LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN UNGGULAN PROGRAM STUDI
PEMANFAATAN SAMPAH PERKOTAAN MANADO DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SUMOMPO MENJADI
BAHAN BAKAR PADAT DENGAN PROSES TOREFAKSI
TIM PENGUSUL ADRIYAN WAROKKA, S.T.,
M.ENG.
NIP. 197807102008121003
MOODY N.T. TUMEMBOW, MT NIP. 196311111992031001
HEROTJE SIWI, ST., MT.
NIP. 196211241990031003
PROGRAM STUDI DIV TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MANADO APRIL 2021
Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 431 / TEKNIK MESIN Bidang Fokus : Penciptaan dan Pemanfaatan
Energi Baru dan Terbarukan
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL UNGGULAN PROGRAM STUDI 1. a. Judul Penelitian : Pemanfaatan Sampah Perkotaan Manado
Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo Menjadi Bahan Bakar Padat Dengan Proses Torefaksi.
b. Kelompok Bidang Keahlian : Konversi Energi 2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Adriyan Warokka, ST., M.Eng.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Golongan/Pangkat dan NIP : IIIa, 197807102008121003 d. Program Studi : D-IV Teknik Mesin Produksi dan
Perawatan
e. ID Sinta : 6723415
3. Alamat Ketua Peneliti
a. Alamat Kantor/Hp/Fax/e-mail : Jl. Politeknik, Buha.
b. Alamat Rumah/Telp/Fax/e-mail : Perum. Mountain View Residence, [email protected] 4. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
a. Nama Anggota Peneliti : Moody Noldy Tumembow, ST., MT.
b. ID Sinta : 6037401
c. Nama Anggota Peneliti : Herotje Siwi, ST., MT
d. ID Sinta : 6758800
5. Lokasi Penelitian : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo
6. Kerjasama dengan industri
a. Nama Industri : Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado
b. Alamat : Tuminting, Kec. Tuminting
c. Telp./Faks./e-mail :
7. Lama Penelitian : 1 (satu) tahun 8. Biaya yang diusulkan : Rp. 20.000.000,-
Manado, 22 April 2021
{{Ketua Jurusan
Nico Pinangkaan, ST., MT.
NIP. 19621123 198803 1 001
Ketua Peneliti
Adriyan Warokka, S.T, M.Eng.
NIP. 19780710 200812 1 003 Mengetahui
Kepala P3M
Dr. Ir. Jeanely Rangkang, M.Eng.Sc NIP. 19621115 199303 2 001
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
Judul Penelitian : Pemanfaatan Sampah Perkotaan Manado Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo Menjadi Bahan Bakar Padat Dengan Proses Torefaksi
1. Tim Peneliti
NO. NAMA JABATAN BIDANG
KEAHLIAN
INSTITUSI ASAL
ALOKASI WAKTU (JAM/MINGGU) 1 ADRIYAN
WAROKKA, ST., M.ENG.
KETUA TEKNIK
MESIN – KONVERSI
ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MANADO
5
2 MOODY
NOLDY TUMEMBOW, ST., MT
ANGGOTA 2 TEKNIK MESIN – KONVERSI
ENERGI
POLITEKNIK NEGERI
MANADO 5
3 HEROTJE SIWI, ST., MT
ANGGOTA 1 TEKNIK MESIN – KONVERSI
ENERGI
POLITEKNIK NEGERI
MANADO 5
4 GILBERTH T.
V. KAMU / NIM:17031014
ANGGOTA (MAHASISWA)
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MANADO
5
5 RIZKY O.
HEBRON / NIM:17031019
ANGGOTA (MAHASISWA)
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MANADO
5
2. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):
Objek utama dalam penelitian ini adalah pemanfaatan sampah organik perkotaan Manado di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo menjadi bahan bakar padat dengan proses torefaksi. Metode yang digunakan adalah mempertahankan temperatur reaktor pada range 2000C-3000C dan resident time material sampah (kandungan air sekitar 30%) 30 menit-1 jam dalam reaktor sehingga diperoleh bahan bakar padat yang memiliki kualitas setara batu bara.
3. Masa Pelaksanaan
Mulai : Bulan Mei, Tahun 2021 Berakhir : Bulan Desember, tahun 2021
4. Usulan Biaya PNBP Politeknik Negeri Manado
Tahun ke 1 : Rp. 20.000.000
Tahun ke 2 : Rp. -
5. Lokasi Penelitian (lab./studio/ lapangan) :
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo, Kec. Bunaken, Kota Manado dan Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado.
6. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa konstribusinya): Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado dalam hal penyediaan material sampah organik.
7. Temuan yang ditargetkan (metode, teori, produk, atau masukan kebijakan):
Target yang diharapkan melalui penelitian ini akan mendapatkan produk bahan bakar padat alternatif yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga atau pembangkitan listrik sekaligus menjadi solusi pemanfaatan sampah secara produktif serta mereduksi permasalahan lingkungan dan dampak buruk bagi kesehatan yang ditimbulkan oleh sampah perkotaan. Adapun bahan bakunya tersedia dalam jumlah yang masal di Kelurahan Sumompo sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Manado.
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu:
Kontribusi mendasarnya adalah pemanfaatan sampah organik perkotaan menjadi alternative pengganti bahan bakar minyak yang makin mahal, mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan air serta mengurangi dampak buruk sampah perkotaan bagi kesehatan.
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah bereputasi internasional, nasional terakreditasi, atau nasional tidak terakreditasi dan tahun rencana publikasi):
NAMA JURNAL STATUS TAHUN
PUBLIKASI JURNAL NASIONAL
TERAKREDITASI 2022
10. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun rencana perolehan atau penyelesaiannya.
LUARAN TAHUN INSTANSI
PEROLEHAN
HKI 2022
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL UNGGULAN PROGRAM STUDI . ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ... iii
DAFTAR ISI ... vi
RINGKASAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Urgensi (keutamaan) Penelitian ... 3
1.4. Temuan/Inovasi Yang Ditargetkan ... 4
1.5. Rencana Target Capaian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Kota, Sampah dan Permasalahannya ... 4
2.2. Manado dan TPA Sumompo ... 5
2.3. Waste to Energy (WtE) dan Torefaksi. ... 6
2.4. Proses Torefaksi. ... 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 10
5.1. Bagan Alir Penelitian ... 10
3.2. Tempat Penelitian ... 11
3.3. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 11
3.4. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Penelitian ... 11
3.5. Indikator Capaian ... 12
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN ... 13
4.1. Anggaran Biaya Penelitian ... 13
4.2. Jadwal Penelitian ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 13
Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ... xv Lampiran 2. Biodata Ketua Dan Anggota ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3 Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 4 Surat Kerjasama Instansi ... Error! Bookmark not defined.
RINGKASAN
“PEMANFAATAN SAMPAH PERKOTAAN MANADO DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SUMOMPO MENJADI BAHAN BAKAR
PADAT DENGAN PROSES TOREFAKSI”
Adriyan Warokka, ST., M.Eng.1 , Moody N. Tumembow, ST., MT. 2 , Herotje Siwi ST.,MT. 3,
TPA Sumompo adalah tempat pembuangan akhir Kota Manado jenis landfill dimana sampah hanya dibiarkan tanpa pengelolaan apapun sampai saat ini. Selain dampak buruknya, sampah perkotaan sesungguhnya menyimpan potensi energi berkelanjutan yang memadai.
Sampah perkotaan Manado memiliki komposisi sampah organik mencapai 59,21 persen, sampah plastik 20.03 persen serta sampah kertas 6,70 persen dan tekstil 5,90 persen. Tantangan terbesar dari pengelolaan sampah organik perkotaan adalah kandungan air yang tinggi, densitas energi yang rendah dan komponen yang heterogen dengan bentuk materi yang beragam.
Salah satu teknologi handal yang masih sedang dikembangkan, yang dapat mengubah bahan organik termasuk sampah organik menjadi bahan bakar padat dengan densitas energi yang tinggi adalah melalui proses torefaksi. Pada proses torefaksi, temperatur proses yang digunakan relatif rendah yaitu pada rentang 2000C-3000C untuk resident time material sampah dalam reaktor selama 30-60 menit pada tekanan atmosfir dengan teknologi yang digunakan sederhana dan biaya investasi relatif rendah, namun mempunyai efisiensi konversi energi yang tinggi, yakni hingga 90%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan bakar padat dengan densitas energi yang tinggi melalui variable kadar kelembaban sampah organik perkotaan, temperatur reaktor torefaksi dan resident time material sampah di dalam reaktor.
Tempat penelitian ini akan dilakukan di TPA Sumompo, Kec. Bunaken, Kota Manado dan di Laboratorium MR Politeknik Negeri Manado.
Kata Kunci : Sampah Perkotaan, Bahan Bakar Padat, Torefaksi,.
1,2,3,4) Staf Dosen Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan pemerintahan, pusat perkembangan industri dan perdagangan yang pesat menyebabkan pergeseran penduduk yang siginifikan dari desa dan tentu saja mempengaruhi pola konsumtif masyarakat yang berdampak pada peningkatan produksi sampah perkotaan (Septiawan, 2018). Pengelolaan sampah perkotaan telah menjadi tantangan besar semua kota-kota di seluruh dunia. Dunia menghasilkan limbah padat secara global pada tahun 1997 sekitar 0,49 milyar ton dengan tingkat perkiraan pertumbuhan tahunan 3,2-4,5% di negara maju dan 2-3% di negara berkembang (Johari dkk., 2012) (Prajati & Pesumay, 2019).
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbulan sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton per tahun. (BPS, 2018).
Dengan jumlah penduduk 527 ribu jiwa pada tahun 2018, Kota Manado merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang juga diperhadapkan dengan kompleksitas masalah sampah ini (DUKCAPIL-MANADO, 2019).
Hingga tahun 2018 produksi sampah kota Manado tercatat mencapai 409 ton per hari atau 12 ribu ton perbulan atau meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 390 ton perhari menurut data Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Data volume sampah kota Manado menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado adalah 828.812 meter kubik, mengalami peningkatan sejak 2012. Dari jumlah itu, komposisi sampah banyak didominasi sampah sisa makanan mencapai 59,21 persen sampah plastik 20.03 persen serta sampah kertas 6,70 persen dan tekstil 5,90 persen. (Redaksi, 2019)
Namun demikian, masalah pertumbuhan kontinu sampah perkotaan setiap hari ini menyimpan pula potensi energi yang dapat dimanfaatkan sekalipun harus melalui tahapan proses yang menantang karena kandungan kelembaban yang tinggi, nilai kalori rendah, struktur berserat yang kuat dan komposisi material yang heterogen.
Salah satu teknologi handal yang masih sedang dikembangkan untuk proses pembuatan bahan bakar padat dari sampah perkotaan ini adalah proses torefaksi.
Proses torefaksi adalah proses termokimia dalam kondisi inert atau lingkungan oksigen terbatas di mana biomassa/sampah organik secara perlahan dipanaskan dalam reaktor torefaksi hingga dalam kisaran suhu tertentu dan dipertahankan untuk waktu yang ditentukan (resident time) sehingga menghasilkan degradasi hampir sempurna dari kandungan hemiselulosanya sambil memaksimalkan hasil massa dan energi dari produk padatnya (biomassa torrefied). (Basu, 2013)
Aplikasi potensial untuk bahan bakar padat hasil proses torefaksi (biomassa torrefied) adalah: 1) pembakaran bersama/co-firing dengan batu bara di pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, 2) pembakaran suspensi biomassa di dalam ketel uap/boiler, 3) pembakaran khusus di pembakar pelet skala kecil, dan 4) proses gasifikasi bahan bakar. (Binti, 2013)
Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti tentang kualitas bahan bakar padat hasil proses torefaksi dengan variabel temperatur reaktor dan variabel tetap kadar kelembaban sampah 8% (Apriyanto, Hamzah, & Nafis, 2019). Namun, kita ketahui bahwa kadar kelembaban sampah organik relatif lebih tinggi dari penelitian ini.
Untuk itu agar mendapatkan kualitas bahan bakar padat (biomass torrefied) yang setara batu bara dari sampah organik perkotaan ini perlu adanya investigasi mendalam hubungan variabel kadar kelembaban sampah organik perkotaan, temperatur reaktor torefaksi dan waktu tinggal (resident time) sampah organik tersebut dalam reaktor torefaksi selama proses.
Untuk itu penelitian ini menjadi penting dan layak untuk dilakukan sebagai salah satu solusi mendayagunakan 60% fraksi organik dari sampah perkotaan Manado yang potensial sebagai sumber energi terbarukan yang berkelanjutan, memberi solusi lingkungan dan kesehatan masyarakat serta keindahan kota.
1.2. Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakteristik bahan bakar padat dari sampah organik perkotaan yang dapat digunakan untuk proses berguna lainnya, seperti pembangkitan listrik, proses pemurnian minyak, dsb. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut peneliti membagi dua tahapan kegiatan dalam penelitian ini yaitu:
Tujuan Umum:
1. Membantu masyarakat sekitar lokasi TPA mengurangi dampak kesehatan akibat gas metana dari sampah organik.
2. Menjadi solusi bagi pemerintah Kota Manado untuk mengelola sampah dengan mengurangi dampak negatifnya.
3. Memperoleh sumber bahan bakar terbarukan pengganti energi dari minyak dan gas bumi.
4. Membantu masyarakat untuk memberdayakan teknologi tepat guna dengan memberi sumber daya energi yang murah dan ramah lingkungan sehingga memiliki dampak ekonomi dan lingkungan.
5. Menjadi rujukan bagi para peneliti untuk pengembangan bioenergi dengan bahan baku organik lainnya serta produksi dalam skala luas seperti listrik dan menjadi rujukan bagi masyarakat mengenai komposisi sampah organik yang akurat untuk hasil optimal.
Tujuan Khusus:
1. Melakukan penyelidikan hubungan variabel kelembaban sampah organik perkotaan dari TPA Sumompo, Manado dan temperatur kerja reaktor torefaksi untuk menghasilkan bahan bakar padat setara batu bara.
2. Melakukan penyelidikan hubungan variabel temperatur kerja reaktor torefaksi dan waktu tinggal (resident time) sampah organik dalam reaktor untuk menghasilkan bahan bakar padat setara batu bara yang sesuai.
3. Dari hasil ekperimen tersebut akan dihasilkan tulisan untuk sebuah jurnal Nasional.
1.3. Urgensi (keutamaan) Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi urgensi sebagai berikut :
a. Mengubah sampah organik perkotaan Manado yang mencapai sekitar 200 ton per hari menjadi bahan bakar padat berkualitas yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri atau pembangkitan listrik.
b. Penelitian ini dapat menjadi solusi bagi pemerintah Kota Manado terhadap pengelolaan sampah di TPA Sumompo sehingga diharapkan berdampak pada
perbaikan kualitas lingkungan (baik tanah, air dan udara) dan meningkatkan kualitas kesehatan serta keindahan kota di sekitar TPA Sumompo.
1.4. Temuan/Inovasi Yang Ditargetkan
Penelitian ini diharapkan menghasilkan beberapa inovasi/temuan yang memilki target penerapan antara lain:
1. Produk bahan bakar padat berkualitas setara batu bara untuk kebutuhan rumah tangga dan sumber energi baru terbarukan untuk pembangkitan listrik sehingga membantu masyarakat mengurangi biaya energi.
2. Bagi kalangan civitas Akademik dapat dijadikan referensi pengembangan Iptek selanjutnya dan penerapannya pada karya tulis bagi mahasiswa.
3. Produk teknologi terapan yang dihasilkan ini sebagai bahan pertimbangan pengembangan peralatan menggunakan proses torefaksi untuk pembangkitan tenaga kelistrikan atau pada industry pemurnian minyak.
1.5. Rencana Target Capaian
NO. JENIS LUARAN INDIKATOR
CAPAIAN 1 PUBLIKASI ILMIAH DI JURNAL NASIONAL (BER
ISSN) DRAFT
2 PEMAKALAH DALAM
PERTEMUAN ILMIAH
NASIONAL
LOKAL TERDAFTAR
3 BAHAN AJAR
4 LUARAN LAINNYA JIKA ADA (TEKNOLOGI TEPAT GUNA,
MODEL/PURWARUPA/DESAIN/KARYA SENI/
REKAYASA SOSIAL)
PRODUK
5 TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI (TKT) 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kota, Sampah dan Permasalahannya
Karena dampak pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar yang signifikan, sejak tahun 2015 proporsi penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan lebih besar daripada yang tinggal di desa yaitu sebesar 59,35%. Hal ini berdampak pada timbunan sampah dan limbah padat di perkotaan akibat aktivitas manusia. Sampah dan limbah tidak hanya mempengaruhi kualitas kesehatan dan lingkungan pada tingkat lokal, namun juga pada tingkat global. Oleh karena itu, Indonesia telah berkomitmen untuk menangani sampah dan limbah ini. Hal ini tercermin pada Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan ini mengamanatkan pemerintah sampai pemerintah daerah harus mampu mengelola 100% (pengurangan sampah 30% dan penanganannya 70%) dari limbah padat yang dihasilkan secara nasional pada tahun 2025. Pada dasarnya, peraturan ini memberikan pedoman untuk mengelola timbulan sampah(Triwijanarko, 2019).
Pada umumnya sampah memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Menurut Gelbert dkk (1996), ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungannya:
1. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan
Penanganan sampah yang tidak baik akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat di sekitarnya. Sampah tersebut akan berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan, seperti diare, tipus, kolera, penyakit jamur, jamuran, dsb.
2. Dampak Sampah Terhadap Lingkungan
Selain berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, penanganan sampah yang tidak baik juga mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan. Seringkali sampah yang menumpuk di saluran air mengakibatkan aliran air menjadi tidak lancar dan berpotensi mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah cair yang berada di sekitar saluran air akan menimbulkan bau tak sedap.
3. Dampak Sampah Terhadap Sosial dan Ekonomi
Penanganan sampah yang tidak baik juga berdampak pada keadaan sosial dan ekonomi. Beberapa diantaranya adalah:
Meningkatnya biaya kesehatan karena timbulnya penyakit.
Kondisi lingkungan tidak bersih akibat penanganan sampah yang tidak baik.
Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan.
(Anonim, 2019)
Berdasarkan data Worldometers per 27 April 2021 pukul 06.52 WITA, jumlah penduduk Indonesia tahun 2021 adalah sebanyak 275.932.920 jiwa, atau terbanyak keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Kajian The Economist Intelligence Unit (EIU) yang berjudul "ASEAN Cities, Stirring The Melting Pot"
menempatkan Indonesia di urutan empat negara ASEAN dengan penduduk perkotaan terbanyak. EIU mencatat, 54 persen orang Indonesia tinggal di perkotaan atau sekitar 145,6 juta jiwa. Penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan sekarang ini lebih besar dibandingkan Thailand (51%) ((EIU), 2017).
Pertumbuhan penduduk ini merupakan salah satu parameter penyebab yang berkaitan dengan permasalahan dikawasan perkotaan selain pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, pola konsumsi masyarakat, pola keamanan dan perilaku penduduk, aktivitas fungsi kota, kepadatan penduduk dan bangunan, serta kompleksitas problem transportasi. Terbatasnya daya tampung dan usia pakai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada, dan penetapan beberapa daerah sebagai daerah darurat sampah menjadi beberapa faktor pentingnya pengembangan sampah di Indonesia. Semua parameter yang disebutkan tersebut saling berinteraksi, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang sangat signifikan dan berdampak pada meningkatnya efek rumah kaca secara global.
2.2. Manado dan TPA Sumompo
Kota Manado sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 sebanyak 527 ribu jiwa merupakan kota yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonominya diperhadapkan dengan peliknya permasalahan sampah ini (DUKCAPIL-MANADO, 2019). Bahkan pada periode 2017-2018 Kota Manado oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) diganjar sebagai salah satu Kota Besar selain Bandar Lampung dengan peringkat paling rendah dalam pengelolaan sampah (Rosiana Haryanti &
Alexander, 2019)
. Adapun produksi dan volume sampah kota Manado tahun 2018 adalah 412,9 ton (Finneke & Rizki, 2018) atau 2064 m3 per hari dengan volume sampah yang terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo sebanyak 1680 m3 per hari (80% dari volume total sampah kota) (BPS, 2018). Saat ini TPA Sumompo telah melebihi kapasitas penampungan sampah dari Kota Manado. Sistem penampungan sampah di TPA ini masih bersifat penumpukan akhir dan belum ada pengolahan sampah organik yang memiliki kapasitas sekitar 60% dari volume sampah hariannya.
2.3. Waste to Energy (WtE) dan Torefaksi.
Sampah dengan semua permasalahannya menyimpan potensi energi untuk dimanfaatkan. Sampah organik dapat diproses menjadi energi melalui metode biochemical proses dan termochemical proses. Metode Termochemical proses terdiri dari 3 proses yaitu: pembakaran langsung (incineration), gasifikasi dan pirolisis.
Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran pada temperatur lebih dari 8000C untuk mereduksi sampah mudah terbakar (combustible ) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik (Latief, 2010).
Keuntungan dari insinerasi yaitu dapat mereduksi atau menurunkan sebagian besar volume sampah, membersihkan atau menurunkan kandungan bakteri yang pencemar lingkungan, sangat cocok untuk pengolahan sampah yang membutuhkan waktu cepat, panas pembakaran dapat segera dimanfaatkan untuk pembangkit uap atau pembangkit daya listrik.
Kerugian dari insinerasi yaitu gas buang dari proses pembakaran berpotensi mencemarkan lingkungan karena kandungan bahan beracun seperti substansi dioksin, gas buang merupakan pembawa sebagian besar CO2 penyebab pemanasan global, abu yang tersisa dari pembakaran mencapai 20% dari sampah yang dibakar, unsur merkuri akan terlepas ke udara dalam bentuk uap yang terbawa pada gas buang, berpotensi sebagai pencemar lingkungan apabila tidak dilengkapi dengan pengolahan gas buang. (Latief, 2010)
Teknologi pengolahan sampah secara termal berikutnya adalah proses gasifikasi.
Gasifikasi merupakan suatu proses pembakaran bahan bakar padat dalam wadah gasifier menggunakan oksigen yang terbatas untuk menghasilkan gas mampu bakar (syn-gas). Jumlah oksigen dalam proses gasifikasi yang digunakan sekitar 25% dari
kebutuhan oksigen pembakaran sempurna. Apabila oksigen melebihi 25% maka efisiensi gasifikasi akan turun. Keunggulan menggunakan bahan bakar gas yaitu lebih mudah dalam pengontrolan laju atau temperatur sehingga lebih aman dan nyaman digunakan sebagai energi panas maupun untuk pembangkit (diesel, turbin) (Siagian, 2016). Teknologi ini terbukti berhasil baik untuk limbah padat yang homogen seperti limbah pertanian. Teknologi ini menghasilkan syngas (H2, CO, CH4) sebagai bahan bakar, bekerja pada temperatur 2200C - 4000C (Damanhuri, 2016)
Teknologi pengolahan sampah secara termal lainnya adalah pirolisis yang adalah dekomposisi termokimia dari biomassa menjadi berbagai produk yang berguna, baik dengan tidak adanya oksidator atau dengan pasokan terbatas yang tidak memungkinkan gasifikasi sampai batas tertentu. Ini juga membentuk beberapa langkah reaksi awal gasifikasi. Selama pirolisis, molekul biomassa hidrokarbon kompleks yang besar terurai menjadi molekul gas, cairan, dan arang yang relatif lebih kecil dan lebih sederhana. Pirolisis memiliki kesamaan atau tumpang tindih dengan proses seperti cracking, devolatilization, carbonization, torrefaction, dry distillation, destructive distillation, dan thermolysis, tetapi tidak memiliki kemiripan dengan proses gasifikasi, yang melibatkan reaksi kimia dengan agen eksternal yang dikenal sebagai media gasifikasi. Pirolisis biomassa biasanya dilakukan pada kisaran suhu 3000C-6500C dibandingkan dengan 8000C-10000C untuk gasifikasi dan 2000C-3000C untuk proses torefaksi. (Basu, 2010)
Torefaksi adalah proses pirolisis ringan (mild pyrolysis) untuk bahan biomassa yang dapat membantu mengatasi beberapa kekurangan bahan seperti kadar air yang tinggi, kadar oksigen yang tinggi, densitas energi yang rendah dengan mengubah biomassa menjadi bahan bakar padat yang ditingkatkan dengan kadar air dan oksigen yang lebih rendah serta kepadatan energi yang lebih tinggi. Metode pretreatment ini terdiri dari perlakuan termal bahan biomassa dalam atmosfer inert (misalnya nitrogen) pada kisaran suhu 200–300 ° C sehingga biaya investasi dan pengoperasian relatif rendah. Selama torefaksi, profil suhu dapat berupa isotermal atau non-isotermal.
Namun, proses non-isotermal menawarkan torefaksi yang lebih parah daripada proses isotermal. (Bach et al., 2019)
Gambar 1 dibawah ini menunjukkan skema pilihan konversi energy yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sampah organik perkotaan menjadi produk yang bermanfaat sebagai sumber energy yang baru dan terbarukan juga.
Gambar 1 .Pilihan konversi energy biomassa menjadi energy (Bioenergy, 2007)
2.4. Proses Torefaksi.
Torefaksi (khususnya, torefaksi kering) merupakan perlakuan termal terhadap biomassa, di mana biomassa dipanaskan dalam atmosfer non-pengoksidasi untuk meningkatkan kepadatan energi biomassa melalui peningkatan Heating Value (HV) dan
.
Mempertimbangkan pendekatan yang lebih kimiawi, prinsip proses ini bertumpu pada penghilangan oksigen (O) dan hidrogen (H), sehingga mendapatkan produk padat akhir dengan oksigen-karbon (O/C) dan hidrogen-karbon yang lebih rendah.(H/C). (lihat Gambar 2)
Gambar 2. Diagram van Krevelen (Ribeiro, Godina, Matias, & Nunes, 2018)
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa setelah proses torefaksi, sifat biomassa telah dimodifikasi dan ditingkatkan secara ekstensif. Jenis perlakuan termal ini tidak hanya menghancurkan sifat berserat dari biomassa yang adalah keuletannya, tetapi juga meningkatkan HV. Torefaksi juga meningkatkan hidrofobisitas biomassa, yang berarti biomassa menjadi lebih tahan terhadap adsorpsi air, menghasilkan peningkatan dalam pengendalian kondisi penyimpanan karena fakta bahwa torrefied
biomass lebih tahan terhadap serangan bakteri dan jamur, dengan demikian, lebih tahan terhadap pembusukan.
Selama torefaksi, biomassa mengalami kehilangan massa, bagaimanapun, mempertahankan hasil energinya. Sifat-sifat lain, seperti O/C dan grindability, sejalan dengan fakta bahwa karakteristik torrefied biomass lebih seragam, membuat biomassa lebih menarik bila dibandingkan dengan biomassa non-torrefied. (Ribeiro et al., 2018).
Proses torefaksi (torefaksi kering) dapat dibagi menjadi beberapa fase berbeda yaitu pemanasan, pengeringan, torefaksi, dan pendinginan (van der Stelt, Gerhauser, Kiel, & Ptasinski, 2011). Menurut Bergam et al. (2005), proses pengeringan dibagi lagi menjadi dua fase, menjadikan torrefaction sebagai proses yang terdiri dari lima fase berbeda yaitu : 1) Pemanasan, 2) Pra-pengeringan, 3) Pasca-pengeringan, 4) Torefaksi. 5) Pendinginan, yang dijelaskan dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Deskripsi dari proses torefaksi. (Bergman et al., 2005)
FASE DESKRIPSI
Pemanasan Biomassa dipanaskan sampai diperoleh suhu pengeringan dan kelembaban biomassa mulai menguap
Pra-pengeringan Terjadi pada 100◦c ketika air bebas yang ada pada biomassa menguap pada suhu yang stabil
Pasca- pengeringan
Temperatur dinaikkan hingga mencapai 200◦c. Air yang tersisa pada ikatan kimia biomassa benar-benar menguap. Fase ini bertanggung jawab atas kehilangan massa akibat penguapan beberapa komponen biomassa
Torefaksi
Fase utama dari proses torefaksi. Itu terjadi pada 200◦c dan bertanggung jawab atas hilangnya massa utama. Suhu torefaksi (tt) ditentukan oleh suhu stabil maksimum yang digunakan selama proses.
Pendinginan
Produk akhir didinginkan hingga suhu di bawah 200◦c, yang merupakan suhu penyalaan otomatis kayu, sebelum bersentuhan dengan udara dan sampai suhu ruangan tercapai.
..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
5.1. Bagan Alir Penelitian
Gambar 3. Bagan Alir Penelitian
Perancangan Reaktor Torefaksi
Sampah Organik Dalam Reaktor melalui Proses
Torefaksi
Parameter yang diamati:
1. Temperatur Reaktor dari masing-masing proses 2.. Resident time material sampah
Pengolahan Data dan Analisa
Kesimpulan Persiapan
Persiapan Bahan Penelitian Pembuatan Reaktor
Torefaksi dan pendukungnya
Bahan Bakar Padat/
Torrefied Biomass
Torrefied Biomass tidak sesuai standar
Bagan alir pada Gambar 3 di atas menunjukan proses penelitian yang akan dilakukan. Persiapan yang dilakukan adalah melingkupi proses mengumpulkan literature/referensi hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang sampah perkotaan dan bagaimana cara memanfaatkannya sehingga memiliki nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan.
Selanjutnya melakukan perancangan peralatan dan pembuatan reactor torefaksi di lab. Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado, yang selanjutnya akan dimobilisasi ke lokasi di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo.
Proses selanjutnya adalah mengambil sampah organik dan dimasukkan ke dalam reaktor dan dan memulai pengamatan sesuai parameter yang telah ditetapkan sebelumnya.
Variabel kelembaban sampah organik akan diselidiki dalam hubungannya dengan temperatur kerja reaktor torefaksi dalam menghasilkan bahan bakar padat (torrefied biomass) setara batubara. Variabel berikut yang akan diinvestigasi adalah waktu tunggu (resident time) sampah organik perkotaan dalam reaktor dalam menghasilkan bahan bakar padat.
Hasil perhitungannya selanjutnya akan diolah dan dianalisa untuk diambil kesimpulan.
3.2. Tempat Penelitian
Pembuatan sistem torefaksi dan variable lainnya dilakukan di TPA Sumompo.
Analisa data dibuat di Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado.
3.3. Bahan dan Peralatan Penelitian
a. Bahan yang digunakan: sampah organik dari TPA Sumompo.
b. Peralatan yang digunakan adalah Termocople tipe K, drum, pipa, plat alumunium, motor listrik serta peralatan penunjang lainya yang dibutuhkan.
3.4. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan program ini, mitra berpartisipasi mulai sejak awal, mendiskusikan dan merencanakan kegiatan yang tepat untuk merealisasikan tujuan.
Oleh karena itu koordinasi antara pelaksana dengan mitra harus tetap terjalin, agar pelaksanaan penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana. Dalam hal ini, sebelum pelaksanaan dimulai, pihak peneliti berkoodinasi dengan pihak mitra dengan mendapatkan kuantitas sampah perkotaan Manado yang diangkut ke TPA
Sumompo. Pihak mitra juga memberi gambaran tentang kondisi pengelolaan sampah perkotaan Manado yang mengalami banyak kendala setelah alat-alat insenerator yang disiapkan di beberapa kecamatan disegel untuk proses hukum.
3.5. Indikator Capaian
Tabel 1. Indikator Capaian Kegiatan Penelitian
TARGET KEGIATAAN
TAHAPAN RINCIAN
KEGIATAN
KEGIATAAN PENELITIAN
INDIKATOR CAPAIAN Studi pustaka
dan preparasi
Studi pustaka dan preparasi untuk menginventarisasi hasil penelitian sebelumnya.
Melakukan penelusuran tentang proses
torefaksi.
Dari hasil penelusuran diperoleh data acuan sebagai pembanding hasil penelitian.
Desain dan pembuatan reactor torefaksi
- Pembuatan peralatan
- Penyediaan bahan baku penelitian
- Merancang dan membuat reactor torefaksi
- Menempatkan alat pengukur tekanan dan temperatur .
- Sistem torefaksi yang sesuai, sehingga dihasilkan produk bahan bakar padat yang memadai.
Eksperimen - Pemasukan sampah organik yang telah melalui proses pengeringan ke dalam reaktor - Proses torefaksi
- Pengeringan sampah dan memasukannya ke dalam reaktor - Proses torefaksi
dilakukan
- Mendapatkan produk bahan bakar padat yang memadai - Mendapatkan
temperature pada setiap proses dalam reaktor
Pengambilan data
- Pengambilan data tekanan, temperatur reactor dari masing- masing proses
- Pengambilan data tekanan, temperatur dari masing-masing proses dalam reaktor
- Diperoleh data-data yang memadai untuk dianalisis
Tindak lanjut dari hasil penelitian
Publikasi dan
pengembangan disain
- Membuat karya tulis untuk publikasi dan seminar
- Menyiapkan draft naskah untuk
publikasi dan seminar.
- Merencanakan tindakan kegiatan tahap selanjutnya
BAB IV HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 4.1. Hasil Penelitian
Kemajuan penelitian hingga saat ini adalah sebagai berikut:
1. Peralatan torefaksi telah dirancang dengan melibatkan 3 (tiga) mahasiswa tugas akhir DIV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan.
2. Peralatan yang telah dirancang seperti gambar 4 di bawah ini, selanjutnya di bangun sesuai hasil perhitungan dan gambar rancangan.
Gambar 4 Reaktor Torefaksi (merah) dan reaktor pendingin (biru) Dengan spesifikasi sebagai berikut:
Panjang tabung reaktor torefaksi : 126 cm Diameter dalam tabung reaktor : 15,4 cm
Tebal tabung : 4 mm
Diameter screw conveyor 1 : 15 cm
Jarak pitch : 15 cm
Panjang tabung reaktor pendingin : 50 cm Diameter dalam reaktor pendingin : 10,16 cm
Tebal tabung : 3 mm
Diameter screw conveyor 2 : 9,16 cm
Jarak pitch : 10 cm
3. Alat yang telah dibangun ditunjukkan oleh gambar 5.
Gambar 5 Reaktor Torefaksi
Gambar 6 Screw conveyor
4. Melakukan pengujian alat awal.
5. Melakukan pengujian 1 sebanyak 3 kali pengambilan data dengan massa sampah 1,5 kg.
4.2. Luaran Yang Dicapai
1. Pengujian 1 telah selesai dilaksanakan namun data tersebut belumlah mewakili keseluruhan hasil yang akan dianalisa dan diambil kesimpulan.
BAB V RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian 2,3 dan 4, masing- masing 3 kali pengambilan data sehingga dapat mewakili keakuratan data penelitian.
Tahapan berikutnya adalah mengukur nilai kalori bahan bakar padat dari sampah organik hasil proses torefaksi.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisa dan pengambilan kesimpulan serta evaluasi perbaikan dan pengembangan penelitian.
Selanjutnya membuat laporan hasil seluruh penelitian serta menyampaikannya ke Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Negeri Manado serta mengajukan hasil penelitiannya ke salah satu jurnal Nasional.
.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Alat proses torefaksi sampah organik perkotaan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Panjang tabung reaktor torefaksi : 126 cm Diameter dalam tabung reaktor : 15,4 cm
Tebal tabung : 4 mm
Diameter screw conveyor 1 : 15 cm
Jarak pitch : 15 cm
Panjang tabung reaktor pendingin : 50 cm Diameter dalam reaktor pendingin : 10,16 cm
Tebal tabung : 3 mm
Diameter screw conveyor 2 : 9,16 cm
Jarak pitch : 10 cm
b. Temperatur reaktor yang harus dijaga pada 200-3000C merupakan tantangan khusus dalam pelaksanaan penelitian torefaksi sampah perkotaan ini.
c. Proses pendinginan dilakukan selama maksimal 15 menit untuk menjaga hasil proses yaitu bahan bakar padat tetap terjaga nilai kalorinya.
d. Pengujian 1 telah dilaksanakan dengan 3 kali pengambilan data.
e. Masih diperlukan pengujian lanjutan dengan rentang waktu 2 hari untuk melihat kuantitas kadar air dalam sampah pada pengaruhnya terhadap kualitas bahan bakar padat.
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
(EIU), T. E. I. U. (2017). Kaum Urban Indonesia Lebih Banyak. Retrieved from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/04/kaum-urban-indonesia-lebih- banyak-dari-thailand
Anonim. (2019). Pengertian Sampah Organik dan Anorganik , Pengertian Sampah Secara Umum Pengertian Sampah Menurut Para Ahli. Retrieved from
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-sampah.html
Apriyanto, A., Hamzah, A., & Nafis, A. (2019). Rancang Bangun dan Analsis Unjuk Kerja Reaktor Torefaksi Kontinu Tipe Tubular Dengan Sistem Pemanas Oil Jacket.
Mechanical, 9(2), 54. https://doi.org/10.23960/mech.v9.i2.201809
Bach, Q. V., Chen, W. H., Eng, C. F., Wang, C. W., Liang, K. C., & Kuo, J. Y. (2019).
Pyrolysis characteristics and non-isothermal torrefaction kinetics of industrial solid wastes. Fuel (Elsevier-Science Direct), 251(January), 118–125.
https://doi.org/10.1016/j.fuel.2019.04.024
Basu, P. (2010). Biomass Gasification and Pyrolysis. Biomass Gasification and Pyrolysis.
https://doi.org/10.1016/C2009-0-20099-7
Basu, P. (2013). Biomass Gasification, Pyrolisis and Torrefaction (Practical Design and Theory). Journal of Chemical Information and Modeling (Second, Vol. 53). Academic Press (Elsevier).
Bergman, P., Boersma, A., Kiel, J., Prins, M. J., Ptasinski, K., & Janssen, F. J. (2005).
Torrefaction for entrained-flow gasification of biomass. 2nd World Conference and Technology Exhibition on Biomass for Energy, Industry and Climate Protection, a, 78–
82. Retrieved from http://www.ecn.nl/publications/PdfFetch.aspx?nr=ECN-RX--04- 029#page=78
Binti, S. (2013). Torrefaction of biomass for power production Suriyati Binti Saleh Ph . D Thesis. Department of Chemical and Biochemical Engineering Technical University of Denmark.
Bioenergy, I. E. A. (2007). Contribution of Bioenergy to the World ’ s Future Energy.
BPS. (2018). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2018 (Pengelolaan Sampah di Indonesia). BPS-Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup, 1–43.
https://doi.org/3305001
Damanhuri, E. (2016, April). Teknologi Pengolahan Sampah. Engineer Weekly No.03 W., 5.
Retrieved from www.pii.or.id/publikasi/engineer-weekly
DUKCAPIL-MANADO. (2019). Jumlah Penduduk Kota Manado 2018. Retrieved from http://www.manadokota.go.id/Infopenting/detail/jumlah-penduduk-kota-manado Finneke, & Rizki, F. F. (2018). TPA Sumompo Tak Lagi Representatif, Produksi Sampah
Warga Manado Per Hari 412,9 Ton. Retrieved from
http://manado.tribunnews.com/2018/05/23/tpa-sumumpo-tak-lagi-representatif- produksi-sampah-warga-manado-per-hari-4129-ton
Latief, A. S. (2010). Manfaat dan Dampak Penggunaan Incinerator Terhadap Lingkungan.
Jurnal Teknis ISSN 1907, 5(1), 20–24.
Prajati, G., & Pesumay, A. J. (2019). Analisis Faktor Sosiodemografi dan Sosioekonomi Terhadap Timbulan Sampah Perkotaan di Pulau Sumatera. Jurnal Rekayasan Sipil Dan Lingkungan, 3(1), 8–16.
Redaksi, T. (2019). Terus Bergelut dengan Sampah. Retrieved March 8, 2020, from https://zonautara.com/2019/07/31/terus-bergelut-dengan-sampah/
Ribeiro, J. M. C., Godina, R., Matias, J. C. de O., & Nunes, L. J. R. (2018). Future perspectives of biomass torrefaction: Review of the current state-of-the-art and research development. Sustainability (Switzerland), 10(7), 1–17.
https://doi.org/10.3390/su10072323
Rosiana Haryanti, & Alexander, H. B. (2019). Buruk Mengelola Sampah, Manado Didapuk
sebagai Kota Terkotor. Retrieved from
https://properti.kompas.com/read/2019/01/16/145350221/buruk-mengelola-sampah- manado-didapuk-sebagai-kota-terkotor
Septiawan, I. (2018). Strategi Peningkatan Pengelolaan Persampahan di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Economics Development Analysis Journal, 7(2), 111–119.
https://doi.org/10.15294/edaj.v8i2.23409
Siagian, K. J. (2016). ELIMINASI KANDUNGAN TAR PADA GASIFIKASI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT.
Triwijanarko, R. (2019). Jumlah Penduduk Perkotaan Tumbuh, Pemerintah Siapkan Kota Ramah Lingkungan. Https://Marketeers.Com/Jumlah-Penduduk-Perkotaan-Tumbuh- Pemerintah-Siapkan-Kota-Ramah-Lingkungan/. Retrieved from
https://marketeers.com/jumlah-penduduk-perkotaan-tumbuh-pemerintah-siapkan-kota- ramah-lingkungan/
van der Stelt, M. J. C., Gerhauser, H., Kiel, J. H. A., & Ptasinski, K. J. (2011). Biomass upgrading by torrefaction for the production of biofuels: A review. Biomass and Bioenergy, 35(9), 3748–3762. https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2011.06.023
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas No. Nama / NIDN Instansi Asal Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(Jam/Mgg) Uraian Tugas 1 Adriyan
Warokka, ST., M.Eng.
0007107810
Politeknik Negeri Manado
Teknik Mesin/
Konversi Energi
8 Memimpin tim dalam setiap kegiatan dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi,
seminar, penyusunan laporan penelitian dan artikel ilmah 2 Moody Noldy
Tumembow, ST., MT 0011116313
Politeknik Negeri Manado
Teknik Mesin/
Konversi Energi
8 Membantu tugas
ketua tim dalam masalah penelusuran pustaka, penyusunan dokumen,
administrasi, pembuatan produk, analisis data, serta mengurus seminar, penerbitan artikel ilmiah
3 Herotje Siwi,ST.,MT 0024116204
Politeknik Negeri Manado
Teknik Mesin/
Konversi Energi
8 Membantu tugas
ketua tim dalam masalah penelusuran pustaka, penyusunan dokumen,
administrasi, pembuatan produk, analisis data, serta mengurus seminar, penerbitan artikel ilmiah
4 Gilberth T. V.
Kamu /
NIM:17031014
Mahasiswa Politeknik
Negeri Manado
Teknik Mesin
8 Membantu tugas
ketua tim dalam penelusuran pustaka, pembuatan produk, analisis data.
5 Rizky O.
Hebron / NIM:17031019
Mahasiswa Politeknik
Negeri Manado
Teknik Mesin
8 Membantu tugas
ketua tim dalam penelusuran pustaka, pembuatan produk, analisis data.