• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI REPRODUKSI DAN RESPONS SUPLEMENTASI MINERAL SELENIUM DAN ZINC TERHADAP PERFORMANS DAN KUALITAS SEMEN KAMBING SAMOSIR JANTAN TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI REPRODUKSI DAN RESPONS SUPLEMENTASI MINERAL SELENIUM DAN ZINC TERHADAP PERFORMANS DAN KUALITAS SEMEN KAMBING SAMOSIR JANTAN TESIS"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI REPRODUKSI DAN RESPONS SUPLEMENTASI MINERAL SELENIUM DAN ZINC TERHADAP

PERFORMANS DAN KUALITAS SEMEN KAMBING SAMOSIR JANTAN

TESIS

PURWO SISWOYO 147040010

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

POTENSI REPRODUKSI DAN RESPONS SUPLEMENTASI MINERAL SELENIUM DAN ZINC TERHADAP

PERFORMANS DAN KUALITAS SEMEN KAMBING SAMOSIR JANTAN

TESIS

Oleh:

Purwo Siswoyo 147040010

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

POTENSI REPRODUKSI DAN RESPONS SUPLEMENTASI MINERAL SELENIUM DAN ZINC TERHADAP

PERFORMANS DAN KUALITAS SEMEN KAMBING SAMOSIR JANTAN

TESIS

Oleh:

Purwo Siswoyo/ 147040010

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar master di program studi peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(4)

Judul Penelitian : Potensi Reproduksi dan Respons Suplementasi Mineral Selenium dan Zinc terhadap Performans dan Kualitas Semen Kambing Samosir Jantan.

Nama : Purwo Siswoyo

NIM : 147040010

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin.,M.Si Dr. Ir. Ristika Handarini MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr.Nevy Diana Hanafi., S.Pt.,M.Si Ketua Program Studi

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Potensi Produksi Dan Respons Suplementasi Mineral Selenium dan Zinc terhadap Kualitas Semen Kambing Samosir Jantan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Dr. Ir. Ristika Handarini MP selaku anggota pembimbing atas segala bimbingan

dan arahan dalam pembuatan tesis ini dan kepada seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis POTENSI PRODUKSI DAN RESPONS SUPLEMENTASI MINERAL SELENIUM DAN ZINC TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING SAMOSIR JANTAN adalah benar merupakan gagasan dari hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain.

Medan, Agustus 2017

Purwo Siswoyo NIM : 147040010

(7)

ABSTRAK

PURWO SISWOYO, 2017: Potensi Produksi dan Respons Suplementasi Mineral Selenium dan Zinc terhadap Kualitas Semen Kambing Samosir Jantan.

Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan RISTIKA HANDARINI.

Dengan mengkaji potensi produksi dan respons suplementasi diharapkan dapat melestarikan sumberdaya plasma nutfah kambing lokal yang ada di Indonesia khususnya kambing Samosir. Penelitian dilakukan dengan 2 tahap, tahap 1 dilakukan di pulau Samosir Desa Pusuk Buhit pada tahun 2015. Tahap 2 dilakukan di Laboratorium Penelitian Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016. Penelitian tahap 1 menggunakan Rancangan Deskriptif, parameter yang diamati adalah evaluasi makroskopis dan evaluasi mikroskopis. Penelitian tahap 2 menggunakan rancangan bujur sangkar latin dengan 4 perlakuan, yaitu blok mineral kontrol, blok mineral penambahan Zinc 10 ppm, blok mineral penambahan Selenium 10 ppm, dan blok mineral penambahan Zinc 10 ppm + Selenium 10 ppm. Parameter yang diamati adalah konsumsi, penambahan bobot badan, konversi pakan, motilitas, viabilitas, volume semen, konsentrasi spermatozoa, membran plasma utuh.

Hasil penelitian menunjukkan potensi reproduksi dan morfometrik kambing samosir memiliki kualitas yang dibawah rata-rata jika dibanding kambing pada umumnya. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh BM3 yaitu penambahan mineral Zincum 10 ppm + Selenium 10 ppm yang dapat meningkatkan nilai pertumbuhan bobot badan, konversi pakan, motilitas, membran plasma utuh, viabilitas, volume semen, dan konsentrasi spermatozoa.

Kata kunci: Zincum, Selenium, reproduksi, produksi, kambing samosir jantan.

(8)

ABSTRACT

PURWO SISWOYO, 2017: Potential Production and Response of Selenium and Zinc Mineral Supplementation on Quality of Goat Samosir Cement. Supervised by MA'RUF TAFSIN and RISTIKA HANDARINI.

By examining the potential of production and supplementation response is expected to preserve local goat germplasm resources in Indonesia, especially Samosir goat. The research was conducted in 2 stages, stage 1 was done in Samosir Island, Pusuk Buhit Village in 2015. Phase 2 was conducted at Animal Husbandry Research Laboratory of Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara in 2016. Phase 1 study using Descriptive Design, the parameters observed were macroscopic evaluation and evaluation Microscopic. The second phase study used a Latin Square design with 4 treatments, namely control, 10 ppm Zinc addition, 10 ppm selenium addition, and 10 ppm Zinc + Selenium 10 ppm.

The parameters observed were consumption, weight gain, feed conversion, motility, viability, cement volume, spermatozoa concentration, intact plasma membrane.

The results showed that the reproductive and morphometric potential of samosir goats had a quality that was below average when compared to goats in general. The best treatment shown by BM3 is the addition of Zincum 10 ppm miner + Selenium 10 ppm which can increase the value of body weight growth, feed conversion, motility, intact plasma membrane, viability, cement volume, and spermatozoa concentration.

Keywords: Zincum, Selenium, reproduction, production, male samosir goat.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Lubuk Pakam pada tanggal 6 Mei 1986 dari ayah Sudarno K dan ibu Rosnini Purba. Penulis merupakan putra ke-1 dari 3 bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Al-Azhar Medan dan pada tahun 2009 lulus Sarjana Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2014 penulis masuk ke Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(10)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Keaneka Ragaman Kambing di Indonesia ... 5

Pakan Ternak Kambing ... 6

Hijauan Pakan Ternak ... 8

Blok Multi-Nutrirsi ... 9

Urea ... 9

Bungkil Inti Sawit ... 10

Tepung Ikan ... 11

Molases ... 11

Garam ... 12

Mineral ... 12

Zinc ... 12

Selenium ... 13

Pertumbuhan Badan ... 13

Pertambahan Bobot Badan Kambing ... 14

Potensi Produksi Kambing Samosir Jantan... 15

Konsumsi Pakan Ternak Kambing... 17

Konversi Pakan ... 18

Potensi Reproduksi Kambing Samosir Jantan ... 19

Plasma Semen ... 19

Sel Spermatozoa ... 21 MATERI DAN METODE

(11)

Metode Penelitian... 24

Prosedur Pengambilan Data ... 24

a. Bobot Badan ... 24

b. Morfometrik Skrotum dan Testis ... 25

c. Potensi Semen Kambing Samosir ... 25

Koleksi Semen ... 25

Evaluasi Makroskopis ... 25

Evaluasi Mikroskopis ... 26

Gerakan massa... 26

Persentase motilias ... 26

Konsentrasi ... 26

Persentase Sel Spermatozoa Hidup ... 26

Keutuhan Membran Plasma Sel Spermatozoa (MPU) ... 27

Tahap II. Respon Suplementasi Zinc dan Selenium terhadapa Kualitas Semen dan Produksi Kambing Samosir ... 28

Materi ... 28

Metode Penelitian... 28

Prosedur Penelitian... 30

Peubah Yang Diamati ... 31

Konsumsi Pakan ... 31

Pertambahan Bobot Badan ... 31

Konversi pakan ... 32

Tahapan Koleksi Semen ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap I. Potensi Produksi Kambing Samosir ... 34

Morfometrik Badan dan Skrotum ... 34

Karakteristik Semen Kambing Samosir Jantan ... 37

Tahap II. Respon Suplementasi Zinc dan Selenium Terhadap Performa dan Kualitas Semen Kambing Samosir Jantan ... 40

Pertambahan Bobot Badan ... 40

Konsumsi ... 41

Konversi ... 42

Respon Suplementasi Zinc dan Selenium Terhadap Kualitas Semen Kambing Samosir Jantan ... 43

Motilitas ... 43

Viabilitas Sel Spermatozoa Kambing Samosir ... 44

Volume Semen Kambing Samosir ... 45

Konsentrasi Sel Spermatozoa Kambing Samosir ... 45

Membran Plasma Utuh ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

(12)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kandungan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit ... 11

Tabel 2. Kebutuhan Zat-zat Makan Ternak Kambing (Perhari) ... 18

Tabel 3. Komposisi Blok Multi Nutrien ... 29

Tabel 4. Skor Pergerakan Massa dan Pergerakan Individu... 33

Tabel 5. Morfometrik Tubuh dan Skrotum Kambing Samosir ... 34

Tabel 6. Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis semen kambing samosir jantan ... 38

Tabel 7. Potensi Produksi Kambing Samosir Jantan ... 40

Tabel 8. Potensi Reproduksi Kambing Samosir Jantan ... 43

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Sejak Lahir Sampai Ternak Mati ... 15

Gambar 2. Sel Spermatozoa dengan bagian-bagiannya ... 23

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia mempunyai berbagai keanekaragaman hayati, diantaranya adalah ternak kambing. Kambing merupakan salah satu sumber protein hewani, hal ini dapat dibuktikan bahwa pada tahun 2016 produksi daging kambing 66.753 ton dan konsumsi daging 7.75 Kg per kapita. Populasi kambing di Indonesia tahun 2016 adalah 19.608.181 ekor (Ditjennak, 2010). Dari total populasi kambing seluruh Indonesia jumlah kambing di Sumatera Utara 892.667 ekor atau 4,55%. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi pengembangan populasi kambing yang tinggi di Indonesia.

Dilaporkan saat ini terdapat delapan bangsa kambing lokal di Indonesia yang sudah dikarakterisasi berdasarkan fenotipenya yaitu kambing Samosir, Kacang, Marica, Muara, Kosta, Gembrong, Benggala dan Peranakan Etawah (PE) (Pamungkas et al., 2009). Diperkirakan masih ada bangsa kambing lokal yang belum dikarakterisasi dan sebagian mungkin sudah hampir punah padahal belum sempat mengeksplorasi potensi keragaman genetiknya untuk di manfaatkan sebagai sumber mutu genetik kambing di Indonesia.

Kambing Samosir berdasarkan sejarah dipelihara peduduk setempat digunakan untuk bahan persembahan pada upacara keagamaan salah satu aliran kepercayaan animisme (parmalim). Kambing yang dipersembahkan harus bewarna putih, maka secara selektif penduduk setempat sudah memelihara kambing yang bewarna putih sehingga dapat beradaptasi dan berkembang biak pada ekosistem di pulau samosir yang kering dan berbatu dengan topografi berbukit (Pamungkas et al., 2009).

(14)

Perbaikan genetik harus ditunjang dengan perbaikan nutrisi, sehingga dapat dilihat perkembangan dan pertumbuhan serta produktifitas ternak yang baik juga. Produktifitas ternak dapat ditingkatkan dengan merubah pola peternak yang tradisional menjadi peternakan yang intensif dengan pakan yang berkualitas yaitu pakan yang memiliki nilai nutrisi yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi sementara rendahnya pengethuan peternak akan pakan, menyebabkan pakan yang diberikan kepada ternaknya jadi kurang berkualitas.

Keberhasilan teknik suplementasi sangat ditentukan oleh keseimbangan dan kelengkapan nutrisi yang ditambahkan dalam pakan sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Efek dari penambahan suplementasi adalah untuk melengkapi kebutuhan micro dalam pakan. Kualitas pakan seperti hijauan sangat ditentukan oleh musim, kesuburan tanah, defesiensi mineral tanah, pemupukan dan interval pemotongan. Kondisi tersebut menjadikan teknik suplementasi efektif dan efisien dalam menanggulangi kekurangan mineral.

Salah satu teknik yang dapat digunakan peternak untuk menanggulangi kekurangan mineral adalah dengan cara splementasi mineral blok. Dengan mineral blok yang mengandung mineral makro essensial seperti zn dan se terutama dalam bentuk organik dapat meningkatkan produktifitas ternak.Menurut Khairi et al., (2014), suplementasi juga dapat dilakukan dengan penambahan mineral mikro dalam pakan yang dapat meningkatkan konsumsi pakan dan kualitas semen. Salah satu mineral mikro yang dapat berpengaruh terhadap reproduksi sapi jantan adalah mineral Zink (Zn) dan mineral Selenium (Se).

Pengembangan populasi secara alami tidak efektif karena satu ekor

(15)

perbaikan mutu genetik dan peningkatan populasi serta pelestarian potensi plasma nuftah ternak kambing adalah penerapan teknologi tepat guna melalui teknologi inseminasi buatan (IB), IB bisa menggunakan semen cair ataupun semen beku yang dapat mengoptimalkan penggunaan semen untuk lebih banyak betina, namun teknologi IB pada ternak kambing masih kurang diaplikasikan secara luas karena mengembangbiakkannya masih secara alami. Hal ini terkait dengan kendala ketepatan waktu inseminasi teknik IB dan kualitas semen beku yang dihasilkan. Pada ternak kambing total motilitas sel spermatozoatozoa hasil pembekuan masih terlihat rendah berkisar 40–50% (Dorado et al., 2009).

Mengingat kurangnya informasi dan data mengenai produksi dan reproduksi kambing Samosir, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kemampuan produksi dan reproduksi kambing samosir.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik reproduksi kambing Samosir melalui aspek-aspek sebagai berikut:

1. Mengkaji kualitas semen kambing Samosir jantan.

2. Mengkaji pengaruh pemberian pakan dan Blok Multi-Nutrisi suplementasi mineral selenium dan zinc terhadap produksi (konsumsi, pertumbuhan bobot badan, dan konversi) kambing jantan samosir.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan produksi dan reproduksi kambing samosir jantan dalam mempertahankan kualitas semen kambing serta satu upaya untuk melestarikan sumberdaya plasma nuftah kambing lokal yang ada di Indonesia.

(16)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Penambahan suplemen mineral zn dan selenium pada blok mineral dapat meningkatkan kualitas semen.

2. Penambahan suplemen mineral zn dan selenium pada mineral blok dapat meningkatkan performa pertumbuhan bobot badan, konsumsi, memperbaiki konversi.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Kambing di Indonesia

Sumber daya ternak kambing saat ini terdapat 8 jenis kambing, yang terdiri dari tiga kelompok, yakni: (1) ternak asli, (2) ternak impor, dan (3) ternak yang telah beradaptasi dalam jangka waktu lama sehingga membentuk karakteristik tersendiri (ternak lokal). Pentingnya nilai konservasi pada kelompok hewan ternak ini, beberapa rumpun ternak ini perlu dijadikan target konservasi sekaligus pemanfaatannya (Utoyo, 2002).

Berdasarkan adaptasi terhadap kondisi lokal rumpun dibedakan atas rumpun lokal dan rumpun introduksi. Rumpun lokal dapat dibedakan lagi atas rumpun asli (indigenous breed, native breed) adalah ternak yang berdasarkan sejarah terbukti berasal dari negara tersebut dan rumpun tradisional (rumpun lokal) adalah ternak yang sejarahnya tidak terbukti berasal dari negara tersebut tetapi selama 30 – 50 tahun telah diternakkan di negara tersebut, terbukti mempunyai catatan silsilah selama lima generasi. Rumpun introduksi (rumpun asing, exotic, alocthonous) yang tidak berasal dari suatu negara atau tidak secara kontinue diternakkan di suatu negara lebih dari 50 tahun (sapi, kuda) dan 30 tahun untuk ternak lainnya (FAO, 2007).

Terjadinya persilangan antara kambing impor dengan kambing asli Indonesia (Kacang) serta adanya aklitimasi dan isolasi selama puluhan bahkan ratusan tahun di suatu lokasi tertentu dapat menyebabkan terbentuknya kelompok kambing lokal atau subpopulasi dengan komposisi genetik yang unik pula.

Terbentuknya galur/kelompok kambing dapat disebabkan terisolasinya di suatu

(18)

lokasi, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan genetik akibat adanya penghanyutan genetik (random genetic drift) seperti dilaporkan Freeland (2005).

Rumpun kambing yang berkembang di daerah tertentu yang merupakan kambing lokal diantaranya kambing Gembrong (di Bali), kambing Kosta (di Banten), kambing Bligon, kambing Jawarandu (di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) dan beberapa jenis kambing lokal lainnya yang belum diidentifikasi secara ilmiah. Setelah zaman kemerdekaan diimpor atau diintroduksikan beberapa rumpun kambing, baik dalam bentuk hidup atau mani beku. Rumpun kambing yang pernah diintroduksikan antara lain kambing Saanen dan kambing Anglo Nubian. Bahkan telah diintroduksikan pula kambing Boer dari Australia yang dipersilangkan dengan kambing Kacang atau Peranakan Etawah dalam bentuk pejantan hidup atau mani beku (Subandriyo, 2004).

Kambing Samosir berdasarkan sejarah dipelihara peduduk setempat digunakan untuk bahan upacara persembahan pada upacara keagamaan salah satu aliran kepercayaan animisme (parmalim), dan kambing yang dipersembahkan harus bewarna putih , maka secara selektif penduduk setempat sudah memelihara kambing yang bewarna putih dan bisa beradaptasi dan berkembang biak pada ekosistem di pulau samosir yang kering dan berbatu dengan topografi berbukit (Pamungkas et al., 2009).

Pakan Ternak Kambing

Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan, kondisi tubuh dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot

(19)

kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus- menerus dan sesuai dengan standart gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998).

Pakan hendaknya mempunyai kandungan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ternak kambing yang. Bahan pakan harus mengandung zat-zat makanan seperti: protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin-vitamin, serta air yang dibutuhkan ternak. Kebutuhan zat-zat makanan untuk kambing dapat dilihat pada Tabel 2 (halaman 18).Zat-zat makanan diperlukan untuk pertumbuhan optimum seekor ternak (Anggorodi, 1979), yang disesuaikan dengan tujuan produksi dari ternak tersebut. Untuk memenuhi kekurangan zat makanan yang diperoleh kambing dari hijauan, maka dapat diberikan makanan penguat (konsentrat) dengan jumlah 200 – 300 g perhari dengan kandungan protein kasarnya 13 – 14% sehingga dapat meningkatkan pertambahan berat badan kambing (Speddy, 1980).

Ternak ruminansia harus mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot badannya setiap hari dan konsentratnya sekitar 1.5 – 2 % dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan dan sejenisnya terutama rumput dan dari berbagai jenis spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Pilliang, 1997). Ransum ternak ruminansia umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat, pemberian ransum berupa kombinasi dari kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi.

Namun bisa juga ransum terdiri dari hijauan, maka biaya relatif lebih murah tetapi produksi yang tinggi sulit dicapai. Sedangkan pemberian ransum yang hanya

(20)

terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransum lebih mahal dan kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan (Siregar, 1994).

Hijauan Pakan

Hijauan pakan merupakan makanan kasar yang terdiri dari hijauan yang dapat beruparumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumpur jenis unggul yang telah diintrodusikan, juga beberapa jenis leguminosa. Murtidjo (1993) mengemukakan bahwa hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternakruminansia dan berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi juga sebagai sumber gizi.

Menurut Cahyono (1998) hijauan harus diolah terlebih dahuluagar racunyang terkandung didalam hijauan berkurang sehingga tidak membahayakan ternak yang memakannya. Beberapa jenis hujauan dapat diberikan secara langsung, seperti jenis rumput rumputan, namun beberapa jenis hijauan tidak dapat diberikan secara langsung karena mengandung racun dan kurang disukai ternak.

Menurut Anggorodi (1979) hijauan yang masih muda akan lebih dapat dicerna dari pada rumput yang sudah tua, perbedaan daya cerna tersebut karena bertambahnya kadar lignin yang tidak dapat dicerna oleh bakteri pengurai pada ruminansia, hijauan muda dengan kadar serat rendah namun cenderung naik kadar serat kasarnya bila tanaman makin tua. Pada umumnya kadar serat tanaman yang tinggi pencernaannya makin lama dan nilai energi produktifnya makin rendah.

(21)

Blok Multi-Nutrisi

Blok multi-nutrisi merupanan pakan tambahan yang menyediakan nutrisi penting bagi ternak seperti protein, energi dan mineral yang biasanya sangat kurang pada sumber hijauan dan limbah tanaman pertanian (Hamdan, 2005). Blok multi-nutrisi mengandung non-protein nitrogen yang akan mengaktifkan mikroba didalam rumen dan disintesis menjadi asam-asam amino yang dibutuhkan ruminansia. Selain urea blok multi-nutrisi terdiri dari berbagai bahan penyusun lain, seperti molases, dedak padi, tepung tapioka, bungkil kedelai, serta mineral.

Sodiq dan Abidin (2002) menerangkan bahwa penambahan blok multi-nutrisi dapat meningkatkan akseptabilitas ternak terhadap limbah pertanian dengan kadar serat kasar yang cukup tinggi seperti kulit dan tongkol jagung.

Dedak padi dedak padi adalah bahan yang diperoleh dari pemisahan dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan penumbukan padi (Parrakasi, 1995). Sedangkan menurut Rasyaf (1992) dedak padi merupakan makanan nabati, dedak memang limbah proses pengolahan padi menjadi beras. Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12 – 13%, kandungan lemak 13%, dan serat kasarnya 12%.

Urea

Kandungan protein pakan berperan penting dalam memperbaiki produksi dan kualitas susu. Pakan yang mengandung protein tinggi biasanya akan meningkatkan harga pakan, sehingga untuk mengurangi harga pakan dapat digantikan dengan pemberian non protein nitrogen (NPN) yang salah satunya adalah urea. Urea memiliki manfaat sebagai pupuk tanaman, tetapi dapat juga

(22)

digunakan sebagai pengganti sebagian sumber nitrogen bagi ternak ruminansia termasuk kambing Peranakan Etawa (Puspitasari, 2014).

Urea diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari protein hewan yang dibutuhkan, karena urea tersebut disintesa menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen. Untuk hal tersebut diperlukan sumber energi seperti jagung atau molases (Anggorodi, 1979).

Disamping dapat menguntungkan, urea dapat pula merugikan karena dapat menyebabkan keracunan atau tidak bermanfaat bila penggunaannya tidak sebagai mana mestinya, oleh karena itu beberapa prinsip dasar tentang penggunaannya perlu diketahui (Parrakasi, 1995).

Bungkil inti sawit

Menurut davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi dan mekanik walaupun kandungan proteinnya lumayan baik, tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik, namun lebih cocok kepada ternak ruminansia.

Silitongan (1993) menyatakan bahwa semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam ransum maka kenaikan berat badanperhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari bungkil inti sawit adalah 1,5% dari berat badan untuk mempengaruhi pertumbuhan ternak.

(23)

Tabel 1. Kandungan nilai nutrisi bungkil inti sawit

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN ME

(%) 92,6 (%) 15,4 (%)2,4 (%) 16,9 (%) 72 (Cal/gr) 2810

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU

Tepung ikan

Dalam pakan buatan, tepung ikan digunakan sebagai sumber protein hewani. Tepung ikan merupakan pilihanutama sumber protein dalam formulasi pakanikan karena tepung ikan memiliki digestibelitydan pallatability yang baik (Rachmawati dan Samidjan, 2013).

Tepung ikan merupakan bahan makanan asal hewan yang sangat baik sebagai sumber protein dan asam amino. Tepung ikan biasanya digunakan untuk menjamin pemenuhan keseimbangan asam amino dalam formulasi yang dibuat, karena 90 – 94% bahan makan pembentuk ransum berasal dari sumber nabati yang umumnya kekurangan methionine, lysin, tryptopan dan cystine. Keempat asam amino yang kurang ini dapat ditutupi dengan tepung ikan (Rasyaf, 1992).

Molases

Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kada karbohidrat tinggi (48 – 60% sebagai gula), kadar mineralcukup dan disukai ternak (mempunyai tingkat palatabilitas tinggi). Molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur unsur mikro yang penting bagi ternak, seperti: kobalt, boron, yodium, tembaga, mangan, dan seng. Kelemahan molases ialah kadar kalium yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).

(24)

Garam

Semua herbivora suka makan garam, biasanya digunakan sebagai campuran fosfor atau mineral mikro dan senyawa lainnya, misal obat (Tilman et al., 1981). Garam diperlukan oleh ternak sebagai perangsang nafsu makan. Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan dalam kelancaran pekerjaan faal tubuh (Sumoprastowo, 1993).

Mineral

Zat mineral lebih kurang merupakan 3 – 5% dari tubuh ternak. Ternak tidak dapat membentuk mineral didalam tubuh, karenanya harus disediakan dalam pakan. Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan jumlah yang cukup (Anggorodi, 1979).

Mineral yang diperlukan oleh tubuh ternak ruminansia terbagi 2 kelompok, yaitu:

mineral makro terdiri atas Ca, P, Mg, Na, K, dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri atas Cu, Mo, Fe (Murtidjo, 1993).

Zinc

Mineral seng (Zn) terlibat dalam beberapa reaksi enzimatis berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, sintesis protein, dan metabolisme asam nukleat (Smith dan Akinbamijo, 2000). Mineral Zn berpengaruh terhadap prosessel spermatozoatogenesis (Wong et al., 2002; Ebisch et al., 2003), kontrol motilitas sel spermatozoa (Wroblewski et al. 2003), dan stabilisasi membran sel spermatozoa (Kendall et al., 2000). Oleh karena itu Zn sangat penting untuk pertumbuhan aktif dan pembelahan sel-sel gonad, sehingga fungsi reproduksi akan terganggu bila kekurangan Zn.

(25)

Penambahan mineral Zn berpengaruh pada proses pematangan sel spermatozoatozoa. Menurut Smith dan Akinbamijo (2000), Zn memengaruhi pemasakan sel spermatozoatozoa. Pematangan sel spermatozoatozoa terjadi di dalam epididimis. Sisa sitoplasma (Cytoplasmic droplet) berpindah dari pangkal kepala (proximal droplet) ke ujung bawah bagian tengah sel spermatozoa (distal droplet). Pematangan sel spermatozoatozoa dapat dicapai atas pengaruh sekresi dari sel-sel epitel.

Selenium

Dosis letalis Se pada beberapa jenis hewan yang diberi senyawa bentuk selenite bervariasi antara 1,5 – 17 mg/kg berat badan (Novriani 1995). Pada selenosis akut, pemberian LD-50 oral beberapa hewan adalah sebagai berikut: a.

Sapi (10 mg/kg berat badan), b. Domba (6,4 mg/kg berat badan), c. Babi (17 mg/kg berat badan). Sedangkan LD-50 parenteral antara lain adalah: a) Anak Sapi : 0,5 mg/kg berat badan, b)Domba (intramuskuler) : 5 mg/kg berat badan (Novriani, 1995). Selenosis Khrosis umumnya terjadi bila dalam pakan ternak terdapat Sc organic dalam jumlah yang cukup (Novriani, 1995). Dosisnya adalah : a)Babi hutan : 7 ppm ,b)Sapi jantan : 8 ppm, c) Biri-biri : 10 ppm, d)Domba : 10 ppm dan e)Ayam : 15 ppm.

Pertumbuhan Badan

Penampilan seekor ternak adalah hasil dari suatu proses pertumbuhan yang berkesinambungan. Pertumbuhan semua hewan awalnya lambat namun kemudian meningkat menjelang dewasa dan melambambat lagi setelah dewasa.

Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetis, lingkungan dan manajemen pelaksanaan (Sugeng, 2002).

(26)

Secara sederhana Butterfield (1976) mendefenisikan pertumbuhan sebagai terjadinya perubahan ukurantubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaaan pertumbuhan dam perkembangan dari masing masing bagian tubuh dari suatu organisme.

Perubahan ukuran meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisitubuh termasu pola perubahan pada komponen-komponen tubuh antara lain, otot, lemak, tulang, dan organ dalam serta komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu.

Tilman et al., (1998), menambahkan bahwa pertumbuhan mempunyai tahap-tahap yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi pada saat lahir sampai pubertas dan tahap lambatterjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai.

Tahap-tahap pertumbuhan hewan membentuk gambar sigmoid pada grafik pertumbuhan, menurut Tilman et al., (1998), bentuk kurva sigmoid dapat dilihat pada Gambar 1.

Pertambahan Bobot Badan Kambing

Pertambahan bobot badan merupakan suatu peristiwa yang sangat kompleks, dimulai dari fertilisasi, pembelahan, perbanyakan sel, serta difrensiasi sel (Maynard et al., 1979). Tilman, 1983 mengemukakan, bahwa umumnya pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan bobot badan tiap hari, tiap minggu, atau tiap waktu lainnya.

Pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya jenis kelamin, makanan, kesehatan, umur induk, berat lahir dan berat setelah

(27)

konsumsi pakannya, makin tinggi bobot tubuhnya, maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan.

Gambar 1. Kurva pertumbuhan sejak lahir sampai ternak mati

Keterangan :

Y = Bobot hidup, pertambahan bobot badan harian atau laju pertumbuhan (Kg)

X = umur, tahun B = Kelahiran

M = Dewasa tubuh P = Pubertas

C = Pembuahan D = Mat

Potensi Produksi Kambing Samosir Jantan

Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem

(28)

manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.

(Tomaszewska et al., 1993)

Menurut Anggorodi (1990) pertumbuhan murni mencakup dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh.

Pada umumnya pertumbuhan pada ternak mamalia dapat dibagi dalam dua periode utama yakni prenatal dan postnatal. Dalam masa pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu adanya kenaikan bobot badan atau komponen tubuh sampai mencapai ukuran dewasa yang disebut pertumbuhan dan adanya perubahan bentuk konformasi disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan jaringan atau bagian tubuh yang berbeda dengan proses perkembangan, proses penggemukan termasuk ke dalam perkembangan (Hammond et al., 1976). Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Siregar (1994) mengatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan baik dari segi kualitas dan kuantitas karkas kambing dengan perbandingan 20–30% : 70 – 80%.

Ternak tidak akan mampu berproduksi secara optimal, apabila tidak memperoleh lingkungan yang optimal walaupun fungsi genetik cukup tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Kualitas bahan pakan dipengaruhi oleh komposisi zat makanan serta penggunaannya oleh ternak. Menurut Sumoprastowo (1980) bahwa rata-rata berat lahir kambing lokal sebesar 1–2 kg, dan laju pertambahan berat badan ternak

(29)

memperlambat puncak pertumbuhan urat daging dan memperlambat laju penimbunan lemak, sedangkan makanan yang sempurna mempercepat terjadinya laju puncak dari keduanya (Anggorodi, 1990). Menurut Tillman et al., (1991) pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan berat badannya. Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali terhenti. Pola seperti ini menghasilkan kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid (S). Tahap cepat pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Anggorodi 1990).

Konsumsi pakan Ternak Kambing

Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Dalam kengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh beberapa faktoro, yaitu tingakat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, aktivitas ternak, berat badan, kecepatan pertumbuhan dan suhu. Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan, dan palatabilitas. Makan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibanding dengan makanan berkualitas rendah sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga berbeda (Parrakasi 1995). Kebutuhan pakan kambing terdiri dari pakan hijauan sebanyak 10% dari berat badan dan pakan konsentrat 0,5 kg (Prabowo, 2010).

(30)

Tabel 2. Kebutuhan zat-zat makanan ternak kambing (per hari)

Kebutuhan nutrisi Kambing: kebutuhan nutrisi kambing/hari.

Body Wt.

(lb.)

Dry Matter (lb./head)

[a]

Percent Body Weight

Total Protein

(lb.)

TDN [b]

(lb.)

Ca (lb.)

P (lb.)

Vitamin A (IU)

Vitamin E (IU) Pemeliharaan

22 0.63 2.80 0.05 0.35 0.002 0.002 400 84

45 1.08 2.40 0.08 0.59 0.002 0.002 700 144

67 1.46 2.20 0.11 0.80 0.004 0.003 900 195

90 1.81 2.03 0.14 0.99 0.004 0.003 1200 243

112 2.13 1.90 0.17 1.17 0.007 0.005 1400 285

134 2.44 1.82 0.19 1.34 0.007 0.005 1600 327

157 2.76 1.80 0.21 1.50 0.009 0.006 1800 369

179 3.05 1.70 0.23 1.66 0.0009 0.006 2000 408

202 3.36 1.64 0.26 1.81 0.009 0.006 2200 444

224 3.58 1.60 0.28 1.96 0.011 0.008 2400 480

Sumber: Nomor 15, National Research Council, 1981.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan) bobot badan dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi, 1979). Faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah kondisi lingkungan, kemampuan genetik, nilai gizi dan tingkat energi pakan (Neshum et al., 1979). Konversi pakan di ukur dari jumlah bahan kering yang di konsumsi dibagi unit pertambahan bobot badan persatuan waktu, koversi pakan khususnya pada rumninasia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badandan nilai kecernaan, dengan memberikan kualitas pakan yang baik pada ternak, maka ternak akan lebih cepat tumbuh dan

(31)

konsumsi pakan ternak kambing sebesar 2,79% terhadap bobot hidup ternak, pertambahan bobot hidup harian 15,7g/ekor/hari dan konversi pakan adalah 35,2 (Bahar, 2006).

Potensi Reproduksi Kambing Samosir Jantan

Semen merupakan suspensi cairan seluler yang terdiri atas sel spermatozoatozoa sebagai gamet jantan dan sekreta yang berasal dari kelenjar- kelenjar kelamin pelengkap pada saluran reproduksi hewan jantan. Cairan yang terkandung dalam plasma semen yang dihasilkan pada saat ejakulat disebut plasma semen (Ogbuewu et al., 2010).

Plasma Semen

Semen Kambing pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu plasma semen dan sel spermatozoatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang disekresikan terutama oleh kelenjar vesikularis dan kelenjar aksesoris lainya.

Plasma semen berfungsi sebagai medium perjalanan sel spermatozoatozoa dari lingkungan saluran reproduksi jantan ketraktus reproduksi betina selama ejakulasi, sebagai medium aktivasi bagi sel spermatozoatozoa nonmotil dan menyediakan penyangga serta kaya akan makanan yang penting untuk hidup sel spermatozoatozoa setelah deposisi ke traktus reproduksi betina. Plasma semen berwarna kuning yang disebabkan oleh sekresi riboflavin dari kelenjar vesikularis.

Plasma semen yang komponen terbesarnya adalah air (75%), merupakan cairan netral dengan tekanan isotonik serta berisi substansi organik dan inorganik sebagai cadangan makanan dan perlindungan bagi sel spermatozoatozoa.

Cairan isotonik plasma semen terutama dipertahankan oleh substansi organik seperti fruktosa, sorbitol, inositol, asam sitrat, gliserilfosforikolin,

(32)

fosfolipid, prostaglandin, dan protein. Fruktosa merupakan sumber energi terbesar untuk sel spermatozoatozoa dalam semen (Morrell, 2010). Bearden & Fuquay (2004) menyatakan bahwa komponen plasma semen terdiri dari glycosaminoglycan (GAG), yang merupakan suatu protein, natrium, dan klorin sebagai bahan anorganik, penyangga dan sebagai sumber energi bagi sel spermatozoatozoa baik yang digunakan secara langsung seperti fruktosa dan sorbitol, maupun secara tidak langsung digunakan yaitu glyceryl phosphoryln choline (GPC). Sedangkan menurut Garner dan Hafez (2000) didalam plasma semen terdapat asam sitrat dalam konsentrasi tinggi, ergotionin, fruktosa, GPC, dan sorbitol yang berfungsi sebagai energi cadangan apabila substrat yang lain telah habis. Selain itu terdapat pula asam amino, asam askorbat, protein, lipid, asam lemak, dan beberapa enzim.

Komponen kimiawi yang terdapat didalam plasma semen memilik beberapa peranan penting, antara lain: (1) protein sangat diperlukan untuk kestabilan dan permeabilitas membran plasma sel spermatozoatozoa, (2) Vitamin c berperan melindungi membran plasma sel spermatozoatozoa dari kerusakan selama proses pembekuan semen, dengan jalan mengikat radikal oksigen sehingga mencegah terbentuknya peroksida lipid yang dapat menghambat glikolisis maupun motilitas, (3) kalium, natrium dan klorida sangat diperlukan untuk menjaga integritas fungsional membran plasma sel spermatozoatozoa dan berperan pula untuk mempertahankan didalam dan diluar sel sel spermatozoatozoa, (4) kalsium berperan dalam menginduksi motilitas dan hyperaktivasi sel spermatozoatozoa, (5) bikarbonat berperan sebagai agen

(33)

(6) fruktosa dimanfaatkan oleh sel spermatozoatozoa sebagai sumber energi, baik dalam kondisi anaerob (penyimpanan) dan aerob (saluran reproduksi betina) (Purdy, 2005).

Sel spermatozoatozoa

Sel spermatozoatozoa merupakan gamet jantan yang diproduksi oleh tubuli seminiferi testis. Struktur sel spermatozoatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah, dan ekor, dimana kepala berbentuk oval memanjang, lebar dan pipih sebagai pembawa materi genetik (DNA) yang berperan dalam menterjemahkan informasi genetik yang dibawa oleh sel spermatozoatozoa dan ekor sebagai alat penggeraknya (Garner dan Hafez, 2000).

Ukuran kepala sel spermatozoatozoa pada kambing bervariasi antar jenis, namun secara normal panjang 8 sampai 10 µm, lebar 4 µm dan tebal 1 µm. Ekor sel spermatozoatozoa merupakan bagian yang terakhir dan terpanjang dari sel spermatozoatozoa, yang terbagi atas leher, bagian tengah, bagian utama, dan bagian ujung. Bagian leher sel spermatozoatozoa kurang jelas bentuknya, dan pada bagian ini pula akan terlihat bagaimana kepala sel spermatozoatozoa mudah terlepas dari bagian badan dan ekor. Bagian tengah merupakan bagian yang paling lebar dari ekor sel spermatozoatozoa dan dikelilingi oleh selubung mitokondria.

Bagian utama merupakan bagian terpanjang dari ekor sel spermatozoatozoa dan mengandung banyak mesin penggerak (propelling machinery) serta mempunyai selubung yang berserat. Bagian ujung ekor relatif pendek dan tidak mempunyai selubung (Evans dan Maxwell, 1987).

Sel spermatozoatozoa harus mempunyai cukup energi,protein dan senyawa lain yang penting selama dalam saluran kelamin betina untuk proses

(34)

fertilisasi, dan plasma membran yang utuh sehingga dapat melakukan fertilisasi tepat waktu (Purdy et al., 2010). Kepala sel spermatozoatozoa secara umum berbentuk oval, sedikit pipih, dan terdapat nukleus yang mengandung kromosom (Morel, 1999). Bagian ujung depan kepala ditutupi oleh akrosom, yaitu sebuah kantung tipis dengan membran-ganda yang mengandung acrosin, hyaluronidase, dan enzim hidrolitik lain yang berperan pada penembusan corona radiata dan zona pellucida pada proses fertilisasi (Bearden dan Fuquay, 2004). Pada bagian equatorial berperan sebagai tempat yang mengawali proses penempelan dan penggabungan membran sel spermatozoatozoa dengan membran oosit selama proses fertilisasi (Morel, 1999).

Ekor sel spermatozoatozoa terdiri atas bagian leher (neck), tengah (midle), principal dan ujung/end piece (Garner dan Hafez, 2000). Bagian leher menghubungkan kepala denganekor. Ekor sel spermatozoatozoa mengandung serabut-serabut fibril (axial filament) yangtersusun secara radial. Axial filament ini tersusun mulai dari sentriol atas dan berjalansampai dengan ujung ekor.

Susunannya dari luar ke tengah adalah 9 filamen besar, 9 pasang filamen kecil dan 2 filamen kecil di pusat (Bearden dan Fuquay, 2004). Serabut-serabut ini bertanggung jawab terhadap pergerakan sel spermatozoatozoa. Pada middle piece serabut-serabut tersebut diselubungi oleh mitokondria yang tersusun secara heliks mengelilingi sumbu memanjang. Mitokondria merupakan tempat metabolisme yang menghasilkan energi. Pada principal piece, serabut-serabut yang ada hanya 2 filamenpusat dikelilingi 9 pasang filamen kecil, sedangkan pada end piece hanya mengandung 2 filamen pusat yang diselubungi membran.

(35)

Gambar 2. Sel spermatozoatozoa dengan bagian-bagiannya (Toelihere, 1985)

(36)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tahap I dilakukan pada tahun 2015 dipulau samosir di desa pusuk buhit. Penelitian yahap II dilakukan di Laboratorium Penelitian Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016.

Tahap I. Potensi reproduksi dan Morfologikambing samosir jantan

Materi

Penelitian ini menggunakan kambing samosir jantan sebanyak 10 ekor.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur morfometri kambing samosir jantan berupa pita ukur dan jangka sorong, sedangkan yang digunakan untuk mengukur potensi reproduksi berupa vagina buatan, dan tabung penampung semen, dan untuk mengukur kualitas semen digunakan pipiet ukur, tabung ukur, pH meter, gelas objek, heating table, mikroskop,NaCl fisiologi, gelas penutup, haemocytometer, neubauer, pewarna eosi negrosin, pewarna Williams, carbo- fchin, cairan hypoosmotic swelling test (HOST-Test)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cara menampung semen kambing samosir yang dipelihara oleh penduduk dan digembalakan dengan mengandalkan hijauan (rumput) yang ada di area penggembalaan.

Prosedur Pengambilan Data a. Bobot Badan

Penimbangan bobot badan dilakukan dengan menggunakan timbangan

(37)

diamati berat badannya pada skala yang tersedia. Dilakukan sebanyak 3 kali.

b. Morfometrik Skrotum dan Testis

Pengamatan terhadap morfometrik testis dan skrotum meliputi: panjang testis, menggunakan jangka sorong, lingkar skrotum dengan pita ukur, volume testis dilakukan dengan mengukur volume jaringan testikuler termasuk skrotum, epididymis dan jaringan ikat.

c. Potensi Semen Kambing Samosir Koleksi Semen

Penampungan semen dilakukan satu minggu sekali sebanyak tiga kali penampungan pada pagi hari dari dua ejakulat menggunakan vagina buatan (suhu 40 – 42oC) yang telah diolesin bagian dalam (inner liner) (Arifiantini, R.I and T.L Yusuf. 2006).

Evaluasi Makroskopis

a. volume diamati dengan menggunakan pipet ukur.

b. warna diamati berdasarkan warna semen (krem, kuning, putih).

c. konsistensi atau kekentalan semen diperiksa dengan memiringkan dan menegakkan tabung penampung yang berisi semen secara perlahan-lahan (kekentalan dilihat berdasarkan kecepatan turun aliran semen di dinding tabung) semen yang berkualitas tinggi mempunyai konsistensi kental, dan d. pH (derajat keasamaan) diukur dengan menggunakan pH meter

(Arifiantini, R.I and T.L Yusuf. 2006).

(38)

Evaluasi Mikrokopis

Gerakan massa: diperiksa dengan cara meneteskan semen segar diatas gelas objek yang bersih, kering dan telah dihangatkan diatas heating table, kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Gerakan massa yang terbentuk berupa gelombang-gelombang gerakan masa darisel spermatozoa secara masal yang secara cepat berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya. Derajat gerakan diklasifikasikan dengan sangat baik (+++), baik (++), lumayan (+) dan buruk (0 ). Nilai +++ dan ++ dapat diproses lebih lanjut untuk semen beku. (Arifiantini, R.I and T.L Yusuf. 2006).

Persentase motilitas: sel spermatozoatozoa dievaluasi secara subjektif kuantitatif yang dilakukan dengan meneteskan semen diatas gelas objek yang bersih dan hangat, kemudian ditambahkan 4–5tetes NaCl fisiologis, dihomogenkan dan ditutup dengan gelas penutup (Arifiantini, R.I and T.L Yusuf.

2006).

Konsentrasi: dihitung dengan menggunakan hemocytometer pada kamar hitung neubauer, dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 pada lima kotak yang mewakili empat bagian sisi dan satu kotak dibagian tengah (Bezerra et al., 2011).

Persentase sel spermatozoatozoa hidup: dilakukan dengan meneteskan sedikit semen diatas gelas objek yang bersih dan hangat yang ditambahkan dengan pewarnaan eosin negrosin (Naing et al., 2010), kemudian dilakukan ulasan secara cepat (waktu yang diperlukan untuk mencampur tidak boleh dari 15 detik), kemudian difiksasi diatas meja pemanas. Pemeriksaan dilakukan di bawah

(39)

pandang yang berbeda atau 200 sel spermatozoa. Sel spermatozoatozoa yang hidup akan tidak berwarna dan yang mati akan berwarna merah pada bagian kepalanya.

Morfologi sel spermatozoatozoa diamati dengan menggunakan pewarnaan eosin negrosin dan pewarnaan Williams menggunakan carbo-fluchin sesuai Arifiantini et al., (2006). Sel spermatozoatozoa dinilai secara morfologi normal atau tidak, pada bagian kepala (abnormalitas primer), leher dan ekor (abnormalitas sekunder). Sel spermatozoatozoa yang diamati minimal sebanyak 200 sel atau 10 lapang pandang menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 x 40.

Keutuhan membran plasma sel spermatozoatozoa (MPU):

menggunakan hypoosmotic swelling test (HOS-Test). Sel spermatozoatozoa dengan membran plasma utuh ditandai dengan ekor sel spermatozoatozoa yang melingkar, karena membran plasma sel spermatozoatozoa masih berfungsi dengan baik dalam menyerap air pada lingkungan yang bersifat hipotonik. Sel

spermatozoatozoa yang membrannya rusak ditandai dengan ekor yang lurus.

Larutan hipoosmotik yang dikembangkan oleh Revell dan Mrode, (1994) sebanyak 1 ml larutan hipoosmotik (7,35 gram Na sitrat, 13,52 gram fruktosa dilarutkan dalam 1000 ml aquades) ditambah dengan 5 µlsel spermatozoatozoa, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah diinkubasi, satu tetes larutan semen ditempatkan pada objek gelas dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Sel spermatozoatozoa yang diamati sebanyak 200 sel atau 10 lapang pandang dan

(40)

dihitung berdasarkan ekor sel spermatozoatozoa yang melingkar (Nur et al., 2005).

Tahap II. Respons suplementasi zinc dan selenium terhadap kualitas semen dan produksi kambing samosir

Materi

Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing samosir jantan lepas sapih.

Pakan teridir atas: hijauan lapangan, blok Multi-nutrisi, obat-obatan ternak. Air minum diberikan secara adlibitum.

Metode Penelitian

Penelitian tahap pertama di lakukan untuk mengetahui potensi produksi kambing samosir dengan rancangan bujur sangkar latin 4 perlakuan dan 4 ulangan sebagai.

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) dengan empat macam perlakuan Blok Multi-Nutrisi. Setiap periode pengumpulan data pengamatan respon dilakukan selama satu bulan (30 hari). Selang waktu pergantian antar perlakuan adalah satu minggu untuk menghilangkan pengaruh perlakuan ransum sebelumnya.

Pergantian perlakuan terus dilakukan dengan cara seperti sebelumnya sampai semua kambing percobaan mendapat giliran seluruh perlakuan ransum yang diteliti. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon percobaan, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji Sidik Ragam. Perbedaan antar perlakuan dapat diketahui melalui cara pengujian dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Stell dan Torrie, 1988., Vincent Gasversz, 1991).

(41)

Metodologi penelitian yang tepat adalah rancangan bujursangkar latin dengan model linier sebagai berikut:

Yij(t) = µ + Bi + Kj + P(t) + εij(t)

dimana:

i = 1, 2, ...n; j = 1, 2, ...n; dan t = 1, 2, ...n

Yij(t) =nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat perlakuan ke-t.

µ = nilai rata-rata umum.

Bi = pengaruh baris ke-i.

Kj = pengaruh kolom ke-j.

P(t) = pengaruh perlakuan ke-t.

eij(t) = pengaruh galat pada baris ke-i, kolom ke-j perlakuan ke-t.

Perlakuan dan komposisi ransum yang diberikan pada kambing samosir selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Blok Multi Nutrien

Jenis Bahan Komposisi (%)

BM 0 BM 1 BM 2 BM 3

Molases 30 30 30 30

Urea 5 5 5 5

Bungkil Inti Sawit (BIS) 15 15 15 15

Dedak Padi 20 20 20 20

Tepung Ikan 5 5 5 5

Semen 8 8 8 8

Kapur 10 10 10 10

Garam Dapur 7 7 7 7

Zincum (Rpm) 0 10 ppm 10 ppm

Selenium (Rpm) 0 10 ppm 10 ppm

Jumlah (%) 100 100 100 100

(42)

Prosedur Penelitian 1. Persiapan kandang.

Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tmpat pakan dan tempat minum dibersihkan dan didesinfektan dengan rodalon.

2. Pengancakan ternak penelitian.

3. Pemberian pakan dan minum.

Pakan yang diberikan adalah hijauan 100%. Hijauan yang diberikan merupakan rumput dan legum lapangan yang terlah dipotong kecil kecil sebanyak 10% dari bobot badan diberikan 2 kali sehari. Sisa rumput yang diberikan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum.

4. Pembuatan Blok Multi-Nutrisi.

Warisman (2009), pembuatan Blok Multi-Nutrisi menggunakan beberapa bahan antara lain urea, molases, dedak padi, semen , garam, tepung ikan, ultra mineral, kapur, bungkil inti sawit, dan air. Komposisi tiap bahan yang akan digunakan sebagai percobaan disesuaikan dengan perlakuan yang akan diberikan.

Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Premixing ; yaitu mencampur komponen bahan yang digunakan dalam jumlah sedikit.

b. Mixing; yaitu mencampur semua komponen bahan yang akan dibuat Blok Multi-Nutrisi.

c. Pressing; yaitu pembuatan Blok Multi-Nutrisi menggunakan cetakan

(43)

d. Pengeringan yaitu dengan cara pengovenan dengan suhu 600C selama 24 jam.

e. Packing; yaitu pengemasan dengan menggunakan wadah goni.

5. Pemberian blok BMN.

BlokMulti-Nutrisi diberikan secara ad libithum, yaitu dengan cara

menggunakan wadah disalah satu sisi yang mudah dijangkau ternak.

6. Pemberian obat obatan.

Peubah yang diamati:

Konsumsi pakan

Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangi dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi hari esoknya.

Konsumsi pakan = pakan yang diberikan – pakan sisa (selama 24 jam).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan kambing dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot bada awal dibagi dengan jumlah hari pengamatan. Dengan rumus :

PBB = (B2 – B1) / (T2 – T1) Dimana :

PBB = pertambahan bobot badan.

B1 = bobot badan awal penimbangan (Kg).

B2 = bobot badan akhir penimbangan (Kg).

T1 = waktu awal penimbangan (tanggal).

(44)

T2 = waktu akhir penimbangan (tanggal).

Konversi pakan

Konversi pakan dihitungberdasarkan perbangdingan jumlah pakan yang dikonsumsi (g/ekor/hari) dengan pertambahan bobot badan (g/ekor/

hari).Konversi pakan dapat dihitung dengan rumus:

Konversi pakan = konsumsi pakan / PBB Tahapan koleksi semen

Semen dikoleksi dari 2 jenis kambing yaitu kambing Nubian dengan umur

±6 tahun dan berat badan ±85 kg , dan kambing Boer dengan umur ±6 tahun dan berat badan ± 80 kg. Dengan kondisi kesehatan reproduksi yang normal. Pakan yang diberikan berupa hijauan segar (legume dan rumput) dan konsentrat masingmasing 10% dan 1% dari berat badan. Air minum diberikan ad libitum.

Pengambilan semen dilakukan dengan menggunakan vagina buatan yang sudah dibersihkan, steril dan kering. Air hangat dengan suhu ±450C dimasukkan kedalam vagina buatan, kemudian pada bagian mulut vagina buatan dioles vaselin. Teaser (pemancing) disiapkan kemudian pejantan didekatkan. Untuk mempertinggi libido dan mendapatkan kualitas sel spermatozoa yang baik maka dilakukan false mounting (Toelihere, 1981).

Pelaksanaan Penelitian

1. Pengambilan Semen Sampel semen diambil dari kambing yang telah terlatih dengan metode vagina buatan, semen dikoleksi 2 kali/minggu.

(45)

2. Penyimpanan Semen Semen segar segera dievaluasi secara makroskopik (volume, warna semen dan pH) dan mikroskopik (motilitas, konsentrasi, persentase hidup, dan abnormalitas) saat 0 jam/segar.

Tabel 4. Skor pergerakan massa dan pergerakan individu No Skor Kriteria Penilaian Keterangan

Skor pergerakan massa

1 0 Kosong (N) Tidak ada gerakan

2 1 jelek (+)

Terlihat gelombang lemah (hampir tidak terlihat)

3 2 Sedang (++) Terlihat gerakan gelombang sedang

4 3 Baik (+++)

Terlihat gerakan gelombang cepat dan banyak

Skor pergerakan individu

1 0 Kosong (N) Tidak ada gerakan sel spermatozoatozoa 2 1 jelek (+) Terlihat progresif bergerak di tempat 3 2 Sedang (++) Terlihat pergerakan progresif sedang 4 3 Baik (+++) Terlihat pergerakan progresif cepat

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap I. Potensi Produksi Kambing Samosir

Morfometrik badan dan Skrotum

Pengamatan morfometri kambing Samosir jantan dewasa kelamin yang dilakukan berupa bobot badan, lingkar dada, tinggi kaki depan, tinggi kaki beakang, panjang badan, panjang skrotum kanan, panjang skrotum kiri, lingkar skrotum, lingkar skrotum kanan dan lingkar skrotum kiri.

Tabel 6. Morfometrik tubuh dan skrotum kambing Samosir

Peubah Rataan±sd

Morfometrik tubuh kambing Samosir

Bobot badan (Kg) 12.57±0.58

Panjang badan (cm) 39.56± 4.98

Lingkar dada (cm) 56.30± 2.43

Tinggi pundak (cm) 54.50± 2.81

Tinggi panggul(cm) 60.06± 2.01

Morfometrik skrotum kambing Samosir

Panjang skrotum(cm) Kanan 9.72±0.91

Kiri 9.67±1.09

Lingkar skrotum(cm) 19.48±0.89

Diameter skrotum(cm) Kanan 4.21±0.36

Kiri 4.17±.017

Rataan bobot badan kambing Samosir dewasa kelamin (Tabel 3) diperoleh

(47)

20.13 ± 4.47 dan kambing Samosir betina dewasa sebesar 26.23±5.27 demikian juga jika dibandingkan dengan kambing kacang betina dewasa menurut Fera et al., (2004) dengan rataan sebesar 26.88 ± 3.99.

Secara morfometrik panjang badan 39.56±4.98 cm, lingkar dada 56.30±2.43 cm, tinggi pundak 54.50±2.81cm dengan tinggi panggul 60.06±2.01 cm morfometri badan kambing Samosir ini lebih kecil dibandingkan laporan peneliti lainnya.

Rataan bobot badan kambing Samosir dewasa kelamin diperoleh dengan kisaran 12.71±0.58 yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Setiadi et al., (1997) pada kambing jantan Samosir dewasa yaitu sebesar 20.13±4.47 dan kambing Samosir betina dewasa sebesar 26.23±5.27 demikian juga jika dibandingkan dengan kambing kacang betina dewasa menurut Fera et al., (2004) dengan rataan sebesar 26.88±3.99.

Hasil obsevasi didapatkan rataan dan simpangan baku dari morfologik tubuh berdasarkan fisiologi tubuh (Tabel 1). Diperoleh rataan panjang badan jantan dewasa kelamin adalah 39.56±4.98 cm, bila dibandingkan dengan hasil peneitian Doloksaribu et al., (2006) Rataan panjang badan betina dewasa adalah 57.61 ± 5.33 cm dan jantan dewasa 52.41 ± 5.61 cm. Angka ini bila dibandingkan terhadap kambing Kacang lebih rendah dari yang didapat Sitepu (1985) di Kecamatan Galang Sumatera Utara yakni untuk betina dewasa yaitu sebesar 61.10

± 4 cm, dan lebih panjang dari yang didapat Setiadi et al. (1997) yaitu sebesar 50.33 ± 6.72 cm

Rataan lingkar dada kambing Samosir dewasa kelamin dari hasil

pengamatan diperoleh 42.77 ± 2.84 lebih kecil dari hasil penelitian

(48)

Doloksaribu et al., (2006) didapatkan Rataan lingkar dada kambing Samosir betina dewasa sebesar 57.23 ± 5.43 cm dan kambing Samosir jantan dewasa 51.65

± 4.37 cm. bila dibandingkan dengan kambing Kacang, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Sitepu (1985) pada betina dewasa 64.40 ± 4 cm.

Tinggi pundak kambing Samosir jantan dewasa kelamin dari hasil pengamatan diperoleh rataan 42.15 ± 2.87. Hasil penelitian Batubara (2005) dan Doloksaribu et al., (2006) menyatakan Rataan tinggi pundak kambing Samosir betina dewasa 60,6 cm dan tinggi pundak kambing Samosir jantan dewasa 58.30 cm dan hasil penelitian Setiadi et al., (1997) menyatakan Rataan tinggi pundak kambing Samosir betina dewasa 50.65 ± 5.28 cm dan kambing Samosir jantan dewasa 48.30 ± 6.37 cm. Bila dibandingkan terhadap kambing Kacang pada betina dewasa tinggi pundak lebih rendah dari hasil penelitian Setiadi et al., (1997) sebesar 52.00±7.38 cm dan Sitepu (1985) sebesar 54.2 ± 3 cm.

Hasil pengamatan tinggi pinggul kambing Samosir dewasa kelamin diperoleh rataan sebesar 45.55 ± 2.48 hasil ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian Setiadi et al., (1997) pada tinggi pinggul kambing Samosir betina dewasa sebesar 53.22 ± 5.43 dan kambing Samosir jantan dewasa sebesar 50.62 ± 5.21 dan menurut Batubara (2005) dan Doloksaribu et al., (2006) menyatakan Rataan tinggi pinggul kambing Samosir betina dewasa 63.20 cm dan tinggi pinggul kambing Samosir jantan dewasa 58.60 cm.

Hasil penelitian Batubara (2005) dan Doloksaribu et al., (2006) menyatakan Rataan tinggi pundak kambing Samosir betina dewasa 60,6 cm dan

(49)

Setiadi et al., (1997) menyatakan Rataan tinggi pundak kambing Samosir betina dewasa 50.65 ± 5.28 cm dan kambing Samosir jantan dewasa 48.30 ± 6.37 cm.

Bila dibandingkan terhadap kambing Kacang pada betina dewasa tinggi pundak lebih tinggi dari hasil penelitian Setiadi et al., (1997) sebesar 52.00 ± 7.38 cm dan Sitepu (1985) sebesar 54.2 ± 3 cm.

Hasil pengamatan tinggi pinggul kambing Samosir dewasa kelamin diperoleh rataan sebesar 60.06± 2.01 hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Setiadi et al., (1997) pada tinggi pinggul kambing Samosir betina dewasa sebesar 53.22 ± 5.43 dan kambing Samosir jantan dewasa sebesar 50.62 ± 5.21 dan menurut Batubara (2005) dan Doloksaribu et al., (2006) menyatakan Rataan tinggi panggul kambing Samosir betina dewasa 63.20 cm dan tinggi pinggul kambing Samosir jantan dewasa 58.60 cm.

Hasil pengamatan pengukuran terhadap skrotum (Tabel 5) dilakukan dengan mengukur panjang skrotum kanan dengan rataan 9.72±0.91 cm, panjang skrotum kiri diperoleh rataan 9.6 ±1.09 cm, lingkar skrotum diperoleh rataan 19.48±0.89, diameter skrotum kanan diperoleh rataan 4.21±0.36 cm dan lingkar skrotum kiri diperoleh 4.17±0.17 cm dan hasil penelitian diameterlingkar skrotum menurut dwatmadji et al., (2008) pada kambing kacang umur 8 bulan 18.21 cm.

Karakteristik Semen Kambing Samosir jantan

Pengamatan karakteristik semen kambing Samosir jantan dewasa kelamin yang dilakukan berupa pengamatan makroskopis meliputi: volume, pH, warna, konsistensi, dan pengamatan maksroskopis meliputi: gerakan massa, motilitas, konsentrasi, membran plasma utuh (MPU), dan viabilitas.

(50)

Tabel 7. Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis semen kambing Samosir.

Peubah Rataan±sd

pengamatan makroskopis

Volume (ml) 0.2 ± 0.09

pH 6.4

Warna Putihkeruh

Konsistensi Kental

pengamatan mikroskopis

Gerakan Masa ++

Motilitas (%) 72.04±5.87

Konsentrasi (106/ml) 4511.11±141.23

MPU (%) 91.65±2.46

Viabilitas (%) 91.92 ± 2.29

Hasil pengamatan makroskopis volume semen kambing Samosir yang dilakukan dengan penampungan menggunakan vagina buatan menunjukkan nilai rataan sebesar 0.2±0.09 ml/ejakulat. Menurut Pamungkas et al., (2008) nilai ini lebih lebih kecil bila dibandingkan dengan volume semen kambing Boer yaitu 0.83±0.29 ml/ejakulat dan kambing kacang 0.77±0.28 ml/ejakulat.

Pengamatan nilai pH semen kambing Samosir yang diukur menggunakan pH meter menunjukkan nilai 6.4. menurut Tambing (1999), menyatakan bahwa pH semen kambing bervariasai antara 6-7. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa warna semen kambing Samosir berwarna putih keruh.

Sutama et all., (2000), mengungkapkan bahwa warna semen kambing PE dan Boer adalah putih susu-kream. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa konsistensi semen kambing Samosir adalah kental. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pamungkas (2008), yang menyatakan bahwa semen kambing Boer dan Kacang yang memiliki konsitensi semen yang kental.

(51)

tebal dan tipis, bergerak cepat atau lambat, tergantung konsentrasi spermatozoa hidup (Pamungkas, 2008). Dari hasil pengamatan secara mikroskopis dapat diketahui bahwa gerakan masa sperma pada semen segar kambing Samosir menunjukkan kualitas sedang (++).

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis yang telah dilakukan diketahui bahwa motilitas sperma pada semen segar kambing Samosir yaitu 72.04±5.87%. Pamungkas (2008) menyatakan bahwa motilitas dipengaruhi oleh umur sperma, maturasi sperma, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, bio fisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan, motilitas kambing Boer dan Kacang lebih tinggi dibandingkan dengan kambing Samosir yaitu 87% (Boer) dan 88% (Kacang).

Konsentrasi sperma pada semen kambing Samosir yaitu 4511.11 ±141.23 X 106/ml diketahui dengan melakukan pengamatan secara makroskopis terhadap semen kambing Samosir. Nilai ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi spermatozoa kambing Boer dan kambing Kacang yang dilaporkan oleh Pamungkas (2008), yaitu kambing Boer sebesar 2975 X 106/ml dan kambing Kacang sebesar 3893 X 106/ml.

Dari hasil pengamatan semen kambing Samosir yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa MPU kambing Samosir sebesar 91.65±2.46%. Nilai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai MPU yang dilaporkan oleh Sutama et all.,(2000), yang menyatakan bahwa nilai MPU semen kambing PE adalah sebesar 82,31% dan kambing Boer sebesar 83,26%. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai viabilitas semen kambing Samosir yaitu sebesar 91.92%±2.29.

Gambar

Gambar 1. Kurva pertumbuhan sejak lahir sampai ternak mati
Gambar 2. Sel spermatozoatozoa dengan bagian-bagiannya (Toelihere, 1985)

Referensi

Dokumen terkait