• Tidak ada hasil yang ditemukan

Juni Arifin Hidayat MI Ma arif Klangon Kalibawang Kulon Progo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Juni Arifin Hidayat MI Ma arif Klangon Kalibawang Kulon Progo"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PEDIR: Journal Elmentary Education P.Issn: 2797-2453| E.Issn: 2797-2445 Vol. 2. No.1, Mei 2022 | Hal 1-22

http://pedirresearchinstitute.or.id/index.php/Pedirjournalelementaryeducation/ind ex

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN STRATEGI SOSIODRAMA PADA MUATAN BAHASA INDONESIA KELAS VI

MI MA’ARIF KLANGON TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Juni Arifin Hidayat juniarifin2@gmail.com

MI Ma’arif Klangon Kalibawang Kulon Progo

Abstract:. This study aims to determine the speaking skills and learning motivation of students by applying sociodrama strategies. The research was carried out in class VI of MI Ma'arif Klangon, Salam District, Magelang Regency, Central Java Province, with details of the research subjects of 8 students of class VI MI Ma'arif Klangon. Consisting of 2 male students and 6 female students this was carried out in 3 cycles, where each cycle was carried out 1 time for 1 week. Researchers used the methods of observation, interviews, documentation, and questionnaires in collecting data. The instruments used were observation sheets, student questionnaires, and interview instruments. The results showed that through the implementation of sociodrama strategies in Indonesian language lessons, students' speaking skills improved. The percentage of students' speaking skills increased both in cycle I to cycle II and cycle II to cycle III. The speaking skill of students before the implementation of the cycle action is still very low. After taking action in the first cycle, the percentage of students' speaking skills was 38.32% with sufficient criteria.

The second cycle experienced an increase in speaking skills, namely to 55.83% with sufficient criteria. Meanwhile, in the third cycle there was an increase compared to the first and second cycles to 74.16% with good criteria. Through the application of sociodrama strategies in Indonesian language lessons, students' learning motivation has increased. The success of students' learning motivation has increased by reaching a percentage of 90.20% with good criteria. That means that the application of sociodrama strategies in Indonesian language lessons can increase students' learning motivation by 6.87%. The percentage in the first cycle was 77.70%, in the second cycle it reached 83.33%, while in the third cycle it reached 90.20% with good criteria.

Keyword: speaking skill, motivation to learn, sociodrama

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik dengan menerapkan strategi sosiodrama. Penelitian yang dilaksanakan di kelas VI MI Ma’arif Klangon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dengan rincian subjek penelitian peserta didik kelas VI MI Ma’arif Klangon yang berjumlah 8 anak. Terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan ini dilakukan sebanyak 3 siklus, yang mana setiap siklusnya dilakukan 1 kali selama 1 minggu. Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi, angket siswa, dan instrumen wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Melalui penerapan strategi sosiodrama pada pelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbicara peserta didik mengalami peningkatan. Presentase keterampilan berbicara peserta didik mengalami peningkatan baik siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III. Keterampilan berbicara peserta didik sebelum diterapkannya tindakan siklus masih sangat rendah.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, presentase keterampilan berbicara peserta didik adalah 38,32 % dengan kriteria cukup. Siklus ke II mengalami peningkatan pada keterampilan berbicara yaitu menjadi 55,83 % dengan kriteria cukup. Sedangkan pada siklus ke III mengalami peningkatan dibandingkan siklus I dan II menjadi 74,16 %

(2)

dengan kriteria baik. Melalui penerapan strategi sosiodrama pada pelajaran bahasa Indonesia, motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan. Keberhasilan motivasi belajar peserta didik mengalami kenaikan dengan mencapai presentase 90,20 % dengan kriteria baik. Itu artinya penerapan strategi sosiodrama dalam pelajaran bahasa Indonesia depat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebesar 6,87 %. Presentase pada siklus I adalah 77,70 %, pada siklus II mencapai 83,33 %, sedangkan pada siklus III mencapai 90,20 % dengan kriteria baik.

Kata Kunci: keterampilan berbicara, motivasi belajar, sosiodrama

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia.

Pentingnya bahasa Indonesia bersumber pada ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang berbunyi: “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Selain itu, juga didasarkan pada Undang-Undang Dasar RI yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi bangsa Indonesia. Namun, kini kurang terjaga keasliannya dan bentuk bakunyapun banyak mengalami perubahan. Sebagai buktinya, banyak kalangan anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang tua yang telah mengubah bahasa baku menjadi bahasa tidak baku. Contohnya adalah mengubah bahasa baku mengapa menjadi kenapa atau ngapain, bagaimana menjadi gimana, aku menjadi gue, sedang apa menjadi lagi ngapain, dan sebagainya.

Dalam hal ini, keterampilan berbicara sangat penting untuk ditingkatkan dalam praktik persekolahan, terutama di tingkat dasar. Hal tersebut dikarenakan berbicara merupakan keterampilan yang paling mendasar untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah.

Keterampilan berbicara peserta didik perlu ditingkatkan dengan cara melatih peserta didik untuk berbicara di depan teman sekelasnya sejak anak masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah.

Berbicara berarti mengembangkan ide atau pesan lisan secara aktif agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dengan mitra tutur. Memang setiap manusia dikodratkan untuk berbicara secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Selain itu, hal yang menjadi masalah dalam berinteraksi dengan orang lain adalah metode atau caranya saat berkomunikasi dengan orang lain.

(Wijaya, 2010)

Permasalahan dalam keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik juga terjadi pada peserta didik kelas VI MI Ma’arif Klangon. Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai keterampilan berbicara. Tampak dari penilaian keterampilan berbicara peserta didik yang dilakukan dengan cara mengerjakan soal- soal latihan, menyampaikan hasil diskusi, menyampaikan pendapat, menceritakan kembali isi dari bacaan, menceritakan pengalaman pribadi, dan bermain drama. Bentuk soal latihan yang mendekati kepada pengembangan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik. Hanya sebagian kecil peserta didik yang berani untuk berbicara atau menyampaikan pendapat di depan teman-temannya dengan menggunakan bahasa yang baik dan baku.

(3)

Motivasi memiliki peranan penting dalam suatu proses pembelajaran. Motivasi memiliki pengaruh yang besar dalam proses belajar peserta didik. Tanpa adanya motivasi, maka proses belajar peserta didik akan sukar berjalan dengan lancar. (Sagala, 2010).

Ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan peserta didik dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dipengaruhi oleh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Meskipun ada beberapa orang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam acara-acara resmi, tetapi pada umumnya mereka belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar.

Faktor internal, yaitu pendekatan pembelajaran, metode, media atau sumber belajar yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi peserta didik. Pada umumnya, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi, sehingga pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan.

Rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan berbudaya. Salah satu langkah yang harus dilakukan guru adalah menguasai teknik penyajian dalam belajar atau yang biasa disebut sebagai metode mengajar. (Andri, 2019)

Untuk itu guru perlu mengubah strategi mengajar konvensional dengan penerapan strategi sosiodrama. Strategi sosiodrama merupakan strategi pembelajaran yang diduga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih keterampilan berbicara.

(Indrawati,2005). Sosiodrama merupakan teknik bermain drama secara sederhana. Dalam bermain drama, peserta didik dibagi untuk memerankan tokoh- tokoh tertentu sesuai tema pembelajaran saat itu.

Strategi sosiodrama memiliki kelebihan, diantaranya adalah: (1) berkesan dan tahan lama dalam ingatan peserta didik, (2) sangat menarik bagi peserta didik, sehingga kelas menjadi dinamis, (3) mengembangkan kreativitas peserta didik dengan peran yang dimainkan, (4) memupuk kerjasama antar peserta didik, (5) menumbuhkan bakat peserta didik dalam seni drama, (6) memupuk keberanian berpendapat di depan kelas, (7) melatih peserta didik untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.(Mubakhit, 2019)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menerapkan strategi sosiodrama dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan strategi tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa strategi ini dirasa lebih efektif dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan strategi sosiodrama akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena peserta didik dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Sedangkan dikatakan efisien karena proses pembelajaran di MI lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.

Alasan dipilihnya siswa kelas VI MI Ma’arif Klangon sebagai subjek penelitian karena pada kelas VI ini peserta didik sudah seharusnya diberikan bekal dan keterampilan berbicara. Hal tersebut juga sebagai modal untuk peserta didik ketika mereka sekolah di pendidikan tingkat selanjutnya. Itulah sebabnya penulis melakukan penelitian dengan judul

“Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Peserta Didik dengan

(4)

Sosiodrama pada Pelajaran Bahasa Indonesia”, dengan rumusan masalah (1) bagaimana peningkatan keterampilan berbicara peserta didik setelah penerapan strategi sosiodrama pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VI MI Ma’arif Klangon?, (2) bagaimana peningkatan motivasi belajar peserta didik setelah penerapan strategi sosiodrama pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VI MI Ma’arif Klangon?.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan arah dan tujuan penelitian untuk untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan strategi tertentu yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan di kelas VI MI Ma’arif Klangon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitiannya adalah pada semester I Tahun Pelajaran 2021/2022, yaitu tanggal 15, 22, dan 29 Agustus 2021. Penelitian ini dilakukan 1 kali dalam seminggu. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI MI Ma’arif Klangon yang berjumlah 8 anak. Terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

Desain penelitian tindakan kelas di setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan tindakan, dan reflekasi.

Penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga siklus, tiap siklusnya terdiri dari 1 kali pertemuan.

Secara sistematis, adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Sedangkan instrumen yang digunakan berupa daftar kehadiran penulis atau guru, lembar observasi, daftar pertanyaan, dan lembar angket.

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif untuk data yang diperoleh dari hasil observasi (pengamatan guru dan peserta didik) dan catatan lapangan. Pada data yang diperoleh berdasarkan hasil angket mengenai respon peserta

(5)

didik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi sosiodrama.

Angket dihitung setiap akhir pembelajaran kemudian dianalisis dengan tahap sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses memilih, memusatkan perhatian, dan menyederhanakan melalui seleksi dari data mentah yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan, sehingga menjadi informasi yang bermakna.

2. Display Data

Data yang diperoleh melalui lembar observasi keterampilan berbicara dan angket motivasi belajar peserta didik, kemudian dihitung dengan presentase. Rumus menghitung keterampilan berbicara peserta didik adalah sebagai berikut.

Keterangan :

A= Kelancaran berbicara

1. Peserta didik tidak mampu berbicara

2. Peserta didik berbicara dengan bantuan guru 3. Peserta didik berbicara tanpa bantuan guru B= Intonasi

1. Intonasi tidak tepat

2. Intonasi tepat dengan bantuan guru 3. Intonasi tepat tanpa bantuan guru C= Ketepatan pemilihan kata

1. Tidak menggunakan pilihan kata yang tepat 2. Dengan bantuan guru

3. Tanpa bantuan D = Struktur kalimat

1. Tidak menggunakan struktur kalimat yang jelas 2. Dengan bantuan guru

3. Tanpa bantuan guru E = Kontak mata

1. Berbicara tidak menghadap teman/guru 2. Menghadap teman dengan instruksi guru 3. Menghadap teman tanpa instruksi guru Kriteria penilaian keterampilan berbicara siswa

81 % - 100 % = sangat baik 61 % - 80 % = baik 41 % - 60 % = cukup 21 % - 40 % = kurang 0 % - 20 % = sangat kurang

Setelah menilai keterampilan berbicara peserta didik, selanjutnya dilakukan penghitungan. Data kuantitatif tersebut ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat

Skor Maksimum Jumlah Skor

x 100 %

(6)

deskriptif. Presentase motivasi belajar peserta didik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus. Rumus menghitung motivasi peserta didik adalah sebagai berikut.

Indikator keberhasilan motivasi belajar peserta didik dapat dilihat dari:

1. Rasa senang 2. Rasa perhatian 3. Rasa tertarik 4. Rasa ingin tahu 5. Antusiasme

Alternatif jawaban untuk masing-masing indikator motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut.

1. Skor 3 = Selalu

2. Skor 2 = kadang-kadang 3. Skor 1 = tidak pernah

Tabel 1. Kriteria motivasi belajar peserta didik

No Presentase Kualifikasi

1 76 % - 100 % Baik

2 56 % - 75 % Cukup

3 40 % - 55 % Kurang

4 < 40 % Tidak Baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PRA TINDAKAN

Materi pokok dalam penelitian ini adalah menirukan dialog dalam naskah drama.

Hasil penelitian ini disajikan berdasar pada kegiatan yang dimulai dari pra penelitian, siklus I, siklus II, dan siklus III. Setiap siklus yang dilakukan berdasarkan pada tahap- tahap berikut ini: 1) Planning (perencanaan), 2) Acting (pelaksanaan), 3) Observing (pengamatan) dan, 4) Reflecting (refleksi).

Pada hari Selasa, 10 Agustus 2021, guru melakukan pembelajaran sekaligus pra tindakan pada Tema 2 Sub Tema 3 Pembelajaran 4 pada muatan PPKn dan Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran tersebut, guru melakukan teknik belajar dengan cara diskusi kelompok. Setelah melakukan diskusi kelompok, peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya tersebut. Tetapi, saat mempresentasikannya, peserta didik masih belum baik dalam keterampilan berbicaranya serta motivasi belajarnya pun masih rendah.

Sehingga, guru melakukan tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik kelas VI.

Catatan penting yang didapatkan dalam proses pembelajaran pada Penelitian 1 RPP 1 ini dan juga pada saat proses pembelajaran sebelum-sebelumnya, keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik masih kurang. Antusiasme dalam berdiskusi

Skor Maksimum Jumlah Skor

x 100 %

(7)

masih rendah dan rasa ingin tahu mereka akan sesuatu belum Nampak. Sehingga perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar.

mereka. Strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik adalah strategi sosiodrama. Selanjutnya akan saya terapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Dengan Strategi Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Vi Mi Ma’arif Klangon Tahun Pelajaran 2021/2022.

1. Siklus I

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi sosiodrama pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I, guru merencanakan hal-hal yang perlu dipersiapkan pada siklus I. Hal-hal yang perlu dipersiapkan diantaranya adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun naskah drama, menyiapkan lembar observasi guru dan observasi keterampilan berbicara peserta didik, daftar pertanyaan untuk wawancara dan lembar wawancara, dan juga angket motivasi belajar peserta didik.

b. Pelaksanaan (Acting)

Setelah merumuskan perencanaan, maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Agustus 2021 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Adapaun pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan strategi sosiodrama pada siklus I adalah sebagai berikut

1) Kegiatan awal

Guru terlebih dahulu mengucapkan salam, mengkondisikan peserta didik, menanyakan kabar, melakukan presensi dan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa. Sebelum memulai pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila untuk membangkitkan semangat nasionalisme mereka. Dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta materi pembelajaran hari ini. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kepa peserta didik “Apakah anak-anak tahu apa itu bermain drama?”. Beberapa anak menjawab dengan jawaban yang lantang.

2) Kegiatan inti

Guru menjelaskan pengertian drama, contoh drama, cara bermain drama dan menampilkan contoh drama melalui layar proyektor. Setelah menjelaskan materi, guru memeriksa kesiapan peserta didik untuk memperagakan drama tentang “Persatuan dan kesatuan di sekolah”. Peserta didik berkumpul dengan kelompoknya sambil memperiapkan diri untuk bermain drama. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya. Dalam kegiatan bermain drama, terdapat beberapa catatan yang akan dijadikan rujukan untuk melakukan tindakan pada siklus ke II, yaitu:

(8)

a) Ketika guru meminta peserta didik untuk memperagakan drama bersama dengan kelompoknya, mereka masih malu-malu dan belum bersemangat

b) Mereka masih bingung apa yang akan mereka lakukan bersama dengan kelompoknya

c) Ketika sudah mulai bermain drama, peserta didik hamper semuanya masih terfokus membaca teks drama yang mereka bawa

d) Fokus mereka bukan berdialog dengan temannya, tetapi fokus pada teks drama yang dibaca

e) Sebagian besar peserta didik intonasi membacanya masih lemah, bahkan ada yang suaranya lirih tidak jelas terdengar oleh temannya yang lain

f) Aktivitas mereka ketika bermain drama belum menjiwai terhadap peran yang mereka peragakan

g) Ekspresi mereka dalam bermain drama masih belum ada 3) Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir, guru melakukan wawancara dengan delapan peserta didik pembelajaran Bahasa Indonesia selama ini. Guru melakukan wawancara dengan delapan anak. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut.

a) Dari delapan peserta didik tersebut menganggap Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah. Tetapi ada juga yang mengatakan Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang cukup sulit. Salah satu alasannya adalah karena mereka merasa kesulitan ketika harus mengeluarkan pendapat dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Kesulitan dalam menyampaikan atau mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimatnya sendiri.

b) Delapan peserta didik, semuanya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia.

Alasannya adalah karena pelajaran Bahasa Indonesia itu seru dan menyenangkan.

c) Cara belajar bahasa Indonesia selama ini biasa-biasa saja, masih kurang menarik. Tetapi ada juga yang menjawab jika cara belajar bahasa Indonesia selama ini seru dan menyenangkan.

d) Pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik adalah belajar dengan cara keluar kelas, belajar sambil bermain, belajar bermain drama, dan belajar berkelompok.

Setelah melakukan wawancara dengan peserta didik, guru memberikan kesimpulan dan perenungan terhadap proses pembelajaran tersebut. Guru mengingatkan kepada peserta didik untuk kembali menghafalkan teks drama yang sudah diperankan tadi. Guru menutup pelajaran dengan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa dan dilanjutkan dengan guru mengucapkan salam.

c. Pengamatan (Observing)

(9)

Pada tahap ini, guru dan observer menilai aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Lembar observasi yang dipersiapkan yaitu lembar observasi proses pembelajaran/jurnal harian, lembar observasi guru yang akan diisi oleh observer, lembar observasi keterampilan berbicara peserta didik yang diisi oleh guru, dan lembar angket motivasi belajar yang diisi oleh peserta didik. Hasil yang diperoleh dari kegiatan observasi proses pembelajaran, observasi guru siklus I, observasi keterampilan berbicara, dan angket motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut.

1) Hasil observasi proses pembelajaran/jurnal harian

Berdasarkan catatan yang diperoleh oleh guru, pada pelaksanaan siklus I masih dijumpai beberapa kesulitan. Dalam kegiatan bermain drama, terdapat beberapa catatan yang akan dijadikan rujukan untuk melakukan tindakan pada siklus ke II, yaitu:

a) Mereka masih bingung apa yang akan mereka lakukan bersama dengan kelompoknya

b) Ketika guru meminta peserta didik untuk memperagakan drama bersama dengan kelompoknya, mereka masih malu-malu dan belum bersemangat c) Ketika sudah mulai bermain drama, peserta didik hamper semuanya masih

terfokus membaca teks drama yang mereka bawa

d) Fokus mereka bukan berdialog dengan temannya, tetapi fokus pada teks drama yang dibaca

e) Sebagian besar peserta didik intonasi membacanya masih lemah, bahkan ada yang suaranya lirih tidak jelas terdengar oleh temannya yang lain f) Aktivitas mereka ketika bermain drama belum menjiwai terhadap peran

yang mereka peragakan

g) Ekspresi mereka dalam bermain drama masih belum ada 2) Hasil observasi guru

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus I ini, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam membuaka pelajaran sudah terealisasi semua sesuai dengan RPP yang dibuat, keterampilan menjelaskan materi, interaksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran, keterampilan bertanya kepada peserta didik, keterampilan menggunakan waktu, keterampilan menggunakan penguatan dan keterampilan menutup pelajaran sudah baik. Hanya saja dalam memberikan penguatan non verbal kepada peserta didik belum terealisasi. Sehingga harus diperbaiki pada siklus selanjutnya. Berikut hasil lembar observasi guru pada siklus I.

Tabel 2. Lembar Observasi Guru Siklus I

(10)

No Aspek yang diamati

Realisasi

Ya (√) Tidak (√) 1. Keterampilan membuka pelajaran:

a. Menarik perhatian peserta didik b. Melakukan apersepsi

c. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

d. Memberikan pre-test

2. Keterampilan menjelaskan materi:

a. Kejelasan

b. Penekanan hal penting

c. Penggunaan metode secara tepat

d. Penggunaan sumber belajar secara tepat

3. Interaksi pembelajaran:

a. Mendorong peserta didik aktif b. Kemampuan mengelola kelas

c. Memberi bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan

4. Keterampilan bertanya:

a. Penyebaran

b. Pemindahan giliran c. Pemberian waktu berfikir

√ 5. Keterampilan memberikan penguatan:

a. Penguatan verbal b. Penguatan non verbal

√ 6. Keterampilan menggunakan waktu:

a. Menggunakan waktu secara proporsional

b. Memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai jadwal

c. Memanfaatkan waktu secara efektif

√ 7. Keterampilan menutup pelejaran:

a. Meninjau kembali isi materi b. Melakukan post-test

√ 3) Hasil observasi keterampilan berbicara peserta didik

Keterampilan berbicara peserta didik pada siklus I ini adalah sebesar 38,32 % dengan kriteria kurang. Diharapkan pada siklus II keterampilan berbicara peserta didik mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Hasil observasi keterampilan berbicara peserta didik pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Lembar observasi keterampilan berbicara peserta didik kelas V MI Ma’arif

(11)

Klangon Tahun Pelajaran 2021/2022 siklus I

No

Nama Peserta Didik

A B C D E Total

Skor Presentase 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Adelia 6 40 %

2 Alfie 5 33,3 %

3 Faqih 5 33,3 %

4 Ridwan 5 33,3 %

5 Riska 6 40 %

6 Shovia 7 46,67 %

7 Syifa’ul 6 40 %

8 Tifatul Arini 6 40 %

Jumlah 306,6

Rata-Rata 38,32

Presentase 38,32 %

4) Hasil angket motivasi belajar peserta didik

Angket motivasi belajar diberikan kepada peserta didik di akhir siklus I, siklus II, dan siklus III. Untuk angket pada siklus I diberikan setelah akhir pembelajaran. Sebelum peserta didik mengisi angket, guru menjelaskan petunjuk pengisian angket terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil rekapitulasi angket pada siklus I, maka dapat disimpulkan presentase motivasi belajar peserta didik adalah sebesar 77,70 % dengan kriteria baik. Diharapkan pada siklus II dapat mengalami peningkatan dalam motivasi belajar peserta didik.

d. Refleksi (Reflecting)

Setelah melalui tahap-tahap di atas, amka pada tahap ini guru melakukan kegiatan refleksi terhadap kegiatan yang telah berlangsung pada siklus I.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus II. Adapun refleksi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pada pembelajaran siklus I, peserta didik masih belum paham dengan cara belajar menggunakan startegi sosiodrama. Sehingga drama yang diperagakan masih seperti kegiatan percakapan biasa dengan menggunakan teks.

2) Peserta didik ada yang belum tahu kapan dia harus berdialog.

3) Peserta didik masih-malu malu, sehingga hasil observasi keerampilan berbicara mereka masih pada kriteria kurang.

4) Peserta didik belum mampu menghafal teks naskah drama dan mendalami karakter tokoh yang mereka perankan.

Rekomendasi yang harus dilakukan pada siklus II dari hasil refleksi tersebut adalah:

1) Guru harus memastikan bahwa apa yang dijelaskan sudah benar-benar

(12)

dipahami oleh peserta didik.

2) Guru harus lebih ekstra mendampingi, melatih, dan memberikan contoh kepada peserta didik ketika mereka bermain drama, sehingga mereka tidak bingung kapan mereka harus berdialog.

3) Guru harus melatih keterampilan berbicara peserta didik, misalnya dengan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan drama yang sudah diperagakan.

4) Guru harus terus memotivasi peserta didik untuk mampu menghafalkan naskah drama dengan baik dan juga menjiwai tokoh yang mereka perankan.

2. Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Agustus 2021. Hal-hal yang dipersiapkan pada siklus II adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Rencana yang dibuat pada siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.

Hal-hal yang direncanakan pada siklus II adalah RPP, lembar observasi guru dan keterampilan berbicara peserta didik dan lembar angket motivasi belajar.

b. Pelaksanaan (Acting)

Adapun proses pembelajaran siklus II terbagi menjadi 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal guru dan observer bersama-sama memasuki ruang kelas VI. Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, menunjuk salah satua ank untuk mempimpin doa, melakukan presensi dan memberikan motivasi kepada peserta didik. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”.

Setelah itu, guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan inti

Guru menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain drama.

Guru memberikan penguatan terhadap peserta didik sebelum mereka bermain drama pada siklus II ini. Peserta didik yang akan bermain drama menempatkan diri di depan kelas. Secara keseluruhan penampilan bermain drama pada siklus II sudah jauh lebih baik dibandingkan siklus I. Guru meminta beberapa peserta didik memberikan tanggapan terhadap penampilan drama yang sudah mereka peragakan. Selanjutnya, guru memberikan penilaian kepada peserta didik dan meluruskan kesalahan peserta didik.

3) Kegiatan akhir

Di akhir pembelajaran, guru mengajak peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing. Setelah itu guru menyimpulkan materi drama yang sudah mereka peragakan. Selanjutnya, guru mengingatkan kepada peserta didik untuk kembali menghafalkan teks naskah drama tersebut. Untuk kemudian ditampilkan pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran diakhiri dengan membaca doa yang dipimpin oleh salah satu peserta didik dan diakhiri dengan guru mengucapkan salam penutup.

c. Pengamatan (Observing)

(13)

Sama halnya dengan tindakan pada siklus I, pada siklus II ini juga dilakukan pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan. Hasil yang dicapai saat proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam RPP.

Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Hasil observasi proses pembelajaran/jurnal harian

Selama pelaksanaan tindakan siklus II guru dan observer memperoleh beberapa catatan penting mengenai penerapan strategi sosiodrama. Dalam proses pembelajaran, keterampilan berbicara peserta didik jauh lebih baik dibandingkan pada siklus I. Keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan pada siklus ini.

2) Hasil observasi guru

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus II ini, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam membuaka pelajaran sudah terealisasi semua sesuai dengan RPP yang dibuat, keterampilan menjelaskan materi, interaksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran, keterampilan bertanya kepada peserta didik, keterampilan menggunakan waktu, keterampilan menggunakan penguatan dan keterampilan menutup pelajaran sudah baik. Berikut hasil lembar observasi guru pada siklus II.

Tabel 4. Lembar observasi guru siklus II No Aspek yang diamati

Realisasi

Ya (√) Tidak (√) 1. Keterampilan membuka pelajaran:

a. Menarik perhatian peserta didik b. Melakukan apersepsi

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Memberikan pre-test

√ 2. Keterampilan menjelaskan materi:

a. Kejelasan

b. Penekanan hal penting

c. Penggunaan metode secara tepat

d. Penggunaan sumber belajar secara tepat

3. Interaksi pembelajaran:

a. Mendorong peserta didik aktif b. Kemampuan mengelola kelas

c. Memberi bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan

4. Keterampilan bertanya:

a. Penyebaran

b. Pemindahan giliran c. Pemberian waktu berfikir

(14)

5. Keterampilan memberikan penguatan:

a. Penguatan verbal b. Penguatan non verbal

√ 6. Keterampilan menggunakan waktu:

a. Menggunakan waktu secara proporsional

b. Memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai jadwal

c. Memanfaatkan waktu secara efektif

√ 7. Keterampilan menutup pelejaran:

a. Meninjau kembali isi materi b. Melakukan post-test

√ 3) Hasil observasi keterampilan berbicara peserta didik

Lembar observasi keterampilan berbicara peserta didik digunakan disetiap siklus. Keterampilan berbicara peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan dari pada siklus I. Keterampilan berbicara peserta didik pada siklus I hanya sebesar 38,32 %. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 55,83 % dengan kriteria cukup. Rincian peningkatan keterampilan berbicara peserta didik adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Lembar observasi keterampilan berbicara peserta didik siklus II

No

Nama Peserta Didik

A B C D E Total

Skor Presentase 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Adelia √ √ 9 60 %

2 Alfie √ √ 8 53,33 %

3 Faqih √ √ 8 53,33 %

4 Ridwan √ √ 7 46,67 %

5 Riska √ √ 9 60 %

6 Shovia √ √ 9 60 %

7 Syifa’ul √ √ 8 53,33 %

8 Tifatul √ √ 9 60 %

Jumlah 446,66

Rata-Rata 55,83

Presentase 55,83 %

4) Hasil angket motivasi belajar peserta didik

Angket motivasi diberikan kepada peserta didik di akhir siklus II, yaitu hari Rabu, 21 Agustus 2021. Angket tersebut diberikan kepada 8 peserta didik kelas VI. Berdasarkan hasil isian angket yang diperoleh pada siklus II, keberhasilan motivasi belajar peserta didik mengalami kenaikan dengan

(15)

mencapai presentase 83,33 % dengan kriteria baik. Itu artinya penerapan strategi sosiodrama dalam pelajaran bahasa Indonesia depat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebesar 5,63 %. Presentase pada siklus I adalah 77,70 % sedangkan pada siklus II mencapai 83,33 %.

d. Refleksi (Reflecting)

Seperti halnya siklus I, pada siklus II ini tindakan refleksi akan difokuskan pada keterampilan berbicara peserta didik. Ada beberapa catatan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan pada siklus II dan sekaligus sebagai bahan perbaikan pada tindakan siklus III. Adapun catatan yang akan menjadi bahan perbaikan pada siklus III adalah sebagai berikut.

1) Keterampilan berbicara peserta didik pada siklus II sudah cukup baik dibandingkan pada siklus I. Sebagian dari mereka sudah berani mengeluarkan pendapat saat ditanya oleh guru. Sebagian dari mereka juga sudah mampu bermain drama tanpa melihat teksnya. Sebagian peserta didik sudah menjiwai karakter tokoh yang mereka perankan tanpa dibantu oleh guru. Namun, ada juga peserta didik yang suaranya masih pelan dan belum menjiwai karakter tokoh yang diperankan.

2) Pada siklus II ini kegiatan peserta didik lebih diutamakan. Artinya apa yang mereka lakukan sebagian besar tanpa arahan dan bantuan dari guru. Guru memberikan waktu sepenuhnya kepada peserta didik untuk terus meningkatkan keterampilan berbicara mereka. Namun ada juga beberapa anak yang masih membutuhkan arahan dari teman yang lainnya.

3) Aktivitas pada siklus ini cukup berjalan dengan lancar. Meskipun ada sedikit kendala, tetapi kendala tersebut dapat teratasi. Guru berharap pada siklus ke III keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik lebih meningkat lagi.

3. Siklus III

Pembelajaran dengan strategi sosiodrama pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VI siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021. Berikut ini adalah persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum tindakan siklus III

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan pada siklus III berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II. Hal-hal yang direncanakan pada siklus III diantaranya adalah RPP, lembar observasi proses pembelajaran, lembar observasi guru, lembar observasi keterampilan berbicara, lembar angket dan daftar pertanyaan untuk wawancara di akhir siklus.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan pada siklus III berdasarkan hasil refleksi siklus II. Proses pembelajaran pada siklus III terbagi menjadi tiga kegiatan seperti pada siklus I dan siklus II, yaitu kegiatan awal, kegaitan inti, dan kegiatan akhir. Berikut ini adalah pelaksanaan tindakan siklus III pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021.

1) Kegiatan awal

Guru mengkondisikan peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, dan meminta salah satu peserta didik

(16)

untuk memimpin doa sebelum memulai pembelajaran. Selanjutnya guru mengecek kehadiran peserta didik dengan cara melakukan presensi dan dilanjutkan dengan memberikan motivasi kepada peserta didik sebelum memulai kegiatan inti. Guru melakukan pre-test dan apersepsi dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran pada siklus III.

2) Kegiatan inti

Guru kembali mengingatkan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum bermain drama. Guru meminta salah satu peserta didik untuk menceritakan alur cerita drama yang sudah mereka peragakan pada siklus sebelumnya. Guru mempersilakan peserta didik untuk mempergakan drama seperti siklus I dan siklus II. Peserta didik dengan antusias memperagakan drama sesuai dengan naskah drama yang sudah mereka hafalkan selama 2 siklus ini. Guru memberikan tanggapan terhadap penampilan bermain sosiodrama mereka.

Guru juga memberikan penguatan terhadap penampilan mereka, agar dikemudian hari bisa lebih maksimal lagi dalam memperagakan drama.

3) Kegiatan akhir

Di akhir pembelajaran, guru melakukan wawancara dengan delapan peserta didik terkait pembelajaran bahasa Indonesia dengan strategi sosiodrama. Guru menyimpulkan pembelajaran pada siklus III. Guru menutup pembelajaran dengan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa dan dilanjutkan dengan memberikan salam.

c. Pengamatan (Observing)

Pada siklus III ini juga dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis oleh guru dan observer untuk melakukan refleksi. Hal yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan pada siklus III yaitu.

1) Hasil observasi proses pembelajaran/jurnal harian

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus III materi pembelajaran yang diberikan lebih mengacu pada proses peningkatan keterampilan berbicara peserta didik. Peserta didik diminta untuk menceritakan pengalamannya selama bermain drama dan meminta mereka untuk menceritakan drama yang sudah mereka peragakan. Dengan cara tersebut, secara tidak langsung dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Mereka dituntut untuk berani tampil di depan teman-temannya dalam menceritakan pengalamannya tersebut. Pada siklus III, peserta didik sudah mampu memperagakan drama tanpa menggunakan teks naskah drama.

2) Hasil observasi guru

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus III ini, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam membuaka pelajaran sudah terealisasi semua sesuai dengan RPP yang dibuat, keterampilan menjelaskan materi, interaksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran, keterampilan bertanya kepada peserta didik, keterampilan menggunakan waktu, keterampilan menggunakan penguatan

(17)

dan keterampilan menutup pelajaran sudah baik. Berikut hasil lembar observasi guru pada siklus III.

Tabel 6. Lembar observasi guru siklus III No Aspek yang diamati

Realisasi Ya (√) Tidak (√) 1. Keterampilan membuka pelajaran:

a. Menarik perhatian peserta didik b. Melakukan apersepsi

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Memberikan pre-test

√ 2. Keterampilan menjelaskan materi:

a. Kejelasan

b. Penekanan hal penting

c. Penggunaan metode secara tepat d. Penggunaan sumber belajar secara

tepat

3. Interaksi pembelajaran:

a. Mendorong peserta didik aktif b. Kemampuan mengelola kelas

c. Memberi bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan

4. Keterampilan bertanya:

a. Penyebaran

b. Pemindahan giliran c. Pemberian waktu berfikir

√ 5. Keterampilan memberikan penguatan:

a. Penguatan verbal b. Penguatan non verbal

√ 6. Keterampilan menggunakan waktu:

a. Menggunakan waktu secara proporsional

b. Memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai jadwal

c. Memanfaatkan waktu secara efektif

√ 7. Keterampilan menutup pelejaran:

1. Meninjau kembali isi materi 2. Melakukan post-test

√ 3) Hasil observasi keterampilan berbicara peserta didik

Keterampilan berbicara peserta didik pada siklus III mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II. Hasil observasi keterampilan berbicara peserta didik pada siklus III adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Lembar observasi keterampilan berbicara peserta didik siklus III

(18)

No

Nama Pesert a Didik

A B C D E Total

Skor Presentase 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Adelia √ √ √ √ √ 11 73,33 %

2 Alfie √ √ √ √ √ 9 60 %

3 Faqih √ √ √ √ √ 10 66,67 %

4 Ridwan √ √ √ √ √ 10 66,67 %

5 Riska √ √ √ √ √ 13 86,67 %

6 Shovia √ √ √ √ √ 12 80 %

7 Syifa’ul √ √ √ √ √ 12 80 %

8 Tifatul √ √ √ √ √ 12 80 %

Jumlah 593,34 %

Rata-Rata 74,16

Presentase 74,16 %

Berdasarkan hasil peningkatan keterampilan berbicara peserta didik tersebut di atas. Maka terlihat peningkatan keterampilan berbicara peserta didik. Pada siklus I kriteria keterampilan berbicara mereka adalah cukup dengan presentase 38,32 %. Kemudian pada tindakan siklus II, keterampilan berbicara peserta didik meningkat menjadi 55,83 % dengan kriteria cukup dan dengan peningkatan sebesar 17,51 %. Pada siklus III, keterampilan berbicara meningkat menjadi 74,16 % dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan sebesar 18,33 % dibandingkan siklus II.

4) Hasil angket motivasi belajar peserta didik

Angket motivasi diberikan kepada peserta didik di akhir siklus III, yaitu hari Sabtu, 28 Agustus 2021. Angket tersebut diberikan kepada 8 peserta didik kelas VI. Berdasarkan hasil isian angket yang diperoleh pada siklus III, keberhasilan motivasi belajar peserta didik mengalami kenaikan dengan mencapai presentase 90,20 % dengan kriteria baik. Itu artinya penerapan strategi sosiodrama dalam pelajaran bahasa Indonesia depat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebesar 6,87 %. Presentase pada siklus I adalah 77,70 %, pada siklus II mencapai 83,33 %, sedangkan pada siklus III mencapai 90,20 % dengan kriteria baik. Berikut ini hasil isian angket motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan strategi sosiodrama pada siklus III.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus III diperoleh beberapa catatan. Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan guru dan observer.

Refleksi pada siklus ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan untuk guru

(19)

dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik.

Pada siklus III, hal-hal yang direncanakan sudah berjalan dengan baik.

Keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan pada siklus ini.

Sedangkan untuk hasil penerapan strategi sosiodrama ini sudah sesuai dengan harapan guru. Peserta didik mampu bermain drama tanpa menggunakan teks drama.

Selain itu, peserta didik juga mampu mengengemukakan pendapat dengan menggunakan bahasanya sendiri.

PEMBAHASAN

Strategi sosiodrama dapat digunkan guru untuk melatih dan membiasakan peserta didik agar dapat berbicara sesuai dengan situasi dan kondisi. Guru mengajak peserta didik untuk berlatih berbicara dengan cara bermain drama, menceritakan pengalaman, dan mengeluarkan pendapat. Penangkapan dan pemahaman setiap peserta didik terhadap hal yang baru tidak sama.

Ada peserta didik yang memiliki daya tanggkap rendah, sedang dan tinggi. Peserta didik yang memiliki daya tangkap rendah seringkali tertinggal dalam menyerap dan memahami informasi yang disampaikan guru. Di awal siklus, masih banyak peserta didik yang berbicara tidak sesuai dengan struktur kalimat, intonasinya tidak tepat, serta kontak mata dengan temannya masih kurang. Hal ini dialami oleh peserta didik karena terbatasnya pengetahuan peserta didik tentang perbendaharaan kosa kata.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan cara bermain drama pada siklus I, II, dan III berdampak positif terhadap proses belajar peserta didik. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan keterampilan berbicara dan motivasi belajar peserta didik. Peningkatan keterampilan berbicara peserta didik dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Gambar 2. Peningkatan keterampilan berbicara peserta didik

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa keterampilan berbicara peserta didik selalu mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Sebelum diterapkannya strategi sosiodrama. Keterampilan berbicara peserta didik masih rendah. Pada siklus I kriteria keterampilan berbicara mereka adalah cukup dengan presentase 38,32 %. Kemudian pada tindakan siklus II, keterampilan berbicara peserta didik meningkat menjadi 55,83 % dengan kriteria cukup dan dengan peningkatan sebesar 17,51 %. Pada siklus III,

80.00%

70.00

% 60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%

Column3

Column2 Column1

Siklus I Siklus

II Siklus

III SIKLUS

PRESENTASE

(20)

keterampilan berbicara meningkat menjadi 74,16 % dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan sebesar 18,33 % dibandingkan siklus II. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara peserta didik setelah penerapan strategi sosiodrama mengalami peningkatan.

Selain itu, motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi sosiodrama juga mengalami peningkatan dari sebelum adanya tindakan, siklus I, siklus II, hingga siklus III. Keberhasilan guru dan observer dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik dapat terlihat dari beberapa aspek motivasi yang mengalami peningkatan sangat signifikan.

Dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi sosiodrama, peserta didik terlihat senang dan menikmati peran yang mereka mainkan. Rasa tertarik dan keingintahuan peserta didik ditunjukkan dengan cara menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Peserta didik juga terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berikut ini adalah peningkatan hasil motivasi belajar peserta didik setelah diterapkannya strategi sosiodrama.

Gambar 3. Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik

Berdasarkan diagram peningkatan hasil motivasi belajar peserta didik di atas, maka dapat diketahui bahwa motivasi belajar peserta didik selalu mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya ke siklus selanjutnya. Keberhasilan motivasi belajar peserta didik mengalami kenaikan dengan mencapai presentase 90,20 % dengan kriteria baik. Itu artinya penerapan strategi sosiodrama dalam pelajaran bahasa Indonesia depat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebesar 6,87 %. Presentase pada siklus I adalah 77,70 %, pada siklus II mencapai 83,33 %, sedangkan pada siklus III mencapai 90,20 % dengan kriteria baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Peserta Didik dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI MI Ma’arif Klangon Tahun Pelajaran 2021/2022 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Dengan menggunakan strategi sosiodrama pada keterampilan berbicara, peserta didik mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan ataupun tertulis. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi

PRESENTASE

(21)

sosiodrama, yang pertama adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Kedua, dengan starategi sosiodrama dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Menumbuhkan rasa senang, rasa perhatian, rasa tertarik, rasa ingin tahu, dan antusis yang begitu besar untuk peserta didik.

Melalui penerapan strategi sosiodrama pada pelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbicara peserta didik mengalami peningkatan. Presentase keterampilan berbicara peserta didik mengalami peningkatan baik siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III. Keterampilan berbicara peserta didik sebelum diterapkannya tindakan siklus masih sangat rendah. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, presentase keterampilan berbicara peserta didik adalah 38,32 % dengan kriteria cukup. Siklus ke II mengalami peningkatan pada keterampilan berbicara yaitu menjadi 55,83 % dengan kriteria cukup.

Sedangkan pada siklus ke III mengalami peningkatan dibandingkan siklus I dan II menjadi 74,16 % dengan kriteria baik.

Melalui penerapan strategi sosiodrama pada pelajaran bahasa Indonesia, motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan. Keberhasilan motivasi belajar peserta didik mengalami kenaikan dengan mencapai presentase 90,20 % dengan kriteria baik. Itu artinya penerapan strategi sosiodrama dalam pelajaran bahasa Indonesia depat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebesar 6,87 %. Presentase pada siklus I adalah 77,70 %, pada siklus II mencapai 83,33 %, sedangkan pada siklus III mencapai 90,20 % dengan kriteria baik.

Penerapan strategi sosiodrama pada pembelajaran bahasa Indonesia memberikan dampak positif terhadap keterampilan berbicara peserta didik. Di mana keterampilan berbicara peserta didik selalu mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III.

Peningkatan tersebut dapat dilihat berdasarkan aspek kelancaran dalm berbicara, intonasi, ketepatan dalam pemilihan kata, menggunakan struktur kalimat yang tepat, dan melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya.

Strategi sosiodrama tidak hanya meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Tetapi juga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Peserta didik yang semula malas-malasan, malu, bosan, dan tidak tertarik dengan pelajaran bahasa Indonesia.

Akan tetapi, setelah diterapkannya strategi sosiodrama motivasi belajar peserta didik meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Adya Mubakhit, Abid. (2012). Model Pembelajaran Sosiodrama. Diakses

dari http://abidadya.wordpress.com/2012/02/28/32/, pada hari Jumat, Tanggal 23 Juli 2019.

Alisanto, Bambang. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sosiodrama / Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran Matematika di SMP NU Karangdadap. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/76839881/Penerapan-Metode-Pembelajaran-Sosiodrama, pada hari Jumat, tanggal 23 Juli 2019.

Andri. (2013). Proposal Keterampilan Berbicara. Diakses dari http://skripsiberbicara.blogspot.com/, pada hari Jumat, 23 April 2019.

(22)

Anshory, Imam Zubaidy. (2010). Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI di MI Al Ihsan Jeru Turen Malang. Diakses

dari http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/07140067-imam-zubaidy-a.ps, pada hari Jumat, tanggal 24 Juli 2019.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dalimunthe, Efendi. ( 2012). Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. Dikases dari http://effendi-dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-

ahli.html, pada hari Jumat, tanggal 23 Juli 2019.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ( 1991). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Djuanda, Dadan. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Guntur, Tarigan Henry. (1991). Metodologi Pembelajaran Berbahasa 2. Bandung:

Angkasa. Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset.

Id.wikipedia.org. ( 2013). Pengertian Strategi. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi, pada hari Jumat, tanggal 23 Juli 2019.

Indrawati. (2005). Studi Komparasi Penggunaan Role Playing dan Ceramah. Madiun:

IKIP PGRI.

Moloeng, J.Lexy. (2005). Metodologi Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngaliman. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, Saiful. ( 2009). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sri Nugraheni, Aninditya dan Suyadi. ( 2011). Empat Pilar Pembelajaran Bahasa Indonesi. Yogyakarta: Metamorfosa Press.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Sejarah Kebudayaan Islam. (2010). Handout Sejarah Kebudayaan Islam.

Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah.

Wijaya, Choki. (2010). Seni Berbicara dan Berkomunikasi. Yogyakarta: Solusi Distribusi.

Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode PTK untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai perusahaan Nilai perusahaan Nilai perusahaan Nilai perusahaan Nilai perusahaan dan kinerja perusahaan Nilai perusahaan VARIABEL INDEPENDEN Kepemilikan manajerial,

Memiliki produk asuransi juga digolongkan sebagai pengalaman mengelola keuangan yang berkaitan dengan perencanaan dana pensiun, karena responden yang berpikir bahwa

diimplementasikan tidak hanya pada bidang pengembangan sistem informasi, tetapi dapat digunakan sebagai basis data yang responsif untuk berkolaborasi dengan sistem kendali

Bagi para investor yang akan melakukan investasi saham di Bursa Efek Indonesia diharapkan untuk dapat aktif dalam mencari maupun menerima informasi khususnya pola

Setelah data yang diperoleh terkumpul, langkah berikutnya adalah mengolah dan menafsirkan data sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat apakah antara variabel

Universitas Dian Nuswantoro Semarang merupakan perguruan tinggi swasta terkemuka di Semarang, jumlah mahasiswa pada FIK yang lebih dari 1000 mahasiswa tersebut

Oleh karena itu kemudahan akses yang baik tentu akan semakin membuat para pengguna leluasa untuk mengakses langsung informasi yang tersedia di website

Perdana menteri yang berperan sebagai pemimpin partai mayoritas dalam Majelis Rendah dan juga sebagai pimpinan (ketua) dari politisi-politisi partai yang duduk dalam badan