128 BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian mengenai novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta
Penuh Darah dan legenda “Gunung Kemukus” serta implementasinya dalam
pembelajaran sastra di SMK telah selesai dilakukan. Hasil dari penelitian disimpulkan dalam uraian berikut ini.
Novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah memiliki struktur yang padu dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Satu unsur dengan unsur yang lain dalam struktur novel ini saling mendukung sehingga membentuk makna yang dapat dianalisis secara keseluruhan. Strukur yang membangun novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah antara lain tema, tokoh dan penokohan, alur, dan latar.
Tema dalam novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh
Darah adalah realita perjuangan kehidupan dan sepak terjang Ken Arok, sebagai
pendiri Kerajaan Singasari. Kisah yang diwarnai dengan suasana penuh intrik dan konflik, romantisme cinta, siasat licik, api dendam permusuhan, pertumpahan darah. Dimulai dari kisah kelahirannya sebagai bayi buangan, lalu menapaki masa remaja sebagai anak angkat sebuah keluarga pencuri, kemudian masa dewasa sebagai pemimpin komplotan bromocorah yang paling ditakuti di Tumapel.
Tokoh yang terdapat dalam novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik
Cinta Penuh Darah antara lain Ken Arok sebagai tokoh utama, Akuwu Tunggul
Ametung, Kebo Ijo, Empu Gandring, Begawan Loh Gawe, Ken Endok, Raden Anusapati, Panji Tohjaya, Raden Ranggawuni, Mahisa Campaka, Raden Kertanegara, dan Ken Dedes sebagai tokoh yang menjadi dambaan hati Ken Arok. Masing-masing tokoh tersebut memiliki peran yang mendukung cerita secara keseluruhan.
Alur yang menjadi rangkaian cerita dalam novel Ken Arok Ken Dedes:
Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah adalah alur maju atau progresif. Novel Ken
latar, yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu dimulai sejak tokoh utama menjadi bayi buangan di Kawasan Tumapel hingga berhasil menjadi pengawal pribadinya Akuwu Tunggul Ametung. Berbagai cara terjadi dalam novel Ken Arok
Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah, hingga sampai pada saat Ken
Arok menjadi raja di Kerajaan Singasari, dan menikah dengan pujaan hatinya sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya. Hal tersebut berlangsung selama dua puluh lima tahun. Latar tempat novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta
Penuh Darah yang paling dominan yaitu di Kerajaan Tumapel dan Kerajaan
Singasari, keduanya masuk dalam lingkup wilayah Tumapel. Akan tetapi, ada beberapa bagian dari peristiwa yang terjadi di kahyangan, di hutan, di taman Baboji, padepokan mahaguru dan di rumah Empu Gandring. Latar sosial yang dominan pada novel ini adalah masyarakat penganut ajaran Hindu-Buddha yang berada di kawasan kerajaan di Tumapel.
Tema dalam legenda “Gunung Kemukus” adalah kisah perjuangan seorang pangeran dari Kerajaan Demak Bintoro, yang melakukan perjalanan jauh untuk mempersatukan saudara-saudaranya yang tercerai-berai. Pangeran ini memiliki niat baik mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Pangeran ini bernama Pangeran Jadug atau dikenal dengan nama Pangeran Samoedra.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam novel dan legenda ini memiliki keterkaitan dan kepaduan. Keempat unsur yang terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, serta latar memiliki kesinambungan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk sebuah keutuhan makna yang dapat ditangkap oleh pembaca. Hal tersebut membuat rangkaian peristiwa dalam novel Ken Arok Ken Dedes:
Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda “Gunung Kemukus” lebih
indah dan menarik. Kepaduan itu tampak dari tema yang menjadi ide awal dalam membangun cerita. Tema tersebut kemudian dijabarkan lebih spesifik melalui karakter yang dimiliki setiap tokoh. Perilaku dan kejadian yang dialami masing-masing tokoh sejak awal hingga akhir menyebabkan adanya alur yang memudahkan pembaca memahami cerita. Peristiwa yang dialami tokoh didukung dengan adanya beberapa latar yang baik. Latar tersebut disesuaikan dengan keberadaan tema yang menjadi ide pokok cerita. Keutuhan makna dalam novel Ken Arok Ken Dedes:
Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda “Gunung Kemukus” diperoleh
dari keterkaitan antara satu unsur dengan unsur yang lain.
Analisis aspek kepemimpinan yang terdapat dalam novel Ken Arok Ken
Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda “Gunung Kemukus”,
pembangun novel yang berupa tema dan fakta cerita serta aspek kepemimpinan inilah yang disebut dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Hasil penelitian mengenai novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik
Cinta Penuh Darah yang telah diuraikan di atas dapat diimplementasikan ke dalam
pembelajaran sastra SMK pada kelas XI semester I sesuai dengan SK 7. “Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan” dan KD 7.2 “Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan”. Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan SK 15. “Memahami buku biografi, novel, dan hikayat” KD 15. 1 “Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh”. Hasil penelitian mengenai legenda “Gunung Kemukus” yang telah diuraikan di atas dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran sastra SMK pada kelas X semester II sesuai dengan SK 13. “Memahami cerita rakyat yang dituturkan” dan KD 13.1 “Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman”. Penelitian ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran sastra di tingkat SMK dengan harapan peserta didik mampu meneladani hal yang menarik yang terkandung dalam novel Ken Arok
Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda “Gunung
Kemukus” sehingga mereka memiliki moral yang sesuai dengan budaya ketimuran dan memiliki cara kepemimipinan yang baik.
B. Implikasi
C. Saran
Penulis ingin memberikan sedikit masukan untuk beberapa pihak yang berkaitan dengan dunia sastra dan pembelajarannya.
a. Penelitian sastra berkaitan dengan aspek kepemimpinan khususnya Jawa, akan lebih baik jika peneliti selanjutnya dapat mengkaji kepemimpinan dalam beda kebudayaan dan membandingkannya. Hal tersebut dimungkinkan akan menjadi hal yang lebih menarik.
b. Alangkah lebih baik, jika peneliti sastra selanjutnya mampu mengembangkan penelitian ini dengan cara membuat kajian interdisipiner sastra bandingan antara novel Ken Arok Ken Dedes:
Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah atau legenda “Gunung
Kemukus”dengan novel atau karya sastra lain.
c. Guru hendaknya dapat mengimplementasikan hasil penelitian ini kepada peserta didik dengan menggunakan metode yang menarik sehingga aspek kepemimpinan yang terkandung dalam novel Ken
Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan
legenda “Gunung Kemukus” dapat dipahami siswa dengan baik.
d. Penikmat sastra hendaknya tidak serta-merta membaca dan meneladani hal-hal positif yang terkandung dalam novel Ken Arok
Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda