• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIJAT (MASSAGE) CIDERA OLAH RAGA:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PIJAT (MASSAGE) CIDERA OLAH RAGA:"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PIJAT (MASSAGE) CIDERA OLAH RAGA:

Dari teori hingga teknik

Oleh

Nowo Tri Purnomo, M.Pd.

Wahid Hasyim University Press

(3)

Penulis : Nowo Tri Purnomo, M.Pd.

ISBN : 978-602-8273-56-5

Editor : Slamet Setia Budi

Penyunting : Muhammad Dhani

Desain Sampul &Tata Letak : M. Arif Maulana

Penerbit : Wahid Hasyim University

Press

Redaks i :Jl. Menoreh Tengah X/ 22 Sampangan Semarang, tlp. 0248505680, Fax: 0248505681

Cetakan pertama, Januari 2016

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah menganugrahkan kemudahan pada penulis untuk merampungkan tulisan kecil ini. Shalawat dan salam semuga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW., yang kita harapkan syafaatnya kelak di hari Akhir.

Penulis berharap buku bertajuk MASSAGE CIDERA OLAH RAGA:Dari teori hingga teknik dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, terutama terkait dengan upaya bantuan kepada cidera akibat olah raga. Kendati masih bersifat pengantar buku ini memiliki jangkauan yang luas dan dalam sehingga dapat dimanfaatkan baik oleh mereka yang masih pemula dalam dunia pijat, maupun mereka yang sudah senior.

Penulis seorang diri tentu tidak berhak mendapat pujian atas diterbikannya buku ini, karena faktanya tidak sedikit orang yang harus repot untuk ikut menyelesaikan buku yang ada di tagan pembaca ini, namun di sisi lain, penulis tentu tidak dapat meminta para penolong tersebut untuk bertanggung jawab atas aneka kekurangan yang terdapat dalam karya ini, karena faktanya, kendati banyak orang yang terlibat nama penulislah yang tercantum di buku ini.

Kepada sejumlah orang yang tak mungkin penulis sebut nama mereka satu-persatu karena keterbatasan ruang, penulis hanya bisa berdoa semoga amal ibadah mereka dibalas oleh Allah SWT., dengan balasan yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap, apa bila karya ini bermanfaat, maka pahalanya penulis hadiahkan untuk kedua orang yang selalu menyebut-nyebut nama penulis dalam setiap do’anya, yakni kedua orang penulis.

Penulis

(5)

Cover ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB 1. MASSAGE ... 1

BAB 2. SEJARAH PERKEMBANGAN MASSAGE ... 17

BAB 3. TERAPI MASSAGE ATAU PIJAT ... 27

BAB 4. CEDERA LEHER ... 31

BAB 5. CEDERA BAHU ... 39

BAB 6. CEDERA PADA SIKU ... 65

BAB 7. CEDERA PERGELANGAN TANGAN ... 71

BAB 8. CEDERA JARI-JARI TANGAN ... 74

BAB 9. CEDERA PUNGGUNG ... 78

BAB 10. CEDERA PANGGUL ... 89

BAB 11. CEDERA LUTUT ... 98

BAB 12. CEDERA ENGKEL ... 117

BAB 13. CEDERA JARI JARI KAKI ... 122

BAB 14. IDENTIFIKASI CEDERA ... 127

BAB 15. DAFTAR PUSTAKA ... 138

BAB 16. BIODATA PENULIS ... 140

(6)

Bab 1 MASSAGE

Pengertian Massage

Masase adalah suatu seni gerak tangan yang diterapkan pada tubuh manusia untuk menimbulkan rasa tenang , nyaman , rileks , dan mengurangi rasa sakit pengetahuan tentang masase sangat penting di kuasai oleh mereka yang bergerak dibidang keolahragaan dan kesehatan yang termasuk para pelatih di klub maupun pusat pelatihan olahraga . dalam rangka peningkatan penampilan ( performance ) masase dapat dimanfaatan baik sebelum ,selama , maupun setelah bertanding /berlatih . Lebih dari itu masase juga dapat di manfaatkan dalam penanganan cedera akibat olahraga .

1. Macam – macam Massage a. Massage terapi b. Massage kecantikan c. Massage kesehatan d. Massage olah raga e. Massage tradisional a. Massage tujuan terapi :

(7)

suatu usaha dengan jalan massage, memberikan pengaruh yang baik terhadap keadaan patologi postrauma.

b. Massage kecantikan :

menyalurkan darah kulit yang lebih baik,untuk menghindari pembentukan keriput dan kekeringan kulit .

c. Massage kesehatan :

dengan jalan massage memelihara kesehatan, menormalkan fungsi organ, serta berguna dalam menghindari penyakit dan kelainan.

d. Massage olahraga :

bermacam – macam pegangan, yang diterapkan dengan tangan kosong pada kulit yang tidak tertutup dari olahragawan yang sehat pasif, dengan tujuan mempertahankan kondisi tubuh, memperbaiki dan atau menghilangkan olahragawan yang merugikan.

e . message tradisional

teknik pemijatan tubuh ala orang bali dengan menggunakan minyak aromatheraphy.

2. Tujuan dari Massage itu sendiri.

 memperbaiki sirkulasi, membantu absorpsi (penyerapan), ekskresi (pengeluaran) dan

(8)

memperlancar distribusi energi dan nutrisi ke dalam jaringan.

 Selain itu massage dapat memperbaiki tonus otot dan fungsi syaraf.Bila sirkulasi dalam tubuh menjadi tidak lancar disebabkan adanya hambatan-hambatan mekanis, maka hasil-hasil dan sisi proses dalam tubuh yang berupa asam- asam berkecondongan menjadi timbunan yang menghambat aliran darah juga dapat meracuni jaringan-jaringan di sekitarnya yang mengakibatkan timbunya rasa lelah, pegal, kaku, yang semuanya ini dapat menghambat gerakan yang normal.

 Dipandang dari kepentingan olahraga maka massage bertujuan mendapatkan gerakan-gerakan yang normal dengan menyembuhkan gerakan- gerakan yang tidak normal. Dalam olahraga gerakan yang normal sangat diperlukan.

 Tujuannya pemijatan bukanlah untuk penyembuhan ,tetapi untuk kebugaran dan secara tidak langsung dapat mencegah penyakit .

a. Sejarah dari Massage

(9)

Kata masase berasal dari kata arab , yaitu mash yang berarti “menekan dengan lembut” atau kata yunani , massien yang berarti “memijat atau menlulut” .Selanjutnya , masase disebut pula sebagai ilmu pijat atau ilmu lutut .Dalam bahasa Indonesia , tulisan massage diserap menjadi masase . Dalam bahasa Perancis para pelaku masase disebut masuer untuk pria dan maseus untuk wanita . Sejarah masase terungkap dengan penenmuan artefak oleh para arkeolog yang menunjukan penggunaan masae di sejumlah wilayah didunia . Meskipun tidak ada bukti prehistoris langsung yang menjelaskan penggunaan masase untuk alasan medis , bukti tidak langsung sangat jelas menunjukan kaitan masase dengan medis .Lukisan di gua Eropa (abad 15000SM) misalnya , menunjukan adanya penggunaan sentuhan sebagai terapi .

Bangsa Yunani Kuno juga telah mengenal massage dan senam penyembuhan. Massage dilakukan oleh petugas- petugas khusus, yaitu kaum Intrilipten dan Paealatriben.

Massage yang mereka lakukan pada umumnya berhubungan dengan mandi yang mereka anggap mempunyai unsur-unsur penyembuhan.

Herodotus (Herodicos) adalah orang pertama yang memasukkan unsur-unsur Therapeutis ke dalam massage.

Muridnya Hypocrates (460-377 SM) yang sampai sekarang

(10)

dianggap Bapak Ilmu Kedokteran, menekankan penggunaan frictions pada luksasi, distorsi dan pembengkakan. Massage digunakan untuk menguatkan sendi yang lemah dan melemaskan sendi yang kaku.Untuk itu digunakan effleurage yang kuat dalam waktu singkat. Sebagai pelicin digunakan minyak atau lumpur. Askleipiades membawa pengetahuan ini ke Roma dan disana ia menjadi orang pertama yang menggunakan massage sebagai cara mengobati. Celcus dan Galenus menulis tentang massage dan senam.

Tulisan Galenus sampai sekarang masih banyak dipelajari. Sesudah masa Galenus datanglah masa suram bagi perkembangan massage. Pada permulaan 1575 massage dikembangkan lagi oleh ahli bedah seorang kebangsaan Perancis yaitu Ambroise Pare, namun belum mempunyai dasar ilmiah. Baru pada abad ke-17, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan Anatomi dan Fisiologi, massage mempunyai dasar ilmiah.

Seorang Bangsa Inggris, Dr. Sydenham (1624-1689) berusaha mengobati gangguan kronis dengan cara mekanis.

Kemudian Prof. Dr. P. Hoffman dari Jerman dan Tissot dari Perancis memprakasai hal tersebut dalam bidang kesehatan.

Pada permulaan abad ke-19 banyak dokter Perancis, diantaranya: Laisne, Se`e, Estradore, Delpech, Gerrard, dan Heidelbrand berusaha mengembangkan massage. Sampai

(11)

sekarang harus kita akui bahwa kita masih memakai manipulasi yang berasal dari jaman Hypocratus dan lain-lain, yang kita pilih dan selidiki secara ilmiah.Pembaharuan massage timbul pada pertengahan abad ke dua abad 19 dengan munculnya seorang ahli bernama Mezger di Amsterdam yang banyak menyumbangkan tenaga dan pikirannya pada perkembangan massage. Helleday membawa metode massage-nya ke Stockholm dan memperbaikimetode Ling yang kemudian diberi nama Massage Swedia.

Di Jerman, Tobby Chon dan Monsengeil menyatukan metode Mezger. Kemudian banyak buku diterbitkan diantaranya oleh Bum, Bohm, Reibmayer, Hoffa, Dollinger, dan Dubinus.Walaupun Mezger besar jasanya bagi perkmbangan massage tapi ia tidak malakukan penyelidikan sendiri. Hal ini dilakukan Monsengeil. Pada tahun 1910 Rosenthal menerbitkan buku sebagai hasil penelitian dari teori Mezger dan ahli yang lain.Zabludowski dari Rusia mempelajari massage rakyat Rusia dan Finlandia serta pengaruhnya terhadap tubuh. Usahanya dilanjutkan Kirchberg yang mengarang buku ” Henbuch der Massage en Heilgymnastiek ” .Ia menulis pengaruh massage terhadap peredarandarah secara mekanis dan reflektoris yang menyebabkan pembesaran volume kapiler.

(12)

Pada tahun 1915 terbit buku dari Dr. Muller yaitu

”Lehbuch der Massage” di Munchen gladbach. Karangan ini sudah berdasar ilmiah.Banyak pendapat dahulu dikritik dan ditinggalkan. Pendapatnya diikuti oleh Froliep. Norstorm, Kleen, Hilledey, Edinger, Auerbach, dan Cornelis. Buku- buku lain dikarang oleh Prof. A. Hoffa, Gocht, stork, dan Dubinus. Dalam buku-buku tersebut manipulasi lama masih digunakan sesuai dengan tempat di massage.

b. Perkembangan Massage di Indonesia

Sebelum Perang Dunia ke-II sudah ada orang Indonesia yang belajar massage dari orang Belanda.

Terutama dari serdadu Belanda bagian kesehatan.Pada jaman merdeka, terdorong oleh penyelenggaraan Asian Games yang membutuhkan banyak tenaga ahli massage, telah diadakan pendidikan khusus ahli massage di Surakarta, Bandung, dan semarang. Dewasa ini massage semakin banyak dipelajari dan menjadi mata kuliah wajib di FPOK UPI. Dalam hal ini yang diajarkan terutama massage untuk olahragawan, yang ditujukan kepada pembinaan kondisi jasmani.

c. Pengaruh dari Massage

Setiap pegangan massage mempunyai pengaruh tertentu terhadap suatu jaringan tubuh. Selain itu tekanan,

(13)

gerakan, jumlah ulangan, dan iramanya turut menentukan pengaruh tersebut. Keberhasilan massage juga ditentukan oleh keterampilan dan pengalaman masseur itu sendiri.

Dengan teknik menekan dan mendorong secara bergantian menyebabkan terjadinya pengosongan dan pengisian pembuluh vena dan lymphe, sehingga membantu ekskresi dan pemberian nutrisi dan O2 ke dalam jaringan.Efek Reflektoris. Massage menimbulkan proses vasso dilatasi lokal sehingga memperlancar peredaran darah.

Selain itu syaraf motorik yang terangsangf meningkatkan tonus otot.

Efek Khemis. Massage menyebabkan terbebasnya suatu zat sejenis histamin yang memberi efek dilatasi terhadap pembulu darah kapiler. Di samping ketiga efek tadi secara psikologis massage memberikan perasaan nyaman dan tenang ,segar serta percaya diri.

d. Pengaruh Massage Terhadap Peredaran Darah dan Lymphe

Manipulasi yang dikerjakan dari bagian-bagian tubuh menuju ke jantung (sentripetal) secara mekanis mendorong aliran darah pada pembuluh vena menuju ke jantung. Aliran darah yang lebih lancar dalam vena akan membantu kelancaran aliran darah pada arteri dan kapiler. Dengan

(14)

demikian massage membantu proses penyerapan dan pembuangan sisa-sisa metabolisme dari dalam jaringan sertamemperlancar distribusi nutrisi dan O2. Massage memperlancar mengalirnya cairan lymphe dari pembuluh- pembuluh kecil kepada pembuluh yang lebih besar melalui kelenjar-kelenjar lymphe menuju ke ductus thoracicus dan masuk ke dalam peredaran darah. Cairan lymphe memang tidak memiliki pompa. Peredarannya terjadi karena otot, osmosis, gaya berat dan juga dengan massage. Keadaan ini membantu penyerapan, terutama terhadap jaringan yang mengalami peradangan atau pembengkakan.

e. Pengaruh Massage Terhadap Kulit

Dapat melonggarkan pelekatan dan menghilangkan penebalan-penebalan kecil yang terjadi pada jaringan- jaringan di bawah kulit sehigga dengan demikian memperbaiki penyerapan. Peredaran darah dan lymphe menjadi lancar dan kondisi kulit menjadi lebih baik,karena pengeluaran peluh menjadi lebih lancar. Massage menyebabkan kulit menjadi lebih halus dan elastis serta bersih karena sel-sel sebelah luar yang halus mengelupas.

f. Pengaruh Massage Terhadap Jaringan Otot Massage mempercepat pengosongan dan pengisian cairan sehingga memperlancar sirkulasi dan pembebasan

(15)

sisa-sisa pembakaran, memperlancar penyajian nutrisi sehingga mempercepat proses pemulihan. Terhadap otot yang mengalami cedera, massage membantu penyebaran traumatic-effusiondan suplai darah terhadap jaringan.

Massage dapat menghilangkan atau mencegah terjadinya perlekatan dan scar tissue akibat adanya cairan yang disebut traumatic exudate yang dapat menyebabkan melekatnya serabut otot satu sama lain dan menimbulkan penebalan (thickening). Perlekatan yang menjadi penebalan ini bila telah berlangsung lama sukar dihilangkan, kecuali dengan operasi.

g. Pengaruh Massage Terhadap Pekerjaan Syaraf Umumnya massage memberikan rangsangan terhadap syaraf sensibel motorik sehingga menimbulkan reflek. Massage juga bersifat menggiatkan bila diberikan dengan cepat dalam waktu yang singkat. Massage dengan kecepatan sedang dengan waktu agak lama dapat menghilangkan atau mengurangi rasa sakit. Massage yang lembut memberikan pengaruh yang menenangkan. Di samping itu massage dapat memelihara kondisi syaraf.

h. Indikasi Massage

Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat karena sangat besar manfaatnya dalam

(16)

membantu mengembalikan tubuh dalam keadaan pulih.

Massage membantu menghilangkan kelelahan dengan segala gejala yang menyertainya, seperti rasa pegal, kaku, nyeri, atau perasaan lemas. Massage biasanya dilakukan kepada seluruh tubuh dalam waktu yang cukup lama, kira-kira satu jam.Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama duduk atau berdiri atau dalam pekerjaan yang menimbulkan kelelahan dan kejenuhan. Dalam hal ini kelelahan mungkin bersifat mental maupun fisik. Biasanya massage di akhir tugas tersebut mengembalikan tubuh maupun perasaan kembali nyaman.

Di dalam dunia olahraga dewasa ini massage telah menjadi sebagian upaya pemeliharaan kondisi pada olahragawan pada masa latihan, sebelum pertandingan, masa pertandingan, dan sesudah pertandingan. Dalam pengiriman tim olahraga dewasa ini selalu mengikutsertakan sedikitnya seorang masseur.

Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah cedera, membantu mempercepat proses penyembuhan. Seringkali massage diperlukan untuk meneruskan pekerjaan dokter, misalnya setelah sembuh dari operasi atau perawatan dari patah tulang. Tugasnya adalah mengembalikan fungsi-fungsi otot dan persendian yang biasanya mengalami kekakuan.

(17)

i. Kontra Indikasi Massage

Dalam keadaan tertentu massage tidak boleh dilakukan dan merupakan kontra indikasi .Hal ini biasanya menyangkut keadaan sebagai berikut:

1. Atas nasehat dokter agar tidak dilakukan massage demi keselamatan pasien.

2. Dalam keadaan kena infeksi penyakit menular seperti : cacar, campak, demam, liver, dan lain-lain.

3. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.

4. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat yang benar.

5. Menderita penyakit yang berkenaan dengan pembuluh darah seperti arterisclerosis, trombosis dan lain-lain.

6. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea dan neurathenia.

7. Menderita penyakit haemophilia, karena cenderung terjadi pendarahan, meskipun sebab yang kurang jelas.

8. Menderita penyakit tertentu yang bila dimassage dapat menyebabkan meluasnya infeksi seperti bisul, borok, dsb

9. Pembengkakkan akibat cedera yang masih baru yang menunjukkan adanya pendarahan di dalam. Kapiler-

(18)

kapiler yang tadinya pecah dan telah menutup dapat pecah kembali bila dimassage. Judga pada luka yang belum sembuh atau baru sembuh.

10. Patah tulang yang baru sembuh. Massage dapat mengganggu letak sambungan.

11. Menderita penyakit tumor atau kanker.

12. Sedang datang bulan atau pada hamil muda. Juga pada peradangan usus buntu (appendicitis), Gastroentiritis, coliyis, dll. Demikian juga bila ada batu dalam kandung empedu.

13. Menderita tekanan darah tinggi, pendarahan otak, penyakit jantung dan paru-paru.

j. Teknik massage

Yang termasuk kepada teknik massage adalah:

 Manipulasi Massage

 Pelaksanaan Massage

 Posisi Pasien

 Penggunaan Alat-alat Massage

Posisi Pasien

 Tidur :Terlentang danTelungkup Pada Sisi badan

 Duduk: Dengan menekan pada lengan dan Dengan menekan pada dahi

(19)

Perlengkapan massage

 ruangan

 handbody

 handuk

 sabun

Nb: Maseur kukunya harus pendek k. Manipulasi Massage

Manipulasi adalah pegangan atau cara melakukan pijatan, gosokan, dan lain-lain. Dalam mempelajari pegangan atau manipulasi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu mempelajari dan berlatih melaksanakan pegangan dan berlatih meraba dan merasakan bagaimana kondisi jaringan yang dimassage. Misalnya jalur-jalur otot dan kelainan-kelainan yang mungkin ada. Kedua hal ini harus dilatih bersama-sama dalam praktek.

Berbagai pegangan massage adalah:

1. Stroking efleurage, artinya urutan atau elusan:

 Superfisial stroking

 Medium stroking

 Deep stroking 2. Compressions, artinya perasan:

 Kneading atau petrissage (memijat)

(20)

 Wringing (memeras)

 Rolling (menggeser)

 Walken (menekan) 3. Frictions, artinya gosokan:

 Circulary

 Rotary

 spiral

4. Tapotemant, artinya pukulan:

 Hacking (mencincang)

 Beating (memukul dengan kepal)

 Clapping (dengan telapak jari)

 Cupping (dengan telapak tangan dicekungkan)

 Typing (Mengetik)

 Spatting (Cipratan)

 Chucking (tarikan lepas)

 Skin rolling

5. Vibrations, artinya getaran atau goyangan:

 Palmar (dengan telapak tangan)

 Knuckle (dengan kepalan) 6. Shaking, artinya guncangan:

 Pada lengan

 Pada tungkai NB: Diakhiri massage di kepala

(21)

l. Catatan : Pelaksanaan Massage a. General Massage : 40 – 60 menit b. Regional Massage : 20 – 30 menit

c. Lokal : -- 15 menit (kepala, lengan,) saja.

 Arah dorongan harus ke arah jantung (pembuluh vena).

 Daerah Yang tidak boleh dipukul /menggunakan kepalan adalah: kepala, leher, dan pinggang.

(22)

BAB 2

SEJARAH PERKEMBANGAN MASSAGE

Pada masa ini bukti telah mendukung posisi massage yang telah orang di dunia. Para arkeolog telah menemukana rtifak-artifak yang menunjukkan penggunaan massage di sejumlah wilayah di dunia. Meskipun tidak ada bukti pre- historis langsung yang menjelaskan penggunaan massage untuk alasan medis, bukti tidak langsung sangat jelas menunjukkan kaitan massage dengan medis. Lukisan-lukisan dia

Gua Eropa (abad 15000 SM), misalnya, menunjukkan apa yang bias disebut sebagai kegunaan sentuhan terapi. Pada periode sejarah, catatan-catatan tertulis dan bergambar menunjukkan penggunaan massage.Bangsa Cina kurang lebih dari 3000 tahun sebelum maseh . Bapak dari ilmu kedokteran yaitu Hippocrates (360-430 SM). Menggunakan masase pada para pasiennya untuk menyembuhakn kekakuan pada sendi dan otot-otot yang lemah.Pehr Hendrik Ling (1746-1839) dari swedia yang mengenalkan Masase Olahraga ke seluruh dunia

(23)

INDIKATOR INDIKATOR UNTUK MELAKUKAN MASSAGE

 Syarat seorang masseur/masseuse

 Tangan seseorang masseur/masseuse

 Arah gerakan tangan

 Manipulasi pada pasien

 Posisi pasien (telungkup, terlentang, dan duduk)

URUTAN PELAKSANAAN MASSAGE 1. Effleurage (menggosok)

2. Petrissage (pijatan) 3. Friction (menggerus) 4. Shacking (menggoncang) 5. Tapotement (memukul)

6. Walken (gosokan melintang otot) 7. Vibration (menggetarkan)

8. Skin Rolling (menggeser lipatan kulit) 9. Stroking (mengurut)

(24)

1. Effleurage (menggosok)

Sebagai manipulasi pembuka dan penutup

Gerakan menggosok tubuh dengan seluruh telapak tangan dan jari jari pada daerah tubuh yang luas dan tebal . Tujuannya adalah membantu melancarkan peredaran darah dan cairan getah bening (cairan limfe ) kembali ke jantung ,sehingga akan mempercepat proses pembuangan sisa sisa pembakaran .Manipulasi ini dapat diterapkan pada daerah paha , pinggan dan punggung . untuk daerah tubuh yang sempit misalnya daerah antar tulang rusuk (intercostalis ) dan daerah jari jari digunakan effleurage dengan ujung ujung jari .

(25)

2. Petrissage (pijatan)

Dilakukan dengan teknik perasan, tekanan, dan pencomotan.

 Pengaruh mekanis : menghancurkan semua sisa- sisa pembakaran dan melemaskan semua kekakuan di dalam jaringan.

 Pengaruh fisiologis : menyebabkan/membuat perbaikan aliran darah dalam otot dan menambah kekuatan (tonus) otot.

(26)

3. Friction (menggerus)

Pelaksanaanya dengan gerakan spiral menuju kearah jantung.

 Pengaruh mekanis : menghasilkan kelancaran pada darah setempat .

 Pengaruh fisiologis :melancarkan aliran darah danpembesaran serabut otot.

4. Shacking (menggoncang)

(27)

Pelaksanaanya dengan menggoncang otot-otot yang mengalami ketegangan, dilakukan dengan irama dan tangan berpindah-pindah.

 Pengaruh mekanis : otot-otot akan melemas dan akan menambah fleksibilitas jaringan.

 Pengaruh fisiologis : menjadikan lancarnya peredaran darah dan meningkatkan kinerja syaraf.

5. Tapotement (memukul)

Yaitu gerakan pukulaan ringan dan berirama dengan jari-jari tangan, telapak tangan atau kepalan.

 Pengaruh mekanis : semakin cepat pukulan itu semakin cepat menimbulkan rasa panas untuk didaerah yang di masase.

(28)

 Pengaruh fisiologis : menimbulkan kontraksi otot (idiomuskuler) untuk pertukaran zat dalam tubuh.

6. Walken (gosokan melintang otot)

Gosokan yang dilakukan dengan arah berlawanan menuju menuju ke arah jantung.

 Pengaruh mekanis : membantu pemanasan (warming up) dan mendeteksi kelainan akibat cedera.

 Pengaruh fisiologis : memberikan rangsangan pada persyarafan dan jaringan di bawah kulit.

(29)

7. Vibration (menggetarkan)

Getaran diberikan melalui ujung satu jari, dua jari yang dirapatkan.

 Pengaruh mekanis : merangsang (stimulasi) pada organ-organ dalam yang penting.

 Pengaruh fisiologis : merangsang syaraf vegetatif (tidak sadar) melalui aksi pada bagian luar.

8. Skin Rolling (menggeser lipatan kulit)

(30)

Caranya dengan mencubit kulit, ibu jari di dorongkan dan jari-jari yang lain melangkah.

 Pengaruh mekanis : mempertinggi tonus otot.

 Pengaruh fisiologis : melebarkan pembuluh kapiler di bawah kulit.

9. Stroking (mengurut)

Dilakukan menggunakan ibu jari atau ujung jari dengan tekanan.

 Pengaruh mekanis : melemaskan jaringan sehingga pertukaran zat menjadi lancar.

 Pengaruh fisiologis : mempengaruhi syaraf vegetatif pada jaringan di bawah kulit.

(31)

INTI

Masase adalah merupakan salah satu teknik memijat untuk menghilangkan rasa capek dan pegal, salah sendi otot / keseleo, dan bahkan dislokasi. Yang baik jika dilakukan setelah olahraga ketika suhu tubuh sudah terasa dingin / normal sehingga aliran darah dalam tubuh bisa kembali lancar / normal dan dapat melakukan aktivitas kembali .

Masase juga dapat digunakan untuk bekal bagi individu masing masing untuk berwirausaha sehingga bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain terutama bagi mahasiswa Ilmu Keolahragaan.

(32)

BAB 3

TERAPI MASSAGE / PIJAT

Massage atau pijat merupakan bahasa universal bagi umat manusia. Hampir setiap hari manusia melakukan pemijatan sendiri. Rupa-rupanya massage merupakan salah satu manipulasi sederhana yang ditemukan manusia untuk mengelus atau mengusap bagian badan yang sakit atau saling membelai satu sama lain untuk menenang . Terapi masase sekarang berkembang pesat di dalam dunia olahraga terutama digunakan dalam penanganan kasus cidera yang dialami oleh atlit saat beraktivitas di lapangan.

Manfaat Manfaat Terapi Massage/ Pijat:

 membantu menghilangkan asam laktat, yang merupakan salah satu produk sampingan dari kerja otot.

 membantu meningkatkan sirkulasi, serta sistem limfatik, bagian dari sistem kekebalan tubuh yang melakukan pekerjaan pemeliharaan pada tubuh, seperti membawa racun dari otot-otot dan zat toksis lainnya.Pijat darah dan meningkatkan sirkulasi getah bening

(33)

 Meningkatkan sirkulasi getah bening

 Merangsang dan menenangkan

 Meningkatakan mobilitas dan fleksibilitas

 Melepaskanketeganganototkronis

 Mengurangi tekanan darah

 Mengurangi rasa sakit

 Memposisikan sendi yang cidera

 Meningkatkansirkulasidarah

 Meningkatkanfleksibilitassendi

 Mengurangikelelahan mental &fisik&stress

 Mempromosikanpenyembuhanlebihcepatdarijarin ganototterluka

Massage juga bermanfaat bagi atlet dan dapat membantu:

 Lebihnyamanuntuktidur

 Meningkatkankonsentrasi

 Mengurangikecemasan

 Meningkatkan kepercayaan

Massage setelah latihan yang berat, fisik, hiking, bersepeda gunung, mendaki, bermain golf atau ski: Setelah Anda melatih otot-otot Anda mungkin merasa sakit, kaku &

(34)

lelah. Maasage dapat membantu dengan salah satu dari berikut:

 Peregangan&memperpanjangototdipersingkat

 Mengurangikejang

 Meningkatkansirkulasi

 Mempercepatpenghapusanproduklimbahatauasam laktat yang dapatmembuatotot-ototAndasakit

 MembawaoksigendannutrisiototAndakeseluruhtu buh

 Setelah Massage, kami selalumenyarankan agar Andaminumbanyak air.

Salah satukasus yang dapat di Therapy dengan Massage:

 CederaAngkel (Kesleopadapergelangan kaki)

 CederaLutut (Strain maupun Sprain pada ligament lutut)

 CederaBahu (Dislokasibahumaupun ligament)

 CederaElbo (Kesleopadalengan)

 CederaPinggang

(Kesleoatauketarikpadaototpinggang)

 CederaPunggung

 Cedera Hamstring/Paha (Ketarikototpaha)

 Cedera Strain/SparintLigamen/ototbesar

(35)

 CederaJari–Jaritangan (kesleoataudislokasi )

 Cedera Low Back Paint (nyeripinggang)

 Cedera Ischialgia merupakansuatukondisidimanate rjadinyapenjepitansaraf di daerahbokong/ pantat ( NervusIschiadicus)

 strain

 tendonitis

 sakitkepala

 migren

 Danberbagaimacamcederaolahragamaupunaktivita sbukanolahragalainnya

 Cedera pinggul

(36)
(37)

BAB 4 CEDERA LEHER

Leher Anda merupakan bagian dari kolom fleksibel yang panjang, yang dikenal sebagai kolom atau tulang punggung tulang belakang, yang membentang melalui sebagian besar tubuh Anda. Tulang belakang leher (daerah leher) terdiri dari tujuh tulang (C1-C7 vertebra), yang dipisahkan satu sama lain oleh diskus intervertebralis.

Cakram ini memungkinkan tulang untuk bergerak bebas dan bertindak sebagai peredam kejut selama kegiatan.

Melekat pada bagian belakang setiap tubuh vertebral adalah lengkungan tulang yang membentuk ruang memanjang terus menerus berongga, yang menjalankan seluruh panjang punggung Anda. Ruang ini, yang disebut kanal tulang belakang, adalah daerah di mana sumsum

(38)

tulang belakang dan berkas saraf lulus. Sumsum tulang belakang bermandikan cairan cerebrospinal (CSF) dan dikelilingi oleh tiga lapisan pelindung yang disebut meninges (dura, arachnoid, dan pia mater).

Pada setiap tingkat vertebra, sepasang saraf tulang belakang keluar melalui lubang kecil yang disebut foramina (satu ke kiri dan satu ke kanan). Saraf ini melayani otot, kulit dan jaringan tubuh sehingga memberikan sensasi dan gerakan ke seluruh bagian tubuh. Sumsum tulang belakang halus dan saraf lebih lanjut didukung oleh otot-otot yang kuat dan ligamen yang melekat pada tulang belakang

SALAH SATU PENYEBAB UMUM DARI NYERI DI BAGIAN LEHER

Anda mungkin telah dirujuk ke ahli bedah saraf karena sakit di leher atau bahu, atau kesemutan dan mati rasa di tangan Anda. Anda juga mungkin mengalami beberapa kelemahan pada lengan atau tangan.Nyeri leher dapat disebabkan oleh degenerasi disk, penyempitan kanal tulang belakang, arthritis, dan, dalam kasus yang jarang, kanker atau meningitis. Untuk masalah serius leher, dokter perawatan primer dan sering spesialis, seperti ahli bedah saraf, harus berkonsultasi untuk membuat diagnosis yang akurat dan resep pengobatan.

(39)

Anda harus berkonsultasi dengan ahli bedah saraf untuk nyeri leher jika:

 Hal ini terjadi setelah cedera atau pukulan di kepala

 Demam atau sakit kepala menyertai sakit leher

 Leher kaku mencegah Anda menyentuh dagu Anda ke dada Anda

 Nyeri menembak ke satu lengan

 Ada kesemutan, mati rasa atau kelemahan pada lengan atau tangan

 Leher gejala yang berhubungan dengan kelemahan kaki atau kehilangan koordinasi lengan atau kaki.

 Anda sakit tidak merespon obat nyeri over-the- counter

 Nyeri tidak membaik setelah seminggu

Usia, cedera, postur tubuh yang buruk, atau penyakit seperti arthritis dapat menyebabkan degenerasi tulang atau sendi tulang belakang leher, menyebabkan herniasi atau taji tulang terbentuk. Cedera parah mendadak leher juga dapat menyebabkan herniasi, whiplash, kerusakan pembuluh darah, cedera tulang belakang, dan, dalam kasus yang ekstrim, kelumpuhan permanen. Penonjolan tulang atau tulang taji dapat menyebabkan penyempitan kanal tulang belakang atau lubang kecil di mana tulang belakang akar saraf keluar.

(40)

Tekanan pada akar saraf oleh herniated disc atau taji tulang dapat mengakibatkan:

 Nyeri di lengan dan leher

 Mati rasa atau kelemahan pada lengan atau lengan bawah

 Kesemutan di jari-jari atau tangan

Tekanan pada saraf tulang belakang pada daerah leher rahim dapat menjadi masalah yang sangat serius karena hampir semua saraf ke seluruh tubuh harus melewati leher untuk mencapai tujuan akhir mereka (lengan, dada, perut, kaki). Hal ini berpotensi dapat membahayakan fungsi dari banyak organ penting.

STENOSIS SERVIKS

Stenosis serviks terjadi ketika kanal tulang belakang menyempit dan menekan tulang belakang dan paling sering disebabkan oleh penuaan. Cakram di tulang vertebra yang terpisah dan bantal dapat mengering. Akibatnya, ruang antara tulang menyusut, dan cakram kehilangan kemampuan mereka untuk bertindak sebagai peredam kejut. Pada saat yang sama, tulang dan ligamen yang membentuk tulang belakang menjadi kurang lentur dan menebal. Perubahan ini mengakibatkan penyempitan kanal tulang belakang. Selain itu, perubahan degeneratif yang berhubungan dengan stenosis serviks dapat mempengaruhi tulang belakang

(41)

dengan berkontribusi terhadap pertumbuhan taji tulang yang menekan akar saraf. Stenosis ringan bisa diobati secara konservatif untuk waktu yang lama selama gejala dibatasi untuk nyeri leher. Stenosis berat memerlukan rujukan ke seorang ahli bedah saraf.

CEDERA LEHER

Cedera leher dapat terjadi selama kecelakaan kendaraan bermotor, peristiwa traumatis lainnya, atau olahraga. Gejala cedera ini termasuk kekakuan leher, bahu atau nyeri lengan, sakit kepala, nyeri wajah dan pusing.

Nyeri dari cedera kendaraan bermotor dapat disebabkan oleh air mata pada otot atau cedera pada sendi antara tulang.

Penyebab lain nyeri ligamen pecah atau kerusakan pada disk.

Pengobatan konservatif dari cedera termasuk obat nyeri, istirahat di tempat tidur, pengurangan aktivitas fisik, dan terapi fisik.

MENDIAGNOSIS NYERI LEHER ANDA

Diagnosa dibuat oleh seorang ahli bedah saraf berdasarkan riwayat Anda, gejala, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan diagnostik, jika perlu. Beberapa pasien dapat diobati secara konservatif dan kemudian menjalani studi pencitraan jika obat dan terapi fisik tidak efektif. Tes- tes ini mungkin termasuk:

 Computed Tomography scan (CT atau CAT scan)

(42)

 Studi konduksi saraf (NCS)

 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

 X-ray / Rontgen

PENGOBATAN KONSERVATIF (TIDAK OPERASI) Menentukan strategi pengobatan terutama tergantung pada identifikasi lokasi dan penyebab akar saraf yang teriritasi. Meskipun nyeri leher bisa sangat melemahkan dan menyakitkan, manajemen nonsurgical dapat mengurangi banyak gejala. Dokter mungkin meresepkan obat untuk mengurangi rasa sakit atau peradangan, dan relaksan otot untuk memberikan waktu untuk penyembuhan terjadi.

Mengurangi aktivitas fisik atau mengenakan cervical collar dapat membantu memberikan dukungan untuk tulang belakang, mengurangi mobilitas, dan mengurangi rasa sakit dan iritasi. Injeksi memicu titik, termasuk kortikosteroid, sementara dapat mengurangi rasa sakit. Kadang-kadang, steroid epidural mungkin disarankan. Pilihan pengobatan konservatif dapat terus sampai enam atau delapan minggu.

Jika Anda mengalami kelemahan atau mati rasa di lengan atau kaki, Anda harus mencari nasihat medis. Jika Anda telah memiliki trauma dan kini mengalami sakit leher dengan kelemahan atau mati rasa, Anda harus berkonsultasi dengan seorang ahli bedah saraf.

(43)

OPERASI LEHER - KETIKA BEDAH DIPERLUKAN Ada beberapa perawatan bedah yang tersedia untuk mengobati gangguan tulang belakang leher. Faktor-faktor yang membantu menentukan jenis perawatan bedah termasuk spesifik dari penyakit disk Anda, dan ada atau tidak adanya tekanan pada tulang belakang atau akar saraf tulang belakang. Faktor-faktor lain termasuk usia Anda, berapa lama Anda telah memiliki gangguan, kondisi medis lain yang Anda miliki, dan apakah Anda telah menjalani operasi tulang belakang leher sebelumnya.

Ketika pengobatan konservatif untuk nyeri leher tidak memberikan bantuan, pembedahan mungkin diperlukan.

Anda mungkin menjadi kandidat untuk operasi jika:

a. Terapi konservatif tidak membantu

b. Anda mengalami gejala-gejala neurologis progresif yang melibatkan lengan dan kaki

c. Anda mengalami kesulitan dengan keseimbangan atau berjalan

d. Anda berada dalam kesehatan dinyatakan baik

Ada beberapa prosedur bedah yang berbeda yang dapat digunakan, pilihan yang dipengaruhi oleh tingkat keparahan kasus Anda. Dalam persentase kecil pasien, ketidakstabilan tulang belakang mungkin mengharuskan fusi tulang belakang dilakukan, keputusan yang umumnya ditentukan

(44)

sebelum operasi. Fusi tulang belakang adalah suatu operasi yang menciptakan persatuan yang solid antara dua atau lebih vertebra. Berbagai perangkat (seperti sekrup atau piring) dapat digunakan untuk meningkatkan fusi dan mendukung bidang-bidang yang tidak stabil dari tulang belakang leher.

Prosedur ini dapat membantu dalam memperkuat dan menstabilkan tulang belakang dan dengan demikian dapat membantu untuk meringankan nyeri leher yang parah dan kronis.

Jika Anda merokok, Anda harus berhenti. Merokok merusak struktur dan arsitektur tulang dan memperlambat proses penyembuhan. Jika Anda kelebihan berat badan, Anda harus mencoba untuk menurunkan berat badan.

Merokok dan obesitas telah terbukti berdampak negatif pada hasil operasi fusi tulang belakang.

Manfaat dari operasi harus selalu dipertimbangkan dengan cermat risiko. Meskipun sebagian besar leher pasien sakit melaporkan nyeri yang signifikan setelah operasi, tidak ada jaminan bahwa operasi akan membantu setiap individu.

(45)

BAB 5 CIDERA BAHU

Cidera pada bahu sering disebabkan karena lelah. tetapi sering juga terjadi pada pemain tennis, badminton, cabang olahraga yang menggunakan lempar dan berenang .Cidera pada bahu merupakan salah satu cidera yang paling sering dialami pada saat berolahraga, selain lutut dan pergelangan kaki. Namun, meskipun cidera pada sendi bahu merupakan hal yang umum, namun sebaiknya Anda tidak meremehkannya. Nyeri yang berkepanjangan malah akan membuat fungsi tubuh Anda terganggu. Untuk itu, ketika Anda mengalami cidera pada sendi bahu Anda, segera atasi secara tepat.Cidera ini biasa juga disebabkan dari luar, misalnya : sepak bola, rugby dan lain-lain.

(46)

Gambar

Secara umum ,cidera sendi dibagi menjadi dua tipe yaitu : 1 . CIDERA AKUT (ACUTE INJUIRES)

Cidera akut adalah cidera yang terjadi akibat gerakan yang tiba tiba pada sendi seseorang dapat mengetahui kapan cidera itu terjadi dan mampu mendeskripsikan bagaimana cidera bisa terjadi .Orang yang mengalami cidera sendi bahu akut sering menggambarkan rasa sakit yang tiba tiba terkadang mengalami sensasi clicking atau poppling (clicking or popping sensation)termasuk kedalam cidera akut sendi bahu diantaranya adalah sebagai berikut :

 Dislokasi bahu

 Cidera sendi AC (AC joint injuries)

 Rotator cuff tears

 Cedera glenoid labrum

 Fraktur clavicula

Perawatan cidera yang harus dilakukan adalah segera beristirahat dan melaukan terapi dingin dengan cara mengompres sendi bahu dengan es . menopang berat lengan dengan menggunakan selempang mungkinakandianjurkan , selain sesegera mungkin berkonsultasi dengan dengan petugas kesehatan untuk menentukan sifat cidera dan penanganan yang tepat untuk cidera tersebut .

(47)

2.CIDERA POSTURAL/CIDERA PARAH (OVERUSE /POSTURAL INJURIES)

Cidera parah (overuse injuries ) adalah cidera dimana nyeri bahu semakin terasa dan semakin memburuk dari waktu ke waktu . Orang yang mengalami overues injuries biasanya tidak bisa menjelaskan secara spesifik apa yang menyebabkan munculnya nyeri tersebut . Overues injuries biasanya berkaitan dengan postur tubuh yang jelek maupun teknik olahraga yang kurang bagus .Overues yang sering terjadi yaitu :

 Sindrom tubrukan ( impingement syndromes)

 Rotator cuff tendinopathy

 Bursitis

Pengobatan dan perawatan untuk overues injury sering lebih sulit di bandingkan cidera sendi bahu akut . Untuk tahap awal , gerakan atau aktivitas yang bisa memperparah kondisi harus di hentikan agar jaringan dan sendi bisa beristirahat . jaringan fleksibilitas otot . Setelah rasa sakit dan inflamasi merada , progam latihan rehabilitasi biasanya akan dilakukan untuk mengatasi masalah posturak dan ketidak keseimbangan otot yang berkontribusi terhadap cidera.

Latihan Terapi Pasca Cedera Bahu

(48)

Prevalensi cedera saat ini cukup besar dan sebagian besar penyembuhannya tidak sempurna, sehingga ada kecenderungan untuk mengalami cedera ulangan/kambuhan.

Pada beberapa kasus, cedera membuat seorang olahragawan terpaksa harus pensiun dini dari dunia olahraga prestasi.

Petenis Angelique Wijaya adalah salah satu contoh kasus berhentinya karir olahragawan akibat cedera yang tidak dapat sembuh sempurna. Di Amerika, kira-kira 20 % anak- anak dan remaja yang berpartisipasi dalam olahraga mengalami cedera setiap tahunnya. Satu dari empat kasus cedera yang terjadi merupakan cedera yang serius (Konin, 2009). Di KONI DIY selama pelatda PON XII terlihat bahwa dari 98 kasus cedera yang ditangani, 72 kasus (73,5

%) diantaranya merupakan cedera kambuhan akibat penyembuhan cedera lama yang tidak sempurna (Litbang KONI DIY, 2008).

Di sisi lain, berbagai model terapi latihan untuk rehabilitasi cedera sudah diteliti. Model terapi latihan untuk cedera bahu dan lengan telah banyak diteliti dan terbukti bermanfaat dalam memulihkan cedera baik secara subyektif maupun obyektif. Tekanan yang dihadapi pada pertandingan terkadang tidak bisa ditoleransi oleh tubuh. Jika kekuatan luar yang mengenai tubuh melebihi daya tahan jaringan tubuh, maka cedera akan terjadi. Cedera bisa mengenai otot

(49)

dan tendon, sendi dan ligamen, tulang, saraf, dan lain sebagainya.

PATOFISIOLOGI CEDERA

Respon jaringan muskuloskeletal terhadap trauma menurut Kannus (2000) terdiri atas tiga fase, yaitu fase inflamasi akut, fase proliferatif, serta fase maturasi dan remodelling. Pada fase inflamasi akut, terjadi iskemia, gangguan metabolik, dan kerusakan membran sel karena proses peradangan, yang pada gilirannya ditandai dengan infiltrasi sel-sel inflamasi, edema jaringan, eksudasi fibrin, penebalan dinding kapiler, penututpan kapiler, dan kebocoran plasma. Segera setelah terjadi cedera, terjadi proses peradangan sebagai mekanisme pertahanan tubuh.

Peradangan ditandai dengan panas, merah, bengkak, nyeri, dan hilangnya fungsi. Panas dan warna merah di tempat cedera disebabkan karena meningkatnya aliran darah dan metabolisme di tingkat sel. Pembengkaan akan terjadi di daerah cedera karena kerja agen-agen inflamasi dan tingginya konsentrasi protein, fibrinogen dan gamma globulin. Cairan akan mengikuti protein, keluar sel dengan cara osmosis, sehingga timbul bengkak. Rasa nyeri disebabkan oleh iritan kimiawi yang dilepaskan di tempat cedera. Nyeri juga terjadi akibat meningkatnya tekanan jaringan karena bengkak yang akan mempengaruhi reseptor saraf, dan menyebabkan nyeri (The Athlete Project, 2005).

(50)

Pada fase proliferatif, terjadi pembentukan faktor pembekuan fibrin dan proliferasi fibroblast, sel sinovial, dan kapiler. Sel-sel inflamasi menghilangkan jaringan yang rusak dengan fagositosis, dan fibroblast secara ekstensif memproduksi kolagen (pada awalnya adalah yang paling lemah, yaitu kolagen tipe 3, selanjutnya tipe 1) dan komponen matriks ekstraselular lainnya. Fase maturasi ditandai dengan berkurangnya kandungan air proteoglikan pada jaringan penyembuhan dan serabut kolagen tipe 1 akan kembali normal. Kira-kira 6 sampai 8 minggu sesudah cedera, serabut kolagen baru dapat menahan tekanan yang mendekati normal, meskipun maturasi tendon dan ligamen mungkin membutuhkan waktu lebih lama, bisa sampai 6-12 bulan.

REHABILITASI CEDERA

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4) individualisasi; 5) beruntun secara spesifik, 6) Intensitas, dan 7) total pasien. Pada penanganan rehabilitasi cedera, sangat penting untuk tidak memperburuk cedera. Terapi latihan, jika tidak dilaksanakan dengan benar potensial untuk membuat cedera lebih parah. Pengetahuan tentang bagaimana respon tubuh terhadap cedera menentukan dalam pemilihan latihan yang digunakan. Keterampilan dalam

(51)

observasi respon pasien diperlukan untuk mengenali kapan dan seberapa jauh pengaruh program terapi latihan dapat memberi efek tanpa memperburuk cedera.

Prinsip terapi latihan dalam program rehabilitasi harus dimulai sesegera mungkin, tanpa memperburuk cedera.

Semakin cepat pasien memulai porsi latihan, semakin cepat dapat kembali ke aktivitas sepenuhnya. Setelah cedera, istirahat memang diperlukan, namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak istirahat akan memperlambat pemulihan. Dikatakan bahwa imobilisasi seminggu pertama setelah cedera, 3 % - 4 % kekuatan otot berkurang setiap harinya. Beberapa studi menemukan bahwa laju pemulihan jauh lebih lambat daripada laju kehilangan kekuatan otot. Penemuan tersebut mengindikasikan pentingnya memulai program terapi latihan sesegera mungkin setelah kondisi memungkinkan. Tanpa kepatuhan pasien, program rehabilitasi tidak akan berhasil. Untuk memastikan kepatuhan, sangatlah penting untuk menginformaskan isi dan tujuan program kepada pasien.

Pasien akan lebih patuh jika pasien menyadari program yang diikutinya. Seringkali seseorang yang mengalami cedera merasa kehilangan kekuatan akibat cedera. Perasaan ini dapat mencegah kesuksesan program terapi latihan.

Kepatuhan dalam hal ini berarti bahwa program dijalankan secara konsisten.

(52)

Masing-masing orang merespon cedera secara berbeda-beda, dan hal ini mempengaruhi program rehabilitasi yang harus diikuti. Perbedaan psikologis dan kimiawi mempengaruhi respon spesifik terhadap cedera.

Sangat penting untuk menyadari bahwa meskipun suatu cedera kelihatannya sama, namun demikian perbedaan yang tidak terdeteksi dapat mengubah respon individu terhadap cedera. Urutan program rehabilitasi cedera, yaitu latihan fleksibilitas dan range of motion (ROM), latihan kekuatan dan daya tahan otot, serta latihan proprioseptif, koordinasi, dan kelincahan harus diikuti secara konsisten.

Intensitas terapi latihan harus memberi tantangan pasien dan daerah cedera, tetapi tidak boleh memperburuk cedera. Mengetahui kapan meningkatkan intensitas tanpa memperberat cedera membutuhkan observasi respon pasien dan pengetahuan tentang proses penyembuhan. Sebagai contoh, jika seorang pasien dapat dengan mudah memepertahankan keseimbangan satu kaki, buat program dengan aktivitas yang sama di atas permukaan yang tidak stabil, misalnya di atas trampolin mini. Jika di atas lantai terlalu mudah dan di atas trampolin terlalu sulit, maka pasien bisa melakukannya di atas lantai degan mata tertutup.

Sangatlah penting bagi pasien cedera untuk mempertahankan kebugaran pada daerah yang tidak terkena cedera. Hal ini berarti bahwa pasien harus menjaga sistem

(53)

kardiovaskular pada tingkat sebelum cedera, mempertahankan ROM, kekuatan dan daya tahan otot, serta koordinasi pada anggota gerak dan sendi yang tidak cedera.

Saat pasien cedera, fokus program rehabilitasi tidak hanya pada daerah cedera, tetapi juga pada seluruh tubuh. Menurut Viljoen (2000), rehabilitasi cedera meliputi pencegahan cedera, penilaian cedera, dan manajemen cedera. Pencegahan cedera terdiri atas tes sebelum partisipasi olahraga, intervensi secara individual, penilaian dan skrining teratur, latihan kekuatan dan kondisioning dengan benar, serta melibatkan ahli biomekanik olahraga. Idealnya tim medis meliputi dokter olahraga, fisioterapis, dan ahli biokinetik/biomekanik.

Dokter olahraga bertugas mengkoordinasi dan menilai kondisi medis bersama dengan tim, menilai persiapan medis dalam even olahraga, mengkoordinasi rehabilitasi dan perkembangannya, mengatur dan menilai penggunaan alat- alat pelindung, manajemen cedera, mendiagnosis cedera, membuat keputusan klinis terkait beratnya cedera dan akibat yang ditimbulkannya, mengevaluasi kapan kembali bermain bersama dengan tim, serta mengedukasi olahragawan tentang zat-zat ergogenik dan daftar obat terlarang.

Fisioterapis olahraga bertugas mengevaluasi kondisi muskuloskeletal, mengawali segera rehabilitasi, manajemen cedera di lapangan bersama dokter olahraga, melakukan pembalutan pada cedera, mengevaluasi kesiapan kembali

(54)

bertanding, bersama tim medis mengedukasi pemain tentang pencegahan cedera, dan menggunakan berbagai pendekatan multidisiplin dalam rehabilitasi. Ahli biokinetik/biomekanik bertugas membuat program kondisi fisik, sebelum, selama, dan sesudah pertandingan, mengevaluasi program rehabilitasi, memonitor dan mencegah overtraining, mengevaluasi kesiapan kembali bertanding, mengedukasi pemain tentang pencegahan dan pengobatan cedera, menggunakan pendekatan multidisiplin dalam rehabilitasi dan kondisioning, mengoreksi kondisi biomekanik yang tidak benar, merawat rekam medis dan data-data perkembangan pemain, serta memfasilitasi manajemen.

Penilaian cedera pada tahap awal dilakukan oleh dokter atau fisoterapis, dan kalau dibutuhkan bisa dilakukan pemeriksaan tambahan, seperti foto rongten, CT Scan, MRI, atau bahkan pembedahan jika diperlukan. Kunci kesuksesan rehabilitasi adalah diagnosis cedera yang tepat. Penilaian cedera meliputi riwayat cedera, observasi dan inspeksi, palpasi, penilaian fungsi otot, tes-tes khusus, seperti tes instabilitas ligamen. Tes tergantung pada lokasi, riwayat cedera, dan gejala yang timbul. Setelah dilakukan penilaian, disusun action plan, yang meliputi pengobatan segera, menentukan frekuensi dan durasi terapi, menentukan tujuan dan bagaimana memonitor kemajuan program, mengedukasi

(55)

pasien, serta menentukan kriteria kapan bisa kembali bermain.

Manajemen cedera meliputi berbagai target yang bertujuan meningkatkan fungsi otot serta kondisi tubuh secara keseluruhan. Adapun komponen-komponen yang termasuk di dalamnya meliputi fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan otot, power, kestabilan sendi, reaktivitas neuromuskular, kebugaran kardiovaskular, reedukasi gerak dan koordinasi, serta komponen biomotor spesifik lainnya.

KOMPONEN DASAR TERAPI LATIHAN

Program rehabilitasi mempunyai dua elemen dasar, yaitu terapi modalitas dan terapi latihan. Terapi modalitas digunakan untuk mengobati efek-efek akut cedera, seperti nyeri, bengkak, spasme, sedangkan terapi latihan sangat esensial dan merupakan faktor kritis bagi pasien untuk bisa kembali berpartisipasi dalam olahraga atau kembali ke aktivitas semula. Houglum (2005) menyebutkan bahwa komponen dasar terapi latihan meliputi latihan fleksibilitas dan ROM, latihan kekuatan dan daya tahan otot, serta latihan proprioseptif, koordinasi, dan kelincahan.

Fleksibilitas terkait dengan mobilitas otot dan kemampuan otot untuk memanjang. Jika otot mengalami imobilisasi selama periode waktu tertentu, ada

(56)

kecenderungan untuk kehilangan fleksibilitas atau derajat mobilitas. Jika latihan peregangan disertakan dalam program kondisi fisik rutin, otot akan cenderung untuk mempertahankan fleksibilitas. ROM merujuk pada jumlah gerakan yang mungkin dilakukan oleh sebuah sendi. Sebagai contoh, normal ROM untuk abduksi sendi bahu adalah 180°.

ROM dipengaruhi oleh fleksibilitas otot dan kelompok otot yang mengelilingi sendi. Jika fleksibilitas otot kurang, sendi tidak dapat melakukan ROM secara penuh. Selain itu ROM juga dipengaruhi beberapa faktor, seperti mobilitas kapsul sendi dan ligamen, fascia, serta kekuatan otot. Pencapaian fleksibilitas lebih awal dalam terapi latihan diperlukan karena parameter lain ditentukan oleh fleksibilitas daerah cedera dan efek dari proses penyembuhan. Jaringan yang sembuh dari cedera meninggalkan jaringan penyembuhan yang dapat meneyebabkan kontraktur. Selama masa penyembuhan, ada kesempatan emas untuk mengubah jaringan sikatrik tersebut.

Kekuatan otot merupakan kekuatan maksimum yang dapat dilakukan oleh otot, sedangkan daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk mempertahankan kekuatan submaksimal, baik dalam aktivitas statis maupun aktivitas repetitif. Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya

(57)

keseimbangan, proprioseptif, dan koordinasi, baik akibat cedera maupun kurangnya latihan keterampilan khusus, akan meningkatkan risiko cedera. Berbagai faktor berpengaruh terhadap proprioseptif, koordinasi, dan kelincahan. Di sisi lain, ketiga komponen ini akan mempengaruhi power otot, keterampilan eksekusi, dan penampilan secara umum. Untuk mengembangkan kemampuan proprioseptif dan koordinasi, fleksibilitas dan kekuatan otot harus sudah dicapai.

Koordinasi dan kelincahan didasarkan pada fleksibilitas dalam menampilkan keterampilan melalui ROM yang memadai dan kekuatan, daya tahan, serta power otot untuk menampilkannya secara berulang, cepat, dan benar.

OTOTOTOT CEDERA BAHU

Bahu merupakan area unik, yang tersusun atas beberapa persendian, seperti sendi sternoclavicular, acromioclavicular, scapulothoracic, dan glenohumeral.

Dalam melakukan fungsi mobilitas dan stabilitas, bahu didukung oleh sendi-sendi penyusunnya dan otot-otot di sekelilingnya, yang bekerja secara selaras supaya bahu dapat berfungsi normal. Hal mendasar yang mendukung fungsi sendi normal adalah stabilitas. Saat cedera terjadi, stabilitas sendi normal terganggu dan pemulihan sempurna bisa terancam, kecuali jika stabilitas dipertahankan. Stabilitas sendi dipengaruhi faktor statis dan dinamis. Stabilitas statis didukung oleh struktur yang membentuk sendi bahu, yaitu

(58)

kapsul sendi, ligamen, dan labrum glenoid. Stabilitas dinamis merupakan tanggungjawab saraf dan otot, menyediakan input yang tepat dari reseptor aferen ke sistem saraf pusat. Saat ligamen mengalami cedera, reseptor aferen yang berlokasi di ligamen tersebut tidak bisa menyediakan input sensori yang adekuat. Hal ini membuat input neural lemah dan pada gilirannya menimbulkan respon otot yang tidak tepat. Hasilnya adalah berkurangnya stabilitas statis karena cedera itu sendiri dan ketidakstabilan dinamis disebabkan oleh kerusakan reseptor aferen. Ketidakstabilan dinamis terjadi jika otot di sekeliling bahu tidak seimbang.

Jika kelompok otot agonis dan antagonis tidak seimbang, otot-otot tersebut kehilangan kontrol proprioseptif dan kinestetik sehingga timbul ketidakstabilan dinamis.

Ketidakseimbangan otot, jika tidak dikoreksi, potensial menimbulkan cedera bahu. Ahli rehabilitasi harus dapat memecah siklus penyebab cedera, dengan mendesain program rehabilitasi yang dapat mempertahankan stabilitas dinamis. Program rehabilitasi meliputi reedukasi sistem neuromuskular dan latihan untuk menciptakan keseimbangan antara agonis dan antagonis.

Teknik rehabilitasi bahu adalah mobilisasi jaringan lunak dan mobilisasi sendi. Pelepasan trigger point dan pemakaian es digunakan untuk memperbaiki otot-otot rotator cuff, otot scapula, dan otot-otot glenohumeral.Mobilisasi

(59)

sendi digunakan untuk memperbaiki mobilitas sendi glenohumeral, sendi scapulothoracic, dan sendi clavicular.

Otot-otot rotator cuff meliputi otot supraspinatus, subscapularis, teres minor, dan infraspinatus. Otot dan tendo supraspinatus bisa menjalarkan nyeri ke lengan, nyeri dirasakan sebagai nyeri dalam di sisi lateral bahu, bagian tengah otot deltoid turun ke insersi deltoid. Rasa nyeri juga bisa dijalarkan ke epicondylus lateral siku. Penyembuhan trigger point bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring miring atau duduk. Sisi medial trigger point biasanya lebih sensitif. Dengan posisi lengan flexi, penekanan dilakukan di atas trigger point di atas spina clavicular, sebelah lateral batas vertebra (bagian atas bahu, agak ke belakang).

Pemakaian es disapukan dari insersi supraspinatus proksimal, melintasi otot dan acromion, di atas deltoid, menuju siku.

Otot subscapularis menjalarkan nyeri ke sisi posterior pergelangan tangan dan aspek inferior daerah bahu posterior, di pertemuan lengan dengan togok. Kadang nyeri juga dijalarkan ke scapula, turun ke posterior lengan, menuju siku dan mengelilingi sekitar pergelangan tangan.

Pelepasan trigger point dilakukan dalam posisi supinasi dan lengan abduksi sekitar 60° sampai 90°. Otot teres minor menjalarkan nyeri ke bagian posterior lengan sebelah atas, proksimal pelekatan deltoid. Nyeri dirasakan dalam dan

(60)

tajam. Pelepasan trigger point dilakukan dalam posisi berbaring miring di sepanjang batas lateral scapula antara teres mayor inferior dan infraspinatus superior. Otot infraspinatus menjalarkan nyeri ke bagian anterior bahu, lengan, pergelangan tangan, dan sisi radial jari tangan.

Pelepasan trigger point dilakukan dengan penekanan di atas otot. Otot secara progresif diregangkan dengan menggerakkan lengan ke belakang punggung dengan bahu rotasi medial.

Otot-otot scapula meliputi otot trapezius, levator scapula, serratus anterior, rhomboid, pectoralis minor, sedangkan otot-otot glenohumeral meliputi otot latissimus dorsi, teres mayor, pectoralis mayor, dan deltoid.Mobilisasi sendi dapat dilakukan pada semua sendi pada bahu. Namun perlu diketahui adanya pembatasan capsular sendi glenohumeral, yaitu gerakan abduksi lebih terbatas daripada flexi, dan flexi lebih terbatas daripada rotasi medial. Dalam melakukan mobilitas sendi, harus dingat bahwa permukaan humerus cembung, bergerak pada fosa glemoid yang cekung sehingga hukum cembung-cekung diterapkan.

Latihan fleksibilitas untuk bahu bisa berupa latihan pendulum, peregangan aktif. Peregangan tidak boleh sampai menimbulkan nyeri. Latihan fleksibilitas dilakukan pada semua penyusun sendi bahu. Latihan kekuatan untuk bahu dimulai dengan aktivitas isometrik, kemudian latihan

(61)

isotonik. Latihan isometrik dimulai pada awal program rehabilitasi saat pasien terbatas mobilitas bahu dan kekuatannya. Masing-masing kontraksi isometrik secara bertahap ditingkatkan sampai kontraksi maksimum, dipertahankan, kemudian dikurangi secara bertahap sampai otot relaksasi. Tiap kontraksi isometrik dipertahankan 5 samapi 10 detik dan diulangi 10 kali. Latihan isometrik dilakukan untuk memperkuat otot-otot flexor, abduksi, ekstensor, rotasi medial, dan rotasi lateral.

Saat kekuatan otot sudah mampu mengontrol sendi selama pergerakan, latihan lebih lanjut bisa dilakukan. Jika pasien merasa nyeri saat bahu dalam posisi elevasi, sangat disarankan untuk melakukan latihan dengan tahanan manual.

Pasien yang sudah mencapai kekuatan dan stabilitas bahu dapat melakukan latihan pliometrik pada permukaan yang tidak stabil, pliometrik push-up, aktivitas dengan beban, dan latihan dengan medicine-ball.

Bentuk-bentuk terapi latihan untuk cedera bahu dan lengan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Codman’s Pendulum Swing (Mengayun lengan)

Letakkan lengan sehat ke meja untuk menyangga tubuh. Bungkukkan badan dan biarkan lengan/bahu yang cedera menggantung rileks. Perlahan ayunkan lengan memutar searah dan berlawanan arah dengan

(62)

jarum jam, kemudian ke depan-belakang dan samping- menyamping. Ulangi 30 kali pada masing-masing arah.

2. Wall Lader (Merambat tembok)

Berdirilah menyamping tembok, jangkaulah tembok dengan lengan cedera dalam posisi lurus. Merambatlah ke atas dengan bantuan jari-jari tangan setinggi mungkin, kemudian pertahankan posisi tersebut. Ulangi 3-5 kali. Lakukan latihan ini dengan menghadap tembok maupun menyamping tembok.

3. Supine Flexion (Tekuk lengan ke belakang)

Tidur terlentang dan peganglah T-Bar atau tongkat dengan kedua tangan. Angkat lengan diatas kepala sejauh mungkin dan tahan 5-10 detik. Kembali ke posisi semula dan ulangi kembali gerakan ini. Apabila fleksibilitas dan kekuatan sudah bertambah, boleh ditambahkan beban pada tongkat.

4. Bent Arm Flexion (Angkat lengan ke depan-atas)

Sangga lengan yang cedera dengan tangan yang sehat, dan perlahan angkat lengan cedera tersebut ke depan dan ke atas sejauh mungkin. Pertahankan dan turunkan kembali ke posisi semula. Istirahatkan, dan ulangi gerakan ini sebanyak 30 kali.

5. T-Bar Flexion (Angkat lengan dengan T-Bar)

Pegang secara kendor ujung T-Bar dengan lengan yang cedera, dan lengan sehat memegang ujung panjang T-

(63)

Bar. Angkat lengan cedera dengan mendorong T-Bar setinggi mungkin, kemudian tahan dan turunkan kembali secara perlahan. Ulangi 30 kali. T- Bar Flexion (Angkat lengan dengan T-Bar)

Pegang secara kendor ujung T-Bar dengan lengan yang cedera, dan lengan sehat memegang ujung panjang T- Bar. Angkat lengan cedera dengan mendorong T-Bar setinggi mungkin, kemudian tahan dan turunkan kembali secara perlahan. Ulangi 30 kali.

6. Active Flexion (Angkat lengan Secara Aktif)

Berdirilah dengan siku lurus dan ujung jari menghadap ke depan. Angkat lengan cedera ke atas di depan tubuh setinggi mungkin, pertahankan dan turunkan secara perlahan. Ulangi gerakan ini

7. Bent Arm Extension (Tarik lengan ke belakang-bawah) Sangga lengan yang cedera dengan telapak tangan yang sehat, dan perlahan dorong lengan cedera ke belakang sejauh mungkin. Pertahankan, dan kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan. Ulangi 30 kali.

8. T-Bar Extension (Tarik ke belakang-bawah dengan T- Bar)

Genggam renggang ujung T-Bar dengan lengan cedera, dan pegang ujung lain dengan tangan yang sehat.

Gunakan tangan sehat untuk mendorong lengan cedera

(64)

ke belakang tubuh sejauh mungkin. Pertahankan dan kembalikan ke posisi awal. Ulangi 30 kali.

9. Prone – Extension (Lengan menempel panggul)

Tidurlah telungkup dengan lengan cedera menggantung kearah lantai. Dengan lengan cedera yang diputar keluar, angkat ke belakang menuju panggul sehingga sejajar dengan lantai. Tidak perlu lebih dari sejajar lantai.

10. Bent Arm Abduction (Angkat lengan menjauhi tubuh) Letakkan lengan cedera di tangan yang sehat, dan dengan perlahan bawa lengan cedera menjauhi tubuh semaksimal mungkin. Pertahankan dan kembalikan pelan ke posisi semula. Rilekskan sebentar dan ulangi 30 kali.

11. T-Bar Abduction (Angkat menjauhi tubuh dengan T- Bar)

Pegang ujung T-Bar dengan lengan cedera, dan ujung lain dengan lengan sehat. Pergunakan tangan sehat untuk mengangkat lengan cedera menyamping menjauhi tubuh semaksimal mungkin. Pertahankan dan kembalikan perlahan ke posisi semula. Ulangi 30 kali.

12. Active Abduction (Angkat menjauh dari tubuh secara aktif)

Berdirilah dengan siku lurus. Angkat lengan cedera menjauhi tubuh setinggi mungkin. Pertahankan dan turunkan perlahan. Ulangi kembali

(65)

13. Prone Horizontal Abduction (Angkat menjauhi tubuh) Tidurlah tengkurap di meja. Angkat keluar lengan cedera menjauhi tubuh sampai sejajar lantai.

Pertahankan, kembalikan ke posisi semula dan ulangi gerakan tersebut

14. Adducted Internal / External Rotation (Memutar lengan ke dalam dan ke luar)

Dengan lengan cedera disamping badan dan menekuk siku 90 derajat, putarlah lengan menyilang tubuh ke perut sejauh mungkin. Pertahankan, kemudian ganti putar ke luar dan pertahankan. Dengan perlahan kembalikan ke posisi semula dan ulangi 30 kali.

15. Side Lying Internal Rotation (Putar lengan ke dalam dengan posisi tidur miring)

Tidurlah miring ke sisi lengan cedera dengan siku menekuk 90 derajat. Dengan perlahan, angkat tangan cedera ke perut. Pertahankan, kemudian kembalikan ke posisi semula. Ulangi beberapa kali.

16. Side Lying External Rotation (Putar lengan ke luar dengan posisi tidur miring)

Tidurlah miring ke sisi lengan yang sehat dengan siku terletak di dada dan menekuk 90 derajat. Perlahan angkat tangan ke atas menjauhi tubuh semaksimal mungkin. Pertahankan dan turunkan kembali. Ulangi gerakan ini beberapa kali.

(66)

17. Supine Internal/External Rotation (Putar lengan ke depan dan ke luar dengan posisi tidur terlentang)

Tidurlah terlentang di meja dengan bahu renggang dan siku tersangga dalam posisi menekuk. Perlahan angkat tangan ke atas dan ke depan sejauh mungkin.

Pertahankan 1-2 detik, dan kembalikan ke posisi semula.

Usahakan punggung tangan menyentuh meja pada posisi ke belakang dan telapak tangan menyentuh meja pada posisi ke depan. Ulangi gerakan ini beberapa kali.

18. Supraspinatus

Berdirilah dengan siku lurus dan lengan memutar ke dalam. Angkat tangan setinggi mata dengan sudut 30 derajat terhadap tubuh. Jaga jangan sampai lebih tinggi dari mata. Pertahankan, dan kembalikan ke posisi semula. Ulangi gerakan ini beberapa kali.

19. Shrugs

Berdirilah dengan lengan disamping badan. Angkat bahu ke telinga dan pertahankan. Tarik bahu ke belakang sehingga saling mendekat. Pertahankan dan kemudian rilekskan. Ulangi beberapa kali.

20. Towel Squeeze (Memeras handuk dengan lengan atas) Lipat handuk menjadi 1/8, kemudian letakkan diantara dada dan lengan cedera. Perlahan tekankan lengan ke handuk dan dada dengan lengan bawah menyilang di

Gambar

Gambar  Pencegahan dan pengobatan :
Gambar : Salah satu jenis latihan untuk membantu  mengatasi nyeri sendi pada lutut

Referensi

Dokumen terkait