• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010

TENTANG

PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

a. bahwa Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d, Bab VII tentang Peran Masyarakat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

b. bahwa dengan perkembangan Karang Taruna yang semakin berperan di dalam masyarakat dan untuk lebih meningkatkan efektivitas kegiatannya, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial RI tentang Pedoman Dasar Karang Taruna;

Mengingat :

1. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844);

2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737);

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4761);

6. Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

7. Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

(2)

8. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial;

9. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial.

2. Anggota Karang Taruna yang selanjutnya disebut Warga Karang Taruna adalah setiap anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun yang berada di desa/kelurahan.

3. Forum Pengurus Karang Taruna adalah wadah atau sarana kerjasama Pengurus Karang Taruna, dalam melakukan komunikasi, informasi, konsultasi, koordinasi, konsolidasi dan kolaborasi, sebagai jejaring sosial Pengurus Karang Taruna Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional.

4. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) adalah wadah berhimpun mantan pengurus Karang Taruna dan tokoh masyarakat lain yang berfungsi memberikan nasehat, mengarahkan, saran dan/atau pertimbangan demi kemajuan Karang Taruna.

6. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

7. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, penguatan sosial, dan perlindungan sosial.

(3)

BAB II

ASAS DAN TUJUAN Pasal 2

Karang Taruna berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 3 Karang Taruna bertujuan untuk mewujudkan :

a. pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota masyarakat yang berkualitas, terampil, cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda;

b. kualitas kesejahteraan sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda di desa/kelurahan secara terpadu, terarah, menyeluruh serta berkelanjutan;

c. pengembangan usaha menuju kemandirian setiap anggota masyarakat terutama generasi muda;

dan

d. pengembangan kemitraan yang menjamin peningkatan kemampuan dan potensi generasi muda secara terarah dan berkesinambungan.

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 4

Karang Taruna berkedudukan di desa/kelurahan di dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 5

Karang Taruna memiliki tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial.

(4)

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Karang Taruna mempunyai fungsi:

a. mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda;

b. menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan diklat setiap anggota masyarakat terutama generasi muda;

c. meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif;

d. menumbuhkan, memperkuat dan memelihara kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda untuk berperan secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

e. menumbuhkan, memperkuat, dan memelihara kearifan lokal; dan

f. memelihara dan memperkuat semangat kebangsaan, Bhineka Tunggal Ika dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB IV

KEORGANISASIAN, KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN Bagian Pertama

Keorganisasian Pasal 7

(1) Keorganisasian Karang Taruna berada di desa/kelurahan yang diselenggarakan secara otonom oleh Warga Karang Taruna setempat.

(2) Untuk melaksanakan koordinasi, komunikasi, informasi, konsultasi, koordinasi, dan kerja sama, dibentuk Forum Pengurus Karang Taruna di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional sebagai sarana organisasi Karang Taruna yang pelaksanaannya melalui para pengurus di setiap lingkup wilayah masing - masing.

(3) Karang Taruna dan/atau Forum Pengurus Karang Taruna dapat membentuk wadah yang menghimpun para tokoh masyarakat, pemerhati Karang Taruna, dunia usaha akademisi dan potensi lainnya yang memberikan dukungan terhadap kemajuan Karang Taruna, yang mekanisme pembentukkanya diatur melalui keputusan Forum Pengurus Karang Taruna Nasional dan dipertanggungjawabkan pada Rapat Kerja Nasional.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Keorganisasian diatur oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan.

Pasal 8

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, dibentuk Majelis Pertimbangan Forum Pengurus Karang Taruna yang

(5)

terdiri atas para mantan pengurus dan mantan pembina yang memiliki fungsi konsultasi dan pengarah bagi kepengurusan Karang Taruna dan kepengurusan Forum Pengurus Karang Taruna.

Bagian Kedua Keanggotaan

Pasal 9

(1) Keanggotaan Karang Taruna menganut sistim stelsel pasif yang berarti seluruh anggota masyarakat yang berusia 13 tahun sampai dengan 45 tahun dalam lingkungan desa/kelurahan atau komunitas adat yang sederajat merupakan Warga Karang Taruna.

(2) Warga Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, kedudukan sosial, pendirian politik, dan agama.

Bagian Ketiga Kepengurusan

Pasal 10

(1) Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh Warga Karang Taruna setempat dan memenuhi syarat – syarat untuk diangkat sebagai pengurus Karang Taruna yaitu :

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. memiliki pengalaman serta aktif dalam kegiatan Karang Taruna;

d. memiliki pengetahuan dan keterampilan berorganisasi, kemauan dan kemampuan, pengabdian di kesejahteraan sosial; dan

e. berumur 17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun.

(2) Kepengurusan Karang Taruna desa/kelurahan dipilih, ditetapkan, dan disahkan dalam Musyawarah Warga Karang Taruna di desa/kelurahan dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat, dengan masa bhakti 3 (tiga) tahun.

(3) Kepengurusan Forum Pengurus Karang Taruna dipilih, ditetapkan, dan disahkan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Forum Pengurus Karang Taruna Kecamatan dipilih, ditetapkan, dan disahkan melalui Temu Karya Forum Pengurus Karang Taruna di kecamatan dan dikukuhkan oleh Camat setempat, dengan masa bhakti 5 (lima) tahun;

b. Forum Pengurus Karang Taruna Kabupaten/Kota dipilih, ditetapkan, dan disahkan dalam Temu Karya Karang Taruna kabupaten/kota dan dikukuhkan oleh Bupati/Walikota, dengan masa bhakti 5 (lima) tahun;

(6)

c. Forum Pengurus Karang Taruna Provinsi dipilih, ditetapkan dan disahkan dalam Temu Karya Forum Pengurus Karang Taruna provinsi dan dikukuhkan oleh Gubernur setempat dengan masa bhakti 5 (lima) tahun; dan

d. Forum Pengurus Karang Taruna Nasional dipilih, ditetapkan dan disahkan dalam Temu Karya Nasional Forum Pengurus Karang Taruna dan dikukuhkan oleh Menteri Sosial RI, dengan masa bhakti 5 (lima) tahun.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Temu Karya diatur oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan.

BAB V

MEKANISME KERJA Pasal 12

(1) Karang Taruna bersifat otonom, sosial, terbuka, dan berskala lokal.

(2) Mekanisme hubungan kerja antara Karang Taruna dengan Forum Pengurus Karang Taruna di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional bersifat koordinatif, konsultatif, dan kolaboratif secara fungsional.

(3) Hubungan kerja antar Forum Pengurus Karang Taruna bersifat koordinatif, kolaboratif, konsultatif dan kemitraan fungsional secara vertikal.

(4) Hubungan kerja antar Forum Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur tersendiri yang ditetapkan melalui Rapat Kerja Nasional Forum Pengurus Karang Taruna.

Pasal 13

(1) Hubungan kerja antara Karang Taruna Desa/Kelurahan dengan Kepala Desa/Lurah bersifat pembinaan.

(2) Hubungan kerja Karang Taruna dan Forum Pengurus Karang Taruna dengan Kementerian Sosial dan Instansi Sosial Daerah bersifat pembinaan fungsional.

(3) Hubungan kerja antara Forum Pengurus Karang Taruna dengan Instansi/Lembaga/ Organisasi lainnya bersifat kemitraan.

BAB VI

PEMBINA KARANG TARUNA Pasal 14

Pembina Karang Taruna meliputi : a. Pembina Utama;

b. Pembina Umum;

(7)

c. Pembina Fungsional; dan d. Pembina Teknis.

Pasal 15

Pembina Utama Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a adalah Presiden RI.

Pasal 16

(1) Pembina Umum Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b meliputi : a. Tingkat Pusat adalah Menteri Dalam Negeri;

b. Tingkat Provinsi adalah Gubernur;

c. Tingkat Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota;

d. Tingkat Kecamatan adalah Camat; dan

e. Tingkat Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah.

(2) Pembina Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembinaan sebagai berikut : a. Menteri Dalam Negeri, melakukan pembinaan umum secara nasional, serta mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum oleh masing- masing Gubernur Provinsi;

b. Gubernur, melakukan pembinaan umum di Provinsi dan mengukuhkan kepengurusan FPKT Provinsi;

c. Bupati/Walikota, melakukan pembinaan umum di Kab/Kota dan mengukuhkan kepengurusan FPKT Kabupaten/Kota;

d. Camat, melakukan pembinaan umum di Kecamatan dan mengukuhkan kepengurusan FPKT Tingkat Kecamatan; dan

e. Kepala Desa/Lurah, melakukan pembinaan umum di desa/kelurahan, mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna desa/kelurahan, memfasilitasi kegiatan Karang Taruna di desa/kelurahan.

Pasal 17

(1) Pembina Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c meliputi : a. Tingkat Pusat adalah Menteri Sosial;

b. Tingkat Provinsi adalah Kepala Instansi Sosial Provinsi;

c. Tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota; dan d. Tingkat Kecamatan adalah Seksi Kesejahteraan Sosial pada kantor Kecamatan.

(2) Pembina Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembinaan :

(8)

a. secara fungsional;

b. bimbingan keorganisasian Karang Taruna;

c. program dan kegiatan dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan Karang Taruna selaku Orsos kemasyarakatan Kepemudaan di desa/kelurahan; dan

d. secara fungsional di dalam pelaksanaan fungsi koordinasi, komunikasi, informasi, kolaborasi dan kerja sama pada kepengurusan FPKT Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai Nasional.

Pasal 18

(1) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d meliputi : a. Tingkat Pusat adalah Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Departemen;

b. Tingkat Provinsi adalah Instansi/Dinas Terkait tingkat Provinsi; dan

c. Tingkat Kabupaten/Kota adalah Instansi/Dinas terkait tingkat Kabupaten/Kota.

(2) Pembina teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memfasilitasi, memberikan bimbingan dan pengembangan terhadap Karang Taruna sesuai tugas pokok dan fungsinya dalam pelaksanaan program.

BAB VII PROGRAM KERJA

Pasal 19

Setiap Karang Taruna bertanggung jawab untuk menetapkan program kerja berdasarkan mekanisme, potensi, sumber, kemampuan dan kebutuhan Karang Taruna setempat.

Pasal 20

(1) Program Kerja Karang Taruna terdiri dari pembinaan dan pengembangan generasi muda, penguatan organisasi, peningkatan usaha kesejahteraan sosial, usaha ekonomis produktif, rekreasi olahraga dan kesenian, kemitraan dan lain-lain sesuai kebutuhan.

(2) Program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagai hasil musyawarah/mufakat berdasarkan rencana jangka pendek, menengah dan panjang.

(3) Untuk melaksanakan program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Karang Taruna dapat membentuk unit teknis.

BAB VIII

TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG Pasal 21

(9)

(1) Penyelenggaraan Program Karang Taruna menjadi tanggung jawab dan wewenang Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Tanggung jawab dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri Sosial, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

Pasal 22

Tanggung jawab dan wewenang Menteri Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) meliputi :

a. menetapkan Pedoman Umum Karang Taruna;

b. menetapkan standar dan indikator secara nasional;

c. melakukan program percontohan;

d. memberikan stimulasi;

e. memberikan penghargaan;

f. melakukan sosialisasi;

g. melakukan monitoring;

h. melaksanakan koordinasi; dan i. memantapkan Sumber Daya Manusia.

Pasal 23

Tanggung jawab dan wewenang Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) meliputi :

a. melaksanakan tugas desentralisasi bidang Pemberdayaan Karang Taruna;

b. melaksanakan tugas dekonsentrasi bidang Pemberdayaan Karang Taruna;

c. melakukan program pengembangan;

d. melakukan pembinaan kemitraan dengan Forum Pengurus Karang Taruna;

e. memberikan penghargaan;

f. melakukan sosialisasi;

g. melakukan monitoring; dan h. melaksanakan koordinasi.

Pasal 24

Tanggung jawab dan wewenang bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) meliputi :

(10)

a. melaksanakan tugas pembantuan;

b. melakukan penumbuhan Karang Taruna;

c. melakukan pemutakhiran data Karang Taruna;

d. melaksanakan pembinaan lanjutan;

e. melakukan pembinaan kemitraan dengan Forum Pengurus Karang Taruna;

f. memberikan penghargaan;

g. melakukan sosialisasi;

h. melakukan monitoring; dan i. melaksanakan koordinasi.

BAB IX

PENGUKUHAN DAN PELANTIKAN Pasal 25

(1) Pengukuhan Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan dan Forum Pengurus Karang Taruna di lingkup Kecamatan sampai dengan Nasional dilakukan dengan Keputusan Pejabat yang berwenang sesuai dengan lingkup kewenangannya.

(2) Keputusan Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Keputusan Kepala Desa/Lurah untuk pengukuhan Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan;

b. Keputusan Camat untuk pengukuhan Forum Pengurus Karang Taruna di Kecamatan setempat;

c.Keputusan Bupati/Walikota untuk pengukuhan Forum Pengurus Karang Taruna di Kabupaten/Kota setempat;

d. Keputusan Gubernur untuk Pengukuhan Forum Pengurus Karang Taruna di Provinsi setempat; dan

e. Keputusan Menteri Sosial untuk Pengukuhan Forum Pengurus Karang Taruna Nasional.

(3) Pelantikan Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan dan Forum Pengurus Karang Taruna di Kecamatan sampai dengan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat lingkup wilayahnya masing-masing.

BAB X KEUANGAN

Pasal 26

(11)

Keuangan Karang Taruna dapat diperoleh dari : a. iuran Warga Karang Taruna;

b. usaha sendiri yang diperoleh secara syah;

c. bantuan Masyarakat yang tidak mengikat;

d. bantuan/Subsidi dari Pemerintah; dan

e. usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

Pasal 27

Pengelolaan keuangan Karang Taruna wajib dilakukan secara transparan, efisien, efektif dan akuntabilitas.

BAB XI

IDENTITAS DAN LAMBANG Pasal 28

(1) Karang Taruna wajib memiliki identitas lambang bendera, panji, dan lagu mars serta hymne.

(2) Identitas Karang Taruna terdiri atas bendera, pakaian dinas lapangan, pakaian dinas harian, topi dan atribut Karang Taruna.

(3) Mekanisme penggunaan identitas Karang Taruna diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan.

BAB XII PENUTUP

Pasal 29

Dengan ditetapkanya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83 / HUK / 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, dinyatakan tidak berlaku.

(12)

Pasal 30

Peraturan Menteri Sosial ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 21 September 2010

(13)

Anggara Rumah Tangga Karang Taruna “Jati Bhakti”

BAB I Ketentuan Umum

Pasal 1

Karang Taruna “Jati Bhakti” adalah wadah pengembangan generasi muda non-partisan yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat, khususnya generasi muda di wilayah desa jatisari yang bergerak di bidang Kesejahteraan Sosial.

Pasal 2

Karang Taruna “Jati Bhakti” adalah organisasi sosial kepemudaan yang berdiri sendiri dan bersifat lokal, serta merupakan salah satu pilar partisipasi masyarakat di bidang Kessos.

Pasal 3

Karang Taruna “Jati Bhakti” adalah organisasi Kepemudaan tertinggi di Desa jatisari.

Pasal 4

Karang Taruna “Jati Bhakti” memiliki tugas pokok untuk bersama-sama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial.

Pasal 5

Seiring dengan tugas pokok tersebut, Karang Taruna “Jati Bhakti” melaksanakan fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan.

2. menyelenggarakan Usaha-usaha Kesejahteraan sosial yang mendukung upaya peningkatan taraf kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Menyelenggarakan dan menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal untuk mendudung implementasi kebijakan otonomi daerah yang lebih terarah, terpadu, dan berkesinambungan.

4. Membangun sistem jaringan komunikasi, informasi, dan kemitraan strategis, yang mendukung pelaksanaan aktivitas-aktivitas utama dengan berbagai sektor dan komponen masyarakat.

BAB II Keanggotaan

Pasal 6

(14)

Jenis Keanggotaan Anggota Karang Taruna “Jati Bhakti” terdiri dari Anggota pasif, anggota aktif dan anggota kehormatan.

Pasal 7

1. Anggota pasif adalah keanggotaan yang bersifat stelsel pasif (keanggotaan otomatis), yakni seluruh remaja dan pemuda yang berusia 11 s/d 45 tahun.

2. Anggota aktif adalah keanggotaanya yang bersifat kader dan berusia 15 s/d 40 tahun, karena potensi, bakat dan produktifitasnya utuk mendukung pengembanagan organisasi dan program-programnya.

3. Anggota kehormatan adalah keanggotaan yang bersifat terbatas terbatas bagi kalangan tertentu diluar kriteria keanggotaan pasif dan aktif karena kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seseorang yang dapat disumbangkan bagi kepentingan pengembangan organisasi dan program-programnya.

4. Anggota pasif, aktif dan khusus seperti yang tertuang pada ayat 1, 2 dan 3 adalah mereka yang bertempat tinggal tetap atau sekurang-kurangnya 6 bulan berturut-turut di wilayah Desa .

Pasal 8 Kewajiban Anggota

1. Memahami, menghayati, dan melaksanakan apa yang tertera di Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga Karang Taruna “Jati Bhakti” .

2. Berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan Karang Taruna “Jati Bhakti” . 3. Menjaga nama baik Karang Taruna “Jati Bhakti” .

Pasal 9 Hak Anggota

1. Menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun tertulis.

2. Memilih dan dipilih menjadi pengurus di Karang Taruna “Jati Bhakti” . 3. Memberikan inspirasi ke pengurus Karang Taruna “Jati Bhakti” .

4. Mendapatkan perlakuan yang sama selama tidak melanggar AD/ART dan peraturan lain yang telah ditetapkan.

5. Mengadakan kegiatan yang tidak bertentangan dengan peraturan Karang Taruna “Jati Bhakti” .

(15)

BAB III Struktur Organisasi

Bagian 1

Majelis Permusyawaratan Pasal 10

Musyawarah Besar

1. Musyawarah Besar adalah Majelis tertinggi Karang Taruna “Jati Bhakti” yang dihadiri oleh DPP , Pengurus, dan Anggota.

2. Dilakukan tiga tahun (36 bulan) sekali yang diselenggarakan oleh panitia khusus yang dibentuk untuk itu.

3. Tugas Musyawarah Besar :

1. Memilih dan menetapkan Ketua.

2. Menetapkan Dewan Pertimbangan Pengurus.

4. Wewenang Musyawarah Besar :

1. Mengangkat dan memberhentikan Ketua Karang Taruna “Jati Bhakti” .

2. Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Ketua Karang Taruna “Jati Bhakti”

.

3. Merubah dan Menetapkan AD/ART Karang Taruna “Jati Bhakti” . Pasal 11

Musyawarah Luar Biasa

1. Musyawarah Luar Biasa di selenggarakan jika organisasi dalam keadaan darurat.

2. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:

1. Ketua tidak dapat melaksanakan tugasnya karena berhalangan tetap yaitu : a. Pindah tempat tinggal selamanya.

b. Kehilangan hak dan kebebasannya karena permasalahan hukum yang ancaman hukumannya diatas masa kepengurusan (3 tahun).

c. Hilang ingatan d. Meninggal

2. Terdapat aturan baru yang mengharuskan dirubahnya AD/ART.

3. Tidak berjalannya kepengurusan (vakum) selama setengah masa waktu kepengurusan (6 bulan) berturut-turut.

3. Tugas Musyawarah Luar Biasa:

Tugas Musyawarah Luar Biasa sama dengan tugas Musyawarah Besar.

4. Kewenangan :

Wewenang Musyawarah Luar Biasa sama dengan wewenang Musyawarah Besar.

5. Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan atas usulan anggota melalui Dewan Pertimbangan Pengurus.

6. Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan Paling banyak dua kali dalam satu masa kepengurusan.

Pasal 12

(16)

Musyawarah Kerja

1. Musyawarah Kerja dilaksanakan paling lambat satu bulan setelah penetapan pengurus.

2. Tugas Musyawarah Kerja adalah merumuskan Garis-garis Besar Haluan Organisasi dengan menampung aspirasi dari anggota.

3. Wewenang Musyawarah Kerja adalah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Organisasi.

4. Penetapan GBHO harus mendapat persetujuan dari DPP.

Pasal 13 Musyawarah Divisi

1. Musyawarah Divisi adalah Musyawarah yang diselenggarakan oleh masing-masing divisi dalam rangka mengkoordinasi kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Musyawarah Divisi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang.

Pasal 14 Musyawarah Evaluasi

1. Musyawarah Evaluasi adalah Musyawarah yang diselenggarakan setelah selesai suatu kegiatan sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah program kegiatan.

2. Musyawarah Evaluasi dilaksanakan untuk membuat rekomendasi agar program kegiatan selanjutnya berjalan lancar.

Bagian 2 Kelembagaan

Pasal 15

Dewan Pertimbangan Pengurus ( DPP )

1. Dewan Pertimbangan Pengurus beranggotakan mantan pengurus dan pembina Karang Taruna “Jati Bhakti” .

2. Tugas dan wewenang :

a. Memberikan pertimbangan tentang pelaksanaan program dan aktivitas lembaga.

b. Menampung aspirasi masyarakat dan anggota dan menyampaikan kepada pengurus.

c. Menjalankan fungsi litbang dan kontrol.

Pasal 16 Ketua Tugas dan Wewenang :

1. Bertangung jawab dalam memimpin Karang Taruna “Jati Bhakti” .

2. Melaksanakan fungsi manejerial untuk tercapainya tujuan Karang Taruna “Jati Bhakti” .

(17)

3. Bertanggung jawab atas pembinaan pengurus Karang Taruna “Jati Bhakti” dan hubungan dengan pihak lain.

4. Memberikan laporan pertangunggjawaban kepada Musyawarah Besar di akhir periode kepengurusan.

5. Apabila Ketua berhalangan, Ketua berhak menunjuk Wakil atau Sekretaris atau Pengurus yang dianggap mampu wewakilinya.

6. Dalam kondisi darurat, dengan atas nama Karang Taruna “Jati Bhakti” berhak mengambil kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 17 Wakil Ketua Tugas dan Wewenang :

1. Membantu Ketua dalam melaksanakan tugasnya dalam kegiatan-kegiatan Lembaga.

2. Menggantikan Ketua berdasarkan azas pendelegasian.

Pasal 18 Sekretaris Tugas dan Wewenang :

1. Membantu sepenuhnya tugas Ketua.

2. Sebagai pusat informasi semua aktivitas Lembaga.

3. Melaksanakan kegiatan administrasi keseharian Lembaga.

4. Berkoordinasi dengan Koordinator Bidang untuk mewujudkan tertib administrasi, tata komunikasi.

5. Bertanggung jawab atas pengelolaan atas seluruh berkas-berkas yang ada di Lembaga.

6. Bertanggung jawab atas dokumentasi seluruh aktivitas Karang Taruna “Jati Bhakti” . Pasal 19

Bendahara Tugas dan Wewenang :

1. Mewujudkan tertib keuangan Lembaga.

2. Melakukan koordinasi mengenai keuangan dengan semua komponen yang terkait.

3. Mendistribusikan dana bagi seluruh unit aktivitas Lembaga secara optimum dan proporsional.

Pasal 20 Koordinator Divisi

(18)

Tugas dan Wewenang :

1. Menentukan kebijakan haluan Program Divisi yang dipimpinnya.

2. Menterjemahkan kebijakan Ketua dalam bentuk kebijakan bidang yang akan dilakukan anggota di bawahnya.

3. Melakukan perencanaan, pelaksanaan atau evaluasi seluruh aktivitas bidang yang dipimpinnya.

4. Bertanggung jawab atas pengkaderan sumber daya manusia di bidang yang dipimpinnya.

5. Membuat laporan pertanggung jawaban seluruh kegiatan kepada Ketua.

6. Apabila berhalangan Koordinator Divisi dapat menunjuk salah satu anggota untuk mewakilinya.

BAB IV

PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN Pasal 21

1. Pembentukan kepengurusan dilakukan oleh Ketua bersama DPP.

2. Kepengurusan harus sudah terbentuk paling lambat satu minggu setelah Musyawarah Besar.

3. Pengurus baru ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua.

BAB V

PERGANTIAN PENGURUS Pasal 22

1. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya pergantian pengurus adalah : a. Pengurus ada yang megundurkan diri.

b. Pengurus tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

c. Pengurus tidak dapat memenuhi persyaratan lagi.

2. Mekanisme pergantian pengurus adalah :

a. Bila pengurus yang bersangkutan adalah Ketua dan atau Koordinator Bidang maka mekanismenya melalui Majelis Akbar.

b. Bila selain tersebut di atas, maka mekanismenya adalah melalui Surat Keputusan Ketua atas persetujuan dan atas usulan Koordinator Bidang.

BAB VI LAMBANG

Pasal 23

Lambang Karang Taruna Jati Bhakti

Lambang Karang Taruna mengandung unsur-unsur matahari yang bersinar dan di dalamnya terdapat tulisan “Karang Taruna Jati Bhakti ”, pita berwarna hijau yang kuning yang melingkar

“Jati Bhakti” terpampang dibagian bawah. Keseluruhan lambang tersebut mengandung makna:

(19)

2. Matahari yang bersinar melambangkan unsur semangat yang menyala dan tanpa pamrih.

3. Pita, melambangkan ikatan rasa persatuan dan kesatuan.

4. Makna tulisan Karang Taruna :

a. Karang : pekarangan, halaman, atau tempat;

b. Taruna : Remaja Secara keseluruhan berarti tempat atau Wadah Pembinaan Remaja/Pemuda

5. Arti warna:

b. Merah : Keberanian, sabar, tenang, dan dapat mengendalikan diri, tekad pantang mundur.

c. Hijau : Keimanan, agamis, keluhuran budi pekerti.

BAB VII

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 24

1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Musyawarah Besar Karang Taruna

“Jati Bhakti” .

2. Rancangan perubahan Anggaran Rumah Tangga disusun oleh panitia khusus, untuk selanjutnya ditetapkan dalam Musyawarah Besar .

Dalam keadaan darurat, perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat ditetapkan melalui Musyawarah Luar Biasa.

BAB VIII

ATURAN TAMBAHAN Pasal 30

1. Setiap anggota KARANG TARUNA JATI BHAKTI dianggap telah megetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini sejak tanggal ditetapkan.

2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

BAB IX PENUTUP

Pasal 25

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur tersendiri dalam peraturan-pertauran atau ketentuan-ketentuan Lembaga yang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna “Jati Bhakti”

2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

3. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila dirasa kurang, bisa ditetapkan dikemudian hari.

(20)

Ditetapkan Di : Malang Pada Tanggal : 07 April 2015 Pukul : 19:00

Ketua Sekretaris

………. ………..

Mengetahui,

Kepala Desa jatisari Ketua DPP

………. ………

(21)

MUSYAWARAH BESAR 2014 KARANG TARUNA JATI BHAKTI

Rumusan hasil pemilihan Formatur serta anggota Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI Periode 2014-2017

Ketua terpilh merangkap sebagai Formatur:

ADITYA AFANDI

Anggota Badan Pertimbangan:

1. MOHAMMAD FARIS 2. MOHAMMAD TUKI

Ditetapkan di : Malang

Dalam : Musyawarah Besar 2014

Tanggal : 16 Maret 2014 Oleh : Musyawarah Besar

Ketua Sidang,

ZAKARIA FIRMANDA

(22)

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG

DEWAN PERTIMBANGAN PENGURUS

KARANG TARUNA JATI BHAKTI, DESA JATISARI, KECAMATAN TAJINAN, KABUPATEN MALANG

MENGINGAT : 1. Anggaran Rumah Tangga KARANG TARUNA JATI BHAKTI Bagian 2 Pasal 15

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Musyawarah besar KARANG TARUNA JATI BHAKTI tentang terbentuknya Badan Penasehat.

2. Hasil Musyawarah Besar Besar KARANG TARUNA JATI BHAKTI tentang peninjauan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KARANG TARUNA JATI BHAKTI .

3. Hasil Musyawarah Besar KARANG TARUNA JATI BHAKTI tentang dewan Pertimbangan Pengurus.

MENETAPKAN :

ATURAN DEWAN PERTIMBANGAN PENGURUS KARANG TARUNA JATI BHAKTI

BAB I

NAMA DAN KEDUDUKAN Pasal 1

Badan ini bernama Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI . Pasal 2

Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI berkedudukan di Desa Jatisari - Kecamatan - Tajinan Kabupaten Malang.

(23)

BAB II STATUS

Pasal 3

Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI adalah badan yang tidak terikat dalam kepengurusan dan bersifat konsultatif.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 4

Hak :

Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI berhak bertanya, mengajukan usul, dan memberikan saran kepada pengurus, sepengetahuan Ketuaserta memperoleh penjelasan.

Pasal 5 Kewajiban :

a. Melaksanakan garis-garis kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Musyawarah Besar.

b. Memberikan pertimbangan, pengarahan kepada pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTIbaik diminta ataupun tidak.

c. Menjembatani aspirasi anggota terhadap kebijaksanaan pengurus.

d. Memberikan laporan hasil kerja kepada Musyawarah Besar.

BAB IV SUSUNAN

Pasal 6

1. Susunan Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTIterdiri dari 1 (satu) orang koordinator dan dibantu oleh anggotanya.

2. Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI berjumlah ganjil termasuk koordinatornya.

(24)

BAB V KEANGGOTAAN

Pasal 7

Syarat-syarat keanggotaan Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI:

a. Anggota KARANG TARUNA JATI BHAKTI .

b. Pernah menjadi pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTImenimal 1 (satu) periode kepengurusan.

c. Tidak merangkap sebagai pengurus pada periode yang bersangkutan.

d. Bersedia secara lisan di Musyawarah Besar.

Pasal 8

Masa jabatan anggota Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI adalah 1 (satu) periode kepengurusan dan setelah itu dapat dipilih kembali. Berawal dan berakhir segera setelah pertanggungjawaban Ketua KARANG TARUNA JATI BHAKTI .

Pasal 9

1. Anggota Dewan Pertimbangan PengurusKARANG TARUNA JATI BHAKTIberhenti antar waktu karena :

a. Berakhir keanggotaannya

b. Permintaan sendiri yang disampaikan dalam Pertemuan Anggota

2. Apabila ayat 1 terpenuhi maka dapat diangkat anggota Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI yang lain pada Pertemuan Anggota.

BAB VI HAL-HAL LAIN

Pasal 10

Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI mengatur administrasinya sendiri.

Pasal 11

Hal-hal yang dirasa menjadi kebutuhan Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI dapat diusulkan kepada pengurus.

(25)

BAB VII PENUTUP

Pasal 12

Hal-hal lain yang belum dicantumkan dalam aturan ini akan ditentukan kemudian.

Ditetapkan di : Desa Jatisari Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang

Dalam : Musyawarah Besar

KARANG TARUNA JATI BHAKTI 2014

Jam : 22.34

Oleh : Musyawarah Besar

(26)

SURAT KEPUTUSAN No. 001/D.1/SK/KTJB/IV/2015

tentang

PENGANGKATAN PENGESAHAN LIST OF PERSONEL (STRUKTUR DAN PERSONALIA)

KARANG TARUNA JATI BHAKTI Ketua Karang Taruna JATI BHAKTI

setelah:

MENIMBANG : Bahwa dengan selesainya Musyawarah Besar KARANG TARUNA JATI BHAKTI 2014 dengan menunjuk Ketua terpilih, perlu segera dibentuk struktur dan personalia pengurus periode 2014 - 2017.

MENGINGAT : 1. Hasil Musyawarah Besar KARANG TARUNA JATI BHAKTI 2014 2. AD/ ART KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

3. Kebijakan Umum KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

MEMPERHATIKAN : Saran-saran hasil rapat Ketua dengan Anggota Aktif dan calon pengurus hasil pemilihan Musyawarah Besar KARANG TARUNA JATI BHAKTI 2014 untuk menyusun dan melengkapi struktur dan personalia pengurus periode 2014 – 2017.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : 1. Bentuk struktur kepengurusan KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

2. Mengangkat dan mengesahkan personil-personil untuk duduk dalam jabatan pada sub nomor 1.

3. Menginstruksikan untuk segera membuat rencana dan melaporkan sesuai dengan tugas dan jabatan masing-masing.

4. No. 1 dan No. 2 terlampir.

Ditetapkan di : Malang Pada tanggal : 16 Maret 2014 KARANG TARUNA JATI BHAKTI Ketua,

ADITYA AFANDI

(27)

Lampiran Surat Keputusan Nomor 001/D.1/SK/KTJB/IV/2014 STRUKTUR KEPENGURUSAN KARANG TARUNA JATI BHAKTI

PERIODE 2014 - 2017 PERIODE 2014 - 2017

Ketua : Aditya Afandi

Wakil Ketua : Fandi Rohmansyah

Sekretaris : Aan puji Rahayu

Wakil Sekretaris : Aik

Bendahara : Lilik Indahsari

Wakil Bendahara : Suci Eka

Bidang Organisasi : Saiful Anwar Bidang Pendidikan dan Pelatihan : Saifuddin Zuhri

Ketua

Bendahara Sekretaris

Bidang Pengambidan

Masyarakat Bidang Pelayanan

Kesejahteraan Sosial

Bidang Organisasi

Bidang Olahraga Bidang

Pendidikan dan Pelatihan

Bidang Kesenian Bidang

Kerohanian Bidang Usaha

Ketua

Pembantu Umum

Wakil Sekretaris Wakil Bendahara

(28)

Bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial : Syahrul fadloli Bidang Pengabdian Masyarakat : Dedi Ardiansyah

Bidang Usaha : Arik Setiawan

Bidang Kerohanian : Saiful Anwar

Bidang Kesenian : bagus pribadi

Bidang Olahraga : Charies Efendi

Pembantu Umum : Bayu Aji Respati

(29)

JOB DESCRIPTION KEPENGURUSAN PERIODE 2014 - 2017

Ketua

1. Bertanggung jawab kepada Musyawarah Besar.

2. Mengendalikan dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan organisasi agar sesuai dengan arah kebijaksanaan organisasi dan AD/ART KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

3. Menandatangani semua surat organisasi, surat operasional dan kegiatan semua bidang.

4. Berhak meminta pertanggungjawaban dari bawahannya sesuai dengan jabatannya baik secara periodik maupun sewaktu-waktu.

5. Menyalurkan dan mengakomodir aspirasi anggota.

Sekretaris

1. Bertanggung jawab kepada ketua atas kegiatan administrasi organisasi.

2. Mewakili ketua Umum jika berhalangan hadir.

3. Merencanakan, mengakomodir dan mengawasi mekanisme kegiatan administrasi.

4. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumberdaya anggota secara keseluruhan dengan konsentrasi pada arah kebijakan kepengurusan.

5. Membuat agenda dan mengawasi kegiatan organisasi.

Bendahara Umum

1. Bertanggung jawab kepada ketua atas pengelolaan, pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan organisasi.

2. Menyelenggarakan pembukuan keuangan untuk organisasi sekaligus mengadakan pengecekan keuangan.

3. Mengatur distribusi keuangan organisasi.

4. Mengarahkan, mengawasi, dan mengkoordinir serta meminta laporan keuangan dalam setiap kegiatan.

5. Mengkoordinir iuran anggota secara rutin.

Pembantu Umum

1. Bertanggung jawab kepada ketua.

2. Mengadakan hubungan secara kontinyu dengan pihak intern (anggota) dan ekstern organisasi (pihak Organisasi, LSM, serta instansi terkait).

3. Mencari dan mengolah informasi untuk menunjang kegiatan sesuai dengan arah kebijakan keengurusan.

4. Bertanggung jawab atas isi materi publikasi organisasi secara keseluruhan terhadap pihak ekstern.

(30)

5. Membentuk jaringan informasi dan kemitrakerjaan yang positif untuk menunjang arah kebijakan.

6. Pemantauan dan pemgontrolan media publikasi.

Bidang Organisasi

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan organisasi.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota muda dalam bidang Organisasi.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep Pengelolaan organisasi.

Bidang Pendidikan dan Pelatihan

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan pendididikan dan pelatihan.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

Bidang Bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan Kesejahteraan Sosial.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

Bidang Pengabdian Masyarakat

(31)

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan Pengabdian Masyarakat.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

Bidang Usaha

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan Usaha.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

Bidang Kerohanian

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan Kerohanian.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

Bidang Kesenian

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan Kesenian.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang kesenian.

(32)

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

Bidang Olahraga

1. Bertanggung jawab kepada ketua

2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan anggota.

3. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan Olahraga.

4. Bertanggung jawab atas kebutuhan pemateri pada penanganan anggota

5. Bertanggung jawab terhadap peningkatan dan Pengembangan potensi, minat, kemampuan, dan bakat anggota.

6. Merencanakan dan menyusun kegiatan anggota dalam bidang olahraga.

7. Mendayagunakan potensi sumberdaya anggota untuk pelaksanaan konsep pendidikan anggota.

(33)

SURAT KEPUTUSAN No. 002/D.1/SK/IMP/IV/2015

tentang

PENGESAHAN PERATURAN-PERATURAN KARANG TARUNA JATI BHAKTI

Ketua KARANG TARUNA JATI BHAKTI setelah :

MENIMBANG : Bahwa telah terbentuknya struktur dan Personalia Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI periode 2014 - 2017 perlu segera menetapkan paraturan-peraturan guna terciptanya ketertiban organisasi.

MENGINGAT : 1. Anggaran Rumah Tangga KARANG TARUNA JATI BHAKTI Bab III Pasal 10.

2. Kebijaksanaan Umum KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

MEMPERHATIKAN : 1. Saran dan masukan hasil rapat pleno pengrus KARANG TARUNA JATI BHAKTI periode 2014 - 2017.

2. Saran dan masukan Dewan Pertimbangan Pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI periode 2014 - 2017.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : 1. Bentuk peraturan KARANG TARUNA JATI BHAKTI sebagaimana terlampir.

2. Menginstruksikan untuk segera melaksanakan peraturan tersebut.

3. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan akan diperbaiki kemudian.

Ditetapkan di : Malang Pada tanggal : 07 April 2015

KARANG TARUNA JATI BHAKTI Ketua,

ADITYA AFANDI

(34)

Lampiran Surat Keputusan No. 002/D.1/SK/IMP/IV/2015

PERATURAN KESEKRETARIATAN KARANG TARUNA JATI BHAKTI

A. SURAT RESMI ORGANISASI KARANG TARUNA JATI BHAKTI 1. Jenis dan Kode Surat

Pada dasarnya kesekretariatan KARANG TARUNA JATI BHAKTI mengeluarkan kertas kop dengan 5 (lima) jenis surat beserta kodenya, sebagai berikut:

a) Surat Keputusan dengan kode SK

Digunakan khusus untuk keputusan yang ditetapkan oleh pengurus KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

b) Surat Mandat dengan kode SM

Digunakan dengan khusu untuk keperluan mandat Anggota KARANG TARUNA JATI BHAKTI dalam mewakili, mengikuti atau mengelola suatu kegiatan.

c) Surat Keterangan Jalan dengan kode SKJ

Digunakan khusus untuk keperluan anggota KARANG TARUNA JATI BHAKTI yang akan bepergian keluar dengan mengatasnamakan KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

d) Surat Biasa dengan kode SB

Digunakan pada jenis surat untuk keperluan umum KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

e) Surat Undangan dengan kode Ud.

Digunakan khusus untuk undangan keorganisasian baik intern maupun ekstern organisasi.

2. Kolom Surat

Untuk terorganisasinya jumlah dan jenis surat, maka dibentuklah kolom surat yang terdiri dari 6 (enam) kolom, yaitu : I/II/III/IV/V/VI

I. Kolom yang digunakan untuk nomor urut surat/jumlah surat.

II. Kolom yang digunakan untuk kode unit kegiatan KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

III. Kolom kode surat.

IV. Kolom asal surat digunakan.

(35)

V. Kolom untuk kode bulan surat dikeluarkan, dengan menggunakan angka Romawi.

VI. Kolom untuk tahun surat dikeluarkan dengan mencantumkan 4 (empat) angka terbelakang.

3. Untuk setiap surat yang dimandatkan, pemegang mandat harus memberikan laporan secara tertulis maksimal 4 (empat) minggu setelah evaluasi kegiatan.

4. Untuk semua surat, dengan nomor yang sama harus dicetak 2 (dua) lembar, yang 1 (satu) lembar digunakan sebagai arsip.

B. SURAT KEPANITIAAN

1. Jenis dan Kode Surat Kepanitiaan

Pada dasarnya kepanitiaan yang memiliki kertas kop sendiri akan menggunakan jenis dan kode surat tersendiri yang akan diatur dalam kolom nomor surat kepanitiaan.

2. Kolom Nomor Surat Kepanitiaan

Untuk terorganisirnya jumlah dan jenis surat kepanitiaan, maka dibentuklah kolom surat yang terdiri dari 6 (enam) kolom, yaitu : Ia.Ib./II/III/IV/V/VI/VII

Ia. Kolom yang digunakan untuk nomor urut surat/jumlah surat.

Ib. kolom yang digunakan untuk kode surat. Kode surat berupa nomor diserahkan sepenuhnya kepada kepanitiaan.

II. Kolom yang digunakan untuk Unit Aktivitas IMPALA UNIBRAW III. Jenis kepanitiaan.

IV. Kolom asal surat yang dikeluarkan KARANG TARUNA JATI BHAKTI.

V. Kolom untuk kode bulan surat dikeluarkan, dalam bentuk angka Romawi.

VI. kolom untuk kode tahun surat dikeluarkan dengan mencantumkan 4 (empat) angka romawi.

3. Untuk semua surat, dengan nomor yang sama harus dicetak 2 (dua) lembar, yang 1 (satu) lembar digunakan sebagai arsip

Referensi

Dokumen terkait

Karena adanya arus listrik yang lewat dihambat dan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk energi (elektron-elektron terikat senantiasa bergerak dalam orbit

Namun kopi rose ini berbeda dengan jenis minuman kopi lainnya yaitu dengan ekstrak bunga mawar yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh penikmat kopi.. Bahan

(1) Apabila Rancangan Perda berasal dari DPRD, maka Pimpinan Panitia Khusus memberikan penjelasan atau keterangan atas Rancangan Perda serta tanggapan atas

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 45 Tahun1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk

Eksperimen peniruan diarahkan untuk mengetahui proses pemilihan bahan baku, durasi atau lamanya proses produksi, kendala di dalam melakukan produksi, penerapan teknik

Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan kreasi baru motif batik yang mempunyai ciri khas sebagai batik Nusa Tenggara Timur, khususnya di

Pelaksana Kegiatan Kunjung Lapang KTNA Kota Semarang ke Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar Tahun 2015 adalah Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya –

[r]