147
PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT PADA PT. BANK DANAMON TBK
AGUS YUDIANTO,*, MEDDY NURPRATAMAb
a Program Studi Manajemen, Universitas Wiralodra Indramayu, [email protected],
b Program Studi Manajemen, Universitas Wilodra Indramayu, [email protected],
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh data-data dan informasi yang berhubungan dengan giro wajib minimum dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan kredit pada bank konvensional, yang selanjutnya diolah dan dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari identifikasi masalah di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : Perkembangan Giro Wajib Minimum (GWM) pada PT. Bank Danamon Tbk, Tingkat pertumbuhan kredit pada PT. Bank Danamon Tbk, Besarnya pengaruh perkembangan Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap pertumbuhan kredit pada Bank Danamon Tbk. ini Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode komparatif. Adapun pendekatan yang digunakan: Metode deskriptif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik sampling purposive. Teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan untuk tujuan tertentu.Tteknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. Dengan teknik ini, penulis akan mengetahui pengaruh antara perkembangan giro wajib minimum (variabel X) dengan pertumbuhan kredit (variabel Y).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan yang telah dilakukan pada analisa pembahasan , .Penyaluran giro wajib minimum tertinggi terjadi pada tahun 2011 triwulan ke-3 yaitu sebesar Rp. 7.048.550. Sedangkan penyaluran giro wajib minimum paling rendah terjadi pada tahun 2010 triwulan ke-2 yaitu sebesar Rp. 2.696.114. Perkembangan giro wajib minimum tertinggi terjadi pada triwulan ke-1 tahun 2009 sebesar 0.968, dan perkembangan giro wajib minimum terendah terjadi pada triwulan ke-2 tahun 2010 sebesar - 0.419, yang menunjukan tingkat penurunan giro wajib minimum cukup besar. Penyaluran kredit tertinggi terjadi pada tahun 2011 triwulan ke-3 yaitu sebesar Rp. 83.933.183.
Sedangkan penyaluran kredit paling rendah terjadi pada tahun 2007 triwulan ke-1 yaitu sebesar Rp. 34.622.419, dan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada triwulan ke-2 tahun 2010 sebesar 0,188, dan pertumbuhan kredit terendah terjadi pada triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar -0,129.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan korelasi product moment dapat diketahui bahwa perkembangan giro wajib minimum dan pertumbuhan kredit memiliki hubungan yang rendah dengan koefisien korelasi sebesar -0,189. Sedangkan berdasarkan analisis regresi, diketahui bahwa hubungan antara perkembangan giro wajib minimum dan pertumbuhan kredit adalah negatif, artinya apabila perkembangan giro wajib minimum meningkat maka pertumbuhan kredit menurun. Koefisien regresi giro wajib minimum (X) sebesar -0,053 artinya jika giro wajib minimum (X) meningkat satu satuan, maka kredit (Y)
148 cenderung menurun sebesar -0,053 satuan atau -5,3% Berdasarkan hasil uji t didapat bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti pada α = 5%, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari perkembangan giro wajib minimum terhadap pertumbuhan kredit. Dan berdasarkanperhitungankoefisien determinasi, perkembangan giro wajib minimum memberikan pengaruh sebesar 3,6% terhadap pertumbuhan kredit, dan sisanya 96,7%
merupakan faktor lain diluar dari variabel giro wajib minimum.
KATA KUNCI : Giro Wajib Minimum, Pertumbuhan Kredit
PENDAHULUAN
Sebagai otaritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga menjaga stabilitas sistem keuangan perbankan dan sistem pembayaran. Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, karena stabilitas moneter dan stabilitas keuangan tekait erat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, Sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak berjalan secara normal.
Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun Valas, penetapan tingkat dikonto, penetapan cadangan wajib minimum, pengaturan kredit dan pembiayaan, dan himbauan moral. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.
Bank Indonesia juga memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Kredit perbankan merupakan sumber dana tertinggi dalam proses pembangunan perekonomian di Indonesia yang akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian. Oleh sebab itu, peranan perbankan sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana sangat penting peranannya bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal tersebut menggambarkan pentingnya stabilitas sektor perbankan karena kegagalan di sektor perbankan ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.
Untuk mengantisipasi dampak gejolak ekonomi dan keuangan global yang semakin berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas valuta asing dan rupiah perbankan, Bank Indonesia menempuh kebijakan melalui salah satu instrumen kebijakan moneter yaitu giro wajib minimum (GWM) yang merupakan jumlah minimum giro yang harus dipelihara bank umum pada Bank Indonesia dengan tujuan ganda yaitu dana siaga yang sewaktu-waktu dapat digunakan guna membayar kewajibannya dan piranti untuk mencegah ekses likuiditas berlebihan yang mendorong ekspansi yang berlebihan. Berdasarkan situs Bank Indonesia (www.bi.go.id, diunduh pada tanggal 27 Februari 2009) Persentase GWM mempengaruhi daya ekspansi kredit. Jika bank sentral menentukan GWM diturunkan maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat,
148 sehingga jumlah uang beredar bertambah.
Sebaliknya jika GWM dinaikkan maka daya ekspansi kredit bank umum akan menurun, dan jumlah uang beredar dimasyarakat akan menurun.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan data Statistik Ekonomi Keuangan Bank Indonesia tahun 2006, pada saat persentase GWM mencapai 9,01%, target pertumbuhan kredit perbankan selama tahun 2006 sebesar 18%
ternyata tidak tercapai karena penyaluran kredit hanya tumbuh 14,1%. Dan krisis yang dialami pada tahun 2008 yang membuat Bank Indonesia melakukan perubahan pada persentase giro wajib minimum (GWM) berupa penurunan GWM dari 9,01% menjadi 7,5%. Kebijakan pelonggaran likuiditas ini berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam rupiah sebesar Rp. 50 triliun.
Dan pada saat persentase GWM diturunkan sepanjang tahun 2008, kredit tumbuh dengan cepat, bahkan laju kredit setahunan mencapai 35
% dari yang ditargetkan 18%. GWM mengalami perubahan kembali pada tahun 2010 dengan menaikan persentase GWM dari 5% menjadi 8%
dan pertumbuhan kredit yang terjadi setahunan pada tahun 2011 hanya tumbuh 19% -21% dari yang ditargetkan sebesar 20% - 22%, mengingat peraturan baru mengenai perubahan giro wajib minimum (GWM) baru derealisasikan dan sedang berjalan.
Bank Danamon merupakan salah satu bank umum swasta nasional terbesar kedua dan termasuk kedalam lima besar bank komersial di Indonesia. Seiring dengan kondisi giro wajib minimum (GWM) yang ditetapkan Bank Indonesia yang persentasenya selalu berubah- ubah menyebabkan pertumbuhan kredit pada Bank Danamon mengalami kondisi naik turun pula. Ketika persentase GWM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2008, pertumbuhan kredit pada Bank Danamon ikut mengalami peningkatan, Kredit perbankan tumbuh 34% dan simpanan nasabah meningkat sebesar 15% di Juni 2008.
Pertumbuhan kredit yang signifikan ini mendorong LDR perbankan ke posisi 73%.
Namun, yang membedakan yang dialami oleh Bank Danamon adalah ketika terjadi perubahan
terhadap ketentuan giro wajib minimum (GWM) yang menaikan persentase yang harus disalurkan bank umum menjadi 8% yang mulai diberlakukan pada bulan Nopember 2010, tidak menyurutkan pertumbuhan kredit Bank Danamon. Pertumbuhan kredit Bank Danamon terus meningkat pesat menjadi 23% atau Rp.101,7 triliun dari yang ditargetkan sebesar 15% atau Rp. 82,7 triliun pada tahun 2010, dengan tetap memenuhi kewajiban penyaluran GWM sebesar persentase yang telah ditetapkan Bank Indonesia yakni 8% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, penulis mencoba menuangkannya dengan judul:
“Pengaruh Perubahan Giro Wajib Minimum Terhadap Pertumbuhan Kredit Pada PT. Bank Danamon Tbk”.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian, Populasi & Sample a. Metode penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode komparatif. Adapun pendekatan yang digunakan:
Metode deskriptif menurut Sugiyono (2008:21) adalah:
”Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum”.
Menurut Moch. Nazir (2009:54),
” Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”.
b. Populasi
149 Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2009:61). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pada Bank Danamon periode 2006-2011.
c. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2009:62). Sampel dalam penelitian ini adalah laporan triwulanan Bank Danamon periode 2006-2011.
Teknik Sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,2009:62).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik sampling purposive.
Teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan untuk tujuan tertentu (Sugiyono,2009:68) Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi dan menyelesaikan pembuatan skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi sebagai berikut:
1.Observasi
Yaitu penelitian untuk mendapatkan data dari objek yang akan diteliti dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dengan datang untuk melakukan penelitian di Bank Indonesia Bandung yang beralamat di Jalan Braga nomor 108 Bandung
2.Wawancara
Mengajukan pertanyaan baik secara tulisan maupun lisan (interview guide) kepada pihak terkait, untuk memperoleh keterangan dan data yang diperlukan dalam penelitian.
3.Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang mempelajari literatur-literatur, buku-buku dan media lain yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan teori yang mendukung masalah dalam pembuatan penelitian.
Rancangan Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diujikam dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan ada dan tidaknya pengaruh yang signifikan antara perkembangan giro wajib minimum sebagai variabel bebas (X) terhadap pertumbuhan kredit sebagai variabel terikat (Y). Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang telah terindentifikasi sebelumnya.
Hipotesis tersebut akan dijawab menggunakan analisis deskriftif yang akan dikaji mengenai perkembangan giro wajib minimum dan pertumbuhan kredit pada Bank Danamon Tbk. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menguji signifikansi perkembangan giro wajib minimum terhadap pertumbuhan kredit yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyusun data secara ringkas menurut analisis triwulanan periode 2007-2011 pada PT. Bank Danamon Tbk.
2. Mengevaluasi data yang sudah ada untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari giro wajib minimum dan pertumbuhan kredit pada PT. Bank Danamon Tbk.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan giro wajib minimum terhadap pertumbuhan kredit Bank Danamon Tbk berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas dilakukan untuk melihat data yang diperoleh tersebar secara normal. Uji normalitas ini diperlukan untuk menentukan langkah statistik selanjutnya. Pada penelitian ini, pengujian normalitas data dilakukan dengan bantuan software SPSS 17 for windows.
Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas data kolmogorov-smirnov, Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusan :
Jika Sig (p) > 0,05 maka H0 diterima Jika Sig (p) < 0,05 maka H1 ditolak
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang telah teridentifikasi sebelumnya. Adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
150 1.a. Pertumbuhan kredit (Bank Lending
Growth)
Rasio untuk mengukur pertumbuhan jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
kreditn- kredit n−1 X 1
Pertumbuhan Kredit =--- - X 100%
kredit n−1
b. Perkembangan Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement Ratio)
Rasio ini disebut pula likuiditas wajib minimum, yaitu suatu simpanan minimum wajib dipelihara dalam bentuk giro pada Bank Indonesia bagi semua bank. Besarnya dapat dihitung menggunakan rumus:
2. Korelasi Product Moment
Menurut Sugiyono (2009:228) teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. Dengan teknik ini, penulis akan mengetahui pengaruh
antara perkembangan giro wajib minimum (variabel X) dengan pertumbuhan kredit (variabel Y).
Rumus korelasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
(
X)
) (n Y(
Y)
)X n (
Y X XY
r n
2 2
2 2
−
−
= −
Keterangan :
r = Koefiensi validitasi.
n = Banyaknya responden.
X = Skor total pertanyaan responden variabel X.
Y = Skor total pertanyaan responden variabel Y.
∑ X = Jumlah skor dalam variabel X.
∑ Y = Jumlah skor dalam variabel Y.
∑ X2 = Jumlah kuadrat masing-masing variabel X.
∑ Y2 = Jumlah kuadrat masing–masing variabel Y.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut, maka dapat berpedoman pada ketentuan seperti tabel berikut:
Tabel 1:
Pedoman Untuk Memberikan Intreprestasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Korelasi Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat rendah
0.20 -0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat Sumber : Sugiyono (2009:231) 3.Menetapkan persamaan regresi yaitu :
Y = β0 + β1X Dimana : β0 : Konstanta
β1 : Koefisien Regresi X : Variabel Bebas
Y : Variabel Terikat
0 Y X
= −
2
2 ( X)
X n
Y X XY n
−
−
=
4. Pengujian Hipotesis GWM n - GWM n-1
Perkembanagan GWM = --- X 100%
GWM n-1
151 Hipotesis yang akan di uji dan dibuktikan
dalam penelitian ini berhubungan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari perkembangan giro wajib minimum (variabel X) terhadap pertumbuhan kredit (variabel Y).
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji t ini digunakan untuk uji hipotesis atau pengujian signifikasi koefisien korelasi product moment (r). Dengan rumus sebagai berikut :
Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Membuat hipotesis
Ho : ρ = 0, Tidak ada pengaruh yang signifikan dari inflation rate terhadap bank lending growth.
Ha : ρ ≠ 0, Ada pengaruh yang signifikan dari inflation rate terhadap bank lending growth.
2. Menghitung koefisien korelasi dengan korelasi product moment.
3. Menghitung t hitung.
4. Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.
5. Menarik kesimpulan dari hipotesis.
5. Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisiensi determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel inflation rate (X) terhadap variabel bank lending growth (Y). Persentase pengaruh semua variabel bebas atas nilai variabel terikat ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (R2 ) .
Adapun rumus yang digunakan adalah:
Kd = r2 x 100%
Dimana:
Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipengaruhi variabel X
r2 = Koefisien korelasi pangkat dua.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Mengenai Giro Wajib Minimum (X)
Untuk mengantisipasi dampak gejolak ekonomi dan keuangan global yang semakin berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas valuta asing dan rupiah perbankan, Bank Indonesia menempuh kebijakan melalui salah satu instrumen kebijakan moneter yaitu giro wajib minimum (GWM) yang merupakan jumlah minimum giro yang harus dipelihara bank pada Bank Indonesia dengan tujuan ganda yaitu dana siaga yang sewaktu- waktu dapat digunakan guna membayar kewajibannya dan piranti untuk mencegah ekses likuiditas berlebihan yang mendorong ekspansi yang berlebihan.
GWM pada Bank Umum Konvensional di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu GWM primer dan GWM sekunder. Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti jenis GWM primer dalam rupiah.
Giro wajib minimum pada Bank Umum Konvensional di Indonesia periode 2006- 2011 mengalami fluktuasi dikarenakan besaran GWM ditentukan oleh jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdapat pada Bank Umum Konvensional tersebut. Berikut ini adalah kondisi GWM pada salah satu Bank Umum, yaitu PT. Bank Danamon Tbk periode 2006-2011. Perkembangan giro wajib minimum periode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
152 Tabel 2:
Perkembangan Giro Wajib Minimum (GWM) (X) Periode Triwulan 1 Tahun 2006- Triwulan III Tahun 2011
Tahun GWM
(jutaan rupiah)
Perkembangan (%)
2006
Triwuan 1 3.551.766 -0,30%
Triwuan 2 3.597.037 1,27%
Triwuan 3 3.640.298 1,20%
Triwuan 4 3.949.723 8,50%
2007
Triwuan 1 4.206.113 6,49%
Triwuan 2 4.426.521 5,24%
Triwuan 3 3.954.719 -10,66%
Triwuan 4 3.976.039 0,54%
2008
Triwuan 1 5.567.508 40,03%
Triwuan 2 6.395.367 14,87%
Triwuan 3 4.750.812 -25,71%
Triwuan 4 2.820.413 -40,63%
2009
Triwuan 1 5.550.667 96,80%
Triwuan 2 4.105.243 -26,04%
Triwuan 3 5.637.603 37,33%
Triwuan 4 3.820.180 -32,24%
2010
Triwuan 1 4.635.368 21,34%
Triwuan 2 2.696.114 -41,84%
Triwuan 3 3.357.358 24,53%
Triwuan 4 5.274.888 57,11%
2011
Triwuan 1 5.864.250 11,17%
Triwuan 2 6.864.999 17,07%
Triwuan 3 7.048.550 2,67%
Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan Bank Danamon, diolah kembali Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
penyaluran giro wajib minimum tertinggi terjadi pada tahun 2011 triwulan ke-3 yaitu sebesar Rp.
7.048.550. Sedangkan penyaluran giro wajib minimum paling rendah terjadi pada tahun 2010 triwulan ke-2 yaitu sebesar Rp. 2.696.114.
Perkembangan giro wajib minimum tertinggi terjadi pada triwulan ke-1 tahun 2009 sebesar 96,80%, dan perkembangan terendah terjadi pada triwulan ke-2 tahun 2010 sebesar -41,84%
Besarnya kenaikan dan atau penurunan perkembangan giro wajib minimum yang terjadi pada periode 2006 sampai dengan tahun 2011 dapat diperjelas dengan melihat grafik di bawah ini.
153 Gambar 1:
Gambaran Mengenai Giro Wajib Minimum (X)
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis a. Gambaran Mengenai Kredit (Y)
Tingkat penyaluran kredit dan pertumbuhan kredit perbankan dapat dilihat dari persentase perubahannya dari tiap periode dengan mengacu pada laporan keuangan perbankan itu sendiri. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Laporan Keuangan Bank Danamon, tingkat penyaluran kredit dan pertumbuhan kredit periode triwulan I tahun 2006 hingga triwulan III tahun 2011 pada Bank Danamon dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3:
Pertumbuhan Kredit (Y)
Periode Triwulan 1 Tahun 2006- Triwulan III Tahun 2011
Tahun Kredit
(jutaan rupiah)
Perkembangan (%)
2006
Triwuan 1 39.801.670 13,80%
Triwuan 2 35.796.529 -10,06%
Triwuan 3 37.814.392 5,64%
Triwuan 4 39.746.644 5,11%
2007
Triwuan 1 34.622.419 -12,89%
Triwuan 2 42.892.915 23,89%
Triwuan 3 46.759.812 9,02%
Triwuan 4 49.858.293 6,63%
2008
Triwuan 1 52.550.602 5,40%
Triwuan 2 57.949.107 10,27%
Triwuan 3 63.093.994 8,88%
Triwuan 4 63.410.474 0,50%
2009 Triwuan 1 59.904.739 -5,53%
Triwuan 2 57.778.743 -3,55%
154
Triwuan 3 57.579.982 -0,34%
Triwuan 4 58.367.570 1,37%
2010
Triwuan 1 59.155.585 1,35%
Triwuan 2 70.281.364 18,81%
Triwuan 3 64.761.604 -7,85%
Triwuan 4 73.268.325 13,14%
2011
Triwuan 1 76.376.557 4,24%
Triwuan 2 80.496.530 5,39%
Triwuan 3 83.933.183 4,27%
Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan Bank Danamon, diolah kembali Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa nilai kredit tertinggi terjadi pada tahun 2011 triwulan ke-3 yaitu sebesar Rp. 83.933.183.
Sedangkan nilai kredit paling rendah terjadi pada tahun 2007 triwulan ke-1 yaitu sebesar Rp.
34.622.419. Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi
pada triwulan ke-2 tahun 2007 sebesar 23,89%, dan pertumbuhan kredit terendah terjadi pada triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar -12,89%.
Besarnya kenaikan dan atau penurunan pertumbuhan kredit yang terjadi pada periode 2006 sampai dengan tahun 2011 dapat diperjelas dengan melihat grafik di bawah ini.
Gambar 2 : Gambaran Mengenai Kredit (Y)
Sumber: Hasil pengolahan penulis
Pengaruh Giro Wajib Minimum (X) terhadap Kredit (Y)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk memenuhi asumsi dilakukannya analisis regresi yang akan melakukan penaksiran sekaligus pengujian, dimana untuk kepentingan ini variabel yang bersifat random harus
berdistribusi normal. Pengujian normalitas cukup dilakukan hanya terhadap variabel dependen saja, dikarenakan hanya variabel dependen yang memiliki sifat random. Jika sejumlah besar variabel random yang didistribusikan secara independen dan identik, maka dengan beberapa pengecualian, distribusi jumlahnya cenderung ke distribusi normal bila banyaknya variabel seperti itu meningkat tak terbatas (Gujarati, N. Damodar, alih bahasa
155 Sumarno Zain, 2007:66). Dengan dasar ini,
maka pengujian normalitas data hanya dilakukan terhadap variabel dependen saja, yang dalam penelitian ini adalah variabel Y.
Dengan menggunakan software SPSS 17 for window berikut disajikan tabel uji normalitas untuk data variabel Y.
Tabel 4:
Hasil Uji Normalitas Variabel Y
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Kolmogrof Smirnov sebesar 0,522 dan nilai sig
= 0,948. Dikarenakan nilai sig > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel dependen berdistribusi normal.
6.2.3 Persamaan Regresi
Penggunaan analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk membuat model matematis dari pengaruh Pengaruh Giro Wajib Minimum terhadap Kredit sehingga dari model
tersebut diketahui besarnya perubahan pada Kredit jika dilaksanakan Giro Wajib Minimum.
Analisis regresi linier sederhana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:270) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Model regresi yang digunakan adalah:
Y = a + bX
Dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows, diperoleh model regresi sebagai berikut.
Tabel 5:
Output SPSS Regresi Linier Sederhana
Dari output di atas diketahui nilai kontstanta dan koefisien regresi sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 0,046 - 0,053 X
Dari persamaan linier sederhana di atas dapat dilihat besarnya konstanta adalah 0,046 berarti nilai Kredit (Y) pada saat tidak ada Giro Wajib Minimum atau variable bebasnya sama dengan nol adalah 0,046. Tanda koefisien Atribut Produk menunjukan arah hubungan dari
On e-Sam ple Kolm ogor ov-Sm irno v Test
23 .0424 .08823 .109 .089 -.109 .522 .948 N
Mean
Std. Deviation Normal P aram etersa,b
Absolute Positive Negative Most Ex treme
Differenc es
Kolmogorov-S mirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)
Y
Tes t dist ribution is Normal.
a.
Calculated from dat a.
b.
Coefficie ntsa
.046 .019 2.433 .024
-.053 .060 -.189 -.881 .388
(Constant) X
Model 1
B Std. Error Uns tandardized
Coefficients
Bet a Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Y a.
156 variable yang bersangkutan dengan Kredit (Y).
Koefisien regresi Giro Wajib Minimum (X) bertanda negatif menunjukan adanya pengaruh yang negatif antara Giro Wajib Minimum (X) dengan Kredit (Y). Koefisien regresi Giro Wajib Minimum (X) sebesar -0,053 artinya jika Giro Wajib Minimum (X) meningkat satu satuan, maka Kredit (Y) cenderung menurun sebesar - 0,053 satuan atau -5,3%.
Analisis Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara Giro Wajib Minimum dengan Kredit. Berdasarkan rumus yang telah disajikan pada Bab III, maka perhitungan koefisien korelasi dari output SPSS 17.0 for windows yang diperoleh nilai hubungan variabel bebas dengan variabel terikat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6:
Analisis Korelasi Pearson
Berdasarkan output SPSS di atas didapat nilai koefisien korelasi sebesar -0,189.: Besarnya
koefisien korelasi antara Giro Wajib Minimum dengan Kredit sebesar -0,189 artinya
hubungan kedua variabel tersebut berkorelasi sangat kecil. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah. Artinya semakin baik perkembangan Giro Wajib Minimum, maka Kredit semakin menurun.
6.2 4. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis Koefisien Determinasi dipergunakan untuk mengukur atau mengetahui seberapa besar perubahan Giro Wajib Minimum terhadap Kredit. Untuk menelusuri hal tersebut dapat ditentukan dengan menghitung koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut
Dimana :
KD = koefisien determinasi r = koefisien korelasi Sehingga:
KD = -0,1892 x 100%
= 0,036 x 100%
= 3,6%
KD = r2 x 100%
Dari perhitungan di atas diperoleh nilai KD = 0,036 atau 3,6%. Nilai ini menunjukan besarnya
pengaruh Giro Wajib Minimum terhadap Kredit.
Dari 3,6% perubahan pada Kredit disebabkan oleh perubahan Giro Wajib Minimum.
Pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati oleh peneliti adalah sebesar (100% - 3,6% = 96,7%). Pengaruh tersebut merupakan pengaruh faktor lain diluar dari variabel Giro Wajib Minimum.
Pengujian Hipotesis
Untuk mengethui apakah Giro Wajib Minimum mempunyai pengaruh terhadap variabel Kredit, maka penulis akan mengujinya dengan penggunaan statistik Uji t dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Giro Wajib Minimum tidak terdapat pengaruh terhadap Kredit.
H1 : terdapat pengaruh antara Giro Wajib Minimum terhadap Kredit.
Dengan taraf signifikansi sebesar 5% maka rumus yang digunakan
Correlati ons
1 -.189
.388
23 23
-.189 1
.388
23 23
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X
Y
X Y
157 untuk pengujian hipotesis Uji t adalah sebagai
berikut:
Dimana :
t = Nilai uji t (t hitung) r = Nilai koefisien korelasi r2 = Koefisien determinasi
(n-2) = Derajat kebebasan distribusi atau uji t Maka:
Dimana t tabel = t (0,05 ; 23) = 2,080
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah sebesar -0,881.
Dengan α=0,05 dan df=21, maka di dapat t tabel 2, 2,080. Dikarenakan nilai t hitung < t tabel (- 0,881 < 2, 2,080) maka H0 diterima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kredit. Jika disajikan dalam kurva Uji t maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3: Kurva Uji-t
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t dan gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai t hitung berada dalam daerah penerimaan H0¬, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh kesimpulan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari perkembangan Giro Wajib Minimum terhadap pertumbuhan kredit.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan yang telah dilakukan pada analisa pembahasan , diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyaluran giro wajib minimum tertinggi terjadi pada tahun 2011 triwulan ke-3 yaitu sebesar Rp. 7.048.550. Sedangkan penyaluran giro wajib minimum paling rendah terjadi pada tahun 2010 triwulan ke-2 yaitu sebesar Rp. 2.696.114. Perkembangan giro wajib
minimum tertinggi terjadi pada triwulan ke-1 tahun 2009 sebesar 0.968, dan perkembangan giro wajib minimum terendah terjadi pada triwulan ke-2 tahun 2010 sebesar -0.419, yang menunjukan tingkat penurunan giro wajib minimum cukup besar.
2. Penyaluran kredit tertinggi terjadi pada tahun 2011 triwulan ke-3 yaitu sebesar Rp.
83.933.183. Sedangkan penyaluran kredit paling rendah terjadi pada tahun 2007 triwulan ke-1 yaitu sebesar Rp. 34.622.419, dan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada triwulan ke-2 tahun 2010 sebesar 0,188, dan pertumbuhan kredit terendah terjadi pada triwulan ke-1 tahun 2007 sebesar -0,129 3. Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan korelasi product moment dapat diketahui bahwa perkembangan giro wajib minimum dan pertumbuhan kredit memiliki hubungan yang rendah dengan koefisien korelasi sebesar -0,189. Sedangkan berdasarkan analisis regresi, diketahui bahwa hubungan antara perkembangan giro wajib minimum dan pertumbuhan kredit adalah
-2,080 -0,881 0 2,080 Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
148 negatif, artinya apabila perkembangan giro
wajib minimum meningkat maka pertumbuhan kredit menurun. Koefisien regresi giro wajib minimum (X) sebesar - 0,053 artinya jika giro wajib minimum (X) meningkat satu satuan, maka kredit (Y) cenderung menurun sebesar -0,053 satuan atau -5,3% Berdasarkan hasil uji t didapat bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti pada α = 5%, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari perkembangan giro wajib minimum terhadap pertumbuhan kredit. Dan berdasarkanperhitungankoefisien determinasi, perkembangan giro wajib minimum memberikan pengaruh sebesar 3,6% terhadap pertumbuhan kredit, dan sisanya 96,7%
merupakan faktor lain diluar dari variabel giro wajib minimum.
Saran
Walaupun Giro Wajib Minimum (GWM) tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat pertumbuhan kredit, namun berdasarkan dari data yang saya temukan di laporan keuangan PT Bank Danamon Tbk penyaluran Giro Wajib Minimum bersifat fluktuatif dan sampai dengan penyaluran yang cukup tinggi.
Mengingat penyaluran giro wajib minimum tidak menghasilkan, ini akan berdampak pada keuntungan bagi bank itu sendiri. Bank Danamon bisa kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari penyaluran kredit.
Oleh karena itu saya memberikan saran kepada PT Bank Danamon untuk lebih memperhatikan penggunaan dananya agar disatu sisi bisa memperoleh keuntungan yang tinggi dan disisi lain agar tetap bisa menjaga likuiditasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bunggin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,2005)Siamat, Dahlan (1993).
Manajemen Bank Umum, Jakarta : Intermedi
Gujarati, Damodar. 2007. Ekonometrika Dasar.
Terjemah Sumarno Zein. Jakarta: Erlangga
_____________ (2004). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006
Simorangkir, O.P; (1992) .Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan, Aksara Persada Indonesia
Sinungan, Muchdarsyah (1993) . Manajemen Dana Bank. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Alfabeta CV, 2015.
____________________(1993). Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nazir, Moh. Ph. D. 2009. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suyatno, Thomas dkk (1993). Kelembagaan Perbankan. Jakarta : PT. Gramedia Utama dan STIE Perbanas.
Rose, Peter S. (1999), Commercial Bank Management, 4Th Edition. Mc. Graw- Hill International Editions.
Sumitro, Warkum (1996). Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.PT. Sinar Grafika
Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Bandung :Penerbit Citra Umbara
Widjanarto(1995). Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta:Grafitti Press
www.bi.go.id, 27 Februari 2019.