DETEKSI KOMPLIKASI PADA BAYI BARU LAHIR, NEONATUS DAN
BALITA
TIM PENGAMPU MATA KULIAH PRODI D3 KEBIDANAN
SV UNS
• Perdarahan yg terjadi pd tali pusat bayiEtiologi
• Terdapat luka pd plasenta atau pembuluh darah janin pd saat Tindakan SC
• Robeknya pembuluh darah janin karena terlepasnya tali pusat dr insersi
• Pengikatan tali pusat yg kurang baik (longgar)
• Perdarahan akibat plasenta previa & arubtio plasenta
• Penatalaksanaan : penanganan awal dgn mengatasi
perdarahan, pemberian vit K & tindakan pencegahan infeksi,
informed choice & informed consect untu dlakukan rujukan
Hipertermia
• Terjadi apabila suhu tubuh bayi mencapai >37,5 °C
• Faktor resiko:
• Suhu lingkungan
Bayi yg berada di link yg sangat panas, terpapar sinar matahari, berada dlm incubator atau dbawah pemancar panas
• Dehidrasi
Kurangnya asupan nutrisi (kurang disusui, atau tidak disusui)
• Infeksi
• Gejala hipertermia
• Suhu tubuh >37,5 °C
• Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit menurun, mata dan ubun-ubun besar tampak terlihat cekung, lidah & membrane mukosa kering)
• Malas minum
• Frekuensi pernapasan >60x/menit
• Denyut jantung >160x/menit
Lanjutan….
• Penanganan hipertermia
(Bila kenaikan suhu diduga karena paparan panas yg berlebihan)
• Bayi dipindahkan ke ruangan dengan suhu kamar rendah ( 26- 28°C)
• Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi kembali normal (bukan air dingin, bukan air es)
(Bila kenaikan suhu diduga karena dehidrasi)
• Pastikan bayi mendapatkan cukup nutrisi (cairan, ASI) (Bila kenaikan suhu diduga karena infeksi)
• Lakukan penanganan infeksi dengan memberikan antibiotik
• Penanganan hipertermia
(Bila kenaikan suhu diduga karena diletakan di dalam inkubator atau di bawah pemancar panas)
• Turunkan suhu inkubator atau pemacar panas
• Lepaskan Sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian pakaikan Kembali pakaian bayi
• Periksa suhu bayi setiap jam
• Periksa suhu inkubator atau pemacar panas setiap jam &
sesuaikan pengatur suhu
• Pastikan bayi mendapat cairan yang adekuat
Tetanus Neonatorum
• Merupakan penyakit yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh bakteri clostridium tetani
(Clostridium tetani adalah bakteri yang mengeluarkan racun yang menyerang system syaraf pusat)
• Masa inkubasi bakteri ini adalah 3-18 hari, namun biasanya masa inkubasinya selama 6 hari
• Resiko kematian karena penyakit ini adalah 100% terutama
pada masa inkubasi >7 hari
•Clostridium tetani merupakan bakteri jenis gram positif, dapat hidup tanpa oksigen (anaerob),
membentuk spora & dapat menghasilkan toksin yang bersifat neurotoksik.
•Toksik ini disebut tetanospasmin, merusak
leukosit, menyerang system syaraf yang dapat
menyebabkan kekakuan & kekejangan (spasme)
pada otot
Lanjutan….
• Faktor predisposisi
• Adanya spora tetanus
• Adanya jaringan yang mengalami luka, misal pemotongan tali pusat
• Kondisi luka tidak bersih, menyebabkan kemungkinan terjadinya perkembangan mikroorganisme
• Faktor resiko
1. Pencemaran lingkungan fisik & biologik
Sanitasi yang buruk membuat clostridium tetani lebih mudah untuk berkembang biak.
2. Alat pemotong tali pusat
Penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril ketika melakukan pemotongan tali pusat dapat meningkatkan resiko penularan penyakit tetanus neonatorum
3. Perawatan tali pusat
Cara perawatan yang tidak benar akan meningkatkan resiko terjadinya kejadian tetanus neonatorum
Lanjutan….
4. Kebersihan tempat pelayanan kesehatan
Tepat pelayanan Kesehatan untuk pertolongan persalinan yang tdk terjaga kebersihannya dapat beresiko menimbulkan penyakit Harus dipastikan proses persalinan dilakukan ditempat yang
bersih dan steril
5. Kekebalan ibu saat hamil
Ibu hamil yang memiliki factor kekebalan terhadap tetanus dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir
Antibodi terhadap tetanus neonatorum ibu hamil dapat
disalurkan melalui darah sehingga dapat menurunkan resiko infeksi dari clostridium tetani
• Susah membuka mulut (trismus), hal ini terjadi karena adanya kekakuan pada otot leher yang menarik sudut mulut agak ke
bawah sehingga mulut agak menganga, hal ini terlihat mulut bayi seperti mecucu (seperti mulut ikan) sehingga bayi tidak dapat
menyusu
• Wajah tampah meringis atau mengkerut (risus sardonikus), hal ini terjadi karena adnaya kekakuan otot pada mimik muka, sehingga dahi bayi terlihat mengkerut, mata bayi agak menutup & sudut mulut bayi tertarik ke samping & ke bawah
Lanjutan….
• Kekakuan pada otot penunjang tubuh (opisthotonos), terjadi pada otot punggung, otot bahu & otot leher, kondisi kekakuan yang
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur
• Otot dinding perut yang kaku, sehingga dinding perut seperti papan
• Otot penyangga rongga dada (toraks) yang kaku, sehingga menyebabkan bayi mengalami keterbatasan untuk bernafas
• Gangguan pernapasan, kekakuan yang terjadi secara terus menerus pada otot laring akan menyebabkan bayi kesulitan untuk bernapas
takhikardia
• Demam
• Kekakuan otot polos sehingga menyebabkan bayi tidak bisa BAK (terjadi retensi urine)
• Apabila kekakuan menjadi semakin berat maka akan timbul kejang-kejang, yang umum terjadi setelah mendapatkan
rangsangan misal gerakan yang kasar, terpapar sinar yang kuat
Lanjutan….
• Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan dengan menurunkan atau menghilangkan faktor resiko, yaitu dengan :
• Pendekatan kepada keluarga, masyarakat untuk melakukan pengendalian lingkungan (menjaga kebersihan)
• Pengendalian kebersihan tempat persalinan, memastikan tidak adanya kontaminasi spora pada saat proses persalinan
• Pemotongan menggunakan peralatan yang steril & perawatan tali pusat yang benar
• Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
• Penanganan
• Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan antispasmodik (diazepam dosis awal 2,5mg secara IV)
• Membersihkan jalan napas agar bayi dapat bernapas dengan bebas
• Bila perlu lakukan pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kassa steril (menahan lidah) agar lidah tidak tergigit
• Mencari sumber (pintu) masuknya spora tetaus untuk kemudian dibersihkan
Lanjutan….
• Pemberian antibiotika, ampisilin sebanyak 100 mg/kgBB/hari secara IV selama 10 hari
• ATS (Anti Tetanus Serum) 10.000 U/hari secara IM, diberikan selama 2 hari berturut-turut
• Melakukan perawatan yang adekuat dengan memberikan oksigen, pemenuhan nutrisi & menjaga keseimbangan cairan
• Melakukan perawatan pada ruang khusus atau ruang isolasi yang tenang dan tidak terlalu banyak mendapat paparan sinar matahari