• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENALI POTENSI DIRI UNTUK MENJADI REMAJA PRODUKTIF DI MASA PANDEMI COVID-19 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENGENALI POTENSI DIRI UNTUK MENJADI REMAJA PRODUKTIF DI MASA PANDEMI COVID-19 ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN: 2746-6175 VOLUME 03 NOMOR 01, APRIL 2022

MENGENALI POTENSI DIRI UNTUK MENJADI REMAJA PRODUKTIF DI MASA PANDEMI COVID-19

R. D. Nisaa1, N. L. Yaniasti1, G. D. Setiawan1, I. G. N. Puger1, K. Y. F. Dewi1, I. N. Mudarya1, L. P. A. Tjahyanti1, D. Siswanti1, P. A. Ursula1, A. A. I. A. Pradnyani1, R. Indriaswuri1

ABSTRAK

Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja, dengan memberikan pemahaman mengenai pentinganya mengenali potensi diri dan pemahaman mengenai remaja produktif. Pemahaman potensi diri dimaksimalkan dengan pemberian tes MBTI. Selanjutnya siswa diberikan pemahaman mengenai cara mengimplementasikan hasil tes MBTI pada kehidupan sehari-hari agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi remaja yang produktif melalui pendampingan-pendampingan kelompok sesuai dengan tipe kepribadian yang dimiliki. Tidak jarang para remaja masih belum memahami potensi apa yang ada dalam dirinya sehingga masih merasa bimbang dalam menentukan hal-hal apa yang harus dilakukan, untuk itu konselor membantu siswa agar mampu mengenali potensi yang dimiliki sehingga dapat mengembangkan potensi tersebut secara optimal dan menjadi remaja yang produktif. Melalui kegiatan ini siswa diharapkan mampu mengelola waktu dengan baik dan mengisi waktu luang yang dimiliki dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, sehingga tidak muncul lagi permasalahan- permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran daring maupun pengerjaan tugas-tugas yang diberikan. Hasil tes MBTI dapat dipergunakan untuk memahami lebih awal permasalahan- permasalahan yang terjadi pada siswa serta membantu guru Bimbingan dan Konseling dalam melaksanakan progran penempatan dan penyaluran berdasarkan kepribadian masing-masing siswa.

Kata kunci: Potensi Diri, Remaja Produktif, MBTI ABSTRACT

This community service was carried out at the Triatmajaya Singaraja Tourism Vocational School, by providing an understanding of the importance of recognizing self-potential and understanding of productive youth. Understanding of self-potential is maximized by giving the MBTI test.

Furthermore, students are given an understanding of how to implement the results of the MBTI test in everyday life in order to develop their potential so that they become productive teenagers through group assistance according to their personality type. Not infrequently teenagers still do not understand what potential is in them so they still feel indecisive in determining what things to do, for that counselors help students to be able to recognize their potential so that they can develop that potential optimally and become productive teenagers. . Through this activity, students are expected to be able to manage their time well and fill their spare time with more useful activities, so that there are no more problems in the implementation of online learning and the execution of the assigned tasks. The results of the MBTI test can be used to understand early problems that occur in students and to assist Guidance and Counseling teachers in implementing placement and distribution programs based on the personality of each student.

Keywords: Self Potential, Productive Youth, MBTI

1 Program Studi Bimbingan Konseling, FKIP, Universitas Panji Sakti

(2)

2 VOLUME 03 NOMOR 01, APRIL 2022 1. PENDAHULUAN

Kata remaja diartikan dengan berbagai makna oleh masyarakat, ada yang mengartikan remaja sebagai anak-anak yang sedang beranjak dewasa, ada yang mengartikan sebagai individu yang penuh dengan gejolak dan permasalahan, serta ada pula yang mengartikan sebagai sekelompok anak yang penuh dengan semangat dan kreativitas.

Remaja atau istilah lainnya adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh untuk mencapai kematangan atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Ali, 2006:9). Papalia dan Olds (dalam Jahja, 2011:2019) mendefinisikan masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umunya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Mappiare (1982:27) masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun (Sarwono, 2006:7).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa remaja adalah individu yang sedang mengalami transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia belasan tahun dan berakhir pada awal dua puluhan tahun, rentang usia ini merupakan usia saat dimana individu memasuki sekolah menengah.

Remaja juga dipandang sebagai masa proses pencarian identitas diri. Sehingga masa ini juga disebut sebagai masa penuh dengan tantangan. Menurut Erikson (dalam Yusuf, 2006:29) masa remaja merupakan tahapan penting dalam siklus kehidupan, ini dikarenakan remaja berkaitan erat dengan perkembangan “sense of identity vs role confusion”, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya.

Remaja dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang menyangkut keberadaan dirinya (siapa saya?), masa depannya (akan jadi apa saya?), serta peran-peran sosial dalam keluarga dan masyarakat (apa yang bisa saya lakukan?). Dengan demikian sangatlah penting bagi seorang remaja untuk mengaktulasisasikan dirinya agar mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimasa remaja sehinga mencapai kematangan dan menjadi dewasa.

Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil dalam pencapaiannya akan menimbulkan kebahagiaan dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal, akan menimbulkan ketidak bahagiaan, tidak diterima oleh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya (Havigurst, 1985:2).

Sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk membantu siswa menuntaskan tugas-tugas perkembangan tersebut. Sosok guru, selain memberikan pengetahuan akademik juga turut membangun karakter siswanya. Mulai dari kegiatan diskusi kelompok, latihan-latihan yang terprogram, menciptakan kondisi belajar yang memupuk kerjasama, pemberian informasi, hingga penyediaan role model baik dari guru maupun teman sebaya. Bagi siswa berusia remaja seperti yang duduk di bangku sekolah menengah atas, sekolah merupakan lingkungan yang tepat untuk mengaktualisasikan diri.

Di sekolah, para remaja dapat melakukan berbagai aktivitas baik akademik maupun non akademik yang dapat memberikan stimulus agar siswa mampu mencapai perkembangan yang optimal. Setiap kegiatan yang dilaksanakan di sekolah bertujuan agar siswa mampu mencapai penerimaan diri, pemahaman diri dan juga peningkatan diri yang optimal.

Namun, kemunculan virus covid-19 yang menjadi pandemi diseluruh dunia menyebabkan para remaja kehilangan tempat untuk mengaktualisasikan diri. Pandemi yang telah mengguncang seluruh dunia telah berdampak pada setiap bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik maupun

Mengenali Potensi Diri Untuk Menjadi Remaja Produktif di Masa Pandemi Covid-19

(3)

JURNAL JNANA KARYA 3 pendidikan. Menteri Pendidikan bapak Nadiem Anwar Makarim mengeluarkan kebijakan pendidikan untuk melaksanakan proses belajar pembelajaran dilakukan dari dirumah dengan sistem daring/ jarak jauh. Kebijakan ini dibuat untuk memutus rantai penyebaran covid-19, dan tanpa disadari kebijakan ini telah berlangsung selama berbulan-bulan bahkan sudah lewat dari satu tahun.

Tak dapat dipungkiri, dalam kurun waktu tersebut covid-19 merubah banyak hal. Mulai dari hal-hal sederhana yang biasa dilakukan sehari-hari seperti harus mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, hingga aktivitas bekerja dan belajar yang biasanya mengharuskan untuk bertatap muka secara langsung kini harus dilakukan dirumah.

Kondisi demikian tentu saja mempengaruhi kebiasaan dan rutinitas sehari-hari, baik bagi orang tua yang berperan sebagai pekerja maupun anak yang berperan sebagai siswa/ pelajar. Orang tua yang biasanya harus bekerja diluar atau dikantor, kini diharuskan untuk bekerja dirumah (Work From Home). Begitu pula dengan aktivitas para remaja, yang biasanya mengikuti pembelajaran secara konvensional berbasis tatap muka di sekolah, kini berubah menjadi pembelajaran jarak jauh yang dapat dilakukan dimana saja dengan mengandalkan teknologi. Selama pandemi, ada banyak waktu luang bagi remaja yang bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif, mengingat bahwa siswa tidak mengikuti pembelajaran di sekolah. Namun dengan banyaknya waktu yang dimiliki justru membuat para remaja bingung mau melakukan aktivitas apa saja. Hal yang paling sering dilakukan oleh para remaja adalah menghabiskan waktu dengan smartphone, entah untuk bersosial media, bermain game, bermalas-malasan maupun menonton Youtube.

Remaja juga dihadapkan pada godaan-godaan perbuatan yang serba tidak menentu dan tidak jelas, mudah merasa bosan dan kebingungan akan melakukan aktivitas yang mengarah kepada kebaikan atau yang menjerumuskan pada keburukan. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh John (2003:41) bahwa dimasa remaja, perasaan menjadi lebih kuat, ingin menghidupkan harapan teman-temannya dan diterima oleh teman-temannya. Jadi, remaja cenderung menjadi kritis atau memberontak terhadap sebagian dari keyakinan dan standar orang tua mereka. Remaja yang demikian biasanya akan menghabiskan waktunya dengan nongkrong-nongkrong diluar rumah, berkumpul bersama gengnya, dan juga menikmati waktu bersama pacar. Awalnya hanya nongkrong bersama teman, pada akhirnya minum-minuman keras dan tidak jarang dalam kondisi mabuk terjadi perselisihan yang berujung pada perkelahian. Ada pula yang menghabiskan waktu bersama teman dengan menggunakan obat-obatan terlarang, ataupun bersama pacar yang berujung pada perilaku seks bebas.

Tidak menutup kemungkinan hal-hal demikian dapat mengarah pada perilaku-perilaku negatif lainnya, ini menandakan bahwa remaja-remaja tersebut belum bisa memanfaatkan waktu dengan baik sehingga menjadi remaja yang tidak produktif dimasa pandemi ini.

Kata produktif berasal dari kata bahasa Inggris product yang berarti hasil, dan dikembangkan lagi menjadi productive yang berarti menghasilkan. Jadi, secara umum, pengertian produktif adalah sebuah kegiatan yang menghasilkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian produktif adalah bersifat atau mampu menghasilkan; mendatangkan hasil atau manfaat. Sedangkan Putri (2019:01) berpendapat bahwa produktif adalah sifat dimana seseorang mampu menghasilkan sesuatu atau karya dan menghabiskan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Cahyono, (1996:283) yang menyatakan bahwa produktif adalah sikap yang berkonsep pada hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produktif adalah sebuah bentuk sikap ingin selalu berkarya, menghasilkan sesuatu yang akan memiliki nilai manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain serta memiliki konsep bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini. Individu yang produktif pada dasarnya adalah individu yang tidak akan menganggur dan membuang waktu yang ada, dalam hal ini akan memiliki berbagai macam hal yang akan dilakukan yang tentunya membawa berbagai manfaat.

(4)

4 VOLUME 03 NOMOR 01, APRIL 2022

Sesungguhnya dimasa pandemi ini remaja dapat menjadi individu yang produktif dengan memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih positif melalui pengembangan potensi yang mereka miliki.

Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potency. Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa dikembangkan (Majdi, 2007:86).

Menurut Pihadhi (2004: 6) potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai- nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah. Sedangkan Habsari (2005:

2) menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan dapat dikembangkan apabila didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.

Pada hakikatnya setiap individu pasti memiliki potensi dalam diri, potensi yang dimiliki oleh setiap siswa tentulah berbeda-beda. Semua potensi itu tidak akan muncul begitu saja tanpa siswa kenali dan kembangkan. Hanya saja individu di usia remaja sering kali mengalami kesulitan untuk mengenali potensi yang dimiliki. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, dikarenakan pada masa remaja individu masih mencari jati diri, senang mencoba-coba segala hal yang baru, mudah terbawa arus lingkungan orang-orang disekitar sehingga kebingungan untuk menentukan arah dan tujuan.

Di Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI bapak Nadiem Anwar Makarim mencanangkan program kebijakan baru dibidang pendidikan yaitu program Merdeka Belajar. Sistem pengajaran akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten sesuai dengan potensi yang dimiliki, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.

Dalam konteks tersebut, peran profesi bimbingan dan konseling atau khususnya konselor sekolah dalam hal membantu siswa untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan keputusan dirinya secara bertanggungjawab sesuai dengan potensi yang dimiliki. Di samping itu, konselor sekolah membantu siswa/konseli dalam mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Terkait dengan mengenali potensi diri, tes psikologi merupakan salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengetahui potensi diri seseorang. Allen (1979) mendeskripsikan tes psikologi sebagai alat untuk mendapatkan sampel perilaku seseorang lewat suatu pengukuran yang objektif dan standar, kemudian hasil pengukuran tersebut dideskripsikan dan dipaparkan dengan menggunakan kategori-kategori atau skor-skor. Sejalan dengan pendapat tersebut Gregory (1996) menyebutkan bahwa tes psikologi adalah prosedur yang standar untuk memperoleh sampel perilaku dan mendeskripsikannya berdasarkan kategori atau skor. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, tes psikologis dapat diartikan sebagai prosedur standar lewat suatu pengukuran objektif untuk memperoleh sampel perilaku dan mendeskripsikannya berdasarkan kategori atau skor.

(5)

JURNAL JNANA KARYA 5 Terdapat berbagai tes psikologi yang dapat dipergunakan untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh seseorang. Tes psikologi dapat dibagi ke dalam beberapa tipe utama, yaitu tes kecerdasan, tes bakat, tes prestasi, tes kreativitas, tes kepribadian, inventory ketertarikan, prosedur sikap dan tes neuropsikologikal (Gregory, 1996). Tes kepribadian merupakan salah satu tes yang sering dipergunakan oleh guru bimbingan dan konseling untuk mengukur trait atau sifat yang menentukan kecenderungan pribadi siswa. Tes 16 personality factors (PF) adalah salah satu dari beberapa jenis tes kepribadian yang ada, tes ini merupakan karya adaptasi dari Sixteen Personality Factors Questionnaire (16 PF) yang diciptakan oleh Raymond Bernard Cattell. Tes ini diterbitkan oleh Institute for Personality and Ability (IPAT) pada tahun 1972. Walaupun Sixteen Personality Factor (16 PF) hanya dapat mengukur kepribadian normal (bukan psikopatologi), tes ini juga seringkali digunakan dalam bidang bimbingan dan konseling hingga psikologi klinis, dikarenakan memiliki kemampuan dalam memberikan gambaran yang utuh dan mendalam dalam diri seseorang. Termasuk pada kelebihan maupun kekurangannya yang dimiliki oleh seseorang.

Tes 16PF yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian ini yaitu tes 16PF menurut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), jadi sering kali tes ini disebut juga Tes MBTI. Setelah membantu siswa- siswa mengenali potensi yang dimiliki melalui tes MBTI, siswa diberikan pemahaman mengenai cara mengimplementasikan hasil tes tersebut pada kehidupan sehari-hari. Diharapkan siswa mampu memanfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga menjadi remaja yang produktif dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain meskipun di masa pandemi seperti sekarang ini.

2. METODE PELAKSANAAN

Ciri individu yang memahami potensi dirinya dapat diukur atau dilihat dalam sikap dan perilakunya sehari-hari baik dalam kehidupan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Seseorang yang telah memahami potensi dalam dirinya tentu saja akan lebih percaya diri, berani melakukan perubahan, berjiwa optimis, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam melakukan setiap kegiatan agar dapat mengembangkan potensinya. Tidak jarang para remaja belum memahami potensi apa yang ada dalam dirinya sehingga masih merasa bimbang dalam menentukan hal-hal apa yang harus dilakukan, untuk itu konselor membantu siswa agar mampu mengenali potensi yang dimiliki sehingga dapat mengembangkan potensi tersebut secara optimal dan menjadi remaja yang produktif.

Tahap-Tahap Mengenali Potensi Diri Agar Menjadi Remaja Produktif

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini merupakan masa untuk berekspresi dan menemukan identitas diri yang sebenarnya. Di masa ini banyak ide-ide kreatif yang bisa dimunculkan oleh para remaja. Namun tidak sedikit pula remaja yang menghabiskan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung negatif dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Untuk menghindari hal-hal tersebut perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya menjadi remaja produktif.

1. Memberikan pemahaman mengenai potensi diri

Siswa diberikan materi mengenai apa itu potensi diri. Bahwasannya setiap individu pastinya memiliki potensi diri yaitu kelebihan/ kemampuan yang dimiliki seseorang baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, akan tetapi belum sepenuhnya dipergunakan secara maksimal.

2. Memberikan pemahaman mengenai remaja produktif

Pada masa remaja suasana hati dapat berubah dengan sangat cepat, hal tersebut merupakan hal yang wajar. Akan tetapi seorang remaja tetap harus memiliki tujuan hidup yang terarah dan harus memiliki sikap tanggung jawab yang baik. Remaja harus diberikan kesempatan untuk mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang dilakukan, sehingga nantinya akan mampu memilih hal-hal apa saja yang baik dan bermanfaat untuk dilakukan sehingga dapat tumbuh

(6)

6 VOLUME 03 NOMOR 01, APRIL 2022

menjadi dewasa yang penuh percaya diri dan bertanggungjawab. Untuk itu siswa diberikan pemahaman secara mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan remaja produktif serta manfaat apa saja yang dapat diperoleh apabila menjadi produktif.

3. Memberikan pemahaman mengenai cara menjadi remaja produktif

Menjadi remaja yang produktif dan berprestasi pastinya adalah harapan yang ingin diwujudkan untuk membanggakan kedua orang tua. Namun mencoba berkomitmen untuk merubah diri menjadi remaja yang produktif tentunya tidak mudah. Hanya memiliki keinginan namun tidak diwujudkan dalam sebuah tindakan tentunya tidak akan membuahkan hasil. Maka dari itu siswa perlu diberikan pemahaman mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjadi remaja yang produktif.

4. Mengenali Potensi Diri

Setelah memberikan pemahaman dan membangkitkan keinginan siswa untuk menjadi remaja yang produktif, selanjutnya siswa diajak untuk mengingat kembali aktivitas-aktivitas, kegemaran, sifat dan karakter diri, maupun kebiasaan yang sering dilakukan untuk menelaah potensi-potensi terbaik apa saja yang ada dalam diri. Dalam cara ini, siswa diminta meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan, apa yang telah dicapai dan apa yang dimiliki sebagai suatu kelebihan yang dapat mendukung dan apa yang dimiliki sebagai suatu kekurangan yang menghambat tercapainya prestasi tinggi.

Selanjutnya setelah melakukan introspeksi diri dan melakukan pengukuran individual secara mandiri, siswa diminta untuk menuliskan potensi apa saja yang dimiliki dalam dirinya. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang sudah memahami potensi dalam dirinya.

5. Melaksanakan Tes Kepribadian 16 PF/ Tes MBTI

Selanjutnya siswa diberikan tes MBTI untuk mengetahui kelebihan-kelebihan serta kelemahan- kelemahan yang dimiliki.

6. Mengimplementasikan Hasil Tes MBTI

Setelah diperoleh hasil dari tes MBTI selanjutnya hasil tes tersebut dicocokkan terlebih dahulu dengan hasil tulisan siswa mengenai potensi dirinya. Selanjutnya siswa diberikan pemahaman mengenai cara mengimplementasikan hasil tes MBTI pada kehidupan sehari-hari agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi remaja yang produktif melalui pendampingan-pendampingan kelompok sesuai dengan tipe kepribadian yang dimiliki.

3. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 3.1 Hasil yang Dicapai

Pengabdian kepada masyarakat yang mengambil tema “Mengenali Potensi Diri untuk Menjadi Remaja Produktif di Masa Pandemi Covid-19” dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama dilakukan dengan memberikan materi berkaitan dengan potensi diri. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 27 September 2021 bertempat di SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja. Kegiatan dimulai pukul 08.00 wita diikuti oleh 56 siswa dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Pada tahap pertama yaitu pemberian materi kepada siswa-siswa mengenai potensi diri. Sebelumnya siswa diberikan pemahaman mengenai definisi individu dan karakteristik yang dimiliki oleh individu. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda ini mencerminkan bahwasannya masing-masing individu memiliki keunikan. Dari keunikan tersebut terdapat berbagai potensi yang berbeda-beda yang bisa dikembangkan secara optimal melalui beberapa cara yang telah dipaparkan oleh pemateri.

(7)

JURNAL JNANA KARYA 7 Setelah memberikan materi mengenai potensi diri secara umum, tahap kedua diberikan materi mengenai remaja produktif. Siswa diberikan pemahaman mengenai definisi remaja, dan kebutuhan seorang remaja. Kemudian siswa diminta untuk memilih jenis-jenis kegiatan yang telah disediakan yang merupakan cerminan dirinya, siswa diajak untuk memikirkan sudahkah kegiatan tersebut memenuhi kebutuhannya sebagai remaja. Siswa diberikan pemahaman bahwasannya untuk memenuhi kebutuhan sebagai seorang remaja salah satu yang dapat dilakukan adalah menjadi remaja produktif. Remaja produktif adalah remaja yang mau memanfaatkan waktu, bergerak dalam hal positif, penuh ide-ide dan karya positif, serta bermanfaat bagi orang banyak. Peserta terlihat sangat antusias mendengar penjelasan dari pemateri, terlihat dari siswa-siswa yang aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pemateri. Pemateri juga menyajikan mengenai manfaat menjadi remaja produktif serta cara untuk menjadi remaja produktif. Dengan memahami materi, siswa memiliki pemahaman mengenai pentingnya menjadi remaja produktif serta mampu memilah kegiatan-kegiatan apa saja yang bersifat positif yang dapat dilakukan di masa pandemi sebagai perwujudan remaja produktif.

Langkah awal untuk menjadi remaja produktif adalah dengan mengenali potensi diri. Sebelum dilaksanakan tes MBTI siswa diajak untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan, apa yang telah dicapai, apa yang dimiliki sebagai suatu kelebihan yang dapat mendukung dan apa yang dimiliki sebagai suatu kekurangan yang menghambat tercapainya prestasi. Setelah melakukan introspeksi diri dan melakukan pengukuran individual secara mandiri, siswa diminta untuk menuliskan 5 potensi yang dimiliki dalam dirinya pada selembar kertas. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang sudah memahami potensi dalam dirinya dan apakah hasil dari tes MBTI memiliki kesesuaian dengan pengukuran individual yang dilakukan oleh siswa.

Tahap ketiga adalah mengenali potensi diri dengan menggunakan tes MBTI yang sudah disiapkan sebelumnya. Siswa diminta untuk menjawab tes dengan memilih pernyataan yang sesuai dengan kepribadian yang dimiliki. Pada tahap pelaksanaan tes MBTI siswa diberikan instruksi oleh salah satu anggota pengabdian yang menjadi pemandu tes. Selain itu anggota-anggota pengabdian lainnya juga melakukan pendampingan jikalau ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab tes.

Setelah selesai melaksanakan tes siswa diajak untuk menonton video-video mengenai cara mencari potensi diri dan cara menjaga produktivitas selama pandemi serta dilakukan ice breaking dan permainan-permainan yang mengasah potensi siswa.

Tahap keempat adalah menganalisis hasil tes. Lembar-lembar jawaban siswa yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dan dikelompokkan sesuai kepribadian yang sama untuk mempermudah dalam penyampaian hasil tes kepada siswa. Masing-masing kelompok kepribadian diberikan satu anggota pengabdian yang bertugas mendampingi kelompok.

Tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan hasil tes MBTI. Pendamping kelompok memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tipe kepribadian yang mereka miliki berdasarkan hasil tes, mencakup mengenai ciri-ciri tipe kepribadian, kekuatan dan kelemahan dari tipe kepribadian tersebut, tokoh-tokoh yang memiliki kepribadian tersebut, hingga potensi serta pekerjaan yang sesuai dengan tipe kepribadian yang dimiliki. Setelah diberikan penjelasan oleh pendamping kelompok, hasil tes tersebut dicocokkan dengan hasil tulisan siswa mengenai potensi dirinya. Untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang sudah memahami dirinya dan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya pendamping kelompok mengajak siswa untuk merencanakan aksi yang akan dilakukan berdasarkan hasil tes, dan masing-masing siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan rencananya. Kemudian pendamping kelompok memimpin diskusi mengenai hal-hal terkait rencana siswa, dikarenakan dalam satu kelompok siswa-siswa memiliki kepribadian yang sama maka diskusi berlangsung aktif dan siswa dapat saling memberikan saran terkait aksi yang akan dilakukan. Terakhir, pendamping kelompok memberikan kesimpulan dari hasil diskusi mengenai cara mengimplementasikan hasil tes MBTI pada kehidupan sehari-hari agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi remaja yang produktif.

(8)

8 VOLUME 03 NOMOR 01, APRIL 2022

Tahap berikutnya ada melakukan pendampingan di sekolah dengan mengatur waktu 1 minggu sekali untuk bertemu siswa dan guru BK SMK Pariwisata Triatmajaya Singajara terkait implementasi hasil tes MBTI. Menurut pihak sekolah baik guru BK, wali kelas maupun guru mata pelajaran, siswa- siswa sudah menunjukkan perubahan sikap. Siswa sudah antusias dalam mengikuti pembelajaran daring maupun PTM terbatas, serta mau mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, setelah mengetahui potensi yang dimiliki siswa menjadi lebih terarah untuk melakukan hal-hal positif serta merasakan kepuasan karena mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Pihak sekolah merespon sangat baik kegiatan ini, hal ini dikarenakan pihak sekolah merasa terbantu dalam meningkatkan kualitas siswa-siswanya dilihat dari aspek afektif yang mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sehingga secara tidak langsung juga mampu meningkatkan aspek kognitif siswa.

3.2 Luaran yang Telah Dicapai

Setelah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dihasilkan berbagai luaran yang mampu dicapai. Luaran yang pertama yaitu adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat, ini dapat dilihat dari proses maupun hasil dari pelaksanaan kegiatan. Peningkatan pemahaman dan keterampilan dapat diketahui melalui tingkat antusias siswa dalam mengikuti kegiatan baik dari pemberian materi, kegiatan tanya jawab, merencanakan aksi, serta diskusi dalam pendampingan kelompok. Setelah melaksanakan kegiatan, juga dilakukan pemantauan dan pendampingan sehingga diketahui bahwasannya siswa sudah mengalami perubahan kearah yang lebih positif, kreatif dan produktif. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru maupun siswa itu sendiri. Guru memberikan informasi bahwasannya siswa-siswa mengalami peningkatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan tugas-tugas sekolah. Sedangkan siswa juga memaparkan kepuasan setelah mengikuti kegiatan yaitu setelah memahami kepribadian serta potensi yang dimiliki, siswa tidak lagi merasa kebingungan dalam memilih kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan dirinya sehingga bisa menjadi lebih produktif dari sebelumnya.

Adapun luaran kedua yang mampu dicapai adalah pengaplikasian tes MBTI kepada siswa yang hasilnya sudah diserahkan langsung ke siswa dan juga guru BK sehingga dapat dipergunakan untuk merencanakan program BK selanjutnya.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan atas hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan di SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada tahap pemahaman siswa-siswa di SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja berinteraksi dengan pemateri, terlihat dari antusias siswa dalam menjawab pertanyaan dan berdiskusi.

2. Pada tahap pemberian tes, siswa-siswa melaksanakan dengan tertib dan lancar dengan bantuan pendampingan oleh anggota pengabdian kepada masyarakat.

3. Pada tahap implementasi hasil tes kepribadian, para pendamping kelompok mampu memfasilitasi siswa-siswa untuk berdiskusi dengan baik terkait rencana aksi yang akan dilakukan berdasarkan hasil tipe kepribadian yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, M.J. & Yen, W.M. 1979. Introduction to Measurement Theory. Monterey, CA: Brooks/Cole.

Ali, M. & Asrori, M..2006. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyono, Bambang Tri. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Badan Penerbit IPWI.

Gregory, R.J. 1996. Psychological Testing. History, Principles, and Applications. Boston: Allyn and Bacon.

Habsari, Sri. 2005. Bimbingan & Konseling SMA Kelas XI. Jakarta:Grasindo.

Havigurst, Robert J. 1985. Psikologi Perkembangan. Surabaya: Sinar Wijaya.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

John D. Bransford. 2003. The Best Years Emosi Anak Dimasa Remaja. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

(9)

JURNAL JNANA KARYA 9 Majdi, Udo Yamin Efendi. 2007. Quranic Quotient. Jakarta: Qultum Media.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Prihadhi, Endra K. 2004. My Potensi. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Putri, Agnes. 2019. Produktif di Usia Remaja. Tersedia online di https://www.kompasiana.com/agnesputri/5df98507d541df0cdc103fc2/produktif-di-usia- remaja

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Yusuf LN Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.

(10)

10 VOLUME 03 NOMOR 01, APRIL 2022

Referensi

Dokumen terkait

Strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing hortikultura Indonesia adalah: (1) meningkatkan kesadaran para pelaku usaha agar mematuhi regulasi-regulasi

Ini merupakan aspek seni dari perencanaan program, dimana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompok-kelompok belajar baik kelompok

Berdasarkan instrumen evaluasi kegiatan yang diisi oleh seluruh peserta dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penyuluhan mengembangkan potensi diri dan work-life

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan pengelolaan keuangan keluarga di masa pandemi Covid-19 dengan memberikan pemahaman mengenai

Abstrak; Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19 di UPT

Pada masa pandemik Covid-19 ini, dengan jumlah remaja yang tidak sedikit mereka memiliki potensi tinggi terpapar virus Covid, terlebih sikap remaja yang dominan egosentrik

Diketahuinya Gambaran Identitas Diri, Kesehatan Mental dan Resiliensi Remaja pada Pandemi COVID-19 di SMA Plus PGRI Ciranjang.. Diketahuinya karakteristik Remaja pada