• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asesmen Pembelajaran Fisika-rev

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asesmen Pembelajaran Fisika-rev"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODUL

ASESMEN PEMBELAJARAN FISIKA

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang

Oleh:

Sentot Kusaeri

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang

(2)

2

Prinsip-Prinsip Asesmen dan Pemanfaatannya

1. Pengantar

Asesmen merupakan bagian yang penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penting mengingat tidak mungkin menyelenggarakan pembelajaran yang efektif tanpa didukung kegiatan asesmen yang baik. Asesmen juga merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran karena asesmen merupakan pengumpulan data ketercapaian target pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. Kegiatan asesmen dapat meningkatkan hasil belajar dan dokumen-dokumen pendukungnya. Oleh karenanya, perencanaan asesmen juga perlu dilakukan selain perencanaan proses pembelajaran.

Asesmen dapat membantu guru memahami kekuatan dan kelemahan yang dialami oleh siswa dalam belajar. Semakin berkualitas kegiatan asesmen pembelajaran, pemahaman guru akan kelemahan dan kekuatan siswa dalam mempelajari materi pelajaran semakin baik. Dengan melaksanakan asesmen yang berkualitas dan menganalisisnya untuk mendapatkan informasi tentang kesulitan belajar siswa, guru memiliki acuan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam proses pembelajarannya.

Pentingnya peranan asesmen dalam pembelajaran telah ditekankan secara eksplisit dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Pada Bagian E tentang penilaian oleh pendidik, disebutkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik harus dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik, serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Beberapa langkah kegiatan penilaian diantaranya adalah sebagai berikut. (1) Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pembelajaran, (2) Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik yang dipilih, (3) Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan, (4) Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan peserta didik, (5) Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik, (6) Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 20, 2007).

(3)

3 2. Kompetensi

Standar Kompetensi modul asesmen dan pemanfaatannya adalah peserta menguasai teknis penyusunan instrumen asesmen, pelaksanaan asesmen, analisis hasil asesmen dan pemanfaatan data-data asesmen dalam pembelajaran fisika.

3. Tujuan Pembelajaran

Peserta PLPG yang mempelajari modul ini diharapkan mampu: 1. Mendeskripsikan peranan asesmen dalam pembelajaran

1.1. Menjelaskan pengertian asesmen 1.2. Mendeskripsikan tujuan asesmen

1.3. Menjelaskan peranan asesmen dalam pembelajaran 2. Menerapkan asesmen formatif dalam pembelajaran fisika

2.1. Membedakan asesmen formatif dan asesmen sumatif

2.2. Mendeskripsikan peran dan fungsi asesmen formatif dalam pembelajaran fisika

2.3. Menjelaskan teknik-teknik asesmen formatif dalam pembelajaran fisika 2.4. Menerapkan teknik asesmen formatif dalam pembelajaran

3. Menganalisis teknis tes dalam asesmen 3.1. Menjelaskan pengertian tes

3.2. Membedakan tes objektif dan subjektif 3.3. Menjelaskan prinsip pengembangan tes 3.4. Mengembangkan tes pilihan ganda 3.5. Mengembangkan tes uraian

4. Menganalisis teknik non tes dalam asesmen 4.1. Menjelaskan teknik non tes

4.2. Mengembangkan instrumen asesmen kinerja 4.3. Mengembangkan instrumen asesmen proyek 4.4. Mengembangkan instrumen asesmen produk 4.5. Mengembangkan instrumen asesmen portfolio

Asesmen

Tujuan Teknik

Formatif Sumatif Tes Non-Tes

Obyektif

Benar Salah Pilihan Ganda Isian

Subyektif

Jawaban Singkat Uraian

(4)

4

Kegiatan Belajar 1

Asesmen Dalam Pembelajaran

1.1 Uraian Materi Prinsip Dasar Asesmen

Asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan berdasarkan informasi. Dalam konteks pembelajaran, asesmen berarti pengumpulan berbagai informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka menentukan keputusan-keputusan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran (Anderson, 2003: 4). Asesmen juga dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang dilakukan oleh guru atau juga oleh siswa yang dapat memberikan balikan guna mempertajam dan membangun pembelajaran di mana guru dan siswa terlibat.

Pengertian asesmen dalam pembelajaran ditegaskan dalam Standar nasional Pendidikan. Asesmen menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 64 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, 2005) merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar. Fungsi kegiatan asesmen adalah untuk menilai pencapaian kompetensi, memenuhi bahan pelaporan kemajuan hasil belajar, dan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

The Task Group on Asessment and Testing Britania menggambarkan asesmen

sebagai berikut.

A general term encompassing all methods customarily used to appraise the performanceof an individual pupil and group. It may refer to a broad appraisal including many sources of evidence and many aspecs of a pupil’s knowledge, understanding, skills and attitudes; or to particular occasion or instrument. An assessment instrument may be any method or procedure, formal or informal, for producing information about pupils: e.g. written test paper, an interview schedule, a

measurement task using equipment, a class quiz (Griffin&Nix, 1991: 3-4).

Berbagai pendapat dan definisi tentang asesmen yang telah dikemukakan oleh berbagai kalangan memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: (1) Asesmen dimulai dengan pengumpulan berbagai informasi tentang siswa dalam pembelajaran. (2) Dalam kegiatan asesmen dilakukan analisis dan interpretasi terhadap data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. (3) Interpretasi menghasilkan keputusan-keputusan tentang pembelajaran. (4) Terdapat tindak lanjut terhadap keputusan yang dihasilkan. (5) Asesmen dilakukan secara berkelanjutan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan asesmen antara lain adalah:

(1) Berorientasi pada kompetensi, asesmen harus mampu menentukan apakah siswa

telah mencapai kompetensi yang dimaksudkan dalam kurikulum

(2) Menyeluruh, asesmen hendaknya menilai siswa secara menyeluruh, mencakup

semua aspek perilaku yakni kognitif, afektif dan psikomotor.

(3) Valid, Asesmen harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar

siswa.

(4) Adil dan terbuka, Asesmen harus adil terhadap semua siswa dan semua kriteria dan

(5)

5

(5)Mendidik, Asesmen merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sebagai

pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.

(6) Menyeluruh, Asesmen dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik dan

prosedur untuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

(7) Berkesinambungan, Asesmen hendaknya dilakukan secara terencana dan

terus-menerus.

(8) Bermakna, Asesmen yang dihasilkan diharapkan benar-benar menggambarkan

perilaku yang sesungguhnya dari siswa. Karena tidak ada satupun bentuk asesmen yang dapat menghadirkan gambaran yang otentik, maka diharapkan guru menggunakan berbagai bentuk asesmen.

Tujuan Asesmen

Asesmen merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran sehingga perlu dipahami dan dilakukan oleh guru. Popham (1995: 7) menyatakan beberapa alasan tentang pentingnya pemahaman dan pelaksanaan asesmen diantaranya adalah sebagai berikut. (1) Asesmen merupakan piranti untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa dalam proses pembelajaran. (2) Asesmen berguna untuk memonitor kemajuan siswa. (3) Asesmen membantu menentukan tingkatan siswa. (4) Asesmen juga dapat menentukan efektivitas pembelajaran yang telah dirancang. Selain beberapa alasan klasik tersebut, alasan peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu alasan melaksanakan asesmen.

Dunn et al. (2004: 16) menambahkan beberapa tujuan dan peranan asesmen dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa. (2) Mengukur peningkatan dari waktu ke waktu. (3) Menentukan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan tertentu. (4) Menentukan ranking siswa dari keseluruhan siswa dalam kelas. (5) Mengevaluasi metode pembelajaran. dan (6) Mengevaluasi efektivitas program pembelajaran.

Tujuan penyelenggaraan asesmen bagi guru adalah untuk dapat menentukan apakah siswa berhasil atau tidak dalam mencapai tujuan atau kompetensi yang diinginkan. Pemahaman guru tentang keberhasilan dan kegagalan yang dialami siswa berguna untuk mengevaluasi proses pembelajaran, sementara mengetahui kelemahan siswa dapat menjadi masukan dalam mengembangkan proses pembelajaran remedial dalam rangka membantu siswa yang mengatasi kesulitan belajarnya. Dengan asesmen yang baik, guru juga dapat mengetahui apakah siswa-siswanya mengalami kemajuan dalam belajarnya ataukah tidak. Hasil-hasil asesmen merupakan bukti ketercapaian tujuan belajar oleh siswa.

Peranan Asesmen dalam Pembelajaran

(6)

6

Kedudukan Asesmen dalam Pembelajaran (Popham, 2001: 29)

Dalam pembelajaran terdapat pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dicapai oleh siswa. Melalui kegiatan asesmen guru akan mendapatkan berbagai informasi tentang pencapaian siswa terhadap pengetahuan, ketrampilan dan sikap tersebut. Dari informasi inilah guru melakukan analisis dan membuat kesimpulan tentang pembelajaran siswa. Selanjutnya berbagai kesimpulan akan memberikan pertimbangan tentang keputusan-keputusan yang harus diambil dalam proses pembelajaran berikutnya.

Grifin dan Nix (1991: 2) menekankan bahwa perencanaan, program pengembangan, dan pelaksanaan asesmen perlu mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Asesmen seharusnya menggambarkan ketrampilan, sikap dan konsep-konsep yang telah dibangun oleh siswa berdasarkan kriteria tertentu. (2) Asesmen seharusnya memungkinkan guru, orang tua siswa dan siswa untuk menganalisis belajar dan kesulitan-kesulitannya (formatif). (3) Asesmen seharusnya disepakati oleh dua atau lebih guru yang bekerjasama. (4) Asesmen seharusnya cocok dengan perencanaan menyeluruh pengembangan dan kemajuan siswa (prograsif dan berkembang). (5) Asesmen seharusnya berkaitan dengan program pembelajaran yang dikembangkan oleh guru dan sekolah. (6) Asesmen seharusnya memungkinkan adanya ketidakpastian dalam pengamatan (dinilai dalam keputusan). (7) Asesmen seharusnya mampu menggambarkan kemajuan siswa secara jujur, relevan dan akurat (valid dan reliabel). (8) Asesmen seharusnya memiliki makna yang seragam untuk guru, orang tua siswa dan siswa yang berbeda (dapat diinterpretasikan dan dikomunikasikan).

Berkaitan dengan ragam kegiatan asesmen yang dilakukan dalam pembelajaran, asesmen dapat dipilah menjadi dua bagian besar yakni asesmen sumatif dan asesmen formatif. Asesmen sumatif merupakan kegiatan yang menghasilkan angka dan tingkatan yang dimanfaatkan untuk menentukan penampilan siswa. Pada akhirnya, keputusan-keputusan pada asesmen sumatif digunakan untuk menentukan penghargaan pada siswa di akhir masa pembelajaran. Di lain pihak, asesmen formatif merupakan kegiatan yang

MATERI

PEMBELAJARAN ASESMEN

INFERENSI

(7)

7

memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. William (Boyle&Fisher, 2007: 23) menyebut asesmen untuk tujuan formatif sebagai assessment

for learning sedangkan asesmen sumatif disebut sebagai assessment of learning.

Selain memiliki peranan formatif dan peranan sumatif, asesmen juga memiliki peranan yang lain yaitu peranan sertifikatif, dan peranan evaluatif. Asesmen memiliki peran formatif karena asesmen memberikan umpan balik pada guru dan siswa tentang pembelajaran yang harus dilakukan pada tahap berikutnya. Peranan sumatif karena asesmen memberikan informasi tentang tingkat pencapaian siswa selama dan pada akhir pembelajaran. Peranan sertifikatif karena asesmen memberikan makna seleksi dengan kualifikasi. Peranan evaluatif karena asesmen memberikan keputusan tentang efektivitas dan kualitas individu dan institusi.

Dalam praktik pembelajaran fisika, umumnya asesmen sumatif lebih banyak mendapatkan perhatian guru dibandingkan dengan asesmen formatif. Penggunaan asesmen sumatif yang lebih menonjol ini memiliki beberapa kelemahan. (1) Asesmen sumatif hanya dititik beratkan pada ujian akhir. (2) Asesmen sumatif yang dikembangan oleh pemerintah atau pihak luar sekolah menafikan peranan asesmen yang dilakukan guru (3) Asesmen sumatif tidak memberikan kontribusi positif pada motivasi siswa dalam belajar. (5) Tidak mendorong penilaian yang mendalam melainkan hanya permukaan saja. (6) Menyumbang peningkatan stress pada siswa.

Asesmen Formatif dan Pemanfaatannya

Prinsip Asesmen Formatif

Cowie&Bell (2002: 6) mendefinisikan asesmen formatif sebagai proses yang digunakan oleh guru dan siswa dalam mengenali dan merespon belajar siswa dalam rangka meningkatkan belajarannya dalam proses pembelajaran. Asesmen formatif membantu guru dalam menggambarkan kemajuan belajar siswa dan menginformasikan keputusan tentang langkah selanjutnya dalam pembelajaran. Jadi informasi asesmen formatif dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk memodifikasi cara belajar atau cara mengajarnya dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih efektif. Popham (2008: 5) mendefinisikan asesmen formatif sebagai berikut. “Formative assessment is a planned process in which assessment-elicited evidence of students’ status is used by teachers to adjust their ongoing instructional procedures or by students to adjust their current learning tactics”. Senada dengan itu, State Collaborative on Assessment and Student Standards (SCASS) Formative Assessment for Students and Teachers (FAST) (Popham, 2008: 5) menyatakan bahwa asesmen formatif merupakan proses yang digunakan oleh guru dan siswa selama pembelajaran yang memberikan balikan untuk mengatur belajar dan pembelajaran yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pencapaian outcome pembelajaran. Jadi asesmen formatif merupakan sebuah proses yang terencana tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan status siswa dan dimanfaatkan oleh guru untuk mengatur prosedur pembelajaran yang berkelanjutan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk mengatur strategi belajar mereka.

(8)

8

formatif akan berguna bagi siswa dan guru untuk melakukan pengaturan-pengaturan sehingga belajar dan pembelajaran dapat mencapai tujuan kurikulum.

Cowie&Bell (2002: 82) menggambarkan model asesmen formatif adalah sebagaimana Gambar berikut.

Gambar 2.Model Asesmen Formatif (Cowie&Bell, 2002: 82)

Dalam model asesmen formatif digambarkan bahwa proses pengumpulan

(eliciting), interpretasi (interpretation), dan aksi (acting) semuanya mengacu pada

tujuan (purpose). Pada proses tujuan, guru menentukan asesmen formatif yang terencana untuk mendapatkan informasi dari keseluruhan kelas tentang kemajuan belajar sebagaimana ditentukan dalam kurikulum. Berikutnya, pada tahap pengumpulan informasi guru mengumpulkan informasi tentang pemahaman dan ketrampilan belajar siswa dengan menggunakan tugas asesmen tertentu. Pada tahap interpretasi, guru menentukan interpretasi terhadap informasi yang didapatkan berdasarkan perencanaan. Pada tahap ini guru ingin mengetahui apakah siswa telah belajar dan memahami konsep sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pada tahap aksi guru menentukan langkah untuk meningkatkan belajar siswa.

Ragam Asesmen Formatif

Implementasi asesmen formatif dalam pembelajaran dapat dipilah menjadi asesmen formatif yang bersifat informal dan asesmen formatif yang bersifat formal. Asesmen formatif yang bersifat formal dilakukan misalnya dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes, kuis, mengembangkan tulisan atau karya yang lain. Asesmen informal merupakan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk menguak informasi dari siswa. Kegiatan tanya jawab di kelas, meminta siswa mengkomentari pendapat guru, wawancara, rekaman pembelajaran merupakan beberapa contoh asesmen formatif yang bersifat informal.

Asesmen formatif formal dan informal masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan asesmen formatif formal adalah lebih fair bagi siswa. Dalam asesmen formatif formal siswa merasakan langsung bahwa mereka sedang diases, asesmen formal juga memiliki kriteria skoring yang jelas, dan akan memotivasi siswa jika mereka berhasil. Namun seringkali asesmen formatif formal juga dapat menyebabkan stres jika siswa mengalami kegagalan. Asesmen formal juga membutuhkan persiapan yang lebih panjang dan memerlukan waktu untuk menganalisis hasil-hasilnya..

Kelebihan asesmen formatif informal adalah dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan dalam suasana santai sehingga siswa tidak mengalami stres, mudah

Tujuan Aksi

Pengumpulan

(9)

9

dipersiapkan, dan seringkali menghasilkan data-data yang lebih valid langsung dari siswa. Kegiatan asesmen formatif formal melalui komunikasi guru-siswa di kelas dapat langsung dianalisis dan diberikan umpan balik oleh guru serta memberikan gagasan untuk memperbaiki jalannya pembelajaran. Beberapa kelemahannya adalah tentang validitas hasil asesmen yang dilakukan. Pelaksanaan asesmen formatif informal tergantung pada ketrampilan komunkasi guru di kelas. Siswa seringkali juga tidak merasakan kegiatan asesmen. Asesmen formatif informal juga dipengaruhi oleh prasangka tersembunyi guru dan juga stereotipi utamanya stereotipi gender.

Black dan William (1998: 139-148), menunjukkan beberapa contoh asesmen formatif informal yang dapat dilakukan oleh guru diantaranya sebagai berikut: (1) Meminta pendapat siswa tentang pertanyaan yang diajukan guru dan disampaikan di kelas. (2) Menghadirkan beberapa pilihan jawaban dan meminta siswa memilih dan memberikan alasan. (3) Meminta siswa untuk menuliskan gagasan sebelum dan sesudah proses pembelajaran. (4) Meminta siswa menuliskan ringkasan hal yang telah dipelajari. (5) Meminta siswa memecahkan masalah pada akhir pembelajaran. (6) Melakukan wawancara dengan siswa tentang cara berfikir mereka dalam menyelesaikan masalah. (7) Meminta siswa mengerjakan tugas tertulis.

Implementasi Asesmen Formatif Informal.

Beberapa implementasi asesmen formatif berikut dapat dilakukan agar guru segera mendapatkan informasi tentang belajar siswa dan memanfaatkannya untuk mengatur pembelajaran.

Tanya Jawab

Kegiatan tanya jawab di kelas merupakan salah satu contoh implementasi asesmen formatif di kelas. Guru dapat mengajukan pertanyaan pada siswa atau sebaliknya guru meminta siswa bertanya tentang hal-hal yang masih belum jelas. Dengan kegiatan tanya jawab ini guru akan dapat segera mengetahui kesulitan siswa dan membantu mereka menjadi lebih paham.

Paper Lima Menit

Kegiatan asesmen ini dilakukan menjelang pembelajaran fisika berakir. Siswa diminta untuk menuliskan apa yang telah mereka pelajari dalam kegiatan pembelajaran hari itu.

Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan oleh siswa, guru dapat segera mengetahui apakah siswa telah memahami materi pembelajaran. Seringkali siswa yang mengalami masalah tidak mampu mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari dalam proses pembelajaran.

Hal yang Belum Jelas

Paper Lima Menit

(10)

10

Kegiatan asesmen ini juga dilakukan menjelang pembelajaran fisika berakir. Siswa diminta untuk menuliskan hal-hal yang dapat dipahami dengan baik dan yang masih ragu-ragu.

Berdasarkan masukan-masukan yang dituliskan oleh siswa, guru akan mengetahui konsep-konsep yang masih belum dipahami oleh siswa. Informasi ini dapat segera ditindaklanjuti dalam pertemuan berikutnya.

Wawancara

Wawancara informal dapat dilakukan oleh guru kepada beberapa siswa untuk mengetahui kondisi siswa berkaitan dengan proses pembelajaran. Informasi dapat berkaitan dengan konsep yang dipelajari maupun proses pembelajaran. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada wawancara diantaranya adalah sebagai berikut. Bagaimanakah pendapat kalian tentang proses pembelajaran?

Hal-hal apakah yang menyenangkan dalam proses pembelajaran? Hal-hal apakah yang dirasakan menyulitkan siswa?

Apakah yang perlu dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih efektif?

Self asesmen

Self asesmen merupakan salah satu asesmen alternatif yang berguna untuk memberikan informasi tentang belajar siswa. Salah satu caranya adalah dengan meminta siswa untuk menilai sendiri tentang penguasaannya terhadap materi pelajaran fisika.

Asesmen formatif formal adalah teknik melakukan asesmen formatif dengan memanfaatkan tes. Dalam asesmen formatif formal dianjurkan agar guru memberikan

Hal yang Belum Jelas

Tuliskan hal-hal yang kamu pahami dengan baik dan yang masih ragu-ragu.

Self Asesmen

4 Memecahkan masalah pembiasan 5 Pengertian lensa

6 Sifat-sifat lensa

7 Sinar-sinar utama pada lensa

8 Menentukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa

9 Melukiskan bayangan yang dihasilkan oleh lensa

(11)

11

tes pada siswa berkaitan dengan materi yang telah dipelajari dan segera memberikan umpan balik. Penggunaan tes objektif lebih dianjurkan mengingat tes objektif lebih mudah dikoreksi dan hasilnya lebih cepat dikembalikan pada siswa. Melalui asesmen formal ini siswa dapat segera mengetahui kemajuan belajarnya dengan memanfaatkan balikan guru. Guru juga dapat melakukan analisis untuk mengetahui materi belajar yang belum dikuasai dengan baik oleh siswa.

Tugas

a. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri tentang pengertian asesmen! b. Sebutkan beberapa contoh kegiatan yang merupakan bagian dari asesmen! c. Jelaskan peranan asesmen dalam pembelajaran fisika!

d. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri tentang asesmen formatif!

e. Kembangkan kegiatan informal lain untuk keperluan asesmen formatif informal. f. Kembangkan tes formatif untuk kompetensi yang Anda ajarkan!

Kegiatan Belajar 2

Teknik Tes dalam Asesmen

Salah satu instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan asesmen adalah tes. Ostelind (2002: 19) mengutip tes sebagai berikut.

A test item in an examination of mental attributes is a unit of measurement with a stimulus and a prescriptive form for answering; and, it is intended to yield a response from an examinee from which performance in some psychological construct (such as anknowledge, ability, predisposition, or trait) may be inferred.

Definisi ini menyiratkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut: (1) Tes memiliki fungsi sebagai alat ukur. Hasil-hasil tes dapat dikuantifikasi untuk berbagai keperluan; (2) Tes memiliki stimulus yang dapat menghasilkan respon dari peserta tes. Stimulus ini memberikan arahan bentuk respon yang diberikan peserta tes; (3) Respon yang deiberikan oleh peserta tes akan dinterpretasikan berdasarkan konstruk-kontruk psikologi yang ditentukan.

Urbina (Boyle&Fisher, 2007: 11-12) menunjukkan perbedaan mendasar antara tes dengan bentuk-bentuk asesmen yang lain. Beberapa perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tes memiliki sifat yang lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan asesmen lain misalnya wawancara atau pengamatan; (2) Dalam pelaksanaan tes, data yang didapatkan dari peserta tes merupakan data individual utama. Data ini tidak dipengaruhi oleh faktor yang lain misalnya guru, siswa lain, dan orang tua yang seringkali terjadi pada asesmen yang lain; (3) Tes cenderung membandingkan peserta tes dengan individu yang lain; (4) Tes bersifat sangat terstruktur dan objektif, sementara asesmen yang lain cenderung tidak terstruktur dan kurang objektif. Semua peserta tes akan melakukan respon dengan cara yang sama antara satu peserta tes dengan peserta yang lain.

(12)

12

Objektivitas juga berarti interpretasi tiap item oleh peserta tes. Tes dikatakan diskriminatif ika tes dapat membedakan antara siswa yang menguasai materi dan yang tidak menguasai materi. Tes yang komprehensif adalah tes yang cukup panjang dan jumlahnya sesuai. Tes juga dikatakan praktis jika tes dapat dimanfaatkan.

Boyle&Fisher (2007: 65-66) menjelaskan lebih lanjut beberapa ragam validitas tes sebagai berikut: (1) Validitas muka, validitas muka menunjukkan apakah tes tampak mengukur apa yang ingin diukur; (2) Validitas isi, validitas isi mengarah pada derajad yang mana pertanyaan pada tes mewakili hal-hal yan akan diukur; (3) Validitas konstruk, validitas konstruk adalah derajad pengukuran tes mendasari konsep yang diinginkan untuk di ukur; (4) validitas terkait kriteria (criterion-related validity), terdiri atas concurent dan prediktif. Concurent jika tes mengukur kriteria pada saat yang sama tes dilakukan dan prediktif ketika kita mengkorelasikan tes dengan kriteria pada masa mendatang.

Reliabilitas tes terdiri atas reliabilitas ekivalensi (equivalence), reliabilitas

test-retest, dan reliabilitas antar-rater (inter-rater). Reliabilitas ekivalensi merupakan

konsistensi tes antar dan dalam form yang berbeda. Reliabilitas tes-retest merupakan konsistensi skor hasil tes jika tes dilakukan antar waktu. Reliabilitas antar-rater merupakan konsistensi rating yag dihasilkan oleh para rater (Shrock&Coscarelli, 2007: 19).

Pada kegiatan asesmen formal, beberapa format tes dapat dimanfaatkan. Masing-masing format memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa format serta keuntungan dan kerugiannya dapat digambarkan pada Tabel berikut.

Tabel Keuntungan dan Kerugian Beberapa Format Tes (Mason, et al., 2009: 17).

Format Tes Keuntungan Kerugian

Jawaban singkat Menurunkan tingkat tebakan Dapat menjangkau materi yang Harus melatih penyekor agar hasilnya seragam

Esay Cepat dan mudan disusun

Menghilangkan tebakan

Keterbatasan jumlah materi yang diujikan Keterbatasan mesin penyekor

Harus melakukan kalibrasi skor dan menggunakan reliabilitas antar penyekor Menjodohkan Mudah disusun

Dapat diskor dengan cepat Dapat diskor dengan objektif

Hanya dapat digunakan pada level kognitif yang rendah

Pilihan ganda Mengukur berbagai tingkat kemampuan

Menangkau materi yang luas Cepat dan mudah di skor Dapat di skor dengan objektif Seringkali memenuhi analisis statistik

Penyusunannya sulit

Benar-salah Dapat menguji informasi yang luas dan diskor dengan cepat

Rentan ditebak

Sulit mengembangkan butir soalnya

Tes Pilihan Ganda

(13)

13

pilihan ganda dapat mengukur berbagai luaran pembelajaran dari rentangan yang sederhana sampai dengan yang kompleks menjadi salah satu alasan pemilihan. Alasan yang lain karena butir pilihan ganda cocok digunakan untuk berbagai mata pelajaran dan hasilnya dapat dikoreksi secara objektif dalan waktu yang relatif singkat.

Butir tes pilihan ganda umumnya terdiri atas dua komponen utama (Osterlind, 2002: 162). Komponen pertama disebut bagian batang atau masalah yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang tidak lengkap. Komponen pertama ini meminta peserta tes untuk menjawab atau menentukan pilihan atas beberapa alternatif jawaban. Komponen yang kedua terdiri atas empat atau lima alternatif pilihan jawaban yang dapat dipilih oleh peserta tes. Salah satu diantara alternatif pilihan jawaban merupakan jawaban benar dan disebut dengan kunci jawaban. Alternatif jawaban yang lain merupakan pilihan jawaban salah yang sering disebut dengan pengecoh. Dengan struktur semacam itu butir tes pilihan ganda dapat dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan kognitif tingkat tinggi seperti hafalan sampai dengan tingkat kognitif tingkat tinggi seperti analisis.

Butir tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan format butir tes yang lain. Beberapa kelebihan adalah sebagai berikut: (1) Butir tes pilihan ganda dapat melakukan pengukuran yang meliputi materi pelajaran yang luas. Dibandingkan dengan butir uraian, jumlah butir pilihan ganda akan lebih banyak untuk kurun waktu penyelenggaraan tes yang sama. Karena itu, materi yang dapat dicakup lebih luas.; (2) Butir tes pilihan ganda dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat oleh siapa saja bahkan oleh mesin. Dengan memanfaatkan butir pilihan ganda, siswa dapat dengan cepat mendapatkan umpan balik; (3) Meskipun ada pihak-pihak yang tidak sependapat, butir tes pilihan ganda diyakini dapat menjangkau tingkatan kognitif yang rendah sampai dengan yang tinggi; (4) Butir tes pilihan ganda relatif efisien dalam penggunaan waktu tes. Dengan jumlah butir yang besar diperlukan waktu penyelenggaraan tes yang tidak terlampau lama; (5) Butir tes pilihan ganda dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa jika pengecoh disesuaikan dengan miskonsepsi yang sering dialami oleh siswa; (6) Butir tes pilihan ganda dapat dengan mudah di acak untuk menghindari siswa mencontek hasil kerja siswa yang lain (Fisher&Frey, 2007:106).

Butir tes pilihan ganda juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya sebagai berkut:. (1) Butir tes pilihan ganda dirancang agar siswa memilih salah satu alternatif jawaban. Oleh karenanya, butir pilihan ganda dianggap tidak tepat untuk mengukur kognitif tingkat tinggi dan kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan dan menghasilkan karya dalam bentuk tulisan; (2) Butir tes pilihan ganda dianggap mudah ditebak oleh siswa peserta tes. Siswa dapat menentukan pilihan tanpa harus berfikir terlebih dahulu; (3) Semakin sedikit jumlah alternatif jawaban, semakin besar kemungkinan siswa menjawab benar; (4) Pengembangan butir tes pilihan ganda sulit memerlukan keterampilan khusus dan membutuhkan waktu yang panjang apalagi jika dipersyaratkan adanya pengecoh yang bermakna; (5) Jawaban butir tes pilihan ganda mudah dicontek oleh siswa.

(14)

14

benar dan merupakan jawaban terbaik; (4) Upayakan agar pengecoh bermakna dan menarik untuk dipilih; (5) Variasikan posisi jawaban benar; (6) Variasikan panjang kalimat pada alternatif jawaban.

Beberapa tahap penyusunan tes pilihan ganda adalah:

1. Tuliskan pernyataan terlebih dahulu. Pernyataan sebaiknya memperkenalkan masalah, dan ditulis dengan singkat dan jelas.

Contoh:

Terdapat tiga wujud benda yaitu padat, cair dan gas. Masing-masing wujud benda memiliki kesamaan dan perbedaan. Perbedaan antara benda padat dan cair adalah………..

Sebaiknya,

Perbedaan antara benda padat dan cair adalah………..

2. Hindari penggunaan kalimat negatif, jika terpaksa harus menggunakannya tandai dengan garis bawah.

Contoh:

Benda-benda di bawah ini yang tidak tergolong benda padat adalah kecuali .……….

Sebaiknya:

Benda-benda dibawah ini yang merupakan benda padat adalah…………

3. Hendaknya hanya terdapat satu pilihan jawaban yang benar atau yang paling benar. 4. Pilihan jawaban hendaknya memiliki panjang kalimat yang seragam.

Contoh:

Sifat-sifat benda padat adalah……..

a. Bentuk berubah sesuai dengan tempatnya

b. Volume berubah sesuai dengan tempatnya

c. Volume tetap

d. Bentuk tetap tidak bergantung pada tempatnya dan volume tetap tidak

tergantung tempatnya

Sebaiknya,

Sifat-sifat benda padat adalah……..

a. Bentuk tetap tidak bergantung pada tempatnya dan volume tetap tidak

tergantung tempatnya.

b. Bentuk tetap tidak bergantung pada tempatnya dan volume berubah tergantung

tempatnya.

c. Bentuk berubah bergantung pada tempatnya dan volume tetap tidak tergantung

tempatnya

d. Bentuk berubah bergantung pada tempatnya dan volume berubah tergantung

tempatnya

5. Buatlah pengecoh-pengecoh yang rasional, hindari pemakaian alternatif yang asal-asalan.

Contoh:

Di bawah ini yang tergolong benda cair adalah………….

a. Gula b. kursi c. raksa d. meja

Sebaiknya,

Di bawah ini yang tergolong benda cair adalah………….

(15)

15

6. Jangan menggunakan pilihan jawaban “ tak satupun jawaban benar” atau “ tak

satupun pilihan salah” karena dapat mengurangi banyaknya pengecoh.

Contoh:

Yang tergolong benda berwujud padat adalah……..

a. Kayu b.sirup c.raksa d. semua jawaban benar

Sebaiknya,

Yang tergolong benda berwujud padat adalah……..

a. Kayu b. sirup c. raksa d. minyak

7. Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya harus jelas dan berfungsi. 8. Butir soal yang satu jangan bergantung pada jawaban butir soal yang lain. 9. Soal hendaknya menggunakan kaidah bahasa indonesia yang benar.

Tes Bentuk Uraian

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk tulisan.Keunggulan tes uraian adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri. Sedang keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu pemeriksaan jawaban yang lama, penskorannya subyektif dan umumnya kurang handal dalam pengukuran.

Beberapa tahap penyusunan tes uraian adalah:

1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan hendaknya menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai seperti; mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Hindari menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian.

Contoh kurang tepat:

Siapa yang menemukan prinsip archimedes?

Sebaiknya,

Jelaskan dan beri contoh penerapan hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari!

2. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. Contoh kurang tepat:

Jelaskan cara mengukur suhu!

Sebaiknya,

Jelaskan secara rinci dan berurutan cara mengukur suhu air panas!!

3. Hindarkan cakupan soal yang telalu luas Contohkurang tepat:

Ceritakan semua yang kamu tahu tentang penghematan listrik di rumah!

Sebaiknya,

Sebutkan tiga cara untuk menghemat energi listrik di rumah!

4. Buatlah rubrik atau pedoman penskoran dan rentangan skor yang dapat diperoleh untuh soal yang bersangkutan. Lihat contoh rubrik di bawah. 5. Tabel, gambar, grafik, peta atau sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan

terbaca

(16)

16

7. Rumusan soal tidak menggunakan kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran ganda.

Contoh kurang tepat:

Bandingkan sifat yang kadang-kadang dimiliki oleh benda padat dan benda cair!

Sebaiknya,

Sebutkan perbedaan sifat benda padat dan benda cair!

8. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kegiatan Belajar 3

Perancangan Instrumen Tes Tulis

Uraian Materi

Karakteristik utama tes yang bermutu adalah memenuhi unsur validitas dan reliabilitas. Agar memenuhi unsur validitas, tes tulis harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengukur apa yang hendak diukur. Upaya menjamin validitas instrumen dimulai dengan mengembangkan tabel spesifikasi tes yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetesi dasar. Jika memungkinkan hasil pengembangan tes juga dapat dituliskan dalam bentuk kartu soal dan divalidasi oleh ahli materi. Di lain pihak, menjamin reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan ujicoba dan menganalisis konsistensi internal soal yang telah dikembangkan.

Tabel Spesifikasi

Tujuan mengembangkan tabel spesifikasi soal adalah untuk menjamin agar cakupan materi dan tingkat kognitif soal hasil pengembangan memenuhi persyaratan. Jika pengembangan soal tidak diawali dengan pengembangan tabel spesifikasi, bisa jadi soal-soal yang dikembangkan hanya mencakup materi tertentu dan dengan tingkat kognitif tertentu saja.

Contoh Tabel Spesifikasi adalah sebagai berikut.

Kompetensi Dasar: Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan

Hukum I

Newton

Hukum II

Newton

Hukum III

Newton

Aplikasi

Hukum Newton

Pengetahuan (C1) 1 0 0 0

Pemahaman (C2) 1 2 2 0

Aplikasi (C3) 1 1 1 3

Analisis (C4) 1 1 1 1

Jumlah 4 4 4 4

Kartu Soal

(17)

17 Kompetensi

dasar

Kelas X Sem I

Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan

Indikator Menjelaskan hubungan resultan gaya dengan karakteristik

gerak benda titik

Materi Sub. Materi Tingkat

Kognitif

B – S : Selalu diperlukan gaya untuk mempertahankan sebuah benda agar terus

menerus bergerak

Kompetensi

dasar

Kelas X Sem I

Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan

Indikator Menjelaskan hubungan resultan gaya dengan karakteristik gerak benda titik

Materi Sub. Materi Tingkat

Kognitif

Jika perlu pada kartu soal dapat disertakan pula uraian penyelesaian soal. Kartu soal ini memudahkan orang lain yang akan menguji validitas butir soal.

Ujicoba Soal

Untuk mengetahui konsistensi internal dari tes yang telah dikembangkan, tes yang telah tersusun dapat diujicobakan pada siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatina dalam ujicoba ini adalah sebegai berikut.

(18)

18

2. Jarak antar meja siswa cukup luas sehingga memperkecil kemungkinan mencontek.

3. Jika dianggap perlu, petunjuk tes dapat dibacakan oleh guru. 4. Usahakan papan tulis bersih dan pajangan kelas jika perlu ditutup

Analisis Butir Tes

Analisis butir tes berguna untuk mengetahui konsistensi internal butir tes. Analisis butir tes dapat dilakukan sendiri dengan menggunakan kalkulator atau program Ms excel. Analisis juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan software aplikasi seperti Iteman atau Anates. Beberapa analisis butir tes yang dilakukan diantaranya adalah analisis tingkat kesulitan butir, daya beda butir, point biserial, analisis pengecoh, dan reliabilitas butir.

Tingkat kesulitan butir merupakan proporsi jawaban benar siswa pada butir. Semakin tinggi proporsi, semakin mudah butir tersebut. Daya beda adalah perbedaan proporsi jawaban benar antara kelompok atas dan kelompok bawah. Semakin besar indek daya beda semakin baik butir dalam membedakan siswa yang mampu dan tidak mampu.

Point biserial merupakan korelasi antara jawaban benar pada suatu butir dengan

skor total. Semakin besar point biserial semakin baik. Point biserial negatif perlu dimiliki oleh pengecoh. Reliabilitas suatu tes adalah derajad konsistensi internal ujian dan menunjukkan seberapa baik butir bekerjasama untuk mendapatkan pengukuran kemampuan siswa. Selain beberapa sifat diatas, pengecoh sebuat tes pilihan ganda harus berhasil mengecoh siswa.

Non Tes dalam Asesmen

Data dan informasi yang dibutuhkan dalam asesmen pembelajaran fisika meliputi data dan informasi mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku kerja atau keterampilan. Oleh karenanya, dalam kegiatan asesmen, tes bukan satu-satunya teknik. Jika guru hanya mengandalan tes, maka siswa akan menganggab bahwa fisika hanya merupakan kumpulan konsep dan rumus yang harus dihapalkan. Agar fisika dipahami secara utuh, guru perlu menggunakan teknik-teknik non tes. Beberapa teknik non tes diantaranya adalah sebagai berikut.

Asesmen Kinerja (Petik Kerja)

Asesmen kinerja dapat didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan dan kelakuan kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna dan melibatkan siswa sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Peserta asesmen diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam suatu aktivitas (perbuatan) seperti melakukan eksperimen, praktek, penggunaan alat, dan sebagainya. Sementara siswa melakukan perintah yang ditentukan, guru melakukan penyekoran kemampuan kinerja siswa dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan yang disebut rubrik kinerja.

(19)

19

Asesmen kinerja dilakukan dalam beberapa tahapan.

Pertama dilakukan identifikasi tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan penilaian kinerja. Kita dapat menentukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:

• Konsep, ketrampilan atau pengetahuan apa yang akan kita nilai? • Apa yang seharusnya diketahui oleh siswa

• Bagaimana kinerja siswa yang diharapkan?

• Tipe pengetahuan apa yang akan dinilai: rasional, memori ataukah proses. Kedua, memilih kegiatan yang cocok untuk menilai siswa. Selain berdasarkan tujuan penilaian hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan untuk penilaian kinerja antara lain adalah:

• Batasan waktu yang tersedia

• Ketersediaan sumber daya alat di kelas.

• Berapa banyak data yang diperlukan untuk mengetahui kualitas kinerja siswa? Kegiatan dalam penilaian kinerja dapat dibedakan menjadi informal dan formal.

Kegiatan informal dilakukan jika guru menilai kinerja siswa tanpa sepengetahuan siswa misalnya bagaimana siswa berinteraksi dan bekerja dengan teman-temannya. Penilaian kinerja formal adala penilaian kinerja dimana siswa mengetahui bahwa dirinya dinilai dengan melalui kegiatan yang menunjukkan kinerjanya maupun menyelesaikan suatu proyek.

Ketiga, menentukan kriteria kualitas kinerja siswa. Dalam kurikulum berbasis

kompetensi kriteria dapat kita temukan pada indikator kompetensi. Penyusunan kriteria dapat pula dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini:

• Mengidentifikasi secara keseluruhan kinerja yang akan dinilai • Mendaftar aspek-aspek penting dari kinerja atau produk • Membatasi jumlah kriteria yang dapat diamati

• Menyatakan kriteria dalam bentuk karakteristik produk atau kelakuan siswa yang dapat diamati.

• Menyusun kriteria agar dapat diamati dengan efektif.

Keempat, menyusun rubrik kinerja. Penilaian kinerja tidak memiliki kriteria benar salah melainkan ingin mengetahui derajad kesuksesan atau kualitas. Untuk itu

diperlukan sebuah rubrik yang sederhana dan jujur yang mencerminkan kriteria kinerja.

Kelima, menilai kinerja. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menilai kinerja antara lain adalah:

• Pendekatan ceklis, dalam pendekatan ini kita mengindikasi apakah elemen tertentu dari kinerja terdapat dalam ceklis.

• Pendekatan naratif, pada pendekatan ini guru menuliskan narasi apa yang terjadi pada saat pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan ini guru dapat menentukan seberapa dekat kinerja siswa dengan standar yang ada.

• Pendekatan skala rating, dalam pendekatan ini guru mengidentifikasi seberapa besar derajad kinerja mendekati standar.

(20)

20

Tujuan : Mengetahui keterampilan siswa melakukan pengukuran dengan menggunakan termometer

Kegiatan : Siswa mempraktikkan proses pengukuran suhu air dengan memanfaatkan termometer.

Instrumen : Rubrik asesmen pengukuran suhu dengan termometer

Rubrik pengukuran suhu air dengan termometer

No Kegiatan 1 2 3 4

1 Memilih termometer yang sesuai 2 Memegang termometer

3 Melakukan pengukuran 4 Membaca skala

5 Menuliskan hasil pengukuran

Keterangan:

1. Untuk kegiatan mengukur suhu air, termometer yang paling sesuai adalah termometer batang

2. Termometer dipegang dengan hati-hati pada bagian benang

3. Termometer dimasukkan ke dalam air sampai suhu termometer dan air seimbang 4. Skala dibaca dengan cara tegak lurus

5. Hasil pengukuran disertakan ralat dan satuan yang benar

Proyek

Proyek merupakan kegiatan asesmen terhadap suatu tugas kelompok yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Dalam pembelajaran fisika, proyek dapat berupa penyelidikan ilmiah, pengembangan perangkat atau alat yang memanfaatkan konsep fisika yang dipelajari, atau penelusuran literatur terkait dengan konsep.

Proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan dari siswa pada mata pelajaran fisika tertentu. Proyek juga merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk melatih kompetensi keterampilan ilmiah secara komprehensif.

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

Keaslian

(21)

21

Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan pemberian skor dapat menggunakan instrumen berupa daftar cek ataupun skala rating.

Berikut adalah contoh persiapan dan rubrik proyek.

Tujuan : Mengetahui keterampilan siswa bekerja kelompok dan menerapkan keterampilan proses ilmiah.

Kegiatan : Siswa dikelompokkan dengan anggota maksimal 5 orang. Siswa dapat memilih kegiatan penyelidikan ilmiah, pengembangan peralatan, atau kajian teori.

Instrumen : Rubrik Asesmen Proyek

Rubrik pengukuran suhu air dengan termometer

No Kegiatan 1 2 3 4

1 Judul

2 Kesesuaian kegiatan dengan teori yang dipelajari

3 Ketepatan waktu pengumpulan 4 Perumusan masalah

5 Pengumpulan data 6 Analisis data 7 Kesimpulan

8 Kualitas tulisan ilmiah 9 Kualitas poster

10 Keaslian gagasan

Produk

Produk merupakan salah satu asesmen yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa mengimplementasikan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Tugas produk dapat mendorong siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut dan melatih keterampilan motorik. Sebagai contoh, ketika membahas materi gaya lorentz, guru dapat memberikan tugas pada siswa untuk menerapkan gaya lorenz dalam pengembangan motor listrik sederhana.

Berbeda dengan tugas proyek yang memerlukan waktu yang lebih panjang dan dilakukan secara berkelompok, tugas produk dapat diberikan pada siswa secara individual. Dengan tugas produk yang bersifat individual ini diharapkan siswa akan terasah kemampuan motorik dan kreativitasnya dalam menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan konsep fisika.

Berikut adalah contoh persiapan dan rubrik produk.

Tujuan : Mengetahui keterampilan motorik dan kreativitas siswa dalam menerapkan konsep massa jenis

Kegiatan : Setlah mempelajari konsep massa jenis, secara individual siswa diminta mengembangkan peralatan sederhana yang menerapkan konsep massa jenis.

(22)

22 Rubrik pengukuran suhu air dengan termometer

No Kegiatan 1 2 3 4

1 Judul

2 Kesesuaian produk dengan teori yang dipelajari

3 Kualitas desain produk 4 Kehandalan produk 5 Keaslian gagasan

Portfolio

Portofolio adalah pengumpulan secara sistematis hasil kerja seseorang. Asesmen portofolio merupakan teknik asesmen dengan mengumpulkan dan menilai hasil kerja dan tugas siswa secara berkelanjutan sebagai acuan bagi guru untuk melihat apakah telah terjadi kemajuan belajar pada diri siswa. Ada tiga jenis asesmen portfolio yaitu portfolio dokumentasi, portfolio untuk tujuan khusus, dan portfolio dokumen terbaik. Pada pembelajaran fisika jenis portfolio yang tepat adalah portfolio dokumentasi dan porfolio untuk tujuan khusus.

Bagi siswa, manfaat porfolio antara lain adalah: 1) memberi kesempatan siswa untuk memonitor dan berefleksi terhadap perkembangan belajarnya. 2) memberi kesadaran bahwa perkembangan masing-masing orang berbeda secara individual. 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan pencapaian indikator kompetensi. 4) memberikan kesempatan siswa untuk menilai dirinya sendiri. 5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.

Bagi guru portofolio berguna untuk 1) mengintegrasikan penilaian dan pelaporannya dalam proses pembelajaran, 2) menentukan contoh kerja nyata siswa yang berkaitan dengan indikator kompetensi, 3) menentukan kemajuan dan pencapaian belajar siswa, 4) mendiagnosa kekuatan dan kebutuhan siswa.

Agar portofolio menjadi bagian integral dari kegiatan pembelajaran di kelas, portofolio harus direncanakan dengan hati-hati. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah :

Memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio merupakan milik mereka.

Supaya siswa terlibat dalam kerja aktif dan mendorong mereka untuk menilai diri sendiri, harus diyakinkan bahwa portofolio merupakan milik dan upaya mereka bukan sekedar mengumpulkan hasil kerja supaya mendapat nilai yang baik

Menentukan contoh kerja apa yang akan dikumpulkan. Berbagai contoh kerja

dapat dikumpulkan, namun guru dapat memilih contoh kerja yang memudahkan mereka melihat perkembangan atau kemajuan siswa dalam mencapai kompetensi tertentu.

Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa. Guru dapat mengajak siswa

untuk menempatkan dan menyimpan kumpulan hasil kerjanya. Karya setiap siswa dapat ditampung dalam sebuah map, dan semua map diwadahi dalam

Menyusun rubrik. Supaya guru dapat menilai dengan adil karya siswa guru perlu

(23)

23

Menyusun Jadwal. Perlu dilakukan penjadwalan misalnya berapa kali seminar

dilakukan dan kapan. Demikian pula dengan penyelenggaraan pameran/display. Contoh rancangan portfolio

Tujuan : mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam ketrampilan proses sains: berkomunikasi ilmiah.

2. Berkas : hasil-hasil laporan praktikum siswa.

3. Waktu : awal semester sampai dengan akhir semester

4. Mekanisme : Setiap kali siswa melakukan kegiatan sains siswa diminta membuat laporan, diberikan komentar oleh guru, dan diminta melakukan perbaikan pada laporan berikutnya.

Penilaian Portfolio

Rubrik penskoran (scoring rubric) yang sering dikenal dengan rubrik merupakan gambaran skema penskoran yang dibuat oleh guru atau evaluator sebagai panduan dalam menganalisis/menskor produk yang dihasilkan siswa atau proses yang dilakukan oleh siswa. Rubrik umumnya diterapkan ketika kita harus melakukan justifikasi kualitas atau mengevaluasi permasalahan dan aktivitas-aktivitas yang luas. Contoh sederhana rubrik adalah pedoman penskoran yang kita buat untuk menskor hasil tes esay siswa. Tanpa adanya rubrik mungkin penskoran kita akan bias dan dipengaruhi ole perasan sesaat kita atau dengan kata lain tidak obyektif. Penggunaan rubrik dapat memberi setidaknya dua manfaat: 1) Dapat memberikan gambaran sejauh mana kemampuan yang telah dicapai siswa. 2) Dapat memberikan umpan balik kepada siswa tentang bagaimana seharusnya mereka untuk memperbaiki kinerjanya.

Tahap-tahap menyusun rubrik adalah:

1. Menentukan kriteria penampilan terbaik dari produk atau proses yang diskor 2. Menentukan kriteria penampilan terburuk.

(24)

24 4. Menambahkan kriteria skor.

Dalam menentukan kriteria rubrik dianjurkan menggunakan kata kerja operasional. Sebagai contoh kriteria ” siswa dapat mengukur suhu dengan baik” terlalu umum dan menyebabkan penilaian menjadi subjektif. Sebaiknya digunakan deskripsi yang lebih operasional seperti ” siswa menuliskan hasil pengukuran dan satuan dengan benar”.

Contoh Rubrik Generik

Mendekati harapan menjadi draf laporan

profesional

Skor 3

Secara umum hasil karya mudah diikuti. Kombinasi beberapa hal ini nampak dalam dokumen.

1. Secara keseluruhan menggunakan hubungan antar kalimat yang efektif

2. Menggunakan format profesional

3. Grafik-grafik yang digunakan menggambarkan dan dengan jelas mendukung tujuan dokumen.

Dukumen jelas dan ringkas dan secara keseluruhan menggunakan tata bahasa dengan benar

Cukup Baik

Skor 2

Dokumen dapat dengan mudah diikuti, kombinasi beberapa hal ini nampak dalam dokumen.

1. Menggunakan hubungan antar kalimat tingkat dasar. 2. Menggunakan format yang terstruktur

3. Terdapat beberapa grafik namun tidak dengan jelas dijabarkan.

Dokumen mengandung sedikit gangguan yang muncul dalam kombinasi berikut:

1. alur pemikiran 2. Grafik yang tak perlu 3. Tata bahasa

Perlu Peningkatan

Skor 1

Organisasi sulit diikuti akibat kombinasi beberapa hal di bawah:

1. kurang baiknya hubungan antar kalimat 2. Format yang tidak ringkas

3. Informasi tidak cukup dan tidak relefan 4. Grafik yang tidak jelas

Dokumen mengandung sejumlah gangguan yang muncul dalam kombinasi:

(25)

25

Analisis data Data disajikan dalam berbagai

Menganalisis, Menafsirkan, Menggunakan, Dan Mengkomunikasikan

Hasil Penilaian

Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal

Analisis dan penafsiran hasil asesmen dapat menggunakan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM). KKM ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai bersamaan

dengan pengembangan silabus. Penggunaan KKM ini dilakukan karena kurikulum berbasis kompetensi mengikuti acuan kriteria. Kriteria ketuntasan minimal menjadi

acuan bersama antara pendidik (sekolah), peserta didik, dan orang tua peserta didik.

Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak

untuk mengetahuinya.

Ada beberapa cara untuk menentukan KKM diantaranya adalah dengan

mempertimbangkan tingkat kompleksitas materi, kemampuan sumberdaya pendukung,

dan tingkat kemampuan masukan. Salah satu contoh penentuan KKM adalah sebagai

contoh berikut.

(26)

26

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian

Kompleksitas Tinggi (< 65) Sedang (65-79) Rendah (80-100) Daya Dukung Tinggi (80-100) Sedang (65-79) Rendah (<65) Kualitas masukan peserta didik Tinggi (80-100) Sedang (65-79) Rendah (<65)

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan masukan

peserta didiksedang, maka nilai KKM-nya (dengan cara pertama) adalah:

50 + 90 + 70

= 70 3

KKM untuk sebuah kompetensi dasar didasarkan pada rerata KKM indikator pada kompetensi dasar tersebut, sementara KKM ktandard kompetensi didasarkan pada rerata KKM KD yang terdapat dalam SK tersebut.

Implementasi KKM

Pada dasarnya, implementasi KKM dalam kegiatan asesmen sangatlah

sederhana. Berdasarkan KD dan indikator yang ada, guru mengembangkan berbagai

instrumen asesmen dan menerapkannya pada siswa. Penggunaan instrumen asesmen ini akan menghasilkan kumpulan data yang dapat diolah menjadi skor akhir. Implementasi

KKM adalah membandingkan skor akhir siswa dengan KKM. Siswa yang skor

akhirnya melewati KKM berarti tuntas, dan siswa yang skor akhirnya kurang dari KKM

dinyatakan tidak tuntas dan wajib mengikuti program remedial. Akan lebih baik jika

terdapat informasi yang lebih detail tentang indikator mana saja yang siswa belum

tuntas sehingga membantu siswa untuk mengikuti program remedial.

Siswa yang belum tuntas perlu mendapatkan program remedial yang dapat

berupa pengajaran ulang, penugasan, tutor sebaya, atau pembelajaran berbantuan

komputer. Setelah itu, siswa dapat diberikan tes ulang untuk menentukan apakah sudah

tuntas atau perlu remedial lagi

Tindak Lanjut Penilaian Hasil Belajar Peserta didik

Asesmen menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik.

Informasi ini dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik

yang belum mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang

mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan

program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas.

Hasil penilaian juga digunakan untuk menulis rapor. Rapor adalah laporan

kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu satu semester. Laporan kemajuan

mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan

(27)

27

boleh menetapkan sendiri model rapor yang dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh dari

ketuntasan kompetensi dasarnya.

Rangkuman

• Asesmen formatif merupakan proses yang digunakan oleh guru dan siswa dalam mengenali dan merespon belajar siswa dalam rangka meningkatkan belajarannya dalam proses pembelajaran

• Asesmen dapat dipilah menjadi dua yaitu asesmen formatif formal dan asesmen formatif informal

• Beberapa contoh asesmen formatif informal adalah paper lima menit, hal yang belum jelas, wawancara, dan self asesmen.

• Asesmen formatif formal dapat dilakukan dengan cara memberikan tes pada siswa. • Tes merupakan salah satu instrumen asesmen yang meminta siswa ntuk

memberikan respon tertulis terhadap suatu pertanyaan atau pertanyaan. • Tes harus memenuhi unsur validitas dan reliabilitas.

• Tes terbagi atas tes yang berbentuk objektif dan tes yang berbentuk subjektif. • Tes objektif dan subjektif memiliki kelebihan dan kekurangan. Tes objektif lebih

mudah dikoreksi namun sulit dikonstruksi. Sebaliknya tes subjektif lebih mudah dikonstruksi namun koreksinya perlu waktu yang lebih lama.

• Tabel spesifikasi soal adalah sebuah sarana untuk menjamin agar cakupan materi dan tingkat kognitif soal hasil pengembangan memenuhi persyaratan.

• Kartu soal adalah sarana untuk menuliskan soal beserta informasi tentang soal tersebut. Kartu soal memudahkan ahli untuk mengoreksi atau memvalidasi soal. • Ujicoba soal adalah suatu kegiatan untuk mengujicoba soal dalam rangka

mengetahui konsistensi internal soal.

• Analisis buir tes adalah kegiatan untuk mengetahui konsistensi internal butir tes. Hasil analisis butir tes menunjukkan kualitas sebuah tes.

• Asesmen kinerja adalah salah satu bentuk asesmen untuk mengetahui kemampan kerja siswa.

• Asesmen proyek adalah asesmen yang meminta siswa secara berkelompok melakukan tugas proyek

• Asesmen produk adalah asesmen yang meminta siswa menerapkan keterampilan mengembangkan peralatan.

• Asesmen portofolio adalah pengumpulan hasil kerja siswa untuk mengetahui perkembangan belajarnya.

• Rubrik adalah perangkat berisi kriteria yang membantu guru melakukan justifikasi terhadap peroses tertentu.

(28)

28

• Penggunaan KKM dalam pembelajaran adalah dengan cara membandingkan hasil pencapaian siswa dengan KKM.

• Siswa yang memiliki capaian di bawah KKM perlu mendapatkan program remedial, sementara siswa yang telah melampaui KKM mendapatkan program

pengayaan.

Tugas

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tes!

2. Jelaskan keuntungan dan kerugian tes berbentuk objektif dan subjektif! 3. Jelaskan yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas tes!

4. Kembangkan contoh tes berbentuk pilihan ganda! 5. Kembangkan contoh tes berbentuk uraian!

6. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri tentang pengertian asesmen! 7. Sebutkan beberapa contoh kegiatan yang merupakan bagian dari asesmen! 8. Jelaskan peranan asesmen dalam pembelajaran fisika!

9. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri apa yang dimaksud dengan KKM! 10. Jelaskan cara menentukan KKM!

11. Pilihlah sebuah Kompetensi dasar dan kembangkan KKM untuk kompetensi dasar tersebut!

12. Jelaskan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk program remedial! 13. Jelaskan beberapa kegiatan untuk program pengayaan!

14. Kembangkan sebuah rubrik untuk asesmen yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi !

1.

Daftar Pustaka

Anderson, L. W., 2003. Classroom assessment: Enhancing the quality of teacher

decision making. New jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc

Bott, P. A. 1996. Testing and assessment in occupational and technical education. Boston: Allyn and Bacon.

Boyle, J., & Fisher, S. 2007. Educational testing: A competence based approach.

Victoria: British Psycological Society. Depdiknas, 2002, Penilaian Berbasis Kelas

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.

Dunn, L., Morgan, C., Parry S., & Reilly, M. O., 2004. The student assessment

handbook. New York: Taylor&Francise-Library

Fisher, D. & Frey, N. 2007. Checking for understanding. Danvers: ASCD.

Griffin, P., & Nix, P. 1991. Educational assessment and reporting: A new approach. Sidney: HBJ.

Gronlund, N. E. 1977. Constructing achievement tests (2nded.). London: Prentice Hall Inc.

Mason, D., Moulton, M., & Russel, D. 2009. Three facet of formative assessment: How

to revolutionize (and actually us locally developed test. Santa clara country

(29)

29

Osterlind, S. J. 1998. Constructing test items: Multiple-choice, constructed response,

performance, and other formats (2nd ed.). New York: Kluwer Academic.

Publisher.

Phopam, W. J. 2001. The truth about testing: An educator’s call to action. Virginia: ASCD.

Popham, W. J. 1995. Classroom assessment: What teachers need to know. Boston: Allyn and Bacon.

Shrock, S. A., & Coscarelli, W. C. 2007. Criterion-reference test: Development

technical legal guideline for corporate training (3nd ed.). San Francisco:

Gambar

Gambar 2.Model Asesmen Formatif (Cowie&Bell, 2002: 82)
Tabel Keuntungan dan Kerugian Beberapa Format Tes (Mason, et al., 2009: 17).
Tabel Spesifikasi
grafik dan gammbar

Referensi

Dokumen terkait

Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memahami konsep dasar asesmen, mengembangkan instrumen asesmen perkembangan dan akademik, melaksanakan,

1) Asesmen kinerja dapat dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan 4D yang dipadukan dengan tahap pengembangan instrumen tes oleh Antonio dan Oriondo telah mempunyai

Mempelajari konsep dasar pengukuran, asesmen dan evaluasi pendidikan teknologi kejuruan dan penerapannya, agar mampu menyusun instrumen asesmen,

Rubrik Asesmen Pembelajaran Proyek (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan tugas kelompok yang dirancang berisi tentang aspek/kriteria dan tahap asesmen

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model asesmen autentik dalam pembelajaran ekonomi di SMA, mengidentifikasi validitas dan reliabilitas instrumen asesmen

Instrumen yang dikembangkan berbentuk rubrik PCK yang digunakan untuk menilai matriks PCK yang disusun calon guru fisika dalam konteks pengembangan keterampilan komunikasi saintifik..

Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen asesmen diagnostik kognitif pembelajaran sejarah adalah: 1 tahap analisis analysis meliputi analisis kebutuhan pengembangan instrumen

Pengetahuan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah CPMK Kemampuan akhir tiap tahapan belajar Sub-CPMK Sub-CPMK1 Memahami konsep dasar asesmen Sub-CPMK2 Memahami konsep dasar asesmen