• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Visibility K-Pop sebagai Brand Ambassador Terhadap. Purchase Intention pada E-Commerce Shopee di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Visibility K-Pop sebagai Brand Ambassador Terhadap. Purchase Intention pada E-Commerce Shopee di Kota Medan"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Visibility K-Pop sebagai Brand Ambassador Terhadap Purchase Intention pada E-Commerce Shopee di Kota Medan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

OLEH:

JAMIAH JANNAH 171301002

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(2)
(3)
(4)

PENGARUH VISIBILITY K-POP SEBAGAI BRAND AMBASSADOR TERHADAP PURCHASE INTENTION PADA E-COMMERCE

SHOPEE DI KOTA MEDAN

Jamiah Jannah1 dan Eka Danta Jaya Ginting2 Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh visibility K-Pop sebagai brand ambassador terhadap purchase intention pada e-commerce Shopee di Kota Medan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 385 orang dengan karakteristik belum pernah menggunakan Shopee dan mengetahui K-Pop yang berdomisili di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menyebarkan skala likert, yaitu skala visibility dan purchase intention.

Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif visibility terhadap purchase intention sebesar 18 persen. Hal ini menunjukkan semakin tinggi visibility, maka semakin kuat purchase intention e-commerce Shopee di Kota Medan.

Kata kunci : Visibility, Purchase Intention, K-Pop, Shopee

(5)

THE INFLUENCE OF VISIBILITY K-POP AS BRAND AMBASSADOR ON PURCHASE INTENTION IN E-COMMERCE

SHOPEE AT MEDAN CITY

Jamiah Jannah1 and Eka Danta Jaya Ginting2 Faculty of Psychology, University of Sumatera Utara

ABSTRACT

This study explores the influence of visibility on purchase intention in e- commerce Shopee at Medan City. The subjects in this study has a total of 385 subjects with the characteristics as whom has never use Shopee, know K-Pop and currently living in Medan city. This study uses quantitative method. The data collection tool in this research by giving out likert questionnaire such as visibility questionnaire and purchase intention questionnaire. Data analysis method that is used in this study is simple regression analysis method. The result of this study shows that there is a positive influence of visibility K-Pop as brand ambassador on purchase intention in e-commerce Shopee at Medan city with 18 percent influence. This shows that the higher the level of visibility, the stronger purchase intention occur in customers.

Keyword : Visibility, Purchase Intention, K-Pop, Shopee

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Visibility K-Pop sebagai Brand Ambassador Terhadap Purchase Intention pada E- Commerce Shopee di Kota Medan”.

Skripsi ini saya tulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara. Saya sebagai peneliti sekaligus penulis melewati proses penyusunan skripsi dengan penuh kesungguhan dan kerja keras, agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

Dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah senantiasa mendidik saya selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., Psikolog, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah senantiasa meluangkan waktu dan sabar untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Sherry Hadiyani, M. Psi, Psikolog selaku dosen penguji saya yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga penelitian ini

(7)

menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. Abdhy Aulia Adnans, MM., selaku dosen penguji skripsi saya yang telah meluangkan waktu memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi saya.

5. Kedua orang tua dan seluruh pihak keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan saya selama proses penulisan skripsi.

6. Ibu Amalia Meutia, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang telah senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, dan dukungan mulai dari semester 1 sampai akhir semester.

7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu kepada saya selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan.

9. Teruntuk sahabat - sahabat saya, Notariani Asril, Namira Nasier, Nurul Dira Alfifah, Diana Habibah, Kak Yulia Siska, Erikson Silalahi, Sahda Saffira dan teman – teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih telah mendengarkan dan memberikan bantuan saat saya membutuhkannya. Semoga dijalan berikutnya, kita semua bisa berkumpul kembali dengan versi terbaik dari diri kita.

10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti tulis satu persatu yang turut membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

(8)

Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun menjadi hal yang peneliti harapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca serta peneliti selanjutnya.

Medan, Februari 2022

Jamiah Jannah 171301002

(9)

Daftar Isi

Abstrak ... iii

KATA PENGANTAR ... v

Daftar Isi ... vii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II ... 12

LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Purchase Intention ... 12

2.1.1 Definisi Purchase Intention ... 12

2.1.2 Aspek – Aspek Purchase Intention... 14

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Purchase Intention ... 15

2.2 Visibility ... 18

2.2.1 Definisi Visibility ... 18

2.2.2 Aspek – Aspek Visibility ... 19

2.3 Brand Ambassador ... 20

2.3.1 Definisi Brand Ambassador ... 20

2.3.2 Indikator Brand Ambassador ... 22

2.3.3 Fungsi dan Manfaat Penggunaan Selebriti (Brand ambassador) ... 23

2.4 Dinamika Antar Variabel ... 23

(10)

viii

2.5 Hipotesa Penelitian ... 26

BAB III ... 27

METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Metode Penelitian ... 27

3.2 Variabel Penelitian ... 27

3.3 Definisi Operasional ... 28

3.4 Populasi dan Sampel ... 29

3.4.1 Populasi ... 29

3.4.2 Sampel ... 30

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 31

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 31

1. Skala Purchase Intention... 33

2. Skala Visibility ... 36

3.6 Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38

3.6.1 Validitas Alat Ukur ... 38

3.6.2 Uji Daya Beda Aitem ... 39

3.6.3 Reliabilitas Alat Ukur ... 39

3.7 Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 40

3.7.1 Hasil Uji Coba Skala Visibility ... 40

3.7.2 Hasil Uji Coba Skala Purchase Intention... 42

3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 45

3.7.1 Persiapan Penelitian ... 45

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian ... 46

3.7.3 Pengolahan Data ... 46

3.8 Metode Analisis Data ... 46

(11)

ix

1. Uji Normalitas ... 47

2. Uji Linearitas ... 47

3. Uji Hipotesa ... 48

BAB IV ... 49

ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 50

4.1.4 Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Profesi ... 50

4.2 Hasil Analisis Deskripstif ... 52

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 56

4.3.1 Uji Normalitas ... 56

4.3.1 Uji Linearitas ... 58

4.4 Hasil Utama Penelitian ... 59

4.5 Pembahasan ... 62

BAB V ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

Daftar Pustaka ... 70

LAMPIRAN ... 77

(12)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Saat ini teknologi semakin berkembang pesat ditandai dengan adanya perkembangan internet yang perannya juga sangat penting di era globalisasi ini.

Internet sebagai salah satu dampak dari perkembangan teknologi pada dasarnya telah membuka mata dunia dan telah membuat banyak perubahan. Bahkan saat ini internet sudah menjadi kebutuhan pokok bagi penggunanya. Pengguna internet adalah setiap penduduk yang tersambung dengan internet baik menggunakan sambungan internet lewat perangkat mobile (Smartphone), Laptop maupun Personal Computer (PC). Berdasarkan hasil dari survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2019-2020 mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada tahun 2018 lalu. Sementara, jumlah pengguna internet di Sumatera Utara mencapai 11,7 juta orang dan pengguna internet di Kota Medan sendiri mencapai 82,5% (APJII, 2021).

Dengan adanya internet yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui berbagai macam media seperti smartphone, laptop, tablet banyak kemudahan dan keuntungan yang didapat di dalam berbagai bidang seperti akademis, organisasi, pemerintahan dan juga bisnis. Kehadiran internet yang

(13)

berperan sebagai infrastruktur dan jaringan telah membuat sebuah perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien, serta dapat menjadi sarana publikasi, komunikasi dan juga sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan.

Kemudahan yang didapat dari internet pastinya sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mayoritas memiliki mobilitas yang tinggi dalam kegiatan sehari - harinya, sehingga masyarakat tidak lagi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari (Nasri, 2016).

Selain memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, internet juga meningkatkan minat pelaku bisnis untuk menggunakan internet sebagai media memajukan bisnis yang mereka jalankan dengan cara menawarkan produknya melalui internet Widiantara, 2013 (dalam Yuspiani, 2019), sehingga, dengan tersedianya pelaku bisnis online saat ini masyarakat tidak harus menguras tenaga dan menghabiskan waktu untuk berkeliling mencari sesuatu yang dibutuhkannya. Selain itu, konsumen juga dapat membandingkan merek, memeriksa harga dan memesan barang dagangan 24 jam sehari dari mana saja.

Pembelian melalui media internet terasa mudah dan pelanggan memiliki waktu yang tidak terbatas dalam membeli Kotler & Amstrong, 2001(dalam Wijaya &

Jasfar, 2014). Dengan begitu, kemajuan teknologi telah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perilaku konsumen, dan belanja secara online telah menjadi gaya baru di era sekarang ini.

Situs berbelanja online sendiri dikenal dengan sebutan e-commerce. E- commerce dapat memiliki makna tersendiri menurut para ahli. E-commerce adalah

(14)

teknologi aplikasi untuk menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen dalam menjalankan proses bisnis (Yulimar, 2011). Menurut Laudon dkk (2012) E- commerce adalah kegiatan melakukan transaksi bisnis secara online melalui media irnternet dan perangkat - perangkat yang terintregasi dengan layanan internet. E- commerce merupakan peluang bisnis yang sangat besar pada saat ini karena perilaku masyarakat yang kebanyakan memiliki mobilitas yang tinggi membuat masyarakat ingin mendapatkan sesuatu yang cepat dan instan.

We Are Social melakukan survey mengenai pengguna e-commerce, dan diketahui bahwa tingkat pengguna e-commerce di Indonesia sebesar 87% pada bulan Januari tahun 2021 (wearesocial.com). Semakin bermunculan berbagai market place online yang menawarkan berbagai barang, fasilitas hingga tawaran menggiurkan seperti gratis ongkir dan pembayaran di tempat. Di Indonesia sendiri ada beberapa platform e-commerce, dan ada tiga yang merajai e-commerce di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh iPrice yang baru saja diperbarui pada bulan Februari tahun 2021, e-commerce Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak berhasil mempertahankan posisi top 3. Shopee sendiri menduduki peringkat pertama di Indonesia dengan pengunjung Web bulanan berjumlah 129,320,800 (iPrice, 2021).

Shopee adalah e-commerce (jual beli online) berbasis aplikasi mobile, yang sedang berkembang di Indonesia. Sebagai aplikasi mobile-platform terbesar di Indonesia, Shopee memberikan tawaran jual beli online yang menyenangkan, gratis dan terpercaya. Dengan aplikasi Shopee bisa mendaftarkan produk jualan

(15)

dan berbelanja berbagai penawaran menarik dengan harga termurah dan gratis ongkir ke seluruh Indonesia (Sastika, 2018).

E-Commerce Shopee sering mengadakan event dengan mengundang bintang tamu ternama di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada Bulan Desember tahun 2018, Shopee membuat gempar pecinta Korea sekaligus pecinta belanja online dengan mengundang Girlband asal Korea Selatan yang sedang naik daun dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Girlband yang diundang tersebut adalah salah satu girlband asuhan agensi YG Entertainment, yaitu Blackpink. Pada saat event tersebut Shopee juga mengumumkan bahwa Blackpink akan menjadi salah satu brand ambassador Shopee. Tidak hanya mengundang Blackpink pada tahun 2018, Shopee juga selalu mengundang K-Pop setiap tahunnya untuk menjadi bintang tamu ataupun menjadi brand ambassador di program – program yang diadakan oleh Shopee. Seperti pada tahun 2019 Shopee mengundang girlband ternama asal Korea yaitu GFriend sebagai bintang tamu di program 9.9 Super Shopping Day yang disiarkan secara langsung melalui Shopee Live, Youtube dan juga berbagai stasiun televisi. Kemudian pada November tahun 2020 Shopee kembali menghadirkan boy group ternama asal Korea yaitu Stray Kids pada event TV Show Shopee 11.11 Big Sale. Tepat pada saat itu juga di siaran pers Shopee meresmikan bahwa stray kids menjadi brand ambassadornya, dan masih menjadi brand ambassador hingga saat ini (Maulida & Kamila, 2021).

(16)

Namun, saat ini tidak hanya shopee yang menjadi e-commerce besar yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, masih banyak e-commerce yang bersaing di dunia bisnis online ini. Sehingga dengan begitu Shopee harus melakukan strategi – strategi dalam meningkatkan minat beli konsumen atau juga bisa disebut purchase intention. Menurut Schiffman dan Kanuk 2006 (dalam Maghfiroh, Arifin, &

Sunarti, 2016) Purchase Intention diartikan sebagai suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu. Purchase intention terjadi sebelum individu melakukan transaksi dengan perusahaan (Kotler, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan atas purchase intention menunjukkan bahwa purchase intention dipengaruhi oleh : 1). Brand image (Juliana, Noval, Hubner, & Bernarto, 2020; Anggi & Soesanto, 2016; Rachmawan & Martha, 2017;

Auda, 2009; Latifah, 2018; Gharnaditya, Saputra, felicia & Vivian, 2020) (2). Trust (Petra, 2015; Juliana, Noval, Hubner, & Bernarto, 2020; Latifah, 2018;

Rahman & Nurlatifah, 2020; Nurcahyo, Andry & Kevin, 2017) 3). Pengetahuan pelanggan (Gharnaditya, Saputra, felicia & Vivian, 2020; Manuarang & Mawardi, 2018; Younus, Rasheed & Zia, 2015;) 4). Kemasan produk (Handoko, 2017;

Younus, Rasheed & Zia, 2015) 5). Easy of use (Juliana, Noval, Hubner, & Bernarto, 2020; Rahman & Nurlatifah, 2020) 6). Adversiting (Rachmawan & Martha, 2017) 7). Price (Latifah, 2018; Widayat, 2017; Nurcahyo, Andry & Kevin, 2017; 12) 8). Celebrity endorse (Younus, Rasheed & Zia, 2015; Anggi & Soesanto, 2016 )

(17)

9). Brand Ambassador (Nasri, 2020; Prastiwi, Ratnaningsih, Windhyastiti &

Khouroh, 2020) 10). Visibility (Febrianto, Widiana & Rosyafah, 2018; Cornelia &

Nuryanto, 2019; Novianto, 2018; Widodo, 2018). Dari berbagai faktor ini maka diketahui bahwa visibility merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi purchase intention.

Menurut Frans M. Royan 2004 (dalam Raymon, 2013) Visibility merujuk pada sejauh mana seorang brand ambassador tersebut dikenal oleh masyarakat. Apabila dihubungkan dalam popularitas, maka dapat ditentukan dengan seberapa banyak penggemar yang dimiliki oleh seorang brand ambassador dan bagaimana tingkat keseringan tampilnya di depan khalayak. Brand ambassador yang sudah dikenal oleh masyarakat luas dan telah memiliki prestasi dalam bidangnya tentunya akan secara mudah mencuri perhatian masyarakat sehingga dapat menjalankan tugasnya secara maksimal sebagai kepercayaan dari merek dan perusahaan dalam mempromosikan. Popularitas yang dimiliki brand ambassador memberikan dampak pada popularitas brand, dengan begitu juga akan mempengaruhi purchase intention. Penelitian yang dilakukan atas visibility brand ambassador menununjukkan bahwa selain dapat mempengaruhi purchase intention, visibility dapat mempengaruhi : 1). Brand image (Raymon, 2013; Kurniawan & Kunto, 2014) 2). Keputusan pembelian (Wulandari & Suryawardani, 2019).

Salah satu strategi yang dilakukan oleh Shopee dalam meningkatkan purchase intention adalah melalui penyampaian informasi dengan menayangkan

(18)

iklan atau integrasi selebritas dengan menggunakan brand ambassador sebagai sarana promosi. Strategi ini dilakukan untuk mempengaruhi dan mengajak konsumen menggunakan brandnya. Ambassador seringkali identik atau berkaitan dengan selebritas atau public figure yang mempunyai pengaruh di sebuah negara ataupun di dunia. Selebritas dipercayai sebagai salah satu faktor pendukung sisi psikologis yang mampu mempengaruhi sikap dan keyakinan konsumen akan suatu brand Kotler, 2008 (dalam Raswen, 2019). Brand ambassador adalah alat yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi dan terhubung dengan publik mengenai bagaimana mereka benar-benar meningkatkan penjualan. Penggunaan brand ambassador biasanya adalah orang yang terkenal untuk menarik perhatian calon konsumen Lea-Greenwood, 2012 (dalam, Lestari, Sunarti, & Bafadhal, 2019) .

Brand Ambassador sangat berperan dalam membantu kelancaran aktivitas pemasaran baik secara lokal maupun global. Salah satu tujuan memlilih seorang brand ambassador adalah untuk mengajak konsumen menggunakan produk suatu perusahaan dan untuk meningkatkan penjualan, dan dipilih karena dapat mewakili karakter suatu brand. Brand Ambassador akan membantu membuat hubungan emosional yang lebih kuat antara sebuah brand / perusahaan dengan konsumen.

Dengan begitu perusahaan harus mempertimbangkan brand ambassador seperti apa yang cocok untuk bekerjasama dalam mempromosikan brand mereka. Seperti yang dikatakan Royan (dalam Raymon, 2013) terdapat beberapa karakteristik brand ambassador salah satunya yaitu visibility. Ia mengungkapkan bahwa visibility

(19)

yang dimiliki brand ambassador memberikan dampak pada popularitas brand dengan begitu juga dapat mempengaruhi purchase intention konsumen. Sehingga, untuk menggunakan brand ambassador juga harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah tingkat popularitas selebriti dan permasalahaan apakah selebriti tersebut dapat mewakili karakter brand yang diiklankan Royan, 2005 (dalam Ardiyanto, 2013).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa visibility brand ambassador dapat menjadi salah satu alat untuk mempengaruhi purchase intention konsumen. Schiffman dan Kanuk (dalam, Muktamar 2014) mengatakan brand ambassador dapat digunakan dengan sangat efektif oleh para pemasar untuk berkomunikasi dengan pasar-pasar mereka, sehingga brand ambassador yang dapat diukur melalui visibility tentunya dapat menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam menimbulkan minat pembelian (purchase intention). Namun, untuk dapat membuat purchase intention pemasar juga harus memahami perkembangan fenomena yang terjadi di masyarakat.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, saat ini e-commerce Shopee sering mengundang K-Pop pada acara – acara yang diadakan oleh Shopee. Shopee juga beberapa kali menjadikan K-Pop sebagai brand ambassador untuk mempromosikan brand mereka. Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja juga mengatakan, pihaknya menggandeng K-Pop sebagai brand ambassador karena berangkat dari tingginya animo pengguna Shopee akan K-Pop (Kompas.com).

Dengan begitu, artinya Shopee juga memanfaatkan visibility/kepopularan K-Pop

(20)

sebagai strategi pemasaran mereka. Sehingga dalam hal ini Shopee pandai dalam menggunakan pasar yang saat ini sangat banyak masyarakat yang mengidolakan K- Pop dan memanfaatkan hal tersebut untuk menarik perhatian konsumen. Sehingga pemaparan di atas yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk meneliti variabel visibility.

Namun dalam hal ini belum diketahui pasti apakah kepopularitasan K-Pop tersebut dapat mempengaruhi purchase intention pada e-commerce Shopee sehingga banyak e-commerce salah satunya Shopee yang menjadikan K-Pop sebagai brand ambassador. Dengan begitu, peneliti ingin mengkaji apakah terdapat pengaruh visibility K-Pop sebagai brand ambassador terhadap purchase intention pada e-commerce Shopee di Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah visibility K-Pop sebagai brand ambassador berpengaruh terhadap purchase intention pada e- commerce Shopee di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh visibility K-Pop sebagai Brand Ambassador terhadap purchase intention pada e-commerce Shopee di Kota Medan.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait visibility brand ambassador maupun purchase intention.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi e- commerce Shopee dan juga bagi e-commerce lainnya, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan brand ambassador.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat agar mempertimbangkan hal – hal yang dapat meningkatkan purchase intention salah satunya brand ambassador ketika ingin berbisnis.

1.5 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan :

Di dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian yaitu pengaruh visibility K-Pop sebagai brand ambassador terhadap purchase intention pada e-commerce Shopee di kota Medan; rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis; serta sistematika penulisan.

(22)

BAB II Landasan Teori :

Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dipilih yang akan dijadikan landasan dalam penelitian ini, yaitu visibility brand ambassador dan purchase intention.

Selain itu pada bab ini juga akan dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang mendorong untuk dilakukannya penelitian selanjutnya, disamping itu juga dijelaskan mengenai hipotesis dari penelitian ini.

BAB III Metode Penelitian :

Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian; populasi, sampel dan metode pengambilan sampel; metode pengambilan data, uji coba alat ukur, hasil uji coba alat ukur, serta metode analisis data yang digunakan untuk melakukan pengolahan data.

BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum subjek

penelitian, hasil utama penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran metodologis serta saran praktis yang disampaikan peneliti

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Purchase Intention

2.1.1 Definisi Purchase Intention

Purchase intention merupakan bagian dari komponen perilaku seseorang dalam mengkonsumsi sesuatu. Menurut Howard (1994) purchase intention merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak produk tersebut dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa purchase intention merupakan pernyataan mental dari konsumen dalam merefleksikan rencana pembelian mereka untuk sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui purchase intention konsumen terhadap suatu produk, baik pemasar maupun ahli – ahli dalam bidang ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Kotler (2000) definisi Purchase Intention adalah perilaku konsumen terjadi ketika konsumen didorong oleh faktor eksternal seperti menerima pengaruh dari produk tertentu, sehingga timbul lah kecenderungan pada calon konsumen untuk mengkonsumsi produk dan pada akhirnya mengambil keputusan pembelian berdasarkan karakteristik pribadi dan proses pengambilan keputusan. Purchase intention ini terjadi sebelum individu melakukan transaksi dengan perusahaan (Kotler, 2006).

(24)

Schiffman dan Kanuk (2008) menyatakan bahwa niat merupakan salah satu aspek psikologis yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku seseorang. Niat juga dapat menjadi sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau tindakan. Schiffman dan Kanuk (2006) menjelaskan bahwa Purchase Intention diartikan sebagai aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan, dan ini merupakan suatu bentuk pikiran dan perasaan yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu. Dalam proses pembelian, minat beli konsumen ini berkaitan erat dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu.

Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa purchase intention adalah sesuatu yang berhubungan dengan perilaku konsumen dimana konsumen memusatkan perhatiannya terhadap suatu barang yang disertai perasaan senang dan tertarik, kemudian merefleksikan rencana untuk membeli atau menggunakan beberapa unit dari beberapa merek tersebut.

Hal ini terjadi akibat adanya pengaruh eksternal yang menimbulkan pikiran dan perasaan tertarik akan suatu barang atau jasa. Purchase intention ini terjadi sebelum adanya keputusan pembelian dan purchase intention lah yang akan membawa konsumen pada tahap keputusan pembelian.

(25)

2.1.2 Aspek – Aspek Purchase Intention

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), terdapat beberapa aspek purchase intention pada konsumen, yaitu:

1. Tertarik untuk mencari informasi tentang produk. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak tentang produk.

2. Mempertimbangkan untuk membeli. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek-merek yang bersaing serta fitur merek tersebut untuk mendapatkan produk yang lebih baik.

3. Tertarik untuk mencoba. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan melakukan evaluasi terhadap produk-produk tersebut.

4. Ingin mengetahui produk. Konsumen akan memandang produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.

5. Ingin memiliki produk. Para konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.

(26)

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Purchase Intention

1. Brand Image

Brand image adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek. Atau dengan kata lain, brand image merupakan bentuk atau gambaran tertentu dari suatu jejak makna yang tertinggal dipikiran para konsumen, yang kemudian menuntun konsumen untuk bersikap terhadap brand tersebut (Wijaya, 2012).

2. Trust

Trust merupakan kemauan untuk bergantung pada partner jual beli, yang mana partner tersebut dapat dipercaya. Pembangunan kepercayaan dan komitmen merupakan hal yang mendasar dalam jual- beli, dan hal ini bergantung pada komunikasi yang efektif dan nilai-nilai tertentu yang kita alokasikan pada para pelanggan, Moorman & Zaltman 2013 (dalam, Rahman & Nurlatifah, 2020).

3. Product knowledge

Product knowledge merupakan keseluruhan dari informasi dari sebuah produk yang disimpan dalam ingatan seorang konsumen yang menjadikan informasi tersebut dapat membantu sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan selanjutnya. Pentingnya tingkat pengetahuan tentang sebuah produk atau product knowledge dari seorang konsumen akan mempengaruhi niat konsumen untuk

(27)

membeli produk, Sumarwan 2004 (dalam, Resmawa 2017).

4. Kemasan produk

Kemasan produk merupakan proses kemasan yang melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi yang akan menarik konsumen untuk membeli, Kotler 2012 (dalam, Handoko 2017).

5. Easy of use

Kemudahan akses adalah sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sebuah system dapat digunakan dengan mudah tanpa dibutuhkan banyak usaha, Davis 1989 (dalam, Nindy Riska Amalia & Saryadi, 2018).

6. Adversiting

Adversiting adalah salah satu alternatif yang sering digunakan perusahaan dalam melakukan bauran komunikasi pemasaran. Efektivitas periklanan bergantung pada reseptif pengguna terhadap pesan iklan dan sikap mereka terhadap periklanan, Manfred 2010 (dalam, Winata &

Cahya 2017).

7. Price

Price adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu barang dan pelayanan yang menyertainya. Harga yang tepat yaitu

(28)

harga yang sesuai dengan kualitas produk serta dapat memberikan manfaat dan kepuasan kepada konsumen (Kotler dan Keller, 2008).

8. Celebrity endorse

Celebrity endorse adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal (public figure) dalam mendukung suatu iklan (Shimp, 2003).

9. Brand Ambassador

Brand Ambassador adalah alat yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi dan terhubung dengan publik, dan dengan begitu mereka diharapkan benar-benar dapat meningkatkan penjualan, Lea- Greenwood 2012 (dalam, Lestari, Sunarti, & Bafadhal, 2019). Hal tersebut juga dibuktikan dalam penelitian yang berjudul pengaruh brand ambassador, kepercayaan dan price discount terhadap minat beli di aplikasi Tokopedia yang menunjukan hasil bahwa brand ambassador berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai uji t variabel brand ambassador sebesar 2,368 dengan nilai signifikan 0,020 (Johannes &

Siagian, 2021).

10. Visibility

Visibility merujuk pada sejauh mana seorang brand ambassador tersebut dikenal oleh masyarakat. Apabila dihubungkan dalam popularitas, maka dapat ditentukan dengan seberapa banyak penggemar

(29)

yang dimiliki oleh seorang brand ambassador dan bagaimana tingkat keseringan tampilnya di depan khalayak (Royan, 2004). Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian yang berjudul kontribusi visibility, kredibilitas, daya Tarik dan kekuatan foodgram Batamliciouz terhadap minat beli konsumen di Batam yang menunjukan hasil bahwa visibility berpengaruh terhadap minat beli masyarakat di Batam dengan hasil pengujian signifikansi variabel visibility lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa visibility Batamliciouz berpengaruh terhadap minat beli masyarakat di Batam (Cornelia & Nuryanto, 2019). Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sharon et al., 2018) yang memberikan hasil serupa.

2.2 Visibility

2.2.1 Definisi Visibility

Menurut Rossiter dan Percy (1985) Visibility ialah seberapa jauh popularitas yang melekat pada selebritis yang mewakili produk tersebut. Popularitas yang dimiliki brand ambassador memberikan dampak pada popularitas produk.

Semakin bagus popularitas yang dimiliki brand ambassador maka akan memberikan dampak positif pada produk. Mekanisme proses yang berhubungan dengan visibility adalah ketika endorser dinilai memiliki elemen visibility yang tinggi maka diharapkan hal tersebut dapat terlihat dari perhatian endorser dalam iklan, sehingga merek yang diiklankan juga dipandang atau diakui oleh konsumen.

(30)

Sedangkan menurut Royan (2004) Visibility merujuk pada sejauh mana seorang brand ambassador tersebut dikenal oleh masyarakat. Apabila dihubungkan dalam popularitas, maka dapat ditentukan dengan seberapa banyak penggemar yang dimiliki oleh seorang brand ambassador dan bagaimana tingkat keseringan tampilnya di depan khalayak. Brand ambassador yang sudah dikenal oleh masyarakat luas dan telah memiliki prestasi dalam bidangnya tentunya akan secara mudah mencuri perhatian masyarakat sehingga dapat menjalankan tugasnya secara maksimal sebagai kepercayaan dari merek dan perusahaan dalam mempromosikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa visibility ialah seseorang yang memiliki kemampuan untuk diperhatikan dan digemari oleh orang banyak atau publik. Visibility dalam hal ini merupakan brand ambassador yang memiliki popularitas dan pengaruh pada masyarakat sehingga kepopularannya tersebut diharapkan juga dapat membuat brand yang diwakilkannya menjadi popular. Sehingga dapat dikatakan semakin bagus popularitas yang dimiliki brand ambassador maka akan memberikan dampak positif pada produk karena dengan kepopularitasannya dapat dengan mudah mencuri perhatian konsumen.

2.2.2 Aspek – Aspek Visibility

Menurut Royan (2004) aspek – aspek Visibility dapat diukur melalui :

1) Popularitas

(31)

Seorang yang menjadi brand ambassador biasanya sedang dikenal dan banyak digemari oleh masyarakat luas.

2) Prestasi

Seseorang yang sedang popular dan diangkat menjadi brand ambassador pastinya memiliki prestasi dalam bidangnya yang diketahui oleh banyak orang dan hal tersebut yang membuat mereka terkenal dan semakin digemari.

Selain itu, prestasi juga yang membuat mereka diberikan kepercayaan untuk menjadi seorang brand ambassador.

3) Dikenal sebagai brand ambassador brand

Meskipun seseorang tersebut sedang banyak dikenal dan digemari, seseorang dapat dikatakan visibility jika masyarakat mengetahui dan mengenalnya sebagai brand ambassador dari sebuah brand yang sedang dibawakan.

4) Menarik

Seorang yang menjadi brand ambassador tidak hanya menunjukkan penampilan menariknya dalam bidangnya tetapi juga menarik dalam mempromosikan suatu brand.

2.3 Brand Ambassador

2.3.1 Definisi Brand Ambassador

Brand ambassador adalah seseorang yang mempresentasikan gambaran terbaik dari produk atau layanan yang diwakilkannya. Siapapun bisa menjadi brand ambassador termasuk karyawan perusahaan,

(32)

pelanggan atau celebrity endorser (Soehadi, 2005). Sedangkan menurut Royan (2005) brand ambassador ialah seseorang yang dipercaya untuk mewakili produk tertentu. Penggunaan brand ambassador dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi atau mengajak konsumen untuk menggunakan sebuah produk, pemilihan brand ambassador biasanya seorang selebriti yang terkenal.

Menurut Doucett (2008) brand ambassador adalah seseorang yang memiliki ketertarikan terhadap sebuah brand, mau memperkenalkannya, dan bahkan dengan sukarela memberikan informasi mengenai brand tersebut kepada khalayak.

Sedangkan menurut Lea-Greenwood 2012 (dalam, Lestari, Sunarti,

& Bafadhal, 2019) Brand Ambassador adalah alat yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi dan terhubung dengan publik, dan dengan begitu mereka diharapkan benar-benar dapat meningkatkan penjualan.

Berdasarkan uraian definisi dari beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa brand ambassador adalah seseorang yang digunakan sebagai alat dalam berkomunikasi untuk mempromosikan sebuah brand.

Brand ambassador ini yang akan mempengaruhi masyarakat dan diharapkan akan membuat citra brand menjadi baik sehingga dapat menarik minat beli dan meningkatkan penjualan.

(33)

2.3.2 Indikator Brand Ambassador

Menurut Lea - Greenwood (2012) ada beberapa indikator Brand Ambassador:

1. Transference

Transference adalah ketika seorang selebriti mendukung merek yang dikaitkan dengan profesi mereka.

2. Congruence (kesesuaian)

Congruence adalah konsep dalam duta merek yang akan memastikan bahwa ada 'kecocokan' (kesesuaian) antara merek dan selebriti.

3. Credibility

Credibility adalah sejauh mana konsumen melihat sumber (brand ambassador) yang dimilikinya seperti pengetahuan, keahlian atau pengalaman relevan dan brand ambassador bisa dipercaya untuk memberikan informasi yang obyektif dan tidak biasa.

4. Appeal

Appeal adalah daya tarik penampilan non fisik yang dapat mendukung suatu produk atau iklan.

5. Power

Power adalah karisma yang dipancarkan oleh sumbernya untuk dapat mempengaruhi konsumen sehingga konsumen terpengaruh untuk membeli atau gunakan produk.

(34)

2.3.3 Fungsi dan Manfaat Penggunaan Selebriti (Brand ambassador) Menurut Royan (2004) Brand ambassador mempunyai fungsi dan maanfaat tersendiri bagi perusahaan. Brand ambassador disini yang merupakan orang – orang yang digunakan untuk mempromosikan produk mereka dapat berfungsi untuk :

1) Memberikan kesaksian (testimonial)

2) Memberikan dorongan dan penguatan (endorsement)

3) Bertindak sebagai aktor dalam topik (iklan) yang diwakilinya.

4) Bertindak sebagai juru bicara perusahaan.

2.4 Dinamika Antar Variabel

Di era yang serba canggih ini membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah, salah satunya seperti berbelanja. Saat ini semakin banyak bisnis online yang biasa disebut sebagai e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak dan lain sebagainya. E-commerce sendiri ialah kegiatan melakukan transaksi bisnis secara online melalui media irnternet dan perangkat - perangkat yang terintregasi dengan layanan internet. E-commerce merupakan peluang bisnis yang sangat besar pada saat ini karena perilaku masyarakat yang kebanyakan memiliki mobilitas yang tinggi membuat masyarakat ingin mendapatkan sesuatu yang cepat dan instan (Laudon, 2012).

Semakin banyak e-commerce yang tersedia maka semakin tinggi pula tingkat persaingan pada bisnis online ini. Setiap perusahaan tentunya menginginkan bisnis mereka lebih unggul dibanding pesaing – pesaing

(35)

mereka. Maka dari itu tentunya setiap e-commerce memiliki strategi agar bisinisnya dapat lebih unggul. Salah satu strategi yang dilakukan e-commerce dalam berbisnis yaitu mencari cara agar dapat meningkatkan purchase intention pada konsumen. Purchase intention merupakan aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan, dan ini merupakan suatu bentuk pikiran dan perasaan yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2006).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi purchase intention salah satunya visibility. Visibility dalam hal ini merupakan karakteristik yang dimiliki oleh seorang brand ambassador. Menurut Royan (2004) Visibility merujuk pada sejauh mana seorang brand ambassador tersebut dikenal oleh masyarakat.

Brand ambassador sendiri merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi dan terhubung dengan publik, dan dengan begitu mereka diharapkan benar-benar dapat meningkatkan penjualan, Lea- Greenwood 2012 (dalam, Lestari, Sunarti, & Bafadhal, 2019).

Apabila perusahaan menginginkan hasil yang positif untuk bisnis yang sedang mereka jalankan, maka brand ambassador yang dipilih oleh perusahaan haruslah sesuai dengan image merek yang dibentuk oleh perusahaan. Selain itu, brand ambassador yang dipilih oleh perusahaan di dalam keseharian juga harus sesuai dengan merek produk yang diwakilinya supaya para calon

(36)

konsumen merasa dekat dan secara tidak langsung brand ambassador tersebut memberikan persuasi yang tanpa disadari oleh calon konsumen (Nindwalanju, 2013).

Dengan begitu perusahaan harus mempertimbangkan brand ambassador seperti apa yang cocok untuk bekerjasama dalam mempromosikan brand mereka. Seperti yang dikatakan Royan (dalam Raymon, 2013) terdapat beberapa karakteristik brand ambassador salah satunya yaitu visibility. Ia mengungkapkan bahwa visibility yang dimiliki brand ambassador memberikan dampak pada popularitas brand dengan begitu juga dapat mempengaruhi purchase intention konsumen. Sehingga, untuk menggunakan brand ambassador juga harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah tingkat popularitas selebriti dan permasalahaan apakah selebriti tersebut dapat mewakili karakter brand yang diiklankan Royan, 2005 (dalam Ardiyanto, 2013).

Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Cornelia & Nuryanto (2019) yang meneliti tentang pengaruh visibility terhadap purchase intention konsumen dengan hasil yang menyatakan bahwa visibility terbukti berpengaruh secara positif terhadap purchase intention konsumen. Selain itu juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rachmat, Aryanti & Zuliestiana (2016) yang mendapatkan hasil bahwa visibility berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada produk haha hijab di media soasial Instagram pada akun @zahratuljannah.

(37)

hijab di media sosial Instagram. Kemudian juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sharon (2018) yang memberikan hasil serupa.

2.5 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan hipotesa satu arah, yaitu :

Visibility K-Pop sebagai brand ambassador berpengaruh positif terhadap purchase intention e-commerce Shopee di kota Medan. Artinya, semakin tinggi tingkat visibility seorang brand ambassador, maka akan semakin kuat purchase intention konsumen terhadap brand tersebut.

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan dengan menggunakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan maksud tertentu. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (Sudiyono,2008:3). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang menekankan analisis lebih pada data-data numerical yang kemudian diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif analisis regresi linear sederhana. Penelitian analisis regresi linear sederhana bertujuan untuk menyelidiki apakah ada pengaruh visibility K-Pop sebagai brand ambassador terhadap purchase intention pada e-commerce Shopee di Kota Medan.

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Azwar (2013) variabel adalah suatu konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang bervariasi secara kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) variabel penelitian adalah suatu atribut yang

(39)

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu:

Independent Variable : visibility

Dependent Variable : purchase intention

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah spesifikasi peneliti dalam mendefinisikan dan mengukur variabel dalam sebuah penelitian (Creswell, 2012). Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah :

1. Purchase Intention

purchase intention adalah kecenderungan konsumen untuk membeli/menggunakan suatu produk yang timbul setelah menerima stimulus.

Purchase intention diukur dengan menggunakan skala purchase intention yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu : Tertarik untuk mencari informasi tentang produk, mempertimbangkan untuk membeli, tertarik untuk mencoba, ingin mengetahui produk, dan ingin memiliki produk. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat hasil skor dari purchase intention konsumen. Skor yang diperoleh dari skala akan menunjukkan seberapa kuat atau lemahnya purchase intention konsumen. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala, maka semakin kuat pula purchase intention yang dimiliki konsumen. Sebaliknya, semakin rendah

(40)

skor yang diperoleh dari skala maka semakin rendah pula purchase intention yang dimiliki konsumen tersebut.

2. Visibility

Visibility merupakan seberapa jauh popularitas yang melekat pada seorang brand ambassador. Visibility diukur dengan menggunakan skala visibility yang terdiri dari empat aspek yaitu : Popularitas, prestasi, dikenal sebagai brand ambassador brand, dan menarik. Skor yang diperoleh dari skala menunjukkan tinggi atau rendahnya tingkat visibility seorang brand ambassador. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala maka semakin tinggi tingkat visibility seorang brand ambassador. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dari skala, maka semakin rendah pula tingkat visibility seorang brand ambassador tersebut.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau individu yang diteliti memiliki ciri- ciri atau karakteristik-karakteristik yang sama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2012). Adapun populasi dalam penelitian ini melibatkan masyarakat kota Medan yang mengetahui K-Pop dan belum pernah menggunakan Shopee. Melihat besarnya cakupan populasi menyebabkan peneliti kesulitan untuk menjangkau dalam pengambilan data, maka peneliti memutuskan

(41)

untuk mengambil subjek sebagian dari keseluruhan populasi yang disebut sampel.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Maka dari itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar- benar representative (mewakili) (Sugiyono, 2012). Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti. Menurut Widiyanto (2013) jika jumlah populasi tidak diketahui maka jumlah besar sampel yang digunakan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= Jumlah Sampel

Z = Score pada tingkat signifikansi tertentu (derajat keyakinan 95%) maka Z= 1,96

Moe = Margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 5%

= 384.16 = 384

Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh bahwa jumlah sampel untuk penelitian ini adalah minimal sebanyak 384 responden.

(42)

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Non-Probability Sampling dengan pendekatan Purposive Sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017: 85). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini ialah :

1. Belum pernah menggunakan e – commerce Shopee 2. Mengetahui K-Pop

3. Berdomisili di Kota Medan 3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode skala. Metode skala digunakan untuk mengukur data berupa konsep psikologi yang dapat diungkapkan secara tidak langsung dengan adanya indikator - indikator perilaku dari setiap variabel yang diterjemahkan ke item-item pernyataan (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini akan menggunakan model skala Likert yang merupakan model skala pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2005). Skala Likert didasari oleh dua asumsi yaitu :

a. Setiap pernyataan sikap yang disepakati sebagai pernyataan yang favorable (mendukung) atau yang unfavorable (tidak mendukung).

(43)

b. Jawaban dari individu yang punya sikap positif harus diberi bobot yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan individu yang mempunyai sikap negatif.

Setiap indikator dari masing – masing variabel diukur dengan skala penilaian Likert yang memiliki lima tingkat preferensi jawaban. Adapun skala pengukuran variabel terhadap jawaban responden yaitu:

Tabel Instrumen Skala Likert

Favourable Unfavourable

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Netral 3 Netral 3

Setuju 4 Setuju 2

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1

(44)

1. Skala Purchase Intention

Skala purchase intention disusun berdasarkan lima karakteristik purchase intention yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu, tertarik untuk mencari informasi tentang produk, mempertimbangkan untuk membeli, tertarik untuk mencoba, ingin mengetahui produk, dan ingin memiliki produk. Dalam skala ini peneliti menggunakan skala Likert yang terdiri dari 20 pernyataan.

Skala ini terdiri dari pernyataan yang berbentuk favorable dan unfavorable.

Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang tidak sesuai atau tidak mendukung atribut yang diukur (Azwar, 2012). Setiap aitem terdiri dari lima pilihan respon, yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) Penilaian bergerak dari 1 sampai 5 untuk aitem favorable dan dari 5 sampai 1 untuk aitem unfavorable.

Tabel 3.1 Blueprint Skala Purchase Intention Konsumen No

.

Dimensi Indikator Perilaku

Aitem Jumla

h Aitem Favorable Unfavorable

(45)

1. Tertarik untuk mencari informasi tentang produk.

Mengumpulkan informasi tentang produk sebelum memutuskan untuk membeli

1 4 2

Mencari informasi dengan bertanya kepada teman

9 14 2

2. Mempertimbangka n untuk membeli.

Membandingka

n dengan

produk lain

13 6 2

Melakukan evaluasi terhadap pilihan

5 2 2

3. Tertarik untuk mencoba

Ingin mencoba membeli

3 18 2

(46)

setelah mendapatkan informasi

Tertarik

mencoba jika produk sesuai kebutuhan

15 8 2

4. Ingin mengetahui produk.

Mencari tahu kualitas produk

7 10 2

5. Ingin memiliki produk.

Ingin membeli setelah melihat iklan produk

11 17 2

Ingin membeli setelah

mengetahui produk tersebut berkualitas

16 12 2

Total 18

(47)

2. Skala Visibility

Skala visibility terdiri dari pernyataan-pernyataan yang disusun dari pengukuran visibility yang dikemukakan oleh Royan (2004) yaitu, popularitas, prestasi, dikenal sebagai brand ambassador brand, dan menarik. Dalam skala ini peneliti menggunakan skala Likert yang terdiri dari 16 pernyataan.

Skala ini terdiri dari pernyataan yang berbentuk favorable dan unfavorable.

Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang tidak sesuai atau tidak mendukung atribut yang diukur (Azwar, 2012). Setiap aitem terdiri dari lima pilihan respon, yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) Penilaian bergerak dari 1 sampai 5 untuk aitem favorable dan dari 5 sampai 1 untuk aitem unfavorable.

Tabel 3.2 Blueprint Skala Visibility Brand Ambassador No. Dimensi Indikator

Perilaku

Aitem Jumlah

Aitem Favorable Unfavorable

1. Popularitas Diketahui masyarakat luas

1 8 2

Digemari berbagai kalangan

12 16 2

(48)

2. Prestasi Banyak meraih prestasi dalam dunia keartisannya

14 11 2

3. Dikenal sebagai brand ambassador brand

Dikenal sebagai salah satu brand ambassador sebuah brand

3 10 2

Penampilannya sebagai brand ambassador sering dilihat masyarakat di tempat umum ataupun berbagai platform

4 6 2

4. Menarik Penampilannya menarik perhatian masyarakat

2 5 2

Iklan yang

dibawakan

9 7 2

(49)

menarik perhatian masyarakat

Profesionalitasnya dalam

mengiklankan brand menarik perhatian

masyarakat

13 15 2

Total 16

3.6 Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur 3.6.1 Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran. Sebaliknya, alat ukur yang tidak menghasilkan data yang sesuai dengan tujuan pengukurannya dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki tingkat validitas rendah (Azwar,2013). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity), ini berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur.

Menurut Azwar (2004), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui

(50)

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai professional judgement adalah dosen pembimbing.

3.6.2 Uji Daya Beda Aitem

Daya disrkiminasi aitem atau bisa disebut juga dengan daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu maupun kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2019).

Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri dan akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix). Menurut Azwar (2013) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah yang artinya dianggap memuaskan.

Uji daya beda aitem dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini yaitu skala visibility. Pengujian daya beda aitem akan dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment yang di analisis dengan bantuan SPSS version 20.0 for Windows.

3.6.3 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relative sama (Azwar, 2013). Uji realibilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s Alpha Coefficient) yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur

(51)

reliabilitas suatu tes yang mengukur sikap ataupun perilaku. Nilai Cronbach’s Alpha dengan rxx ≥ 0,6 mengartikan bahwa dapat diandalkan. Apabila koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00, ini mengartikan bahwa pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2019).

3.7 Hasil Uji Coba Alat Ukur

3.7.1 Hasil Uji Coba Skala Visibility

Skala visibility pada penelitian ini terdiri dari 16 aitem. Dari 16 aitem pada skala ini, 1 aitem dinyatakan gugur yaitu aitem nomor 6. Setelah itu uji reliabilitas dilakukan dengan 15 aitem yang memiliki daya beda baik dan mendapatkan hasil uji reliabilitas sebesar 0,913.

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Visibility Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

,913 ,913 15

(52)

Tabel 3.4 Blueprint Skala Visibility Setelah Uji Coba

No. Dimensi Indikator Perilaku Aitem Jumlah

Aitem Favorable Unfavorable

1. Popularitas Diketahui masyarakat luas

1 7 2

Digemari berbagai kalangan

11 15 2

2. Prestasi Banyak meraih prestasi dalam dunia keartisannya

13 10 2

3. Dikenal sebagai brand ambassador brand

Dikenal sebagai salah satu brand ambassador sebuah brand

3 9 2

Penampilannya sebagai brand ambassador sering dilihat masyarakat di tempat umum

4 - 1

(53)

ataupun berbagai platform

4. Menarik Penampilannya di atas panggung menarik perhatian masyarakat

2 5 2

Iklan yang

dibawakan menarik perhatian masyarakat

6 8 2

Penampilannya dalam kehidupan sehari-hari menarik perhatian masyarakat

12 14 2

Total 15

3.7.2 Hasil Uji Coba Skala Purchase Intention

Skala purchase intention pada penelitian ini terdiri dari 18 aitem. Dari 18 aitem pada skala ini, 3 aitem dinyatakan gugur yaitu aitem nomor 2, 6, dan 14.

Setelah itu uji reliabilitas dilakukan dengan 15 aitem yang memiliki daya beda baik dan mendapatkan hasil uji reliabilitas sebesar 0,945.

(54)

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Skala Purchase Intention Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

,945 ,946 15

Tabel 3.6 Blueprint Skala Purchase Intention Setelah Uji Coba No

.

Dimensi Indikator Perilaku

Aitem Jumla

h Aitem Favorable Unfavorabe

1. Tertarik untuk mencari informasi tentang produk.

Mengumpulkan informasi tentang produk sebelum memutuskan untuk membeli

1 3 2

(55)

Mencari informasi dengan bertanya kepada teman

7 - 1

2. Mempertimbangk a n untuk

membeli.

Membandingka n dengan produk lain

13 - 1

Melakukan evaluasi

terhadap pilihan

11 - 1

3. Tertarik untuk mencoba

Ingin mencoba membeli setelah mendapatkan informasi

2 15 2

Tertarik mencoba jika produk sesuai kebutuhan

12 6 2

4. Ingin mengetahui produk.

Mencari tahu kualitas produk

5 8 2

(56)

5. Ingin memiliki produk.

Ingin membeli setelah melihat iklan produk

9 14 2

Ingin membeli setelah

mengetahui produk tersebut berkualitas

13 10 2

Total 15

3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi tiga tahap, yaitu : persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap pengolahan data.

3.7.1 Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti merancang skala berdasarkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu purchase intention dan visibility. Skala akan dibuat dalam model likert dalam bentuk google form dengan menggunakan lima alternatif pilihan jawaban. Apabila alat ukur telah selesai dirancang, peneliti akan cross check kembali aitem yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti meminta bantuan professional judgement untuk menilai apakah aitem-aitem tersebut sudah layak dan dapat dimengerti subjek penelitian yang kemudian dapat disebarkan.

(57)

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian

Setelah membuat skala dan sudah dilakukan uji coba dan revisi, peneliti mulai melakukan pengambilan data dengan skala tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala purchase intention dan visibility kepada pengguna e- commerce Shopee di kota Medan melalui link google form yang telah disediakan.

3.7.3 Pengolahan Data

Setelah memperoleh data dari subjek, peneliti akan melakukan pengolahan data tersebut dengan bantuan program SPSS version 20.0 for window.

3.8 Metode Analisis Data

Analisis data dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan Azwar (2013).

Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan dari skala purchase intention dan visibility akan dianalisa menggunakan Regresi Linear Sederhana. Analisis regresi liniar sederhana digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas atau independen terhadap variabel terikat. Analisis regresi liniar ini akan digunakan untuk melihat pengaruh visibility K-Pop sebagai brand ambassador terhadap purchase intention pada e-commerce Shopee. Adapun rumus regresi linier sederhana sebagai berikut :

Y= a + b (X)

Keterangan : a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

(58)

Y = Variabel tergantung = Purchase Intention X = Variabel bebas = Visibility

Sebelum menganalisa data, maka akan dilakukan uji asumsi terlebih dahulu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi secara normal dan nantinya dapat digeneralisasikan pada populasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 20.0 version for Windows. Data akan terdistribusi normal apabila memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (p > 0,05).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian variabel bebas (visibility) dan variabel tergantung (purchase intention) memiliki hubungan linier atau tidak. Data hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dikatakan linear apabila nilai p < 0,05 dan apabila nilai p > 0,05 berarti sebaliknya, data tersebut dapat dikatakan tidak linear (Sugiyono, 2017). Apabila nantinya kedua variabel tidak memenuhi asumsi linearitas maka analisa regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2017). Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan software SPSS 20.0 for Windows.

3. Uji Hipotesa

Uji Hipotesa Pada penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan pendekatan regresi liniar sederhana yang digunakan untuk menjawab hipotesa sebagai berikut:

(59)

a. Tabel Anova

Apabila tabel anova menunjukkan p < 0,05, maka visibility K-Pop sebagai brand ambassador layak digunakan untuk memprediksi purchase intention konsumen.

b. Model Summary

Model summary ini digunakan untuk melihat seberapa pengaruh visibility K-Pop sebagai brand ambassador terhadap purchase intention yang dilihat dari nilai r-square.

c. Tabel Coefficient

Nilai koefisien pada penelitian digunakan untuk melihat kekuatan dan arah perubahan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Y= a+ bX Y = Variabel independen

X = Variabel dependen a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

(60)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang

mengetahui K-Pop, namun belum pernah menggunakan aplikasi Shopee. Jumlah subjek yang terlibat ada 385 orang. Berikut merupakan gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin, usia dan profesi.

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian dikategorisasikan menjadi dua kelompok yakni laki-laki dan perempuan. Gambaran umum ini bertujuan untuk melihat penyebaran, jumlah, dan persentase subjek penelitian berdasarkan jenis kelaminnya. Berikut merupakan tabel gambaran umum jenis kelamin yang diperoleh dari data penelitian.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 115 29,9%

Gambar

Tabel Instrumen Skala Likert
Tabel 3.1 Blueprint Skala Purchase Intention Konsumen  No  .  Dimensi  Indikator  Perilaku  Aitem  Jumla h    Aitem Favorable  Unfavorable
Tabel 3.2 Blueprint Skala Visibility Brand Ambassador  No.  Dimensi  Indikator
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Visibility  Reliability Statistics  Cronbach's  Alpha  Cronbach's  Alpha Based  on      Standardized  Items  N of  Items  ,913  ,913  15
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap e-satisfaction konsumen e-commerce Shopee di Kota Medan. Semakin baik brand image yang mampu diciptakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga, brand ambassador, iklan, kemudahan pembelian dan kepercayaan terhadap minat beli ulang konsumen pada

Pengaruh Brand Ambassador, Brand Image, Promotion dan Service Quality Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Tokopedia Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel brand

76 Tabel 4.6 Tanggapan Responden Mengenai Pernyataan “Saya membeli produk di Tokopedia karena BTS sebagai brand ambassador Tokopedia” .... 77 Tabel 4.7 Tanggapan Responden Mengenai

Keywords: Online Customer Rating, Online Customer Review, Brand Ambassador, Buy Interest ABSTRAK Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memastikan bagaimana persepsi mahasiswa