MAKALAH
Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar of Chemistry Education
Dosen:
Drs. Alimin, M.S.
Disusun oleh : Kelompok XIII
PENDIDIKAN KIMIA ICP JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
Nilamsari Cahyani (1913442010) Mawadda Warahma (1913441009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan khadirat Allah Subhanahu wataala’ yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kpada kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yakni, Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).
Dan Syukur Alhamdullillah penyusun mengucapakan rasa syukur kepada Allah Swt dan junjungan Nabi Muhammad Saw yang telah memberikan warisan ilmu paling berharga di dunia maupun akhirat.
Atas segala pengorbanan yang telah diberikan kepada penyusun baik tenaga, materil, dorongan serta doa tulusnya penyusun mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang bersangkutan. Dan penyusun sangat menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan, walaupun kami telah berusaha untuk lebih teliti, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran yang dapat membangun.
Makassar, Mei 2022 Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul_______________________________________________i Kata Pengantar________________________________________________ii Daftar Isi_____________________________________________________iii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang___________________________________________1 B. Rumusan Masalah________________________________________2 C. Tujuan_________________________________________________2 BAB II PEMBASAN
A. Model pembelajaran Project Based Learning___________________4 B. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)___________7 C. Hasil Belajar Pembelajaran Kimia___________________________11 D. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Menggunakan
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)___________13 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 15 B. Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sasaran utama pendidikan adalah memandirikan atau memberdayakan guru dan siswa semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensi siswa tersebut sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan disegala aspek kehidupan manusia.
Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan.
Rancangan pembelajaran yang kondusif diharapkan akan mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil belajar. Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa, itu terbukti dari hasil belajar siswa yang masih kurang.
Hal tersebut dimungkinkan karena guru belum memberikan model pembelajaran yang kurang variatif atau masih monoton sehingga siswa cenderung belajar kimia dengan hafalan daripada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri dan sebagian besar konsep-konsep kimia masih merupakan konsep yang abstrak. Untuk dapat menguasai materi kimia dengan baik dan mengatasi masalah rendahnya hasil belajar agar pengetahuan dapat bermakna bagi kehidupan siswa, diperlukan suatu proses pembelajaran yang melibatkan peran aktif dan pengalaman nyata siswa sehingga timbul proses belajar mengajar yang lebih baik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif dan inovatif dalam mengikuti pembelajaran adalah model pembelajaran Project Based Learning, karena model pembelajaran Project Based Learning merupakan
model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata.
Model pembelajaran Project Based Learning menerapkan kompetensi-kompetensi dasar pada aspek kinerja ilmiah, seperti perencanaan dan perancangan, penggunaan peralatan, pelaksanaan, observasi dan tanggung jawab. Sehingga model Project Based Learning ini memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna.
Dalam suatu pembelajaran, pendekatan juga merupakan salah satu dari banyak faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam keseluruhan pengelolaan pembelajaran. Pendekatan yang dapat mengaktifkan siswa dan memberikan pembelajaran berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL).
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan lagi seorang yang paling tahu, guru layak untuk mendengarkan siswa-siswanya. Guru bukan lagi satu- satunya penentu kemajuan siswa-siswanya tapi sebagai pendamping siswa dalam pencapaian prestasi belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan membahas masalah lebih lanjut dalam makalah ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu, bagaimana pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar kimia dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar kimia
dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). ….
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Project Based Learning yang peneliti maksud adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran.
Pembelajaran Project Based Learning memiliki potensi amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik untuk siswa. Di dalam pembelajaran Project Based Learning, siswa menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar. Karakteristik pembelajaran Project Based Learning meliputi aspek isi, kegiatan, kondisi dan hasil. Dalam pembelajaran Project Based Learning, aspek isi pembelajaran memiliki karakteristik :
1. Masalah disajikan dalam bentuk kebutuhan yang kompleks 2. Siswa menemukan hubungan antara ide secara interdisipliner 3. Siswa berjuang mengatasi ambiguitas
4. Menjawab pertanyaan yang nyata dan menarik perhatian siswa Aspek kegiatan memiliki karakteristik:
1.
Siswa melakukan investigasi selama periode tertentu2.
Siswa dihadapkan pada sesuatu kesulitan, pecarian sumber dan pemecahan masalah3.
Siswa membuat hubungan antar ide dan memperoleh keterampilan baru4.
Siswa menggunakan perlengkapan alat sesungguhnya5.
Siswa menerima feedback tentang gagasannya dari orang lain.Berdasarkan karakteristik di atas, pembelajaran Project Based Learning menjadi model pembelajaran yang dapat membangun kemandirian dan kreativitas siswa. Selain itu melalui pembelajaran Project Based Learning
siswa dilatih untuk terbiasa bertanggung jawab mewujudkan apa yang telah direncanakan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Model pembelajaran Project Based Learning sering disamakan dengan model pembelajaran problem based learning, antara dua model tersebut memang memiliki tahap pembelajaran yang hampir sama. Namun yang membedakannya adalah dalam model pembelajaran Project Based Learning harus ada proses pembuatan atau pelaksanaan proyek yang sifatnya autentik, konstruktif dan siswa harus mempelajari ketrampilan dasar yang baru dan mengalami peningkatan pengetahuan.
Model pembelajaran Project Based Learning membantu siswa dalam belajar: (1) pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna yang dilakukan melalui tugas-tugas dan pekerjaan, (2) memperluas pengetahuan melalui proses kegiatan belajar dengan melakukan perencanaan atau investigasi, (3) proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata.
Project Based Learning mempunyai beberapa prinsip yang harus dipenuhi. Suatu pembelajaran berproyek termasuk sebagai Pembelajaran Project Based Learning bila memenuhi beberapa prinsip. Menurut Made Wena prinsip pembelajar Project Based Learning yaitu:
a. Prinsip keterpusatan (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.
b. Prinsip berfokus pada pertanyaan atau masalah berarti bahwa kerja proyek berfokus pada permasalahan yang dapat mendorong siswa berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.
c. Prinsip investigasi konstruktif atau desain merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi.
d. Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi dan bertanggung jawab.
e. Prinsip realistis berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.
Model pembelajaran dapat dikatakan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning apabila memenuhi dari lima prinsip diatas. Siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Medel pembelajaran Project Based Learning diaharapkan mampu meningkatkan kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning, yaitu tahap orientasi, desain, pelaksanaan dan evaluasi. Pertama tahap orientasi adalah tahap menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberikan pemahaman kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai, dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini pula pertanyaan-pertanyaan penuntun disampaikan oleh guru kepada siswa. Kedua, tahap desain yaitu tahap dimana siswa melanjutkan pertanyaan-pertanyaan penuntun yang disampaikan oleh guru dengan merancang proyek yang akan dibuat. Pada tahap ini juga menyusun jadwal kegiatan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Tahap ketiga yaitu pelaksanaan yang merupakan kegiatan inti, yaitu siswa mengerjakan proyek yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Keempat tahap evaluasi yaitu tahap ini sebagai umpan balik bagi guru dalam merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran. Selain bagi guru, berguna pula bagi siswa untuk mengetahui efektivitas rencana dan proses kerja proyek yang dilakukan, serat mengukur sejauh mana kualitas produk yang dihasilkan.
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan project based learning antara lain sebagai berikut:
a. Kelebihan Project Based Learning
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber informasi
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelasikan tugas.
8) Menyediakan pegalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
9) Melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
b. Kelemahan Project Based Learning
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional.
4) Banyak peralatan yang harus disediakan.
5) Peserta didik yang mempunyai kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
B. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Belajar tidak hanya sekedar duduk, mendengarkan, dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.
Contextual Teaching and Learning merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami. Tugas guru lebih banyak menyusun strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik dapat menemukan pengetahuannya sendiri bukan berdasarkan informasi dari guru.
Jika Contextual Teaching and Learning diterapkan dengan tepat, pendekatan pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri tanpa bergantung kepada guru, yang dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Berikut adalah karakteristik dari Contextual Teaching and Learning.
1. Materi dipilih berdasarkan kebutuhan siswa;
2. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran;
3. Materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/simulasinya;
4. Materi dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik;
5. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang ilmu sesuai dengan tematiknya;
6. Proses belajar berisi kegiatan untuk menemukan, menggali informasi, berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan projek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok);
7. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, sesuai dengan konteksnya;
8. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Komponen Contextual Teaching and Learning akan berhasil jika dibarengi dengan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa menjadi modal awal untuk mengeksplorasi lebih pengetahuan yang didapatkan dan dibangun oleh pemikirannya.
Kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat mengaplikasikan keterampilan maupun sikap ilmiah lainnya. Beberapa komponen yang ada di dalam motode Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut:
1. Kontruktivisme
Contextual Teaching and Learning dibangun dalam landasan kontruktivisme yang memiliki anggapan bahwa pengetahun dibangun peserta didik secara sedikit demi sedikit (incremental) dan hasilnya diperluas melalui konteks terbatas. Peserta didik harus mengkontruksi pengetahun baru secara bermakna melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransformasi informasi ke dalam situasi lain secara kontekstual. Proses pembelajaran merupakan proses mengkontruksi gagasan dengan strateginya sendiri bukan sekedar menerima pengetahuan, peserta didik menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran.
2. Menemukan (inquiry)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses menemukan terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
Menemukan (inquiry) dapat dioptimalkan dengan menggunakan
pengalaman langsung dengan melakukan atau mempraktekkan sendiri.
Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya.
3. Masyarakat belajar (learning community)
Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta didik dengan lingkungannya. Proses belajar ini dapat dilaksanakan baik secara homogen maupun heterogen, sehingga di dalamnya terjadi saling berbagi masalah, berbagi informasi, berbagi pengalaman, dan lain-lainnya.
4. Permodelan (modeling)
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya permodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik. Permodelan bisa dilakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan mendatangkan narasumber dari luar.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajarinya atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajarinya di masalalu. Refleksi pembelajaran merupakan respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang baru diterima dalam proses pembelajaran.
Guru harus dapat membantu peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.dengan demikian peserta didik akan memperoleh penegtahuan yang berguna bagi dirinya dari apa yang baru dipelajarinya.Pada akhir proses pembelajaran sebaiknya guru menyisakan waktu agar peserta didik melakukan refleksi, yang diwujudkan dalam bentuk:
7. Penilain yang sebenarnya (aunthentic assesment)
Penilain merupakan proses pengumpulan data yang dapat mendesktipsikan mengenai perkembangan perilaku peserta didik.penilaian menekankan pada proses pembelajaran, data yang dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga teman-teman ataupun orang lain.
Adapun karakteristik penilaian autentik sebagai berikut:
a) Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan dan periodic, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya baik dalam formatif maupun sumatif.
c) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.
d) Hasil penilaian digunakan sebagai feedback yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) stancar minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standar belum tercapai.
C. Hasil Belajar Kimia
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan tersebut meliputi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Dalam proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Dengan adanya proses belajar, maka akan membawa perubahan dan pengembangan pribadi seorang siswa.
Pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja akan
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar dengan memberikan arahan sesuai dengan sumber-sumber belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari- hari. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar dikatakan baik jika indikator pencapaian siswa terpenuhi. Dalam hal ini, indikator pada materi minyak bumi harus tercapai agar bias dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan berhasil.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dari keseluruhan proses belajar mengajar, ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Setelah suatu proses belajar mengajar selesai dilaksanakan, maka perlu diadakan evaluasi untuk melihat hasil sebagai akibat dari pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan pelaksanaan evaluasi ini akan diperoleh data tentang prestasi belajar yang telah dicapai, dalam hal ini prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar mengajar yang merupakan suatu proses untuk memperoleh prestasi belajar.
Pembelajaran kimia adalah memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam menggunakan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Belajar kimia dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai.
Pembelajaran kimia dilakukan dengan memberikan metode pembelajaran yang tepat untuk tiap-tiap materi. Hal ini dikarenakan pada tiap- tiap materi dalam kimia memiliki karakteristik tersendiri. Beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam mempelajari kimia disesuaikan dengan sifat- sifat khas dari ilmu kimia yaitu : 1) mempelajari kimia dengan pemahaman konsep, 2) dari materi yang mudah ke sukar, 3) menggunakan berbagai teknik menghafal, menyelesaikan soal, penguasaan konsep, menguasai aturan kimia, penyelesaian masalah di laboratorium, dan 4) mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya pada bahasan struktur atom, metode yang paling tepat yaitu dengan ceramah disertai dengan ilustrasi visual yang memudahkan siswa menangkap maksud dari teori, konsep serta hukum di dalamnya.
Dengan demikian, peran guru kimia pun makin meningkat karena dituntut untuk merencanakan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai sehingga dapat membantu siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Disamping itu, proses pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa sehingga tidak cepat merasa bosan dalam belajar kimia serta tercipta suasana belajar yang menyenangkan baik secara fisik maupun psikologis. Apabila hal tersebut tercapai, maka siswa akan lebih siap dalam menerima pelajaran kimia
D. Pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar kimia dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran dengan menggunakan metode Metode Proyek
penelitian Guntur Nurcahyanto (2015) menjelaskan bahwa untuk siswa yang mendapat perlakuan dengan metode pembelajaran Metode Proyek mempunyai rataan prestasi kognitif lebih besar. Hal ini disebabkan karena dalam metode pembelajaran Metode Proyek mempunyai kelebihan antara lain siswa memiliki potensi yang besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan kebermaknaannya maupun penerapan untuk kehidupan sehari-hari, menemukan sendiri melalui diskusi dan presentasi pada kelompoknya untuk menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan menggunakan metode Metode Proyek juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi afektif. Diketahui bahwa rataan prestasi afektif yang diajar menggunakan Metode Proyek lebih besar daripada rataan prestasi afektif yang diajar menggunakan metode Inquiry Terbimbing. Hal ini disebabkan karena dalam Metode Proyek, siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Termokimia dapat bertanya kepada guru tanpa harus malu atau takut karena mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk memecahkan masalah sehingga mereka harus benar-benar paham mengenai materi Termokimia. Keberanian bertanya ini dapat mempengaruhi sikap, motivasi, nilai, konsep diri, dan moral siswa.
Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi jika diajar dengan Metode Proyek rataan prestasi kognitifnya lebih meningkat . Sedangkan pada prestasi afektif, diketahui bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi jika diajar dengan metode proyek rataan prestasi afektifnya juga meningkat. Artinya model pembelajaran Project Based Leraning dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa dalam pembelajaran kimia.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik prestasi kognitf maupun afektif siswa dalam pembelajaran kimia
B. Saran
Jadikan tugas makalah ini sebagai sarana/wadah dalam menambah wawasan/pengetahuan mengenai mata kuliah Seminar of Chemsitry Education dan membantu menyiapkan diri sebagai calon pendidik yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Harnila. 2016. Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 Unggul Seulimuk Aceh Besar pada Materi Minyak Bumi. Fakultas Tarbiyah dan Kegururan Universitas Islam Negeri Ar- Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Nurcahyanto, Guntur. 2015. Pembelajaran Kimia Melalui Pendekaran CTL (Contextual Teaching and Learning) melalui Metode Proyek dan Metode Inquiry Terbimbing Ditinjau sari Kereativiras Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. ISSN: 2407-4659.
Sangadah, Khotimah dan Kartawidjaya, Jesslyn. 2020. Penedekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL). Orphanet Journal of Rare Diseases: Vol 21 No.1
Sinaga, Marudut dan Silaban Saronom. 2020. Implementasi Pembelajaran Kontekstual untuk Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa. Gagasan Pendidikan Indonesia: Vol.1 No.1 ISSN: 2722-0982.