1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, negara Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam hubungan kerjasama antara negara Indonesia dengan negara lain.
Kerjasama tersebut membuat adanya hubungan perdagangan bebas antara negara Indonesia dengan negara lain. Dengan adanya perdagangan bebas tersebut, perusahaan di Indonesia dapat mendirikan dan menjalankan usahanya di luar negeri, begitu pula sebaliknya perusahaan asing dapat mendirikan dan mejalankan usaha di Indonesia. Sehingga, hasil yang diperoleh perusahaan tersebut dapat dikenakan pajak berdasarkan wewenang negara Indonesia. Tetapi, pengenaan tarif pajak di negara Indonesia bisa dikatakan memiliki tarif yang cukup tinggi.
Adanya tarif pajak yang tinggi membuat banyak perusahaan yang ada di Indonesia ingin memanfaatkan fasilitas negara suaka pajak atau tax haven dan pengenaan prinsip thin capitalization. Tujuan penggunaan prinsip tersebut adalah untuk menikmati adanya pengenaan pajak yang kecil sehingga dapat meningkatkan perolehan laba perusahaan.
Namun, negara Indonesia pada saat ini memerlukan pembangunan ekonomi untuk memperkecil jarak ketertinggalan di bidang ekonomi dengan negara-negara industri maju. Disinilah peranan penting dalam penerimaan pajak suatu negara. Karena, pajak merupakan sumber pendapatan yang sangat besar di setiap negara begitupula dengan negara Indonesia. Hal tersebut yang membuat
Direktorat Jenderal Pajak atau DJP setiap tahunnya terus melakukan upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak di negara Indonesia.
Tetapi, Pada tahun 2016, realisasi penerimaan pajak di Indonesia sebesar 1.032,2 Triliun Rupiah. Penerimaan tersebut hanya mencapai 76,17% dan belum memenuhi target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2017 yaitu sebesar 1.355,2 Triliun Rupiah. Dilihat dari penerimaan tersebut, pemerintah indonesia mengalami defisit yang cukup banyak dan membuat pemerintah harus berhutang maupun mengurangi atau memotong biaya sejumlah proyek pembangunan di tahun 2017 (http://www.beritasatu.com).
Pada fenomena di atas, menunjukan bahwa pajak memiliki peranan penting dalam pembangunan di negara Indonesia. Tetapi, banyak wajib pajak badan yang memindahkan dananya pada negara-negara suaka pajak atau tax haven untuk menghindari pengenaan pajak yang besar maupun menikmati pengenaan pajak yang kecil atau tidak adanya pengenaan pajak. Serta adanya penggunaan praktik thin capitalization yaitu perusahaan dapat memanfaatkan utang sebagai sebuah setoran modal dan bunga yang dibayar oleh anak perusahaan kepada induk perusahaan sebagai biaya fiskal untuk menekan beban pajak terhutang perusahaan.
Di Indonesia, praktik thin capitalization boleh diterapkan. praktik thin capitalization diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 18 Ayat 1 yang menyatakan bahwa menteri keuangan berwewenang mengeluarkan keputusan tentang besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan perhitungan pajak. Kemudian, menteri keuangan mengeluarkan
peraturan selanjutnya dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
1002/KMK.04/1984. Peraturan tersebut menyatakan bahwa besarnya perbandingan antara hutang dan modal tidak boleh melebihi 3:1 yaitu tiga untuk hutang, dan satu untuk modal. Tahun berikutnya, Keputusan Menteri Keuangan No. 1002/KMK.04/1984 ditangguhkan sampai saat yang ditentukan oleh menteri keuangan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/1985. Pada tahun 2015, menteri keuangan baru mengeluarkan peraturan terkait penangguhan penggunaan praktik thin capitalization dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
169/PMK.010/2015 yang menyatakan besarnya perbandingan antara hutang dan modal tidak boleh melebihi 4:1 yaitu empat untuk hutang, dan satu untuk modal.
Thin capitalization adalah praktik membiayai cabang atau anak perusahaan lebih besar dengan utang berbunga daripada dengan modal saham Gunadi (1994:198). Menurut organisasi OECD (2012) mengatakan bahwa penggunaan praktik thin capitalization memiliki dampak yang signifikan terhadap laba yang dilaporkan untuk keperluan perpajakan. Organisasi tersebut juga berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat utang di perusahaan akan membuat jumlah beban bunga yang dibayarkan akan menjadi tinggi yang membuat laba kena pajak yang rendah, sehingga membuat perusahaan seringkali memaksimalkan pemanfaatan prakti thin capitalization. Gunadi (2007:279) mengatakan bahwa pemberian pinjaman dalam praktik thin capitalization dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, direct loan adalah investor atau pemegang saham langsung memberikan pinjaman kepada anak perusahaan. Kedua, back to back loan adalah investor menyerahkan dananya kepada mediator sebagai pihak
ketiga untuk langsung dipinjamkan kepada anak perusahaan dengan memberinya imbalan. Ketiga, paralel loan adalah investor mancanegara mencari mitra perusahaan Indonesia yang mempunyai anak perusahaan yang berada di negara investor, kemudian investor meminta kepada perusahaan Indonesia untuk juga memberikan pinjaman kepada anak perusahaan milik investor di Indonesia.
Di Indonesia, banyak warga negara indonesia yang mendirikan perusahaan cangkang di negara suaka pajak atau tax haven country. Hal ini dapat diketahui dari terungkapnya dokumen finansial sebuah firma hukum asal negara Panama terkait pendirian dan kepemilikan perusahaan di negara-negara suaka pajak yang lebih dikenal dengan istilah the panama papers. Menurut penelusuran media elektronik tempo yang telah dikutip oleh organisasi CITA (Center For Indonesia Taxation Analysis) menyatakan bahwa sebanyak 844 warga negara indonesia yang yang mendirikan 600 perusahaan cangkang di Negara suaka pajak atau tax haven country seperti negara Brithis Virgin Island, Seychelles, Bahama, Samoa, dan Panama.
Menurut organisasi ICIJ (The Internasional Consortium Of Investigative Journalists) merilis data-data terkait kasus panama papers. Menurut data yang telah dirilis, negara Indonesia menduduki peringkat empat dari negara ASEAN yang terkait kasus panama papers dan memiliki 71 entitas, sedangkan untuk negara Singapura menduduki peringkat pertama memiliki 5.869 entitas, disusul oleh negara Thailand di peringkat kedua dengan 1.013 entitas, serta negara Malaysia pada peringkat ketiga dengan 553 entitas. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Lima Besar Negara ASEAN Yang Tergabung Dalam Panama Papers
No. Negara Jumlah
1 Singapura 5.869 entitas
2 Thailand 1.013 entitas
3 Malaysia 553 entitas
4 Indonesia 71 entitas
5 Filipina 49 entitas
Sumber: data diolah
Berdasarkan OECD (Organisation for Economic Cooperation Development) tax haven country adalah istilah yang digunakan untuk sebuah negara atau wilayah yang menjadi tempat perlindungan bagi wajib pajak untuk dapat menghindarkan pembayaran pajaknya. Terdapat tiga kategori menurut organisasi tersebut yang menyatakan suatu negara atau wilayah dikatakan sebagai tax haven country sebagai berikut ini. Pertama, tarif pajak yang dikenakan sangat rendah bahkan tidak ada pajak yang dikenakan. Kedua, memiliki fasilitas perlindungan yang sangat ketat terhadap informasi. Ketiga, tidak ada transparansi dalam operasi tax haven tersebut Nuraini (2014).
Penggunaan negara suaka pajak atau tax haven juga dapat mempengaruhi adanya penggunaan praktik thin capitalization. Perusahaan induk cenderung akan menyetorkan dananya kepada perusahaan anak yang berada pada negara suaka pajak atau tax haven untuk menghindari pembayaran pajak yang besar dan dapat memperoleh laba yang besar. Selanjutnya, perusahaan anak yang tergabung dalam negara suaka pajak atau tax haven juga dapat menerapkan praktik thin capitalization dengan meningkatkan penggunaan utang untuk memperoleh beban bunga yang dapat mengurangi dasar pengenaan pajak yang akan menyebabkan
pajak yang dibayar kecil sehingga akan memperoleh laba yang lebih besar. Kedua prinsip tersebut memiliki persamaan yaitu menghindari pengenaan pajak tinggi yang dapat mempengaruhi penerimaan laba perusahaan, hal tersebutlah yang membuat penggunaan tax haven mempengaruhi thin capialization.
Hormati (2009) dalam Nurfadilah, dkk (2016) mengatakan bahwa
―ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total aset, log size, dan sebagainya‖. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan maka mengindikasikan semakin besar ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya dibagi menjadi empat kategori meneurut UU No. 20 Tahun 2008, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.
Ukuran perusahaan juga dapat mempengaruhi adanya penggunaan praktik thin capitalization. Perusahaan dengan ukuran besar berarti memiliki total aset yang banyak, dimana dari aset tersebut dapat menyebabkan beban penyusutan dan beban amortisasi yang digunakan sebagai penggurang pembayaran pajak yang besar. Selanjutnya, perusahaan besar juga dapat menerapkan praktik thin capitalization dengan meningkatkan penggunaan utang untuk memperoleh beban bunga yang dapat mengurangi dasar pengenaan pajak yang akan menyebabkan pajak yang dibayar kecil. Kedua prinsip tersebut memiliki persamaan yaitu memanfaatkan biaya yang dapat mengurangi dasar pengenaan pajak, sehingga perusahaan akan mendapatkan pemanfaatan ganda dari penghindaran pajak. Hal ini juga didukung oleh Rego (2003) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan menjadi semakin komleks. Jadi
hal itu memungkinkan perusahaan untuk menanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance. Tax avoidance dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan prinsip thin capitalization. Hal tersebut yang membuat ukuran perusahaan mempengaruhi thin capitalization.
Nuraini dan Marsono (2014) mengatakan bahwa pemanfaatan tax haven berpengaruh positif signifikan terhadap thin capitalization dengan signifikansi 0,001. Taylor dan Richardson (2013) mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki setidaknya satu anak perusahaan yang tergabung dalam tax haven cenderung memiliki struktur thin capitalization. Dewinta dan Setiawan (2016) mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance dengan signifikansi 0,000. Waluyo, dkk (2015) mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance dengan signifikansi 0,012 Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik mengambil judul penelitian berupa Pengaruh Tax Haven dan Ukuran Perusahaan Terhadap Thin Capitalization.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas. Berikut ini rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian adalah:
1. Apakah tax haven berpengaruh positif terhadap penerapan thin capitalization?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penerapan thin capitalization?
C. Tujuan Penelitian
Berikut ini tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas, yaitu:
1. Mengetahui dan memperoleh bukti empiris apakah tax haven berpengaruh positif terhadap penerapan thin capitalization.
2. Mengetahui dan memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penerapan thin capitalization.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam perkembangan ilmu ekonomi terlebih lagi bidang akuntansi, baik secara teoritis maupun secara praktis. Beberapa mafaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan penghindaran pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia tanpa melakukan pengelapan pajak.
2. Bagi Bidang Akademik
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan teori akuntansi yang berkaitan dalam penerapan thin capitalization pada perusahaan di Indonesia.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi, informasi, serta acuan untuk penelitiaan selanjutnya berkaitan dengan penerapan thin capitalization.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan dengan susunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan dipaparkan mengenai teori–teori yang dibutuhkan untuk mendukung variabel-variabel penelitian, serta hipotesis dalam penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai metode penelitian yang digunakan seperti penentuan sampel, teknik pengumpulan data, definisi dan pengukuran variabel, serta teknik analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai pengolahan dan pembahasan atas masalah yang telah dirumuskan serta hasil selama penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi penutup yang menguraikan simpulan dari analisis bab sebelumnya dan saran-saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.