• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Illegal Fishing, Natuna Utara, Indonesia, Pengawasan dan Penegakan Hukum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata Kunci : Illegal Fishing, Natuna Utara, Indonesia, Pengawasan dan Penegakan Hukum."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 1 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ILLEGAL FISHING

DI LAUT NATUNA UTARA

Oleh : Rochman Nurhakim, S.Pt., M.Si.

Pengawas Perikanan Madya

ABSTRAK

Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap yang besar baik dari jumlah maupun keragamannya. Untuk mengelola potensi tersebut Indonesia telah membagi perairannya menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dan memetakan potensi dan keragaannya sumberdayanya. Ancaman akan sumberdaya perikanan yang berasal dari kegiatan penangkapan ikan ilegal datang baik dari kapal ikan Indonesia maupun kapal ikan asing yang melakukan pencurian ikan. Intensitas illegal fishing dominan di beberapa perairan, salah satunya adalah di Laut Natuna Utara, dimana Indonesia memiliki perbatasan laut dengan negara-negara tetangga (Malaysia, Vietnam, Thailand, Tiongkok). Diperlukan kebijakan dan strategi pengawasan dan penegakan hukum yang tepat untuk dapat mencegah dan memerangi illegal fishing di Laut Natuna Utara agar sumberdaya ikan Indonesia dapat dilindungi dan berkelanjutan, serta tegaknya kedaulatan Indonesia.

Kata Kunci : Illegal Fishing, Natuna Utara, Indonesia, Pengawasan dan Penegakan Hukum.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Potensi sumber daya ikan laut Indonesia meliputi 37% dari spesies ikan di dunia. Indonesia memiliki beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi, seperti Tuna, Udang, Lobster, ikan Karang, berbagai jenis ikan hias, Kekerangan, dan Rumput Laut. Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 10,03 juta ton per tahun (80% dari potensi lestari)1.

1Kementerian Kelautan dan Perikanan, “Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.57/Men/2020 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/Permen-KP/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian kelautan dan Perikanan Tahun 2020-2024.

(2)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 2 Dalam pengelolaan perikanannya, Indonesia membagi perairannya menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), yang meliputi : WPP-NRI 571; WPP-NRI 572; WPP-NRI 573; WPP-NRI 711; WPP-NRI 712; WPP-NRI 713; WPP-NRI 714;

WPP-NRI 715; WPP-NRI 716; WPP-NRI 717; WPP-NRI 718. Masing masing WPP tersebut memiliki karakteristik spesifik antara satu dengan yang lainnya.

Perbedaan karakteristik tersebut ditinjau dari beragam aspek, satu diantaranya adalah aspek letak demografi. Salah satu perairan yang memiliki karakteristik spesifik adalah Perairan Natuna Utara yang termasuk dalam perairan laut tertutup/setengah tertutup (enclosed/semi-enclosed sea) di luar perairan 12 mil laut, dimana illegal fishing banyak dilakukan olah kapal ikan asing yang berasal dari negara yang berbatasan laut (Vietnam, Thailand, dan China).

Dengan karakteristiknya yang khas, perairan Natuna Utara merupakan salah satu wilayah perairan yang menjadi spot/titik paling rawan illegal fishing, khususnya yang dilakukan oleh kapal ikan asing. Kegiatan illegal fishing tersebut tentunya secara nasional mengancam kedaulatan wilayah perbatasan Indonesia dan merugikan Indonesia secara ekonomi. Hasil kajian Ocean Justice melansir bahwa pratik illegal fishing yang terjadi pada kuartal-1 tahun 2021 di Laut Natuna Utara yang dipetakan berdasarkan data AIS (Automatic Identification Systems) dan citra satelit ESA Sentinel-2, menunjukkan banyak kapal ikan Vietnam yang diduga kuat melakukan illegal fishing di Laut Natuna Utara bagian utara menggunakan dengan alat tangkap Pair Trawl. Lebih lanjut Ocean Justice melansir bahwa jumlah kapal ikan Vietnam yang terdeteksi illegal fising di Laut Natuna pada kuartal pertama tahun 2021 diperkirakan mencapai lebih dari seratus kapal dalam satu periode waktu2.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat tema tulisan “Penegakan Hukum terhadap Illegal Fishinh di laut Natuna Utara”.

Tulisan ini secara garis besar mendeskripsikan tentang kondisi dan fakta illegal fishing di Laut Natuna Utara, dan bagaimana penerapan penegakan hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia terkait hal tersebut. Selanjutnya

2 IOJI (Indonesian Ocean Justice Innitiative) analisis Ancaman IUUF dan Keamanan Laut Indonesia.

(3)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 3 berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba merekomendasikan strategi untuk mengurangi/memerangi intensitas illegal fishing di Laut Natuna Utara.

2. Permasalahan

Merujuk kepada uraian pada latar belakang, beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut :

a. Seberapa besar potensi perikanan tangkap di Laut natuna Utara.

b. Bagaimana Illegal Fishing yang terjadi di Laut Natuna Utara (faktor pendorong, modus operandi, jenis pelanggaran).

c. Bagaimana upaya pengawasan dan penegakan hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi Illegal Fishing di laut Natuna Utara

B. METODE PENELITIAN

1. Sifat Kajian

Sifat kajian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research), adalah kajian yang dimaksudkan untuk mendeskriptifkan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang dikaji. Secara konsep teoritis, kajian deskriptif tidak mempersoalkan jalinan hubungan antara variabel yang ada.

Oleh karena itu, dalam kajian deskriptif tidak digunakan hipotesis dan tidak dilakukan pengujian hipotesis

2. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif untuk selanjutnya berdasarkan hasil analisis peulis mendeskripsikan penegakan hukum terhadap tindak pidana illegal fishing , faktor – faktor yang terkait dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana illegal fishing dan upaya – upaya yang dilakukan oleh penegak hukum untuk memberantas tindak pidana illegal fishing di Laut Natuna. Selanjutnya dilakukan pengambilan kesimpulan dan rekomendasi menggunakan penalaran sistematik.

(4)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 4

C. PEMBAHASAN

1. Potensi Perikanan Tangkap Di Laut Natuna Utara

Secara administratif, Laut Natuna Utara termasuk kedalam WPP-NRI 711 yang memiliki batas-batas wilayah dengan rincian sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia – Vietnam; di sebelah timur berbatasan dengan Batas terluar ZEE Indonesia – Malaysia, perbatasan darat Indonesia – Malaysia di Provinsi Kalimantan Barat.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Belitung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, batas laut Indonesia – Singapura, batas terluar ZEE Indonesia – Malaysia.

• Sebelah utara berbatasan dengan batas terluar ZEE Indonesia – Vietnam; di sebelah timur berbatasan dengan batas terluar ZEE Indonesia – Malaysia sebelah timur, diteruskan ke arah Selatan dan berhenti di Tanjung Datu, kemudian diteruskan ke Provinsi Kalimantan barat hingga Tanjung Sambar yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Ketapang.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Tanjung Sambar kemudian ditarik garis menuju ke perbatasan Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komiring Ilir, Provinsi Sumatera Selatan melalui pulau paling Selatan Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung.

• Sebelah barat berbatasan dengan pantai Timur Pulau Sumatera hingga perbatasan antara Kabupaten Siak dengan Kabupaten Palalawan, Provinsi Riau kemudian ditarik garis ke ujung Selatan Pulau Rantau, kemudian ditarik garis ke ujung Selatan Pulau Topang, diteruskan ke ujung Selatan Pulang Rangsang, garis dilanjutkan ke ujung Selatan Pulau Karimun, menyusuri pantai Barat hingga ujung Utara Pulau Karimun, menyusuri batas laut antara RI dan Singapura, ke arah Utara mengikuti batas terluar ZEE Indonesia – Malaysia sebelah Barat.

(5)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 5 Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengeloaan Perikanan Negara Republik Indonesia WPPN-RI 711 memiliki potensi perikanan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Estimasi Potensi Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPNRI

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dirinci beberapa point sebagai berikut :

• Potensi ikan Pelagis Kecil di WPPNRI 711 sebesar 330.284 ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 264.227 ton/tahun (80%

dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 1,14 yang menunjukkan status over-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dikurangi.

• Potensi ikan Pelagis Besar sebesar 185.855 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 148.684 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 0,93 yang menunjukkan status fully-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dipertahankan dan dimonitor dengan ketat.

• Potensi ikan Demersal sebesar 131.070 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 104.856 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 0,61 yang menunjukkan status fully-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dipertahankan dan dimonitor dengan ketat.

• Potensi ikan Karang sebesar 20.625 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 16.500 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 1,53 yang menunjukkan status over-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dikurangi.

• Potensi udang Penaeid sebesar 63.342 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 49.873 ton/tahun (79% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 0,53

(6)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 6 yang menunjukkan status fully-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dipertahankan dan dimonitor dengan ketat.

• Potensi Lobster sebesar 1.421 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 1.137 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 0,54 yang menunjukkan fully-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dipertahankan dan dimonitor dengan ketat.

• Potensi Kepiting sebesar 2.318 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 1.854 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 1,09 yang menunjukkan status over-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dikurangi.

• Potensi Rajungan sebesar 9.711 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 7.769 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 1,18 yang menunjukkan status over-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dikurangi.

• Potensi Cumi-Cumi sebesar 23.499 ton/tahun dengan jumlah JTB sebesar 18.799 ton/tahun (80% dari potensi lestari). Tingkat pemanfaatan sebesar 1,84 yang menunjukkan status over-exploited, sehingga upaya penangkapan harus dikurangi.

2. Illegal Fishing di Laut Natuna Utara

a. Faktor Pendorong Illegal Fising di Laut Natuna Utara

Faktor -faktor yang menyebabkan terjadinya illegal fishing di Laut Natuna Utara tidak terlepas dari kondisi perikanan di negara tetangga yang memiliki perbatasan laut dengan Indonesia dalam hal ini Vietnam dan China dan faktor internal lainnya. Secara garis besar faktor-faktor yang mendorong maraknya illegal fishing di Laut Natuna Utara diuraikan sebagai berikut:

(7)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 7 Pertama, Terjadinya overfishing (tangkap lebih) di negara-negara tetangga yang kemudian mendorong mereka mencari daerah tangkapan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan produksi dan pemasarannya.

Sementara Laut Natuna Utara masih memiliki sumberdaya ikan cukup besar.

Kedua, Luasnya wilayah laut yang menjadi yurisdiksi Indonesia di laut Natuna Utara dan kenyataan masih sangat terbukanya ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas (High Seas) telah menjadi magnet penarik masuknya kapal-kapal ikan asing maupun lokal untuk melakukan illegal fishing.

Ketiga, Adanya tumpang tindih Zona Ekonomi Ekslusif antara Indonesia dan Vietnam. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri pada Rapat Koordinasi Satgas 115 pada 13 Oktober 20203, yang menyebut banyaknya kapal Vietnam yang melakukan illegal fishing di Laut natuna Utara tak terlepas dari adanya tumpang tindih klaim ZEE di perairan tersebut.

Keempat, Keterbatasan pengawasan, khususnya sarana dan prasarana pengawasan serta SDM pengawasan dibandingkan dengan luas Laut Natuna yang harus diawasi.

Kelima, kosongnya sebagian wilayah laut Natuna dari kegiatan penangkapan ikan oleh kapal ikan Indonesia.

b. Intensistas Illegal Fishing di laut Natuna Utara

Laut Natuna Utara termasuk dalam WPP-NRI 711 yang secara lengkap mencakup perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan.

Pemetaan atas pelaku illegal fishing berikut modusnya dilakukan dengan pendekatan identifikasi pelaku melalui hasil pengamtan berdasarkan literatur yang dikumpulkan baik berupa data hasil pemantauan oleh VMS,

3 Pernyataan Denny Abdi pada Rapat Koordinasi Satgas 115, Jakarta 13 Oktober 2020.

(8)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 8 pemantauan AIS, hasil operasi kapal pengawas perikanan (data kapal yang ditangkap), dan data penanganan kasus illegal fishing selama kurun waktu tertentu.

Berdasarkan hasil pemetaan, Laut Natuna Utara yang masuk kedalam WPP NRI 711 merupakan spot yang paling dominan terjadi illegal fishing, spot lainnya adalah WPP-NRI 517, dan WPP-NRI 716.

Gambar 1. WPP 711 sebagai bagian dari 11 WPP-NRI

Tingkat kerawanan illegal fishing di Laut Natuna Utara sampai saat ini masih dominan hal ini diantaranya dapat dilihat dari beberapa fakta, sebagai berikut :

1) Laporan yang dilansir oleh Ocean Justice Innitiative (IOJI) : a) Pemantauan illegal fishing di Laut Natuna Utara berlangsung dari bulan

Februari s/d Oktober 2021. Hal ini dikarenakan pada periode bulan tersebut kondisi laut dalam keadaan baik.

b) Pemantauan melalui data satelit selama satu kuartal (periode Februari- April 2021) telah mendeteksi terdapat ratusan kapal ikan Vietnam yang berada di utara laut natuna, dan 90 % nya berada di dalam wilayah ZDE Indonesia

(9)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 9 Gambar 2. Kapal ikan Vietnam yang Terdeteksi Memasuki ZEEI di Laut Natuna Utara

Berdasarkan Data AIS (Automatic Identification System) dan Citra Satelit

(10)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 10 c) Pemantauan data melalui overlay data AIS dan citra satelit pada bulan Mei

dan Juni 2021, masih menunjukkan adanya kapal kapal Vietnam yang melakukan illegal fishing di Laut Natuna Utara.

Gambar 3. Overlay Sebaran Deteksi Kapal Ikan Vietnam Berdasarkan AIS dan Citra Satelit Periode Mei 2021.

Dari gambar 3, terlihat pula adanya pengawalan dari kapat patroli Vietnam terhadap kapal-kapal ikan Vietnam yang melakukan kegiatan illegal fishing (spot warna hijau). Kapal-kapal ikan Vietnam dikawal oleh beberapa kapal patroli perikanan Vietnam Fisheries Resources Surveillance (VFRS) di sepanjang garis Landas Kontinen Indonesia-Vietnam. Kapal-kapal VFRS tersebut diduga kuat melindungi dan memberikan informasi untuk mendukung aktivitas penangkapan ikan ilegal oleh kapal ikan Vietnam di ZEE Indonesia. Hal ini juga menjadi modus baru illegal fishing.

(11)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 11 d) Pemantauan data melalui overlay data ais dan citra satelit pada bulan Mei dan Juni 2021, juga menunjukkan adanya kapal ikan tiongkok yang sangat patut diduga telah melakukan illegal fishing di laut Natuna Utara.

e) Pada bulan Mei 2021, berdasarkan data AIS terpantau 24 kapal Vietnam yang diduga kuat melakukan illegal fishing di wilayah ZEE Indonesia di zona utara Laut Natuna Utara (Lampiran 1).

f) Pada bulan Juni 2021, berdasarkan data AIS terpantau 11 kapal Vietnam yang diduga melakukan illegal fishing di Laut Natuna Utara (ZEE Indonesia, WPPNRI 711) (Lampiran 2).

2) Hasil Pemantauan Pusat Pengendalian (Pusdal) KKP

Rekapitulasi data hasil pemantauan Pusdal KKP sejak tahun 2016 s/d 2020 menunjukkan masih maraknya illegal fishing oleh kapal kapal ikan asing di WPP 711, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Sebaran Kapal Illegal Fishing di WPPNRI 711 Periode Tahun 2016-2020 Gambar 4 menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen (dari 218 kapal yang dipantau) KIA Vietnam yang ditangkap oleh KKP, berada / dideteksi di

(12)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 12 dalam Batas Landas Kontinen RI. Hal ini memiliki korelasi positif dengan pernyataan Direktur Kemenlu sebagaimana yang telah diuraikan diatas.

Nampaknya, faktor overlapping area ZEE cukup mempengaruhi banyaknya intensitas illegal fishing di Laut Natuna Utara. Posisi dan sebaran kapal ikan illegal yang ditangkap di laut Natuna Utata selama kurun waktu tahun 2017 s/d 2020 menunjukkan bahwa pencurian ikan dominan terjadi di ZEE Indonesia.

3) Data dan fakta Pemberitaan Media

Selain berdasarkan hasil pemantauan dari citra radar satelit yang berbasiskan teknologi sebagaimana telah diuraikan di atas, tingginya intensitas illegal fishing di Laut natuna utra juga dapat ditinjukkan berdasarkan fakta dan berita yang dilansir oleh beberapa media nasional.

Catatan media nasional tersebut merupakan media informasi yang sifatnya terbuka dan dapat diakses dengan cepat oleh publik. Otentifikasi dari informasi tersebut tentunya dapat menjadi justifikasi sekaligus bukti keberadaan illegal fishing di Laut Natuna Utara. Prinsip media yang hanya menyampaikan informasi yang benar dan kemudahan akses dengan tingkat penyebaran inforasi yang luas menjadi keunggulan media dalam menyampaikan perkembangan terupdate terkait informasi.

Pemantauan atas beberapa tajuk atau head line media masa elektornik terkait kegiatan illegal fishing di laut natuna Utara selama tahun 2021 diuraikan sebagai berikut :

• Maret 2021

iNews, memberitakan tentang penangkapan 8 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan Maret 2021.

(13)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 13 Tempo, memberitakan tentang penangkapan 8 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan Maret 2021.

Antara, memberitakan tentang penangkapan 8 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan Maret 2021.

(14)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 14

• April 2021

• Mei 2021

CNN Indonesia, memberitakan tentang penangkapan 2 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan April 2021.

Kompas TV, memberitakan

tentang penangkapan 5 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan April 2021.

BeritaTrans, memberitakan tentang pelumpuhan 2 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan Mei 2021.

(15)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 15

• Agustus

Viva.co.id, memberitakan tentang penangkapan 2 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara

pada bulan Agustus 2021.

Viva.or.id, memberitakan tentang pelumpuhan 2 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut natuna Utara pada bulan Mei 2021.

Liputan 6, memberitakan tentang penangkapan 2 Kapal Ikan Asing yang melakukan illegal fishing di laut

natuna Utara pada bulan Agustus 2021.

(16)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 16 Berdasarkan fakta dan analisis pada pemberitaan media sebagaimana diuraikan di atas, mengindikasikan bahwa kegiatan illegal fishing di laut Natua Utara masih marak dan telah menjadi head lines dan perhatian publik. Hal ini karena bukan hanya semata menyangkut pencurian sumberdaya ikan, namun juga menyangkut isu politik internasional dan kedaulatan negara Indonesia. Tentunya jika kegiatan illegal fishing tersebut tidak dilakukan penindakan tegas (khususnya yang dilakukan oleh kapal ikan asing) maka akan berpotensi untuk meningkat dan berdampak buruk bagi Indonesia.

3. Pengawasan dan Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di Laut Natuna Utara

Masih maraknya dan tingginya potensi kegiatan illegal fishing di laut Natuna Utara sebagaimana telah diuraikan dengan data dan fakta di atas, tentunya harus mendapat perhatian Pemerintah RI. Terkait dengan hal ini Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kelautan dan Perikanan telah melakukan berbagai upaya untuk hal tersebut, baik berupa upaya yang langsung berkaitan dengan operasional pengawasan dan penegakan hukum, maupun upaya tidak langsung yang sigfatnya mendukung (supporting).

Berdasarkan hasil analisis terhadap upaya pengawasan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh Ditjen PSDKP dapat diuraikan kegiatan Pengawasan dan Penegakan Hukum, sebagai berikut :

a. Operasi Pengawasan di Pelabuhan.

Operasi pengawasan ketaatan kapal di pelabuhan pangkalan di lakukan terhadap ketaatan kapal-kapal perikanan sesuai pangkalan yang tercantum dalam izin SIPI/SIKPI serta ketaatan mengisi Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan. Kegiatan ini dilakukan oleh Pengawas Perikanan terhadap kapal- kapal penangkap ikan yang akan melakukan penangkapan ikan.

(17)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 17 Pengawas perikanan memeriksa dokumen perizinan, fisik kapal, alat tangkap, awak kapal dan keaktifan transmitters, untuk selanjutnya menerbitkan Surat laik Operasi (SLO). Pengawasan selanjutnya dilakukan pada saat kapal perikanan melakukan pendaratan ikan dan pembongkaran hasil tangkapan.

b. Operasi pengawasan di Laut

Operasi pengawasan di laut dilaksanakan secara mandiri oleh Ditjen PSDKP dengan menggunakan Kapal Pengawas Ditjen PSDKP-KKP. Operasi tersebut dilakukan untuk memastikan kapal penangkapan ikan beroperasi sesuai aturan yang berlaku, sebagai tindaklanjut dari pengawasan ketaatan yang telah dilakukan di pelabuhan. Operasi mandiri dilakukan dengan mengarahkan 8 (delapan) unit Kapal Pengawas Perikanan yang dikelola oleh Direktorat Pemantauan dan Operasi Armada (POA), dan 26 unit Kapal Pengawas Perikanan yang dikelola oleh UPT Pengawasan SDKP.

Selain operasi mandiri, dilakukan pula operasi pengawasan bersama dengan instansi pemerintah yang berweangan melakukan penegakan hukum di laut (TNI-AL, Polair, dan BAKAMLA). Operasi ini dikenal dengan nama “Öperasi Bersama”. Operasi dilakukan di wilayah laut yang rawan illegal fishing termasuk perairan Natuna Utara. Selain dengan instansi pemerintah juga dilakukan operasi bersama dengan negara lain, seperti Ausindo (Australia – Indonesia), dan Malindo (Malaysia – Indonesia).

Metode operasi kapal pengawas perikanan menggunakan kombinasi antara operasi patroli rutin dan intercept. Gabungan metode ini dilakukan utuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan operasi pengawasan. Dalam 5 tahun terakhir (2016-2020) operasi pengawasan Kapal Pengawasn Perikanan di Laut Natuna Utara berhasil menangkap 324 kapal ikan yang melakukan kegiatan illegal fishing. Dari sejumlah tersebut, sebanyak 317 merupakan kapal ikan asing.

(18)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 18 Tabel 3. Kapal Ikan Illegal yang Ditangkap Di Laut Natuna Utara oleh Kapal

Pengawas Perikanan Periode Tahun 2016 - 2020

TAHUN JUMLAH KAPAL DITANGKAP JUMLAH

KIA KII

2016 111 - 111

2017 108 3 111

2018 46 4 50

2019 28 - 28

2020 24 - 24

Sumber : hasil olahan data Penanganan Pelanggaran oleh Penulis 2021

Berdasarkan fakta yang disajikan pada Tabel di atas, menunjukkan bahwa kapal ikan asing lebih mendominasi kegiatan illegal fishing di Laut Natuna Utara. Jika dibandingkan dengan data data tahun sebelumnya, terdapat kecenderungan peningkatan data pelanggaran oleh kapal ikan asing. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian serius agar kegiatan illegal fishing tidak berlanjut dalam jumlah yang lebih besar.

Analisa terhadap kegiatan illegal fishing diperoleh fakta bahwa kegiatan pelanggaran yang umum dilakukan oleh kapal ikan asal Vietnam adalah : pencurian kan dengan melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen.

Ukuran kapal ikan Vietnam tersebut berkisar antara 27 s/d 100 GT. Adapun alat tangkap yang digunakan adalah Trawl, Pair Trawl, dan Jaring Cumi. Adapun kegiatan illegal fishing yang dilakukan oleh Kapal Ikan Indonesia pada umumnya adalah melakukan kegiatan penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan SIPI, melakukan penangkapan ikan tanpa dokumen. Alat tangkap bervariasi, yaitu Cantrang, Bouke Ami, dan Jala Jatuh Berkapal.

c. Pemantauan Kapal Perikanan

Pemantauan kapal perikanan dilakukan melalui perangkat teknologi Vessel Monitoring System (VMS) yang dioperasikan di Pusat Pengendalian (PUSDAL) Ditjen PSDKP. Kapal-kapal yang dapat dipantau merupakan kapal-kapal yang memasang transmitter VMS sesuai ketetnuan yang ditetapkan oleh Peraturann

(19)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 19 Menteri Keluatan dan Perikanan Nomor 23 tahun 2021 tentang Standar Laik Operasi dan Sistem Pemantauan kapal Perikanan (SPKP) bahwa kapal perikanan di atas 30 GT wajib memasang transmitter VMS.

Selain melakukan pemantauan keaktifan transmitter kapal perikanan, PUSDAL juga melakukan pemantauan pergerakan (tracking) untuk mengetahui operasi kapal perikanan di laut, kemudian dilakukan analisis indikasi pelanggaran. Jenis jenia indikasi pelanggaran antarra lain : pelanggaran derah penangkapan ikan (DPI), laut lepas, pelabuhan pangkal, transshipment di tengah laut, pair trawling, dan kegiatan yalai yang di larang. Selanjutnya Pusdal juga menginformasikan kepada Kapal Pengawasan untuk bisa dilakukan intercept jika kondisi memungkinkan (mempertimbangkan lokus dan lokasi Kapal Pengawas).

d. Pengawasan dengan Pesawat Patroli

Pengawasan dengan menggunakan pesawat udara dilakukan terintegrasi dengan unsur Kapal Pengawas Perikanan. Ditjen PSDKP melakukan pengawasan dengan pesawat udara sejak tahun 2017 sampai dengan saat ini, dengan melibatkan TNI Angkatan laut, TNI Angkatan Udara, Badan Keamanan Laut, Kepolisian Republik Indonesia, dan Dinas Provinsi/Kabupaten. Armada pesawat udara menggunakan pola kerjasama operasi dengan Kementerian Perhubungan dan sewa melalui katalog elektronik. Tercatat sejak taun 2017, jenis pesawat udara yang digunakan untuk operasi pengawasan adalah : Cessna Grand Caravan C208B, Cassa 212-200, Beechcraft King Air B200GT, dan Beechcraft King Air B350i.

Patroli dengan pesawat dilakukan untuk memberikan dukungan pengawasan kepada Kapal Pengawas dan memetakan situasi dan kondisi aktifitas penangkapan ikan di Laut secara langsung untuk kemudian menginformasikan ke Kapal Pengawas.

(20)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 20 e. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Illegal Fishing

Penegakan hukum atas tindak pidana illegal fishing dilakukan secara simultan dengan hasil operasi kapal pengawas. Penetapan proses hukum atas kapal- kapal ikan yang diadhock oleh kapal pengawas perikanan dilakukan melalui prosedur penangan pelanggaran sebagaimana digambarkan pada ilustrasi gambar berikut

Penetapan proses penyidikan dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan dan gelar perkara yang melibatkan Pengawas Perikanan dan PPNS Perikanan. Ketika ditemukan bukti permulaan yang cukup, maka dilanjutkan ke tahap penyidikan oleh PPNS Perikanan. Proses penyidikan dimulai pada saat diterbitkannya Surat Perintah penyidikan yang ditandangani oleh atasan Penyidik. Selanjutnya dilakukan proses penyidikan sesuai aturan dan kertentuan yang berlaku.

Selama 5 tahun terakhir sejak ahun 2016 - 2020 Kementarian Kelautan dan Perikanan Cq. Direktorat Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) telah menangani 363 kasus tindak pidana perikanan yang

(21)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 21 terjadi di Laut Natuna. Rekapitulasi kasus TPP Yang ditangani sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Kasus TPP di Laut Natuna Utara yang ditangani oleh PPNS Perikanan Tahun 2016 – 2020.

LAUT NATUNA UTARA

Tahun Kapal Ditangkap

(unit) Jumlah Kasus

2016 110 112

2017 101 105

2018 50 84

2019 28 33

2020 24 29

Total 313 363

Sumber : hasil olahan data Penanganan Pelanggaran oleh Penulis

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah Kapal illegal yang ditangkap, seiring dengan menurunnya jumlah kasus yang ditangani.

Penurunan tersebut terjadi antara lain didorong oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada tahun 2015 telah dibentuk Satgas 115 yang merupakan organisai adhoclk untuk meningkatkan pembarantasan illegal fishing. Satgas 115.

Dampak positif dari terbentuknya satgas 115 disinyalir berupa penurunan tingkat illegal fishing di WPP-NRI termasuk di Perairan Laut Natuna Utara.

2. Detterent effect dari tegasnya penegakan hukum atas pelaku illegal fishing, khususnya penenggelaman kapal ikan illegal. Pada tahun 2017 tercatat, jumlah kapal ikan illegal yang telah ditenggelamkan sejak tahun 2014 sebanyak 363 kapal.

3. Kerjasama pemberantasan illegal fishing yang dijalin ditingkat regional, melalui inisiasi RPOA on Responsible Fishing Practice including Combating IUU Fishing in the Region (Arafura Seas, Sulu Sulawesi Seas, dan Natuna Seas)

(22)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 22 Pemetaan atas illegal fishing yang terjadi di Laut Natuna Utara berdasarkan bendera kapal, diperoleh fakta bahwa kapal-kapal ikan asing masih melakukan illegal fishing di laut Natuna Utara, dengan dominansi yang melebih kapal ikan Indonesia.

Tabel 5. Kasus Illegal Fishing yang Ditangani oleh PPNS Perikanan Berdasarkan Bendera kapal Periode Tahun 2006 – 2020

NEGARA TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020

Indonesia - 3 4 - -

Malaysia 18 8 - 3 -

Vietnam 90 90 46 25 24

Thailand 1 - - - -

Tiongkok 1 - - - -

Tabel 5 menunjukkan bahwa illegal fishing di laut Natua Utara dominan dilakukan oleh KIA daibandingkan dengan KII. Dari KIA yang melakukan illegal fishing, KIA berbendera Vietnam merupakaan pelaku illegal fising dengan jumlah tertinggi dibanding negara lainnya, dimana jumlah kapal ikan illegal meningkat sanagt signifikan pada tahun 2016 dan 2017. Illegal fiisng tertinggi kedua dilakukan oleh KIA berbendera Malaysia. Sebahagian kecil dilakukan oleh Filipina dan Tiongkok.

Adapun kegiatan illegal fising oleh kapal ikan Indonesia terus menurun yang mengindikasikan berhasilnya perbaikan sistem perizinan dan pengawasan yang dilakukan oleh KKP. Namun tidak demikian hal nya dengan KIA terdapat kemungkinan peningkatan tren illegal fishing kususnya oleh kapal ikan Vietnam pada bulan Maret 2021 s/d Agustus 2021. Faktor eksternal yang menjadi pendorong adalah minimnya SDI di negara Vietnam dan kebutuhan mereka untuk dapat memnuhi kebutuhan UPI nya. Hal lain yang perlu menjadi perhatian dan dibuktikan adalah adanya opini kemungkinan peningkatan tersebut disebabkan oleh tidak dilakukannya lagi tindakan tegas berupa penenggelaman kapal.

(23)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 23

4. Strategi Pengawasan dan Penegakan Hukum Terhadap Kegitan Illegal Fishing di Laut Natuna (Rekomendasi)

Kegiatan pengawasan sudah dijalankan dengan baik oleh Dtijen PSDKP untuk memerangi illegal fishing di Laut Natuna, namun demikian fakta yang ada menunjukkan kegaitan illegal fishing khususnya oleh kapal kapal ikan asing yang berasal dari Vietnam, Malaysia, Thailand dan China masih marak terjadi, Hal ini tentunya tidak secara otomatis menunjukkan bahwa kegiatan pemberantasan yang selama ini dilakukan gagal atau belum tepat sasaran, namun lebih tepatnya masih diperlulan upaya untuk meningkatkan pemberantasan illegal fishing di perairan laut Natuna Utara dengan cakupan aspek yang lebih luas, tidak hanya terkait dengan kegiatan operasional pengawasan dan penegakan hukum secara langsung.

Strategi penanggulangan illegal fishing yang direkomendasikan adalah strategi yang diharapkan dapat diterapkan dalam waktu menengah (medium term), dengan kerangka waktu 5 tahun ke depan. Saat ini operasi pengawasan di laut telah dilakukan dengan mengerahkan kapal pengawas perikanan dengan metode intercept dan dukungan/fasilitasi VMS, AIS dan Radar (perancak). Namun demikian memperhatikan intensitas illegal fishing yang terjadi maka masih diperlukan :

• Peningkatan jumlah Kapal Pengawasan Perikanan yang dioperasionalkan di Laut Natuna Utara. Sejalan dengan penambahan armada maka perlu pula dilakukan penambahan hari operasi kapal pengawas dan penysuunan pola operasi yang efisien dan efektif yang dapat mengcover sebagain besar pengawasan di Laut Natuna Utara. Covering laut dengan opearsi pengawasan yang memadai sekaligus dapat menjadi tindakan preventif disamping refresif.

• Optimalisiasi dukungan PUSDAL untuk memantau kapal kapal berizin dan dan AIS untuk memantau kapal -kapal yang tidak berizin. Overlay tracking VMS, AIS perlu ditambah layernya sehingga lebih mendekati kondisi pemantauan yang realtime.

• Koordinasi dengan TNI-AL dan BAKAMLA, khususnya untuk melindungi perairan Indonesia dari pelanggaran kedaulatan poleh negara lain, dan untuk

(24)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 24 mengatasi adanya konflik dengan apparat penegak huku negara lain yang kerap melakukan aksi melindungi kegiatan illegal fishing kapal ikan negaranya (lesson learn kasus Vietnam dan China). operasi bersama di Laut Natuna Utara dengan penggunaan moda pengawasan masing masing instansi secara intensif dan terkoordinasi untuk mengisi kekosongan pengawasan di laut. Operasi bersama diterapkan dengan pola patroli dalam kesatuan komando (unity of command).

• Selain kerjasama operasi pengawasan dengan instansi terkait. Kerjsama opersi pengawasan juga perlu dilakukan dengan negara tetangga yang berbatasan, khususnya untuk mencegah illegal fishing yang dlakukan oleh KIA. Kerjasama operasi pengawasan yang dimaksud adalah operasi pengawasan yang terkoordinasi (coordinated Patrol) bukan operasi bersama (joint patrol).

Maksudnya masing masing negara melakukan pengawasan di wilayah perbatasan yang menjadi yuridiksinya. Kerjasama ini dapat diwadahi dengan kerangka kerjsama bilateral antara negara (Indonesia-Vietnam, Indonesia- Malaysia, Indonesia-Myanmar, Indonesia-China).

• Kerjasama Penanganan Kasus Illegal Fishing di Laut Natuna Utara. Peningkatan kerjasama penanganan kasus di tingkat nasional dilakukan melalui optimalsiasi fungsi Forum Koordinasi tindak pidana perikanan yang telah terbentuk di 33 provinsi. Instansi yang perlu terlibat dalam forum ini antara lain : Ditjen PSDK- KKP, POLRI, TNI-AL, Kejakasaan Agung, Imigrasi, Perhubungan laut, Bea dan Cukai, Kemenlu, Mahkamah Agung. Kerjsama dengan isntansi terit ini juga akan sangat diperlukan untuk implementasi multidoors approach dalam penegakan hukum. Oleh karena itu seiring dengan perkembangan kebutuhan maka instansi yang terlibat perlu diperluas secara dinamis. Adapun kerjasama penanganan kasus di tingkat internasional perlu dilakukan dengan menggandeng Interpol.

• Peningkatan faktor pendukung lainnya, mencakup sarana prsarana, SDM, dan anggaran. Terkait sarana perlu ditingkatkan jumlah armada pengwasan di Laut ntuna utara. Hal ini bisa dilakukan dengan pengadaan ataupun penggunaan moda bersama antar aintansi. Seiring hal tersbut tentu diperlukan penambahan SDM sesuai kebutuhan. Terkait anggaran perlu dilakukan secara proporsional

(25)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 25 dengan lebih meningkatkan porsi pada peningkatan operasi dan pengembangan sarpras.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Penanganan Pelanggaran, “Buku Rekapitulasi Data Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Tahun 2016-2020” (Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2021).

IOJI, “ Ancaman Illegaal, Unreported, and Unregulated Fishing dan Keamanan Laut Indonesia (Jakarta : IOJI, 2021).

Kementerian Kelautan dan Perikanan, “Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.50/Men/2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia”.

(Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2021).

Kementerian Kelautan dan Perikanan, “Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.57/Men/2020 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/Permen-KP/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian kelautan dan Perikanan Tahun 2020- 2024.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, “Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.23/Men/2021 tentang Standar Laik Operasi dan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. (Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2017).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. (Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009).

(26)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 26 Lampiran 1. 24 Kapal Ikan Vietnam di Wilayah ZEE Indonesia di Zona Utara Laut

Natuna Utara yang Terpantau melaui AIS Periode Mei 2021

No Nama Kapal

Berdasarkan MMSI Nomor MMSI

Tanggal Terdeteksi Di

ZEEI Longitude Latitude

1 467 D21 574810001 2021-05-03 107.4827 6.1023

2 Van Minh 36a 574606051 2021-05-04 106.9794 5.8760 3 Tau 78F11 574612037 2021-05-03 106.7268 5.7560

4 29 D9 574604044 2021-05-03 106.5186 5.6758

5 Dang59 F26 574802002 2021-05-04 107.4999 5.9221

6 39 A26 574160175 2021-05-04 107.9302 6.2721

7 Minh Nguyen96a36 574311111 2021-05-04 107.1891 5.7923

8 C16 574022742 2021-05-13 106.6591 5.1622

9 123456789 574254870 2021-05-03 106.7016 5.29211

10 59 D11 574561043 2021-05-05 107.0334 5.9974

11 Tau Cha 06 A19 574563210 2021-05-10 107.3338 5.9072 12 Ngoclinh3 C9 574201524 2021-05-10 106.9147 5.4854 13 Cong Minh 1F7 574081001 2021-05-09 107.1534 6.0817

14 18 A27 574151209 2021-05-10 107.9277 5.9262

15 Hai Long B9 P7 574666000 2021-05-10 107.4167 6.3391 16 19 LR 6686L B8 58 574070019 2021-05-20 108.1485 6.28531 17 PHU0C VU0NG168

D39 574602002 2021-05-20 107.9025 5.7538

18 DUY KHANG A12 574611167 2021-05-20 107.8992 6.0414 19 TRANMINH TUAN 489 574201401 2021-05-22 106.5157 5.4585 20 DA CA0 B2 97 574564272 2021-05-26 107.0353 5.7229 21 TRUONG SA 03 574557799 2021-05-26 107.5091 6.4022

22 68 A27 574611169 2021-05-28 107.9586 6.2915

23 412 A15 574560424 2021-05-30 108.3446 6.2149

24 HIEU 45 C31 574560467 2021-05-30 108.0969 6.3727

(27)

Makalah “Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara” | 27 Lampiran 2. 11 Kapal Ikan Vietnam di Wilayah ZEE Indonesia di Zona Utara Laut

Natuna Utara yang Terpantau melaui AIS Periode Mei 2021

No Nama Kapal

Berdasarkan MMSI Nomor MMSI

Tanggal Terdeteksi Di

ZEEI Longitude Latitude

1 467 D21 574810001 2021-05- 03 107.4827 6.1023

2 THAT_95LRUT 574998095 2021-06- 06 106.4789 5.848742

3 RAPGE_B7_ALIBABA_P1 574701006 2021-06- 06 106.5913 5.72216

4 18 A 27 574151209 2021-06- 03 108.1917 5.494628

5 DUY KHANG A12 574611167 2021-06- 08 108.4432 6.26875

6 19 LR 6686L B8 58 574070019 2021-06- 10 106.9981 5.760013

7 39 A26 574160175 2021-06- 14 108.2432 6.333416

8 DANG59 F26 574802002 2021-06- 15 108.0761 6.264252

9 GIA HUY F16 G0I 61 574565429 2021-06- 17 108.1551 6.150064

10 TAU TAI 07 C27 574705091 2021-06- 17 109.0276 6.3277

11 QUANGVINHGIACAOA1O 574190005 2021-06- 17 107.3421 5.68301

Gambar

Tabel 1. Estimasi Potensi Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat  Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPNRI
Gambar 3.  Overlay  Sebaran Deteksi Kapal Ikan Vietnam Berdasarkan AIS dan Citra  Satelit Periode Mei 2021
Gambar 4. Sebaran Kapal  Illegal Fishing  di WPPNRI 711 Periode Tahun 2016-2020  Gambar 4 menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen (dari 218 kapal yang  dipantau)  KIA  Vietnam  yang  ditangkap  oleh  KKP,  berada  /  dideteksi  di
Tabel 4. Rekapitulasi Kasus TPP di Laut Natuna Utara yang ditangani oleh  PPNS Perikanan Tahun 2016 – 2020
+2

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa rata- rata penampilan reproduksi yang meliputi: DO, S/C dan CI berdasarkan analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan penampilan reproduksi antar

Seorang perempuan 42 tahun, datang dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan sejak 6 bulan yang lalu tanpa disertai

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Tokoh Adat adalah pihak yang mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan dan memegang peranan penting dalam menentukan suatu keputusan. Tokoh adat lebih mudah

Analisis stilistik yang dapat diketengahkan daripada kata tersebut ialah terlihat gaya bahasa yang ringkas dan lembut kerana terdapat huruf ل. Penggunaan bahasa yang ringkas tidak

2) Penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi, walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan penderita penyakit

populasi ternak ruminansia di suatu wilayah tertentu, yaitu KPPTR (SL) yang berdasarkan pada sumber daya lahan atau KPPTR (KK) yang berdasarkan pada jumlah

data debit yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera III Provinsi Riau masih dalam bentuk grafik elevasi AWLR dengan satuan sentimeter sehingga harus