaitu seputar bentuk penyajian sen pertunjukan angklung badud, penyajian tari dalam seni pertunjukan angklung badud, serta busana dan rias dalam seni pertunjukan angklung badud.

4) Wawancara tidak berstandar adalah wawancara yang tidak direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dulu. Di sini, peneliti mencoba bertanya hal-hal lain di luar daftar pertanyaan namun masih berkaitan dengan seni pertunjukan angklung badud, hal ini dikarenakan pada saat wawancara peneliti merasa ada hal-hal yang masih dipertanyakan namun tidak ada dalam daftar pertanyaan yang telah dibuat.

3). Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi ini berupa foto dan video, yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan wawancara dengan narasumber dan pada saat

penelitian.Hal ini dirasa penting oleh peneliti, karena jika peneliti hanya mencatat hasil penelitian terkadang tidak semua dicatat, sehingga agar terindar dari hal tersebut maka peneliti mengambil foto dan video.

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Pertanggungan manfaat meninggal dunia akibat kecelakaan ini tidak berlaku jika Tertanggung mencapai usia 70 tahun saat Tanggal Polis Mulai Berlaku atau tanggal pemulihan

Upaya menumbuhkan kesadaran muslim untuk membayar zakat sangat penting dan perlu ditempuh melalui berbagai cara diantaranya: memberikan pemahaman, membuat terobosan

[r]

Gambaran yang didapatkan penulis secara keseluruhan, bahwa dari indikator empati dalam pelayanan SIUP dapat dikatakan dalam posisi memuaskan atau sudah sesuai

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini antara lain (Utami 2013) dalam penelitan yang berjudul Pengaruh Struktur Corporate governance, Size, Profitabilitas Perusahaan

Alat yang digunakan dalam pembunuhan disengaja seperti senjata tajam (pisau, celurit, dan senjata tajam lainnya), dan alat yang dapat membinasakan seperti pistol,

Lebih jauh, dalam metodologi pen dekatannya yang sangat berhati-hati, dia menuntut agar orang yang mengaku menerima (ayat) al-Qur’an langsung dari lisan Nabi juga memberi

Ungkapan ini sudah digunakan oleh Paulus dalam 2Kor 3,14-15 untuk menyebut kitab Musa sebagai kitab yang “hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” dalam