• Tidak ada hasil yang ditemukan

hipotesis dan pretest guru tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hipotesis dan pretest guru tahun"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HIPOTESIS DAN PRETEST

Hasyim Ali Imran1

Abstracts

Tulisan ini mencoba membahas topik pretest dalam kaitan posisi pentingnya bagi pelaksanaan uji hipotesis. Telaahannya difokuskan pada persoalan pengertian dan posisi pretest dalam proses penelitian. Termasuk pula menyangkut bagaimana proses pelaksanaan pretest dan implikasinya terhadap proses finishing

instrument penelitian. Hasil pembahasan menunjukkan, pretest terhadap sebuah instrument penelitian pada hakikatnya dilakukan dalam rangka upaya mendapatkan data yang valid untuk keperluan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya lewat proses berfikir deduktif dalam satu tahapan tertentu pada suatu rangkaian proses penelitian. Dalam sebuah proses penelitian, posisinya terletak pada fase

operationalization yang berada di antara hypotheses dan observation/data collection. Terdapat sejumlah kaidah yang harus dipenuhi dalam proses pelaksanaan pretest. Diantaranya berupa penyiapan instrument yang layak pretest. Implikasi hasil pretest terhadap proses finishing instrument penelitian memiliki dua kemungkinan, pertama mem-finishing format instrument sesuai bentuknya ketika digunakan sebagai instrument pretest apabila hasil pretrest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach minimal sebesar 0,800. Kedua, melakukan pengulangan pretest jika hasil prêtest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach sebesar kurang dari 0,800.

Kata-kata kunci : Hipotesis; pretest. Latar Belakang dan Permasalahan

Dalam tradisi positivistic, sebuah proses penelitian (baca: penelitian komunikasi) pada hakikatnya merupakan sebuah rangkaian aktifitas yang berawal dari suatu proses konseptualisasi sebuah fenomena komunikasi dan berakhir pada sebuah kesimpulan atas fenomena yang dikonseptualisir sebelumnya. Dengan demikian terlihat komponen konsep menjadi komponen inti dalam sebuah rangkaian penelitian.

Konsep yaitu generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama2. Konsep ini sifatnya masih

bermakna tunggal sehingga belum bisa dilakukan pengukuran terhadap fenomena yang dijelaskannya. Guna memungkinkan pengukuran, maka bagi ilmuwan tradisional, terhadap suatu konsep harus diberikan sifat-sifat tertentu. Concepts are typically operationalized in traditional science 3 sehubungan ilmu memerlukan ketepatan dalam

melakukan observasi terhadap konsep yang dipelajari. Sebagai contoh misalnya konsep

motif dalam menonton televisi, maka untuk dapat dilakukan pengukuran, harus diberi ciri-ciri khusus terhadap konsep motif tadi. Ciri yang diberikan, misalnya menurut jenisnya, maka bisa dipelajari antara lain dengan cara menggolongkannya menjadi seperti

1 Peneliti Madya Bidang studi Komunikasi dan Media pada BPPI Wilayah II Jakarta, Badan Litbang SDM Depkominfo RI.

2 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1984, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat, Jakarta, LP3ES, 17.

3 Littlejohn, Stephen W., 2005, Theories of Human Communication, eighth edition, Thomson Learning Inc., Wadsworth, Belmont,

(2)

yang dilakukan Rubin dalam mengukur motif menonton televisi, yang terdiri dari : pass time/habit ; information; entertainmen; companionship dan escape4. misalnya menjadi

verbal dan non verbal, dan lain sejenisnya. Konsep lain, misalnya penduduk, maka dapat dirumuskan menurut varian-varian seperti jenis kelamin, suku bangsa, usia dan lain sejenisnya.

Seiring dengan pemberian ciri tertentu pada suatu konsep, semisal konsep motif tadi, maka seiring itu pula konsep berubah namanya menjadi variabel. Variabel sendiri mengandung makna bisa atau dapat bervariasi atau beragam. Dengan demikian berarti pula bahwa sebuah konsep belum tentu variabel, namun variabel sudah pasti konsep, yakni konsep yang memiliki variasi nilai.

Dalam rangkaian suatu proses kegiatan ilmiah, variabel sendiri terdapat di dalam rumusan hipotesis yang dibuat peneliti. Hipotesis sendiri berasal dari dua kata dasar,

hipo (kurang) dan tesa (kebenaran). Artinya, pernyataan tentang kebenaran menyangkut hubungan dua variabel atau lebih yang sifatnya masih kurang. Karena sifatnya masih kurang, maka hipotesis lazim juga disebut dengan kebenaran yang bersifat sementara. Dengan kata lain, hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution, 2006 : 39).

Terkait dengan adanya ragam format pernyataan tentatif dalam hipotesis, itu menyebabkan munculnya keragaman hipotesis dalam bentuk. Ragam bentuk dimaksud terdiri dari : hipotesis kerja; hipotesis nol dan hipotesis statistik (deskriptif, komparatif, asosiatif) (Nasution, 2006 ; 43-44; Sugiyono, 2005 : 17). Mengenai munculnya variabel dalam rumusan hipotesis, itu tidak terjadi begitu saja, akan tetapi berproses secara sistematis dengan menggunakan prosedur berfikir logika deduktif yang berpedoman pada prinsip koherensi dan korespondensi. Dalam tradisi ilmu kubu positivistik, proses yang demikian terjadi dalam babakan kerangka teori atau landasan konseptual untuk studi yang menelaah satu variabel. Bagi peneliti positivis, secara umum babakan ini berfungsi menjadi wahana baginya dalam “menerangkan diri sendiri” atas “kegelapan” yang masih melingkupinya ketika merumuskan masalah pokok penelitian yang nota bene masih bertolak pada informasi terbatas mengenai fenomena yang dipelajarinya. Dalam upaya

(3)

“menerangkan diri” ini, maka penemuan konsep-konsep teoritik yang konsisten (taat azas) dengan fenomena yang telah dikonseptualisir sebelumnya dalam perumusan masalah penelitian, kiranya menjadi sesuatu yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam upayanya mengemukakan argumentasi ilmiah. Karenanya dalam proses tersebut teori komunikasi menduduki posisi paling penting sehubungan konsep-konsep teoritik itu hanya dapat dijumpai di dalamnya. Seperti dikatakan Stanley Deetz5, a theory is a way of seeing and thinking about the world. Jadi, teori merupakan petunjuk paling penting bagi peneliti dalam upayanya mempelajari sebuah fenomena komunikasi.

Mengenai fungsi hipotesis dalam proses keilmuan, terkait dengan sifatnya yang masih kurang tadi, maka kekurangan tersebut perlu diisi agar diperoleh kebenaran yang penuh. Peran yang demikian sendiri dapat diketahui ketika sebuah proses penelitian telah memasuki tahap analisis dan interpretasi data hasil penelitian. Hasil analisis dan interpretasi ini dibandingkan dengan pernyataan dalam rumusan hipotesis. Hasil perbandingan ini mempunyai dua kemungkinan, pertama menolak hipotesis dan kedua menerima hipotesis. Jika hipotesis diterima atau relevan dengan data empirik, itu berarti teori-teori yang diacu ilmuwan sebagai petunjuk ketika dalam proses perumusan hipotesis dengan proses berfikir deduktif, kualitasnya jadi semakin meningkat. Jika hipotesis tidak diterima, maka hipotesis itu menjadi alat pengoreksi terhadap eksistensi teori yang direferensi. Berkaitan dengan peran hipótesis yang demikian, maka di antara akademisi karenanya ada yang menganalogikan hipotesis itu berperan sebagai jembatan penghubung antara dunia ide dengan dunia empirik. Sebuah analogi yang secara filosofis ilmu disebut sebagai perangkat ilmiah yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mengecek kebenaran a priori yang dirumuskan dengan proses berfikir deduktif-intuitif dengan data

a posteriori yang empirikal.

Data a posteriori yang empirikal sendiri, dengan begitu tampak menjadi ujung tombak bagi suatu hipotesis yang hendak diuji dalam suatu proses riset. Karenanya, data itu idealnya harus benar-benar menjadi data yang dibutuhkan oleh variabel dalam hipotesis. Kalau tidak, hipotesis itu akan melahirkan kesimpulan yang salah karena eksistensinya diuji berdasarkan data yang keliru atau bias (menceng).

(4)

Secara esencial ada beberapa cara agar suatu hipotesis terhindar dari pengujian menurut penggunaan data yang bias. Diantaranya berkaitan dengan konsep teoritik. Terkait dengan konsep teoritik tersebut, maka data yang diperoleh itu hendaknya harus bersumber dari penggunaan instrument (kuesioner) yang dibangun menurut konsep-konsep teoritik yang relevan dengan konsep-konseptualisasi fenomena pada tahap awal pelaksanaan penelitian. Relevansinya sendiri dapat diketahui melalui hasil uji konstruk oleh para ekspert yang kadar keilmuannya relevan dengan substansi masalah yang dikandung instrument. Hal lain yang mungkin sangat vital yakni terkait dengan pelaksanaan pre test kuesioner sebagai instrument pengumpul data. Pretest yang demikian dilakukan setelah melalui fase uji konstruk oleh para ekspert tadi. Dengan pre test, diharapkan akan diperoleh kuesioner yang valid6 dan reliabel7, dan pada gilirannya

akan dapat dijadikan sebagai alat penghasil data yang valid dan reliabel yang nota bene idealnya memang dibutuhkan oleh suatu hipotesis yang hendak diuji. Meskipun demikian, eksistensi peranan penting pretest dalam proses pelaksanaan penelitian masih kerap diabaikan peneliti. Kondisi ini tentunya kurang ideal bagi upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Terkait dengan fenomena ini, maka tulisan ini mencoba membahas topik pretest dalam kaitan posisi pentingnya bagi pelaksanaan uji hipotesis. Telaahannya difokuskan pada persoalan pengertian dan posisi pretest dalam proses penelitian. Termasuk pula menyangkut bagaimana proses pelaksanaan pretest dan implikasinya terhadap proses finishing instrument penelitian.

Pretest

Dari sejumlah literatur yang ada, konsep pretest sebenarnya tidak ditemukan pengertiannya secara definitif. Ilmuwan statistik bahkan tampak tidak menggunakan konsep pretest tersebut dalam menunjukkan adanya proses uji terhadap suatu instrumen

6I Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono 2005: 267). Dengan kata lain, instrument yang valid akan menghasilkan kesamaan di antara data yang diperoleh dengan yang terjadi pada obyek instrument (misalnya responden). Untuk mengetahui valid tidaknya sebuah instrument, maka instrument dapat diuji dengan cara internal (rasional) dan eksternal. Sebuah instrument menjadi valid secara internal jika kriteria yang ada di dalam instrument secara teoritis telah mencerminkan apa yang diukur. Sementara instrument menjadi valid secara eksternal jika kriteria di dalam instrumen disusun menurut fakta-fakta empiris yang telah ada.

(5)

sebelum secara final diterapkan untuk mengumpulkan data riset. Mereka menggunakan istilah uji validitas dan reliabelitas atau uji instumen penelitian8. Konsep pretest biasanya

dijumpai dalam buku-buku metode penelitian ilmu sosial, misalnya seperti yang tertera dalam buku Neuman dan Singarimbun9. Meskipun demikian, dari masing-masing

penjelasannya, maka dengan menggunakan konsep pretest, kiranya dapat diartikan bahwa

pretest itu pada hakikatnya merupakan suatu proses pengujian sebuah instrumen penelitian oleh peneliti dengan cara menggunakan jasa para ekspert10 yang relevan

dengan substansi instrumen dan kemudian mencobakannya pada calon reponden guna mendapatkan masukan bagi penyempurnaan kuesioner agar terwujudnya validitas dan reliabelitas yang tinggi demi pemerolehan data yang valid dan reliabel ketika diaplikasikan pada responden. Dengan demikian, pretest terhadap sebuah instrument penelitian pada hakikatnya dilakukan dalam rangka mendapatkan data yang valid untuk keperluan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dalam suatu rangkaian proses penelitian.11 Dengan kata lain, data yang valid bagi suatu penelitian, merupakan

tujuan akhir dari sebuah pretest instument. Guna mewujudkan maksud tersebut, maka sudah seyogyanya kalau instrument yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data valid itu, harus direvisi terlebih dahulu sesuai dengan masukan-masukan yang diperoleh dari hasil pelaksanaan pretest.

Terdapat sejumlah masukan penting yang akan diperoleh melalui pelaksanaan

pretest. Diantaranya berupa penghapusan beberapa pertanyaan tertentu; penambahan pertanyaan tertentu; kesadaran akan dimengerti tidaknya item-item pertanyaan secara

8 Lihat, Sugiyono, 2005, “Statistik Untuk Pengujian Validitas dan Reliabelitas Instrumen Penelitian”, dalam, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV Alfabeta, Bab 9, hal. 270; Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2002, ”Uji Instrumen Penelitian”, dalam Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University, Bab 9, hal. 315).

9 Neuman (2004: 166) menggunakan kata pretest ketika ia menjelaskan cara how to improve reliability instrumen penelitian. Dikatakan, reliability can be improved by using a pretest or pilot version of a measure first. Develop one or more draft or preliminary versions of a measure anf by them before applying the final version in a hypothesis testing situation. Sementara Singarimbun dan Effendi (1984 : 136) menyinggung konsep pretest ketika mereka membicarakan topik pembuatan kuesioner. Disebutkan bahwa pretes dilakukan dalam rangka untuk menyempurnakan kuesioner.

10 Orang yang berkompeten di bidang substansi instrument. Mereka melakukan penilaian terhadap instrumen, prosesnya dikenal dengan istilah expert judgement (penilaian oleh ahlinya). (Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2002 : 317).

11 Posisi pretest dalam sebuah proses penelitian, jika mengacu pada skema THE LOGICAL STRUCTURE

(6)

baik oleh responden; kesadaran akan perlu tidaknya mengubah urutan pertanyaan; kesadaran akan perlu tidaknya melakukan editing bahasa dalam instrument; dan kesadaran tentang lamanya waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi instrumen12. Akan

tetapi, sejumlah masukan penting tersebut baru dapat terwujud secara ideal jika sebelumnya peneliti menyadari akan adanya kaidah dalam pelaksanaan pretest instrument penelitian. Kaidah dimaksud, yakni kaidah yang sangat esensial, yaitu berupa seperangkat norma ilmiah yang harus dijunjung tinggi oleh peneliti yang membuat instrument penelitian. Norma ilmiah tersebut misalnya, bahwa suatu instrumen penelitian perwujudannya bukan terjadi secara ”ujug-ujug” tanpa mengacu pada konsep-konsep teoritik baik pada level scientific theory maupun practical theory13. Perwujudan

instrument melainkan harus berawal dari sebuah konseptualisasi fenomena tertentu yang kemudian akan menggiring pada penggunaan konsep-konsep teoritik yang relevan dengan fenomena yang dikonseptualisir sebelumnya. Relevansi ini perlu terjaga terus konsistensinya hingga berujung pada perumusan hipotesis yang mengandung variabel yang measureable. Variabel (konsep yang memiliki varian nilai) ini kemudian dibuatkan definisi konsep dan definisi operasionalnya. Indikator-indikator serta ukuran-ukuran dalam definisi operasional tersebut selanjutnya menjadi patokan dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan dalam instrument penelitian14. Dalam kaitan proses pretest dalam

arti yang sesungguhnya, maka instrument yang layak test, sebenarnya adalah instrument yang dalam pembuatannya memang telah melalui prosedur ilmiah sebagaimana dimaksudkan barusan15, bukan instrument yang dibuat secara ”ujug-ujug”16.

12 Singarimbun, Masri dan Handayani, Tri, 1984, ”Pembuatan Kuesioner”, dalam, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat,

Jakarta, LP3ES, bab 8, hal. 136-137.

13 Berdasarkan pengamatan penulis, pembuatan instrument yang demikian masih kerap dijumpai, biasanya pada instrument penelitian

kebijakan. Demikian halnya pada instrument penelitian pada pembuatan skripsi mahasiswa. Instrumen dibangun bukan menurut petunjuk dalam teori yang diacu melainkan menurut ”rasa-rasa”.

14 Upaya mewujudkan instrument yang demikian, secara ideal karenanya memerlukan jasa pembimbing atau konsultan yang

keahliannya sesuai dengan substansi topik penelitian.

15 Dalam buku-buku yang membahas pretest instrument, persoalan ini hampir tak pernah disinggung, karena instrument yang di-pretes sudah diasumsikan sebagai instrument yang sesuai prosedural. Padahal dalam realita, banyak dijumpai instrumen yang tidak mengikuti prosedur ilmiah.

16 Prosedur ilmiah pembuatan kuesioner dalam kaitan pretest menjadi sangat penting terutama jika proses hasil pretest itu dilakukan

(7)

Jika sebuah instrument memang telah dibangun sesuai dengan prosedur ilmiah, maka masih ada sejumlah kaidah yang kiranya perlu disadari peneliti. Di antara kaidah yang paling perlu diketahui yaitu berkaitan dengan jenis instrument yang akan di-pretest. Pentingnya pengetahuan tersebut, karena itu akan berkaitan dengan alat uji statistik yang akan digunakan dalam mengukur hasil pretest. Dalam kaitan ini, maka menurut Sugiyono17 ada dua jenis instrument, yakni instrument yang berbentuk test dan instrument

yang berbentuk nontest. Instrument berbetuk test adalah instumen yang bertujuan untuk mengukur prestasi belajar dan instrument yang berbentuk nontest18 yaitu untuk mengukur

sikap. Instrument yang berupa test jawabannya adalah ”salah atau benar”, sedangkan instrument sikap jawabannya tidak ada yang ”salah atau benar” tetapi bersifat ”positif dan negatif”. Dengan demikian ini berarti bahwa instrument berupa test, out put datanya akan berlevel interval dan ratio, sementara instrument nontest datanya akan berlevel nominal dan ordinal. Konsekuensi dari dua jenis instrument tersebut dalam kaitannya dengan uji validitas, adalah berupa langkah dalam melakukan uji validitas instrument. Konsekuensi dimaksud, sebagaimana dimaksudkan Sugiyono yaitu berupa keharusan melakukan pengujian validitas konstruksi19 dan validitas isi20 terhadap instrumen yang berupa test.

Sementara untuk instrument yang nontest yang digunakan untuk mengukur ’sikap’ cukup memenuhi validitas konstruksi21.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa pretest terhadap sebuah instrument penelitian pada hakikatnya dilakukan dalam rangka mendapatkan data yang valid untuk keperluan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dalam sebuah rangkaian proses penelitian. Dengan demikian diharapkan perolehan data bias dapat dihindarkan karena pengumpulannya dilaksanakan dengan menggunakan

17 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV Alfabeta, 2005.

18 Misalnya instrument yang berupaya mengungkap sikap, pandangan dan kecenderungan-kecenderungan kelompok masyarakat

tertentu terhadap kehidupan politik di Indonesia.

19 Sebuah instrument menjadi valid secara konstruktif jika instrument tersebut telah valid secara internal. Dalam kaitan ini, menurut

Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki (2002 : 319), jika penelitian bertujuan ingin mengungkap sikap, pandangan dan kecenderungan-kecenderungan kelompok masyarakat tertentu terhadap kehidupan politik di Indonesia, butir-butir pertanyaan yang diajukan dalam instrumen, misalnya yang berupa angket, harus sesuai dengan teori tentang sikap, pandangan dan kecenderungan-kecenderungan masyarakat terhadap suatu masalah. Dengan demikian, butir-butir pertanyaan itu dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan pada bidangnya.

20 Sebuah instrument menjadi valid dari segi isi jika instrument tersebut memuat item-item yang realistis dalam obyek penelitian.

Salah satu contoh instrument yang tidak memiliki validitas isi adalah instument yang digunakan pemerintah dalam menentukan anggota masyarakat penerima BLT (Bantuan Langsung Tunai) beberapa waktu lalu. Indikator kemiskinan yang digunakan pemerintah sudah tidak relevan dengan realitas kemiskinan pada saat penerapan program BLT.

(8)

instrument yang valid22. Guna maksud tersebut, tanpa maksud mengurangi arti instrument test, maka dalam kaitannya dengan pelaksanan pretest, praktek proses pelaksanaan pretest di sini akan dilakukan secara terbatas pada instrument yang bersifat nontest. Ini dilakukan dengan pertimbangan, bahwa instrument-instrument ilmu sosial, termasuk ilmu komunikasi, biasanya cenderung bersifat nontest, yakni instrument yang tidak berupaya mencari jawaban ”salah atau benar”, melainkan hanya berupaya melihat kecenderungan-kecenderungan yang bersifat semisal ”positif dan negatif”. Untuk kepentingan makalah ini, maka sebagai acuan pelaksanaan pretest akan digunakan kuesioner nontest penelitian

Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi, yang dibuat Tim Peneliti BPPI Wilayah II Jakarta beberapa waktu lalu23.

Posisi Aktifitas Pretest Mengacu pada

THE LOGICAL STRUCTURE OF THE QUANTITATIVE RESEARCH PROCESS (Bryman, 1998, p.20)

MAIN PHASES INTERVENING PROCESSES

THEORY

DEDUCTION

HYPOTHESES

OPERATIONALIZATION (Buat Instrument–Pretest instrument-

Revisi Instrument pasca hasil Pretest Instrument) 24

OBSERVATION/ DATA COLLECTION

DATA PROCESSING

DATA ANALYSIS

INTERPRETATION

FINDINGS

22 Instrumen yang telah teruji validitas dan reliabelitasnya bukanlah menjadi satu-satunya factor yang dapat membuat hasil penelitian

menjadi valid dan reliabel. Masih ada faktor lainnya, yakni terkait dengan kondisi obyek yang diteliti dan kualitas penguasaan peneliti dalam menggunakan instrument. Kualitas penguasaan ini terutama diperlukan jika dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan bantuan orang lain. Jika demikian, maka para petugas tersebut perlu di-coaching terlebih dahulu, setelah itu perlu dilakukan test kesepahaman di antara sesama petugas pengumpul data.

23 Dalam proses dan finishing pembuatannya, kuesioner ini dibangun berdasarkan bimbingan intensif dari konsultan, Dr. Gati Gayatri, M.A., Ketua Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta.

(9)

Pelaksanaan Pretest

Dalam pelaksanaan pretest, selain instrument yang dalam pembuatannya memang telah melalui prosedur ilmiah25, maka masih terdapat sejumlah kaidah yang harus

dipenuhi terlebih dahulu agar hasil pretest itu sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Diantaranya adalah menyangkut jumlah responden yang akan dijadikan sumber data primer pretes; lokasi pelaksanaan pretest; dan item-item kuesioner yang akan di-pretest.

Berkaitan dengan jumlah responden, menurut Singarimbun dan Effendi26 tidak ada

ketentuan yang pasti mengenai jumlah tersebut. Namun dikatakatan, biasanya sebanyak 30-50 responden yang berasal dari luar daerah penelitian27, sudah mencukupi. Pemilihan

responden dilakukan berdasarkan responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya28. Sementara meyangkut persoalan item-item kuesioner

yang akan di-pretest, maka sulit ditemukan dalam literatur. Akan tetapi, menurut Sangun item-item yang hendak dipretest itu biasanya item yang bersifat multiple saja29.

Terkait dengan pelaksanaan pretest terhadap instrumen Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi, sejumlah norma sebagaimana dikemukakan para akademisi tadi, telah berupaya diadopsi oleh tim penelitinya. Adopsi itu berupa : -penentuan sampel pretest sebanyak 30 orang; sebarannya dilakukan secara merata di tiga wilayah (Jakarta, Bogor dan Bekasi) yang kondisinya memiliki kemiripan dengan pedesaan30; dan pretes dilakukan secara terbatas

terhadap item-item yang memiliki jawaban multiple saja31.

Pengumpulan data dalam pretest itu sendiri dilakukan oleh tiga interviewer yang sebelumnya mendapat pelatihan dari perancang instrument. Pelatihan ini sendiri dilakukan tiga kali dengan disertai diskusi di antara petugas dengan pelatih. Tujuannya yaitu agar diperoleh pemahaman yang relatif sama di antara perancang dengan petugas

25 Kuesioner yang demikian biasanya kuesioner yang telah lolos uji validitas konstruksi. Menurut Sugiyono (2005: 271), untuk

menguji validitas konstruksi, maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts).

26 Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1984, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat, Jakarta, LP3ES, bab 8, hal. 138.

27 Menurut Gayatri, Gati, 2007, lokasi dimaksud yaitu lokasi pretest yang keadaannya mirip dengan lokasi penelian sebenarnya.

Misalnya, lokasi itu pedesaan, maka pretest harus dilakukan pada daerah-daerah yang mirip pedesaan di luar lokasi penelitian. 28 Menurut Sugiyono (2005 ; 272), terkait dengan jumlah tersebut, maka jumlahnya sekitar 30 orang.

29 Disampaikan dalam perkuliahan Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif, PPS MIK UPDM(B) Jakarta, 2006.

30 Lokasi real penelitian ini sendiri dilakukan di pedesaan-pedesaan pada tiga propinsi, yakni Propinsi Jambi, Bengkulu dan

Kepulauan bangka Belitung.

31 Hal ini dilakukan guna mendapatkan gambaran tentang kadar konvergensi responden terhadap keragaman pilihan yang ada dalam

(10)

pengumpul data. Data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan para petugas tadi, akhirnya menjadi data primer bagi proses pretest dalam rangka mengetahui kadar reliabelitas instrument. Kadar reliabelitas instrument dapat diketahui melalui perhitungan-perhitungan statistik. Cara yang dilakukan dapat ditempuh dengan dua jalan, pertama secara manual dan kedua dengan memanfaatkan komputer melalui Program SPSS, misalnya SPSS 12,0 for Windows. Menurut para akademisi statistik, cara manual kurang efektif karena akan memakan waktu lama sehubungan rumitnya perhitungan-perhitungan yang akan dilakukan. Untuk itu mereka menyarankan penggunaan komputer dengan Program SPSS akan jauh lebih efektif dan efisien32. Para peneliti yang melakukan

pretest terhadap instrumen Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi, akhirnya mengikuti apa yang disarankan para akademisi statistik tadi. Dalam pelaksanaannya Program SPSS 12,0 for Windows ditetapkan sebagai alat bantu dalam proses penghitungan hasil pretest.

Untuk dapat melakukan aplikasi program dimaksud, maka terdapat sejumlah langkah yang harus dilakukan tim peneliti. Langkah-langkah itu berupa : Pertama,

men-settvariabel view sesuai jumlah item dan karakteristiknya yang terdapat dalam kuesioner yang dipretest33. Karena setting variabel view akan mengikuti karakteristik instrument,

maka jumlah row biasanya cenderung akan melebihi jumlah responden (row pada setting data view) yang nota bene dalam kasus ini sebanyak 30. Dalam proses setting variabel view ini hendaknya diusahakan seakurat mungkin sesuai perhitungan yang ”diinginkan” instrument. Sebab bila tidak, maka proses perhitungan SPSS tidak akan maksimal sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam setting variabel view adalah menyangkut skala pengukuran. Dalam setting variabel view, skala pengukuran ini dapat dijumpai pada kolom terakhir ”measure”. Pada kolom ini Program SPSS 12,0 for Windows biasanya menampilkan level pengukuran data yang standard, yakni ”scale”34. Program SPSS tidak bisa mengubah level data secara otomatis, dan

32 Lihat, Sugiyono (2005 ; 272).

33 Karakteristtik item dalam proses ini, maksudnya adalah berkaitan dengan variable beserta sub variable (indicator variable) dan nilai

dari masing-masing sub variable.

34 Dalam statistic dikenal level pengukuran data mengenai suatu variabel. Level pengukuran tersebut lazim dikenal dengan akronim

(11)

karenanya ukuran standar tersebut harus disesuaikan dengan level data dari suatu variabel yang hendak di-test. Jika tidak, maka mesin komputer akan tetap melakukan perhitungan dan menghasilkan data yang tidak sesuai dengan prinsip perhitungan statisitik. Hal mana, tentu akan berakibat fatal dalam proses penafsiran, misalnya terhadap data central of tendency dan disversi. Untuk menghindarkan kefatalan yang demikian, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan cara melakukan perubahan sesuai dengan level pengukuran data yang akan di-entry nantinya. Perubahan demikian dilakukan dengan cara meng-klikscale” pada kolom ”measure”, maka akan ke luar alternatif scale,

ordinal dan nominal dan segeralah lakukan modifikasi sesuai dengan level data yang mau dientri nantinya. Misalnya kalau data itu menyangkut variabel nominal seperti agama, jenis kelamin, jenis media yang digunakan, dan lain sejenisnya, maka harus diubah dari ”scale” menjadi nominal. Demikian pula bila suatu variabel berskala ordinal, misalnya menyangkut sikap, maka harus diubah dari scale menjadi ordinal. Setelah proses

preparing ini selesai, maka langkah kedua adalah meng-entry data primer berupa hasil uji coba pada 30 responden tadi. Proses entry dilakukan pada data viewsetting.

Langkah ketiga merupakan lanjutan dari langkah kedua, yakni setelah tuntasnya proses entry data pada data view setting. Pada langkah ini dilakukan proses penyaringan

item-item instrument yang hendak diproses melalui program SPSS 12,0 for Window. Item-item yang dipilih, sesuai prinsip sebagaimana telah disinggung sebelumnya, adalah item instrument yang bersifat multiple saja. Setelah diketahui, maka langkah keempat

adalah melakukan proses penghitungan statistik dengan menggunakan Program SPSS. Untuk keperluan ini, maka cara yang dilakukan adalah : 1) klik analyze pada data view setting atau variabel viewsetting, lalu arahkan kursor ke scale dan arahkan ke reliability analysis; 2) masukkan item-item pilihan yang multiple pada pertanyaan-pertanyaan dalam instrument pada tampilan reliability analysis; 3) klik statistic; 4) arahkan kursor dan klik dalam kotak-kotak tersedia di samping “item, scale dan scale if item deleted,

correlations, dan F Test; 5) klik continue-klik OK dan hasil penghitungan SPSS 12,0 for Window muncul dalam tampilan Output SPSS Viewer.

(12)

item-item tertentu saja, yakni item-item “14” ; “18” dan C. Computer Literacy (Kemampuan Dalam Operasi dan Aplikasi Sofware Komputer, dalam instrument (lihat lampiran). Penentuan item “14” dilakukan berdasarkan hasil pretest yang menunjukkan idealnya kadar reliabelitas suatu item instrument. Item “18” ditetapkan berdasarkan contoh item instrument yang menunjukkan kurang idealnya kadar reliabelitas item instrument. Sementara item ” C. Computer Literacy (Kemampuan Dalam Operasi dan Aplikasi

Sofware Komputer” dalam kaitan upaya melihat reliabelitasnya sebagai variabel utama dalam instrument bersangkutan.

Item nomor 14 dalam instrument, pertanyaannya adalah :

14. Apa saja yang B/I/S ketahui tentang contoh-contoh application system software

komputer ? (Jawaban lebih dari satu) a. Microsoft word

b. Microsoft exel

c. Power point

d. Page maker

e. Browser

f. Winamp

g. Game

h. SPSS(Special Program for Social Science)

i. Photoshop

j. Lainnya, sebutkan : ...

Setelah melewati proses empat tahapan sebagaimana disinggung sebelumnya, maka

Reliability Statistics item “14” dalam instrument adalah :

Tabel 1 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.920 10

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Tampilan data yang dihasilkan Program SPSS 12,0 for Window tersebut, jika mengacu pada standard reliabelitas yang dikemukakan Cronbach35, maka nilai Cronbach's Alpha ini mendekati sempurna karena kurang 0,080 untuk menjadi 1,0 sebagai nilai reliabelitas sempurna. Dengan demikian, item tersebut telah layak untuk diaplikasikan pada responden karena telah memiliki nilai reliabelitas yang ideal.

(13)

Meskipun demikian, nilai reliabelitas ini masih dapat ditingkatkan untuk lebih mendekati nilai sempurna. Untuk maksud tersebut, maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan cara menghilangkan sub item tertentu. Caranya yaitu dengan mengamati nilai alpha dari setiap item yang terdapat dalam table Item-Total Statistics sebagai out put

program SPSS 12,0 for Window. Tabel 2: Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Microsoft Word 2.00 7.643 .711 .913

Mocrosoft exel 2.07 7.567 .756 .910

Power point 2.28 7.921 .780 .908

Page maker 2.34 8.305 .728 .911

Browser 2.38 8.601 .663 .915

Winamp 2.24 7.618 .871 .902

Game 2.00 8.143 .517 .926

SPSS 2.41 8.894 .612 .918

Post nuke 2.38 8.601 .663 .915

Photoshop 2.24 7.618 .871 .902

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Pengamatan diarahkan pada nilai-nilai yang terdapat dalam kolom terakhir pada table, yakni kolom “Cronbach's Alpha if Item Deleted”. Fokus perhatian terutama ditujukan pada nilai-nilai tertinggi atau yang memiliki kesamaan, sejauh diperlukan dalam rangka menemukan nilai standar minimal sebesar 0,80. Dalam kaitan data table

Item-Total Statistics sebagai out put program SPSS 12,0 for Window di atas, maka nilai tertinggi ada pada item Game (0,926). Makna nilai ini adalah, bahwa kalau item Game di hapus (deleted) maka nilai reliabelitas item secara total akan mengalami kenaikan. Ketika proses penghitungan SPSS diproses ulang tanpa mengikuti item Game (lihat, table Item-Total Statistics tanpa item Game), maka Reliability Statistics item “14” dalam instrument menjadi :

Tabel 3 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.926 9

(14)

Tampilan data yang dihasilkan Program SPSS 12,0 for Window tersebut kiranya menunjukkan peningkatan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,006, yang semakin mendekat ke

angka sempurna sebesar 1,00. Dengan demikian ini berarti bahwa finishing instrument

penelitian terkait item “14” ini, akan lebih ideal jika dilakukan dengan tanpa menyertakan sub item Game.

Tabel 4 : Item-Total Statistics tanpa item Game

Scale Mean if

Selanjutnya berkaitan dengan item “18”, pertanyaannya yaitu :

(15)

Reliability Statistics item “18” dalam instrument adalah, bahwa pada fase pertama (lihat, table 5), dengan perhitungan statistic yang didasarkan pada 10 sub item (table 6), menghasilkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,652. Nilai yang demikian tentunya masih jauh berada di bawah standar minimal reliabelitas Cronbach sebesar 0,8. Karenanya, item instrument tersebut belum layak untuk direalisasikan sebagai instrument pengumpul data. Guna menjadikannya supaya layak, perlu dilakukan perhitungan kembali agar nilai 0,652 tadi dapat mencapai nilai minimal standar reliabelitas.

Pada prinsipnya, cara melakukan upaya ini sama dengan langkah yang dilakukan dalam kasus item ”14” tadi, yaitu dengan mengamati nilai alpha dari setiap item yang terdapat dalam table Item-Total Statistics sebagai out put program SPSS 12,0 for Window. Untuk kasus item ”18”, maka nilai alpha dimaksud tertera pada kolom terakhir dalam tabel 6.

baca buku di kantor 2.57 4.879 -.110 . .694

Dengan cara informal

tanya teman di kantor 2.29 3.604 .496 . .583

Dengan cara informal lihat teman gunakan

komputer di kantor 2.36 3.478 .598 . .558

Dengan cara informal dibimbing teman di

kantor 2.36 3.478 .598 . .558

Dengan cara informal

baca buku di sekolah 2.43 3.802 .445 . .598

Dengan cara informal tanya teman di

sekolah 2.36 3.786 .415 . .604

Dengan cara informal lihat teman gunakan

(16)

Dengan cara informal dibimbing teman di

sekolah 2.43 4.571 .022 . .687

Dengan cara informal

baca buku di rumah 2.57 4.110 .403 . .614

Dengan cara informal

di rental 2.64 5.170 -.335 . .705

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Setelah dilakukan penghapusan tiga sub item yang memiliki nilai alpha tinggi36,

maka sub-sub item yang tertinggal sebagai bahan perhitungan statistic, adalah menjadi sebagai berikut : 1) Dengan cara informal tanya teman di kantor; 2) Dengan cara informal lihat teman gunakan komputer di kantor; 3) Dengan cara informal dibimbing teman di cantor; 4) Dengan cara informal baca buku di sekolah; 5) Dengan cara informal tanya teman di sekolah; 6) Dengan cara informal lihat teman gunakan komputer di sekolah; dan 7) Dengan cara informal baca buku di rumah. Setelah sub-sub item ini di “analyze”, maka dalam tampilan Output SPSS Viewer terpaparkan data sebagaimana tampak pada table 6.1., dengan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,783 (lihat, table 7). Jadi ada pengaruh pengaplikasian “Cronbach's Alpha if Item Deleted” terhadap nilai reliabelitas item instrument dalam ukuran Cronbach. Bentuk pengaruhnya berupa pertambahan nilai alpha sebesar 0,131 terhadap nilai Cronbach's Alpha yang pada fase sebelumnya sebesar 0,652. Nilai Cronbach's Alpha yang demikian, meski telah meningkat kadarnya namun tetap masih berada di bawah standar minimal reliabelitas sebesar 0,800. Karenanya, item “18” dapat dikatakan sebagai item instrument yang masih kurang memenuhi standar minimal reliabelitas37.

tanya teman di kantor 1.79 3.566 .499 . .758

36 Terdiri dari : 1) Dengan cara informal baca buku di kantor , Cronbach's Alpha if Item Deleted sebesar .694; 2)

Dengan cara informal dibimbing teman di sekolah (.687); Dengan cara informal di rental (.705).

(17)

Dengan cara informal lihat teman gunakan

komputer di kantor 1.86 3.363 .651 . .725

Dengan cara informal dibimbing teman di

kantor 1.86 3.363 .651 . .725

Dengan cara informal

baca buku di sekolah 1.93 3.610 .543 . .749

Dengan cara informal tanya teman di

sekolah 1.86 3.670 .461 . .765

Dengan cara informal lihat teman gunakan

komputer di sekolah 1.93 3.918 .355 . .784

Dengan cara informal

baca buku di rumah 2.07 4.071 .405 . .774

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007. Operasi dan Aplikasi Sofware Komputer)” dalam instrument. Bunyi itemnya, sbb. :

Mohon diisi kolom-kolom angka di bawah ini menurut jawaban yang sesuai menurut responden dengan tanda ”V” pada masing-masing pernyataan.

Kemampuan Dalam Operasi dan Aplikasi Sofware 27. mengatasi masalah yang terjadi saat

memulai aktifitas penggunaan komputer

35. Menempatkan sebuah gambar atau grafik ke dalam sebuah dokumen

36. Membuat gambar atau grafik dengan menggunakan komputer

(18)

38. Mengaplikasikan Microsoft word

50. Mengcopy file dari USB ke hardisk

computer atau sebaliknya

51. Mengcopy file dari disket ke harddisk

computer atau sebaliknya

52. Mengcopy file dari CD ke harddisk

computer

53. Mengcopy file dari CDRW ke harddisk computer atau sebaliknya

54. Mengkoneksikan komputer ke nternet 55. Menutup aplikasi komputer secara

prosedural

56. Mengatasi masalah yang terjadi saat mengakhiri aktifitas penggunaan komputer 57. Mematikan komputer secara prosedural

Catatan : Nilai 0,1,2, = Belum mandiri (dependent) ; 3,4,5 = Berkembang jadi mandiri (developing independent) ; 6,7,8 = Mandiri (Independent)

Berdasarkan proses penghitungan statistik dengan menggunakan Program SPSS 12,0 for Window, diperoleh data sebagaimana tampak dalam tabel 8 berikut ini :

(19)

Kemampuan

meng-copy-paste teks dalam file 137.64 4090.709 .917 . .984

Kemampuan memodifikasi

word processing tabel 138.93 4138.687 .875 . .985

(20)

Kemampuan

mengkoneksikan komputer

ke internet 140.00 4086.615 .813 . .985

Kemampuan menutup aplikasi komputer secara

prosedural 138.14 4128.747 .833 . .985

Kemampuan mengatasi masalah saat mengakhiri

aktifitas gunakan komputer 139.43 4175.187 .815 . .985

Kemampuan mematikan komputer secara

prosedural 137.64 4199.478 .815 . .985

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Jika diamati data dalam kolom Cronbach's Alpha if Item Deleted pada table 8 di atas, terlihat bahwa nilai semua item itu terletak dalam rentangan nilai 0,984 – 0,986. Dengan nilai yang demikian ini berarti bahwa semua item dalam variable Computer Literacy secara relatif memiliki kadar kontribusi yang sama terhadap peningkatan kadar reliabelitas variable Computer Literacy. Dengan kata lain, jika dilakukan penghapusan terhadap item yang mana saja, tetap akan menghasilkan nilai total Cronbach's Alpha yang berada di atas standar minimal (0,800). Nilai reliabelitas variabel ini sendiri, berdasarkan

out put Program SPSS 12,0 for Window senilai 0,985 (lihat, table 9), jauh di atas standar minimal dan cenderung mendekati sempurna (kurang 0,015 untuk menjadi 1,00). Karena itu, item-item dalam variabel Computer Literacy dalam instrument ini dapat disimpulkan sebagai telah memenuhi standar reliabelitas instrument, dan karenanya layak untuk diaplikasikan sebagai instrument pengumpul data dari responden yang sebenarnya. Tabel 9 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.985 .986 34

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Implikasi Hasil Pretest Terhadap Instrument

(21)

suatu rangkaian proses penelitian. Guna diperolehnya data sebagaimana dimaksud, untuk itu diperlukan instrument yang setidaknya telah memiliki nilai standard minimal kadar reliabelitas. Pemilikan nilai kadar reliabelitas ini sendiri dapat diketahui melalui proses penghitungan terhadap data primer hasil pretest instrument. Dengan demikian, maka dapatlah diartikan bahwa pengetahuan mengenai nilai kadar reliabelitas suatu instrument akan berimplikasi pada instrument penelitian. Implikasinya ada dua kemungkinan,

pertama mem-finishing format instrument sesuai bentuknya ketika digunakan sebagai instrument pretest apabila hasil pretrest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach minimal sebesar 0,800. Kedua, melakukan pengulangan pretest jika hasil prêtest menghasilkan nilai reliabelitasAlpha Cronbach sebesar kurang dari 0,800.

Dengan pemahaman di atas, maka dengan mengacu pada pembahasan hasil pretest terhadap instrument Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi sebelumnya, implikasinya terhadap instrument tersebut dapat dikemukakan menjadi sebagai berikut :

Pertama, item instrument no “14” harus dimodifikasi dengan cara meniadakan alternative “g. Game”. Dengan demikian format item “14” menjadi, sbb. :

14. Apa saja yang B/I/S ketahui tentang contoh-contoh application system software

komputer ? (Jawaban lebih dari satu) a. Microsoft word

b. Microsoft exel

c. Power point

d. Page maker

e. Browser

f. Winamp

g. SPSS(Special Program for Social Science)

h. Photoshop

i. Lainnya, sebutkan : ...

Kedua, item instrument no “18” idealnya harus dimodifikasi dengan cara meniadakan alternative “g. Game”. Dengan demikian format item “14” menjadi, sbb. : 18. Bagaimana cara B/I/S mempelajari komputer tersebut ?

1. Dengan cara informal melalui bertanya-tanya pada teman di kantor 2. Dengan cara informal dengan cara melihat-lihat teman menggunakan komputer di kantor

(22)

5. Dengan cara informal melalui bertanya-tanya pada teman di sekolah 6. Dengan cara informal dengan cara melihat-lihat teman menggunakan komputer di sekolah

7. Dengan cara informal dengan cara praktik sendiri melalui baca-baca buku di rumah sendiri

8. Lainnya, sebutkan : ...

Terakhir, yakni terkait dengan item “C. Computer Literacy (Kemampuan Dalam Operasi dan Aplikasi Sofware Komputer)” dalam instrument. Terhadap item tersebut, sehubungan nilai reliabelitasnya sudah sangat tinggi, yakni memiliki Cronbach's Alpha sebesar 0,985, maka implikasinya terhadap instrument dalam format pretest, hanya sebatas pembuktian bahwa instrument dalam format tersebut sudah relatif layak untuk diaplikasikan terhadap responden sebenarnya dalam proses pengumpulan data penelitian

Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi. Dengan kata lain, implikasi hasil pretest tidak memberikan indikasi adanya keharusan bagi peneliti untuk mengubah item instrument dalam format pretest di dalam proses melakukan finishing instrument penelitian.

Penutup

Sebagaimana disinggung dalam bagian latar belakang permasalahan, penyajian tulisan ini dilakukan dalam upaya membahas topik pretest dalam kaitan posisi pentingnya pada proses pelaksanaan uji hipotesis yang nota bene memerlukan data yang valid. Telaahannya makalah ini difokuskan pada persoalan pengertian dan posisi pretest dalam proses penelitian. Termasuk pula menyangkut bagaimana proses pelaksanaan pretest dan implikasinya terhadap proses finishing instrument penelitian.

(23)

dalam satu tahapan tertentu pada suatu rangkaian proses penelitian. Posisi pretest dalam sebuah proses penelitian, terletak pada fase operationalization yang berada di antara

hypotheses dan observation/data collection.

Terkait dengan proses pelaksanaan pretest, maka terdapat sejumlah kaidah yang harus dipenuhi. Kaidah ilmiah tersebut diantaranya berupa penyiapan instrument yang layak pretest. Instrument yang layak pretest adalah instrument yang dalam proses pembuatannya telah melalui prosedur ilmiah. Selain itu, pada instrument bersifat nontest

juga harus melewati proses validitas konstruksi oleh para ekspert. Dalam pelaksanaan pretest, selain instrument yang dalam pembuatannya memang telah melalui prosedur ilmiah maka masih terdapat sejumlah kaidah yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar hasil pretest itu sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Diantaranya adalah menyangkut jumlah responden yang akan dijadikan sumber data primer pretes; lokasi pelaksanaan

pretest; dan item-item kuesioner yang akan di-pretest. Berkaitan dengan jumlah responden, biasanya sebanyak 30-50 responden yang berasal dari luar daerah penelitian yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden sesungguhnya. Sementara item-item kuesioner yang akan di-pretest, biasanya item yang bersifat multiple saja. Dalam penghitungan data hasil pretest, dapat dilakukan melalui dua cara, yakni manual dan menggunakan komputer melalui program SPSS.

Mengenai implikasi hasil pretest terhadap proses finishing instrument penelitian, maka secara garis besar akan melahirkan dua alternatif. Alternatif pertama,

mem-finishing format instrument sesuai bentuknya ketika digunakan sebagai instrument pretest

apabila hasil pretrest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach minimal sebesar 0,800. Alternatif kedua, melakukan pengulangan pretest jika hasil prêtest menghasilkan nilai reliabelitasAlpha Cronbach sebesar kurang dari 0,800.

(24)

KEPUSTAKAAN

Bryman (1998, p.20), dalam, “Metodologi Penelitian Komunikasi Terapan”, handout, Tim Pengajar Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Komunikasi Kekhususan Manajemen Komunikasi, Semester Ganjil 2000-2001.

Infante, Dominic A., Rancer, Andrew S., dan Womack, Deanna F., 1990, Building Communication Theory, Illinois, Waveland, Chapter 11, 354.

Littlejohn, Stephen W., 1983, Theories of Human Communication, Columbus –Ohio, Charles E. Merrill Publishing Company, p. 381-382.

Littlejohn, Stephen W., 2005, Theories of Human Communication, eighth edition, Thomson Learning Inc., Wadsworth, Belmont, USA.

Neuman, W. Lawrence, 2000, “The Ethics And Politic of Social Research”, in chapter 5 on Social Research Methods-Qualitative and Quantitative Approaches, Allyn and Bacon, Boston, USA.

Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2002, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University, Bab 9, hal. 315).

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1984, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat, Jakarta, LP3ES, bab 8, hal. 136-137.

Gambar

Tabel 2: Item-Total Statistics
Tabel 4 : Item-Total Statistics tanpa item Game
Tabel 6  Item-Total Statistics
Tabel 8 : Item-Total Statistics
+3

Referensi

Dokumen terkait

Spesifikasi sistem modul master yaitu (1) sumber tegangan yang menggunakan baterai Lithium-Polymer 7,4 volt; (2) konsumsi arus terdiri dari inisialisasi awal = 210 mA, GSM dan GPS

Berdasarkan BusinessObjects (2006: 3), “EPM atau yang dapat juga disebut sebagai Corporate Performance Management (CPM) adalah salah satu produk dari SAP

Zaman modern, zaman dengan semua hal dalam bidang apapun sudah maju adanya. Elektronik, keamanan, persenjataan hingga alat komunikasi sudah canggih. Ternyata kemuajuan itu

Melakukan pembinaan terhadap kaum perempuan agar mampu menjalankan peran utama dan strategisnya dengan baik, sebagai pencetak generasi berkualitas prima, yang siap

Variabel Pemenuhan Kebutuhan, t hitung 1.961 > t tabel1.6802, dengan demikian Ho ditolak, dan dapat disimpulkan ada pengaruh variabel Pemenuhan Kebutuhan

Pendekatan proses merupakan pendekatan yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk membaca permulaan. Penerapan pendekatan proses dalam pembelajaran Bahasa

Epistemologi merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk mengungkap pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang teori pengetahuan. Bagaimana suatu pemikiran dapat diuji

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang