• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KINERJA ALAT PEMISAH DAGING DAN BIJI DURIAN ( Durio zibethinu, Murr )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI KINERJA ALAT PEMISAH DAGING DAN BIJI DURIAN ( Durio zibethinu, Murr )"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KINERJA ALAT PEMISAH DAGING DAN BIJI DURIAN ( Durio zibethinu,

Murr

)

SKRIPSI

Oleh :

RIZKY SOEBAGUS SURBAKTI 140308006

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UJI KINERJA ALAT PEMISAH DAGING DAN BIJI DURIAN ( Durio zibethinus,

Murr

)

SKRIPSI

Oleh :

RIZKY SOEBAGUS SURBAKTI 140308006 / KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk melakukan meja hijau di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)

Judul Skripsi : Uji Kinerja Alat Pemisah Daging Dan Biji Durian ( Durio Zibethinus, Murr)

Nama : Rizky Soebagus Surbakti

NIM : 140308006

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay M.Si) NIP 196208281987021001

Mengetahui

(Dr. Taufik Rizaldi, STP, MP) NIP 197506171999031004

Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian

Tanggal lulus : 29 Januari 2020

(4)
(5)

Panitia Penguji Skripsi

Ir. Saipul Bahri Daulay M.Si Delima Lailan Sari Nst, STP, M.Sc Nazif Ichwan, STP , M.Si

Sulastri Panggabean, STP, M.Si

(6)

ABSTRAK

RIZKY SOEBAGUS SURBAKTI : Uji Kinerja Alat Pemisah Daging dan Biji Durian (Durio zibethinus, Murr), dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY

Durian adalah salah satu dari sekian banyak buah yang dapat tumbuh subur di Indonesia Olahan durian semakin meningkat mamun tingginya permintaan akan produk olahan durian sulit terpenuhi karena kesulitan dalam proses pemisahan bijinya karena masih menggunakan cara manual sehingga kurang efektif. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kapasitas kerja serta rendemen daging dan biji pada alat pemisah daging dan biji durian (durio zibethinus) berdasarkan berat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kapasitas efektif alat terbesar dijumpai pada percobaan ketiga dengan hasil rata-rata sebesar 55,15 kg/jam, sedangkan hasil paling kecil dijumpai pada percobaan pertama dengan hasil rata-rata sebesar 7,27 kg/jam.

Hasil rata-rata rendemen terbesar ditunjukkan oleh percobaan pertama dengan hasil sebesar 44,33 % dan hasil rata-rata rendemen paling kecil pada percobaan kedua sebesar 41,33 %. Dan biji lolos paling banyak pada percobaan ketiga sebesar 0,20 kg dan paling kecil pada percobaan pertama sebesar 0,03 kg. Biji tidak lolos paling besar pada percobaan pertama sebesar 1,5 kg dan paling kecil pada percobaan ketiga sebesar 1,35 kg.

Kata kunci : Durian, Efektifitas Alat, Rendemen ABSTRACT

RIZKY SOEBAGUS SURBKATI : Performance Test Meat Separators and Durian Seeds (Durio zibethinu, Murr), supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY

Durian is one of the many fruits that can grow in Indonesia. Processed durian is increasing even though the high demand for processed durian products is difficult to fulfill because of difficulties in the process of separating the seeds and they still use the manual method so it is less effective. The purpose of this study was to examine the working capacity and yield of meat and seeds on a meat and durian seed separator (durio zibethinus) based on different weights. The results showed that the largest effective tool capacity was found in the third experiment with an average yield of 55.15 kg / hour, while the smallest results were found in the first experiment with an average yield of 7.27 kg / hour. The highest average yield was shown by the first experiment with a result of 44.33% and the smallest average yield in the second experiment was 41.33%. And the most seeds passed in the third experiment was 0.20 kg and the smallest in the first experiment was 0.03 kg. The seeds that did not pass the most in the first experiment were 1.5 kg and the smallest in the third experiment was 1.35 kg.

Keywords : Durian, The Effectiveness of The Tool, Yield

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Berastagi pada tanggal 23 Desember 1996 dari Ayah Supratman Surbakti dan Ibu Agustianingsih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2014 penulis lulus dari SMA N 1 Berastagi dan pada tahun yang sama masuk di Fakultas pertanian USU melalui jalur SNMPTN dan lulus pada pilihan pertama di Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik (IMATETA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Padasa Enam Utama Provinsi Sumatra Utara, pada bulan Juli sampai Agustus 2017.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Kinerja Alat Pemisah Daging dan Biji Durian (Durio zibethinus)”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan meja hijau di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. Saipul Bahri Daulay M.Si dosen pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan berbagai masukan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga draft dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2020

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iiiii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Batasan Masalah... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Durian ... 4

Manfaat dan Pengolahan Durian. ... 8

Biji Durian ... 9

Pasca Panen ... 11

Penanganan Pasca Panen... 13

Alat Pemisah Biji dan Daging Buah ... 14

Olahan Durian ... 21

Kapasitas Efektif Alat ... 25

Rendemen ... 26

BAHAN DAN METODE ... 27

Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

Bahan dan Alat ... 27

Gambaran Umum Alat ... 27

Metode Penelitian... 28

Prosedur Penelitian... 28

Parameter Penelitian... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Kapasitas Efektif Alat ... 30

Rendemen Daging dan Biji ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil kapasitas efektif alat. ... 30 2. Hasil rendemen daging dan biji. ... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Durian. ... 4

2. Biji durian. ... 9

3. Rangka alat. ... 15

4. Puli. ... 16

5. Gearbox. ... 17

6. Sabuk-v (v-belt). ... 18

7. Tabung pengaduk dan poros pengaduk. ... 19

8. Pisau pengaduk. ... 19

9. Motor listrik. ... 20

10. Limit switch. ... 21

11. Produk olahan durian. ... 24

12. Komponen alat pemisah biji dan daging durian. ... 27

13. Grafik kapasitas efektif alat (kg/jam). ... 31

14. Grafik Rendemen (%). ... 33

15. Grafik Biji Lolos (kg)... 34

16. Grafik Biji Tidak Lolos (kg). ... 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart penelitian. ... 41

2. Desain gambar alat. ... 42

3. Kapasitas efektif alat. ... 47

4. Rendemen daging dan biji. ... 50

5. Dokumentasi. ... 53

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam. Tanah Indonesia yang subur dan iklimnya yang tropis menjadikan berbagai macam tanaman dapat tumbuh dengan subur, diantaranya buah-buahan, rempah-rempah dan sayur-sayuran.

Durian adalah salah satu dari sekian banyak buah yang dapat tumbuh subur di Indonesia. Durian banyak dibudidayakan di kebun bersama dengan tanaman yang lain. Pulau Kalimantan dikenal sebagai pusat keanekaragaman durian di Indonesia. Durian termasuk dalam famili Bombaceae yang dikenal sebagai buah tropis musiman di Asia Tenggara (Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia) (Leontowicz dkk., 2011). Durian dapat dengan mudah tumbuh di pekarangan dan di kebun-kebun sebagai pagar hidup. Selain merupakan sumber karbohidrat, lemak, serat dan protein yang baik, rasanya juga yang segar dan manis sedikit pahit, buah durian juga kaya dengan vitamin C, potasium, asam amino triptofan, asam folat yang baik bagi kesehatan tubuh

Di Asia Tenggara yang mempunyai daging buah berwarna kuning dan cepat menjadi busuk apabila sudah terbuka dan disimpan terlalu lama. Setiap kali datang musim buah durian, banyak sekali buah durian yang masak dan jatuh dari pohon sehingga dimakan binatang. Diperlukan solusi untuk mengolah buah ini untuk meningkatkan nilai ekonominya agar tidak terbuang percuma.

Alat pemisah biji dan daging durian adalah alat yang digunakan untuk memisahkan biji dari daging durian sehingga mempermudah untuk mendapatkan

(14)

2

baku yang memerlukan daging durian. Kegunaan daging durian dipisah dengan biji, karena daging durian yang banyak diperlukan pada pengolahan makanan, contohnya seperti membuat pancake.

Saat ini pengolahan serta penyajian buah durian sebagai bahan makanan telah mengalami perkembangan, hal ini sebagai salah satu solusi atas kebosanan ataupun kejenuhan terhadap pengolahan dan cara penyajian yang lama. Cara lain untuk menikmati buah ini adalah dengan menjadikannya dodol durian.

Saat ini permintaan masyarakat akan produk olahan durian semakin meningkat. Hal ini membawa dampak positif bagi produsen produk olahan durian.

Namun tingginya permintaan akan produk olahan durian sulit terpenuhi karena kesulitan dalam mencari bahan baku dalam proses pemisahan bijinya karena masih menggunakan cara manual, walaupun pada industri sekala besar sudah menggunakan mesin. Untuk industri kecil (home industry) pengadaan mesin membutuhkan investasi yang cukup besar.

Proses pemisahan biji buah durian dari daging buahnya masih menggunakan cara manual dengan menggunakan tangan secara langsung. Proses pemisahan dengan tangan dirasa kurang efektif, karena memerlukan waktu yang lama dan tenaga kerja yang banyak. Selain hasilnya tidak maksimal pemisahan dengan menggunakan tangan kurang memenuhi syarat higienis produk karena tidak ada jaminan tangan yang bebas dari kotoran. Dengan adanya kendala- kendala tersebut maka perlu dibuat alat bantu atau alat pemisah biji dan daging durian.

(15)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kapasitas kerja pada alat pemisah daging dan biji durian (durio zibethinus) berdasarkan berat yang berbeda.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Pogram Studi Keteknikan Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan alat pemisah daging dan biji durian.

Batasan Masalah

Pengujian kinerja alat pemisah daging dan biji durian dilakukan dengan beban maksimum 5 kg.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Durian

Durian (Durio zibethinus, Murr.) merupakan tanaman buah tropis eksotik yang mempunyai rasa dan aroma yang unik. Buah durian disebut juga the king of fruit yang sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat karena rasanya

yang khas (Lestari dkk., 2011). Buah durian memiliki banyak manfaat bagi manusia, yaitu sebagai makanan buah segar dan olahan, untuk perawatan anti penuaan, meningkatkan tekanan darah dan sebagai afrodisiak (Rusmiati dkk., 2013). Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman genetik tanaman di dunia, terutama untuk buah-buahan tropis seperti durian (Hariyati dkk., 2013).

Gambar 1. Durian.

Dari 28 jenis durian yang ada 18 jenis di antaranya ditemukan di Kalimantan dan 7 jenis durian lainnya tersebardi Sumatera (Uji, 2005). Durian sering disebut Raja buah karena panen durian menandai musim panen beberapa buah-buahan lainnya (Sobir dan Martini, 2014). Durian merupakan salah satu jenis buah yang menjadi kuliner khas dari kota Medan dengan cita rasanya yang

(17)

khas. Menurut Santoso dkk., (2008) idiotipe durian nasional yang dihasilkan berdasarkan preferensi konsumen saat ini adalah ukuran buah sedang, aroma kuat, daging tebal bertekstur lembut kering dan rasanya manis legit. Karakter lain yang juga cukup penting untuk diperhatikan adalah bentuk buah lonjong, warna kulit hijau coklat, panjang duri sedang, warna daging kuning, serta biji berukuran kecil.

Badan Pusat Statistik (2015) daerah yang menjadi sentra durian di Sumatera Utara pada umumnya adalah daerah dataran rendah yaitu kabupaten Tapanuli Tengah dengan persentase produksi 25,75 %, diikuti oleh Dairi 14,50 %, Tapanuli Selatan 14,02 %, Humbang hasundutan 5,19 %, Tapanuli Utara 4,95 %, Langkat 4,93 % dan Simalungun 4,90 % sedangkan kabupaten/kota lainnya memiliki persentase produksi 21,92 % terhadap total produksi tanaman durian di Sumatera Utara.

Nama durian diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk- lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Upaya peningkatan produksi buah bermutu dalam jumlah yang mencukupi dapat dilakukan dengan peningkatan populasi tanaman buah serta peningkatan teknologi budidaya yang dilakukan.

Selain itu guna menjamin produk buah yang aman dikonsumsi perlu dilakukan teknologi budidaya yang memperhatikan kelestarian lingkungan (Nutfah, 2015).

Rohman (2013), menjelaskan bahwa dalam budidaya durian perlu dilakukan pengaturan posisi cabang agar distribusi buah dapat merata. Cabang tanaman durian diatur pada saat pohon mencapai ketinggian 70-100 cm dari permukaan tanah. Jarak antar cabang dibuat dengan jarak 20-40 cm dengan melakukan pemangkasan. Diharapkan cabang yang telah dipilih dan dipelihara menjadi tempat keluarnya bunga

(18)

6

Durian juga merupakan komoditi yng tergolong pepohonan. Tanaman durian diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniide Ordo : Malvales Famili : Bombacaceae

Species : Durio zibethius, Murr (Harahap, 2015)

Buah khas daerah tropis ini termasuk ordo Malvaceae, famili Bombacaceae dan genus Durio. Kostermans mencatat ada 27 spesies durian.

Sejumlah 19 spesies ditemukan di Kalimantan, 11 di Semenanjung Malaka, 7 di Sumatera dan 1 di Myanmar. Dari sekian banyak spesies itu, yang bisa dimakan hanya tujuh. Spesies lain tidak bisa dikonsumsi karena berbagai sebab, sepert rasa yang tidak enak, buah terlalu kecil, atau daging buah tidak ada (Untung, 2008).

Jumali (2010) durian tumbuh dengan baik di daerah tropika basah dengan curah hujan > 2.000 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun dengan lama bulan basah 9-10 bulan/tahun dan 1-2 bulan kering sebelum berbunga. Intensitas cahaya 40-50 %, dengan suhu 22-30 ºC. Ketinggian tempat yang baik antara 100- 500 mdpl, jika ditanam pada daerah yang lebih tinggi akan menurunkan mutunya.

Tanaman durian akan tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5-7 dan optimum pada pH 6-6,5. Sedangkan menurut Wiryanta (2008), durian (Durio

(19)

zibethinus Murr) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama

dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai buah saja.

Tanaman durian di habitat aslinya tumbuh di hutan belantara yang beriklim panas (tropis). Pengembangan budidaya tanaman durian yang paling baik adalah di daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan keadaan iklim basah dengan suhu udara antara 25-32 C, kelembaban udara (RH) sekitar 50-80 % dan intensitas cahaya matahari 45-50 %.

Navia dan Suwardi (2015) jenis durian yang bisa dimakan antara lain durian (Durio zibethinus), pekawai (Durio kutejensis), serta terotong (Durio oxleyanus), dan durian merah (Durio dulcis), serta beberapa jenis durian yang tidak bisa dimakan antara lain durian tengkurak (Durio tanjungpurensis) dan durian burung (Durio griffithii).

Penentuan waktu panen buah durian yang bisa dilakukan oleh para petani tradisional adalah dengan menunggu buah jatuh. Waktu panen buah durian sebenarnya berbeda-beda, tergantung pada jenis atau varietasnya. Pada umumnya, buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna empat bulan setelah bunga mekar. Selain berdasarkan perhitungan hari setelah bunga mekar, penentuan waktu petik juga dilakukan berdasarkan tanda-tanda fisik pada buah.

Beberapa tanda buah durian sudah matang yaitu durian siap dipanen 4-5 bulan setelah penyerbukan berlangsung, ujung duri kulit buah berwarna coklat tua, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, tercium khas aroma durian (Pratiwi dkk., 2018).

(20)

8

Manfaat dan Pengolahan Durian.

Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:

1. Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.

2. Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setara dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.

3. Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).

4. Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus dengan cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur, dapat juga digunakan untuk campuran media tanaman di dalam pot, serta sebagai campuran bahan baku papan olahan serta produk lainnya.

5. Bunga dan buah mentahnya dapat dijadikan makanan, antara lain dibuat sayur.

Bagian utama dari tanaman durian yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial cukup tinggi adalah buahnya. Buah yang telah matang selain enak dikonsumsi segar, juga dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan maupun pencampur minuman seperti dibuat kolak, bubur, keripik, dodol, tempoyak, atau penambah cita rasa ice cream. Samping itu, buah durian mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap (Wiryanta, 2008).

(21)

Biji Durian

Biji durian berbentuk bulat telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning- kuningan atau coklat muda. Tiap rongga terdapat 2-6 biji atau lebih. Biji durian merupakan alat atau bahan perbanyakkan tanaman secara generatif, terutama untuk batang bawah pada penyambungan. Di Indonesia biji durian memang belum memasyarakat untuk digunakan sebagai bahan makanan. Biasanya biji durian hanya dikonsumsi sebagian kecil masyarakat setelah direbus atau dibakar padahal biji durian dapat diolah menjadi makanan lain yang lebih menarik dan enak.

Produk pengolahan biji durian antara lain keripik biji durian, bubur biji durian, dan tepung biji durian (Untung, 2008).

Gambar 2. Biji durian.

Berat satu biji durian dapat mencapai 30 gram. Biji buah durian relatif besar dengan bentuk bulat sampai bulat lonjong. Ukuran biji buah durian 5–6,25 cm panjang dan 0,5–3,625 cm tebal. Biji durian sedikit lebih keras dan ditutupi oleh lapisan kulit biji. Kulit biji merupakan lapisan berkilau, bersifat lekat dan berwarna putih, kuning sampai merah muda. Lapisan terluar setelah kulit biji

(22)

10

adalah daging buah (aril). Daging buah mempunyai konsistensi seperti pasta dan berwarna krem sampai kuning gading (Untung, 2008).

Bagian utama dari tanaman durian yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial cukup tinggi adalah buahnya. Buah yang telah matang selain enak dikonsumsi segar, juga dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan maupun pencampur minuman seperti dibuat kolak, bubur, keripik, dodol, tempoyak, atau penambah cita rasa ice cream. Samping itu, buah durian mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Biji durian berbentuk bulat-telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning-kuningan atau coklat muda.

Tiap rongga terdapat 2-6 biji atau lebih. Biji durian merupakan alat atau bahan perbanyakan tanaman secara generatif, terutama untuk batang bawah pada penyambungan (Untung, 2008).

Biji durian dapat diperoleh pada beberapa daerah yang mempunyai potensi akan adanya buah durian dimana biji durian tersebut menjadi salah satu limbah yang terbengkalai atau tidak dimanfaatkan, yang sebenarnya banyak mengandung nilai tambah. Agar limbah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana sifat bahan tersebut dan digunakan dalam waktu yang relatif lama, perlu diproses lebih lanjut, menjadi beberapa hasil yang bervariasi (Kusumiyati, 2017).

Di Indonesia biji durian memang belum memasyarakat untuk digunakan sebagai bahan makanan. Biasanya biji durian hanya dikonsumsi sebagian kecil masyarakat setelah direbus atau dibakar padahal biji durian dapat diolah menjadi makanan lain yang lebih menarik dan enak. Produk pengolahan biji durian antara lain keripik biji durian, bubur biji durian dan tepung biji durian (Untung, 2008).

(23)

Pasca Panen

Secara umum, pasca panen dapat diartikan sebagai tindakan meliputi pemetikan hasil, pembersihan lahan, pengangkutan hasil, penyimpanan hingga pengemasan, dengan tujuan utamanya adalah guna menghasilkan panen sesuai standar nasioal yang berlaku. Selain itu tindakan ini memiliki tujuan untuk meminimalisir hasil yang kurang memuaskan pada periode tanam selanjutnya.

Panen merupakan tindakan akhir dari sebuah proses penamaman. Namun di sisi lain, panen dapat dikatakan sebagai permulaan dari kegiatan pasca panen. Panen adalah kegiatan pemungutan atau pemetikan hasil bumi.

Kegiatan pasca panen merupakan kegiatan penting dalam dunia pertanian terlebih untuk penanganan produk hortikultura. Penanganan pasca panen yang tepat dapat mempertahankan kualitas sayur dan buah juga memperpanjang umur simpan dari produk tersebut. Mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan suatu produk dapat menjadi kekuatan yang besar agar nilai jual produk meningkat dan kerugian akibat losses (kehilangan) dapat dihindari. Losses dalam kegiatan produksi pertanian sering kali terjadi selama kegiatan pasca panen sehingga menjadikan fase ini penting dalam seluruh kegiatan produksi pertanian (Kusumiyati, 2017)

Waryono (2018) pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan terhadap sesuatu komoditi hasil pertanian segera setelah komoditi tersebut dipanen. Pentingnya penanganan pasca panen disebabkan beberapa faktor antara lain: komoditas pangan masih merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat, komoditas pangan tidak terbatas hanya pada padi saja, tetapi mencakup produk-produk lainnya, beberapa teknologi penanganan pasca panen

(24)

12

komoditi pangan telah banyak dilakukan masyarakat, swasembada pangan sulit dicapai tanpa penanganan pasca panen yang baik, penanganan pasca panen mempunyai nilai ekonomi dan dampak sosial yang sangat luas.

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.

Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan (Mutiarawati, 2007).

Periode pasca panen dimulai dari produk dipanen sampai produk tersebut dikonsumsi, atau diproses lebih lanjut. Cara penanganan dan perlakuan pascapanen sangat menentukan mutu yang diterima konsumen serta masa simpan atau masa pasar. Cara berproduksi yang tidak baik mengakibatkan mutu panen tidak baik pula dan sebaliknya. Penerapan teknologi pasca panen sangat mempengaruhi mutu dari hasil akhir dari suatu produk. Produk yang diperlakukan dengan baik dan dalam kondisi yang baik dapat relatif bertahan dari stress waktu, suhu, penanganan, transportasi dan mikroorganisme pembusuk selama proses

(25)

pendistribusiannya. Dengan demikian, fase pasca panen adalah sangat penting bagi petani, pedagang besar, pengecer dan konsumen (Utama dan Antara, 2013).

Di samping kebijakan penetapan harga, untuk mengantisipasi persoalan harga komoditas pertanian, pemerintah juga mendorong pemanfaatan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah.

Teknologi pasca panen mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari skala kecil hingga skala industri, harus dikuasai petani agar dapat meningkatkan nilai tambah. Kegiatan pasca panen meliputi panen, pengumpulan, pengupasan, penyortiran, pengkelasan, pengangkutan, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan (Abbas dan Suhaeti, 2016).

Penanganan Pasca Panen

Kerusakan hortikultura dapat dipercepat bila penanganan selama panen atau sesudah panen kurang baik. Sebagai contoh, komoditi tersebut mengalami luka memar, tergores, atau tercabik atau juga oleh penyebab lain seperti adanya pertumbuhan mikroba. Pentingnya penanganan pasca panen yang dapat menghambat proses pengrusakan bahan antara lain melalui pengawetan, penyimpanan terkontrol dan pendinginan. Karena sifat bahan yang mudah rusak dan penanganan pasca panen harus dilakukan secara hati-hati. Kegiatan pasca panen sendiri berawal dari sejak komoditas hortikultura diambil/dipisahkan dari tanaman (panen) sampai pada komoditas tersebut sampai di konsumen (Samad, 2006).

Macam-macam pengolahan buah durian secara tradisional yaitu dengan mengawetkan daging buah dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol, atau memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya

(26)

14

masam ini biasa menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran masakan ikan. Durian sering diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang. Terkadang dicampurkan dalam hidangan nasi pulut bersama dengan santan. Dalam dunia industri, buah ini biasa dicampurkan dalam permen, es krim, susu dan berbagai jenis minuman pentegar lainnya. Bijinya biasa dimakan sebagai cemilan setelah direbus atau dibakar, atau dicampurkan dalam kolak durian (Nurhadi, 2015).

Alat Pemisah Biji dan Daging Buah

Pemisahan biji dan daging buah merupakan tantangan dalam pemecahan masalah saat ini yaitu teknologi mekanisasi atau mesin pertanian. Dimana pemisahan ini bertujuan untuk mendapatkan daging buah yang sudah bersih dari biji sehingga dapat meningkatkan nilai jual daging buah. Dengan ini, alat pemisah biji dari buah durian ini dapat mempermudah pemakaian buah durian dalam sebuah pengolahan makanan seperti unuk pancake durian (Asbanu dkk., 2012).

Dari hasil penelitian Situmorang dan Sigalingging (2019) alat pemisah biji dan daging durian adalah alat yang digunakan untuk memisahkan biji dari daging durian sehingga mempermudah untuk mendapatkan hasil berupa daging durian untuk dimanfaatkan sebagai produk atau bahan bahan baku yang memerlukan daging durian. Prinsip kerja alat pemisah biji dan daging durian dimulai dengan memasukkan daging durian seberat 7 kg ke dalam tabung pengaduk kemudian dihidupkan alat melalui limit switch on/off, pisau pengaduk berputar untuk melakukan peneterasi terhadap buah durian dengan berputar searah jarum jam sehingga daging durian terpisah dengan biji dan tertampung di tempat penampung

(27)

berada di bagian bawah tabung pengaduk. Komponen alat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa komponen utama yaitu :

1. Rangka alat

Rangka alat (Gambar 3) berfungsi sebagai penyokong komponen- komponen alat lainnya di mana rangka alat pada alat pemisah biji dan daging durian ini menggunakan stainless steel 304 dengan panjang alat 50 cm, lebar 75 cm dan tinggi 113 cm.

Gambar 3. Rangka alat.

2. Puli (Pulley)

Pulley adalah sebuah mekanisme yang terdiri dari roda pada sebuah poros

atau batang yang memiliki alur diantara dua pinggiran di sekelilingnya. Sebuah tali, kabel, atau sabuk biasanya digunakan pada alur pulley untuk memindahkan daya. Pulley digunakan untuk mengubah arah gaya yang digunakan, meneruskan gerak rotasi, atau memindahkan beban yang berat (Lubis, 2016).

Puli (Pulley) (Gambar 4) berfungsi untuk memindahkan daya dari motor listrik ke gearbox , ukuran puli pada motor listrik dan gearbox yang digunakan

(28)

16

pada alat pemisah biji dan daging durian ini adalah 3 inci, sehingga putaran yang dihasilkan yaitu sebesar 1325.

Gambar 4. Puli.

3. Gearbox

Gearbox sebagai reduser atau sumber tenaga untuk menggerakkan pipa

penahan, yang akan digunakan adalah gearbox dengan rasio 1:30 yang akan digunakan untuk menggerakkan pipa penahan dengan kecepatan yang disesuaikan berdasarkan hitungan. Transmisi juga berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran, sehingga dapat bergerak maju dan mundur.

Transmisi manual atau lebih dikenal dengan sebutan gearbox, mempunyai beberapa fungsi antara lain:

1. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke spindle mesin.

2. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin.

3. Menghasilkan putaran mesin tanpa slip (Lubis, 2016)

Gearbox adalah bagian dari sistem transmisi yang berupa susunan roda gigi yang berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari motor penggerak

(29)

dan mengatur kecepatannya sebelum diteruskan ke spindle. Pada penelitian ini gearbox yang digunakan adalah 20:1 dengan putaran 66,25 rpm.

Gambar 5. Gearbox.

4. Sabuk-v (v-belt)

Sabuk v atau sabuk transmisi adalah suatu elemen fleksibel yang dapat digunakan dengan mudah mentransmisi torsi dan gerakan berputar dari suatu komponen ke komponen lainnya, dimana belt tersebut dililitkan pada pulley yang melekat pada poros yang akan berputar (Robert, 2004).

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekitar alur pulley yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Lubis, 2016).

Susunan khas sabuk V terdiri atas:

1. Bagian elastic yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

(30)

18

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya

rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.

(Lubis, 2016).

Sabuk-v (Gambar 6) berfungsi sebagai pemindahan putaran, dari puli penggerak dipindahkan putaran ke puli pada screw press dan belt conveyor, sabuk-v yang digunakan adalah tipe A1 38

Gambar 6. Sabuk-v (v-belt).

5. Tabung Pengaduk dan Poros Pengaduk

Tabung pengaduk dan poros (Gambar 7) berfungsi sebagai wadah penampung biji dan daging durian yang akan dilakukan pemisahan. Pada penelitian ini tabung pengaduk mempunyai diameter 28 cm dengan tinggi 22 cm.

Poros yang berfungsi sebagai pemutar mata pisau pemisah biji dan daging durian dibuat dari bahan yang cukup kuat sehingga poros tersebut mampu untuk memutar beban yang diberikan. Poros yang digunakan pada alat ini dengan panjang 49,5 cm dengan diameter 1,9 cm, dimana bahan poros yang dipilih adalah poros stainless steel 304.

(31)

Gambar 7. Tabung pengaduk dan poros pengaduk.

6. Pisau Pengaduk

Pisau pengaduk (Gambar 8) berfungsi sebagai pengaduk biji dan daging durian agar daging durian terlepas dari biji durian. Pada penelitian ini pisau pengaduk yang digunakan memakai 2 mata pisau dikarenakan 2 mata pisau untuk mengaduk memisahkan biji dan daging, apabila 3 atau 4 pisau pengaduk maka durian yang ingin dipidahkan tidak akan ada terjadi pelemparan atau rotasi pada tabung pengaduk. Masing-masing mata pisau mempunyai lebar 11 cm, digunakan lebar 11 cm dikarenakan untuk menyamakan dengan tabung pengaduk.

Gambar 8. Pisau pengaduk.

(32)

20

7. Motor listrik

Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Salah satu motor listrik yang umum digunakan dalam banyak aplikasi adalah motor induksi. motor induksi adalah salah satu jenis dari motor-motor listrik yang bekerja berdasarkan induksi elekromagnet. Motor induksi memerlukan sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator, sedangkan sistem kelistrikan di sisi rotornya di induksikan melalui celah udara dari stator secara elektromagnet. Hal inilah yang menyebabkannya diberi nama motor induksi (Rizaldi, 2018).

Motor listrik (Gambar 9) berfungsi sebagai penggerak dengan daya 0,34 HP, 1325 rpm untuk menggerakkan gearbox dan poros pengaduk melalui putaran puli dan sabuk-v. Motor listrik yang dipakai pada penelitian ini membutuhkan tenagan 0,053 HP.

Gambar 9. Motor listrik.

(33)

8. Limit Switch

Saklar pembatas adalah perangkat elektromekanis yang mempunyai tuas aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal (dari Normally Open/ No ke Close atau sebaliknya dari Normally Close / NC ke Open). Posisi kontak akan

berubah ketika tuas aktuator tersebut terdorong atau tertekan oleh suatu objek.

Sama halnya dengan saklar pada umumnya, limit switch juga hanya mempunyai dua kondisi, yaitu menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik.

Gambar 10. Limit switch.

Olahan Durian

1. Lempok durian dan pengemasannya

Produksi buah durian pada saat musim panen raya melimpah dan sebagian tidak dapat diserap oleh konsumen karena lokasi kebun yang jauh dari pasar. Oleh karena itu, masyarakat di daerah tersebut ingin meningkatkan daya simpan durian dengan mengolahnya menjadi “lempok”. Lempok merupakan jajanan semi basah yang dibuat dari buah durian dengan atau tanpa penambahan gula yang dimasak selama kurang lebih 6 jam sehingga berbentuk seperti dodol. Lempok yang akan dipasarkan dikemas dengan plastik (Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara)

(34)

22

ataupun daun tantowu (Kabupaten Katingan) berbentuk silinder dengan berat 0,25-0,50 kg. Konsumen lebih menyukai lempok produksi Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara dibanding lempok Kabupaten Katingan.

Pengkajian ini mengidentifikasi teknologi pengolahan lempok yang ada pada ketiga kabupaten tersebut. Selanjutnya dibuat lempok berdasarkan dengan berbagai formula yang diuji tingkat kesukaan dari produk tersebut. Lempok yang disukai adalah yang dibuat dari bahan baku utama daging buah durian : tepung ketan (9 : 1) dengan penambahan 20 % gula dan 14 % santan dari berat bahan baku utama. Hasil analisis finansial menunjukkan R/C rasio 1,58. Untuk pengemasan, telah dibuat kemasan tas kertas dan kotak kemasan sekunder. Dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai kemasan kotak dibanding tas kertas. Pembuatan lempok cara petani:

a. Bahan dasar yang digunakan oleh petani di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara adalah buah durian dan ditambah 20 % gula pasir dari berat buah durian. Sedangkan lempok dari Kabupaten Katingan dibuat dari daging buah durian tanpa menggunakan bahan tambahan lain. Bahan tersebut dicampur dan dimasak sambil diaduk terus sampai kalis (kurang lebih selama 6 jam). Setelah lempok masak kemudian didinginkan dan dikemas. Untuk petani di kabupaten Murung Raya dan Barito Utara menggunakan kemasan plastik, sedangkan kabupaten Katingan menggunakan kemasan daun tantowu. Petani di kabupaten Katingan menyimpan lempok yang sudah dikemas diatas para-para, sedang petani di kabupaten Murung Raya dan Barito Utara menyimpan lempok didalam baskom tertutup dan baru mengemas apabila ada pemesanan.

(35)

b. Pembuatan lempok berdasar pengkajian: Bahan baku utama yang digunakan adalah daging buah durian dan tepung ketan dengan perbandingan 9 : 1, ditambah dengan 20 % gula dan 14 % santan dari total berat bahan baku utama.

Durian, gula dan tepung ketan dicampur rata. Santan dipanaskan sampai mendidih kemudian dimasukkan adonan durian, gula dan tepung ketan. Semua bahan tersebut dimasak sampai lempok tidak lengket di wajan. Setelah dingin kemudian dikemas dengan kemasan plastik berbentuk silinder kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam kemasan kotak atau tas kertas.

2. Pengolahan biji durian

Buah durian pada umumnya hanya dikonsumsi segar dan memanfaatkan daging buahnya saja. Sementara bijinya kebanyakan tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja karena berlendir dan menimbulkan rasa gatal pada lidah sehingga menjadi sampah dan tidak bermanfaat. Padahal dilihat dari kandungan gizinya, biji durian cukup berpotensi sebagai sumber gizi, karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, kalsium dan fosfor. Adapun alternatif pengolahan biji durian adalah menjadikannya produk yang lebih bermanfaat seperti pembuatan tepung dan keripik biji durian (Ambarita dkk., 2013).

Buah durian selama ini hanya dikonsumsi daging buahnya saja, sedangkan bijinya dibuang, tidak dimanfaatkan. Salah satu alternatif pengolahan biji durian adalah mengolahnya menjadi tepung dan kripik. Pengolahan biji durian menjadi tepung dapat meningkatkan daya simpan dan penggunaannya. Tepung biji durian dapat digunakan sebagai tepung substitusi pada pembuatan kue (kue basah dan kue kering). Pengolahan kripik durian merupakan salah satu bentuk diversifikasi dari pengolahan biji durian.

(36)

24

a. Tepung biji durian Biji durian dicuci, direbus 10 menit dalam air mendidih, ditiriskan, selanjutnya kulit biji durian dikupas. Kemudian biji durian diiris dengan ketebalan 2-3 mm, ditaburi dengan garam 6 % Lendir dihilangkan dengan cara menambahkan garam 6 % pada biji durian , dicampur, diaduk- aduk dibawah air mengalir sampai keluar busa, kemudian cuci dengan air mengalir sampai lendir berkurang dan ditiriskan, dioven sampai kering. Hasil pengeringan kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling dan diayak hingga diperoleh tepung biji durian.

b. Tepung biji durian digunakan sebagai bahan subtitusi pada pembuatan kue kering, proporsi tepung terigu : tepung biji durian yang dimasih diterima oleh panelis adalah 1 : 1. Sedangkan pada pembuatan kue basah, proporsi tepung biji durian : tepung biji durian yang masih dapat diterima panelis adalah 2 : 1.

Gambar 11. Produk olahan durian.

(37)

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi (throughput), atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam mengolah suatu produk (contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.

jam/kW, kg. jam/kW, Lt. jam/kW (Daywin dkk., 2008)

Dari hasil penelitian Pasarba dkk., (2013) Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal inikapasitas efektif alat diperoleh dengan membagi banyaknya bahan yang digiling pada alat penggiling multifucer terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa variasi komoditas memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Hal ini terjadi karena pengaruh ukuran biji beras yang lebih kecil dari pada biji sorghum dan kedelai, sehingga untuk menghaluskan biji beras memerlukan waktu yang lebih cepat dari pada saat menghaluskan biji sorghum dankedelai.

Smith dan Wilkes (1990) penghancuran bahan padat dilakukan secara mekanis yaitu membaginya atau memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan di perkecil dengan cara diretakan atau diremuk. Bahan yang ukurannya lebih kecil akan lebih cepat dihancurkan karena fase bahannya yang lebih pendek. Sehingga dapat dilihat bahwa variasi komoditi beras memiliki kapasitas efektif alat sebesar 24,35 kg/jam,

(38)

26

variasi komoditi sorghum sebesar 19,48 kg/jam, dan pada variasi komoditi kedelai sebesar 12,23 kg/jam.

Rendemen

Daywin dkk., (2008) rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dengan membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan awal.

(39)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 di Laboratorium Biosistem Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah komoditas yang akan di uji yaitu: Durian.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, timbangan, wadah, stopwatch, kamera, kalkulator, komputer, ember, karung.

Gambaran Umum Alat

Gambar 12. Komponen alat pemisah biji dan daging durian.

Secara fungsional komponen-komponenn alat pemisah biji dan daging durian yaitu pisau pengaduk, tabung pengaduk, hopper pengeluaran daging durian, tempat penampung daging durian. Alat bekerja dimulai dari pemberian buah durian ke tabung pengaduk, lalu buah diaduk oleh pisau pengaduk,

(40)

28

daging ditampung oleh tempat penampung. Alat ini didukung dengan alat-alat pendukung (struktural) lainnya yaitu rangka, mesin, roda, kerangka, tombol on/off dan ruang udara.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah observasi, lalu melakukan pengamatan tentang alat pemisah daging dan biji durian. Selanjutnya dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter. Pengujian dilakukan dengan tiga (3) perlakuan (P1) 1 kg, (P2) 3 kg, dan (P3) 5 kg yang diikuti dengan tiga (3) kali pengulangan agar hasil dari pengujian lebih akurat.

Prosedur Penelitian

1. Disiapkan bahan yang akan diuji yaitu durian.

2. Ditimbang bahan sebanyak 1 kg untuk perlakuan 1 (P1), 3 kg untuk perlakuan 2 (P2) dan 5 kg untuk perlakuan 3 (P3).

3. Diuji alat pemisah daging dan biji durian untuk mengetahui kapasitas yang dapat digunakan pada alat pemisah daging dan biji durian dengan berat 1 kg, 3 kg dan 5 kg.

4. Ditimbang biji yang lolos dan biji yang tidak lolos.

5. Ditimbang hasil daging yang tertampung.

6. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

7. Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter Penelitian 1. Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi (throughput), atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam

(41)

suatu periode waktu tertentu. Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh dengan membagi banyaknya bahan yang digiling pada alat penggiling multifucer terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat. Kapasitas mempengaruhi sebagian biaya tetap.

Dengan menggunakan persamaan:

kg

jam ... (1) KEA = Kapasitas Efektif Alat (kg/jam)

BKHP = Berat Komoditi Hasil Panen (kg) W = Waktu (jam)

2. Rendemen produk

Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dengan membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan awal.

Rendemen produk nilai presentasi produk yang dapat dihitung dengan persamaan:

... (2) R = Rendemen (%)

BBH = Berat Bahan yang Dihasilkan (kg) BBB = Berat Bahan Baku (kg)

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapasitas Efektif Alat

Hasil kapasitas efektifitas alat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil kapasitas efektif alat.

Perlakuan Ulangan Berat Durian (kg)

Waktu (jam) KEA (kg/jam)

1 1 0,138 7,24

P (1) 2 1 0,136 7,35

3 1 0,138 7,24

Rata-rata 1 0,137 7,27

1 3 0,102 29,41

P (2) 2 3 0,100 30,00

3 3 0,104 28,80

Rata-rata 3 0,102 29,40

1 5 0,092 54,34

P (3) 2 5 0,089 56,17

3 5 0,091 54,94

Rata-rata 5 0,090 55,15

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil kapasitas efektifitas alat pada penelitian yang dilakukan diperoleh hasil pada percobaan pertama dengan berat durian 1 kg dengan waktu 0,138 jam, dengan hasil kapasitas efektifitas alat 7,24 kg/jam, kemudian pada percobaan kedua dengan berat durian 3 kg, dengan waktu 0,102 jam, dengan hasil kapasitas efektifitas alat 29,41 kg/ jam, dan percobaan ketiga dengan berat durian 5 kg, dengan waktu 0,089 jam, memiliki hasil kapasitas efektifitas alat 56,94 kg/ jam. Daywin dkk., (2008) menyatakan bahwa kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam mengolah suatu produk (contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam).

Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Hasil kapasitas

(43)

efektif dihitung menggunakan Persamaan 1 dan perhitungannya dapa dilihat pada Lampiran 3. Hasil kapasitas efektifitas alat juga ditunjukkan dalam bentuk grafik Gambar 13 berikut:

Gambar 13. Grafik kapasitas efektif alat (kg/jam).

Dari Gambar 13 diatas dapat kita lihat bahwasannya hasil kapasitas efektif alat terbesar dijumpai pada percobaan ketiga dengan hasil rata-rata sebesar 55,15 kg/jam, sedangkan hasil paling kecil dijumpai pada percobaan pertama dengan hasil rata-rata sebesar 7,27 kg/jam. Pada percobaan ketiga diperoleh kapasitas efektif alat terbesar yaitu 55,15 kg/jam dikarenakan pada proses kerja alat sampel durian pada percobaan ketiga memiliki biji yang sedikit dan memiliki daging yang banyak sehingga pada proses pemisahan biji dan buah ditabung pengaduk menjadi lebih mudah sehingga lebih cepat dan menghasilkan banyak daging durian pada wadah penampung.

Pada percobaan yang pertama memiliki kapasitas efektif terendah yaitu 7,27 kg/jam dikarenakan biji terlalu banyak dan ukurannya besar sedangkan daging yang dihasilkan sedikit sehingga menyulitkan proses pengadukan pada

y = 23,94x - 17,273 R² = 0,9981

0 10 20 30 40 50 60

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

x

y

(44)

32

tabung pengaduk terhadap durian. Hal lain yang mempengaruhi hasil percobaan pertama paling kecil dikarenakan operator masih belum mahir dalam mengoperasikan alat pemisah daging dan biji durian.

Rendemen Daging dan Biji

Tabel 2. Hasil rendemen daging dan biji.

Perlakuan Ulangan Berat Awal (kg)

Berat Akhir (kg)

Rendemen (%)

Biji Lolos

(kg)

Biji Tidak Lolos (kg)

1 1 0,40 40,00 0,01 0,55

P (1) 2 1 0,40 40,00 0,01 0,54

3 1 0,40 40,00 0,01 0,55

Rata-rata 40,00 0,01 0,54

1 3 1,41 47,00 0,05 1,55

P (2) 2 3 1,20 40,00 0,05 1,30

3 3 1,30 43,00 0,05 1,30

Rata-rata 43.33 0,05 1,38

1 5 2,30 46,00 0,04 2,40

P (3) 2 5 2,20 44,00 0,50 2,40

3 5 2,10 42,00 0,55 2,20

Rata-rata 44,00 1,09 2,33

Dari Tabel 2 diperoleh hasil rendemen rata-rata pada percobaan pertama sebesar 44,33 %, hasil rendemen rata-rata pada percobaan kedua sebesar 41,33%

dan hasil rendemen rata-rata pada percobaan ketiga sebesar 41,66 %. Hasil rendemen dapat dilihat pada Tabel 2. Daywin dkk., (2008) rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dengan membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat kehilangan berat proses pengolahan.

Rendemen didapat dengan cara menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan awal. Rendemen di hitung menggunakan

(45)

Persamaan 2 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil rendemen ditunjukkan dengan grafik Gambar 14 sebagai berikut:

Gambar 14. Grafik Rendemen (%).

Dari Gambar 14 dapat dilihat hasil rata-rata rendemen terbesar ditunjukkan oleh percobaan pertama dengan hasil sebesar 44,33 % dan hasil rata-rata rendemen paling kecil pada percobaan kedua sebesar 41,33 %. Pada percobaan pertama rendemen lebih banyak dikarenakan banyak daging durian yang tertinggal di tabung pengaduk. Akibatnya persentase rendemen menjadi lebih besar. Rendemen juga dipengaruhi oleh tekstur daging durian. Semakin lembut tekstur durian maka semakin banyak rendemen yang dihasilkan.

Dalam penelitian ini biji lolos pada percobaan pertama diperoleh rata-rata 0,03 kg, pada percobaan kedua diperoleh rata-rata sebesar 0,18 kg dan pada percobaan ketiga sebesar 0,20 kg. Hasil biji yang lolos dapat ditunjukkan oleh grafik Gambar 15 berikut:

y = -1,335x + 45,11 R² = 0,6585

40 41 42 43 44 45

0 1 2 3 4

x y

3 5

(46)

34

Gambar 15. Grafik Biji Lolos (kg).

Dari Gambar 15 menunjukkan biji lolos paling banyak pada percobaan ketiga sebesar 0,20 kg dan paling kecil pada percobaan pertama sebesar 0,03 kg.

Pada percobaan ketiga biji lolos paling banyak dikarenakan ukuran biji relatif lebih kecil dibandingkan dengan percobaan pertama dan kedua. Semakin kecil biji mengakibatkan semakin mudahnya biji lolos, karena pada prinsip kerja alat yang dilakukan daging akan keluar melewati lubang tabung penampung. Jika lubang lebih kecil dari ukuran biji maka biji akan tertahan di dalam tabung dan akan sebaliknya jika ukuran biji lebih besar dari lubang maka biji akan ikut lolos bersama dengan daging durian

Dalam penelitian ini biji tidak lolos pada percobaan pertama diperoleh rata-rata 1,5 kg, pada percobaan kedua diperoleh rata-rata sebesar 1,41 kg dan pada percobaan ketiga sebesar 1,35 kg. Hasil biji yang tidak lolos dapat ditunjukkan oleh grafik Gambar 16 berikut:

y = 0,085x - 0,0333 R² = 0,8369

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

1 3 2 35

x

y

(47)

Gambar 16. Grafik Biji Tidak Lolos (kg).

Dari Gambar 16 menunjukkan biji tidak lolos paling besar pada percobaan pertama sebesar 1,5 kg dan paling kecil pada percobaan ketiga sebesar 1,35 kg.

Pada percobaan pertama biji tidak lolos paling banyak dikarenakan ukuran biji relatif lebih besar dibandingkan dengan percobaan ketiga dan kedua, sehingga biji tertinggal di tabung pengaduk.

y = -0,075x + 1,57 R² = 0,9868

1,25 1,3 1,35 1,4 1,45 1,5 1,55

1 2 3

x y

3 5

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil kapasitas efektif alat terbaik dijumpai pada percobaan ketiga dengan hasil rata-rata sebesar 55,15 kg/jam, sedangkan hasil paling kecil dijumpai pada percobaan pertama dengan hasil rata-rata sebesar 7,27 kg/jam.

2. Pada percobaan yang pertama memiliki kapasitas efektif terendah yaitu 7,27 kg/jam dikarenakan biji terlalu banyak dan ukurannya besar sedangkan daging yang dihasilkan sedikit sehingga menyulitkan proses pengadukan pada tabung pengaduk terhadap durian.

3. Rendemen terbesar ditunjukkan oleh percobaan pertama dengan hasil sebesar 44,33 % dan hasil rata-rata rendemen paling kecil pada percobaan kedua sebesar 41,33 %.

4. Biji lolos paling banyak pada percobaan ketiga sebesar 0,20 kg, dan paling kecil pada percobaan pertama sebesar 0,03 kg. Pada percobaan ketiga biji lolos paling banyak dikarenakan ukuran biji relatif lebih kecil dibandingkan dengan percobaan pertama dan kedua. Semakin kecil biji mengakibatkan semakin mudahnya biji lolos, karena pada prinsip kerja alat yang dilakukan daging akan keluar melewati lubang tabung penampung.

5. Biji tidak lolos pada percobaan pertama diperoleh rata-rata 1,5 kg, pada percobaan kedua diperoleh rata-rata sebesar 1,41 kg dan pada percobaan ketiga sebesar 1,35 kg.

(49)

Saran

1. Perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan komoditi lainnya.

2. Perlu dilakukan uji ergonomis pada alat penelitian lanjutan.

3. Pada penelitian lanjutan perlu dilakukan modifikasi pada jarak bagian output dengan jarak yang lebih kecil, agar tidak terlalu banyak biji durian yang lolos.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. dan R.N. Suhaeti. 2016. Pemanfaatan teknologi pascapanen untuk pengembangan agroindustri pedesaan di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi.

34: 21-34.

Ambarita, L,. Setyohadi, dan L.M. Limbong, 2013. Pengaruh Variasi Lama Pengukusan Dan Lama Penggorengan Terhadap Mutu Keripik Biji Durian.

Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 1: 12-18.

Asbanu, H., S. Herodian, dan Sutrisno. 2012. Kajian Dasar Mekanisme Pemisah Biji Buah Asam (Tamarindus indica Leguminosae sp) dalam Rangka Perancangan Prototipe Mesin Pengolah Asam Tanpa Biji. JTEP Jurnal Keteknikan Pertanian. 26: 115-120.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Statistik tanaman hortikultura Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik. Katalog BPS: 5102001.12.

Daywin, F.J., R.G. Sitompul, dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Harahap, H.M. 2015. Rancang Bangun Alat Pengupas Buah Durian Sistem Press Manual. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hariyati, T., J. Kusnadi., dan E.L. Arumingtyas. 2013. Genetic diversity of hybrid durian resulted from cross breeding between Durio kutujensisand Durio zibethinusbased on random amplified polymorphic DNAs (RAPDs).

AJMB. 3 : 153-157.

Jumali, S.P. 2010. Pedoman Budidaya Tanaman Durian (Durio zibethinus).

Departemen Kehutanan Kabupaten Sleman. Yogyakarta.

Kusumiyati, 2017. Penanganan Pasca Panen Dan Kriteria Kualitas Buah Dan Sayur Di Indonesia. UNPAD Press, Bandung.

Lubis M. R., A. Rohana, dan N. Ichwan. 2016. Rancang bangun alat pencetak terasi. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian USU 4: 553-561

Mutiarawati, T. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Navia, Z.I. dan A.N. Suwardi. 2015. Keanekaragaman Jenis Durian (Durio spp) Di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Jurnal Jeumpa. 2: 47-51.

(51)

Nutfah, S. 2015. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala: Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, 4 (3) :85-102.

Nurhadi, I. 2015. Perubahan kualitas fisiologis buah durian disaat pascapanen.

Jurnal Agroteknologi. 2: 13-19.

Pasarba, F.E., Saipul, B.D. dan Ainun, R. 2013. Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling Multifucer. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 1:117-119.

Pratiwi, N., D.S. Hanafiah, dan L.A.M. Siregar. 2018. Identifikasi karakter morfologis durian (Durio Zibethinus Murr) di kecamatan tigalingga dan pegagan hilir kabupaten dairi sumatera utara. Jurnal Agroekoteknologi. 6:

200-208.

Rizaldi, T., Raju, dan M. R. Piliang. 2018. Design of filler and compactor for oyster mushroom growing medium (baglog). Prosiding. IOP Conference Series : Earth and Environmental Science. 24-25 Oktober. Medan. 1-7.

Rohman, H.F., H, Didik, dan A, Sumeru. 2013. Pemupukan Npk Pada Tanaman Durian (Durio Zibethinus Murr.) Lokal Umur 3 Tahun: Jurnal Produksi Tanaman 1 (5).

Rusmiati., E. Mulyanto., S. Ashari., M. A. Widodo., dan L. Bansir. 2013.

Eksplorasi, inventarisasi dan karakterisasi durian merah Banyuwangi.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Samad, M.Y. 2006. Pengaruh penanganan pasca panen terhadap mutu komoditas hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 8: 31-36.

Santoso, P.J., Novaril., M. Jawal., T. Wahyudi., dan A. Hasyim. 2008. Idiotipe durian nasional berdasarkan preferensi konsumen. J. Hort. 4: 395-401.

Situmorang, F.M. dan Riswanti, S. 2019. Rancang Bangun Alat Pemisah Biji Dan Daging Durian (Durio zibethinus). Jurnal Keteknikan Pertanian.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sobir dan E. Martini., 2014.Pedoman budi daya durian dan rambutandi kebun campur. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program.

Uji, T. 2005. Keanekaragam jenis dan sumber plasma nutfah durian (Durio spp.) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah. 11: 28-33.

Untung, O. 2008. Durian untuk Kebun Komersial dan Hobi. Penebar Swadaya.

(52)

40

Utama, I.M.S. dan N.S. Antara. 2013. Pasca Panen Tanaman Tropika : Buah dan Sayur. IPB-Press. Bogor.

Waryono. 2018. Inovasi Olahan Durian. Jurnal inovasi vokasional dan teknologi.

18 (2) : 35-39

Wiryanta, B. 2008. Sukses Bertanam Durian. Agromedia Pustaka. Jakarta.

(53)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowchart penelitian.

Mulai

Persiapan Alat Persiapan Bahan

Perancangan Alat Persiapan Buah

Perakitan Alat

Sesuai Rancangan?

Tidak

Ya Pengujian Alat

Pengambilan Data

1. Kapasitas Efektif Alat

2. Rendemen Produk 3.Analisis Ekonomi

Selesai

(54)

42

Lampiran 2. Desain gambar alat.

(55)

Lampiran 2. Desain gambar alat (lanjutan).

(56)

44

Lampiran 2. Desain gambar alat (lanjutan).

(57)

Lampiran 2. Desain gambar alat (lanjutan).

(58)

46

Lampiran 2. Desain gambar alat (lanjutan).

(59)

Lampiran 3. Kapasitas efektif alat.

Perlakuan Ulangan Berat Durian (kg)

Waktu (jam) KEA (kg/jam)

1 1 0,138 7,24

P (1) 2 1 0,136 7,35

3 1 0,138 7,24

1 3 0,102 29,41

P (2) 2 3 0,100 30

3 3 0,104 28,8

1 5 0,092 54,34

P (3) 2 5 0,089 56,17

3 5 0,091 54,94

Perhitungan :

Perlakuan I a. Ulangan I

b. Ulangan II

(60)

48

Lampiran 3. Kapasitas efektif alat (lanjutan).

c. Ulangan III

Perlakuan II

a. Ulangan I

b. Ulangan II

c. Ulangan III

(61)

Lampiran 3. Kapasitas efektif alat (lanjutan).

Perlakuan III a. Ulangan I

b. Ulangan II

c. Ulangan III

(62)

50

Lampiran 4. Rendemen daging dan biji.

Perlakuan Ulangan Berat Awal (kg)

Berat Akhir (kg)

Rendemen (%)

Biji Lolos

(kg)

Biji Tidak Lolos (kg)

1 1 0,40 40,00 0,01 0,55

P (1) 2 1 0,40 40,00 0,01 0,54

3 1 0,40 40,00 0,01 0,55

1 3 1,41 47,00 0,05 1,55

P (2) 2 3 1,20 40,00 0,05 1,30

3 3 1,30 43,00 0,05 1,30

1 5 2,30 46,00 0,04 2,40

P (3) 2 5 2,20 44,00 0,50 2,40

3 5 2,10 42,00 0,55 2,20

Perhitungan :

Perlakuan I

a. Ulangan I

b. Ulangan II

(63)

Lampiran 4. Rendemen daging dan biji (lanjutan).

c. Ulangan III

Perlakuan II a. Ulangan I

b. Ulangan II

c. Ulangan III

(64)

52

Lampiran 4. Rendemen daging dan biji (lanjutan).

Perlakuan III a. Ulangan I

b. Ulangan II

c. Ulangan III

(65)

Lampiran 5. Dokumentasi.

(66)

54

(67)

Gambar

Gambar 1. Durian.
Gambar 2. Biji durian.
Gambar 3. Rangka alat.
Gambar 4. Puli.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk mengetahui mutu tepung biji durian yang dihasilkan dari setiap variasi perendaman dalam air kapur dilihat dari kandungan gizi

Alat Pemisah Daging Ikan Dari Tulangnya Tipe

Daging buah durian dikonsumsi karena rasanya yang nikmat dan aromanya yang khas, sedangkan produk samping durian berupa kulit buah dan biji buah belum

LAMPOS DAUD MANALU, 2016.“Pemanfaatan Tepung Biji Durian (Durio zibethinus Murr) sebagai Substitusi Tepung Jagung terhadap Kualitas Daging Ayam Kampung Umur 12

Kandungan karbohidrat yang lebih banyak pada daging biji memberikan gambaran bahwa daging biji durian berpotensi sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi daging buah dan albedo durian berpengaruh terhadap kualitas selai lembaran durian (Durio zibethinus Murr.) yang dihasilkan meliputi

Pengujian sifat fisikokimia pati biji durian modifikasi asam dengan menggunakan alat Viskoamilograf Brabender menunjukkan adanya peningkata bahwa pati biji durian

Hasil analisis kandungan zat gizi pada emping biji durian mentah Kadar Nutrisi Emping Biji Durian Mentah Karbohidrat % Protein % Lemak % Air % 75.335 % 11.884 % 1.062 % 11.011 %