• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kantor Ada beberapa point pejelasan tentang kantor, yaitu sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kantor Ada beberapa point pejelasan tentang kantor, yaitu sebagai berikut:"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kantor

Ada beberapa point pejelasan tentang kantor, yaitu sebagai berikut:

2.1.1 Pengertian Kantor

Kantor merupakan tempat dimana orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Berbagai macam kegiatan dapat dilakukan oleh tiap orang di dalam kantor, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009), bahwa kantor merupakan tempat diselenggarakannya setiap kegiatan penanganan informasi, mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai mendistribusikan informasi.

Sedangkan menurut Nuraida (2008), kantor adalah tempat diselenggarakannya kegiatan tata usaha dimana terdapat ketergantungan sistem antara orang, teknologi dan prosedur untuk menangani data dan informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai menyalurkannya. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian kantor diatas, dapat disimpulkan bahwa kantor merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan penanganan informasi dan data, mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai menyalurkannya.

2.1.2 Fungsi Kantor

Mills (dalam Nuraida, 2008), fungsi kantor didefinisikan sebagai pemberi pelayanan komunikasi dan perekaman, Dari definisi tersebut, Mills memperluas fungi kantor menjadi sebagai berikut:

1. Menerima informasi (to receive information)

Menerima informasi dalam bentuk surat, panggilan telepon, pemesanan, faktur, dan laporan mengenai berbagai kegiatan bisnis.

2. Merekam dan menyimpan data-data serta informasi (to record information)

Tujuan pembuatan rekaman yaitu menyiapkan beberapa informasi

(2)

Beberapa rekap (record) diminta untuk disimpan menurut hukum (seperti anggaran dasar dan anggaran rumah tangga suatu perseroan terbatas), atau disimpan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan seperti rincian negosiasi, transaksi, operasi, korespondensi, pesanan, faktur, atau ringkasan rincian seperti laporan keuangan, laporan persediaan, dan analisis penjualan.

3. Mengatur informasi (to arrange information)

Kantor bertanggung jawab memberikan infomasi dalam bentuk terbaik dalam melayani manajemen seperti, penyiapan faktur/kuitansi, penetapan harga, akuntansi, laporan statistik, laporan keuangan, dan laporan pada umumnya.

4. Memberi informasi (to give information)

Bila manajemen meminta sejumlah informasi yang diperlukan, kantor memberikan informasi tersebut dari rekaman yang tersedia. Sebagian informasi yang diberikan bersifat rutin, sebagian bersilat Khusus.

Informasi-informasi tersebut diberikan baik secara lisan maupun tulisan. Contoh informasi tersebut adalah pesanan, anggaran, faktur, laporan perkembangan, laporan keuangan dan instruksi yang dikeluarkan atas perintah manejemen

5. Melindungi aset to safeguard assets)

Fungi kantor yang lainnya yaitu mengamati secara cermat berbaga kegiatan dalam perusahaan seperti diperlihatkan didalam rekaman dan mengantisipasi segala hal yang tidak menguntungkan yang mungkin terjadi Misalnya, melaporkan adanya kekurangan persediaan, melaporkan adanya sejumlah utang yang mungkin tidak dibayar saat jatuh tempo, rekaman vital seperti kontrak besar yang harus dilindungi secara tepat, uang tunai yang harus disimpan dalam lemari besi maupun di dalam bank. Kantor harus berhati hati terhadap makna rekaman. Dan memperlihatkan dengan segera hal-hal yang memerlukan tindakan manajemen

(3)

2.1.3 Unsur-Unsur Kantor

Adapun unsur-unsur dari kantor yang diantaranya terdiri dari:

1. Gedung yang terdiri dari bangunan, ruangan-ruangan dan juga perlengkapan lainnya.

2. Personil yang diantaranya terdiri dari seluruh orang yang ada hubungannya dengan organisasi yang terdapat di kantor, misalnya seperti: pimpinan, karyawan dan lain-lain.

3. Peralatan yang terdiri dari alat atau mesin-mesin yang ada dikantor.

2.1.4 Ciri-Ciri Kantor

Adapun ciri-ciri dari kantor yang diantaranya terdiri dari:

1. Sebagai alat untuk menyambung pancaindra dan juga ingatan pimpina organisasi.

2. Membantu pimpinan dalam merumuskan pekerjaan, metode kerja maupun penyederhanaan sistem manajemen.

3. Memabantu administrasi atau tata usah dalam mencapai targetnya.

2.1.5 Jenis-Jenis Pekerjaan Kantor

Jenis-jenis pekerjaan kantor, antara lain : 1. Menghimpun

Yaitu kegiatan mencari dan mengusahakan tersedianya segala informasi yang belum ada atau informasi yang masih berserakan dimana-mana sehingga siap digunakan saat diperlukan. Contoh: mengumpulkan data, mencari informasi, membuat kliping dll.

2. Mencatat

Merupakan kegiatan tulis-menulis mengenai data-data yang diperlukan sehingga berwujud tulisan yang mempunyai arti, dapat dikirim dan disimpan. Contoh: membuat surat, membuat notula, mencatat kegiatan, dll.

3. Mengolah

Merupakan berbagai macam kegiatan untuk mengerjakan data dan informasi agar dapat tersaji dalam bentuk laporan yang lebih berguna.

(4)

Contoh: membuat rekapitulasi data, membuat laporan tertulis, membuat laporan keuangan.

4. Menggandakan

Merupakan kegiatan memperbanyak informasi dengan berbagai cara dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan. Contoh: memfotokopi surat, mencetak informasi, dll.

5. Mengirim

Yaitu kegiatan menyampaikan informasi dengan berbagai cara dan alat dari satu pihak kapada pihak lain. Contoh: mengirim e-mail, faksimili, surat.

6. Menyimpan

Yaitu kegiatan meletakkan informasi dengan berbagai cara dan alat ditempat tertentu yang aman. Contoh: menyimpan surat/ arsip, menyimpan data/ informasi ke komputer, menyusun buku di perpustakaan.

7. Melakukan komunikasi

Yaitu kegiatan melakkuan pengiriman ide/ gagasan kepada pihak lain baik langsung ataupun menggunakan media dan mendapat respon dari penerima pesan. Contoh: correspondence, telepon, teleconference.

8. Menghitung

Kegiatan melakukan penetapan data yang berkaitan dengan angka.

Contoh: menghitung hasil penjualan, menghitung data keuangan.

9. Pekerjaan lain

Yaitu pekerjaan-pekerjaan kantor lain yang mendukung tugas utama perusahaan.

Contoh : pelayanan tamu, kurir, cleaning service.

2.2. Parkir

Ada beberapa penjelasan dari parkir, yaitu sebagai berikut:

2.2.1. Pengertian Parkir

Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu pendek atau lama, sesual dengan kebutuhan pengendara. Parkir merupakan salah satu unsur prasarana transportasi yang tidak terpisahkan dari sistem jaringan

(5)

transportasi. sehingga pengaturan parkir akan mempengaruhi kineria suatu jaringan, terutama jaringan jalan raya. Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi mengakibatkan tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggu pula. Apabila kondisi ini didukung dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak membatasi penggunaan mobil pribadi, akan mendukung pelaku pergerakan untuk selalu menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulan kebutuhan lahan parkir yang besar pada zona tarikan sebagai contoh pada daerah pusat bisnis (Abbas, S. Manajemen Transportasi, (2008))

Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 menyatakan bahwa parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya (Salim, 2006:1). Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan membutuhkan suatu tempat pemberhentian.

Tempat pemberhentian tersebut kemudian disebut sebagai ruang parkir. Agar sistem transportasi menjadi lebih efisien maka pada tempat-tempat yang dianggap dapat membangkitkan pergerakan perjalanan harus menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai. Bertambahnya jumlah penduduk dan semakin meningkatnya kepemilikan kendaraan akan menimbulkan meningkatnya permintaan jalan untuk menampung kegiatan lalu lintas. Penyediaan tempat- tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu baik di badan jalan maupun dengan menggunakan sebagian dari perkerasan jalan mengakibatkan turunnya kapasitas jalan, terhambatnya arus lalu lintas, dan penggunaan jalan menjadi tidak efektif.. Selain Pengertian di atas beberapa ahli memberikan definisinya tentang parkir, yaitu :

1. Semua kendaraan tidak mungkin bergerak terus, pada suatu saat ia harus berhenti untuk sementara waktu (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama yang disebut parkir. (Studi Analisa Kapasitas Lahan Parkir Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Saiful Anwar Kota Malang,2017)

(6)

2. Jangka waktu parkir (parking duration) adalah lama parkir suatu kendaraan untuk satu ruang parkir. (Studi Analisa Kapasitas Lahan Parkir Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Saiful Anwar Kota Malang,2017)

3. Tempat pemberhentian kendaraan atau bongkar muat barang dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung keadaan dan kebutuhannya. (Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No.

14/1992)

4. Keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, sedangkan fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. (Direktorat Jendral Perhubugan Darat 1996)

5. Tempat pemberhentian kendaraan beberapa saat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Berdasarkan dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang dapat merupakan awal dari perjalanan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya yang membutuhkan suatu areal sebagai tempat pemberhentian yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun pihak lain yang dapat berupa perorangan maupun badan usaha.

2.2.2. Jenis Parkir

Lalu-lintas baik yang bergerak pada suatu saat akan berhenti. Setiap perjalanan akan sampai pada tujuan sehingga kendaraan harus diparkir. Sarana perparkiran merupakan bagian dari sistem transportasi dalam perjalanan mencapai tujuan karena kendaraan yang digunakan memerlukan parkir. Tempat parkir ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi :

(7)

2.2.2.1. Parkir menurut penempatannya

2.2.2.1.1. Parkir di Badan Jalan (On Street Parking)

Parkir di tepi jalan umum adalah jenis parkir yang penempatannya di sepanjang tepi badan jalan dengan ataupun tidak melebarkan badan jalan itu sendiri bagi fasilitas parkir. Parkir jenis ini sangat menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan parkir dekat dengan tempat tujuan. Tempat parkir seperti ini dapat ditemui di kawasan pemukiman berkepadatan cukup tinggi serta pada kawasan pusat perdagangan dan perkantoran yang umumnya tidak siap untuk menampung pertambahan dan perkembangan jumlah kendaraan yang parkir. Kerugian parkir jenis ini dapat mengurangi kapasitas jalur lalu lintas yaitu badan jalan yang digunakan sebagai tempat parkir. Parkir ini terdiri dari:

a. Parkir di daerah perumahan

Akibat dari terus meningkatnya volume kendaraan di jalan serta hambatan yang diakibatkan oleh parkir kendaraan seperti terganggunya kelancaran lalu lintas dan penurunan kelas jalan, hampir pada setiap pusat kota kebijaksanaan mengenai perparkiran mutlak diperlukan.

Dalam sistem parkir di perumahan, sebenarnya terdapat disbenefit/kerugian dari berjejernya parkir disepanjang trotoar jalan, namun hal tersebut tertutupi dengan berkurangnya kecepatan kendaraan akibat keberadaan parkir di jalan tersebut yang secara tidak langsung akan meningkatkan keselamatan bagi penghuni di sekitar jalan tersebut.

Terlebih lagi di perumahan di pinggiran kota dimana masih tersedia ruang untuk parkir, dan parkir dijalanpun dapat dilakukan. Namun pada daerah pemukiman yang berada dekat dengan pusat kota, kontrol tersebut tetap diperlukan jika kondisi transportasi tetap efektif. Terdapat dua cara kontrol terhadap sistem parkir ini yaitu parkir gratis bagi penghuni (dengan menempelkan tanda tertentu yang dapat berupa stiker dan ditempelkan di kendaraan) dan bayaran dengan kartu yang dicap harian.

b. Parkir di pusat kota, tidak dikontrol (uncontrolled)

Pada parkir jenis ini terdapat 4 macam alternatif cara parkir kendaraan

(8)

1. Paralel terhadap jalan 2. Tegak lurus terhadap jalan

3. Diagonal atau membentuk sudut terhadap jalan

4. Di tengah jalan yang cukup lebar, baik secara diagonal maupun tegak lurus terhadap jalan.

Untuk jalan yang tidak terlalu lebar, dapat digunakan sistem paralel.

Sistem diagonal sebenarnya dapat menampung lebih banyak mobil tetapi untuk itu disepanjang pinggiran jalan harus diperkeras. Parkir diagonal memang tidak umum, namun sebenarnya dapat menampung lebih banyak kendaraan. Di sisi lain, cara ini juga akan banyak mengurangi lebar jalan. Kesulitan lainnya adalah waktu untuk keluar dari areal parkir (manuver) yang akan memakan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan sistem parkir paralel. Sampai dengan saat ini nampaknya parkir paralel dirasakan paling tepat karena selain tidak terlalu banyak memakan tempat untuk manuver juga jauh lebih sedikit mengambil lebar jalan dan kecil kemungkinan menyebabkan kecelakaan.

c. Parkir di pusat kota, terkontrol (controlled)

Ada tiga jenis metode kontrol yang dapat dipergunakan oleh perencana transportasi :

1. Pembatasan waktu parkir

Petunjuk umum yang dapat digunakan untuk pembatasan waktu (lamanya) parkir adalah:

a. 1(satu) jam untuk daerah perkotaan.

b. 2 (dua) jam untuk daerah pinggiran dan sekitarnya.

c. 10-20 menit di daerah tertentu misalnya seperti Bank dan kantor pos.

2. Disc Parking

Dengan sistem ini pemilik kendaraan diminta untuk memperagakan kartu atau disc yang memperlihatkan waktu kedatangan kendaraan pada ruang parkir.

(9)

3. Parkir Meter

Terdiri atas jam pengukur waktu, dimana jam berfungsi untuk mengukur lamanya parkir tersebut berputar sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Jadi seolah-olah si pemarkir membeli waktu pada ruang parkir tersebut. Alat pengukur tersebut disamping memperlihatkan pembatasan waktu, sekaligus mengumpulkan uang pula.

2.2.2.1.2. Parkir di Luar Badan Jalan (Off Street Parking)

Untuk menghindari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di jalan maka parkir kendaraan di jalan maka parkir di luar jalan / off street parking menjadi pilihan yang terbaik. Terdapat dua jenis parkir di luar jalan, yaitu :

a. Pelataran Parkir

Pelataran parkir di daerah pusat kota sebenarnya merupakan suatu bentuk yang tidak ekonomis. Karena itu di pusat kota seharusnya jarang terdapat peralatan parkir yang dibangun oleh gedung-gedung yang berkepentingan, dimana masalah keuntungan ekonomi dari parkir bukan lagi merupakan suatu hal yang penting.

b. Gedung Parkir Bertingkat

Saat ini bentuk yang banyak dipakai adalah gedung parkir bertingkat, dengan jumlah lantai yang optimal 5, serta kapasita sekitar 500 sampai 700 mobil.

2.2.2.2. Parkir Menurut Statusnya 1. Parkir Umum

Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah, jalan dan lapangan yang memiliki/dikuasai dan pengelolaannya diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Tempat parkir umum ini menggunakan sebagian badan jalan umum yang dikuasai atau milik pemerintah yang termasuk bagian dari tempat parkir umum ini adalah parkir ditepi jalan umum.

(10)

2. Parkir Khusus

Parkir khusus adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang tidak dikuasai oleh pemerintah daerah yang pengelolanya diselenggarakan oleh pihak lain baik berupa badan usaha maupun perorangan. Tempat parkir khusus ini berupa kendaraan bermotor dengan mendapatkan ijin dari pemerintah daerah. Yang termasuk jenis ini adalah gedung parkir, peralatan parkir, tempat parkir gratis dan garasi. Gedung parkir adalah tempat parkir pada suatu bangunan atau bagian bangunan atau bagian banguanan. Peralatan parkir adalah tempat parkir yang tidak memungut bayaran dari pemilik kendaraan yang parkir di suatu lokasi. Tempat penitipan kendaraan atau garasi adalah tempat/bangunan atau bagian bangunan milik perorangan, pemerintah daerah atau badan hukum yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan kendaraan bermotor dengan memungut bayaran/sewa dan dengan diselenggarakan secara tetap.

3. Parkir Darurat

Parkir darurat/insedentil adalah perparkiran di tempat-tempat umum baik yang menggunakan lahan tanah, jalan-jalan, lapangan-lapangan milik Pemerintah Daerah maupun swasta karena kegiatan insendentil.

4. Taman parkir

Taman Parkir adalah suatu areal bangunan perparkiran yang dilengkapi fasilitas sarana perparkiran yang pengelolanya diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

5. Gedung Parkir

Gedung parkir adalah bagunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan yang penyelenggaraannya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga yang telah mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.

2.2.2.3. Parkir Menurut Jenis Kepemilikan dan Pengelolaan

Undang-undang Lalu Lintas No.14/1992 menyatakan berdasarkan jenis kepemilikan dan pengelolaan, parkir dapat digolongkan menjadi:

a. Parkir yang dimiliki dan dikelola oleh swasta.

(11)

b. Parkir yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah tetapi pengelolaannya oleh pihak swasta.

c. Parkir yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2.2.3. Fasilitas Parkir

Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu dan bertujuan untuk memberikan tempat istirahat kendaraan dan menunjang kelancaran arus lalu lintas (Suweda, 2008).

Oleh karena itu, fasilitas parkir harus cukup memadai sehingga semua pengoperasian arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancer. Secara umum, Fasilitas parkir dapat dikelompokkan sebagai berikut :

2.2.3.1. Berdasarkan Penempatannya

a. Parkir di badan jalan (On Street Parking)

Parkir di jalan adalah fasilitas parkir yang menggunakan tepi jalan sebagai ruang parkir ataupun tidak melebarkan badan jalan itu sendiri bagi fasilitas parkir. Walaupun parkir di tepi jalan mempunyai banyak kerugian seperti menghambat arus lalu lintas karena terjadi perlambatan ataupun kemacetan pada sejumlah kendaraan yang melintas, tetapi parkir di badan jalan masih sangat diperlukan mengingat banyak tempat (seperti sekolah, pertokoan, tempat ibadah,dll) yang tidak memiliki ruang parkir yang memadai. Parkir di badan jalan dibagi atas :

1. Parkir Terbatas

Merupakan parkir yang dibatasi baik oleh waktu maupun oleh jumlah kendaraan dan ini umum terjadi di pusat-pusat kota dimana lahan yang tersedia sangat sedikit dibandingkan kendaraan yang di parkir.

2. Parkir Tidak Terbatas

Merupakan suatu kondisi parkir dimana jumlah kendaraan yang parkir tidak begitu banyak sehingga mampu menampung jumlah kendaraan yang ingin parkir, ini biasanya terdapat di luar kota, dengan harga

(12)

tanah yang lebih murah sementara kebutuhan parkir tidak begitu tinggi.

b. Parkir di luar jalan (Off Street Parking)

Yang dimaksud dengan parkir di luar jalan adalah tersedianya lahan khusus sebagai pelataran parkir, fasilitas ini dilengkapi dengan pintu pelayanan masuk dan pintu pelayanan keluar yang berfungsi sebagai tempat mengambil atau menyerahkan karcis sehingga dapat diketahui jumlah kendaraan dan durasi parkir kendaraan yang parkir. Tipe fasilitas parkir di luar badan jalan yang pada umumnya dibahas adalah :

1. Pelataran Parkir

Pelataran parkir adalah kawasan terbuka yang digunakan untuk memarkir kendaraan biasa disebut juga taman parkir. Pelataran parkir sebaiknya ditempatkan dan dikembangkan pada bagian lahan yang kosong di sekeliling komplek bangunan dengan jarak yang tidak terlampau jauh antara tempat kendaraan parkir dengan tempat yang dituju. Pelataran parkir merupakan yang sangat penting di pusat perdagangan, perkantoran, stadion olahraga, pasar, dan sekolah untuk memarkir kendaraannya, sementara itu pemiliknya melakukan kegiatan belanja, bekerja ataupun kegiatan lainnya.

2. Parkir Bertingkat

Dilokasi yang persediaan tanahnya tidak memungkinkan lagi sebagai tempat pelataran parkir, ataupun lokasi untuk parkir masih ada tapi harga tanah tersebut mahal,maka alternative lain adalah menyediakan parkir mobil bertingkat. Parkir mobil bertingkat dirangcang untuk sekitar 400 hingga 500 mobil. Kapasitas lebih besar akan cenderung meningkatkan pemakaian waktu untuk mencapai tempat parkir dan keluar dari tempat parkir. Bila parkir oleh pengemudi yang sedang berlaku, umumnya jumlah lantai maksimum hanya 5 tingkat.

(13)

3. Parkir Atap

Sekarang yang makin popular penggunaannyaadalah parkir di atas atap dengan memakai ramp ataupun lift dan ini banyak digunakan di kota-kota besar di dunia.

4. Parkir Mekanis

Parkir mekanis ditujukan untuk mengangkat kendaraan dari suatu tempat ke tempat lain dan cradle dan dollies untuk memindahkan kendaraan dari suatu tempat ke tempat lain. Dengan adanya alat ini maka ramp tidak dibutuhkan lagi dan sangat menguntungkan karena menampung kapasitas yang cukup besar, ini dikarenakan parkir mekanis ini dapat dirancang berdasarkan ukuran tinggi dari kendaraan, bukan ukuran tinggi si pengemudi.

5. Parkir Bawah Tanah

Keuntungan terbesar dari parkir di bawah tanah adalah sedikit gangguan dan tidak terganggunya keindahan suatu tempat dan juga menghemat tanah.

2.2.3.2. Berdasarkan Status

a. Parkir Umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan, lapangan yang disebut area parkir yang lahannya dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.

b. Parkir Khusus adalah perparkiran menggunakan lahan yang pengelolahannya diselenggarakan oleh pihak Ketiga.

c. Parkir Darurat adalah perparkiran di tempat-tempat umum yang menggunakan lahan milik pemerintah atau swasta karena kegiatan insidentil.

d. Gedung Parkir adalah suatu bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan yang penyelenggaranya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga yang mendapatan ijin dari pemerintah daerah.

(14)

e. Areal Parkir adalah lahan parkir lengkap dengan fasilitas sarana perparkiran yang diperlukan dan pengelolaannya diselenggarakan oleh pemerintah

2.2.3.3. Berdasarkan Jenis Kendaraannya

Menurut jenis kendaraan parkir, terdapat beberapa golongan parkir yaitu : a. Parkir untuk kendaraan roda dua tidak bermesin (sepeda).

b. Parkir untuk kendaraan roda dua bermesin (sepeda motor).

c. Parkir untuk kendaraan roda tiga, roda empat atau lebih (becak bermotor bajaj, mobil, taksi dan lain-lain).

2.2.3.4. Menurut Jenis Tujuan Parkir

a. Parkir penumpang yaitu parkir untuk menaik-turunkan penumpang.

b. Parkir barang yaitu parkir untuk bongkar muat barang. Keduanya sengaja dipisahkan agar satu sama lain kegiatan tidak saling mengganggu

2.2.3.5. Menurut Jenis Pemilikan dan Pengoperasiannya

a. Parkir milik dan pengoperasiannya adalah milik swasta.

b. Parkir milik pemerintah daerah dan pengelolaannya adalah pihak swasta.

c. Parkir milik dan pengoperasiannya adalah pihak pemerintah.

2.2.4. Penentuan Kebutuhan Parkir

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1996, Jenis peruntukan kebutuhan parkir adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan parkir yang tetap 1) Pusat perdagangan

2) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan 3) Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan 4) Pasar

(15)

5) Sekolah

6) Tempat rekreasi

7) Hotel dan tempat penginapan 8) Rumah sakit

b. Kegiatan parkir yang bersifat sementara 1) Bioskop

2) Tempat pertunjukan

3) Tempat pertandingan olahraga 4) Rumah ibadah

2.2.5. Pola Parkir

Sistem pola parkir juga tidak terlepas dari peran fasilitas parkir itu sendiri fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu dan bertujuan untuk memberikan tempat istirahat kendaraan dan menunjang kelancaran arus lalu lintas. Untuk melakukan suatu kebijaksanaan yang berkaitan dengan parkir, terlebih dahulu perlu dipikrikan pada parkir yang akan diimplementasikan. Yang mana pada parkir tersebut akan baik apabila sesuai dengan kondisi yang ada. Ada beberapa pola parkir yang telah berkembang baik dikota –kota besar maupun dikota-kota kecil. Pola parkir yang telah berkembang tersebut adalah sebagai berikut:

2.2.4.1. Desain Parkir Di Badan Jalan (On Street Parking) 1. Pola Parkir Paralel

Pola parkir ini sebenarnya tidak dapat menampung jumlah kendaraan cukup banyak. Biasanya digunakan untuk ukuran lahan parkir yang sempit.

(16)

Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998 2. Pola Parkir Menyudut

Pola Parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan dengan pola parkir paralel dan kemudahan melakukan manuver masuk dan keluar.

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998 Gambar 2. 1. Pola Parkir Pararel

Gambar 2. 2 Pola Parkir Menyudut 30°

Gambar 2. 3 Pola Parkir Menyudut 45°

(17)

Gambar 2. 5 Pola Parkir Menyudut 90°

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998 2.2.4.2. Disain Parkir di Luar Badan Jalan (Off street Parking)

1. Pola Kendaraan Satu Sisi

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang yang sempit.

a.

Membentuk sudut 90°

Pola Parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan kenyamanan manuver masuk dan keluar parkir lebih sedikit jika dibandingkan dengan sudut yang lebih kecil dari 90°

Gambar 2. 4 Pola Parkir Menyudut 60°

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

(18)

b. Membentuk sudut 30° 45° 60°

kemudahan dan kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar jika dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90°

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998 2.Parkir Kendaraan Dua Sisi

a.

Membentuk Sudut 90° Pada pola parkir ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau dua arah. Pola parkir ini juga diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai.

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998 Gambar 2. 6 Pola Parkir Satu Sisi Menyudut 90°

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

Gambar 2. 7 Pola Parkir Satu Sisi Menyudut 30° 45° 60°

Gambar 2. 8 Pola Parkir Satu Dua Menyudut 90°

(19)

b.

Membentuk sudut 30° 45° 60°

3. Pola Parkir Pulau

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.

a. Membentuk sudut 90°

b. Membentuk sudut 45°

Bentuk Tulang Ikan Tipe A

Gambar 2. 9 Pola Parkir Satu Dua Menyudut 30° 45° 60°

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

Gambar 2. 10 Pola Parkir Pulau Menyudut 90°

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

Gambar 2. 11 Pola Parkir Bentuk Tulang Ikan Tipe A

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

(20)

Bentuk Tulang Ikan Tipe B

Gambar 2. 12 Pola Parkir Bentuk Tulang Ikan Tipe B

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

Bentuk Tulang Ikan Tipe C

Gambar 2. 13 Pola Parkir Bentuk Tulang Ikan Tipe C

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

2.2.4.3. Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul

Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terutama terletak pada penggunaannya. Patokan umum yang dipakai adalah :

a. Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter;

b. Jalur gang yang ini dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap sebagai jalur sirkulasi.

Lebar minimum untuk jalur sirkulasi c. Untuk jalan satu arah = 3,5 meter,

(21)

d. Untuk jalan dua arah = 6,5 meter.

Gambar 2. 15 Sketsa Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul Sudut 30° 45° dan 60°

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Direktur Jendral Perhubungan Darat, 1996

Tabel 2. 1 Standar Ukuran Lebar Jalur Gang

SRP

Lebar Jalur Gang (m)

<30° <45° <60° <90°

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah a. SRP mobil pnp 3,0* 6,00* 3,0* 6,00* 5,1* 6,00* 6,00* 8,0*

3,50** 6,50** 3,50** 6,50** 5,1** 6,50** 6,50** 8,0**

b. SRP mobil pnp 3,0* 6,00* 3,0* 6,00* 4,60* 6,00* 6,00* 8,0*

3,50** 6,50** 3,50** 6,50** 4,60** 6,50** 6,50** 8,0**

c. SRP sepeda motor 1,6*

1,6**

Gambar 2. 14 Sketsa Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul Sudut 90°

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Direktur Jendral Perhubungan Darat, 1996

(22)

Keterangan : * = lokasi parkir tanpa fasilitas pejalan kaki

** = lokasi parkir dengan fasilitas pejalan kaki 2.2.5. Manajemen Parkir

Ada beberapa point dari manajemen parkir sebagai berikut :

2.2.5.1. Prinsip-prinsip Pengelolaan Parkir (Todd Litman, Parking Management Comprehensive Implementation Guide, 2009)

Berikut ini merupakan sepuluh prinsip-prinsip umum yang dapat membantu untuk pengambilan Keputusan perencanaan yang dapat mendukung pengelolaan parkir:

1. Pilihan konsumen. Pengguna parkir harus memiliki parkir yang layak dengan segala macam pilihan perjalanan.

2. Informasi pengguna. Pengemudi harus memiliki informasi mengenai parkir dengan segala macam pilihan perjalanan.

3. Berbagi. Fasilitas parkir harus melayani banyak pengguna dan segala tujuan.

4. Pemanfaatan efisien. Fasilitas parkir harus berukuran dan dikelola.

5. Fleksibilitas. Perencanaan parkir harus mengakomodasiketidakpastian dan perubahan yang terjadi.

6. Prioritas. Ruang yang paling dibutuhkan harus dikelola untuk mendukung prioritas kebutuhan lebih tinggi.

7. Harga. Sebanyak mungkin, pengguna harus membayar langsung untuk fasilitas parkir yang mereka gunakan.

8. Manajemen puncak. Upaya – upaya khusus harus dilakukan untukmengatasi puncak permintaan

9. Kualitas vs kuantitas . kualitas fasislitas parkir harus danggap ama pentingnya dengan kuantita, termasuk estetika, keamanan, aksesibilitas dan informasi pengguna

10. Analisis menyeluruh. Semua biaya dan manfaat yang signifikan harus dipertimbangkan dalam perencanaan parkir.

(23)

2.2.5.2. Manfaat Manajemen Parkir (Todd Litman, Parking Management Comprehensive Implementation Guide, 2009)

 Penghematan biaya fasilitas. Mengurangi biaya untuk pemerintah, bisnis, pengembang dan konsumen.

 Meningkatkan kualitas layanan. Banyak pengguna meningkatkan kualitas layanan yang tepat dengan memberikan informasi yang lebih baik, meningkatkan pilihan konsumen, mengurangi kemacetan dan membuat fasilitas menjadi lebih menarik.

 Lebih fleksibel terhadap lokasi dan desain fasilitas. Parkir manajemen memudahkan arsitek, perancang dan perencanaan untuk menangani kebutuhan parkir.

 Meningkatnya pendapatan

 Mengurangi komsumsi tanah. Parkir manajemen dapat mengurangi kebutuhan lahan dan sangat membantu untuk melestarikan greenspace, ekologi, sejarah, budaya, dan sumber daya.

 Mendukung manajemen dengan mobilitas tinggi. Manajemen parkir merupakan komponen penting dari upaya untuk mendorong pola transportasi lebih efisien, yang membantu mengurangi masalah seperti lalu lintas kemacetan, biaya jalan, polusi emisi, konsumsi energi dan kecelakaan lalu lintas.

 Mendukung Smart Growth. Pengelolaan parkir membantu menciptakan kemudahan dan efisien penggunaan lahan, dan dukungan lainnya dengan tujuan perencanaan pemanfaatan lahan.

 Perbaikan walkability. Dengan memungkinkan lebih banyak pengembangan dan bangunan yang terletak dekat dengan trotoar dan jalan-jalan, manajemen parkir dapat membantu menciptakan keteraturan.

 Mendukung transit. Manajemen parkir mendukung pembangunan berorientasi transit dan penggunaan transit.

(24)

 Mengurangi biaya pengelolaan Stormwater, pencemaran air dan efek pemanasan global. Manajemen parkir dapat mengurangi total area trotoar dan memasukkan fitur desain seperti lansekap dan pelindung yang mengurangi aliran Stormwater, pencemaran air dan lain-lain.

 Mendukung tujuan ekuitas. Strategi manajemen dapat mengurangi kebutuhan untuk subsidi parkir, meningkatkan pilihan perjalanan untuk non-driver, memberikan penghematan keuangan untuk rumah tangga berpendapatan rendah, dan meningkatkan keterjangkauan perumahan.

 Lebih banyak ditinggali masyarakat. Manajemen parkir dapat membantu membuat lebih menarik dan efisien lingkungan perkotaan dengan mengurangi total area beraspal, sehingga lebih fleksibel desain bangunan, meningkatkan walkability dan meningkatkan desain fasilitas parkir.

2.2.6. Permasalahan Parkir

Perparkiran sering menimbulkan permasalahan yang sering terjadi di banyak kota besar karena keterbatasan ruang kota. Ketersediaan fasilitas parkir (pelataran atau gedung) di kawasan tertentu di dalam kota menjadi tanggung jawab pemerintah atau pihak swasta untuk memenuhi kebutuhan akan permintaaan parkir di pusat kota. Jumlah aktifitas atau kegiatan pada suatu pusat kota juga mempengaruhi meningkatnya aktifitas kendaraan yang akan berpotensi menimbulkan masalah antara lain :

1. Bangkitan tidak tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia, sehingga meluap ke badan jalan. Luapan parkir di badan jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas.

2. Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan parkir secara otomatis memanfaatkan badan jalan untuk parkir.

Masalah parkir di badan jalan merupakan masalah utama yang menyebabkan kemacetan di daerah perkotaan. Permasalahan transportasi di daerah perkotaan

(25)

seringkali disebabkan tingginya kebutuhan pergerakan yang tidak bias diimbangi dengan ketersediaan jaringan jalan yang ada. Sebagai ilustrasi, luas jaringan jalan yang ideal untuk suatu daerah perkotaan adalah sekitar 10% - 30% dari total luas wilayah yang ada. Akibat dari adanya kegiatan on street parking sehingga menimbulkan kemacetan yang mengakibatkan external cost yang harus ditanggung oleh pengguna jalan lain.

Adapun beberapa permasalahan parkir pada suatu tempat yaitu :

1. Pasar yaitu penyediaan dan pengaturan parkir belum memadai sehingga pada jam puncak pagi hari umumnya menimbulkan masalah terhadap kelancaran lalu lintas.

2. Kompleks pertokoan/perdagangan, yaitu pada saat jam puncak menimbulkan permasalahan karena kapasitas jalan berkurang dengan adanya aktifitas parkir pengunjung.

3. Kompleks sekolah, parkir kendaraan penjemput anak sekolah sering menimbulkan masalah terhadap kelancaran arus lalu lintas karena tidak tersedia fasilitas parkir dan pengaturan parkir di badan jalan yang belum baik.

4. Kompleks perkantoran, pada umumnya sudah menyediakan fasilitas parkir, namun ada kantor-kantor tertentu yang bangkitan parkirnya cukup besar, sehingga tidak tertampung oleh fasilitas yang ada.

5. Tempat ibadah, pada umumnya tidak tersedia fasilitas parkir untuk kendaraan roda 4 yang memadai sehingga pada harihari tertentu sering terjadi lonjakan bangkitan parkir yang besar sehingga tidak tertampung oleh fasilitas parkir yang ada (bersifat insdentil).

6. Pemukiman, pada umumnya tidak tersedia fasilitas parkir untuk tamu sehingga menimbulkan bangkitan parkir di badan jalan.

2.2.7. Konsep Dasar Penanganan Masalah Parkir

Besaran permintaan parkir pada suatu kawasan ruas jalan sangat dipengaruhi oleh pola tata guna lahan di kawasan yang bersangkutan, sehingga di dalam penanganan masalah parkir harus pula diikuti dengan pengaturan mengenai

(26)

pola tata guna lahan yang disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota yang ada. Selain itu, mengingat besarnya permintaan parkir sehingga memunculkan banyaknya bangkitan parkir di ruas badan jalan. Maka, perlu adanya persyaratan penyediaan fasilitas parkir minimal pada pusat kegiatan yang sudah ada atau pusat kegiatan baru yang dapat dituangkan sebagai persyaratan dalam pembuatan Ijin Mendirikan Bangunan (Alamsyah 2008:181)

2.3. Satuan Ruang Parkir (SRP)

Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan suatu kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor) termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. Satuan ruang parkir (SRP) merupakan unit ukuran yang diperlukan untuk memarkir kendaraan menurut berbagai bentuk penyediaannya. Besaran ruang parkir dipengaruhi olrh :

2.3.1. Dimensi Kendaraan Standar

Pada penentuan besarnya SRP perlu didasarkan pada besarnya nilai SRP suatu kendaraan standar yang terpilih. Penentuan jenis kendaraan terpilih perlu dilakukan karena hasil survei dilapangan menunjukan ketidakseragaman ukuran kendaraan, hal ini menyebabkan perbedaan mengenai penentuan ruang daya tampung suatu areal parkir. Dimensi kendaraan standar pada mobil penumpang dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2. 16 Dimensi Kendaraan Standar Untuk Mobil Penumpang

(27)

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir 2.3.2. Ruang Bebas Kendaraan Parkir

Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada disampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dengan kendaraan yang parkir disampinya pada saat penumpang turun dari kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle). Besar jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.

2.3.3. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan

Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memakai fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan pintu kendaraan karyawan kantor berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat perbelanjaan. Dalam hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga seperti yang ditunjukkan pada table 2.2

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir Tabel 2. 2 Jenis Bukaan Pintu

(28)

Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti tabel 2.3 di bawah ini :

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut :

1.

Satuan Ruang Parkir untuk mobil penumpang dapat dilihat pada gambar 2.16

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir Gambar 2. 17 Satuan Ruang Parkir Untuk Mobil Penumpang Tabel 2. 3 Penentuan Satuan Ruangan Parkir

(29)

Gol I : B = 170 a1 = 10 Bp = 230 = B + O + R

O = 55 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2

R = 5 a2 = 20

Gol II: B = 170 a1 = 10 Bp = 250 = B + O + R

O = 75 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2

R = 5 a2 = 20

Gol III: B = 170 a1 = 10 Bp = 300 = B + O + R

O = 80 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2

R = 50 a2 = 20

2. Satuan Ruang Parkir unutk Sepeda Motor

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir 2.3.4. Kebutuhan Ruang Gerak

Dalam hal ini kebutuhan ruang gerak kendaraan parkir banyak dipengaruhi oleh:

a. Luas bentuk pelataran parkir b. Dimensi ruang parkir

Gambar 2. 18 Satuan Ruang Parkir Untuk Sepeda Motor

(30)

c. Jalur sirkulasi (tempat, yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir), lebar minimum untuk jalur satu arah =3,5 meter dan untuk jalur dua arah = 6,5 meter.

d. Jalur gang (jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan).

Lebar jalur gang untuk kendaraan bermotor dapat dilihat pada Tabel 2.2,sedangkan kebutuhan bukaan pintu kendaraan yang dipengaruhi oleh karakteristik pemakai kendaraan.

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir 2.4. Analisis Kebutuhan Parkir

Dalam menghitung analisis kebutuhan parkir, ada beberapa parameter karakteristik parkir yang perlu diketahui adalah :

2.4.1. Volume Parkir

Volume parkir adalah jumlah keseluruhan kendaraan yang menggunakan fasilitas parkir, biasanya dihitung dalam kendaraan yang parkir dalam satu hari. Waktu yang digunakan untuk parkir dihitung dalam menit atau jam menyatakan lama parkir. Perhitungan volume parkir dapat digunakan Tabel 2. 4 Lebar jalur gang lokasi parkir dengan fasilitas pejalan kaki

(31)

sebagai petunjuk apakah ruang parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan parkir kendaraan atau tidak dan berdasarkan volume tersebut dapat direncanakan besarnya ruang parkir yang diperlukan apabila diperlukan pembangunan ruang baru. Volume parkir dalam penelitian ini adalah jumlah kendaraan yang masuk areal parkir selama jam-jam pengamatan (dianggap satu hari dan mengunakan fasilitas parkir). Volume parkir dihitung dengan menjumlahkan kendaraan yang menggunakan areal parkir pada jam pengamatan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya volume yang terjadi adalah sebagai berikut (Hoobs, 1995) :

Volume parkir = Nin+ X (Kendaraan) Keterangan :

Nin : Jumlah kendaraan yang masuk X : Kendaraan yang sudah ada 2.4.2. Akumulasi Parkir

Akumulasi parkir adalah jumlah total dari kendaraan yang parkir selama waktu tertentu. Akumulasi ini dapat di jadikan sebagai ukuran kebutuhan ruang parkir di lokasi penelitian. Informasi ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan kendaraan yang telah menggunakan lahan parkir ditambah dengan kendaraaan yang masuk serta dikurangi dengan kendaraan yang keluar. Untuk menghitung akumulasi parkir dapat digunakan rumus sebagai berikut (Hoobs, 1995)

Akumulasi = Qin – Qout + Qs Dimana :

Qin :Kendaraan yang masuk lokasi parkir Qout :Kendaraan yang keluar lokasi parkir

Qs :Kendaraan yang telah berada dilokasi parkir sebelum pengaamatan dilakukan

(32)

2.4.3. Turn Over

Turn Over parkir adalah angka yang menunjukan tingkat penggunaan ruang parkir yang diperoleh dari pembagian antara jumlah kendaraan yang parkir selama waktu pengamatan. Rumus yang digunakan untuk menyatakan pergantian parkir adalah (Hoobs, 1995) :

2.4.4. Durasi Parkir

Durasi adalah rata-rata lama waktu yang dipakai setiap kendaraan untuk berhenti pada ruang parkir. Berdasarkan hasil perhitungan durasi dapat diketahui rata-rata lama penggunaan ruang parkir oleh pemarkir. Lamanya parkir dinyatakan dalam jam. Semakin lama pengguna kendaraan parkir, maka penyedia fasilitas parkir sebaiknya menyediakan lahan yang cukup bagi para pengunjung Untuk mengetahui rata-rata lamanya parkir dari seluruh kendaraan selama waktu survey dapat digunakan rumus sebagai berikut (Hoobs,1995) :

Keterangan :

T out : Waktu tercatat pada saat kendaraan keluar lokasi T in : Waktu tercatat pada saat kendaraan masuk lokasi 2.4.5. Kapasitas Parkir

Kapasitas parkir adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu pelayanan. Besar kecilnya suatu kapasitas suatu lahan parkir akan sangat menentukan besarnya volume kendaraan yang dapat ditampung oleh lahan tersebut. Sehingga kapasitas parkir ini harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak hanya didasarkan pada volume maksimum pada kondisi jam sibuk pada hari puncak pula, namun juga harus memperhatikan dan menimbang keseluruhan perilaku kendaraan baik durasi maupun akumulasi selama waktu tertentu. Apabila penentuan kapasitas parkir didasarkan pada jam

(33)

puncak maka lahan parkir akan mampu menampung kendaraan pada jam puncak akan tetapi pada jam lain akan kosong sehingga sangat tidak efektif dan efisien bila dilihat dari sudut investasi.

a. Kapasitas Statis

Kapasitas Statis adalah jumlah ruang parkir yang tersedia pada suatu lahan parkir. Parameter-parameter yang menentukan besarnya kapasitas statis. Menurut Hobbs (1995), Kapasitas Statis dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

KP : Kapasitas statis (kendaraan/jam) L : Panjang efektif lahan

X : SRP yang digunakan b. Kapasitas Dinamis

Kapasitas dinamis merupakan kemampuan suatu lahan parkir menampung kendaraan yang mempunyai karakteristik parkir berbeda-beda. Menurut Hoobs (1995) Kapasitas Dinamis dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

KD Keterangan :

KD = kapasitas dinamis KS = kapasitas statis

P = lama waktu parkir beroprasi D = rata-rata durasi parkir kendaraan 2.4.6. Indeks Parkir

Indeks parkir adalah perbandingan antara akumulasi parkir dengan kapasitas ruang parkir yang tersedia. Nilai indeks parkir ini dapat menunjukkan seberapa besar kapasitas parkir yang telah terisi. Indeks parkir juga menjadi ukuran lain untuk menyatakan penggunaan lahan

(34)

parkir yang dinyatakan dalam persentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir. Untuk menentukan kebutuhan parkir dapat diketahui dari waktu puncak parkir karena waktu puncak parkir memberikan gambaran terhadap besarnya kebutuhan lahan parkir pada satu periode waktu tertentu. Indeks parkir dirumuskan sebagai berikut (Hoobs, 1995):

 IP < 100% artinya bahwa fasilitas parkir tidak bermasalah, dimana kebutuhan parkir tidak melebihi daya tampung/kapasitas normal.

 IP = 100% artinya bahwa kebutuhan parkir seimbang dengan daya tampung/kapasitas normal.

 IP > 100% artinya bahwa fasilitas parkir bermasalah, dimana kebutuhan parkir melebihi daya tampung/kapasitas normal.

2.5. Kebutuhan Ruang Parkir

Kebutuhan ruang parkir adalah jumlah tempat yang dibutuhkan untuk menampung kendaraan yang membutuhkan parkir berdasarkan fasilitas dan fungsi dari sebuah tata guna lahan. Untuk mengetahui kebutuhan parkir pada suatu kawasan yang di studi, terlebih dahulu perlu diketahui tujuan dari pemarkir. Rumus yang dipakai untuk menghitung kebutuhan ruang parkir adalah sebagai berikut :

KRP = F1 x F2 x volume parkir F1 =

Dimana :

KRP = Kebutuhan Ruang Parkir F1 = Faktor akumulasi

F2 = Faktor fluktuasi (menurut Dirjen Perhubungan Darat 1,1 – 1,25) untuk perencanaan disarankan 1,1

(35)

2.6. Penelitian Terdahulu Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu

Peneliti (Tahun) Lokasi Judul Permasalahan Penyelesaian Sudiro dan James

dkk (2015)

Manado Analisis Pemanfaatan Parkir Pada Kawasan

Perkantoran Jalan 17 Agustus Manado

Bertambah banyaknya jumlah pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta dan kegiatan masyarakat yang menyebabkan naiknya volume kendaraan.

Melakukan pengandaan lahan parkir yang mencukupi dan penentuan bentuk pola parkir yang tepat pada lahan parkir yang ada.

Maslina dan Renda (2020)

Balikpapan Analisa

Kebutuhan Ruang Parkir Kantor PT.Intipramata Bandar Kariangau Balikpapapan.

Ruang parkir yang tersedia belum mencukupi dikarenakan area tersebut sering terjadi aktifitas keluar masuk kendaraan sehingga meningkatkan jumlah volume kendaraan pada daerah tersebut.

Melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi off steer parking dan

mengetahui kebutuhan ruang parkir yang

sesungguhnya dengan menghitung karakteristik parkir untuk mendapatkan jumlah ruang parkir yang sesungguhnya.

Prasetiyo dan James dkk (2014)

Manado Analisis

Kebutuhan Ruang

Kondisi eksisting saat ini pada

Melakukan analisa

(36)

Parkir Pada Kawasan Pusat Perdagangan Kota Tomohon

kawasan pusat perdagangan tidak memiliki areal parkir yang dapat menampung kendaraan pengunjung pusat perdagangan sehingga mobil maupun motor milik pengunjung hanya di parkir pada badan jalan sehingga mengurangi kapasitas jalan dan seringkali

mengakibatkan kemacetan.

kebutuhan pada kawasan pusat

perdangangan Kota

Tomohon sehingga mengetahui area yang dapat di jadikan sebagai alternatif lokasi parkir.

Andi Saiful Amal (2019)

Malang Analisa

Kebutuhan Ruang Parkir Di Pasar Singosari-Malang

Kurangnya ruang parkir untuk kendaraan roda empat (mobil), ruang untuk manuver kendaraan parkir menjadi berkurang dan kendaraan dan area bebas parkir di pinggir jalan yang biasa

mengakibatkan kemacetan terhadap arus lalu lintas jalan raya panglima sudirman – singosari.

Perlu melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keebutuhan akan ruang parkir terutama untuk jenis kendaraan roda empat (mobil) yang memang membtuhkan ruang parkir memadai.

(37)

Yunita dan Roky dkk (2012)

Kupang Analisis

Kebutuhan Lahan Parkir Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.

W.Z. Johannes Kupang.

Penyediaan fasalitas parkir, sehingga

pengunjung rumah sakit kesulitan untuk memarkirkan kendaraannya pada lahan parkir yang tersedia karena selalu penuh. Hal ini menyebabkan pengunjung memrkirkan kendaraannya di badan jalan mochammad hatta yang menyebabkan kemacetan lalu lintas.

Melakukan survey langsung di lapangan untuk mendapatkan jumlah kendaraan yang parkir yaitu dengan mencatat plat nomor kendaraan yang masuk dan keluar.

Referensi

Dokumen terkait

MANGGARAI

Apabila timbul kasus AI di daerah bebas/terancam dan telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis, dan epidemiologi serta dikonfirmasi secara laboratoris, maka

kekurangannya.pendapatan dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proyek atau pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini peningkatan tarif atau juga

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.4 maka dapat dibuat grafik hubungan antara torsi (T) dan putaran poros (n) yang dihasilkan kincir angin Savonius

Telah dilakukan proses pembuatan poster media edukasi PSBB, materi pelatihan pembuatan kompos dan materi budidaya tanaman sawi. Poster media edukasi PSBB materi pelatihan

Pada sistem adhesif total-etch, seluruh smear layer akan disingkirkan dan serat kolagen akan terpapar akibat etsa asam sehingga dapat menciptakan kondisi yang baik untuk

Berdasarkan pada bentuklahan dan arahan penggunaan lahan, maka dapat dijelaskan bahwa daerah yang memiliki lereng datar-landai dengan tanah yang subur dan tersedia sumber air yang

(1) Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan program kerja, evaluasi dan pelaporan