• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ERNA 105 190 1315 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2015 M

(2)

ii

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

َََاِ ا ددَ َ ََْ ِمددَ ْبلِلّمْلا َصَِلَددَ ِْْاَوْاَََِبددََََِْْددمَشَلِلّنََدد لا َصَلِلّلََدد ةلا َصَ ََْ ددِمَمَلْلاَ ا َبَِ ِهَلِلّ ددْمَحْلَا

ََِِْ ْحددَة َصََِددِلَاََِددمَش َصَو دد مَحلِلّم

َ ََْ ِلَم ْجَْ

Assalamu’alikum Wr.Wb

Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Tuhan sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Drs. H Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vii dalam pelayanan Akademik.

4. Bapak Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd dan Drs. KH. Nasruddin Razak masing-masing sebagai pembimbing I dan II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan iklas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Bapak/ibu dosen dan segenap staf Fakultas Agama Islam yang telah membimbing dan mengarahkan selama perkuliahan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi dengan baik.

6. Bapak Ka’bai,S.Pd selaku kepala sekolah dan bapak/ibu guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Rekan-rekan se-Almamater terutama kelas C serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatuyang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ayahanda tercinta Hamzah dan Ibunda Rosmawati Bangsawan yang berjasa dalam kehidupan penulis senantiasa menyertai dengan do’a.

9. Saudara-saudara saya Sitti Harmi S.Kep, Muh Chaedar, Hirma, Rina Sari Hamzah yang dengan sabar memberikan dorongan dan motivasi hingga penulis menyelesaikan pendidikan.

(8)
(9)

ix

Agama Islam Di Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar. Dibimbing oleh Abdul Rahim Razaq dan Nasruddin Razak.

Penelitian ini hanya ingin mengetahuai adakah hubungan atara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa. Dalam 3 hal: 1) Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan, 2) Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan, 3) Adakah hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan.

Metedologi penelitian ini adalah deskriptif kualitatip dalam bentuk pengumpulan data diperoleh berdasarkan catatan observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Adapun lokasi penelitian adalah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makasar.

Hasil peneitian menunjukkan bahwa pencapaian target kurikulum di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tergantung dari masing- masing guru mata pelajaran apakah dalam satu semester mereka bisa menyelesaikan 4 KD yang sudah ditentukan jika mereka dapat menyelesaikan dengan baik makan pencapaian target kurikulum akan tercapai dengan baik. tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada beberapa siswa belum mengetahui atau memahami hukum bacaan Alquran. Hubungan target kurikulum dengan daya serap siswa ada, karena target kurikulum tidak tercapai otomatis daya serap siswa juga tidak tercapai karena apa yang telah di programkan dalam satu semester itu itukan ada KD-nya sekian KD misalnya dalam satu semester 4 KD dalam satu semester, sementara ada KD yang tidak diajarkan jadi pencapain kurikulum tidak tercapai misalnya hanya 70% ketercapaiannya, kalau semua dilaksanakan, semua disampaikan dalam satu semester itu berarti pencapainya 90%.

(10)

x

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Teori Kurikulum ... 7

1. Pengertian Kurikulum.. ... 7

2. Tujuan Kurikulum... 10

B. Daya Serap Siswa ... 12

1. Pengertian Daya Serap ... 12

2. Daya Serap Terhadap Materi ... 12

3. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Siswa ... 12

4. Prestasi Belajar ... 13

5. Evaluasi Hasil Belajar ... 14

(11)

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 20

C. Variabel Penelitian ... 20

D. Definisi Operasional ... 21

E. Populasi dan Sampel ... 22

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Teknik Pengumpulan Data ... 27

H. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV PENELITIAN... 28

A. Gambaran Umum Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar ... 28

B. Pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ... 42

C. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ... 45 D. Hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan

daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan

(12)

xii

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN- LAMPIRAN... 59

(13)

xiii

Tabel 3 Keadaan Kepala Sekolah ... 30

Tabel 4 Keadaan Guru... 31

Tabel 5 Keadaan Staf………. 33

Tabel 6 Keadaan Siswa………... 37

Tabel 7 Keadaan sarana ...………. 38

Tabel 8 Keadaan Prasarana ...………... 40

Tabel 9 Keadaan Petugas Keamanan... 41

Tabel 10 Siswa yang cepat bosan/jenuh ketika belajar di waktu siang ... 44

Tabel 11 Siswa yang mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru ketika duduk di belakang... 45

Tabel 12 Siswa yang memahami semua pelajaran dalam sehari ... 46

Tabel 13 Siswa yang lebih memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru pada waktu tenang... 47

Tabel 14 Siswa yang memiliki semangat untuk terus memperdalam pelajaran Pendidikan Islam yang diberikan oleh guru... 48

Tabel 15 Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa... 54

(14)

xiv Lampiran 2. Angket Penelitian

Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4. Surat-surat

a. SK Pembimbing

b. Pengantar Penelitian dari Fakultas c. Permohonan Izin Penelitian dari LP3M

d. Surat Keterangan Selesai Meneliti dari SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

Lampiran 4. Riwayat Hidup

(15)

1 A. Latar Belakang

Ahmad Tafsir (2006), mengatakan bahwa “Tujuan pendidikan adalah upaya menjadi manusuia terbaik, yakni manusia memiliki ketenangan dalam hidup, memiliki akal yang cerdas dan iman yang kuat”. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional tujuan pendidikan ialah.

“Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan di atas, diperlukan sebuah perencanaan (planning) yang matang, upaya- upaya yang sistemik-optimal dalam berbagai hal. Baik dalam hal komponen lunak (soft component) maupun dalam komponen keras (hard component) pendidikan. Dengan kata lain, diperlukannya sebuah perangkat sistem pendidikan yang mampu mengantarkan ke arah yang tepat. Sistem itu yang akan mampu “menata” dan

“mempola” proses pendidikan, sehingga proses pendidikan berjalan secara terarah, terencana dan tujuannya tercapai.

Menurut Nana Syaodih dalam buku Zainal Arifin (2012: 4).

Salah satu komponen yang paling penting dalam pendidikan adalah kurikulum.Karena kurikulum memegang perana “kunci” dalam

(16)

menentukan tujuan dan arah pendidikan kedepan. Dengan kurikulum proses pendidikan akan berjalan dengan arah yang jelas. Kurikulum akan menggambarkan proses pendidikan dilaksanakan dan bagaimana keadaan pendidikan dikemudian hari. Kurikulum memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis dan lingkup, urutan isi dan proses pendidikan.

Dalam proses pendidikan, kurikulum akan menjadi acuan yang harus dijadikan pegangan, baik oleh pengelola maupun oleh penyelenggara pendidikan. Kurikulum juga menempati posisi yang sangat urgen dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi dan proses pendidikan yang pada gilirannya akan menentukan macam dan kualifikasi lulusan. Dengan berpedoman pada kurikulum, proses interaksi antara pendidik dan peserta didik, tidak berlangsung dalam ruang hampa, tetapiakan terjadi dalam lingkungan tertentu yang lebih terarah dan bermakna. Kurikulum mengarahkan seluruh aktivitas proses pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Kurikulum menjadi panduan yang akan memandu dan membawa ke arah mana pendidikan itu dilaksanakan. Maka tidak heran jika sebagian orang mengatakan bahwa kurikulum adalah “Kitab Sucinya” pendidikan.

Kemudian jika anda ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama sistem pendidikannya, dan jika anda ingin

(17)

membangun pendidikan, maka bangunlah yang pertama sistem kurikulumnya. Pernyataan ini perlu penulis kemukakan karena ada dua alasan penting. Pertama, kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena itu kurikulum mutlak harus ada. Kedua, kurikulum pada hakikatnya merupakan ilmu tentang proses mencerdaskan anak bangsa agar ia bermakna bagi kehidupannya, baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat maupun sebagai warga negara bangsanya, karena itu kurikulum sebagai disiplin ilmu wajib dipelajari oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, apalagi orang tersebut adalah calon guru atau sudah menjadi guru.

”Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa dan materi pelajaran atau sumber belajar”.

“Untuk memahami hakikat pembelajaran, kita dapat melihatnya dari dua segi, segi emotologi (bahasa) dan segi terminologis (istilah).

Secara etimologis “.

Menurut Zayadi dalam Heri Gunawan (2013: 8), kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris, instruction yang bermakna upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

(18)

Dalam pengertian terminologis, pembelajaran dikatakan oleh coray seagaimana dikutip oleh segala (2006: 61),

merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Pelajaran daya serap merupakan sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemahaman ini juga banyak faktor yang mempengaruhinya seperti, minat siswa terhadap mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, lingkungan yang kondusif, bahkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang bersahabat dengan siswa.

Muhaimin, (2001: 15) Menyatakan bahwa :

Pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya secara sadar dirancang untuk membatu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani da memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manua (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai – nilai islam.

Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai - nilai islami, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.

(19)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan kalimat tanya dalam suatu laporan penelitian fungsinya untuk menunjukkan masalah yang diteliti oleh peneliti dan untuk memberikan batasan-batasan dalam penelitian sehingga penelitian itu tetap fokus pada hal yang benar-benar ingin diteliti tidak melebar ke hal-hal lain, meliputi:

1. Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ?

2. Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ? 3. Adakah hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan

daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan merumuskan jawaban-jawaban terhadap penelitian tersebut, meliputi:

1. Untuk mengetahui bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.

2. Untuk mengetahui tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.

(20)

3. Untuk mengetahui hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.

D. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah

Kegunaan ilmiah adalah manfaat yang diperoleh dari hasil analisa data yang dikumpulkan berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan khusus meliputi:

1. Mengupayakan suatu perkembangan sebagai usaha melengkapai hasil penelitian-penelitian yang ada.

2. Sebagai bahan masukan terhadap analisa kependidikan terdahulu dengan hasil upaya yang diterapkan oleh penyusun.

3. Sebagai usaha dalam menambah koleksi atau bahan bacaan bagi mahasiswa, guru agama islam dan sebagainya.

b. Kegunaan Praktis

Pelaksanaan segala aktivitas tentulah memiliki kegunaan, begitu juga penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Untuk menjadi input bagi pemerintah, orang tua dan tokoh pendidik tentang pencapaian kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam.

2. Untuk menjadi input bagi para pendidik tentang kurikulum dan daya serap siswa.

(21)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Teori Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856.

Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai ke finish.

Barulah pada tahun 1995 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.

Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu sebagai berikut:

Tafsir, (2007: 53), menyatakan bahwa :

a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.

b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.

Secara etimologis, istilah kurikulum (Curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “Pelari” dan curere yang berarti “Tempat berpacu”. Istilah kuriulum berasal dari dua olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani.

Dalam bahasa Perancis, istilah kuriulum berasal dari kata courier yang

(22)

berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis star sampai dengan garis finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan.

Secara modern kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halam sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Beauchamp dalam Herry Widyastono, (1975: 2): A curriculum is a writen document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in give school. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan atau pengajaran, pelaksanaan rencana sudah masu pengajaran.

Zais (1976: 2), “menjelaskan bahwa:

kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran melainkan suatu yang fungsional, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert curriculum),

(23)

sedangkan kegiatan yang berlangsung di kelas merupakan kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum)”.

Selanjutnya, Layton (1989), ”mengatakan bahwa kurikulum dipengaruhi oleh sistem sosial politik, ekonomi, teknologi, moral, keagamaan, dan keindahan”.

Mengacu pada berbagai pengertian kurikulum di atas, selanjutnya Hasan ( 2011 ) mengelompokkan pengertian kurikulum ke dalam empat dimensi, yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:

a. Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan;

b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yang sebenarnya merupakan suatu perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide;

c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan/aktivitas, yang sering disebut pula dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, yang sebenarnya merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis;

dan

d. Kurikulum sebagai suatu hasil, yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

Menurut pandangan lama (tradisional) Muhammad Muzamil Al- Basyir (1995:19) menyebutkan bahwa kurikulum adalah “Jami‟u Maa Tuqarriruhu al-Madrasati wa Taraahu Dharuriyan li al-Talamidz, Ba‟dha Nadhir an-Hajatihi wa Qadratihi wa Muyulihi wa Baidan an al- Washti al-Ijtima‟l wal-Hayati al-Ijtimaiyati allati Tandhoruhu fi al- Mustaqbal” dalam pengertian ini kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa.

Hilda Taba (1962) berpendapat bahwa :

kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaannya, tetapi pada keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya,

(24)

terutama tujuan jangka panjang, karena justru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu.

Saodih dan Heri Gunawan (2008: 4), mengumukakan bahwa : Kurikulum juga merupakan rencana pengajaran dan sistem yang berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem organisasi sekolah yang menyangkut penentuan kebijakan kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangannya, penerapan, evaluasi dan penyempurnaanya.

Hilda Taba mengemukakan, bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Tiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada penekanan pada unsur-unsur tertentu.

2. Tujuan Kurikulum

Seperti telah dikemukakan di atas, kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan- tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan.

Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah.

(25)

a) Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.

Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional).

Tujuan–tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid-siswa setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

b) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi.

Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu.

Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum itu ada yang disebut tujuan kurikuler dan ada pula yang disebut tujuan instruksional, di mana tujuan intruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler.

Menurut Daradjat (1989: 29), “tujuan kurikulum sering dimaknai sebagai sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan serangkaian proses kegiatan”.

Dalam setiap kegiatan, termasuk dalam kegiatan pendidikan, sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan akan menentukan arah dan target apa yang hendak dicapai. Tujuan juga menjadi gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.

Ali (1992: 6), “mengatakan dengan rumusan dan gambaran tujuan yang jelas, maka hasil yang akan dicapai itu dapat diupayakan dengan maksimal untuk mencapainya”. Tujuan suatu kegiatan dapat muncul baik dari dalam diri sendiri, maupun karena terdapat dorongan

(26)

orang lain. Akan tetapi, setiap tujuan yang ingin dicapai dari manapun sumbernya dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukan.

B. Daya Serap Siswa

1. Pengertian Daya Serap

Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi materi/bahan pelajaran yang disampaikan oleh subjek didik sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik.

Daya Serap Didalam kamus besar bahasa Indonesia, daya serap diartikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu menyerap. Daya serap yang di maksud disini adalah kemampuan siswa untuk menyerap atau menguasai materi/bahan ajar yang di pelajarinya sesuai dengan bahan ajar. ( Dikutip dari internet 14 januari 2105 ).

2. Daya serap terhadap materi

Pelajaran daya serap merupakan sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemahaman ini juga banyak faktor yang mempengaruhinya seperti, minat siswa terhadap mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, lingkungan yang kondusif, bahkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang bersahabat dengan siswa. ( Dikutip dari internet, 14 januari 2015 ).

3. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Siswa

Tingkat daya serap siswa bermacam-macam yaitu terdapat siswa yang memiliki daya serap belajar tinggi, sedang, dan rendah.

(27)

Menurut Piet A. Sahertian (1994:101) “ukuran tingkat daya serap siswa dapat dibedakan menjadi tiga hal sebagai berikut”:

a. Siswa yang maju

Siswa yang termasuk dalam kategori maju adalah siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam menerima setiap materi yang dipelajarinya. Siswa yang maju lebih cepat memahami materi pelajaran dan memiliki daya analisis yang cukup baik. Siswa yang maju dapat dilihat dari kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan pada setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.

b. Siswa yang cukup

Yang termasuk dalam kategori siswa yang cukup merupakan siswa yang memiliki kemampuan rata-rata dari siswa lainnya. Mereka tidak memiliki kemampuan yang begitu menonjol tetapi memiliki daya serap dan responbilitas yang baik terhadap materi yang dipelajarinya.

c. Siswa yang kurang

Seorang siswa termasuk dianggap kurang apabila sangat lemah dalam menerima materi yang diajarkan atau yang dipelajarinya. Bagi siswa seperti ini, materi harus diajarkan berulang-ulang agar mereka memahaminya dengan baik. ( Dikutip dari internet, 14 januari 2105 ).

4. Prestasi belajar

Menurut Sudjana (1991; 49), Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, efektif dan

(28)

psikomotor. Oleh, karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri, tetapi merupkan satu kesatuan yang tidak dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki.

Adapun tipe prestasi belajar menurut Sudjana, (1991: 50-52), yaiti:

a. Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif

Tipe-tipe prestasi belaja bidang kognitif mencakup: (1) tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge), (2) tipe prestasi belajar pemahaman (comprehention), (3) tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi), (4) tipe prestasi belajar analisis, (5) tipe prestasi belajar sintesis, dan (6) tipe prestasi belajar evaluasi

b. Tipe Prestasi Bidang Afektif

Bidang efektif berkenang dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila seseorang telah menguasai bidang kogbitif tingkat tinggi. Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang efektif kurang mendapat perhatian dari guru.

c. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor

Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kempauan bertidak seseorang.

Menurut Syamsuddin dalam (Heri Gunawan 2014:80), menjelaskan bahwa:

Yang dimaksud dengan presentasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan dalam hal-hal tertentu yang segera dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan aspek kecakapan yang dimiliki siswa sebagai hasil usaha dan kegiatan belajar yang ditempuh, dipandang sebagai indikator penting dalam keseluruhan proses pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar

(29)

tertentu yang dapat dietahui dan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh guru.

5. Evaluasi hasil belajar

Dalam mengevaluasi terhadap kegiatan belajar siswa atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memperhatikan aspek-aspek psikologis siswa. Kondisi psikologis siswa sangat memengaruhi aktifitas dan hasil belajarnya. Siswa yang pintar dalam kesehariannya, apabilah disaat mengikuti ujian dalam kondisi yang tidak prima, bisa saja memperoleh hasil yang buruk (tidak memuaskan). Apabila guru hanya memberikan nilai berdasarkan hasil yang diperoleh siswa secara rill, maka akan menimbulkan dampak psikologis (kecewa dan kurang puas) terhadap siswa. ( Dikutip dari internet, 21 januari 2015 ).

Kondisi psikologis siswa harus menjadi pertimbangan bagi para guru (terlebih guru pendidikan agama islam) dalam memberikan pernilaian hasil belajar kepada siswa. Pernilaian hasil pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor harus dijiwai oleh psikologis, khususnya psikologis pembelajaran sehingga tidak menimbulkan dampak psikologis yang buruk pada siswa.

Menurut Nana Sudjana dalam Pupuh Fathurrohman (2010:75) menjelaskan, bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.

Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkat laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

(30)

Menurut Pupuh Fathurrohman (2001: 75),

jika seorang pendidik merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan pendidikannya, ia harus mengevaluasi pendidikannya itu agar mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan. Seorang pendidik perlu untuk mengevaluasi penyempurnaan pendidikannya dan peserta didiknya.

Penilaian atau evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown adalah “The act or process to determining the value of something”.

(Wand, 1957: 1). “Penilaian dalam pendidikan berati serangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan”.

Yahya Kahar, (1972: 1), “Menurut ilmu jiwa, evaluasi berarti menetapkan fenomena yang dianggap berarti di dalam hal yang sama berdasarkan suatu standar”.

Menurut Tardif dalam (Muhibbin Syah 2013:197),mengatakan bahwa:

evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarakan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assesment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.

C. Pendidikan Agama Isalam ( PAI )

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Banyak orang meracukan pengertian istilah “Pendidikan AgamaIislam” dan “Pendidikan Islam”. Kedua istilah dianggap sama, sehingga ketika seseorang berbicara tentang pendidikan islam

(31)

ternyata isinya terbatas pada pendidikan agama islam, atau sebaliknya ketika seseorang berbicara tentang pendidikan agama islam justru yang dibahas di dalamnya adalah tentang pendidikan islam. Padahal kedua istilah memiliki substansi yang berbeda.

Tafsir dalam buku Muhaimin (2004: 6) membedakan antara Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Islam. PAI dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan agama islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama islam bukan pendidikan agama islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam disebut sebagai pendidikan agama islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini PAI sejajar atau sekategori dengan pendidikan Matematika (nama mata pelajarannya adalah olahraga), Pendidikan biologi (nama pelajarannya adalah biologi dan seterusnya). Sedangkan pendidikan islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan islam, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-qur‟an dan Hadis.

Zakiyah daradjat (2008: 87) menyatakan bahwa :

Mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah, suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh

(32)

(kaffah). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadi islam sebagai pandangan hidup.

Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Arifin (1987:

13) menyatakan bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Tujuan Agama Islam untuk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsif-prinsif dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan Agama sebagai landasan pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.

Tujuan Agama Islam MA yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan penumpukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt serta berahlak mulia.

Tujuan pendidikan agama islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan serangkaian proses pendidikan agama islam di sekolah atau madrasah. Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan agama islam ini. Diantaranya al-Attas, ia menghendaki tujuan pendidikan (agama) islam itu adalah manusia

(33)

yang baik. Sementara itu, Marimba mengatakan, menurutnya tujuan pendidikan (agama) islam adalah terciptanya orang yang berkepribadian muslim. Berbeda dengan al-Abrasy, menghendaki tujuan akhir pendidikan (agama) islam itu adalah terbentuknya manusia yang berakhlak mulia (akhlak al-karimah). Munir Musyi mengtakan tujuan akhir pendidikan islam adalah manusia yang sempurna (al-Insan al-Kamil).

Berbeda dengan pendapat di atas, Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah Swt yang Bertaqwa („abdullah). Jalal mengatakan, tujuan pendidikan ini akan melahirkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip Surah At-Takwir Ayat 27 ia mengatakan, bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Q.S At- Takwir ( 27 ) :













Terjemahnya :

“Alquran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam”.

Jadi menurut Agama Islam tujuan pendidikan adalah haruslah menjadikan seluruh manusia, menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah Swt. Maksudnya adalah, beribada kepada-Nya, dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan menggunakan model deskriptif kualitatif yaitu suatu jenis penelitian yang mengungkap dan menggambarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh secara mendalam dan apa adanya.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhamadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar . Sedangkan objek penelitian adalah siswa dan Guru Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan atribut, objek yang mempunyai variasi antara yang satu dengan yang lain atau dengan kata lain atribut/sifat/

nilai dari orang/objek/ kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Menurut Hadi dalam (Arikunto 1998: 98), “Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian variabel dalam penelitian ini adalah hubungan antara pencapaian target kurikulum

(35)

sebagai variabel bebas dan daya serap siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama islam sebagai variabel terikat ”.

Suharsimi Arikunto (1997:89) mendefinisikan bahwa :

variable sebagai “gejala yang bervariasi”. Gejala adalah objek penelitian, sehingga yang dijadikan titik penelitian adalah variabel. Variabel penelitian memegang peranan penting dalam setiap penelitian, karena dengan adanya variabel maka akan mempermudahkan untuk mengamati objek yang kita teliti.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

1. Variabel bebas : Pencapaian target kurikulum.

2. Variabel Terikat : Daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman kita, maka dianggap perlu menjelaskan beberapa variabel yang terkait dengan judul ini, sebgai berikut :

1. Pencapaian Target Kurikulum adalah mengantarkan guru dan para pendidik dapat memproses dan mengembangkan pembelajaran, agar peserta didik dapat memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

(36)

2. Daya serap siswa adalah bagaimana siswa dapat menerima materi atau pelajaran yang diajarkan oleh guru agar mereka cepat memahami atau menangkap mata pelajaran yang diajarkan. Baik itu dengan cara lisan atau dengan menggunakan media.

Jadi, definisi operasional dari judul skripsi ini adalah bahwa Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya Serap Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar dalam kemampuan objek didik menerima isi/bahan materi.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah penduduk atau kelompok individu benda atau unsur yang diteliti dan diselidiki dalam pelaksanaan penelitian, karena itu merupakan suatu bagian yang diperlukan dalam memecahkan suatu masalah dalam menunjang keberhasilan penelitian itu sendiri yang merupakan medifistasi dari cara manusia dalam mencari ilmu pengetahuan yang dilakukan secara ilmiah berdasarkan fakta data secara empiris, sistematis atau mengikuti aturan secara logis sesuai dengan daya analisa manusia.

(37)

Margono (2010: 118) mengatakan „‟Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan‟‟.

Populasi adalah jumlah keseluruhan individu yang akan menjadi objek penelitian.

Suharsimi Arikunto (2002 : 108) mengatakan bahwa:

”populasi adalah keselurhan objek penelitian‟‟. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dijadikan sumber data yang memiliki karakteristik penelitian yang terdapat dilokasi penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan wilayah berlokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar yaitu jumlah 169 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut

(38)

Tabel 1.

Keadaan Populasi SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr.

Ratulangi Kota Makassar

NO Objek

Jenis Kelamin

Populasi

L P

1. Kelas X 30

35 65

2. Kelas XI 35 30 65

3. Kelas XII 14 25 39

Total 79 90 169

Sumber Data: SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr.

Ratulangi Kota Makassar 2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data mewakili seluruh populasi. Suharsimi Arikunto mengatakan sampel adalah sebagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti) Sedangkan menurut sugiono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popalasi tersebut. Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan mengenai hal yang diteliti dengan cara meneliti sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasi yang ada.

Suharsimi Arikunto ( 2000:58 ) dalam bukunya prosedur penelitian menjelaskan, berdasarkan penetapan jika subjek

(39)

berjumlah atau lebih dari 100 maka diambil antara 10-15 % atau 20-25 %. Tetapi apabila populasi kurang dari 100, maka diambil keseluruhannya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa teknik pengambilan sampelnya adalah tehnik purvosife sampling yang berdasarkan pada teori Arikunto yakni 20 %, maka 169 x 20 % = 33,8 dibulatkan menjadi 34 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan sebanyak 19 orang.

Tabel 2 Keadaan Sampel

NO Kategori Sampel

Jenis Kelamin

Sampel

L P

1. X 7 10 17

2. XI 8 9 17

Jumlah 15 29 34

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data yang disimpulkan yang dilaksanakan untuk pengumpulan data secara sistematis dipermudah oleh dengan demikian instrumen data alat bantu bagi peneliti bisa melakukan instrumen untuk menjawab responden. Beberapa pedoman dalam instrumen yaitu :

(40)

1. Pedoman observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati dan melihat langsung proses pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar. Peneliti objek secara seksama dengan melibatkan diri langsung di lokasi penelitian tersebut.

2. Pedoman angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari responden, hal ini di maksud untuk memperoleh data-data kongkrit yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas di dalam penelitian.

3. Pedoman wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.

4. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan- peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter dan data yang relevan dengan penelitian

(41)

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara dilakukan dengan bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi b. Observasi dengan pengamatan dan pencatatn dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.

c. Angket dengan menyodorkan daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data dari responden

d. Dokumentasi, dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul pada setiap kegiatan observasi dianalisis secara deskriptif agar dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga hasil pengumpulan jawaban angket / tes, dianalisis dengan menggunakan prosentase untuk melihat prestasi belajar siswa.

Keterangan :

P = Angka Persentase

F= Frekuensi Yang Sedang Dicari Persentasinya N= Jumlah Frekuensi/Banyaknya Individu.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar

Pada bagian ini penulis akan membahas sejarah berdirinya SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasaran dan keadaan petugas keamanan.

1. Sejarah Berdirinya Sekolah

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sul berdiri pada tanggal 04 agustus 1968 dengan pimpian pertamanya adalah DG.Tinggi. Peresmian sekolah ini ditandai dengan penempatan batu pertama yaitu semacam yupa oleh walikota Makassar saat itu. Pada saat sekolah ini pertamakali dibangun bukan dengan nama SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel, melainkan bernama SPG Muhammadiyah.

Seiring dengan perkembangan dan prestasi yang diraih oleh sekolah, barulah kemudian berubah nama menjadi SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel. Sekarang yang menjadi kepala sekolah pada SMA Mihammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel saat ini adalah bapak Drs. Ka‟bai, S.Pd. Beliau merupakan aktifis Muhammadiyah.( Di ruangan tata usaha, 2015 ).

(43)

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan terletak di Jalan Dr.Ratulangi No.101 Makassar, tepatnya bersebelahan langsung dengan AKPER Muhammadiyah Makassar, dan sekitar kurang lebih 20 meter dari RSU. Luabang Baji. Lokasi SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatansangat strategis karena diapit beberapa sekolah lanjutan tingkat dasar dan gedung sekolah juga bersebelahan langsung dengan AKPER Muhammadiyah serta satu gedung dengan Madrasah Tsanawiyah .

Dari unsur pendidik SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan memiliki tenaga pendidik sebanyak 14 orang dan beberapa diantaranya telah memperoleh gelar magister dan yang lainnya masih bergelar sarjana pendidikan. Disamping itu sarana dan prasarana diusahakan pengembangannya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif. Gedung yang sudah ada meliputi : gedung belajar sebanyak 6 ruangan, 1 ruang computer, 1 ruangan Lab IPA yang sekarang sudah dialih fungsikan menjadi ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah dan ruang guru. ( di Ruangan tata usaha, 2015 )

Proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatanmenerapkan kurikulum 2013 namun itu hanya berlaku kelas X dan XI. Sedangkan Kelas XII masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.

(44)

Berbagai organisasi siswa yang telah dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan yakni : OSIS dan Tapak Suci. Semua organisasi ini melaksanakan program untuk menyalurkan bakat dan minat siswa dalam mendukung pengembangan keterampilan yang mereka miliki.

Adapun kepalah sekola dan wakil kepala sekolah yang menjabat pada tabel berikut:

Tabel 3

Kepala sekolah dan wakil SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar

No. Nama Jabatan Alamat

1.

Ka‟bai, S.Pd

NIP.19710313 200701 1 018

Kepala Sekolah

Jl. Sarappo No. 78

2.

Drs. H. Abdul Kadir

NIP. 19621231 198503 1166

Wakil Kepala Sekolah

Jln. Mangka Dg Bombong BTN

Manggarupi permai Blok B2 No. 15

Sumber data : Kantor SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah 2015 2. Keadaan Guru

Guru sering juga disebut tenaga pendidik, merupakan salah satu unsurdalam dunia pendidikan yang sangat berperan penting untuk memberikan bimbingan kepada siswa khususnya di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan. Mereka diharapkan dapat memberikan perhatian dan bimbingan secara

(45)

prefosional dengan menggunakan metode yang tepat agar tercipta suasana kondusif selama proses belajar.

Oleh karena itu, guru di tuntut keahlianya dalam mengajar dan mendidik siswanya, agar ilmu dan bidang studi yang diajarkan mudah diserap dan ditransfer anak didik. Selain hal tersebut, perlu juga pembagian bidangstudi kepadaetiap gurusesuai dengan keahlian masing-masing dengan tetap berpegang kepada kurikulum yang berlaku sebagai pedoman dalam mengajar.

Karena realita yang terjadi terkadang ada seseorang guru yang mengajarkan suatu bidang studi yang memang bukan bidangnya, sehingga dalam mengajar tidak menguasai matera pelajaran yang diajarkan.

Adapun keadaan guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan tahun ajaran 2014/2015 di lihat pada tabel berikut:.

Tabel 4

Keadaan Guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tahun 2015

No. Nama Jabatan Alamat

1. Drs. Muh.

Syahid Saleh

Guru Pkn /

Pengawas sekolah

Jl. Abdul dg. Sirua, Paropo Indah blok C no.

4 2. Drs.

Haeruddin

Guru Kimia kelas X Iis dan Mia, kelas XI Mia dan XII IPA

Komp. Hasanuddin A No. 18

3. Drs. Mahfud Guru Penjaskes kelas X, XI, XII semua jurusan.

Jl. Poros Malino Bontomanai Gowa

(46)

4. Dra. Andi Fatimah

Guru Bahasa

Indonesia kelas X, XI, XII semua jurusan.

Jl. Abdul dg. Sirua, Paropo Indah blok C no.

4 5. Dra. Hijerah Guru Bahasa Inggris

kelas XII IPA dan IPS

BTN Tamarunang 6. A. Junaedi,

S. Pd

Guru Fisika kelas X, XI Mia, dan XII IPA

BTN Tamarunang 7. Salma Syam,

S.Hi

Guru Pendidikan Agama Islam kelas X, XI, XII. Semua jurusan.

BTN Minasa Upa

8. Nuhaya, S.

Pd

Guru Bahasa Inggris kelas X, XII Mia dan Iis.

Jl. Maccini Raya Lr.

Safari No. 17 9. Muh. Fajriadi,

S. Pd

Guru Sosiologi kelas X, XI Iis dan XII IPS.

Takalar 10. Yusnar, S.

Pd. I

Guru

Kemuhammadiyahan

Jl. Muhajirin II 11. Muliati, S. Pd Guru Biologi kelas X,

XII Mia dan Iis, kelas XII IPA

Jl. Poros Malino

12. Rosmawati, S. Pd

Guru Ekonomi kelas X, XI Iis dan kelas XII IPS

Jl. Mannuruki II No. 3 13. Taufik, S. Pd Guru Matematika wajib Jl. Bontoduri

14. Conita Hakim Guru Seni Budaya kelas X,XI, XII semua jurusan.

BTN Manggarupi

15. Kasmawati Guru Sejarah kelas X, XI, dan XII semua jurusan.

Jl. Pa‟baeng-baeng

16. Ely Irmayanti, S. Pd

Guru Matematika peminatan.

Jl.

Sumber Data : Kantor SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah 2015

Berdasarkan data yang penulis peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa dari segi jumlah guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah cukup memadai dan sebagian guru alumni S1 dan sebagianya lagi belum mempunyai gelar dan adapula guru yang baru magang yang dipanggil untuk membantu guru-guru yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.

(47)

3. Keadaan Staf

Tabel 5

Nama –nama Staf dan Jabatannya

No. Nama Jabatan Alamat

1 Rini Tata Usaha Jl. Kumala

2

Nur Haya, S. Pd

Staf Perpustakaan

Jl. Maccini Raya lr.

Safari no. 17 3 Drs. H.Abdul

Kadir

UrusanKurikulum/Kepala Lab.Komputer

4 Drs. Haeruddin Kepala Lab. IPA 5

Hijerah, S.Pd Bimbingan Konseling 6

Nurhaya, S.Pd

Staf

Perpustakaan/Kepala Lab.Bahasa

7 Dra. A. Fatimah Kepala Perpustakaan 8

Rosmawati, S.Pd Wakasek Kesiswaan

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015 4. Keadaan Siswa

a. Penerimaan Siswa Baru

Seperti pada sekolah menengah atas lainnya, SMA MUHAMMADIYAH DISAMAKAN WILAYAH SULSEL dalam melakukan penerimaan siswa baru juga harus melalui beberapa tahapan dengan persyaratan telah dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahapan pertama yang harus dilalu oleh calon siswa baru di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-

(48)

Sel adalah mendaftarkan diri sebagai calon peserta didik pada sekolah tersebut, kemudian melakukan pengambilan formulir dan mengembalikan formulir dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sendiri oleh pihak sekolah.

Siswa merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Sebab siswa atau anak didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian, serta sasaran utama untuk di didik.

b. Proses Kenaikan Kelas

Proses kenaikian kelas di sekolah SMA Muhammdiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan ;

1. Dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran

2. Kehadiran tatap muka pada setiap mata pelajaran minimal 80%

diperhitungkan dari tatap muka tanpa memperhitungkanketidak hadiran karena sakit atau alasan tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Khusus untuk kelas XI, peserta didik harus mencapai KKM untuk Kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan sesuai ketentuan penilaian yang berlaku.

4. Sikap, perilaku, budi pekerti peserta didik, antara lain :

- Tidak terlibat narkoba, perkelahian atau tawuran, dan tidak melawan tenaga pendidik atau tenaga kependidikan secara fisik atau nonfisik. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).

(49)

- Tidak terlibat tindak kriminal.

5. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas atau tidak tuntas, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran dan memiliki kepribadian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikondisikan dengan peraturan daerah yakni mengikui Remedial Teaching untuk mengikuti program Kelas Tuntas Berkelanjutan (KTB).

6. Peserta didik dinyatakan tidak naik atau tidak tuntas, apabila : a) Memiliki nilai tidak tuntas pada mata pelajaran ciri khas

program studi untuk kelas XI, dan mata pelajaran peminatan untuk kelas X dikondisikan dengan aturan KTB.

b) Memiliki nilai tidak tuntas lebih dari ( tiga ) mata pelajaran yang bukan ciri khas program studi untuk kelas XI, atau mata pelajaran di peminatan untuk kelas X.

Sebagai contoh :

- Program studi Ilmu Alam dan Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.

- Program studi Ilmu Sosial atau peminatan ilmu-ilmu sosial, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).

(50)

Hal ini tetap dikondiksikan dengan aturan kelas tuntas berkelanjutan.

Siswa akan menjadi faktor penentu dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan hendaknya terdapat sistem yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Yaitu disamping adanya fasilitas, adanya guru, yang merupakan bagian integran dalam lembaga pendidikan formal.

Oleh karena itu, antara siswa dan guru merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, kedua unsur ini saling keterkaitan dalam hal terciptanya proses belajar mengajar. Seorang guru tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai pendidik tanpa adanya siswa, demikian pula sebaliknya siswa tidak dapat menerima pelajaran tanpa ada guru yang mentransferkan ilmunya. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).

c. Waktu Belajar

SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan memulai jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 07.15 apabila hari senin dan 07.30 pada hari selasa hingga hari sabtu. Istirahat pada pukul 10.00 - 10.15. Namun khusus hari Jum‟at, jam istirahat dimulai pada jam 10.15 dan jam pelajaran akan berakhir pada pukul 13.10 pada hari senin hingga kamis dan sabtu , serta 11.15 pada hari Jum‟at. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).

(51)

Untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah pada tahun ajaran 2014/2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6

Keadaan Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

No. Kelas Jumlah

1. Kelas X 65

2. Kelas XI 57

3. Kelas XII 47

Jumlah 169

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015

Dari tabel keadaan siswa diatas, terlihat bahwa terlihat bahwa terdapat perkembangan jumlah siswa yang menggembirakan karena kebanyakan siswa sudah sadar dan mau melanjutkan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Salah satu faktor penentu yang takkalh pentingnya dalam sebuah lembaga pendidikan tidak hanya di tentukan oleh siswa dan tenaga guru yang profesional dan berkompeten tetapijuga ditentukan oleh tersedianya saran dan prasarana yang memadai.

Dengan tersedianya fasililitas yang lengkap, maka proses belajar dapat terlaksana dengan baik, dapat menambah gairah belajar siswa serta akan membantu para guru dan pegawai dalam

(52)

mengelolah sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar sehingga dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang bermutu.

a. Keadaan Sarana

Berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh penulis, maka diketahui keadaan sarana pada SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah cukup memadai dalam menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas di SMA tersebut.

Adapun sarana yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat pada tabel:

Tabel 7

Keadaan Sarana SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

NO NAMASARANA &

PRASARANA KETERANGAN

JUMLAH BAIK RUSAK

1. Ruang Kelas 6 - Permanen -

2. Ruang Kantor 1 - Permanen -

3. Ruang

Perpustakaan 1 - Permanen -

4 RUANG LAB.

SAINS 1 -

Permanen/

dialihkan menjadi ruang kelas

5 Toilet/Wc 3 2

3 Layak Pakai &

2 tidak layak pakai

5

6

Fasilitas Penjas/OR:

1. Lapangan Bulutangkis

1 - Layak Pakai

-

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015

(53)

b. Keadaan Prasarana

Disamping fasilitas sarana sebagai pendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, prasarana juga memiliki peran yang takkala pentingnya dalam proses belajar, karena keduanya sama-sama berperan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut mengenai keadaan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar.

(54)

Tabel 8

Keadaan Prasarana SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

No Jenis ruangan/gedung Kondisi Jumlah Baik Rusak

1 Bangunan gedung sekolah 2 - 2

2 Ruang kelas untuk belajar 5 - 5

3 Ruang tata usaha 1 - 1

4 Ruang kepala sekolah 1 - 1

5 Ruang BK 1 - 1

6 Ruang guru-guru 2 - 2

7 Aula olah raga - - -

8 WC/kamar mandi 3 - 3

9 Gudang - 1 1

10 Aula/pertemuan 1 - 1

11 Halaman sekolah 1 - 1

12 Mushollah 1 - 1

13 Laboratorium 1 - 1

14 Koperasi 1 - 1

15 Perpustakaan 1 - 1

16 Ruang prakter 1 - 1

17 Tempat parkir 1 - 1

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015

(55)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar sudah cukup menunjang segala kegiatan proses belajar mengajarnya. Selain sarana dan prasarana yang dikemukakan dan dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan pembelajaran tingkat kecerdasan yang selalu di tinggalkan.

6. Keadaan Petugas Keamanan

Demi menjaga keamanan dan ketertiban SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan maka diperlukan peran petugas keamanan, berikut adalah nama-nama petugas keamanan yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan :

Adapun petugas keamanan yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat pada tabel:

Tabel 9

Keadaan Petugas Keamanan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah

Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015

No NAMA

TUGAS TAMBAHAN SESUAI FUNGSI SEKOLAH

1 Abdul Keamanan

2 Dg. Tola Keamanan

3 Dg.Rannu Kebersihan

(56)

B. Pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan

1. Pemahaman Siswa Terhadap pelajaran

Siswa mampu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang pelajaran yang diajarkan serta siswa mampu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan yang mereka miliki.

Di lihat dari pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan oleh pendidik, sebagaian siswa mampu menangkap atau memahami apa yang sudah di berikan oleh guru bidang studi. Untuk itu dalam proses pembelajaran siswa mesti mempersiapkan kondisi fisik maupun fsikas yang benar-benar siap menerima dan memahami pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Hasil evaluasi

Ketika guru selesai menjelaskan pelajaran yang diajarkan oleh siswa, maka guru mengevaluasi siswa dengan cara siswa diberi kesempatan untuk mengulangi apa-apa saja yang sudah dijelaskan oleh gurunya. Kemudian jika siswa mampu menjelaskan atau menanggapi apa yang telah diberikan oleh guru maka pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh dari evaluasi dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai sudah mampu menangkap pelajaran

(57)

yang diajarkan, dan guru sudah dianggap berhasil dalam membawakan mata pelajaran.

3. Pemberian Tugas

Pemberian tugas kepada siswa agar apa yang telas diajarkan oleh guru baik tugas dirumah maupun disekolah dapat mereka ingat, misalnya berupa latihan LKS maupun soal-soal yang ada didalam buku-buku paket diberikan tugas guna untuk mendapatkan hasil belajar yang sebaik-baiknya. Sehinggap pada akhirnya siswa yang mengerjakan tugas dengan baik akan membantunya mencapai tujuan pembelajaran.

4. Mengadakan ujian

Setelah siswa menyelesaiakan tugas yang di berikan oleh guru, makan siswa di berikan ujian guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam mata pelejaran dengan menilai apa-apa yang sudah diajarkan, apakah siswa mampu menjawab soal-soal yang dijadikan pertanyaan atau tidak, jika siswa menjawab dengan benar maka nilai ujiannya mencapai KKM yang sudah di tentukan dan akan mencapai pada keberhasialan yang sudah ditetapkan disekolah.

Temuan penelitian disekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar yaitu pencapaian target kurikulum di sekolah meliputi pemahaman siswa pada pembelajaran, hasil evaluasi , pemberian tugas dan pemberian ujian pada Mata Pelajaran

(58)

Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tersebut sehingga peneliti mendapatkan data yang cukup relevan.

Kaitannya dengan pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Isalam, Ibu Salma Syam selaku guru Pendidikan Agama Islam, mengemukakan bahwa:

Pencapaian target kurikulum SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar belum saya ketahui, karena saya baru beberapa bulan berada di sekolah ini. Dan Insya Allah saya akan mengusahakan untuk mencari tahu penerapan apa saja yang sedang berjalan di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah. ( Wawancara 30 Agustus 2015, di ruang kelas X.B,).

Dan diperjelas pula dari Drs. H. Abd. Kadir selaku wakasek di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah mengatakan bahwa:

Pencapain target kurikulum yaitu terkait dari mata pelajaran yang bersangkutan misalanya dalam satu semester itu apakah semua KD terlaksana atau tidak, jika semua terlaksana maka target kurikulumnya mencapai 100%. Itu dari guru yang bersangkutan, kalau kita targetkan itu 100% targetnya akan tercapai dalam satu semester tapi biasanya dalam satu pelajaran itu setiap guru kadang ada yang tidak mengajarkan semua dalam satu semester itulah target kurikulum target pencapaiannya.( Wawancara 22 Oktober 2015, diruang Lap Komputer ).

Dari penjelasan di atas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian target kurikulum di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tergantung dari masing-masing guru mata pelajaran apakah dalam satu semester mereka bisa menyelesaikan 4 KD yang sudah ditentukan jika mereka dapat menyelesaikan

(59)

dengan baik makan pencapaian target kurikulum akan tercapai dengan baik. Dan dilihat dari pemahaman siswa, hasil pengevaluasian, pemberian tugas dan ujian jika mereka dapat menyelesaikan dengan baik maka target kurikulum akan tercapai.

C. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan

Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi materi atau bahan pelajaran yang diterimah oleh subjek didik sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik.

Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki tiga tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa yang kurang. Dan adapun jumlah KKM yang di targetkan di SMA Muhammadiyah Disamakan Kota Makassar adalah 70-100 termasuk tuntas. Jadi jika siswa yang memperoleh 70 sampai dengan 99 termasuk dalam belajar tuntas akan tetapi jika siswa memperoleh 50 sampai 69 tidak termasuk dalam belajar tuntas.

Dari uraian tersebut maka peneliti dapat mengetahui tingkat daya serap siswa dan kendala-kendalanya melalui wawancara dengan Ibu Salma Syam selaku guru Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa:

Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada

Gambar

Tabel 2 Keadaan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Apabila teman-teman bertanya kepada saya : “Mengapa kita harus berbakti kepada orang tua ?”.. Kata pak ustadz, kita harus berbakti kepada orang tua karena Allah

[r]

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan Guru setelah diterapkan Metode Token. dalam Meningkatkan Kedisiplinan anak

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino

Kisi-kisi penelitian yang dilihat dari aspek ini adalah sejauhmana kondisi penurunan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja berdasarkan persepsi pelaku wisata di Tana Toraja

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan Belas bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas, sesuai dengan jadwal yang termuat pada website http://lpse.kemendag.go.id, Pokja

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation