EVALUASI PERKEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI INDRALAYA PALEMBANG
Laporan Penelitian
Oleh :
Bambang Pujiyono, M.Si
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur Jakarta 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas selesainya Penelitian tentang Evaluasi Perkembangan Kawasan Transmigrasi Wilayah Indralaya Palembang.
Evaluasi kawasan Transmigrasi merupakan langkah strategis agar implementasi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Selain itu, evaluasi kawasan transmigrasi juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.
Sesuai Dengan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi mendapat mandat untuk membangun dan mengembangkan 144 Kawasan Transmigrasi yang berfokus pada 72 Satuan Permukiman sebagai Pusat Satuan Kawasan Pengembangan. Sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 dijabarkan secara berjenjang ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Desa, PDT dan Tranmigrasi melalui Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi serta Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian kegiatan riset ini. Ucapan terima kasih Khusus kepada Direktorat Bina Potensi Kawasan Transmigrasi, Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi Republik Indonesia atas kepercayaan dan kerjasamanya.
Demikian Laporan ini kami susun atas kepercayaan dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Mei 2019
Bambang Pujiyono, M.Si
Abstraksi
Tulisan ini mendeskripsikan pembangunan kawasan transmigrasi dengan menggunakan angka indeks. Indeks menggambarkan perubahan yang terjadi pada dimensi ekonomi, social budaya, sarana prasarana, lingkungan dan kelembagaan pada kawasan Transmigrasi Pamulutan, Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, responden terdiri dari unsur pemerintah, swasta, dan komunitas. Responden memberikan score pada kuesioner yang dipandu secara langsung oleh peneliti. Penentuan indeks mengikuti teknis MCDA. Hasil indeks menunjukkan bahwa Kawasan Transmigrasi Pamulutan masuk katergori mandiri. Setelah mendapatkan intervensi pada beberapa dimensi sebagai program penguatan 5 tahun ke depan, kawasan tersebut menjadi kawasan transmigrasi yang berdaya saing.
Kata kunci : Indeks Pembangunan, Kawasan, Transmigrasi, Pamulutan
Pendahuluan
Pembangunan transmigrasi pada era Kabinet Kerja tahun 2015-2019 sebagai tahapan ketiga dari empat tahapan pembangunan jangka panjang yang diamanatkan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN tahun 2005-2025. Sesuai Dengan Peraturan Presiden No.2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi mendapat mandat untuk membangun dan mengembangkan 144 Kawasan Transmigrasi yang berfokus pada 72 Satuan Permukiman sebagai Pusat Satuan Kawasan Pengembangan. Sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN 2015- 2019 dijabarkan secara berjenjang ke dalam Rencana.
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi perkembangan Kawasan transmigrasi di tingkat Kawasan Transmigrasi, Satuan Kawasan Pengembangan (SKP), dan Satuan Pengembangan (SP). Hasil evaluasi perkembangan kawasan transmigrasi dimanfaatkan sebagai bahan masukan penyusunan rencana strategis bidang pembangunan dan pengembangan Kawasan transmigrasi 2020-2024
Tinjauan Literatur
Konsep Teoritis Pengembangan Kawasan Transmigrasi diantaranya menggunakan teori Pusat Pertumbuhan, dalam pengembangan wilayah, diperlukan pusat pertumbuhan wilayah.
Pusat pertumbuhan merupakan pusat pancaran gaya setrifugal dan tarikan sentripetal’. Kutub pertumbuhan tidak hanya merupakan lokalisasi dari industri-industri inti, tapi juga harus mendorong ekspansi yang besar di daerah sekitar; Interaksi titik pertumbuhan & daerah pengaruhnya merupakan unsur penting.
Selait itu, interaksi antar wilayah juga menjadi factor penentu dalam pembangunan kawasan. Interaksi antara wilayah memiliki keterkaitan fiksik, ekonomi, kelembagaan, dan
teknologi. Keterkitan antar wilayah memerlukan dukungan sarana dan prasarana penghubung antar ke dua wilayah. Secara generative, hubungan antar wilyah memberikan saling kemanfaatan dan dukungan saling memerkuati.
Tahapan perkembangan kawasan trasnmigrasi mencakup tiga tingkatan. Tahapan pertama berupa Tahapan yang telah dicapai oleh suatu embrio pusat pertumbuhan dengan fasilitas kebutuhan dasar kawasan sudah terpenuhi seluruhnya berlangsung selama 3 tahun.
Tahapan kedua, tinggi berlangsung selama 4 tahun. Tahapan yang telah memiliki kemampuan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhan minimal layanan sosial ekonomi kawasan sehingga tidak memerlukan dukungan dari luar. Tahapan terakhir merupakan Tahapan yang telah mampu meningkatkan nilai tambah kawasan dan menjadi pendukung perekonomian bagi pusat pada hirarki yang lebih tinggi berlangsung selama 4 tahun.
Berdasar beberapa pertimbangan teoritis di atas, pembangunan kawasan menjadi sangat penting dalam konteks koneksitas dan integritas. Pembanguan yang dilakukan harus memerhatikan berbagai aspek sehingga dalam pembuatan perencanaan pembangunan lebih matang, memiiliki indicator yang jelas. Dalam implementasinya, program pembangunan kawasan dapat dievaluasi dengan mudah menggunakan dimensi-dimensi yang jelas dan terukur.
Kawasan transmigrasi diskenariokan menjadi satu kesatuan wilayah pengembangan ekonomi yang memiliki keterkaitan yang kuat antar bagian wilayah, antar pusat-pusat kegiatan secara berjenjang didalam kawasan yang muaranya adalah untuk menghasilkan daya saing daerah. Oleh karena itu, perencanaan kawasan transmigrasi sebagai bagian dari proses perwujudan pengembangannya sangatlah perlu dilaksanakan, untuk :
1. Menyusun rencana tata ruang kawasan transmigrasi yang berkualitas.
2. Menyediakan landasan pelaksanaan pembangunan kawasan transmigrasi.
3. Menyediakan landasan pelaksanaan pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi.
Perencanaan kawasan transmigrasi dilaksanakan pada kawasan budidaya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kawasan budidaya yang dapat direncanakan menjadi kawasan transmigrasi harus memenuhi syarat, diantaranya adalah :
1. Tersedianya potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan yang memenuhi skala ekonomis;
2. Tersedianya ruang untuk pembangunan permukiman dan/atau satuan permukiman transmigrasi;
3. Tersedianya peluang bagi penduduk dari luar kawasan untuk menjadi transmigran;
4. Tidak ada keberatan dari masyarakat yang bersangkutan.
Perencanaan Kawasan Transmigrasi, salah satunya adalah menghasilkan Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT). RKT merupakan rencana rinci tata ruang sebagai penjabaran RTR KSN yang disusun sesuai dengan tujuan penetapan masing-masing RTR KSProv dan RTR KSKab. Muatan RKT ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang berisi aturan terkait dengan hal-hal spesifik tentang ketransmigrasian. Kepentingan Rencana Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten merupakan dasar pertimbangan utama dalam penyusunan dan penetapan RKT.
RKT juga menjadi acuan teknis bagi penyelenggaraan penataan ruang SKP, KPB dan SP.
Penentuan bentuk RKT didasarkan pada basis kawasan dan basis objek strategis. RKT berbasis kawasan merupakan RKT yang dicirikan oleh keberadaan wilayah yang direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan kawasan fungsional, dapat meliputi satu atau lebih wilayah administrasi Kecamatan atau bahkan satu atau lebih wilayah administrasi Kabupaten. RKT berbasis objek strategis merupakan RKT yang dicirikan oleh keberadaan objek strategis berkaitan dengan fungsi strategis objek yang ditetapkan sebagai Kawasan Transmigrasi.
RKT dapat berupa perencanaan pembangunan WPT atau perencanaan pembangunan LPT. Perencanaan WPT dimulai dari rencana deliniasi kawasan untuk menentukan letak pusat pertumbuhan ekonomi sebagai kawasan perkotaan baru sedangkan perencanaan LPT dimulai dari pusat pertumbuhan yang ada atau yang sedang berkembang untuk menentukan rencana deliniasi kawasan transmigrasi. Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) sekurang-kurangnya memuat :
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan kawasan transmigrasi 2. Luasan kawasan transmigrasi
3. Rencana struktur kawasan transmigrasi
4. Rencana pola pemanfaatan kawasan transmigrasi 5. Arahan pengembangan pola usaha pokok
6. Arahan jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan
7. Arahan penataan persebaran penduduk dan kebutuhan SDM 8. Arahan indikasi program utama
9. Tahapan perwujudan kawasan transmigrasi; dan
10. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan transmigrasi.
Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) disusun dengan dilengkapi data dan peta-peta minimal dengan skala 1 : 25.000. Secara keruangan, pembangunan Kawasan Transmigrasi, baik berupa WPT maupun LPT, akan terdiri dari 1 (satu) KPB dan beberapa SKP. Dalam 1 SKP akan terdiri dari 3-6 SP dimana sebuah SP akan memiliki daya tampung antara 300-500 kepala keluarga. Terdapat tiga bentuk SP yaitu SP-Baru, SP-Pugar dan SP-Tempatan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014, ditetapkan bahwa luasan KPB adalah 400-1.000 hektar.
Sedangkan terkait dengan luasan ruang wilayah pembangunan SP, dalam hal jenis TU dan TSB dengan pola usaha pokok pertanian tanaman pangan dan/atau perkebunan, Transmigran atau penduduk setempat yang pindah ke permukiman baru sebagai bagian dari SP-Pugar diberikan bidang tanah paling sedikit 2 (dua) hektar.
Terkait dengan sistem sarana prasarana kewilayahan guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan Kawasan Transmigrasi, ketersediaan sistem sarana prasarana dasar dalam pengembangan Kawasan Transmigrasi, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor : 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian Sebagaimana telah diubah Dengan Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, diuraikan bahwa :
1. Dalam setiap SP paling sedikit tersedia : a. Prasarana dan utilitas umum b. Perumahan;
c. Sarana pelayanan umum;
d. Sarana pelayanan pendidikan dasar setingkat sekolah dasar;
e. Sarana pelayanan kesehatan setingkat pos kesehatan desa;
f. Sarana pasar mingguan; dan g. Sarana pusat percontohan.
2. Setiap SP yang menjadi desa utama sebagai Pusat SKP paling sedikit dilengkapi:
a. Sarana pelayanan umum skala SKP
b. Sarana pelayanan pendidikan setingkat sekolah menengah pertama;
c. Sarana pelayanan kesehatan setingkat pusat kesehatan masyarakat; dan d. Sarana pasar harian
3. Setiap KPB paling sedikit tersedia:
a. Permukiman;
b. Prasarana dan utilitas umum;
c. Sarana perdagangan dan jasa;
d. Sarana pelayanan umum;
e. Sarana pendidikan paling rendah tingkat menengah atas;
f. Sarana kesehatan paling rendah setingkat pusat kesehatan masyarakat rawat inap;
g. Sarana ruang terbuka hijau; dan h. Sarana terminal atau dermaga.
Gambar 1.1. Model Ruang Kawasan Transmigrasi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau perkembangan implementasi kebijakan/program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi dalam membangun dan mengembangkan 144 Kawasan Transmigrasi yang berfokus pada 72 Satuan Permukiman sebagai Pusat Satuan Kawasan Pengembangan, maka diperlukan Studi Evaluasi Perkembangan Kawasan Transmigrasi sebagai bahan perbaikan dan masukan penyusunan Rencana Strategis tahun 2020-2024.
Dalam menentukan indeks Perkembangan Kawasan Transmigrasi pada kegiatan Penyusunan Tingkat Perkembangan Kawasan Transmigrasi Tahun 2019 ada 3 judul kegiatan harus disepakati mana yang paling tepat tingkat konsistensi agar ini ada 5 Dimensi yang menjadi aspek penilaian yaitu : Dimensi Ekonomi, Dimensi Sosial Budaya, Dimensi Lingkungan Lingkungan, Dimensi Prasarana dan Sarana dan Dimensi Kelembagaan. Masing-masing dimensi kemudian ditentukan peubah-peubah dan indikator- indikatornya seperti terlihat pada lampiran kuisioner.
Penentuan indeks komposit Kawasan Transmigrasi tidak dapat langsung menjumlahkan dari nilai indeks dimensi. Hal ini dikarenakan setiap dimensi memiliki bobot yang berbeda.
Nilai Indeks Komposit (IK) = Di x Wi
Dimana : Di = Nilai indeks Dimensi ke-i Wi = Nilai Bobot Dimensi ke-i
Nilai bobot dimensi ke-i ini merupakan nilai bobot yang sudah disepakati sebelumnya dari hasil analisis AHP dengan nilai-nilai bobot masing-masing dimensi sebagai berikut :
Tabel 1.2. Dimensi dan Bobot
No Dimensi Bobot
1 Ekonomi 0,3920
2 Sosial Budaya 0,1303
3 Lingkungan 0,0773
4 Prasarana dan Sarana 0,2829
5 Kelembagaan 0,1176
Metodologi Riset
Metode yang digunakan dalam penelitian yakni penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian angket oleh peserta FGD. Tiap angket berisi aspek pembangunan yang dievaluasi dan harus diisi oleh peserta FGD yang khusus membahas evaluasi pembangunan dari salah satu aspek yang dinilai misalnya ekonomi, sarana prasarana,
lingkungan, social budaya, dan kelembagaan. Responden dalam penelitian ini berasal dari stakeholders pembangunan transmigrasi di wilayah Sumatera II, dari tiap kabupaten yang ada lokasi pembangunan kawasan transmigrasinya.
Rincian kebutuhan data sebagai berikut :
No. Jenis Data Sumber data Metoda
pengumpulan data 1. Data Sekunder
a. Kebijakan perundang Undangan Kemendestrans RI dan Instansi Terkait lainnya
Studi Pustaka
b. Informasi Kawasan RTSP Studi Pustaka
c. Informasi SKP RTSP Studi Pustaka
d. Informasi SP RTSP Studi Pustaka
e. LPJ Bupati tahun 2016-2018 Bappeda Studi Pustaka f. Rencana dan program kerja tahun
2019
Bappeda/Dinas Terkait
Studi Pustaka g. Kabupaten/Kecamatan Dalam Angkah
2016-2018
BPS Kabupaten Studi Pustaka h. Perda KTM/Kawasan Transmigrasi Bappeda/Dinas
Transmigrasi
Studi Pustaka
i. RTRW Kabupaten Bappeda Studi Pustaka
j. RPJMD Bappeda Studi Pustaka
2. Data Primer
a. Ekonomi, Sosial Budaya, Lingkungan, Jaringan Prasarana Sarana dan Kelembagaan
Instansi Terkait di Propinsi dan Kab/Kota
FGD
b. Ekonomi, Sosial Budaya, Lingkungan, Jaringan Prasarana Sarana dan Kelembagaan
Instansi Terkait di Propinsi dan Kab/Kota
Kuesioner
Teknik analisis yang digunakan untuk menyusun indeks dengan skala ordinal yang lebih tepat adalah Muldimensiaonal Scaling (MDS), sebuah metode ordinasi multivariat. Alder et al.
(2000) telah membandingkan beberapa metode analisis dengan MDS, antara lain Analisis Kelompok (Cluster Analysis), Analisis Factor (Factor Analysis), Analisis (Regresi) Komponen Utama (Principal Component Analysis), Analisis Hubungan (Correspondence Analysis), dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT). Berdasarkan hal tersebut maka MDS merupakan metode analisis yang paling tepat untuk menganalisis perkembangan kawasan transmigrasi dan SKP yang bersifat multidimensi (Budiharsono, 2018).
Untuk menghitung indeks komposit digunakan pairwise comparison matrix, yang merupakan bagian dari Analisys Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot masing- masing dimensi (Budiharsono,. 2018). Nilai indeks komposit suatu SKP dan kawasan transmigrasi adalah:
Indeks Perkembangan SP (IPSP), SKP (IPSKP) dan Kawasan Transmigrasi (IPKTrans) =
∑ wi Di
Di mana : wi = Bobot masing-masing dimensi Di = Nilai indeks masing-masing dimensi
Status kawasan transmigrasi dapat diketahui dari Indeks Perkembangan Kawasan Transmigrasi (IPKTrans) tersebut, sebagai berikut:
a. IPKTrans < 50 = Berkembang b. 50 ≤ IPKTrans < 75 = Mandiri
c. IPKTrans ≥ 75 = Berdaya Saing
Status SKP dapat diketahui dari Indeks Perkembangan SKP (IPSKP) tersebut, sebagai berikut:
a. IPSKP < 50 = Kurang Berkembang b. 50 ≤ IPSKP < 75 = Cukup Berkembang c. IPSKP ≥ 75 = Berkembang
No Dimensi Peubah
1. Ekonomi Kawasan Transmigrasi
Pengembangan Komoditas Unggulan
Pelibatan Masyarakat dan UMKM dalam Pengembangan Komoditas unggulan
Peran BUMDES dan atau BUMDES Bersama Mengembangkan Komoditas Unggulan
Pengembangan Jejaring Kawasan
Transmigrasi/Klaster
Sertifikasi/standarisasi produk yang dihasilkan Tingkat melek keuangan masyarakat
Kepemilikan dan/atau penguasaan lahan 2. Sosial Budaya
Kawasan Transmigrasi
Kreativitas masyarakat
Pelibatan pelaku seni dan budaya
Pemanfaatan produk budaya masyarakat
Migrasi penduduk keluar kawasan Governansi budaya
Budaya dan pendidikan
Budaya, informasi, dan pengetahuan Budaya dan perencanaan
Budaya, kesetaraan, dan inklusi sosial Kerekatan sosial
3. Lingkungan Kawasan transmigrasi
Pembangunan Kawasan Transmigrasi mengacu pada Tata Ruang Kawasan Transmigrasi
Ruang terbuka hijau (RTH)
Pemanfaatan Amenity Resources untuk kegiatan ekonomi dan Sosial
Kesadaran masyarakat terhadap permasalahan dan pemanfaatan lingkungan
Adaptasi terhadap perubahan iklim Kapasitas mitigasi bencana
Pengolahan dan pemanfaatan sampah Pengolahan dan pemanfaatan limbah 4. Jejaring
Prasarana dan sarana
transmigrasi
Konektivitas kawasan transmigrasi dengan kota kecil/menengah (pusat pertumbuhan) yang hierarki keruangannya lebih tinggi
Konektivitas SKP dalam Kawasan Transmigrasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pelayanan Pendidikan Vokasi dan Ketrampilan Aksesibilitas ke dan dari Kawasan serta ke Sentra Komoditas Unggulan
Angkutan Umum
Pemanfaatan alat komunikasi dan Internet
Sumber Air Minum dan Mandi/Cuci Masyarakat di Kawasan Transmigrasi
Ketersediaan Bahan Bakar Kios Sarana Produksi Pertanian Pasar Kawasan Transmigrasi
Perbankan dan/atau Lembaga Keuangan Bukan Bank Untuk Pengembangan Komoditas Unggulan
5. Kelembagaan Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau Norma Masyarakat dalam Meminimalisasi Alih Fungsi Lahan
Kebijakan Daerah tentang Penggunaan Tenaga Kerja Lokal
Pengembangan Kawasan Transmigrasi/Klaster Berbasis Komoditas Unggulan
Insentif/ Kebijakan Daerah tentang Investasi di Kawasan
Forum Pengembangan (Ekonomi) Daerah/ Kawasan Transmigrasi di Aras Kabupaten/Kota
Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Kawasan Transmigrasi yang telah Ditetapkan
Komitmen Daerah untuk Pembiayaan PKP yang telah Ditetapkan
Kebijakan Daerah tentang CSR untuk Kawasan Transmigrasi yang telah Ditetapkan
Pengembangan Kerjasama antara Pemerintah Daerah, BUMDES/BUMDESMA, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian setempat untuk Meningkatkan Inovasi Pengembangan Komoditas Unggulan
Kebijakan Daerah tentang Promosi Kawasan
Hasil Analisis
1. Dimensi Ekonomi
Hasil analisis untuk Dimensi Ekonomi dengan menggunakan Program PRAPKTRANS ditunjukan dengan “peta” posisi Dimensi Ekonomi pada Ordinasi PRAPKTRANS. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indeks Dimensi Ekonomi dari kawasan transmigrasi. Hasil ini terlihat atribut pengungkit (leverage attributes) untuk Dimensi Ekonomi ada dua atribut/peubah.
2. Dimensi Sosial Budaya
Hasil analisis untuk Dimensi Sosial Budaya dengan menggunakan Program PRAPKTRANS ditunjukan dengan “peta” posisi Dimensi Sosial Budaya pada Ordinasi PRAPKTRANS. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indeks Dimensi Sosial Budaya dari kawasan transmigrasi. Hal ini terlihat atribut pengungkit (leverage attributes) untuk Dimensi Sosial Budaya.
3. Dimensi Lingkungan
Hasil analisis untuk Dimensi Lingkungan dengan menggunakan Program PRAPKTRANS ditunjukan dengan “peta” posisi Dimensi Lingkungan pada Ordinasi PRAPKTRANS. Hasil tersebut dapat dilihat atribut pengungkit (leverage attributes) untuk Dimensi Lingkungan adalah atribut/peubah.
4. Dimensi Jejaring Prasarana dan Sarana
Hasil analisis untuk Dimensi Jejaring Prasarna dan Sarana (Prasar) dengan menggunakan Program PRAPKTRANS ditunjukan dengan “peta” posisi Dimensi Jejaring Prasar pada Ordinasi PRAPKTRANS. Hasil tersebut dapat dilihat atribut pengungkit (leverage attributes) untuk Dimensi Jejaring Prasar adalah atribut/peubah.
5. Dimensi Kelembagaan
Hasil analisis untuk Dimensi Kelembagaan dengan menggunakan Program PROPKTRANS ditunjukan dengan “peta” posisi Dimensi Kelembagaan pada Ordinasi PRAPKTRANS. Hasil tersebut dapat dilihat atribut pengungkit (leverage attributes) untuk Dimensi Kelembagaan adalah atribut/peubah.
Hasil Penelitian
1. Parit Rambutan
Kawasan transmigrasi Parit Rambutan ini berada di Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Sesuai SK Menteri Nakertrans No. 293/MEN/IX/2009 Tanggal 29 September 2009 Tentang Kota Terpadu Mandiri (KTM). Kawasan Simpang Parit Rambutan terdiri dari 3 Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dengan luas seluruhnya adalah 19.281,78 Ha. Terdiri dari 23 Desa yang terletak di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Pemulutan, Kecamatan Pemulutan Barat dan Kecamatan Indralaya Utara. Adapun potensi yang dimiliki adalah Pertanian: Padi, Perkebunan: Karet, Kelapa Sawit, Palawija, Hortikultura, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Terung, Ketimun, Buncis, Kangkung dan Bayam. Pertanakan: Sapi, Kerbau, Kambing dan Ayam.
Gambar 4.7. Peta Kawasan Transmigrasi Parit Rambutan 1) Parit Rambutan Ogan Ilir
Berdasarkan hasil analisis untuk menghitung indeks komposit dimensi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, sarana prasarana dan kelembagaan kawasan Transmigrasi Parit Rambutan Ogan Ilir, maka diperoleh nilai 56, 23. Bila IPKTrans > 50 maka statusnya kawasan tersebut adalah Mandiri dengan hasil tersebut kawasan Transmigrasi Parit Rambutan Ogan Ilir termasuk kawasan Transmigrasi yang sudah mandiri menuju kawasan berdaya saing.
TABEL 5.32. INDEKS KOMPOSIT SEBELUM INTERVENSI PARID RAMBUTAN
No Dimensi Indeks Bobot Indeks Komposit
1 Ekonomi 34,55 0,3920 13,54
2 Sosial Budaya 52,75 0,1303 6,87
3 Lingkungan 40,64 0,0773 3,14
4 Jejaring Prasar 94,64 0,2829 26,77
5 Kelembagaan 50,14 0,1176 5,90
JUMLAH 56,23
STATUS MANDIRI
Gambar 5.32. Diagram Laba-laba Kawasan Parit Rambutan
a) SKP Indralaya
Hasil perhitungan indeks SKP Indra Laya mendapatkan nilai indeks SKP Indra Laya sebesar 69,02 atau > 50 hal ini menunjukkan bahwa SKP Indralaya tergolang SKP yang Cukup berkembang Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.33 di bawah ini.
TABEL 5.33. INDEKS KOMPOSIT SEBELUM INTERVENSI SKP INDRA LAYA
No Dimensi Indeks Bobot Indeks Komposit
1 Ekonomi 61,51 0,3334 20,51
2 Sosial Budaya 45,64 0,1631 7,44
3 Lingkungan 53,30 0,0856 4,56
4 Jejaring Prasar 95,53 0,3411 32,59
5 Kelembagaan 50,98 0,0769 3,92
JUMLAH 69,02
STATUS CUKUP
BERKEMBANG 34.55
52.75
40.64
94.64 50.14
0 20 40 60 80 100
Ekonomi
Sosial Budaya
Lingkungan Jejaring Prasar
Kelembagaan
Gambar 5.33. Diagram Laba-laba SKP Indralaya
b) SKP Parit Rambutan
Hasil perhitungan indeks SKP Parid Rambutan mendapatkan nilai indeks SKP Parid Rambutan sebesar 52,98 atau > 50 hal ini menunjukkan bahwa SKP Parid Rambutan tergolang SKP yang Cukup berkembang, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.34 di bawah ini.
TABEL 5.34. INDEKS KOMPOSIT SEBELUM INTERVENSI SKP PARID RAMBUTAN
No Dimensi Indeks Bobot Indeks Komposit
1 Ekonomi 32,48 0,3334 10,83
2 Sosial Budaya 0,00 0,1631 0,00
3 Lingkungan 53,30 0,0856 4,56
4 Jejaring Prasar 95,53 0,3411 32,59 5 Kelembagaan 65,00 0,0769 5,00
JUMLAH 52,98
61.51
45.64
53.30 95.53
50.98
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00Ekonomi
Sosial Budaya
Lingkungan Jejaring Prasar
Kelembagaan
Diagram Laba-laba Indeks Dimensi
SKP Indralaya
STATUS CUKUP BERKEMBANG
Gambar 5.34. Diagram Laba-laba SKP Parit Rambutan
c) SKP Pemulutan Barat
Hasil perhitungan indeks SKP Pemulutan Bara mendapatkan nilai indeks SKP Pemulutan Barat sebesar 47,55 atau < 50 hal ini menunjukkan bahwa SKP Pemulutan Barat tergolang SKP yang Kurang berkembang Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 47,55 di bawah ini.
TABEL 5.35. INDEKS KOMPOSIT SEBELUM INTERVENSI PEMULUTAN BARAT
No Dimensi Indeks Bobot Indeks Komposit
1 Ekonomi 12,83 0,3334 4,28
2 Sosial Budaya 0,00 0,1631 0,00
3 Lingkungan 53,30 0,0856 4,56
4 Jejaring Prasar 95,53 0,3411 32,59
5 Kelembagaan 79,69 0,0769 6,13
JUMLAH 47,55
32.48 0.00
53.30 95.53
65.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00Ekonomi
Sosial Budaya
Lingkungan Jejaring Prasar
Kelembagaan
Diagram Laba-laba Indeks Dimensi
SKP Pamulutan
STATUS KURANG BERKAMBANG
Gambar 5.35. Diagram Laba-laba SKP Pemulutan Barat 12.83
0.00
53.30 95.53
79.69
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00Ekonomi
Sosial Budaya
Lingkungan Jejaring Prasar
Kelembagaan
Diagram Laba-laba Indeks Dimensi
SKP Pamulutan barat
1) Parit Rambutan Ogan Ilir
Hasil analisis indeks komposit dimensi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, sarana prasarana dan kelembagaan kawasan Transmigrasi Parit Rambutan Ogan Ilir, diperoleh nilai 56,23. Bila IPKTrans > 50 maka statusnya kawasan tersebut adalah Mandiri dengan hasil tersebut kawasan Transmigrasi Parit Rambutan Ogan Ilir termasuk kawasan Transmigrasi yang sudah mandiri menuju kawasan berdaya saing.
TABEL 5.57. INDEKS KOMPOSIT SEBELUM INTERVENSI PARID RAMBUTAN
Dimensi Indeks Bobot Indeks Komposit
Ekonomi 34,55 0,3920 13,54
Sosial Budaya 52,75 0,1303 6,87 Lingkungan 40,64 0,0773 3,14 Jejaring Prasar 94,64 0,2829 26,77 Kelembagaan 50,14 0,1176 5,90
JUMLAH 56,23
STATUS MANDIRI
Gambar 6.13. Diagram Laba-laba Kawasan Parit Rambutan TABEL 6.58. INDEKS KOMPOSIT SESUDAH INTERVENSI
PARIT RAMBUTAN
N o
Dimensi Indeks Dimensi Bobo t
Indeks Komposit
Sebelum Intervensi
Indeks Komposit
Setelah Intervensi Sebelum
Interven si
Sesudah Intervens
i
1 Ekonomi 34,55 73,7 0,392
0
13,54 28,89
2 Sosial Budaya 52,75 77,46 0,130 3
6,87 10,09
3 Lingkungan 40,64 80,76 0,077 3
3,14 6,24
4 Jejaring Prasar
94,64 94,64 0,282 9
26,77 26,77
34.55
52.75
40.64
94.64 50.14
0 20 40 60 80 100
Ekonomi
Sosial Budaya
Lingkungan Jejaring Prasar
Kelembagaan
5 Kelembagaan 50,14 78,52 0,117 6
5,90 9,23
JUMLAH 56,23 81,23
STATUS MANDIRI BERDAYA
SAING
Gambar 6.14. Diagram Laba-laba Kawasan Parit Rambutan Sesudah Intervensi Tabel 6.59. Intervensi Dimenesi Ekonomi Parit
Rambutan 34.55 52.75
40.64
94.64 50.14
73.7
77.46
80.76 94.64
78.52
0 20 40 60 80 100
Ekonomi
Sosial Budaya
Lingkungan Jejaring Prasar
Kelembagaan
Sebelum Sesudah
EKONOMI Peran BUMDES/BUMADES Pengembangan Jejaring Kawasan Transmigrasi Promosi Produk Unggulan oleh Kawasan Sertifikasi Produk Tingkat Melek Keuangan
Awal 0 1 1 0 0
Intervensi 1 2 2 1 2
Kegiatan intervensi dimensi ekonomi kawasan Parit Rambutan adalah Peran BUMDES/BUMADES, Pengembangan Jejaring Kawasan Transmigrasi, Promosi Produk Unggulan oleh Kawasan, Sertifikasi Produk dan Tingkat Melek Keuangan. Adapun kegiatan intervensi dimensi ekonomi kawasan Parit Rambutan dapat dilakukan di SKP Parit Rambutan dan SKP Pamulatan Barat. Karena indeks nilai ekonomi adalah < 50 atau kurang berkembangan.
(selengkapnya mengenai indeks SKP Air Gegas dapat dilihat pada bab V).
LINGKUNGAN Ruang Terbuka Hijau Pemanfaatan Amenity Resource Regulasi dan Edukasi dalam Pengelolaan Lingkungan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Kapasitas Mitigasi Bencana Pengelolaan dan Pemanfaatan SampahPengelolaan dan Pemanfaatan Limbah
Awal 1 1 1 1 1 1 0 Intervensi 2 2 2 2 2 2 2
Kegiatan intervensi dimensi lingkungan kawasan Parit Rambutan adalah Ruang Terbuka Hijau, Pemanfaatan Amenity Resource, Regulasi dan Edukasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Adaptasi terhadap Perubahan Iklim, Kapasitas Mitigasi Bencana, Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah dan Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah. Adapun kegiatan intervensi dimensi lingkungan dapat dilakukan pada semua SKP yang ada di kawasan Parit Rambutan. Karena 3 SKP di kawasan Parit Rambutan cukup berkembang. (selengkapnya mengenai indeks semua SKP kawasan Parit Rambutan dapat dilihat pada bab V).
Tabel 6.63. Intervensi Dimenesi Kelembagaan Parit Rambutan
KELEMBAGAAN Kebijakan Penggunaan Tenaga Kerja Lokal Pengembangan Klaster Berbasis Komoditas Unggulan Insentif/Kebijakan tentang Investasi di Kawasan Forum Pengembangan Ekonomi Daerah di Aras Kawasan Kebijakan tentang CSR Kerjasama dalam Mengembangkan Inovasi Kebijakan Daerah tentang Promosi Kawasan
Awal 1 1 1 1 1 1 1
Intervensi 2 2 2 2 2 2 2
Kegiatan intervensi dimensi kelembagaan kawasan Parit Rambutan adalah Kebijakan Penggunaan Tenaga Kerja Lokal, Pengembangan Klaster Berbasis Komoditas Unggulan, Insentif/Kebijakan tentang Investasi di Kawasan Forum Pengembangan Ekonomi Daerah di
Aras Kawasan, Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Kawasan, Kebijakan tentang CSR, Kerjasama dalam Mengembangkan Inovasi dan Kebijakan Daerah tentang Promosi Kawasan.
Adapun kegiatan intervensi dimensi kelembagaan dapat dilakukan di SKP Parit rambutan dan SKP Indralaya kerena kedua SKP tersebut kategori cukup berkembangan. (selengkapnya mengenai indeks SKP SKP Parit Rambutan dan SKP Indralaya dapat dilihat pada bab V).
Tabel 6.65. Intervensi Dimenesi Sosial Budaya Parit Rambutan
SOSIAL BUDAYA Kreativitas Masyarakat Pelibatan Pelaku Seni dan Budaya Migrasi Penduduk Keluar Kawasan Transmigrasi Budaya dan Perencanaan Budaya, Kesetaraan dan Inklusi SosialKerekatan Sosial
Awal 1 1 1 1 1 1
Intervensi 2 2 2 2 2 2
Kegiatan intervensi dimensi sosial budaya kawasan Parit Rambutan adalah Kreativitas Masyarakat, Pelibatan Pelaku Seni dan Budaya, Migrasi Penduduk Keluar Kawasan Transmigrasi, Budaya dan Perencanaan, Budaya, Kesetaraan dan Inklusi Sosial, Kerekatan Sosial. Adapun kegiatan intervensi dimensi sosial budaya dapat dilakukan di semua SKP kawasan Parit Rambutan karena dimensi sosial budaya semua SKP Parit Rambutan tergolong kurang berkembang. (selengkapnya mengenai indeks SKP di kawasan Parit Rambutan dapat dilihat pada bab V).
Penutup
Hasil perhitungan indeks komposit dimensi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, sarana prasarana dan kelembagaan di 22 kawasan transmigrasi, 20 Kabupaten Sumatera 2 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
Rekomendasi yang diberikan diantaranya :
Berdasarkan hasil di atas, maka perlu dilakukan kegiatan intervensi yang dilakukan untuk 5 tahun ke depan untuk meningkatkan status kawasan dari berkembang menjadi kawasan mandiri dan kawasan yang telah mendiri menjadi kawasan yang berdaya saing.
Kegiatan intervensi dilakukan pada dimensi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, sarana prasarana dan kelembagaan. Hal ini tergantung pada nilai indeks masing-masing kawasan, sehingga intervensi pada setiap kawasan berberda, ada yang diintervensi hanya domensi tertentu, tergantung kondisi kawasan tersebut.
Daftar Pustaka
Budi harsono, S. (2007). Manual Penentuan Status dan Faktor Pengungkit PEL. Direktorat Perkotaan dan Pedesaan,
Edison. 2009. Penelitian dan Evaluasi Dalam Bidang Pendidikan:Evaluasi CIPP, (Online), (http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 11 April 2011)
Imas, Linda G. M., and Ray C. Rist. 2009. The Road to Results: Designing and Conducting Eff ective Development Evaluations. Washington, DC: World Bank.
Mulyono. 2009. Penelitian Eveluasi Kebijakan, (Online), (http:// mulyono. staff.uns .ac.id /2009/
05/13/penelitian-evaluasi-kebijakan/, diakses 11 April 2011)
Owen, John M. 2006. Program Evaluation: Forms and Appoaches. Crows Nest: Allen & Unwin Paul J. Gertler, Sebastian Martinez, Patrick Premand, Laura B. Rawlings, and Christel M. J.
Vermeersch, 2016, Impact Evaluation in Practice Second Edition, International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank
Rika Dwi Kurniasih. 2009. Teknik Evaluasi Perencanaan, (Online), (http://
images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SUdfiwoKCF8AADuyo- 81/Rika%20Eva.doc?nmid=148657139, diakses 12 April 2011).
Robert E. Stake.2004. Standars-Based & Responsive Evaluation. California: Sage Publication, Inc.
Scheerens, J., C Glas, SM Thomas, 2003, Educational Evaluation, Assessment and Monitoring:
a Systemic Approach, Swets & Zeitlinger
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation:aself-instructional guide to theory and practice. Kluwer-Nijholf Publishing
Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Widodo, C. dan Jasmadi. (2008). Buku Panduan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.