• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA LOMPOLOANG KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERANAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA LOMPOLOANG KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

R U D I H A R T O N O NIM: 105721144117

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

PERANAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA LOMPOLOANG

KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Pada Jurusan Manajemen

Disusun Dan Diajukan Oleh :

RUDI HARTONO NIM 105721144117

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jangan melihat siapa yang menyampaikan tapi dengarlah apa yang disampaikan dan jadikan semua orang adalah

gurumu dan jadikan semua tempat adalah sekolahmu

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rida nya serta karunianya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan

baik.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin,

Skripsi ini ku persembahkan untuk

Kedua orang tua tercinta

Orang-orang yang saya saying

Dan Almamater ku

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua bapak Tajuddin dan Ibu Farida yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih saying dan doa tulus. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semngat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi dan moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

(8)

viii

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, S.E., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh. Nur R, S.E., M.M, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Muh. Nur R, S.E., M.M selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Nasrullah, S.E., M.M selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti mata kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Bapak Kepala Desa Lompoloang Abdur Rahim, Sekretaris Desa Lompoloang Suhasmin, serta Masyarakat Desa Lompoloang yang senantiasa membantu dalam proses penelitian ini saya ucapkan terimah kasih banyak.

9. Terima Kasih teruntuk Selvia Maudy selaku pacar saya, yang selalu menemani saya selama lebih dua tahun ini, sosok wanita yang baik dan sabar yang senantiasa menemani saya dalam proses penyelesaian ini.

(9)

ix

10. Rekan-rekan seperjuangan HMJ-Manajemen Priode 2020-2021 dan Manager 2017 yang senantiasa selalu membersamai dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Terima Kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungan sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Ahiranya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikan demi kesempuraan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb

Makassar, 17 Agustus 2021

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Hartono, Rudi. Tahun 2021. Analisis Peranan Kepala Desa Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Yang dibimbing oleh Pembimbing I Bapak Muh. Nur R dan Pembiming II Bapak Nasrullah.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan Peranan Kepala Desa Dalam Pembangunan di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo ; (2) Mendeskripsikan Peranan Kepala Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriktif dengan pendekatan kualitatif.

Subjek penelitian ini adalah kepala desa, sekretaris desa dan tokoh masyarakat.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Peran kepala desa dalam pembangunan desa sudah cukup baik namun perlu untuk ditingkatkan agar lebih optimal, hal ini diliat dari aspek Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemantauan. (2) Peranan kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Lompoloang sudah cukup baik namun perlu dioptimalkan lagi agar program pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Lompoloang semakin berkembang.

Kata Kunci : Peran, Kepala Desa, Pembangunan, Pemberdayaan Masyarakat

(11)

xi

ABSTRACT

Hartono, Rudi. Year 2021. Analysis of the Role of the Village Head in Community Development and Empowerment in Lompoloang Village, Pitumpanua District, Wajo Regency. Thesis of Management Department, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar.

Supervised by Advisor I, Mr. Muh. Nur R and Second Supervisor, Mr. Nasrullah.

This study aims to: (1) describe the role of the village head in development in Lompoloang Village, Pitumpanua District, Wajo Regency; (2) Describe the Role of the Village Head in Community Empowerment in Lompoloang Village, Pitumpanua District, Wajo Regency. This research is a descriptive research with a qualitative approach. The subjects of this study were the village head, village secretary and community leaders. Data collection methods used in this study were interviews, observation, and documentation. The results of the study show that: (1) The role of the village head in village development is quite good but needs to be improved to be more optimal, this can be seen from the aspects of Planning, Implementation, and Monitoring. (2) The role of the village head in community empowerment in Lompoloang Village is quite good but needs to be optimized again so that the community empowerment program in Lompoloang Village continues to develop.

Keywords: Role, Village Head, Development, Community Empowerment

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL... ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI... ... x

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Teori ... 8

1. Konsep Peranan ... 8

2. Pemerintah Desa ... 9

a. Otonomi Daerah ... 10

b. Otonomi Desa ... 13

3. Kepala Desa ... 16

a. Pengertian Kepala Desa ... 16

b. Wewenang Kepala Desa ... 17

c. Peran Kepemimpinan Kepala Desa ... 19

4. Pembangunan Desa... 21

5. Pemberdayaan Masyarakat Desa... ... 25

a. Pengertian Sumber Daya Manusia ... 25

b. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 26

c. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 29

(13)

xiii

B. Tinjauan Empiris ... 30

C. Kerangka Konsep ... 32

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Fokus Peneltian ... 33

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian ... 34

D. Sumber Data ... 34

E. Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Analisis ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

B. Visi dan Misi Organisasi ... 42

C. Struktur Organisasi dan Job Deskripsion ... 43

D. Hasil Penelitian ... 50

E. Pembahasan ... 76

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 DAFTAR LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 4.1 Kependudukan ... 41

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana ... 42

Tabel 4.3 Karakteristik Informan ... 50

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 33

(16)

ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peran (role) perilaku yang sesuai dengan status seseorang. Peranan merupakan seperangkat perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam masyarakat. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu bahkan dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikaan perilakunya dengan orang-orang sekelompoknya.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang berlaku dalam sistem pemerintahan Indonesia, bahwa kepala desa adalah kepala pemerintahan desa yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksankan pembangunan desa, pembinaan masyatakat desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain tersebut bertingkahlaku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadang kala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan meruapakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat

(17)

Untuk dapat menjalankan perannya secara efektif dan efisien, pemerintah desa dalam hal ini kepala desa perlu terus dikembangkan sesuai dengan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan sekitarnya. Kepala desa adalah pemimpin yang dipilih secara demokrasi maupun secara tradisional oleh warga yang mana ia adalah seorang wakil perpanjangan tangan dari masyarakat untuk dapat mengatur, menjaga dan memotivasi warganya dalam proses pembangunan di desa. Sehingga peran kepemimpinan kepala desa sangatlah berpengaruh terhadap maju mundurnya dan berkembang atau tidak suatu pembangunan desa.

UU Desa menempatkan desa sebagai subjek pembangunan.

Pemerintah supradesa menjadi pihak yang menfasilitasi tumbuh kembangnya kemandirian dan kesejahteraan desa melalui skema kebijakan yang mengutamakan rekognisi dan subsidiaritas. Untuk itu dalam menjalankannya masyarakat pasti sangat berperan sangat penting dalam melaksanakan pembangunan dan pemerintah desa memperdayakan masyarakat dalam pembangunan di desa-desa yang ingin maju dan berkembang dimana kemasyarakatan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, peribadahan dan pembinaan adat istiadat. Melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan dan perubahan ditingkat daerah. Dengan cara ini pemerintahan desa akan mampu mengatur pemerintahannya dan menyerap aspirasi masyarakat, sehingga kewenangan yang dilaksanakan mampu memberdayakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk membentuk pemerintahan yang sehat.

(18)

4

Pemerintah desa merupakan ujung tombak pembangunan nasional yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa sebagai pemegang puncak pimpinan yang tinggi di desa, sebagai penentu utama dalam mencapai keberhasilan pembangunan desa. Oleh karena itu kepala desa harus mampu dan dituntut bisa mengelola pelaksanaan pembangunan dengan baik, mampu mengikuti perkembangan dan perubahan dengan baik, sanggup membawa dan menegembangkan kehidupan masyarakat kearah yang telah direncanakan.

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan dan Pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong-royong. Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan desa. Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan desa, pemerintah desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara teknis dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota.

Berkaitan dengan hal tersebut sumber daya manusia merupakan aset terpenting dan sangat dibutuhkan oleh pemerintah desa guna menyukseskan pelaksanaan undang undang yang berlaku. Berkaitan dengan kondisi desa penelitian ini juga yang terdapat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo

Desa Lompoloang merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo. Desa Lompoloang dimana masyarakat disana bermata pencaharian sebagi petani. Hampir sama dengan

(19)

5

desa umumnya, di Desa Lompoloang juga terdapat organisasi pemerintahan dalam menunjang kemajuan desanya, dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itulah pemerintahan desa dalam hal ini Kepala Desa dituntut agar dapat menjalankan perannya sebaik mungkin.

Berkaitan dengan hal yang diatas, sejauh ini ada indikasi yang belum terlaksana dengan baik pelaksanaan pemerintahan desa yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan desa di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo. Hal ini bisa diliat dari adanya gejala-gejala ataupun fenomena-fenomena yang tampak penulis melakukan pemantauan di Desa Lompoloang, mengindentifikasikan bahwa masih terdapatnya masalah- masalah yang terjadi, desa tersebut memang sudah bisa dikatakan desa maju namun dalam pembangunan yang harus dibangun dan terprogram oleh kepala desa agar desa tersebut bisa di katakan desa maju dan desa mandiri dan dengan ini dalam artian ada program kerja yang belum dituntaskan dan dilaksanakan oleh pemerintah desa seperti perbaikan jalan rusak, akses menuju kebun petani dan saluran irigasi untuk persawahan yang sering kali tidak mengalir. Dalam segi pembangunan juga penulis melihat desa tersebut belum memaksimalkan perbaikan dalam merenofasi pasar sehingga biasanya masyarakat desa ini pergi ke desa tetangga untuk melakukan aktifitas berbelanja sedangkan ini adalah sumber terpenting untuk mengembangkan SDM dan pertumbuhan perekonomian masyarakat di Desa Lompoloang. Juga dalam hal pemberdayakan masyarakat tentu tujuan pemerintah agar masyarakat terlepas dari permasalahan permasalahan kemiskinan karena itu adalah masalah besar di desa agar menjadikan desa yang mandiri dan maju tentunya pembangunan harus semakin dikiatkan lagi dimana dilihat sekarang

(20)

6

pemerintah sudah banyak mendukung pertumbuhan perdesaan baik dari bidang insfraktruktur sampai ke sumber daya manusia sehingga dengan demikian dengan permasalahan tersebut para masyarakat tentu aktifitasnya masih terbatas sedangkan peran pemerintah desa tersebut ialah menjadikan desa tersebut menjadi desa maju.

Berdasarkan penjelasan diatas, bisa terlihat dengan jelas bahwa pelaksanaan pembangunan yang terdapat di Desa Lompoloang masih minim, pemerintah desa belum maksimal dalam merealisasikan pembangunan desa.

Buktinya masih ada pembangunan yang belum maksimal seperti perbaikan jalan, akses menuju kebun petani dan saluran irigasi yang sering tidak mengalir.

Setiap desa sudah ada anggaran serta potensi desanya masing- masing. Desa Lompoloang juga demikian, dalam hal pertanian seperti kebun coklat dan persawahan, dalam bidang pembangunan akses ke perkebunan belum direalisasikan sehingga petani masih terbatas memakai kendaraan untuk menuju kebun. Untuk itu anggaran desa seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya demi mengurangi angka kemiskinan masyarakat dan menyelesaikan pembangunan yang belum terealisasikan. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, menunjukkan kurang efektifnya kinerja pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa sehingga berdampak kurang optimalnya pada pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dengan judul mengenai “ Analisis Peranan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo”

(21)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di yang telah diuraiakan sebelumnya, maka penulis merumusan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo?

2. Bagaimana peran Kepala Desa Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo ?

2. Untuk mengetaui peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

Penulis berharap dapat menambah pengetahuan dan melihat dari dekat tentang masalah-masalah pemerintah, khususnya mengenai Peranan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

(22)

8 2. Bagi Pemerintah

Khususnya Desa Lompoloang penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan atau pertimbangan Peranan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai analisis pelaksanaan pemerintah desa dan sebagai bahan masukan yang dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

3. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi serta masukan berupa teori-teori dan fenomena-fenomena yang terjadi di instansi pemerintah maupun dilingkungan masyarakat untuk penelitian selanjutnya dalam mengkaji Peranan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Konsep Peranan

Peranan adalah suatu perilaku seseorang yang diharapkan dapat membuat suatu perubahan serta harapan yang mengarah pada kemajuan, meskipun tidak selamanya sesuai dengan apa yang diharapkan dan sebagai tolak ukur seseorang sebagai seorang pemimpin apakah orang itu dapat meningkatkan kinerjanya atau tidak.

Peranan mencakup tiga hal, yaitu peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat, dan peranan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peranan yakni sebagai tuntutan yang diberkan secara stuktural (norma-norma, harapan, larangan, dan tanggung jawab), dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudian yang menghubungkan, membimbing dan mendukung fungsinya dalam organisasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintah desa diberi kewenangan sangat besar, Pemerintah desa bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat yang ada di desa tersebut.

Secara eksplisit menjelaskan bahwa pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat

(24)

10

setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemerintah desa sebagaimana yang dimaksud adalah Kepala Desa yang dibantu oleh perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa, dengan kata lain bahwa pemerintah desa adalah Kepala Desa yang dibantu oleh perangkat desa.

Kesimpulan peran menurut penulis adalah seseorang yang memiliki kedudukan harus berdasarkan aturan yang berlaku di kehidupan sosial yang tentunya diharapkan untuk sepenuhnya kepada masyarakat dengan memberi penjelasan dan pemahaman yang jelas dan saling terhubung antara yang di pimpin dan yang memimpin

2. Pemerintah Desa

Dalam PP No. 72 2005 Pasal 1 (7) Pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintah oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah desa atau yang disebut juga dengan nama lain adalah sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.

Berdasarkan Peraturan No. 72 Tahun 2005 Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang berwenang untuk mengatur an mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihramti dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di kabupaten kota.

Dalam pasal 2 ayar (1) dikatakan bahwa desa dibentuk atas prakarsa

(25)

11

masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi ssoial budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat berikut.

a. Jumlah Penduduk.

b. Luas Wilayah.

c. Bagian Wilayah Kerja.

d. Perangkat, dan.

e. Sarana dan Prasarana.

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa.

Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan, unsur kewilayahan dan perangkat desa lainnya yang disesuiakan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan sekretaris desa diisi dari Pegawai Negri Sipil (PNS) yang memenuhi syarat.

a. Otonomi Daerah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013:992), Otonomi adalah pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, definisi otonomi daerah sebagai berikut :

“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur ddan mengurus sendiri urusan pemerintah

(26)

12

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku (Hanif Nurcholis, 2015:30). Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: “ Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setemat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarkat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, kabupaten dan kota berdasarkan asas desentralisasi. Dengan digunakannya asas desentralisasi pada kabupaten dan kota, maka kedua daerah tersebut menjadi daerah otonom penuh (Hanif Nurkholis, 2015:29)

Pengertian otonomi daerah mengandung beberapa segi :

Pertama, bahwa otonomi daerah bukan skema kedaulatan daerah dalam konteks Negara menyebutkan pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawarahan dalam tatanan

(27)

13

system pemerintahan Negara tentang hak asal ususl dalam Negara yang bersifat istimewa.

Kedua, kebijakan otonomi lebih merupakan perubahan dalam tatanan kekuatan, termasuk di dalam perubahan dalam prinsip kerja pemerintah dimana daerah mendapatkan kewenengan untuk mengatur urusan daerahnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian otonomi mempunyai arti adanya perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian otonomi mempunyai arti adanya skema otonomi dipandang sebagai pendekatan baru dalam menjalankan pembangunan. Pendekatan baru ini tentunya membutuhkan bukti praktis dimana kekuasaan pusat memberikan kepercayaan penuh terhadap pemerintah desa untuk mensejahterakan rakyat dengan tetap menjaga integritas bangsa.

Ketiga, proses politik yang menjalankan orde baru yang tidak memberikan harga kepada partisipasi masyarakat telah dengan seksama menunjukkan bagaimana akibat dari elitesemi politik tersebut. Akibat dari sesuatu yang dimaksud tersebut bukan sesuatu yang harus ditanggung oleh elite melainkan oleh masyarakat.

Dari ketiga segi tersebut dinyatakan bahwa otonomi daerah pada dasarnya adalah sebuah koreksi terhadap struktur kekuasaan yang semula lebih berakar keatas menjadi model baru yang berorientasi kebawah (Alexander Abe, 2014)

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah dapat diartikan sebagai wewenang yang diberikan oleh

(28)

14

pemerintah pusat kepada daerah baik kabupaten maupun kota untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing dan mengacu kepada peraturan peruandangan yang berlaku dan mengikatnya.

Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan, dan pengawasan. Di samping itu diberikan pula standar arahan, bimbingan, pelatihan, supervise, pengendalian, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Di samping itu, juga memberikan bantuan dan dorongan kepada daerah agar otonomi dapat terlaksankan secara efektif dan efesiensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adanya Otonomi Daerah akan melahirkan sesuatu gerakan perubahan menuju kepribadian dan kemandirian yang sebut dengan Otonomi Desa.

b. Otonomi Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “ a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri brdasarkan hak usal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintah Nasional dan berada di Daaerah Kabupaten.

(29)

15

Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul

“Otonomi Desa” menyatakan bahwa Desa dalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat ( Widjaja 2014:3)

Desa dan kelurahan adalah satuan pemerintah terendah dengan status berbeda. Desa adalah suatu pemerintah yang diberi hak otonomi adat sehingga merupakan adat hukum. Atau desa adalah suatu wilayah yang ditinggali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adat istiadat yang relative sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatan (Hanif Nurcholis 2015:2)

Desa yang otonom akan memberikan gerak yang luas pada perencanaan pembangunan yang merupakan nyata masyarakat dan tidak banyak dibebani oleh program-program kerja dari instansi dan pemerintah. Apabila otonomi desa benar terwujud, maka tidak akan terjadi urbanisasi tenaga kerja potensial ke kota untuk menyerbu lapangan kerja/pekerjaan sektor-sektor informasi peraturan pemerintah..

Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada masyarakat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggung jawabannya disampaikan kepada Bupati atau Walikota melalui camat.

Kepala Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib

(30)

16

memberikan keterangan laporan pertanggung jawabannya namun tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk menyatakan atau memiliki keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertanggung jawaban yang dimaksud.

Desa juga memiliki kewajiban yang terluang dalam undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yakni, desa berhak : 1. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan

asal usul, adat istiadat dan social masyarakat desa.

2. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa.

3. Mendapatkan sumber pendapatan.

Desa berkewajiban :

1. Melindungi dan menjaga persatuan, kepatuhan serta kerukunan masyarakat desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Meningkatkan kehidupan demokrasi

4. Memberikan dan meningkatkan kepada masyarakat desa.

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni: Pertama, factor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500

(31)

17

kepala keluarga, kedua, factor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga, factor letak yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun, keempat, factor sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan, pemasaran, sosial, produksi dan sarana pemerintahan desa, kelima, factor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

3. Kepala Desa

a. Pengertian Kepala Desa

Kepala desa dipilih secara langsung oleh penduduk desa berwarga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilhan diatur oleh peraturan daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan Kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat berlaku ketentuan, hukum adat setempat yang ditetapkan dalam peraturan daerah dengan berpedoman pada peraturan pemerintah

Kepala desa adalah pemimpin desa yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat, disamping itu kepala desa diharapkan mampu memberikan dan pengarahan bagi masyarakat desanya.

(32)

18 b. Wewenang Kepala Desa

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Urusan pemerintah yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik desa, dan kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasiitas umum desa, seperti jalan desa, jembatan desa, dan pasar desa. Urusan kemasyarakatan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, dan adat- istiadat. Dalam melaksanakannya tugas sebagaimana diatast. Kepala Desa mempunyai wewenang :

1. Memimpin penyelengaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan desa.

3. Menetapakan peraturan desa yang telah mendapat persetujua bersama BPD.

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5. Memebina kehidupan mayarakat desa.

6. Membina pereknmian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

(33)

19

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunujuk kuasa hukum mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya kepala desa mempunyai kewajiban :

1. Mememang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1045 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia:

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

5. Melaksanakan prinsip tata pemerintah desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN);

6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

7. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

8. Menaati dan mebegakkan seluruh peraturan perundang- undangan;

9. Melaksankan dan mempertanggungjawabkan pengellaan keuangan desa;

10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

11. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

12. Mengembangkan pendapat masyarakat dan desa;

(34)

20

13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat-istiadat;

14. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan 15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup.

c. Peran Kepemimipinan Kepala Desa

Menurut Greenberg dan Baron dalam buku Wibowo perilaku dalam organisasi kepemimpinan sebagai proses di mana satu individu memengaruhi anggota kelompok menuju pencapaian tujuan kelompok atau organisasi yang paling berpegaruh terhadap orang lain. Sedangkan Ricky W.Griffin dalam buku Irham Fahmi menjelaskan bahwa pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan, pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, dalam struktur organisasi pemerintah desa, Kepala Desa adalah pemimpin Pemerintah Desa tertinggi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh perangkat desa. Kepala Desa diangkat dan dilantik oleh Bupati melalui pemilihan langsung oleh penduduk desa warga negara Republik Indonesia dengan masa jabatan 6 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

Kepala Desa sebagai Wakil Pemerintah di desa yang bersangkutan adalah penguasa tunggal dalam artian :

(35)

21 1. Memimpin pemerintahan desa

2. Mengkordinasikan pembangunan desa

3. Membina kehidupan masyarakat di segala bidang

Kepala desa sebagai bagian integral pembangunan desa, memegang tugas yang lebih besar termasuk tanggung jawab kepada masyarakat desa disbanding pemerintah atasan yang memberi tugas dan wewenang. Sebagai bagian integral dari pembangunan desa, kepala desa tak terlepas dari pemerintah desa sebagai organisasi tempat ia bekerja dan menjalankan perannya.

Dalam konsepsi peran yang telah dikemukakan diatas, kepala desa juga berinteraksi dengan organisasinya yaitu pemerintah desa.

Kepala desa harus dapat mengintegrasikan antara keperibadian dan kebutuhannya dengan struktur dan sasaran pemerintah desa. Hal ini dilakukan untuk menjamin peran yang dilakukan oleh kepala desa tersebut telaksana dengan baik dan sesuai dengan keinginan serta kebutuhan masyarakat desa.

Sesuai dengan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa dikatakan di pasal 26 Kepala Desa bertugas menyelenggarakan:

1. Pemerintah Desa,

2. Melaksanakan pembangunan desa, 3. Pembinaan kemasyarakatan desa dan 4. Pemberdayaan masyarakat.

Pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat yang tentunya akan membawa kearah yang lebih baik. Kepemimpinan yang

(36)

22

dimaksud adalah bagaimana seorang pemimpin dalam prosesnya memberikan hasil yang dapat berpengaruh positif kepada khalayak, seperti kepemimpinan seorang kepala desa harus mampu mengayomi masyarakatnya, dan juga tetap memiliki kewibawaan ketegasan dan tetap demokrasi.

4. Pembangunan Desa

Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat desa.

Pembangunan desa tidak terlepas dari konteks manajemen pembangunan daerah baik di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi karena kedudukan desa dalam konteks yang lebih luas (sosial, ekonomi, akses pasar, dan politik) harus melihat keterkaitan antar desa, desa dalam kecamatan, antarkecamatan dan kabupaten dan antarkabupaten (Wahjudin 2015:266-267)

Pembangunan desa memiliki sebuah peranan yang sangat penting dalam objek pembangunan nasional. Karena pembangunan desa ini cakupannya sangat luas karena merupakan dasar dari sebuah pembangunan. Pembangunan desa ditujukan untuk sebuah peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat desa. Banyak hal yang harus dilaksanakan dalam hal pembangunan desa itu. Dalam pelaksanaan pembangunan desa seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan dari pembangunan yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaaan yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Karena pembangunan desa ini merupakan salah satu agenda besar untuk mengawal implementasi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang dilaksanakan secara sistematis,

(37)

23

konsisten dan berkelanjutan dengan jalan fasilitasi, supresif dan pendampingan (Adisasmita 2013:3)

Adanya sebuah pembangunan desa ini memiliki peranan yang penting dalam konteks pembanguan nasional. Pembangunan desa ini tidak hanya membicarakan tentang fisik saja, namun pembangunan non fisik juga perlu diperhatikan dalam konteks pembangunan. Faktor sumber daya manusia adalah modal uatama dalam pelaksanaan pembangunan khusunya pembangunan di desa. Pembangunan masyarakat desa harus diperbaiki dan ditingkatkan untuk menunjang adanya pembangunan desa.

Pembangunan karakter masyarakat desa dapat dilakukan dengan diadakannya pemengembangan kemampuan sumber daya manusianya sendiri. Dengan adanya aktifitas-aktifitas yang positif dan dapat meningkatkan kreatifitas serta kesadaran lingkungan yang semakin tinggi.

Pendampingan adalah salah satu hal yang sangat di harapkan pemerintah pusat khususnya Kementrian Desa yang mencetus adanya pendampingan. Karena pendampingan ini bukan hanya mendampingi pelaksanaan proyek yang masuk ke desa, bukan mendampingi da mengawasi masalah dana desa, tetapi yang dimaksudkan adalah pendampingan secara utuh terhadap desa.

Sedangkan menurut Siagian menegaskan pertama: bahwa pembangunan merupakan suatu proses atau kegiatan yang terus menerus dilakukan. Kedua, bahwa pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksakankan. Ketiga, bahwa pembangunan dilakukan secara terencana dan perencanaan-perencanaan itu diorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan. Keempat, bahwa pembangunan

(38)

24

masyarakat kepada modernisasi sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari sebelumnya serta kemampuan untuk leih menguasai alam lingkungan dalam rangka usaha peningkatan kemampuan swasembada dan mengurangi ketergantungan pada pihak lain. Kelima, bahwa modernisasi yang dicapai melalui pembangunan bersifat multidimensional, artinya bahwa modernitas yang mencakup semua aspek kehidupan. Pembangunan perdesaan adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dan terencana untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan masyarakat perdesaan dalam berbagai aspek ekonomi, politik, dan social budaya, dengan melibatkan interaksi komponen-komponen yang ada perdesaan itu sendiri (Siagian 2014:3).

Kemudian berdasarkan peraturan pemerintah No 43 Tahun 2014 Pasal 115, 116, 117 menjelaskan bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya, hal tersebut wajib melibatkan lembaga kemasyaratan desa dan dalam melaksanakannya didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat di pertanggungjawabkan. Data dan informasi tersebut mencakup penyelenggaraan pemerintah desa, informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintah desa, organisasi dan tata laksana pemerintah desa, keuangan desa, profil dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 74 ayat 2 menyebutkan tentang tujuan dari pembangunan desa yaitu :

a. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

(39)

25 c. Penaggulangan kemiskinan.

Menurut pendapat lain menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan desa di bagi menjadi 2, yaitu pembangunan desa jangka panjang dan pendek. Tujuan pembangunan jangka panjang yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa yang secara langsung dilakukan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan pada pendepatan bina lingkungan, bina usaha, dan bina manusia. Sedangkan pembangunan desa jangka pendek yaitu penigkatan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan ekonmi dan dalam pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam (Adisasmita 2013:57)

Memaknai beberapa pendapat mengenai tujuan pembangunan desa menurut beberapa teori para ahli, bahwasanya hakikat tujuan dari pembangunan desa adalah meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat desa .

Pembangunan akan lebih berkembang dan berjalan dengan adanya kesiapan yang matang dari mulai awal hingga akhir, adapun pengelolaannya adalah sebagai berikut yang berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

a. Perencanaan (planning)

Untuk memastikan masalah pembangunan yang perlu ditindaklanjuti dengan perencanaan, ada dua tahap yang perlu dilakukan, yaitu yang pertama tahap persiapan untuk menyusun rencana, baik menurut subtansi yang direncanakan maupun dukungan berbagai

(40)

26

sumber daya yang diperlukan dalam persiapan tersebut menghasilkan kelayakan sebuah rencana.

b. Pelaksanaan

Pembangunan Desa dilaksanakan apabila disesuaikan dengan rencana kerja pemerintah desa. Dengan melibatkan masyarakat desa denga semangat gotong royong, dalam pelaksanaan atau program yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa harus sejalan dengan kondisi yang ada dan perencanaan awal meskipun dalam pelaksanaan pasti akan memiliki kendala yang mungkin terjadi.

Bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan dalam tahap perencanaan adalah kehadiran dalam rapat serta keaktifan dalam memberi saran atau usulan.

c. Pemantauan dan Pengawasan

Berdasarkan Undang-undang No 6 Tahun 2014 dalam pasal 82 menjelaskan masyarakat berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan pembangunan desa, masyatakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan desa dan masyarakat desa berhak berpartisipasi dalam musyawarah desa untuk menaggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa.

5. Pemberdayaan Masyarakat Desa a. Pengertian Sumber Daya Manusia

Menurut Abdurahmat Fatoni dalam bukunya yang berjudl manajemen Sumber Daya Manusia adalah bahwa sumber daya manusia terdiri dari empat suku kata, yaitu manajemen, sumber daya dan manusia, keempat suku kata terbukti tidak sulit untuk dipahami

(41)

27

artinya. Dimaksudkan dengan manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia.

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya. Semua potensi sumber daya manusia tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan

Dalam suatu pemerintahan desa, kepala desa harus memiliki program yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya masyarakatnya. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia dalam hal ini masyarakat desa, itu akan menunjang segala kebutuhan masyarakat.

b. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dapat dikatakan sebagai bekerjasama dengan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Menurut Kelsey dan Hearne (Mardikanto) bahwa pemberdayaan harus berpihak pada pentingnya individu di dalam perjalan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus , bersabar, dan telaten. Filosofi pemberdayaan adalah bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help themselves).

Secara umum pemberdayaan memiliki berbagai macam pengertian, pengertian pemberdayaan dari berbagai tokoh, diantaranya adalah sebagai berikut :

(42)

28

Menurut Eddy Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.

Selaras dengan yang diungkapkan oleh Zubaedi, bahwa Ginandjar Kartasasmitha menyatakan bahwa peberdayaan adalah suatu upaya untuk membangkan daya itu, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

Pemberdayaan merupakan konsep kehidupan proses alamiah, kehidupan itu perlu dan harus di manajemeni. Konsep manajemeni berbeda dengan rekayasa karena manajemen lebih focus pada meningkatkan nilai tambah suatu asset. Jadi pemberdayaan bukanlah semata-mata konsep politik melainkan pada konsep suatu manajemen dan pada akhirnya pemberdayaan akan mempunyai indikator akan keberhasilan.

Masyarakat dalam konteks pemberdayaan adalah masyarakat yang tinggal dalam suatu daerah tertentu yang memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang.

Sehingga terciptanya kerjasama antar masyarakat dan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan desa yang efektif.

(43)

29

Pemberdayaan masyarakat sering kali sulit dibedakan dengan pembangunan masyarakat karena mengacu pada pengertian yang tumpang tindih dalam penggunaannya di masyarakat. Dalam kajian ini pemberdayaan masyarakat dan pembangunan masyarakat yang sengaja dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat lkal dalam merencanakan.

Menurut Kartasasmita pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut adalah dengan jalan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut juga disebutkan leh Widayanti mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi concern public dan dinilai sebagai salah satu pendekatan yang sesuai dalam mengatasi masalah sosial, terutama kemiskinan, yang dilaksanakan berbagai elemen mulai pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui Organisasi Masyarakat Sipil.

Aksi pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberikan daya atau kekuatan bagi masyarakat untuk dapat keluar dari permasalahan yang dihadapi.

Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi alternative dalam pembangunan telah berkembang dalam berbagai literature dan pemikiran walaupun dalam kenyataannya belum secara maksimal dalam implementasinya. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal banyak dibicarakan masyarakat karena

(44)

30

terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa ini kedepan apalagi dikaitkan dengan skill masyarakat yang masih kurang akan sangat menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat desa adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjdi mandiri, meliputi mandiri berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat meruapakan kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.

Dari beberapa pernyataan tentang pengertian pemberdayaan, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok melalui berbagai kegiatan pemberian keterampilan, pengembangan pengetahuan, penguatan kemampuan atau potensi yang mendukung agar dapat terciptanya kemandirian, dan keberdayaan pada masyarakat baik itu dari segi ekonomi, sosial, budaya, maupun pendidikan untuk membantu memecahkan berbagai masalah-masalah yang dihadapi.

c. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolektif (kelompok). Proses ini merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan antara lapisan sosial dicirikan dengan adanya polarisasi ekonomi, maka kemampuan individu untuk saling berkumpul dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif. Hal tersebut

(45)

31

dapat dicapai melalui proses dialog dan diskusi di dalam kelompoknya masing-masing, yaitu individu dalam kelompok belajar untuk mendeskripsikan suatu situasi, mengepresikan opini dan emosi mereka atau dengan kata lain mereka belajar untuk mendifinisikan masalah, menganalisis kemudian mencari solusinya.

B. Tinjauan Empiris

Penelitian yang dijadikan referensi dalam proposal ini diantaranya adalah:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian

Metode Yang Digunaka

n

Hasil

1 Fremias Wenda (2020)

Peranan Kepala Desa Dalam Pembangun an

Masyarakat Desa di Desa

Kumulume Kecamatan Makki Kabupaten Lanny Jaya

Kualitatif Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Kepala Desa cukup baik walaupun belum mencapai hasil yang optimal.

Dikarenakan

disebabkan oleh tingkat kecukupan anggaran

pembangunan yang masih rendah dan kondisi geografis wilayah desa yang sulit terjangkau sehingga mengalami keterlambatan pencairan dana.

2 Imanuel N.

Tadanugi (2019)

Peranan Kepala Desa Dalam Pemberdaya an

Masyarakat

Kualitatif Hasil dari penelitian ini menunjukan peranan Kepala

Desa dalam

melakukan pembinaan

(46)

32 Desa

Tamonjengi Kecamatan Mori

Kabupaten Morowali Utara

masyarakat

terlaksana dengan baik melalui pelatihan atau seminar untuk masyarakat.

3 Evicka Paat (2019)

Peranan Kepala Desa Dalam Perencanaa n

Pembangun an di Desa Pontak Kecamatan Ranoyapo

Kualitatif Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peranan Kepala Desa dalam perencanaan

pembangunan masih kurang maksimal karena Pemerintah Desa tidak melibatkan masyarakat dalam penjaringan aspirasi dalam proses perencanaan

pembangunan 4 Abdul Hamid

(2019)

Peranan Kepala Desa Dalam Pemberdaya an

Masyarakat Di Desa Pulau Ku’u Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong

Kualitatif Hasil dari penelitian ini menunjukkan peranan Kepala

Desa dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Pulau Ku’ku Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong (studi pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan perkebunan) sudah cukup baik

5 Fandayani Kapita (2019)

Peranan Kepala Desa Dalam Pemberdaya an

Masyarakat ( Suatu Studi di Desa Wayafli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur)

Kualitatif Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran Kepala Desa Wayafli dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat sudah sangat baik diliat dari program kerja pemerintah desa sudah terlaksana

(47)

33 C. Kerangka Konsep

Kerangka pemikiran akan mengarahkan proses penelitian sesuai tujuan ingin dicapai dan akan menajadi alur pemikiran penelitian. Berikut kerangka fikir dari penelitian mengenai Analisis Peranan Kepala Desa Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

KEPALA DESA

Efektifitas Peran Kepala Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat

Desa Maju dan Mandiri Pelaksanaan

Pembangunan Desa : 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pemantauan dan Pengawasan

Program Pemberdayaan Masyarakat Desa

1. Pembinaaan Generasi Muda 2. Perbaikan Gizi dan

Balita

(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu social yang mengumpulkan dan menganalisa data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung dan mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisa angka-angka.

Dalam penelitian ini objek penelitian yang akan dideskripsikan adalah dimaksud untuk meneliti secara cermat terhadap fenomena tertentu dimana penelitian mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis dan penelitian ini mengurai dan memecahakan masalah Analisis Peranan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitan bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian yang diangkat manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada banyaknya data di peroleh di lapangan. Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan. Pembatasan dalam penelitian ini kualitatif ini lebih didasarkan pada kepentingan/urgensi dari masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

(49)

35

Penelitian ini akan difokuskan pada “ Analisis Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo” yang objek utamanya yakni Kepala Desa Lompoloang.

C. Pemelihan Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan.

Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berartii objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Lokasi ini bisa di wilayah tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat. Untuk memperoleh data primer, lokasi penelitian dilakukan di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo dilaksanakan kurang lebih 2 bulan, mulai dari bulan Juli sampai bulan September.

Yang dimaksud dengan situs penelitian ini adalah suatu tempat dimana peneliti menangkap keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan maka penetapan situs peneltian adalah Desa Lompoloang.

D. Sumber Data

Sumber data dari penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sementara jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

(50)

36

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara langsung berhadapan dengan narasumber-narasumber dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan Rektrukturisasi. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulka oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.

Pada penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi dan sampel. Populasi dan sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada situasi sosial. Dalam penelitian ini, sumber data menggunakan sampel purposive yang mengfokuskan pada informan- informan terpilih.

Maka data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana Peranan Kepala Desa Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo adalah data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini yang dijadikan partisipan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian dalam bentuknya berupa manusia, benda-benda, dokumen. Dengan demikian berdasarkan permasalahan yang ada maka peneliti memilih informan yang berjumah 5 orang, terdiri :

1. Kepala Desa : 1 Orang 2. Sekretaris Desa : 1 Orang

3. Tokoh dan Warga Masyarakat : 3 Orang

(51)

37 E. Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, pengumpulan data yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek penelitian.

2. Wawancara

Menurut Sugiono wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan bisa dilakukan dengan cara tatap muka atau secara langsung. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai permasalahan yang diteliti dan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan lebih mendalam lagi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa sumber seperti dari laporan-laporan, catatan-catatan, serta dokumen-dokumen yang terdapat di Kantor Desa Lompoloang, seperti rancangan pembangunan desa dan struktur organisasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peniliti dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data pada prinsipnya merupakan suatu aktifitas yang bersifat operasional agar tindakannya sesuai dengan pengertian penelitian yang sebenarnya. Data merupakan

(52)

38

perwujudan dari beberapa informasi yang sengaja dikaji dan dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa. Data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah menjadi suatu informasi yang merajuk pada hasil penelitian nantinya. Oleh karena itu dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa instrument sebagai alat untuk mendapatkan data valid dan akurat.

Oleh karena itu penelitian lapangan (field research) meliputi observasi dan wawancara dengan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih dahulu, dibutuhkan kamera, alat tulis berupa buku catatan dan pulpen.

G. Teknik Analisis

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta ti dak dapat disusun dalam kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantuan analisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis kualitatif memiliki empat tahap yaitu pengumpula data, reduksi data, penyajian data dan langka terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Langkah- langkah tersebut sebagai berikut :

1. Reduksi data (Data Reduction)

(53)

39

Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif.

Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data, diprlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.

2. Penyajian Data (Data Display)

Data yang sudah direduksi maka langkah selanjutnya adalah memaparkan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Penarikan kesimpulan yakni melakukan verivikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data.

Penulis berusaha untuk menganalisis data yang dikumpulkan dengan cara mencari pola, tema, hubungan persamaan hal-hal yang sering muncul dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang masih bersifat tentatif akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verivikasi secara terus menerus dan setiap kesimpulan senantiasa dilakukan verifikasi selama berlangsungnya penelitian.

(54)

40 4. Triangulasi

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik traingulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber yang lainnya.

Ada empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasii dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langka sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Referensi

Dokumen terkait

Zat cair yang diperoleh pada penyarian kedua ini diuapkan sampai beratnya 20% dari bahan dasar yang digunakan (20g) kemudian hasil penyarian pertama dan kedua ini dicampur

Secara umum proses pembuatan kitin-kitosan meliputi empat tahap; yaitu demineralisasi bertujuan untuk mengurangi kadar mineral dengan mengunakan asam konsentrasi

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Berdasarkan kualitas ketepatan pengelompokan menggunakan rasio simpangan baku dalam cluster dan antar cluster (rasio Sw/Sb), pengelompokan data obligasi korporasi

Ada empat komponen utama dari motivasi yang diusung oleh Stern’s dalam Dickinson (1987:29-30), yaitu sikap khusus kelompok yang mengacu pada sikap mahasiswa

Hubungan Antara Kematangan Diri ( Self Maturity ) Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Semester VI Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

ingin kembali kepada Allah karena dosa yang telah diperbuatnya dan juga bagi. imam yang dengan penuh sukacita menerima kembali mereka yang