BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cokelat (Theobroma cacao) berasal dari bahasa Yunani yaitu Theos berarti Dewa atau Thian dalam bahasa Cina. Sedangkan Broma ini berarti santapan.
Hingga dari asal kata tersebut maka Theobroma yang dapat diartikan santapan para Dewa. Cokelat merupakan salah satu jenis tanaman yang telah menjadi komoditas penting dalam industri pertanian. Salah satu sumber minyak nabati adalah minyak cokelat yang berasal dari biji cokelat, dengan kandungan minyaknya 54 – 58 % yang tersusun dari senyawa gliserida jenuh, oleopalmitin, oleopalmitostearin, oleodistearin, palmitodiolein, triolein, dan Stearodiolein.
Minyak cokelat pada umumnya dinyatakan dalam persen dari berat kering keping biji. Minyak merupakan komponen termahal dari biji cokelat sehingga nilai ini dipakai oleh konsumen sebagai salah satu tolak ukur penentuan harga. Kandungan minyak dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan, jenis bahan tanaman dan faktor musim. Biji cokelat yang berasal dari pembuahan musim hujan umumya mempunyai kadar minyak lebih tinggi. Sedangkan, karakter fisik biji cokelat pasca pengolahan, seperti kadar air, tingkat fermentasi dan kadar kulit, berpengaruh pada randemen minyak biji cokelat. Kadar minyak biji cokelat berkisar antara 49 - 52 % (Aziz dkk, 2009).
Kakao adalah buah yang berasal dari tanaman kakao, baik kakao mulia (fine cacao) ataupun kakao lindak (bulk kakao). Kakao merupakan tanaman yang berbunga dan berbuah saat tanaman berumur 3-4 tahun setelah ditanam.
Theobroma cacao adalah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma adalah di bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban tinggi, dan teduh. Dalam kondisi yang tidak sesuai Theobroma cacao jarang berbuah dan hanya sedikit menghasilkan biji (Susanto, 1994).
Ada tiga jenis utama tanaman kakao yaitu Forastero, Criollo, dan Trinitario. Forastero biasanya kuning tapi kadang-kadang merah ketika polong sudah matang. Criollo lebih susah dicari, dan lebih mahal, polong yang merah commit to user commit to user
atau merah-oranye ketika dewasa. Trinitario merupakan hibrida dari dua varietas sebelumnya. Secara keseluruhan Forastero merupakan varietas yang dianggap paling baik dari dua varietas lainnya (Adabe and Lionelle, 2014).
Biji Theobroma cacao adalah bahan baku penting untuk produksi cokelat.
Pengembangan flavor cokelat pada biji kakao dilakukan dengan cara fermentasi, pengeringan, dan juga pada saat proses pemanasan. Biji kakao dikelilingi oleh mucilaginous pulp yang dapat memunculkan aroma pada cokelat. Selama proses pengolahan on-farm, pulp disekitar biji kakao akan terdegradasi oleh fermentasi, terhidrolisis oleh mikroorganisme sehingga akan menghasilkan cairan seperti bubur yang dikenal di industri sebagai 'sweatings'. Fermentasi pernah menjadi cara paling mudah untuk menghilangkan pulp, yang tujuannya untuk memfasilitasi pengeringan, tetapi ketika fermentasi kualitas kakao juga harus diutamakan (Leal et al, 2008).
Biji kakao sangat diperlukan dalam berbagai macam industri karena sifatnya yang khas, yaitu biji kakao mengandung lemak yang cukup tinggi (55%), dimana lemaknya mempunyai sifat yang unik yaitu membeku pada suhu kamar, akan tetapi mencair pada suhu tubuh, dan bagian padatan biji kakao mengandung komponen flavor dan pewarna yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan.
Produk-produk industri kakao dibuat berdasarkan pemanfaatan kedua sifat biji kakao tersebut, umumnya berupa bubuk kakao (cocoa powder) atau lemak kakao (cocoa butter). Kedua produk ini terutama lemak kakao adalah bahan yang sangat diperlukan pada industri makanan, farmasi, dan kosmetika. Penggunaan biji kakao dalam industri makanan juga mempunyai keuntungan-keuntungan karena flavor khas kakao sangat digemari konsumen dan flavor kakao dapat dikombinasikan dengan flavor lain yang kurang enak (Haryadi, 1991).
Teknologi pengolahan biji kakao kering menuju persyaratan SNI Biji Kakao 01-2323-2008 melalui beberapa tahap, yaitu panen buah kakao masak, sortasi buah kakao, pemeraman/penyimpanan buah, pemecahan buah kakao, sortasi biji kakao basah, fermentasi biji kakao, perendaman dan pencucian, pengeringan, sortasi biji kakao kering, pengemasan dan penyimpanan. Panen adalah proses awal penentuan kualitas biji kakao kering. Buah kakao yang belum commit to user commit to user
siap panen akan memberikan rendemen dan kualitas biji yang rendah. Rendemen buah kakao basah ke biji kakao kering adalah 33-36%. Kematangan buah kakao ditandai dengan adanya perubahan warna kulit kakao mencapai dua pertiganya dan apabila buah kakao digoyangkan, maka akan terdengar biji kakao terkoyak.
Sortasi buah kakao disebut juga sortasi basah atau sortasi kebun. Sortasi ini dilakukan sebelum pemecahan buah dan pengambilan biji dari dalam buah.
Sortasi ini bertujuan untuk menyeleksi atau memisahkan buah kakao menjadi dua kelompok besar yaitu buah yang sehat dan masak optimal dengan yang tidak atau kurang sehat dan belum masak optimal (seperti diserang ulat buah, salah petik, dimakan tupai, dan sebagainya). Petani sering melakukan proses ini untuk menunggu terpenuhinya kapasitas wadah fermentasi. Tetapi tidak diketahui oleh petani bahwa biji kakao yang terdapat di dalam buah terus mengalami proses hidup. Waktu penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan biji kakao berkecambah. Hal ini secara otomatis akan menurunkan kualitas dan tidak terpenuhinya persyaratan SNI biji kakao. Lama pemeraman disarankan dilakukan sesingkat mungkin dan harus segera dipecah. Pemeraman buah kakao tidak dianjurkan dalam menghasilkan biji kakao sesuai SNI. Apabila pemeraman buah kakao harus dilakukan karena hal yang sangat penting, maka disarankan lama pemeraman dilakukan sesingkat mungkin dan segera dipecah (maksimal hari ke-3 setelah panen). Pemeraman buah kakao sebaiknya dilakukan dengan cara dihampar di atas lantai yang diberi alas (Widyotomo, 2003).
Produk hasil olahan kakao memiliki sifat yang spesial dari pangan lainnya, bukan karena rasa dan nutrisinya yang baik, tetapi lebih karena sifatnya yang tidak dimiliki oleh pangan lain yaitu bersifat padat disuhu ruang, rapuh saat dipatahkan dan meleleh sempurna pada suhu tubuh. Produk olahan sekunder yang paling mudah diperoleh yaitu cokelat (cokelat pada bentuk batang) (Indarti dkk, 2013).
Berikut ini SNI Cokelat dan Produk-Produk Cokelat No.7934:201
commit to user commit to user
Tabel 2.1 SNI Cokelat dan Produk-Produk Cokelat No. 7934:2014
No. Kriteria Uji Satuan
Persyaratan
Cokelat hitam*)
Cokelat hitam manis*)
Cokelat hitam konventur*)
Cokelat susu*)
Cokelat susu konventur*)
Cokelat putih*)
Cokelat putih konventur*)
1 Keadaan
1.1 Bau - Khas,
normal
Khas,
normal Khas, normal Khas,
normal Khas, normal Khas,
normal Khas, normal
1.2 Rasa - Khas,
normal
Khas,
normal Khas, normal Khas,
normal Khas, normal Khas,
normal Khas, normal
1.3 Warna - Khas,
normal
Khas,
normal Khas, normal Khas,
normal Khas, normal Khas,
normal Khas, normal 2 Lemak kakao **),
b/b % ≥18 ≥18 ≥31 ≥15 ≥15 ≥20 ≥20
3
Padatan kakao tanpa lemak **),
b/b
% ≥14 ≥12 ≥2,5 ≥2,5 ≥2,5 - -
4 Total padatan
kakao **), b/b % ≥35 ≥30 ≥35 ≥25 ≥25 - -
5 Total padatan
susu **), b/b % - - - ≥12 ≥12 ≥14 ≥14
6 Total lemak, b/b % - - - ≥ ≥31 - ≥25
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 1 maks 1 maks 1 maks 1 maks 1 maks 1 maks 1
7.2 Kadmium (Cd) mg/kg maks 0,5 maks 0,5 maks 0,5 maks 0,5 maks 0,5 maks 0,5 maks 0,5
commit to user commit to user
7.3 Timah (Sn) mg/kg maks 40,0
maks
40,0 maks 40,0 maks
40,0 maks 40,0 maks
40,0 maks 40,0 7.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks
0,03
maks
0,03 maks 0,03 maks
0,03 maks 0,03 maks
0,03 maks 0,03 8 Cemaran Arsen
(As) mg/kg maks 1 maks 1 maks 1 maks 1 maks 1 maks 1 maks 1
9 Cemaran mikroba 9.1 Angka Lempeng
Total
Koloni/
g
Maks. 1 x 104
Maks. 1
x 104 Maks. 1 x 104 Maks. 1
x 104 Maks. 1 x 104 Maks. 1
x 104 Maks. 1 x 104
9.2 Eschericia coli APM/g <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3
9.3 Salmonella sp. - Negatif/2 5g
Negatif/2
5g Negatif/25g Negatif/2
5g Negatif/25g Negatif/2
5g Negatif/25g 9.4 Kapang dan
Khamir
Koloni/
g
Maks. 1 x 102
Maks. 1
x 102 Maks. 1 x 102 Maks. 1
x 102 Maks. 1 x 102 Maks. 1
x 102 Maks. 1 x 102 CATATAN
*) Semua nama disesuaikan dengan spesifikasi
**) Diperhitungkan atas dasar berat kering dalam produk jika tidak dapat dilakukan dengan metode uji Sumber : Badan Stadarisasi Nasinoal (2014)
commit to user commit to user
Bahan-bahan utama untuk pembuatan cokelat adalah nib atau pasta kakao, gula pasir halus, lemak kakao, susu atau hasil olahannya, mentega, lesitin, serta cita rasa atau aroma tambahan lainnya. Nib atau pasta kakao merupakan bahan utama pembuatan cokelat gelap dan cokelat susu. Akan tetapi tidak pada cokelat putih. Pada resep-resep cokelat, biji kakao dari jenis lindak lebih banyak digunakan daripada kakao mulia. Cokelat gelap membutuhkan pasta kakao lebih banyak dibandingkan cokelat susu. Gula pasir yang digunakan dalam pembuatan cokelat adalah gula yang bermutu tinggi (SHS 1), kering, dan bebas dari gula invert. Lemak kakao yang digunakan dalam pembuatan cokelat merupakan hasil pengempakan hidrolik pasta kakao yang bercita rasa ringan. Susu atau hasil olahannya diperlukan dalam pembuatan cokelat terutama cokelat susu dan cokelat putih. Mentega digunakan sebagai bahan anti bloom atau mengurangi kekerasan cokelat. Anti bloom adalah bahan pencegah timbulnya kristal-kristal lemak pada permukaan cokelat. Lesitin digunakan dalam pembuatan cokelat untuk menurunkan viskositas adonan sehingga penggunaan lemak kakao dapat dikurangi. Proses pembuatan cokelat meliputi beberapa tahap seperti pencampuran, penghalusan, pematangan dan homogenisasi (conching), tempering dan pencetakan, pengemasan (Wahyudi, 2008).
Cokelat putih memiliki komposisi yang hampir sama dengan cokelat susu namun tidak mengandung cokelat padat melainkan menggunakan minyak cokelat (cocoa butter). Cokelat putih paling tidak mengandung 20% minyak cokelat, 14%
susu, sekitar 55% gula dan bahan-bahan lainnya. Secara teknis, cokelat putih tidak dapat dikategorikan sebagai cokelat karena tidak mengandung kakao ataupun cokelat padat. Cokelat ini biasanya dijual agar bisa menghasilkan berbagai macam warna untuk permen cokelat ataupun kue (Sufi, 2000).
Pembuatan cokelat batang dilakukan dengan kategori jenis cokelat susu yang dapat dikonsumsi langsung. Prosedur pembuatan cokelat batang adalah sebagai berikut: untuk pembuatan cokelat batang digunakan lemak kakao, pasta kakao, gula, susu skim dan emulsifier (lesitin kedelai), bahan dicampur dan diaduk kecuali lesitin soya dengan peralatan mixer selama 120 menit, kemudian diconching selama 72 jam, dimasukkan lesitin soya setelah conching 2 jam. commit to user commit to user
Setelah conching, adonan dibagi dalam dua perlakuan yaitu perlakuan satu dilakukan proses tempering akhir, selanjutnya dilakukan pencetakan dan disimpan dalam refrigerator. Perlakuan kedua yaitu langsung dicetak tanpa dilakukan proses tempering dan disimpan di dalam refrigerator (Indarti, 2013).
Spesifikasi mutu cokelat pada masing-masing tipe cokelat berbeda-beda dipengaruhi oleh komposisi dan proses pembuatan, seperti spesifikasi rasa dan aroma, tekstur, sifat alir, viskositas, ukuran partikel/kehalusan, penampakan visual, dll. Spesifikasi cokelat yang paling khas adalah titik lelehnya yaitu berkisar 30-32ºC. Umur simpan cokelat dan produk cokelat ditentukan oleh perubahan parameter mutu tersebut, baik yang bisa diamati secara visual maupun dengan analisa secara obyektif menggunakan instrumen. Perubahan penampakan visual yang sering dijumpai adalah fat bloom yaitu fenomena cokelat dimana sebagian lemak meleleh dan muncul ke permukaan sehingga cokelat tampak berwarna putih, tektur mengeras dan susah meleleh dimana hal ini disebabkan oleh perubahan kristalisasi lemak (Becket, 2008).
Keamanan pangan telah berada digaris depan dari perhatian publik.
Langkah-langkah untuk memastikan kondisi higienis pada makanan olahan merupakan kewajiban untuk mendapatkan sebuah produk makanan yang aman.
Makanan kebersihan dan praktek manufaktur yang baik (GMP). Good Manufacturing Practice GMP merupakan aturan pertama yang akan diterapkan oleh industri makanan untuk menjamin keamanan produk makanan untuk spesifik peraturan. Selain itu, GMP sangat penting untuk menerapkan sistem manajemen seperti Hazard Analysis dan Critical Control Points (Rodmanee dan Wen, 2013).
Prinsip dasar dari GMP adalah bahwa mutu dibangun di dalam produk, dan tidak hanya diuji pada produk akhir saja. Itu artinya, penjaminan mutu terhadap produk tidak semata-mata untuk mendapatkan spesifikasi akhir yang diinginkan, tapi penjaminan mutu dilakukan dengan cara membuat produk dengan prosedur tertentu dalam masing-masing kondisi yang sama, kapanpun produk dibuat. Banyak hal yang dikendalikan dalam GMP, meliputi pengendalian mutu dari fasilitas dan sistemnya, bahan baku, keseluruhan tahap produksi, pengujian produk, pelabelan, pemisahan, dan penyimpanan (Hermansyah dkk, 2013). commit to user commit to user
Kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan dan mengimplementasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu. Pengendalian mutu produk pangan erat kaitannya dengan sistem pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan, penyimpangan yang terjadi dan hasil akhir.
Sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu pangan) dapat dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran,bentuk dan cacat, kinestika: tekstur, kekentalan dan konsistensi; citarasa: sensasi, kombinasi bau dan cicip) serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan mikroba). Sedangkan secara eksternal (citra perusahaan) ditunjukkan oleh kemampuan untuk mencapai kekonsistenan mutu (syarat dan standar) yang ditentukan oleh pembeli. Pengendalian mutu pangan juga bisa memberikan makna upaya pengembangan mutu produk pangan yang dihasilkan oleh produsen untuk memenuhi kesesuaian mutu yang dibutuhkan konsumen (Insani, 2011).
Pengendalian mutu pada produk pangan dapat ditentukan dengan syarat- syarat atau standar yang telah ditetapkan salah satunya dengan SNI. Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan suatu dasar yang mengatur segala aspek kualitas baik tentang pangan, minuman, material, dan banyak lainnya. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan. Aspek yang dibekukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar besarnya (Sa’adah dan Teti, 2015).
Pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya. Kegiatan pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan mulai dari bahan baku, selama proses produksi berlangsung sampai pada produk akhir dan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan dan diberlakukan oleh perusahaan. Pengendalian kualitas penting dilaksanakan, tidak hanya untuk usaha berkapasitas ekspor maupun usaha-usaha commit to user commit to user
kecil. Hal ini dikarenakan ketidak seragaman produk yang dihasilkan, mulai dari warna, tekstur, rasa, dan beberapa variable mutu lainnya sehingga diperlukan pengendalian kualitas untuk menjaga persaingan dipasaran (Sudarmaji, 2005).
Tahapan dalam penjagaan sebuah kualitas agar tetap berada pada sebuah standar baku yang telah ditetapkan, menjadi sebuah penekanan terpenting dalam keberlangsungan sebuah proyek konstruksi. Tahapan tersebut diantaranya: pada tahap perencanaan diperlukan sebuah prosedur perencanaan kualitas (Quality planning), tahap pelaksanaan diperlukan sebuah jaminan kualitas (Quality Assurance), tahap evaluasi diperlukan sebuah pengontrolan terhadap kualitas (Quality control) dan tahap penjagaan serta pengembangan mutu (Quality improvement). Quality Improvement (Peningkatan Mutu) mereview sistem pengelolaan kualitas dan dimodifikasi secara terus menerus, diantaranya dengan cara menentukan objek pengontrolan, menentukan unit yang akan diukur (dianalisis), menentukan performance yang optimal dari proses pekerjaan yang telah dilakukan, mengembangkan ide untuk meminimalisir akar penyebab permasalahan, mengoptimalkan penggunaan tools yang diperlukan dalam melakukan peningkatan mutu, menciptakan peluang-peluang dan kesempatan untuk peningkatan mutu (Latief, 2009).
Diagram sebab-akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang di gunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Penyebab masalah ini pun dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan, lingkungan, dan seterusnya. Dalam setiap proses produksi pasti ditemukan adanya kecacatan produk, karena kecacatan produk merupakan sesuatu yang tidak dapat terhindar dan hal ini merupakan suatu biaya yang sangat merugikan bagi perusahaan.
Kecacatan produk tidak dapat dihilangkan dengan sempurna atau dengan kata lain perusahaan tidak dapat menghasilkan produk tanpa adanya cacat sama sekali, tetapi perusahaan dapat meminimalisasi berbagai kemungkinan penyimpangan atau kesalahan yang terjadi (Hargo, 2013). commit to user commit to user
Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang membentuk mata dalam penularan penyakit. Sanitasi dapat juga didefinisikan sebagai pengendali semua faktor-faktor lingkungan dalam lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan dampak buruk terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan daya hidup manusia.
Sanitarian adalah seseorang profesional atau technical practitioner dari hygiene masyarakat yang aktivitasnya terkonsentrasi pada aspek-aspek hygiene lingkungan. Dalam pengertian ini sanitarian bisa tenaga paramedis maupun medis yang telah mendapat tambahan keahlian sebagai sanitarian (Darwin, 2012).
Sanitasi merupakan upaya pencegahan penyakit, yang dilakukan dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai penyebaran penyakit tersebut. Jadi dapat di katakan sanitasi merupakan usaha pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau mencegah penyakit yang disebabkan oleh makanan. Kegiatan sanitasi tentu harus di sesuaikan dengan tahapan kegiatan pengolahan makanan (Saparinto, 2006).
Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena merupakan usaha atau tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi. Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari penggunaan wadah dan alat - alat pengolahan yang kotor dan mengandung mikroba dalam jumlah yang cukup banyak. Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat-alat pengolahan pangan meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa makanan, diikuti dengan perlakuan saniter menggunakan germisidal atau bakterisidal. Deterjen yang digunakan untuk mencuci wadah dan alat-alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan harus mudah dicuci atau dibilas dari permukaan (Rachmawan, 2001).
Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu untuk memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Faktor yang mempengaruhi commit to user commit to user
pencemaran udara, antara lain faktor meteorologi dan iklim, serta faktor topografi.
Variabel yang termasuk dalam faktor meteorologi dan iklim, antara lain temperatur, arah dan kecepatan angin, hujan. Tindakan pencegahan dan pengendalian pencemaran udara adalah dengan cara memasang saringan atau filter pada alat pembuangan agar konsentrasi gas yang keluar masih berada dalam batas mutu emisi yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan, penggantian bahan bakar batu bara dengan tenaga listrik, penanaman tumbuhan yang rindang, pelarangan dan pengawasan pembakaran hutan (Chandra, 2006).
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah.
Kehadiran limbah pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah dipengaruhi oleh ukuran partikel (mikro), sifatnya dinamis, penyebarannya luas dan berdampak panjang atau lama. Sedangkan kualitas limbah dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) (Widjajanti, 2009).
commit to user commit to user