• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/index.php/sipatokkong/login

Pendidikan Karakter dan Perspektif Ekonomi dalam Pesta Adat “Rambu Solo”

ABSTRACT

The traditional party Rambu Solo is one of the efforts in children's character education. The problem of the nation's generation character is the impact of globalization. This causes the need for investment in character education. The Rambu Solo ceremony which can be value social for education. Besides being seen in terms of character problems that will be changed through the traditional party Rambu Solo by building children's character education. The cost of carrying out this ceremony is very expensive because of the large number of animals (buffalo and pigs) sacrificed and the length of the ceremony. This is something unique from an accounting perspective. This study uses an interpretive paradigm with a phenomenological methodology. Solo sign ceremony in Tana Toraja, South Sulawesi. The results found three meanings of the cost of carrying out the Rambu Solo ceremony, namely family gathering, social strata identity, and family debt.

Keywords: Character Education, Traditional Ceremony, Rambu Solo

ABSTRAK

Pesta adat “Rambu Solo” merupakan salah satu upaya dalam pendidikan karakter anak. Permasalahan karakter generasi bangsa merupakan dampak dari globalisasi. Hal tersebut menyebabkan perlunya penanaman pendidikan berkarakter.

Rambu Solo mempunyai nilai sosial yang dapat dijadikan pendidikan karakter. Selain dilihat dari segi permasalah karakter yang akan diubah melalui pesta adat Rambu Solo dengan membangun pendidikan karakter anak. Biaya pelaksanaan upacara ini sangat mahal karena banyaknya hewan (kerbau dan babi) yang dikorbankan dan lamanya hari pelaksanaan upacara. Hal tersebut merupakan sesuatu yang unik dilihat dari perspektif akuntansi. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dengan metodologi fenomenologi. Upacara rambu solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menemukan tiga makna dari biaya pelaksanaan upacara Rambu Solo, yaitu kumpul keluarga, identitas strata sosial, dan utang keluarga.

Kata kunci : Pendidikan karakter, Upacara adat, Rambu Solo Yosia Simuruk

SMP Negeri 2 Kesu’ Kabupaten Toraja Utara Email: [email protected]

(2)

PENDAHULUAN

Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan begitu, kebudayaan merupakan hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilimah adalah Taylor, yang menuliskan dalam bukunya “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang menyeluruh yang di dalamnya terkandung kepercayaan, ilmu pengetahuan, adat istiadat serta pengetahan mengenai moral dan kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. (Ranjabar, 2006).

Kebudayaan yang dimiliik bersama anggota masyarakat yang penyebaranya kepada anggota-anggota dan pewarisnya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Kemudian dikaji ke dalam teori semiotika menurut Ferdinan de Saussure (Kaelan, 2009). Menekankan bahwa semiotika adalah bidang ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Sedangkan menurut Charles Sanders Peirce (Kaelan, 2009) Semiotika adalah sebagai bidang imu yang mengkaji hubungan diantara tanda, objek dan makna.

Berbagai macam kebudayaan yang tersebar di Indonesia di antaranya upacara adat. Bentuk-bentuk tradisi yang dilakukan oleh berbagai suku bangsa antara lain perkawinan, pesta adat, kematian dan sebagainya. Tiap-tiap bentuk upacara tersebut dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa tersebut. Ciri khas tersebut disatu pihak ada yang masih dipertahankan oleh masyarakat dan tidak mengalami perubahan sama sekali, dilain pihak ada yang mengalami perubahan atau malah sama sekali sebagai suatu tradisi yang menjadi bagian dari suatu masyarakat.

Dari sekian banyak tradisi tersebut yang ada di Indonesia salah satu kajian semiotika dalam lingkup religi yang mewakili salah satu suku yang ada di Sulawesi Selatan, masyarakatnya sangat mempertahankan adat istiadat dan memahami dengan

(3)

jelas makna simbolik yang terkandung dalam benda-benda dan bahasa dalam upacara adat Rambu Solo. Masyarakat suku Toraja yang dikenal karena masih mempertahankan adat istiadat dalam hal pesta kematian. Dengan mempertahankan adat istiadat dalam Rambu Solo masyarakat Toraja tidak tanggung-tanggung dalam berpartisipasi pada upacara Rambu Solo dengan biaya yang sangat mahal.

PEMBAHASAN

Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu pengembangan nilai dan karakter. Dalam suatu kebudayaan di dunia pendidikan memainkan peranan dalam agen pengajaran nilai dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlaksana merupakan proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.

Nilai-nilai kebudayaan diharapkan dapat membentuk generasi yang memiliki karakter.

Upacara adat merupakan bagian dari lingkungan atau kebudayaan peserta didik.

Upacara tersebut, memberikan pengalaman yang kongkrit sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Suku Toraja di Sulawesi Selatan memiliki upacara adat yang khas. Salah satu upacara adat suku Toraja yaitu upacara Rambu Solo.

Pendidikan harus mampu memberikan pencerahan secara batiniah maupun lahiriah kepada peserta didik. Hal tersebut harus berdasar pada siklus kehidupan yang bertumpu pada nilai-nilai kehidupan dan budayanya sendiri. Hakekat kehidupan itu harus mampu memberi makna bagi orang lain, bukan menjadi beban orang lain bahkan jangan sampai merampas hak–hak orang lain, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Oleh karena itu, diperlukan pengintegrasian nilai-nilai moral dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai moral dengan mata pelajaran dapat menjadi salah satu cara untuk memberikan pendidikan berkarakter kepada peserta didik. Nilai dalam konteks sosial budaya dari upacara Rambu Solo dijadikan sebagai sumber belajar pendidikan karakter (Kartolo, 1984). Dalam upacara adat yang dilaksanakan orang Toraja khususnya ritus Rambu Solo, anak-anak berinteraksi secara

(4)

langsung dengan sesamanya dan berinteraksi dengan orang dewasa lainnya. Melalui upacara adat ini mereka tanpa sadar dapat mengidentifikasi dan menginternalisasi segala bentuk sikap, pengalaman dan perilaku yang telah diharuskan dan akan dipedomaninya sebagai anggota masyarakat kecil. Upacara Rambu Solo dapat berkontribusi dalam perkembangan karakter anak apabila dijadikan sebagai sumber pembelajaran.

Suku Toraja merupakan salah satu suku yang masih tetap mempertahankan keaslian adat dan kebudayaannya. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri. Keunikan dan keaslian itu membuat budaya Toraja menjadi dikenal sampai ke luar negeri. Seperti pada upacara kematiannya yaitu Rambu Solo. Rambu Solo terdiri dari 2 kata, rambu (asap atau sinar) dan solo’ (turun). Dengan demikian rambu solo’ dapat diartikan sebagai upacara yang dilaksanakan pada waktu sinar matahari mulai turun (terbenam).

Upacara ini dilakukan sejak jaman dahulu, dilaksanakan berdasarkan keyakinan leluhur yang disebut aluk todolo, yang berarti kepercayaan atau pemujaan terhadap roh (Sitonda, 2007).

Upacara ini disebut juga sebagai upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal masih dianggap “sakit” atau

“lemah”, sehingga tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup. Tujuan dari upacara ini untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di punya. Di dalam adat Toraja, dalam hal kematian, upacara adat tidak boleh ditinggalkan.

Melaksanakan upacara merupakan tanggung jawab seluruh anggota keluarga yang harus dipenuhi agar jiwa seseorang yang meninggal akan damai sehingga selamat meninggalkan dunia menuju dunia yang tentram di puya. Puncak upacara rambu solo’

ini biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Pesta adat Rambu Solo ini membutuhkan waktu 3-7 hari. Bahkan sampai 2 minggu untuk kalangan bangsawan atau kalangan yang terkenal di Toraja. Kebudayaan yang terdapat di Toraja ini

(5)

merupakan salah satu culture adat yang ada di sana. Upacara adat Rambu Solo merupakan upacara dengan nilai-nilai adat Tana Toraja yang mengikat masyarakat.

Rangkaian kegiatan upacara pemakaman Rambu Solo rumit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di Toraja orang yang meninggal baru akan dimakamkan berbulan-bulan setelah kepergiannya , Pihak keluarga membutuhkan waktu mengumpulkan dana untuk upacara pemakaman. Besaran dana yang digunakan ini berkaitan dengan tingkat upacara dan jumlah hewan yang akan dikurbankan.

Pengeluaran dalam perspektif budaya dilakukan dalam kegiatan perayaan adat tidak memiliki keterkaitan dengan perolehan pendapatan sebagai ikutannya, walaupun pengeluaran untuk perayaan tersebut membutuhkan pengeluaran biaya yang sangat besar. Salah satu aktifitas budaya yang menarik untuk diamati adalah perayaan adat Rambu Solo yang dilakukan oleh masyarakat adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Terdapat tiga pertimbangan yang menjadikan perayaan adat Rambu Solo sangat menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian, pertama; perayaan Rambu Solo membutuhkan pengeluran biaya yang sangat mahal (besar). Biaya tersebut memiliki dampak yang material bagi ekonomi keluarga, masyarakat dan pemerintah daerah, padahal pengeluaran tersebut tidak memiliki dampak yang material terhadap penerimaan mereka maupun pemerintah daerah. Kedua; perayaan rambu solo tetap terjaga dan terpelihara keberlangsungannya hingga saat ini, hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membiaya perayaan tersebut, namun pengeluaran biaya tersebut memiliki makna tertentu sehingga perayaan rambu solo tetap perlu dijaga keberlangsungannya.

Menurut Said (2004:27) upacara Rambu Solo sudah dilaksanakan dimulai kira- kira abad ke-9 masehi dan dilaksanakan turun-temurun sampai saat ini. Ketiga:

perayaan Rambu Solo dikenal tidak hanya didalam negeri, namun hingga ke mancanegara, sehingga kajian terhadap makna biaya dalam perayaan rambu solo akan memberikan inspirasi yang lokal namun juga secara global. Latar belakang masyarakat Tana Toraja dalam perayaan rambu solo melahirkan Perspektif tersendiri memaknai biaya yang harus dikorbankan untuk perayaan jika dibandingkan dengan perspektif

(6)

organisasi bisnis. Ada pemaknaan tertentu bagi masyarakat Tana Toraja dengan mengorbankan dana yang sedemikian besar secara berkelanjutan. Ada sesuatu yang memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan.

Nilai lebih tersebut penting untuk diungkap dengan melakukan penelusuran kepada para informan yang tepat, apa makna pengorbanan biaya dalam perayaan Rambu Solo bagi mereka, sehingga bagi masyarakat Toraja, ada hal lebih yang besar dan bernilai diperoleh dari perayaan tersebut, jika dibandingkan dengan pengeluaran biaya yang dilakukan.

Jadi upacara Rambo Solo dapat dijadikan sebagi sumber pembelajaran pendidikan berkarakter. Hal tersebut dikarenakan aspek sosial-budaya yang terkandung upcara Rambu Solo, yaitu :

1. sebagai wadah pemersatu keluarga 2. sebagai tempat membagi warisan 3. sebagai tempat menyatakan martabat

4. sebagai tempat bergotong royong dan tanggung jawab 5. sebagai wadah pengembangan seni artinya

6. sebagai wadah berdonasi

Nilai ini dibutuhkan untuk membentuk karakter bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Upacara Rambu Solo di Toraja memerlukan biaya yang sangat besar (mahal).

Biaya yang tinggi tersebut disebabkan oleh banyaknya kerbau dan babi yang dikorbankan, dan lamanya upacara dilaksanakan. Kerbau Belang (tedong bonga) yaitu sejenis kerbau lumpur yang memiliki warna kulit belang hitam dan putih memiliki kedudukan penting dan mempunyai hubungan yang erat dengan upacara adat, yaitu sebagai kerbau potong persembahan kepada Sang Pencipta. Karena memiliki nilai ritus yang tinggi pada kerbau Belang jantan sehingga kerbau belang memiliki harga jauh lebih tinggi Said dan Tappa (2008). Kerbau yang dikorbankan

dapat mencapai ratusan ekor dan ribuan ekor babi (Yulius 2012). Jika kerbau yang

(7)

dikorbankan merupakan kerbau belang (albino), maka satu kerbau saja harganya sangat mahal karena harga satu kerbau belang dapat mencapai tiga puluh sampai lima puluh kali harga kerbau biasa (Sariubang, Qomariyah, dan Kristanto 2014).

Biaya yang dibutuhkan untuk perayaan upacara Rambu Solo tergolong sangat tinggi (mahal). Apabila dilihat dari perspektif ekonomi semata kegiatan tersebut dapat dinilai sebagai suatu pemborosan, karena biaya yang dikeluarkan sangat besar, bahkan untuk mengumpukan biaya tersebut dilakukan selama berbulan-bulan, atau

bertahun-tahun, sehingga dapat dikatakan mencari kekayaan hidup untuk digunakan dalam upacara kematian. Namun upacara tersebut tetap dilaksanakan berapapun biaya yang dibutuhkan karena pengorbanan biaya tersebut memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Toraja. (Sariubang etal. 2014).

Biaya yang besar dalam upacara Rambu Solo adalah untuk melakukan pengorbanan utama berupa penyembelihan kerbau belang atau tedong bonga. Selain melakukan pengorbanan kebau belang juga dilakukan mengorbankan kerbau biasa, dan babi yang jumlahnya tergantung kemampuan keluaga. Semakin mampu keluarga semakin banyak yang dikorbankan. Biaya yang besar tersebut dapat dilihat dari harga kerbau belang. Harga kerbau belang tergolong sangat mahal yaitu mencarapi antara 30 sampai dengan 50 kali harga kerbau biasa (Sariubang et al.2014).

Selain mengorbankan kerbau belang, upacara rambu solo juga mengorbankan kerbau biasa dan babi yang jumlanya mencapai ratusan ekor bahkan ribuan ekor.

Sehingga keseluruhan biayanya dapat mencapai milyaran rupiah (Yulius, 2012).

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan karakter dan kebudayaan sangat berkaitan erat, karena melalui kebudayaan yang ada dalam suatu daerah yang diketahui mengandung banyak makna pendidikan yang bisa di implementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Melalui upacara adat Rambo Solo peserta didik mampu menerima pendidikan karakter yang terdapat dalam upacara tesebut peserta didik mampu menjadikan keluarga sebagai wadah yang

(8)

penting dalam hidup, serta menanamkan sikap tanggung jawab dan gotong royong sesama masyarakat. Meskipun, upacara adat Rambu Solo ini mengeluarkan banyak biaya, upacara tersebut akan selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Dari pelaksanaan upacara tersebut menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk bekerja keras agar dapat melaksanakan kegiatan upacara Rambu Solo disetiap tahunnya yang memerlukan biaya yang besar. Karena upacara Rambu Solo ini merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan.

Saran

Peran guru dan orang tua sangat penting untuk mulai mengenalkan salah satu upacara adat dari Tana Toraja yaitu Rambu Solo. Melalui pengenalan salah satu adat yang ada di Sulawesi Selatan khususnya di kabupaten Tana Toraja, peserta didik dan masyarakat sekitar lebih mengetahui berbagai macam kebudayaan yang ada di Makassar yang harus dilestarikan dan dikenal oleh banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Embon, D., & Suputra, I. G. (2018). SISTEM SIMBOL DALAM UPACARA ADAT TORAJA RAMBU SOLO:KAJIAN SEMIOTIK. Jurnal Bahasa dan Sastra, 3(7), 1-10.

Guntara, F., Fatcha, A., & Ruja, I. N. (2016). kajian sosial-budaya rambu solo’ dalam pembentukan karakter peserta didik. Jurnal Pendidikan, 1(2), 154—158.

KONTEN BUDAYA NUSANTARA UPACARA ADAT RAMBU SOLO’ - TORAJA. (2015). JURNAL PENDIDIKAN, 1(2), 1-7.

Maunah, B. (2015). implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan kepribadian siswa. JURNAL PENDIDIKAN KARAKTER, 1(5), 90-101.

(9)

OMERI, N. (2015). pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. JURNAL PENDIDIKAN, 9(3), 464-468.

Panggarra, R. (2014). konflik kebudayaan menurut teori lewis alfred coser dan relevansinya dalam upacara pemakaman (rambu solo’) di tana toraja. JURNAL JAFFARAY, 12(2), 1-26.

Ranjabar, J. (2006). sistem sosial budaya indonesia. BOGOR: GHALIA INDONESIA.

Setiawati, N. A. (2017). pendidikan karakter sebagai pilar pembentukan karakter bangsa. JURNAL PENDIDIKAN, 1(1), 348-352.

Suherman, Triyanto, & Sunarto. (2017). Embodiment, Myth, and Characters’ Value Sculpture of Tau Tau at Toraja in South Sulawesi. Journal of Arts Education, 4(2), 161-173.

Tumirin, & Abdurahim, A. (2015). makna biaya dalam upacara rambu solo. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(2), 175-340.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang terkait dengan latar belakang di atas yakni: pertama, Bagaimana Kemunculan dan Perkembangan Tarekat Asy- Syahadatain di Desa

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Seorang nyai berperan di dalam transformasi modernisasi di Jawa pada khususnya, transformasi modernisasi yang penulis maksud adalah proses perubahan kebiasaan atau budaya

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin