HUBUNGAN ANTARA ASUPAN LEMAK , INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN YANG BEROBAT DI
PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan pendidikan Peogram Diploma III Kesehatan Bidang Gizi
oleh :
INTA FARADILLAH NIM P17331113011
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Asupan Lemak, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Tekanan Darah Pada Pasien Yang Berobat di Puskesmas Cimahi Utara Tahun 2016” telah mendapat persetujuan dan telah disidangkan pada tanggal 18 Juli 2016.
Menyetujui, Pembimbing
Nitta Isdiany, M.Kes NIP. 196908201992032002
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Asupan Lemak, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan Tekanan Darah Pada Pasien Yang Berobat Di Puskesmas Cimahi Utara Tahun 2016” telah disidangkan pada tanggal 18 Juli 2016.
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Tahun 2016:
Ketua Penguji Tanda Tangan
Maryati Dewi, S.Gz, MPH ………..
Anggota Penguji
1. Fred Agung Suprihartono,SKM,M.Kes .……….
2. Nitta Isdiany, M.Kes ..………
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG KETUA JURUSAN GIZI
Holil M. Par’і, SKM, M.Kes NIP. 195605131981021001
ABSTRAK
Faradillah, Inta. 2016. Hubungan Antara Asupan Lemak, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Tekanan Darah Pada Pasien Yang Berobat di Puskesmas Cimahi Utara Tahun 2016. Karya Tulis Ilmiah. Program Diploma III. Jurusan Gizi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah yaitu asupan lemak dan Indeks Massa Tubuh (IMT), usia, jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi asupan lemak, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan tekanan darah pada pasien yang berobat di Puskesmas Cimahi Utara.Desain penelitian yaitu cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Februari 2016 dengan jumlah sampel 41 sampel rawat jalan yang memeriksakan tekanan darah.Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik sampel dan asupan lemak yang di peroleh menggunakan Semiquantitative Food Frequency Questionnaire, serta data antropometri di peroleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan sampel.Hasil dari penelitian ini menyatakan hubungan lemah antara asupan lemak sistolik degan nilai r=0,202 dan diastolic dengan nilai r=0,037. Kemudian IMT dan tekanan darah sistolik dengan nilai r=0,113 dan diastolik dengan nilai r=0,102.
Penelitian ini merekomendasikan untuk membatasi asupan lemak, memonitoring aktifitas fisik dan berat badan untuk mencegah kejadian obesitas dan risiko peningkatkan tekanan darah sistolik/diastolik.
Kata Kunci : Asupan Lemak, Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul“ Hubungan Antara Asupan Lemak, IMT dan, Tekanan Darah Pada Pasien Yang Berobat Di Puskesmas Cimahi Utara Tahun 2016”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih pada:
1. BapakHolil M. Par’i, SKM, M.Kes, selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung;
2. Ibu Nitta Isdiany, M. Kes selaku pembimbing materi yang memberikan arahan dan bimbingan.
3. Ibu Maryati Dewi, SGz, MPH dan Bapak Fred Agung S., SKM, M.Kes, selaku penguji Karya Tulis Ilmiah yang memberikan koreksi dan saran.
4. Ibu Tintin selaku Kepala Subbagian Tata Usaha Puskesmas Cimahi Utara yang telah membantu dan member izin penelitian.
5. Keluargatercinta yang selalumembantudanmemberikan dukungan.
6. Genta Bharata Dwi Sagita Putrum Hidayat, Sucia Lestari, Siti Munawaroh, Sri Rahayu Faudjiah yang banyak membantu dan memberikan semangat.
7. Rekan-rekan angkatan 25 khususnya kelas 3A yang selalu memberikan motivasi dan semangat.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Cimahi, Juli 2016 Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………... i
DAFTAR ISI………... ii
DAFTAR GAMBAR……….. iv
DAFTAR TABEL……….. v
DAFTAR LAMPIRAN……….. vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1
1.2 Rumusan Masalah………... 3
1.3 Tujuan Penelitian……….... 3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian………... 4
1.5 Manfaat………. 4
1.6 Keterbatasan Penelitian………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah……… 6
2.2 Hipertensi………. 7
2.3 Klasifikasi Hipertensi……….. 7
2.4 Etiologi Hipertensi………... 8
2.5 Gejala Penyakit Hipertensi……… 11
2.6 Asupan Lemak……….... 11
2.7 Hubungan Asupan Lemak Terhadap Tekanan Darah………... 13
2.8 IMT……….………... 13
2.9 Hubungan IMT Terhadap Tekanan Darah………... 15
2.10 Survei Konsumsi Makan………. 15
iii
2.11 Kelebihan Dan Kekurangan Metode SFFQ
(SemiquantitativeFood Frequency Questionnaire)…………. 16
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1Kerangka Konsep………. 17
3.2 Hipotesis………... 18
3.3 Definisi Oprasional……….. 18
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian……… 20
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….. 20
4.3 Populasi dan Sampel………. 20
4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data………... 21
4.5 Pengolahan dan Analisis Data………... 22
4.6 Analisis Data……… 23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 25
5.2 Gambaran Umum Sampel……… 26
5.3 Asupan Lemak………... 28
5.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)……….... 30
5.5 Tekanan Darah……….. 32
5.6 Uji Normalitas Data……… 33
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan………. 45
6.2 Saran………... 45
DAFTAR PUSTAKA……… 46
LAMPIRAN……… 54
iv
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
3.1 ANALISIS ASUPAN LEMAK , IMT (INDEKS MASSA
TUBUH)DAN TEKANAN DARAH………... 18 5.1 HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN TEKANAN
DARAH SISTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS
CIMAHI UTARA………. 34 5.2 HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN TEKANAN
DARAH DIASTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS
CIMAHI UTARA………. 37 5.3 HUBUNGAN IMT DAN TEKANAN DARAH
SISTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS
CIMAHI UTARA……… 40 5.4 HUBUNGAN IMT DAN TEKANAN DARAH
DIASTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS
CIMAHI UTARA……… 43
v
DAFTAR TABEL
No Halaman
2.1 KLASIFIKASI MENURUTJNCVII(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON PREVENTION, DETECTION EVALUATIN, AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE)……… 8
2.2 BATAS AMBANG INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
UNTUK INDONESIA……….. 14 5.1 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
JENIS KELAMIN DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016……….. 26 5.2 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
JENIS KELAMIN DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016……….. 27 5.3 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
PEKERJAAN DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016………... 28 5.4 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
ASUPAN LEMAK DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016……….. 29 5.5 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
IMT DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016………. 30 5.6 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK
DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016……… 32 5.7 KEERATAN HUBUNGAN ASUPAN LEMAK
DAN TEKANAN DARAH SISTOLIK
SAMPEL DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA………. 33 5.8 KEERATAN HUBUNGAN ASUPAN LEMAK
DAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK SAMPEL
DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA……….. 36 5.9 KEERATAN HUBUNGAN IMT DAN TEKANAN
DARAH SISTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS
CIMAHI UTARA………. 39
vi
5.10 KEERATAN HUBUNGAN IMT DAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS
CIMAHI UTARA………. 42
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. NASKAH PENJELASAN PENELITIAN... 54
2. PENGELOMPOKAN BAHAN MAKANAN MENURUT SUMBER LEMAK... ... 57
3. KUESIONER PENELITIAN………. 59
4. KUESIONER ASUPAN LEMAK... 60
5. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN………... 62
6. RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN……… 63
7. OUTPUT ANALISIS DATA………. 65
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh.Tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia.Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait denyutjantung.Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik atau tekanan darah diastolik (Gunawan, 2001).
Masalah tekanan darah dibedakan menjadi dua yaitu tekanan darah rendah (hipotensi) dan tekanan darah tinggi (hipertensi).Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Karena membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah termasuk jantung dan otak menjadi tegang ( Mubin, dkk, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur ≥18 tahun yang didapat melalui pengukuran sebesar 31,7%. Hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 25,8%.
Prevalensi hipertensi di Jawa Barat menurut data Riskesdas 2007 sebesar 29,4%. Data tersebut tidak mengalami perubahan, pada Riskesdas tahun 2013 yaitu tetap 29,4%. Prevalensi ini termasuk dalam 4 provinsi dengan prevalensi tertinggi di Indonesia (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007 dan 2013).
Faktor risiko tekanan darah tinggi antara lain adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil penelitia Anggraeni, dkk pada tahun 2009 penderita hipertensi lebih banyak pada kelompok umur ≥ 45
2
tahun, yaitu sebesar (55,55%). Jenis kelamin terbanyak penderita hipertensi adalah perempuan sebesar (56,5%)(Anggraeni, dkk 2009).
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh.
Timbunan lemak yang disebabkan oleh kolesterol akan menempel pada pembuluh darah yang lama - kelamaan akan terbentuk plaque.
Terbentuknya plaque dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi (Jansen, 2006).
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Menurut Internasional Obesitas Task Force (IOTF)/ World Health Organization (WHO) bahwa IMT yang normal untuk penduduk Asia adalah 18,5-22,9. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Brown, dimana pada orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai umur lebih dari 20 tahun menyatakan bahwa tekanan darah sistolik akan meningkat bersama dengan peningkatan IMT. Tekanan darah sistolik pada laki-laki akan meningkat 9 mmHg dan pada perempuan sebesar 11 mmHg yang mempunyai IMT > 30 dibanding dengan orang yang mempunyai IMT < 25 (Fathina,2007).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi lemak dengan peningkatan tekanan darah.Penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
3
konsumsi lemak dengan tekanan darah (Sugiharto, 2007). Selain itu penelitian yang di lakukan oleh Lathiifahhayu menunjukkan seseorang dengan status indeks massa tubuh overweight memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden dengan indeks massa tubuh normal (Lathiifahayyu, 2014).
Beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan antara asupan lemak dan IMT dengan tekanan darah. Selain itu berdasarkan laporan Kota Cimahi per kategori Puskesmas diperoleh total kasus hipertensi di Cimahi Utara pada tahun 2014 sebesar 3.542 kasus, sedangkan pada bulan Januari – Oktober 2015 total kasus 3.953 kasus. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti berapa besar keeratan hubungan antara konsumsi asupan lemak, IMT dan tekanan darah. Penelitian di lakukan di Puskesmas Cimahi Utara karena ada peningkatan kasus hipertensi selama 10 bulan terakhir.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Berapa besar keeratan hubungan asupan lemak dengan tekanan darah pada pasien yang berobat di Puskesmas Cimahi Utara ? 1.2.2 Berapa besar keeratan hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan tekanan darah pada pasien yang berobat di Puskesmas Cimahi Utara ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Asupan Lemak, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Tekanan Darah Pada Pasien Yang Berobat di Puskesmas Cimahi Utara.
4 1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui asupan lemak pada sampel.
2. Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) sampel.
3. Menganalisis keeratan hubungan asupan lemak dengan tekanan darah sistolik pada sampel.
4. Menganalisis keeratan hubungan asupan lemak dengan tekanan darah diastolik pada sampel.
5. Menganalisis keeratan hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah sistolik pada sampel.
6. Menganalisis keeratan hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah diastolik pada sampel.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang akan diteliti adalah hubungan Asupan Lemak ,Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Tekanan Darah Sistolik / Diastolik pada Pasien yang Berobat di Puskesmas Cimahi Utara.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dengan menerapkan ilmu penilaian status gizi (PSG) khususnya dalam pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan penerapan ilmu survei konsumsi pangan (SKP) khususnya dalam pengukuran asupan lemak berkaitan dengan ilmu patologi manusia terkait dengan pengukuran tekanan darah sistolik/diastolik.
1.5.2 Bagi Sampel
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi sampel mengenai asupan sumber lemak , indeks massa tubuh (IMT) dan tekanan darah sistolik/diastolic pada pasien yang
5
berobat di puskesmas cimahi utara dengan upaya pemberian souvenir berupa kalender yang berisikan anjuran konsumsi lemak sesuai kebutuhan dan batas ambang Indeks Massa Tubuh sesuai kategori sehingga sampel dapat terus mengingat dan menerapkan pola hidup sehat untuk kedepannya.
1.5.3 Bagi Puskesmas Cimahi Utara
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi masukkan data, dan bahan konseling yang berkaitan dengan hubungan antara asupan lemak, indeks massa tubuh (IMT) dan tekanan darah pada pasien yang berobat di puskesmas cimahi utara.
1.5.4 Bagi Institusi Jurusan Gizi
Penulis berharap penelitian ini agar dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang lebih luas sehingga dapat dijadikan sebuah referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah perkembangan di bidang gizi dan kesehatan.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengumpulkan data sampel dengan kriteria diet rendah lemak, diet rendah garam, makanan dan minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah.Selain itu pemeriksaan tekanan darah dilakukan satu kali.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah
2.1.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan pada sistem vaskular tubuh.Sistem vaskular darah yang kaya oksigen menjauhi jantung menuju pembuluh darah, arteri dan kapiler untuk masuk ke jaringan.Setelah oksigen didapatkan oleh jaringan, darah masuk ke vena dan dibawa kembali ke jantung dan paru-paru (Braverman, 2008).Tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer 2007).
Tekanan darah pada setiap individu bervariasi. Tekanan darah normal pada anak-anak lebih rendah dari pada orang dewasa dan akan meningkat seiring bertambahnya usia (Kowalski, 2010).
2.1.2 Cara Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah bisa diukur dengan sphygmomanometer. Alat sphygmomanometer ini terdiri atas beberapa komponen berikut.
1. Manset (cuff) dari karet yang dibungkus kain
2. Manometer air raksa yang berskala 0 mm – 300 mmHg 3. Pompa karet
4. Pipa karet atau selang 5. Ventil putar
Cara pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut ini:
7
1. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan memasang manset di lengan atas sekitar 4 cm di atas lipatan siku.
2. Sesaat sebelum pengukuran tekanan darah, pasien harus beristirahat duduk santai minimal 10 menit. Selain itu tidak boleh merokok dan minum kopi karena dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
3. Tekanan darah diukur 2 sampai 3 kali berturut-turut, jika hasilnya berbeda maka yang digunakan adalah yang nilainya terendah.
4. Ukuran manset yang digunakan harus sesuai dengan lingkar lengan. (Gunawan, 2001)
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.World Health Organization (WHO) memberikan batasan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
2.3 Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata-rata dua kali pengukuran masing-masing kunjungan. MenurutJoint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7, 2003)
8 Tabel 2.1
KLASIFIKASI MENURUT JNC (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON PREVENTION, DETECTION, EVALUATING, AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE) Kategori
Tekanan Darah menurut JNC 7
Tekanan Darah Sistol (mmHg)
Atau Tekanan Darah Diastol (mmHg)
Normal < 120 Atau < 80
Pra-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi:
Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
(Sumber JNC 7, 2003)
2.4 Etiologi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu hipertensi primer dan sekunder : (Sustrani, 2004).
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, atau disebut juga hipertensi idiopatik.Terdapat 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system reninangiotensin, defek dalam ekskresi Na & Ca interselular, dan faktor – faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia (MansjoerArif,dkk 2001).
Faktor-faktor resiko hipertensi primer atau tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis :
a. Faktor genetik
Faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan riwayat hipertensi pada keluarga. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
9
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraeni, dkk 2009).
b. Umur
Usia dapat menjadi risiko terjadinya penyakit hipertensi. Meskipun penyakit hipertensi dapat terjadi pada segala usia, namun sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.
Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia biasa terjadi. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon (Corwin, 2001).
c. Jenis kelamin
Pada umumnya kejadian hipertensi pada laki- laki lebih tinggi dari pada permpuan, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada perempuan akan meningkat. Sehingga pada usia diatas 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan lebih tinggi (Tambayong, 2000).
d. Etnis
Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa tekanan darah pada masyarakat kulit hitam lebih tinggi dari pada golongan etnis lain. Hal ini menunjukan bahwa ada penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan etnis (Padmawinata, 2001).
Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi : a.Berat Badan
Hubungan antara berat badan dan tekanan darah muncul dari kajian pengamatan secara prospektif.Kelebihan berat badan berkaitan dengan 2 – 6 kali resiko kenaikan tekanan darah atau hipertensi.Kasus
10
hipertensi yang disebabkan oleh obesitas mencapai 30 – 65%.Dari data pengamatan, regresi mutivariat tekanan darah menunjukkan kenaikan tekanan darah sistolik 2-3 mmHg dan tekanan darah diastolic 1-3 mmhg untuk setiap kenaikan berat badan 10kg (Padmawinata, 2001).
b. Konsumsi Natrium
Secara umum, garam selalu dihubungkan dengan tekanan darah tinggi.Mekanisme garam terhadap kejadian tekanan darah yaitu melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.Keadaan ini diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (system pendarahan yang normal) (Radecki, 2000).
c. Stres atau ketegangan jiwa
Stress atau ketegangan jiwa dapat memacu kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha menyesuaikan sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis, gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag (Sustrani,2004).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Penyaki-penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi adalah: koartasio aorta, kelenjar adrenal :pheochromocytoma, tumor cathecolamin yang terus menerus mengeluarkan lendir, penyakit chusing; penyakit ginjal,glomeuronefritis kronis, toxemia kehamilan, kenaikan tekanan intracranial oleh tumor atau trauma, penyakit kolagen,pengaruh sekunder dari obat tertentu, seperti obat kontrasepsi oral (Sustrani, 2004).
11 2.5 Gejala Penyakit Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price and Wilson, 2005).
Sedangkan gejala yang mungkin timbul akibat adanya penyakit lain yang menyebabkan hipertensi adalah sindrom cushing yaitu peningkatan berat badan, emosi yang labil serta gejala lain seperti sering buang air kecil dan ingin minum terus pada kelainan pengaturan kelenjar adrenal di ginjal (Karyadi, 2006).
2.6 Asupan Lemak 2.6.1 Definisi Lemak
Lemak adalah ikatan organik yang meliputi senyawa – senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum terdapat dalam makanan, malam, fosfolipida, sterol,dan ikatan sejenisnya yang umum terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia (Almatsier,2004).
2.6.2 Klasifikasi Lemak
Berdasarkan bentuknya lemak digolongkan menjadi dua golongan yaitu lemak padat (mentega,lemak hewan) dan lemak cair ( minyak kelapa sawit). Kemudian berdasarkan wujudnya lemak digolongkan menjadi dua yaitu lemak yang menampakkan wujudnya secara langsung (lemak daging sapi yang berwarna putih) dan lemak yang menampakkan wujudnya secara tidak langsung (seperti lemak dalam telur) (yuniastuti,2008).
2.6.3Definisi Asupan Lemak
Asupan lemak merupakan pola konsumsi pangan atau kebiasaan konsumsi jenis bahan makanan sumber lemak, yang biasa di konsumsi
12
secara terus menerus, atau berkala sesuai dengan batasan yang ditentukan.Lemak merupakan penyumbang energi terbesar dibandingkan zat gizi lainnya yaitu 1 gram lemak menyumbang 9 kkal energi (Almatsier, 2004).
Konsumsi lemak yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah 20% dari total energi dan <6% dari total energi untuk jenis lemak jenuh (Karyadi,2002). Kebutuhan lemak yang di anjurkan untuk orang dewasa sebanyak 15-25% dari kebutuhan energi total.Jumlah ini memenuhi kebutuhan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Di antara lemak yang dikonsumsi dalam sehari dianjurkan maksimal 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Sedangkan untuk kolesterol yang dianjurkan adalah ≤ 300 mg/hari (Almatsier, 2004).
2.6.4 Kandungan Lemak dalam Satuan Penukar
Berdasarkan kandungan lemak, kelompok lauk pauk dibagi menjadi tiga golongan yaitu golongan A rendah lemak meliputi daftar pangan sumber protein hewani dengan satu satuan penukar yang mengandung 7 gram protein, 2 gram lemak dan 50 Kalori. Golongan B lemak sedang meliputi daftar pangan sumber protein hewani dengan satu satuan
penukar yang mengandung 7 gram protein, 5 gram lemak dan 75 Kalori.Golongan C tinggi lemak meliputi daftar pangan sumber protein
hewani dengan satu satuan penukar yang mengandung 7 gram protein, 13 gram lemak dan 150 kalori (Kementrian Kesehatan, 2014).
Kelompok pangan minyak sumber lemak pangan ini seluruhnya terdiri dari lemak.Menurut kandungan asam lemak, minyak dibagi menjadi dua kelompok yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh.Lemak tak jenuh dan lemak jenuh satu satuan penukarnya mengandung 50 kkal dan 5 gram lemak(Kementrian Kesehatan, 2014).
13
2.7 Hubungan Asupan Lemak Dan Tekanan Darah
Makanan yang mengandung lemak akan mengandung kolesterol, namun kolesterol LDL yang dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi.
Lemak yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah menjadi LDL sehingga kolesterol dalam darah meningkat, pada saat ini kolesterol LDL akan menempel pada dinding arteri dalam bentuk deposit lemak atau ateroma.
Ini akan menyebabkan dinding pembuluh darah mengalami peningkatan resistensi yang dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan pembuluh darah (Morell, 2005).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi lemak dengan peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) di Kabupaten Karanganyar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi lemak dengan hipertensi dengan nilai p=0,024. Penelitian yang dilakukan oleh Fathina (2007) di Klinik Rawat Jalan di RSU Semarang bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan hipertensi dengan nilai p=0,00. Asupan lemak dapat meningkatkan kadar tekan darah diastolik dan sislotik (Ismuningsih, 2013).
2.8 Indeks Massa Tubuh (IMT)
2.8.1 Definisi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin.Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).
2.8.2 Cara Mengukur (IMT)
Untuk mengetahui nilai IMT , dapat dihitung dengan rumus berikut:
14 Menurut rumus metrik:
𝐼𝑀𝑇 =𝐵𝐵 (𝑘𝑔 ) 𝑇𝐵² ( 𝑚)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health Organization (WHO).Untuk Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di berbagai Negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
BATAS AMBANG INDEKS MASSA TUBUH (IMT) UNTUK INDONESIA
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal 18,5 – 25 ,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
(Sumber : Kementrian Kesehatan, 2014) Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kekurangan Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 -18,5 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5 – 25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT > 25,0 – 27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
.(Sumber : Kementrian Kesehatan, 2014)
15 2.9 Hubungan IMT Dan Tekanan Darah
Peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki kaitan erat dengan terjadinya peningkatan tekanan darah.Kenaikan berat badan berpengaruh terhadap mekanisme timbulnya tekanan darah tinggi.Pada orang dengan status Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas terjadi peningkatan volume plasma dan curah jantung yang meningkat sehingga tekanan darah meningkat. Hal ini berkaitan dengan semakin besar ukuran tubuh maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan-jaringan tubuh sehingga meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Sumayku,dkk, 2014).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara IMT dengan peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Fierora (2014) di Surakarta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara IMT dan tekanan darah dengan nilai p=0,000.
Sedangkan pada penelitian Apriany (2012) menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara IMT dan tekanan darah dengan nilai p=0,811. Pada beberapa penelitian Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat meningkatkan kadar tekanan darah sistolik atau diastolik.
2.10 Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan memiliki tujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau sekelompok orang secara kualitatif (Gibson,2005).Semiquantitative Food Frequency merupakan salah satu survey konsumsi makanan pada tingkat individu yang bersifat retropektif.
SFFQ (Semiquantitative Food Frequency Questionnaire) menggambarkan frekuensi konsumsi makanan dalam ukuran/ satuan/ berat yang sudah ditentukan dalam satu periode waktu tertentu ( hari / minggu/ bulan/
tahun). Food Frequencydapat menggambarkan besar porsi atau banyaknya bahan makanan yang dikonsumsi individu (Gibson,2005).
16
2.11 Kelebihan Dan Kekurangan Metode SFFQ (Semiquantitative Food Frequency Questionnaire)
1. Kelebihan SFFQ : a. Relatif lebih murah
b. Lebih menggambarkan kebiasaan konsumsi makanan dibandingkan dengan diet record atau recall.
c. Dapat dilakukan dengan sampel yang besar.
d. Dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara diet atau konsumsi makanan dengan kejadian penyakit.
2. Kekurangan SFFQ :
a. Tergantung sample dalam menginterpretasikan data diet atau konsumsi makanan.
b. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.
c. Apabila bahan makanan terlalu banyak dalam formulir/ table, dapat membuat sampel bosan.
( Supariasa,2002)
17 BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep
Asupan lemak yang berlebih dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi yang dapat membuat timbunan lemak yang disebabkan oleh kolesterol yang menempel pada pembuluh darah yang lama- kelamaan akan terbentuk plaque. Terbentuknya plaque dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke seluruh tubuh akan terganggu hal ini dapat memicu meningkatnya volume darah dan tekanan darah yang mengakibatkan penyakit hipertensi.
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah diantaranya obesitas yang ditunjukkan oleh angka Indeks Massa Tubuh (IMT), makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk mensuplai oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Hal ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Untuk memperjelas hubungan asupan lemak, IMT (indeks massa tubuh), dan tekanan darah dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini :
18 GAMBAR 3.1
ANALISIS ASUPAN LEMAK , IMT (INDEKS MASSA TUBUH) DAN TEKANAN DARAH
Keterangan :
Variabel Independen 1 : Asupan Lemak Variabel Independen 2 : IMT
Variabel Dependen : Tekanan Darah 3.2 Hipotesis
a. Semakin tinggi asupan lemak, semakin tinggi tekanan darah sistolik.
b. Semakin tinggi asupan lemak, semakin tinggi tekanan darah diastolik.
c. Semakin besar Indeks massa tubuh (IMT), semakin tinggi tekanan darah sistolik.
d. Semakin besar Indeks massa tubuh (IMT), semakin tinggi tekanan darah diastolik.
3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Asupan Lemak
Persen rata –rata asupan lemak per hari dari makanan yang di konsumsi oleh sampel pada periode satu bulan terakhir.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur :Formulir Semiquantitave Food Frequency Questionaire
Hasil Ukur : Asupan lemak dalam persen (%) dari total kebutuhan Energi sehari.
Asupan Lemak
IMT
Tekanan Darah
19 Skala Ukur : Interval
3.3.2 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Perbandingan antara Berat Badan dalam kg dengan Tinggi Badan dalam meter2 (Kg/m2) kepada sampel.
Cara Ukur : Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Alat Ukur : 1. Berat Badan menggunakan timbang injak dengan ketelitian 0,1 kg
2. Tinggi Badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm.
Hasil Ukur : IMT = (kg/m2) Skala Ukur : Interval.
3.3.3 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Tekanan darah sistolik dan diastolic hasil pengukuran yang dilakukan oleh (perawat) kepada sampel.
Cara Ukur : Tenaga medis (perawat) mengukur tekanan darah dalam pembuluh darah (arteri) sample.
Alat Ukur : Sphygmomanometer.
Hasil Ukur : Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg.
Skala Ukur : Interval.
20 BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian yang mengumpulkan variable bebas (asupan lemak dan IMT) dan variable tergantung (tekanan darah) yang diukur secara bersamaan.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Cimahi Utara.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian untuk pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2016 hingga bulan Februari 2016.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa yang berobat ke Puskesmas Cimahi Utara pada bulan Januari - Februari 2016.
Pengambilan sampel secara consecutive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria inklusi :
1. Pasien berusia 18 tahun keatas.
2. Pasien bisa diajak berkomunikasi.
3. Bersedia menjadi sampel.
Kriteria eksklusi :
1. Menderita penyakit Diabetes Militus.
2. Menderita penyakit gagal ginjal.
3. Menderita penyakit gagal jantung.
21
Besar Sampel dihitung menggunakan rumus : (Budiarto, 2003)
n = [ 𝑍𝛼+𝑍𝛽 0,5 𝐼𝑛 [1+𝑟
1−𝑟]
]
2+
3 Keterangan :n = Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Zα = tingkat kemaknaan = 5%, maka Z1-α = 1,64 (one tail) Zβ = power atau kekuatan uji = 80% → 0,84
r = Korelasi (0,40) (perkiraan derajat keeratan hubungan adalah sedang) (Fathina, 2007).
n = [
1,64+0,840,5 𝐼𝑛 [1+0,4
1−0,4]
]
2 + 3 n = 38 ≈ 41Dari perhitungan dengan rumus di atas diperoleh jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebanyak 41 orang.
4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
a. Data karakteristik sampel meliputi : jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner.
b. Data asupan makanan yang mengandung lemak yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan Formulir SFFQ (Semiquantitative Food Frequency Questionnaire) dengan alat bantu food model dan food photograph.
22
c. Data tinggi badan dikumpulkan dengan cara mengukur menggunakan microtoise merk Seca dengan ukuran 200 cm dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.
d. Data berat badan dikumpulkan dengan cara mengukur menggunakan timbangan injak merk Camryberkapasitas 120 kg, dengan ketelitian 0,1 kg.
e. Data IMT diperoleh berdasarkan perhitungan pada nilai yang diperoleh dari data tinggi badan dan berat badan. Rumus IMT :
𝐼𝑀𝑇 =𝐵𝐵 (𝑘𝑔 ) 𝑇𝐵² ( 𝑚)
f. Hasil pengukuran tekanan darah oleh tenaga medis di Puskesmas Cimahi Utara.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum Puskesmas Cimahi Utara.Gambaran umum pasien yang berobat.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data
1. Data identitas sampel yang diperoleh dari pengisian kueisioner meliputi a) Jenis kelamin di kategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Laki – laki 2. Perempuan
b) Usia sampel dikategorikan berdasarkan WHO, yaitu : 1. Usia pertengahan : 45-59 Tahun
2. Lanjut usia : 60-74 Tahun 3. Lanjut usia tua : 75-90 Tahun 4. Lansia sangat tua : >90 Tahun
c) Pekerjaan sampel dikategorikan kedalam enam kelompok.
d) Tingkat Pendidikan Sampel dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu :
23
1. Pendidikan Dasar ( SD dan SMP)
2. Pendidikan Lanjut (SMA dan Perguruan Tinggi)
e) Data asupan lemak hasil data yang di dapatkan akan di konversikan kedalam daftar komposisi lemak dengan menggunakan software Nutrisurvey.
f) Data Antropometri terdiri dari berat badan dan tinggi badan yang di konversikan kedalam IMT.
g) Data tekanan darah dari hasil pemeriksaan sampel dalam waktu maksimal satu bulan terakhir yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di puskesmas. Hasil tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg).
4.6 Analisis Data a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui keragaman pada setiap variable. Untuk variable dengan data continue (asupan lemak), kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan menentukan nilai mean dan standar deviasi. Sedangkan variable dengan data kategori (jenis kelamin, usia, pekerjaan, data antropometri) dianalisis dengan menghitung proporsi (persentase) dari setiap kategori dan disajikan dalam bentuk nilai minimal, maksimal, mean dan standar deviasi.
b. Analisis Bivariat Rumus Korelasi Person
keterangan :
n
j n
i n
j i
i i
i i
r
1
2 1
2
24 r : korelasi
Y : Variabel Dependen X : Variabel Independen n : Jumlah sampel dengan nilai r = -1 ≤ r ≤ + 1
r : -1, korelasi negativ, artinya semakin kecil nilai variable independen maka semakin tinggi nilai variable dependen.
r : 0, dianggap tidak ada hubungan antara X (variable independen) dan Y ( variable dependen).
r : +1, korelasi positiv, artinya semakin kecil nilai variable independen maka semakin rendah nilai variabel dependen.
Dengan daerah korelasi : (Fajar, 2009).
r : 0 – 0,25 Hubungan Lemah r : 0,26 – 0,50 Sedang
r : 0,51 – 0,75 Kuat
r : 0,75 – 1,0 Sangat kuat atau Sempurna.
25 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Cimahi Utara berada di Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Mempunyai luas wilayah Kelurahan Cibabat seluas 28.738 terdiri dari 25 RW dan 138 RT. Untuk mendukung terlaksananya pembangunan kesehatan di wilayah kerja kelurahan Cibabat, diperlukan adanya Visi dan Misi Puskesmas sehingga pelaksanaan pembangunan kesehatan tersebut menjadi terarah. Visi dari Puskesmas Cimahi Utara yaitu “Cibabat Sehat Mandiri 2017”. Sedangkan Misi dari Puskesmas Cimahi Utara yaitu pertamameningkatkan jejaring pelayanan kesehatan, kedua meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan ketiga memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan mandiri. Dalam mendukung Visi dan Misi tersebut Puskesmas Cimahi Utara mempunyai Motto yaitu “ Keep The People Health With High Touch And High Tech ”.
Batas wilayah kerja Puskesmas Cimahi Utara yaitu, bagian barat Kelurahan Citeureup Kecamatan Cimahi Utara. Bagian utara Desa Sariwangi dan Desa Cihanjuang Kabupaten Bandung Barat.Selatan Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah dan bagian timur Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cimahi Utara. Dengan wilayah kerja yang ada dilintas batas dengan Kota Bandung dan kabupaten bandung Barat ini memungkinkan kasus penyakit berimbas dan terjadi pula di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Utara.
Layanan kesehatan di Puskesmas Cimahi Utara yaitu Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi, Poliklinik MTBS, Pelayanan KIA, Pelayanan KB, Pelayanan Imunisasi, Pelayanan TB Paru, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan sanitasi, dan Konsultasi Gizi.
26
Pada laporan puskesmas tahun 2015 didapatkan 10 penyakit terbanyak di puskesmas cimahi utara diantaranya hipertensi sebagai peringkat ke tiga dengan jumlah penderita 802 orang pada tahun 2015.
5.2 Gambaran Umum Sampel 5.2.1 Umur
Sampel yang digunakan adalah sampel di ≥18 tahun. Gambaran sampel pada penelitian ini berdasarkan umur data dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut ini.
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Karakteristik Kategori N %
Usia 45 – 59 33 80,5
60 – 74 8 19,5
Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel kelompok umur di atas, dapat diketahui bahwa sampel yang berumur ≥45 tahun (80,5%) lebih banyak di bandingkan dengan usia sampel ≥60 tahun (19,5%).
Bertambahnya umur maka semakin tinggi resiko menderita tekanan dara tinggi, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh seperti perubahan elastisitas otot jantung, pembuluh darah, dan penurunan hormon (Trianto, 2014). Namun pada hasil penelitian ini, usia sampel lebih banyak pada kelompok usia 45-59 tahun termasuk pada kelompok usia pertengahan, sehingga sudah mulai terjadi perubahan elastisitas otot jantung dan pembuluh darah yang signifikan. Kejadian tekanan darah tinggi pada penelitian ini bukan karena hal tersebut, tetapi
27
karena faktor lain, seperti asupan lemak, status IMT dan sebagainya (Pratiwi dan Zaimah,2009).
5.2.2 Jenis Kelamin
Gambaran sampel pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut ini.
TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Karakteristik Kategori N %
Jenis Kelamin Laki-laki 8 19,5
Perempuan 33 80,5
Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel di atas, sampel berjenis kelamin peremuan (80,5) lebih banyak dibandingkan dengan sampel laki-laki (19,5).Perempuan umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada laki-laki yang berusia sama, hal ini lebih cenderung akibat variasi hormon. Perempuan yang mengalami masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh hormon estrogen,yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler (Gray, 2005). Pada penelitian ini , sampel dengan usia 45-59 tahun lebih banyak sedangkan usia menopause perempuan di Indonesia adalah pada usia 45-55 tahun (Muniroh dan Mahmudah, 2013), sehingga yang lebih beresiko untuk mengalami tekanan darah tinggi adalah perempuan.
2.2.3 Pekerjaan
Gambaran sampel pada penelitian ini berdasarkan pekerjaan dapa dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut ini.
28 TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PEKERJAAN DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Karakteristik Kategori N %
Pekerjaan
Tidak Bekerja/ IRT 27 65,9
Buruh 6 14,5
Wiraswasta 5 12,2
PNS 3 7,3
Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sampel yang tidak bekerja (65,9%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh (14,5%), Wiraswasta (12,2%), dan PNS (7,3%).
Status pekerjaan diasumsikan sebagai aktifitas fisik. Kriteria kelompok tidak bekerja adalah sampel yang bekerja dengan aktifitas ringan dan ibu rumah tangga. Sedangkan kelompok bekerja adalah sampel dengan aktifitas sedang sampai berat. Salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah kurangnya aktifitas fisik. peningkatan aktivitas fisik merupakan strategi pencegahan tekanan darah meningkat (Khomsan, 2004).
5.3 Asupan Lemak
Data asupan lemak ini di bagi menjadi 2 kategori dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi berikut ini.
29 TABEL 5.4
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ASUPAN LEMAK DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa asupan lemak pada 41 sampel bervariasi. Pada nilai minimum yakni 47% dan nilai maksimum yakni 149% kemudian pada rata-rata asupan lemak sampel yakni 97% berdasarkan kebutuhan lemak sehari, dan rata-rata total kebutuhan energi yakni 24,2% dengan nilai maksimumnya yakni 37,3%
dan nilai minimumnya yakni 11,75%.
Rata-rata asupan total lemak pada sampel sebesar 24,2% dari kebutuhan energy sehari. Tergolong rendah jika dibandingkan dengan penelitian Iriani (2014) dengan rata-rata asupan lemak total 31% dari total kebutuhan energy. berdasarkan anjuran lemak untuk orang dewasa yakni 10-25% dari kebutuhan energi total. Dapat dilihat asupan lemak sampel rata-rata sudah memenuhi kebutuhan lemak sehari.
Penelitian ini menunjukkan sampel dengan asupan lemak tinggi, lebih sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak seperti daging ayam dengan kulit, telur ayam, jeroan, santan dan makanan yang digoreng.
Frekuensi konsumsi sampel dengan asupan lemak berlebih memiliki kebiasaan konsumsi daging tinggi lemak 3-4 kali dalam seminggu dan 2-3
KATEGORI
JUMLAH Asupan Lemak
N % Mean Minimum Maksimum Kurang 23 56.1
0.9763 47% 149%
Lebih 18 43.9 Jumlah 41 100
30
kali mengkonsumsi makanan di goreng dalam sehari. Selain itu, pada sampel dengan asupan lemak kurang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi sumber lemak golongan rendah lemak 3-4 kali dalam seminggu, seperti ikan, cumi, dan ikan asin dengan porsi kecil.
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan, yang berisiko peningkatan tekanan darah.
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh 3 kali dalam seminggu terbukti dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah.
Konsumsi lemak jenuh secara berlebih, dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya pembuluh darah menjadi tidak elastis. Kondisi ini dapat menyebabkan aliran darah dalam pembuluh mengalami kenaikan (Wirakusumah, 2001).
5.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Data IMT dibagi menjadi 3 kategori dapat dilihat distribusi frekuensi berikut ini.
TABEL 5.5
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN IMT DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
KATEGORI JUMLAH IMT
n % Mean Minimum Maksimum Normal 19 46.3
26.6098 18 37
Gemuk Ringan 3 7.3 Gemuk Berat 19 46.3
Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat di lihat sampel dengan IMT pada 41 sampel bervariasi. Pada nilai minimum yakni 18kg/m2, nilai maksimum yakni 37kg/m2 kemudian pada rata-rata IMT sampel yakni 26 kg/m2.Rata- rata IMT pada sampel sebesar 26,6 kg/m2 hal ini sejalan dengan
31
penelitian Ratnaningrum (2015) dengan rata-rata IMT 26 kg/m2 pada pasien wanita menopause di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Berdasarkan batas ambang IMT untuk orang Indonesia menurut Kemenkes (2014) rata-rata IMT sampel termasuk kategori gemuk ringan.
Indeks Massa Tubuh merupakan metode yang digunakan untuk menentukan status gizi seseorang. Pada orang dengan status IMT gemuk berat, merupakan kejadian terakumulasinya lemak secara berlebih pada jaringan adipose. Sehingga mengakibatkan gangguan pada kesehatan, yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah (Yulyius, dkk, 2013).
Pada sampel dengan status IMT gemuk, 20 % diatas berat badan normal mengalami tekanan darah tinggi dua kali lebih besar dibandingkan sampel dengan status IMT normal. Sehingga mengakibatkan penimbunan lemak dalam tubuh, kegemukan yang terjadi pada orang dewasa disebabkan oleh semakin besarnya sel lemak. Sel-sel tersebut berkelompok menempati daerah-daerah tertentu di tubuh seperti lipatan usus, tengkuk, punggung, paha, pantat dan bagian-bagian di bawah kulit.Penimbunan sel-sel lemak, dapat terjadi disekitar pembuluh darah sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi (Fathina, 2007).
32 5.5 Tekanan Darah
TABEL 5.6
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA
TAHUN 2016
KATEGORI
JUMLAH Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
n % Mean Mini
mum
Maksi mum
Mea n
Minimu m
Maksi mum Normal 20 48.8
131.70
7 90 190 83.9
024 70 100
Pre
Hipertensi 4 9.8 Hipertensi_1 10 24.4 Hipertensi_2 7 17.1 Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sampel dengan tekanan darah sistolik dan diastolic pada 41 sampel bervariasi.Untuk nilai minimum tekanan darah sistolik yakni 90mmHg dan nilai maksimum tekanan darah sistolik yakni 190mmHg.Selain itu pada nilai minimum tekanan darah diastolic yakni 70 mmHg dan nilai maksimum tekanan diastolic 100 mmHg.Rata-rata tekanan darah sistolik sampel yakni 131mmHg dan rata- rata tekanan darah diastolik sampel yakni 83mmHg.
Rata –rata tekanan darah sistolik yakni 131mmHg tergolong rendah jika dibandingkan dengan penelitian Hapsari (2016) dengan rata-rata tekanan darah sistolik 140,75 mmHg. Sedangkan untuk rata-rata tekanan darah diastolic yaitu 83 mmHg tergolong rendah jika dibandingkan dengan penelitian Hapsari (2016) dengan rata-rata tekanan darah diastolic yaitu 84,48 mmHg. Berdasarkan klasifikasikan menurut JNC VII (2003) rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sampel yakni pre hipertensi.
33
Tekanan darah merupakan faktor yang berperan penting di dalam sistem sirkulasi tubuh. Naik atau turunnya tekanan darah dapat mempengaruhi keseimbangan di dalam tubuh. Tekanan ini paling tinggi saat ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Tekanan darah tinggi yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada pembuluh darah, ginjal, jantung, otak dan mata.Penyakit tekanan darah tinggi juga menjadi penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Ratnaningrum, 2015).
5.6 Uji Normalitas Data
Dari hasil uji normalitas data menggunakan Kologorov-Smirnov diketahui data berdistribusi normal untuk variabel asupan lemak dan IMT.Sedangkan pada variabel tekanan darah sistolik dan diastolic diketahui data berdistribusi tidak normal.Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman.
5.6.1 Analisis Asupan Lemak dan Tekanan Darah Sistolik
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara asupan lemak dan tekanan darah sistolik dilakukan dengan uji korelasi Spearman sebagai berikut :
TABEL 5.7
KEERATAN HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN TEKANAN DARAH SISTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Variabel p-value ᴦ
Asupan Lemak 0,103 0,202
Hasil uji korelasi spearman antara asupan lemak dan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara asupan lemak dan tekanan darah sistolik. Hasil analisis menunjukkan nilai
34
r= 0,202 (< 0,25) hal ini menunjukkan hubungan yang lemah antara asupan lemak dan tekanan darah sistolik. Bentuk korelasi positif pada nilai r tersebut menunjukkan bahwa hubungan positif antara asupan lemak dan tekanan darah sistolik, artinya semakin besar asupan lemak maka semakin tinggi tekanan darah sistolik. Berdasarkan koefisien korelasi yang tidak signifikan (p>0,05) maka analisis data tidak dilanjutkan dengan uji regresi yang dibentuk dari variabel asupan lemak dan tekanan darah sistolik. Gambar dibawah ini menyajikan hubungan asupan lemak dan tekanan darah sistolik :
GAMBAR 5.1
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN TEKANAN DARAH SISTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Sebagian besar sampel (43.9%) sudah dapat memenuhi kebutuhan asupan lemak sehari, rata-rata asupan lemak sampel 97% per hari.Namun, dari 41 sampel sebanyak (56.1%) sampel termasuk asupan lemak kurang dengan rata-rata tekanan darah sistolik 131 mmHg.Ini
Linear Regression
30 .0 0 40 .0 0 50 .0 0 60 .0 0 70 .0 0
Asupan_lem ak
10 0.00 12 5.00 15 0.00 17 5.00
Tek_Sistolik
Tek_Sistolik = 114.36 + 0.36 * Asupan_lemak R-Square = 0.03
35
menunjukkan sampel dengan asupan lemak kurang dari kebutuhan sehari memiliki tekanan darah sistolik tinggi. Menurut Kozier et al (2009) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yakni umur,jenis kelamin,aktifitas fisik,obesitas, dan obat penurun tekanan darah.
Penelitian ini belum dapat membuktikan adanya hubungan asupan lemak dan tekanan darah sistolik pada sampel, diduga karena terkait faktor-faktor lain yang dapat menurunkan kadar tekanan darah.
Berdasarkan faktor yang berpengaruh pada penelitian ini sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan (80,5%),dengan usia ≥45 tahun. Memiliki tekanan darah sistolik tinggi, kategori usia ini termasuk usia pertengahan berdasarkan batas usia yang ditetapkan WHO.Umumnya usia ≥45 tahun pada perempuan telah mengalami premenopause. Hormon estrogen sebagai pelindung pembuluh darah, semakin berkurang.Proses ini terjadi hingga bertambahnya usia (Pratiwi dan zaimah, 2009).
Sebagian besar sampel memiliki status gizi gemuk berat (46,3%) dan Normal (46,3%). Terdapat 3 sampel (7,3%) dengan status gizi gemuk ringan. Sampel dengan status gizi gemuk berat, namum belum mencapai kebutuhan lemak sehari memilik tekanan darah sistolik yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukkan oleh Mustamin (2010), yakni berat badan berlebih lebih memiliki peluang 50% menderita tekanan darah tinggi dibandingkan dengan berat badan normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hapsari (2016) di Kelurahan Sondakan Surakarta, yang menyimpulkan tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan tekanan darah sistolik pada lansia.
36
5.6.2 Analisis Hubungan Asupan Lemak dan Tekanan Darah Diastolik Untuk mengetahui keeratan hubungan asupan lemak dan tekanan darah diastolik dilakukan uji Korelasi Sperman, sebagai berikut :
TABEL 5.8
KEERATAN HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN
2016
Variabel p-value ᴦ
Asupan Lemak 0,409 0,037
Hasil uji korelasi Spearman antar asupan lemak dan tekanan darah diastolik diperoleh nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara asupan lemak dan tekanan darah diastolic. Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0,037 (< 0,25) hal ini menunjukkan hubungan yang lemah antara asupan lemak dan tekanan darah diastolik. Bentuk korelasi positif pada nilai r tersebut menunjukkan bahwa hubungan positif antara asupan lemak dan tekanan darah diastolik, artinya semakin besar asupan lemak maka semakin tinggi tekanan darah diastolik. Berdasarkan koefisien korelasi tidak signifikan (p>0,05) maka analisis data tidak dilanjutkan dengan uji regresi yang bertujuan untuk mendapatkan persamaan garis regresi yang dibentuk dari variabel asupan lemak dan tekanan darah diastolik. Gambar dibawah ini menyajikan hubungan asupan lemak dan tekanan darah diastolik :
37
GAMBAR 5.2
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Berdasarkan hasil penelitian ini, adanya korelasi positif pada nilai r menunjukkan bahwa semakin besar asupan lemak maka semakin tinggi tekanan darah diastolik. Hal ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Morrell (2005), bahwa konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan pembuluh darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut dengan aterosklerosis. Plaque yang terbentuk akan mengakibatkan aliran darah menyempit sehingga volume darah dan tekanan darah akan meningkat.
Hasil penelitian ini belum dapat membuktikan adanya hubungan asupan lemak dan tekanan darah diastolic pada sampel, diduga karena terkait dengan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan tekanan darah
Linear Regression
30 .0 0 40 .0 0 50 .0 0 60 .0 0 70 .0 0
Asupan_lem ak
70 .0 0 80 .0 0 90 .0 0 10 0.00
Tek_Diastolik
Tek_Diastolik = 82.41 + 0.03 * Asupan_lemak R-Square = 0.00
38
diastolik. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah diastolik pada sampel yakni usia, jenis kelamin dan status gizi.
Berdasarkan faktor yang berpengaruh pada penelitian ini yakni sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan (80,5%) dan laki-laki (19,5%). Setiap jenis kelamin memiliki stuktur organ dan hormone yang berbeda.Laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal jika dibandingkan perempuan.Laki-laki mempunyai risiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.Sedangkan pada perempuan cenderung lebih rentan terhadap hipertensi ketika berumur
≥45 tahun (Susilo, 2011).
Pada penelitian ini kategori usia sampel ≥45 tahun lebih banyak pada sampel perempuan. Rata-rata tekanan darah diastolic pada sampel yakni 83 mmHg tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan teori Wahyuni dan Eksanoto (2013),yang menyatakan prevalesi terjadinya tekanan darah tinggi pada perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan.Namun sebelum terjadinya menopause perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskular,karena aktifitas hormon estrogen berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL tinggi, merupakan faktor pelindung untuk mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Jika dilihat dari usia sampel (≥45 tahun) termasuk pada kategori premenopause. Ini dapat mempengaruhi keseimbangan hormon estrogen, karena berkurangnya hormon estrogen yang bersifat melindungi pembuluh darah. Proses ini akan berlangsung hingga jumlah hormon berkurang secara alami, berdasarkan usia yang semakin tua.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hapsari (2016) di Kelurahan Sondakan Surakarta, yang menyimpulkan tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan tekanan darah diastolik pada
39
lansia. Hasil penelitian yang sama di laporkan pula oleh Mafufah (2015) di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
5.6.3 Analisis Hubungan IMT dan Tekanan Darah Sistolik
Untuk mengetahui keeratan hubungan IMT dan tekanan darah sistolik dilakukan uji Korelasi Sperman, sebagai berikut :
TABEL 5.9
KEERATAN HUBUNGAN IMT DAN TEKANAN DARAH SISTOLIK SAMPEL DI PUSKESMAS CIMAHI UTARA TAHUN 2016
Variabel p-value ᴦ
IMT 0,241 0,113
Hasil uji korelasi Spearman antar IMT dan tekanan darah sistolik diperoleh nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara IMT dan tekanan darah sistolik. Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0,113 (< 0,25) hal ini menunjukkan hubungan yang lemah antara IMT dan tekanan darah sistolik. Bentuk korelasi positif pada nilai r tersebut menunjukkan bahwa hubungan positif antara IMT dan tekanan darah sistolik, artinya semakin besar IMT maka semakin tinggi tekanan darah sistolik. Berdasarkan koefisien korelasi tidak signifikan (p>0,05) maka analisis data tidak dilanjutkan dengan uji regresi yang bertujuan untuk mendapatkan persamaan garis regresi yang dibentuk dari variabel asupan lemak dan tekanan darah sistolik. Gambar dibawah ini menyajikan hubungan IMT dan tekanan darah sistolik :