• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK MELALUI SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN PENYITAAN UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK MELALUI SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN PENYITAAN UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK MELALUI SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN PENYITAAN

UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

(Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat)

SKRIPSI

SYAMSARI NIM : 105731135018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2022

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN:

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK MELALUI SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN PENYITAAN UNTUK MENINGKATKAN

PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

(Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

SYAMSARI NIM : 105731135018

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2022

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jangan pernah menyerah pada mimpi karena mimpilah yang membawa kita kejalan menuju kesuksesan

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulilah Rabbil’alamin,

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, orang- orang yang telah memberikan bantuan dan dukungan

hingga skripsi ini terselesaikan, dan almamater biru Universitas Muhammadiyah Makassar

PESAN DAN KESAN

Tidak ada keberhasilan yang mudah, tetapi juga tidak ada kerja keras yang sia-sia. Hasil selalu mengikuti usaha, bukti

selalu menepati janji pada keyakinan diri. Ayo kita buktikan sekali lagi di dunia nyata setelah ini.

(4)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Analisi Efektivitas Penagihan Pajak Melalui Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat) Nama Mahasiswa : Syamsari

NIM : 105731135018

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Menyatakan bahwa skripsi ini telah diteliti, diperiksa dan diujikan di depan panitia penguji skripsi strata satu (S1) pada tanggal 13 Agustus 2022 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 09 Safar 1444 H 05 September 2022 M

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Faidul Adziem, SE., M.Si Sri Wahyuni, SE., M.E

NIDN. 0921018002 NIDN. 0917069301

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si Mira, SE., M.Ak

NBM : 651 507 NBM : 1286844

(5)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi atas Nama : Syamsari, NIM : 105731135018 diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 0013/SK-Y/62201/091004/2022, Tanggal 15 Muharam 1444 H/ 13 Agustus 2022 M. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar SARJANA AKUNTANSI pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 09 Safar 1444 H 05 September 2022 M PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof. Dr. Ambo Asse, SE., MM (...) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si (...) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekretaris : Agusdiwana Suarni, SE., M.ACC (...) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

4. Penguji : 1. Dr. Muhammad Nasrun.,S.ST.,M.Si.,Ak.,CA.,CSP (...) 2. Mira.,SE.,M.Ak.,Ak (...) 3. Wa ode Rayyani.,SE.,M.Si.,Ak.,CA (...) 4. Masrullah, SE., M.Ak (...)

Disahkan Oleh,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si NBM : 651 507

(6)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar

vi

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Syamsari

Stambuk : 105731135018 Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Melalui Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat)

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 09 Safar 1444 H 05 September 2022 M

Yang Membuat Pernyataan,

Syamsari NIM : 105731135018

Diketahui Oleh:

Dekan Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si Mira, SE., M.Ak

NBM : 651 507 NBM : 1286844

(7)

vii

HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Makassar, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Syamsari

NIM : 105731135018

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Makassar Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non- exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Melalui Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan

(Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Makassar berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Makassar, 09 Safar 1444 H 05 September 2022 M

Yang Membuat Pernyataan,

Syamsari NIM: 105731135018

(8)

viii

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sholawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Melalui Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan Ucapan Terimakasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan doa, keluarga besar saya yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga terkhusus kepada dosen pembimbing saya, yakni Bapak Faidul Adziem, SE., M.Si dan Ibu Wahyuni, SE., M.E yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi, serta perbaikan yang amat berharga sejak awal sampai selesainya skripsi ini.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan

(9)

ix

penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira, SE., M.Ak selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh pendidikan.

5. Seluruh Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat Terkhusus dari seksi Penagihan Pajak dan Jurusita Perpajakan yang telah menerima, membantu dan memberikan informasi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Kedua Orang Tua saya yang senantiasa memberikan perhatian, doa, semangat dan motivasi, serta bantuan materil tanpa pamrih.

7. Keluarga Besar saya teruntuk saudara Ibu saya H. Muh. Ansyar, ST., M.AP yang senantiasa memberikan perhatian, doa, semangat dan motivasi, serta material tanpa pamrih dalam penulisan skripsi ini.

8. Sepupu saya Muzdhalifah Al Munandar, SE., M.Ak yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan menemani dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman KPPU Peby, Riska, Yanti, Diltas dan Arab yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman sekelas saya, Kelas AK18I yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

(10)

x

11. Serta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Tidak ada ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, tidak ada kekuatan dan kesempurnaan semua hanya milik Allah SWT.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Makassar, 07 Juli 2022

SYAMSARI

(11)

xi ABSTRAK

SYAMSARI. 2022. Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Melalui Surat Teguran, Surat Paksa Dan Penyitaan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat). Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh : Pembimbing I Faidul Adziem dan Pembimbing II Wahyuni.

Masih banyak wajib pajak yang belum melunasi tunggakan pajaknya setelah wajib pajak menerima surat teguran, surat paksa dan penyitaan bahkan tingkat pencairan tunggakan pajak melalui surat teguran, surat paksa dan penyitaan sangat rendah serta diikuti juga dengan rendahnya tingkat efektivitasnya di KPP Pratama Makassar Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor penyebab tidak efektifnya penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan Penyitaan pada KPP Pratama Makassar Barat dan untuk mengetahui kendala yang menyebabkan wajib pajak tidak melunasi tunggakan pajaknya melalui surat teguran, surat paksa dan Penyitaan di KPP Pratama Makassar Barat.

Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Makassar Barat dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi dimana penulis melakukan perhitungan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran,surat paksa dan penyitaan dan menghubungkannya dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Jurusita pajak sebagai narasumber guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di KPP Pratama Makassar Barat. Hasil penelitian menunjukkan, tingkat efektivitas pada tahun 2018 sampai dengan 2020 penagihan pajak dengan surat teguran,surat paksa dan penyitaan tergolong tidak efektif.

Kata Kunci: Efektivitas, Penagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa, Penyitaan, Pajak Penghasilan.

(12)

xii ABSTRAK

SYAMSARI. 2022 Analysis of the Effectiveness of Tax Collection Through Warning Letters, Forced Letters and Foreclosures to Increase Income Tax Revenue (Study at the West Makassar Pratama Tax Service Office). Thesis.

Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by : Supervisor I Faidul Adziem and Supervisor II Wahyuni.

There are still many taxpayers who have not paid off their tax arrears after taxpayers received warning letters, forced letters and confiscations, even the rate of disbursement of tax arrears through warning letters, forced letters and confiscations was very low and followed by a low level of effectiveness at the West Makassar KPP Pratama. This study aims to identify and analyze the factors causing the ineffectiveness of tax collection with letters of reprimand, forced letters and confiscation at the West Makassar KPP Pratama and to find out the obstacles that cause taxpayers to not pay their tax arrears through warning letters, forced letters and confiscation at the KPP West Makassar Primary.

This research was conducted at KPP Pratama Makassar Barat using a descriptive approach and data collection techniques using interviews and documentation where the authors calculated the level of effectiveness of tax collection with warning letters, forced letters and confiscations and connected them with the results of interviews conducted with tax bailiffs as resource persons to knowing the actual situation that occurred in West Makassar KPP Pratama.

The results showed that the level of effectiveness in 2018 to 2020 tax collection with warning letters, forced letters and confiscations was classified as ineffective.

Keywords: Effectiveness, Tax Collection, Warning Letter, Forced Letter, Confiscation, Income Tax.

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Teori... 12

1. Pengertian Pajak ... 12

2. Efektivitas ... 25

3. Penagihan Pajak ... 26

4. Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran ... 31

5. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ... 33

6. Penyitaan ... 36

7. Penerimaan pajak Penghasilan ... 37

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 48

C. Kerangka Pikir ... 49

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Pendekatan Penelitian ... 52

B. Definisi Operasional ... 52

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

D. Jenis dan Sumber Data... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskriptif data ... 59

2. Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 62

B. Pembahasan ... 64

1. Faktor tidak Efektifnya Penagihan Pajak ... 64

2. Kendala-Kendala Penyebab wajib Pajak Tidak Taat ... 69

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 76

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Pemungutan Pajak ... 22 2. Kerangka Pikir ... 51

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2018-2022 ... 2

2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada KPP Makassar Barat Tahun 2018-2020 ... 3

3. Persentase Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Makassar Barat Tahun 2018-2020 ... 4

4. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Teguran Di KPP Pratama Makassar Barat Tahun 2018-2020 ... 6

5. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Paksa Di KPP Pratama Makassar Barat Tahun 2018-2020 ... 7

6. Data Penagihan Dalam Bentuk Penyitaan Di KPP Pratama Makassar Barat 2018-2020 ... 8

7. Klasifikasi Efektivitas ... 26

8. Tabel Tindakan ... 29

9. Surat Teguran ... 32

10. Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran ... 35

11. Jatuh Tempo Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan ... 44

12. Daftar Tarif Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Pribadi ... 47

13. Penelitian Tedahulu ... 48

14. Kisi -Kisi Wawancara ... 57

15. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Teguran Pada KPP Pratama Makassar Barat ...61

16. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Penyitaan Pada KPP Pratama Makassar Barat ...62

17. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Teguran Pada KPP Pratama Makassar Barat ...64

18. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Paksa Pada KPP Pratama Makassar Barat ...66

19. Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Penyitaan Pada KPP Pratama Makassar Barat ...67

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Lembar Wawancara ... 77 2. Surat Izin Penelitian ... 82 3. Biografi Penulis ... 97

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung.

Mendengar kata Pajak, kebanyakan dari kita akan segera terstimulasi untuk mengansumsikannya sebagai suatu beban tambahan yang cukup signifikan di tengah belitan kesulitan ekonomi yang semakin berat dari waktu kewaktu. Hal tersebut, tentu saja sebagian dikarenakan kurangnya pemahaman tentang pajak itu sendiri. Kesadaran akan pajak (tax consciousness) memang perlu di tingkatkan, tetapi harus dilakukan dengan cara-cara yang bijaksana sehingga masyarakat tidak menjadi antipati terhadap pajak.

Di Indonesia, dominasi pajak sebagai pos penerimaan dalam negeri telah terlihat sejak awal berdirinya Republik ini. Bersumber pada data APBN dari tahun ketahun yang secara rutin dipublikasikan oleh Departemen Keuangan. Dominasi pajak dalam penerimaan negara harus disambut baik, karena melalui pajak kemandirian bangsa Indonesia dalam membiayai pembangunan dan pemerintahannya diharapkan dapat tercapai. Segala biaya pembangunan dan pengembangan yang dilakukan oleh negara berasal dari masyarakat sendiri, bukan berasalkan bantuan dari negara lain.

Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara tahun 2018-2022 dapat dilihat pada Tabel 1.

(19)

2 Sumber :www.bps.go.id (2018)

Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa penerimaan perpajakan merupakan komponen terbesar dalam penerimaan negara terbukti pada tahun 2018 sebesar 75,2 %, tahun 2019 sebesar 74,2 % dan pada tahun 2020 sebesar 85

%. Terbukti dari hasil perbandingan pendapatan antara penerimaan pajak dan

I. Penerimaan Dalam Negeri 1.432.058,60 1.545.456,30 1.758.330,90 1.077.306,7075,2 1.146.865,8074,2 1.489.255,50 85

1.029.850,00 1.103.217,60 1.439.998,60 506.442,80 546.180,90 679.370,10 384.713,50 409.181,60 576.469,20

25.304,60 23.476,20 26.689,90

0 0 0

108.452,00 118.085,50 145.739,90

4.937,10 6.293,40 11.729,50

47.456,60 43.648,10 49.256,90

31.621,30 32.319,10 37.203,90

15.835,40 11.329,00 12.053,00

354.751,9024,8 398.590,50 25,8 269.075,40 15

226.406,20 240.848,30 118.919,10

34.025,60 40.314,40 36.956,50

69.671,90 87.746,80 90.109,60

24.648,20 29.681,00 23.090,20

II. 6.832,50 5.034,50 3.311,90

1.438.891,10 1.550.490,80 1.761.642,80 2020 2)

Penerimaan Bukan Pajak

Pendapatan Badan Layanan Umum Penerimaan Sumber Daya Alam Bagian laba BUMN

Penerimaan Bukan Pajak Lainnya

2018 1)

Sumber Catatan

Sumber Penerimaan

1) LKPP

2019 1)

Jumlah

Bea Masuk

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Hibah

2) APBN-P

: Departemen Keuangan Pajak Lainnya Pajak Penghasilan Pajak Dalam Negeri

Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan

: Perbedaan satu digit dibelakang terhadap angka penjumlahan karena pembulatan Pajak Perdagangan Internasional

Pajak Ekspor

% % %

Tabel 1

Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2018-2020

(Dalam Milyaran Rupiah)

Cukai

Penerimaan Perpajakan

(20)

3

penerimaan bukan pajak bahwa pendapatan pajak semakin diandalkan untuk dapat membiayai secara mandiri kebutuhan negara. Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain kesadaran dan kepatuhan Salah satunya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak diantaranya pemerintah, petugas pajak (fiskus), dan masyarakat yang sangat berperan penting dalam upaya mengoptimalkan penerimaan pajak (Fouktone, 2007).

Fakta di lapangan menunjukkan dengan fenomena sampai saat ini pendapatan pemerintah dari sektor pajak belumlah maksimal dimana realisasi penerimaan pajak cenderung mengalami penurunan, berikut peneliti tampilkan target dan realisasi penerimaan pajak pada KPP Makassar Barat ke dalam format tabel pada tiga tahun terakhir :

Tabel 1.2

Target & Realisasi Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Makassar Barat

Tahun 2018-2020

Tahun Target

Penerimaan Pajak

Realisasi Penerimaan Pajak

Penerimaan Pajak (%)

2018 669,8 Milliar 528,5 Milliar 78,91%

2019 618,4 Milliar 576,9 Milliar 93,28%

2020 893,4 Milliar 750,2 Milliar 83,96%

Sumber : Seksi Pengelolaan Data dan Informasi KPP Makassar Barat (2021) Dilihat dari gambaran tabel diatas menunjukan adanya pendapatan pemerintah dari sektor pajak belumlah maksimal, namun seiring dengan berkembangnya waktu penerimaan pajak yang fluktuatif dari tahun ke tahun yang dapat kita lihat dari realisasi penerimaan pajak pada tahun 2018 (78,91%), 2019 (93,28%), dan 2020 (83,96%) tidak mencapai target

(21)

4 penerimaan pajak yang telah ditentukan.

Isu kurangnya sosialisasi pajak ke masyarakat menimbulkan ketidak patuhan wajib pajak melaporkan kewajibannya sebagai wajib pajak menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, baik dengan fraud dan illegal yang disebut tax evasion, maupun penghindaran pajak tidak dengan fraud dan dilakukan secara legal yang disebut tax avoidance. Pada akhirnya tax evasion dan tax avoidance mempunyai akibat yang sama, yaitu berkurangnya penyetoran pajak ke kas negara. Berikut disajikan tabel yang menjelaskan persentase kepatuhan wajib pajak di Kantor Pajak Pratama Makassar Barat dari tahun 2018 hingga 2020.

Tabel 1.3

Persentase Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Makassar Barat Tahun 2018-2020

Uraian 2018 2019 2020

WP Terdaftar Wajib SPT 61.087 62.430 62.149

Realisasi SPT Tahunan PPh 40.334 43.341 43.184

Rasio Kepatuhan 66,02% 69,42% 69,48%

Sumber : Seksi Pengelolaan Data dan Informasi KPP Makassar Barat (2021)

Tabel di atas menunjukkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak, hal ini dapat dilihat dari rasio kepatuhan selama 3 tahun terakhir, apabila di rata- ratakan hanya berkisar 64%. Rasio Kepatuhan pada tahun 2018 sampai 2020 mengalami peningkatan namun masih sangat minim. Hal ini tentu membutuhkan suatu kajian agar hal tersebut tidak terjadi berlarut-larut.

Peranan aparat pemungut pajak (fiskus) menjadi ujung tombak di dalam mencapai target penerimaan pajak, berbagai aspek harus diperhatikan oleh Pemerintahan diantaranya penyuluhan, sosialisasi, pelayanan, pemeriksaan,

(22)

5

sistem perpajakan, dan kebijakan perpajakan. Dengan tujuan meningkatkan jumlah penerimaan pajak Negara, fiskus melakukan berbagai upaya baik ekstensifikasi maupun intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi merupakan upaya meningkatkan penerimaan pajak dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak aktif. Sedangkan intensifikasi di tempuh dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan untuk Wajib Pajak, meningkatkan kualitas pelayanan untuk Wajib Pajak, pengawasan administrasi perpajakan, pemeriksaan, penyelidikan, penagihan serta berbagai penegakan hukum.

Menurut Priantara (2013) penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual (melelang) barang yang telah disita. Hal ini berarti penagihan pajak merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan pelunasan atas piutang pajak yang harus dibayar wajib pajak baik dengan cara yang lembut atau persuasif dan administratif hingga dengan cara penyitaan dan pelelangan.

Penerbitan Surat Teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan surat paksa. Pengertian surat paksa telah diatur dalam pasal 1 ayat 12 Undang-undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yaitu Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan apabila 21 hari setelah jatuh tempo surat teguran penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Selanjutnya penanggung pajak harus melunasi utang

(23)

6

pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam sejak tanggal penerbitan surat paksa.

Dengan adanya penagihan pajak, diharapkan kepatuhan wajib pajak semakin meningkat, sehingga pencairan tunggakan pajak juga semakin meningkat, begitu pula dengan penerimaan negara dari sektor pajak meningkat. Dalam pelaksanaannya, kegiatan penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa belum berjalan optimal, sehingga penerimaan negara menjadi tertunda dari jadwal yang seharusnya.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat merupakan instansi pemerintah yang menangani penerimaan pajak yang bernaung dibawah Kementerian Keuangan. Instansi pemerintahan yang melaksanakan administrasi, pelayanan, maupun situasi kerja yang baik. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian untuk mengukur tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan penyitaan dalam penerimaan pajak penghasilan yang dimana penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Makassar Barat. Riset yang berlangsung dilakukan di seksi penagihan. Seksi penagihan berfungsi untuk melakukan penerbitan surat teguran, surat paksa, surat melakukan penyitaan dan melaksanakan pelelangan.

Berikut ini merupakan data surat teguran yang terdapat di KPP Pratama Makassar Barat yang terjadi 3 tahun terakhir sebagai berikut :

Tabel 1.4

Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Teguran Pada KPP Pratama Makassar Barat

Tahun Penerbitan Surat Teguran Pencairan Surat

Teguran Persentase (%)

Lbr Rp Lbr Rp

2018 4.011 13.730.819.650 440 1.501.387.152 10,88%

2019 4.975 26.673.144.331 452 8.469.746.392 31,75%

2020 3219 22.603.516.850 315 437.414.236 1,93%

Sumber : Seksi Penagihan Pajak di KPP Pratama Makassar Barat

(24)

7

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penerbitan surat teguran dari tahun 2018-2020 baik lembar dan nominalnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di tahun 2020 penerbitan surat teguran baik lembar dan nominalnya mengalami penurunan. Sedangkan pada pencairan surat teguran mengalami penurunan. Pencapaian tingkat efektivitas dengan surat teguran di tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 1,93%.

Tingkat efektivitas dari surat teguran selalu menurun dan tidak mancapai 60 persen dari 100 persen tingkat efektivitas. Hal ini terjadi di karenakan surat teguran yang belum dilunasi lebih banyak dibandingkan surat tegur yang telah dilunasi.

Adapun data surat paksa di KPP Pratama Makassar Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.5

Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Surat Paksa Pada KPP Pratama Makassar Barat

Tahun Penerbitan Surat Paksa Pencairan Surat Paksa Persentase (%)

Lbr Rp Lbr Rp

2018 466 12.182.172.241 226 2.313.700.430 18,99%

2019 627 9.282.339.418 250 1.650.620.229 8,27%

2020 1136 19.943.491.565 238 481.622.994 2,41%

Sumber : Seksi Penagihan Pajak di KPP Pratama Makassar Barat

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penerbitan surat paksa dari tahun 2018 mengalami peningkatan. Namun, di tahun 2019 jumlah lembar penerbitan surat paksa mengalami penurunan akan tetapi jumlah nominalnya masih tergolong tinggi. Dan tahun 2020 jumlah penerbitan surat paksa mengalami peningkatan baik lembar maupun nominal. Sedangkan pencairan surat paksa mengalami penurunan dan pada tahun 2020. Pencapaian tingkat efektivitas dengan surat paksa di tahun 2020 mengalami penurunan juga dari

(25)

8

segi pencairan yaitu sebesar 2,41%. Tingkat efektivitas dari surat paksa selalu menurun dan tidak mancapai 60 persen dari 100 persen tingkat efektivitas.

Adapun data penyitaan di KPP Pratama Makassar Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.6

Data Penagihan Pajak Dalam Bentuk Penyitaan Pada KPP Pratama Makassar Barat

Tahun Penerbitan Surat Paksa

Lbr Rp

2018 29 5.122.628.548

2019 26 351.768.013

2020 40 2.922.511.935

Sumber : Seksi Penagihan Pajak di KPP Pratama Makassar Barat

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penerbitan surat penyitaan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Namun, akan tetapi jumlah nominalnya masih tergolong tinggi. Dan tahun 2019 jumlah penerbitan surat penyitaan mengalami penurunan baik lembar maupun nominal. Sedangkan di tahun 2020 kembali mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu tinggi dari segi lembaran tapi dari segi nominal mengalami peningkatan yang sangat tinggi Padahal menurut Saputri (2015) melalui surat penyitaan yang disampaikan langsung oleh jurusita kepada penunggak pajak ini bertujuan memaksa kepada penunggak pajak, yang diharapkan penunggak pajak membayar hutangnya dan proses pencapaian tunggakan pajak dapat tercapai. Faktanya dari tabel di atas, surat penyitaan tidak mampu menurunkan tunggakan pajak.

Dari data penagihan pajak dalam bentuk surat teguran,surat paksa dan penyitaan menghasilkan fenomena yang menunjukkan, bahwa pelaksanaan penagihan pajak dengan surat teguran,surat paksa sehingga penyitaan belum terlaksanakan secara optimal dalam pencairan tunggakan pajak, dan masih

(26)

9

banyaknya wajib pajak yang belum sadar akan kewajiban melunasi tunggakan pajaknya walaupun telah diterbitkan surat teguran dan surat paksa. Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 2000 yaitu Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita.

Pemerintah melalui Direktorat Jederal Pajak mengeluarkan kebijakan berupa sunset policy. Kebijakan sunset policy ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sehingga dana pajak yang dirasakan dapat lebih luas bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam sunset policy, pemerintah secara tidak langsung mewajibkan masyarakat sebagai wajib pajak untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Fitriyani dan Wiwik, 2009). Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau yang diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang- Undang PPh 1984 dan perubahannya. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

(27)

10

peraturan perundang-undangan perpajakan (Casavera, 2009).

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap wajib pajak disertai dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan.

Pengesahan pemberian NPWP dilakukan dengan pemberian Surat Keterangan Terdaftar. Pengisian kewajiban perpajakan harus didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga pelaksanaan atas kewajiban perpajakan oleh setiap wajib pajak dapat mengamankan penerimaan pajak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas makan penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran, Surat Paksa Dan Penyitaan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana efektivitas penagihan pajak melalui surat teguran, surat paksa dan penyitaan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah mengetahui

“Bagaimana efektivitas penagihan pajak melalui surat teguran, surat paksa dan penyitaan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat?”

(28)

11 D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Memberi pengalaman belajar yang dapat menambah wawasan serta mengembangkan pengetahuan mengenai penagihan pajak melalui surat teguran, surat paksa dan penyitaan.

b. Bagi Petugas Pajak

Dapat di jadikan masukan dalam upaya meningkatkan kebijakan penagihan pajak sehingga penerimaan pajak penghasilan dengan surat teguran, surat paksa dan penyitaan meningkat di KPP Pratama Makassar Barat.

c. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan tentang penagihan pajak dengan surat paksa, surat teguran dan penyitaan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.

(29)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Pajak

Dalam ilmu perpajakan yang mendasari adalah peraturan yang tercantum dalam undang-undang yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi pajak, diantaranya:

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau adan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Adriani dalam Purwono Herry (2010:7) menjelaskan, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi-kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.

Dari beragam penegertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli ditambah dengan definisi resmi pajak yang terdapat dalam undang-undang, dapat disimpilkan bahwa ada beberapa ciri yang melekat pada pajak, yaitu:

a. Iuran atau kontribusi wajib rakyat kepada negara.

b. Dipungut oleh Pemerintah berdasarkan undang-undang sehingga bersifat memaksa.

(30)

13

c. Tanpa jasa timbal atau kontra-prestasi secara langsung yang dapat ditunjuk.

d. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan penyelenggaran pemerintahan.

e. Secara khusus, undang-undang menambahkan bahwa penggunaan iuran pajak adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pemerataan kesejahteraan).

Berdasarkan definisi diatas, pengertian pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan, dimana pemerintah dapat memaksa Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan surat paksa dan sita.

Setiap Wajib Pajak yang membayar iuran atau pajak kepada negara tidak akan mendapat balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan. Tetapi imbalan yang secara tidak langsung diperoleh Wajib Pajak berupa pelayanan pemerintah yang ditujukan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan sarana irigasi, jalan, sekolah, dan sebagainya.

Ada 5 teori yang melatarbelakangi timbulnya hak negara memungut pajak dan timbulnya kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak, yang dikutip dari buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak Karya R. Santoso Brotodihardjo,SH dalam Herry (2010), yaitu :

1) Teori Asuransi

Menurut teori ini negara berhak memungut pajak karena negara bertugas untuk melindungi orang dan segala kepentingan, keselamatan, dan keamanan jiwa serta harta bendanya. Pembayaran pajak disamakan dengan pembayaran premi, seperti halnya perjanjian asuransi (pertanggungan), sehingga untuk perlindungan diperlukan

(31)

14

pembayaran berupa premi. Namun teori asuransi ini bila dikaitkan dengan imbalan yang diberikan oleh pemerintahan tidak sama dengan imbalan yang diberikan oleh perusahaan asuransi.

2) Teori Kepentingan

Teori ini memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk yang didasarkan ata skepentingan setiap orang dalam tugas-tugas pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Jadi, sudah selayaknya bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk memenuhi kewajibannya dibebankan kepada mereka dalam bentuk pembayaran pajak.

3) Teori Asas Gaya Pikul

Pokok dari teori ini adalah asas keadilan, yaitu beban pajak harus sama beratnya bagi setiap orang berdasarkan gaya pikul masing- masing. Prof. W.J. de Langen mendefinisikan gaya pikul sebagai kekuatan seseorang untuk dapat mencapai pemuasan kebutuhan setinggi-tingginya, setelah dikurangi dengan yang mutlak untuk kebutuhan primernya. Gaya pikul tersebut diukur dari penghasilan dan kekayaan serta pengeluaran atau pembelanjaan seseorang.

4) Teori Kewajiban Pajak Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini muncul berdasarkan paham Organische Staatsleer, sehingga karena sifat negara inilah timbul hak mutlak negara untuk memungut pajak. Dalam penyelenggaraannya, negara yang lahir dari persekutuaan individu-individu secara mutlak memiliki kewenangan- kewenangan di segala bidang dengan memperhatikan syarat keadilan,

(32)

15

termasuk dalam hal pemungutan pajak dari individu-individu tersebut.

5) Teori Asas Gaya Beli

Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai gejala dalam masyarakat dapat disamakan dengan pompa, yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga-rumah tangga di masyarakat untuk rumah tangga negara, dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan membawanya ke arah tertentu.

a. Fungsi Pajak

Menurut Purwono Herry (2010) Fungsi pajak yang dipungut oleh negara, yaitu :

1) Penerimaan (Revenue)

Fungsi penerimaan atau di kenal pula dengan istilah Fungsi Budgetair (Anggaran) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak.

Seperti telah kita ketahui bersama, dewasa ini pajak menyumbang hampir lebh dari 70% total pendapatan negara. Secara nyata fungsi penerimaan ini terlihat pada Tabel 1 untuk data penerimaan pajak dalam negeri.

2) Pemerataan (Redistribution)

Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di seluruh wilayah negara. Fungsi inilah yang seharusnya lebih ditonjolkan dinegara kita sebagai bukti bahwa hasil pajak yang dipungut tersebut benar-benar ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, sekaligus menghapus kesenjangan sosial.

(33)

16

Apabila pajak dapat dioptimalkan dalam fungsi ini niscaya pemerataan kemakmuran yang didamba akan dapat tercapai.

3) Pengaturan Harga (Repricing)

Fungsi ini sama pengertiannya dengan Fungsi Regulerent (Mengatur) yang lebih sering digunakan dalam literatur perpajakan.

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau mencapai tujuan tertentu dibidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.

4) Legalitas Pemerintahan (Representation)

Slogan revolusioner di inggris yang menyerukan “No taxation without representation”, dan di Amerika Serikat yang berbunyi

“Taxation without representation is roberry” mengimplikasikan bahwa pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan (pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak oleh penguasa tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan rakyat melalui perwakilannya di parlemen).

b. Jenis - Jenis Pajak

Menurut Purwono Herry (2010) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1) Berdasarkan Wewenang Pemungutan

a) Pajak Negara (pusat) adalah pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.

b) Pahak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

(34)

17

2) Berdasarkan Administrasi dan Pembebanan

a) Pajak Langsung, yang dapat dibagi menurut pengertian secara : Administrasi : berkohir (surat ketetapan pajak) dan dikenakan

secara berkala.

Ekonomis : beban pajak harus di tanggung sendiri dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

b) Pajak Tidak Langsung, yang dapat dibagi menurut pengertian secara:

Administrasi : tanpa berdasar kohir (surat ketetapan pajak) dan dikenakan hanya bila terjadi hal atau peristiwa yang dikenakan pajak.

Ekonomis : beban pajak dapat di limpahkan kepada orang lain.

3) Berdasarkan Sasaran

a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi Wajib Pajak, seperti Pajak Penghasilan

b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama pada objek (benda, peristiwa, perbuatan, atau keadaan) yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, seperti Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas bahwa jenis-jenis dari pajak daerah pada hakekatnya sama dengan pajak pusat, yaitu dalam pemungutannya pajak pusat maupun pajak daerah sama harus berdasarkan peraturan perundang-undangan begitu juga dengan hasil penerimaannya dipergunakan untuk pembiayaan pembangunan, baik pembangunan pusat maupun pembangunan daerah, dan yang

(35)

18

membedakannya hanyalah pelaksana pemungutnya.

c. Jenis Tarif Pajak

Menururt Herry (2010) pajak dipungut berdasarkan tarif. Ada empat macam tarif pajak, yaitu tarif proposional, tarif tetap, tarif progresif, dan tarif degresif.

1) Tarif Proposional

Tarif ini disebut juga dengan istilah Tarif Sebanding atau Tarif Sepadan, yaitu persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak. Semakin tinggi dasar pengenaan pajak semakin besar beban pajak yang terutang.

2) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3) Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

4) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak semakin besar, sehingga merupakan kebalikan dari tarif pajak progresif.

Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak, dalam hubungannya dengan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam UU PPh maka tarif yang diterapkan adalah tarif progresif sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) UU PPh. Sedangkan untuk

(36)

19

pajak pertambahan nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%.

Perpajakan merupakan sistem yang kompleks dan harus dianalisis dengan pendekatan yang multidisiplin. Di butuhkan berbagai pengetahuan yang beragam jika akan mendesain suatu reformasi sistem perpajakan. Kenyataan bahwa sistem perpajakan yang baik seharusnya ditopang oleh dua hal, yaitu kebijakan perpajakan dan administrasi perpajakan, menyebabkan semakin kompleksnya dalam mendesain suatu sistem perpajakan. Karena itu, semua harus dilakukan dengan komprehensif dan holistik, untuk menghindari seringnya frekuensi pergantian/perubahan ketentuan perpajakan tersebut.

pemungutan pajak dikatakan efisien jika compliance cost-nya rendah.

Administrasi pajak itu sendiri dalam arti luas meliputi fuungsi, sistem dan organisasi/kelembagaan. Menurut Nowak dalam Rosdiana dan Slamet (2012:104) menyatakan bahwa administrasi pajak mengandung tiga pengertian, yaitu:

1) Suatu instansi atau badan yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab untuk menyelenggarakan pemungutan pajak

2) Orang –orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan pajak.

3) Proses kegiatan penyelenggaraan pemungutan pajak yang di tata laksanakan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai sasaran yang telah digariskan dalam Kebijakan Perpajakan, berdasarkan sarana hukum yang ditentukan oleh Undang-undang Perpajakan dengan efisien.

(37)

20

Pemungutan pajak merupakan tujuan utama administrasi pajak dan yang menjadi alasan mengapa ada administrasi pajak. Dalam pemungutan pajak diperlukan penetapan tentang sistem, cara, asas, dan syarat pemungutan pajak yang disepakati bersama antara rakyat selaku penanggung pajak melalui perwakilannya di parlemen dan pemerintah selaku pemungut pajak (fiskus)

Gambar 1. Sistem, Cara, Asas, dan Syarat Pemungutan Pajak Sumber: Purwono Herry (2010)

d. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Purwono (2010:12) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, Withholding Tax System.

1. Self Assesment System 2. Official Assesment System 3. With Holding Tax

1. Stelsel Rill 2. Stelsel Fiktif 3. Stelsel Campuran

1. Domisili 2. Sumber 3. Kebangsaan

1. Keadilan 2. Yuridis 3. Ekonomis 4. Finansial 5. Sederhana Sistem

Cara

Asas

Asas

Syarat Pemungutan Pajak

(38)

21 1) Official Assessment System

Melalui sistem ini besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP Rampung). Jadi, dapat dikatakan bahwa Wajib Pajak bersifat pasif. Tahapan-tahapan dalam menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang ditetapkan oleh fiskus yang tertuang dalam SKP. Selanjutnya Wajib Pajak baru aktif ketika melakukan Penyetoran Pajak terutang berdasarkan ketetapan SKP tersebut.

2) Self Assesment System

Sistem ini mulai diaplikasikan bersamaan dengan reformasi perpajakan tahun 1983 setelah terbitnya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umu dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1984. Dalam memori penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang (self assesment), dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

Syarat-syarat sistem self assesment dapat berhasil dengan baik apabila terdapat: adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaan, lebih adil dan merata, serta perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.

3) Withholding Tax System

Dengan sistem ini penghitungan, pemotongan dan pembayaran pajak serta pelaporan pajak dipercayakan kepada pihak ketiga oleh

(39)

22

pemerintah (semi self assesment). Untuk waktu sekarang, sistem ini tercermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Contohnya adalah pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pajak Pertambahan Nilai.

Apabila dicermati dengan seksama, ketiga sistem ini di gunakan secara terintegrasi pada sistem pemungutan pajak di indonesia. Self Assesment System belaku ketika wajib pajak melaksanakan administrasi perpajakan yang menjadi kewajibannya (menghitung, memperhitungkan, dan menyetor pajak terutang).

e. Asas Pemungutan Pajak

Menurut Purwono (2010:13) Asas pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Asas Domisili, Asas Sumber, dan Asas Kebangsaan.

1) Asas Domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle), yaitu bahwa pajak dibebankan pada pihak yang tinggal dan berada di wilayah suatu negara tanpa memperhatikan sumber atau asal objek pajak yang diperoleh atau diterima Wajib Pajak.

2) Asas Sumber, yaitu bahwa pembebanan pajak oleh negara hanya terhadap objek pajak yang bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3) Asas Kebangsaan (nationality/citizenship principles), yaitu bahwa status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal.

(40)

23 f. Cara Pemungutan Pajak

Menurut Purwono (2010:13) Cara pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1) Stelsel Riil atau Nyata (Riele Stelsel)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan banyak didasarkan objek yang sesungguhnya terjadi (untuk pajak penghasilan maka objeknya adalah pajak penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.

2) Stelsel Fiktif (Fictieve Stelsel)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.

3) Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada gabungan antara stelsel nyata dan stelsel fiktif

g. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Purwono (2010) Syarat pemungutan pajak dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:

1) Syarat Keadilan

Pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan maupun realisasi pelaksanaannya.

2) Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang yang ditujukan untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan keadilan

(41)

24

yang tegas, baik untuk negara maupun untuk warganya.

3) Syarat Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh menghambat ekonomi rakyat, artinya pajak tidak boleh dipungut apabila justru menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4) Syarat Finansial

Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya pemungtan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.

5) Syarat Sederhana

Sistem pemungutan pajak harus dirancang sesederhana mungkin untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib pajak.

Ciri-ciri dari sistem perpajakan yang baru adalah :

1) Kesederhanaan, yaitu kesederhanaan dalam jumlah, jenis dan tarif serta sistem pemungutannya.

2) Peniadaan pajak ganda, yaitu meniadakan adanya beban pajak berganda, dengan memberlakukan kredit pajak sepenuhnya terhadap pajak yang telah dibayar.

3) Pemerataan dalam pembebanan, yaitu seseorang atau badan yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak harus mendaftarkan dirinya.

Kalau kewajiban ini diaksanakan dengan baik, maka pemerataan dalam pengenaan pajak dapat terlaksanakan dengan baik.

4) Kepastian hukum, yaitu dalam perundang-undangan pajak yang baru tercantum secara jelas tentang kepastian hukum bagi wajib pajak, seperti permohonan pembayaran restitusi, penyelasian keberatan

(42)

25

dan Perubahan terhadap sistem perpajakan nasional ditujukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan.

2. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.

Menurut Siagian (2005) menyatakan bahwa: Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertantu yang secara sadar ditatapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah barang atau jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

Jika hasil kegiatan semmakin mendekati sasaran, berarti semakin tinggi efektivitasnya.

Hal terpenting yang perlu diketahui bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut, efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan b. Indikator Efektivitas

Untuk mengetahui apakah organisasi dikatakan efektif maka diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat keefektifan suatu objek. Untuk mengukur keefektivan, maka indikatornya sebagai berikut:

(43)

26

Tabel 2.1

Klasifikasi Tingkat Efektivitas

Persentase Kreteria

>100 Sangat efektif

90-100 Efektif

80-90 Cukup efektif

60-80 Kurang efektif

<0 Tidak efektif

Sumber: Depdagri, Kemendagri No. 690.900.327 tahun 1996

Untuk menghitung tingkat rasio keefektifan penerbitan surat teguran dan surat paksa maka digunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat Efektivitas Surat Teguran 100%

Tingkat Efektivitas Surat Paksa x 100%

3. Penagihan Pajak

a. Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan utang pajaknya. Kegiatan penagihan pajak merupakan ujung tombak dalam menyelamatkan penerimaan negara yang tertunda.

Menurut UU RI Nomor 19 tahun 1997 sebagaimana diubah menjadi UU RI Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa yaitu: Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, dan melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita.

(44)

27

Menurut Mardiasmo (2011) menyatakan: Penagihan pajak adalah sarangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksankan penyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Sedangkan menurut Bastari (2015) menyatakan penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang.

Berdasarkan defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak adalah perbuatan yang diberikan kepada wajib pajak yang melakukan tunggakan pajak agar dapat melunasi utang pajaknya dengan cara lembut, administatif hingga dilakukan penyitaan dan pelelangan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak atau fiskus karena wajib pajak tidak mematuhi undang-undang pajak.

b. Dasar Penagihan Pajak

Menurut peraturan UU RI Nomor 16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada pasal 18 ayat 1, yang menjadi dasar Penagihan pajak yaitu:

1) Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

(45)

28

Surat tagihan pajak dikeluarkan apabila :

a) Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.

b) Dari hasil penerapan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagian akibat salah nulis atau salah hitung.

c) Wajib pajak dikenai sanksiadministrasi berupa denda/bunga.

d) Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak yang tidak mengisi faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.

e) Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap.

2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang harus dibayar.

3) Surat Ketetapan pajak Kurang bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat keputusan yang menentukan tambahan jumlah atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

4) Surat Keputusan Pembetulan (SKP)

Surat keputusan untuk membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak atas surat tagihan pajak.

5) Surat Keputusan Keberatan (SKK)

Surat keputusan atas keberatan terdapat surat ketetapan pajak

(46)

29

atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.

6) Putusan banding (PB)

Putusan badan peradilan atau banding terhadap surat keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP).

Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas pada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian surat pemberitahuan atau karena ditemukan data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.

Keenam jenis surat ini merupakan dasar atau sarana administrasi Direktorat Jenderal pajak untuk melakukan penagihan pajak.

c. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus

Tindakan Penagihan pajak diatur secara khusus dalam Undang- undang penagihan dengan surat paksa. Secara garis besar tindakan penagihan dapat disajikan dalam tabel sebagi berikut:

Tabel 2.2 Tabel Tindakan

No Kegiatan Jangka Waktu Keterangan

1 Penerbitan dasar penagihan 1 bulan

Wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang 2 Penerbitan surat teguran Minimal 7 hari

setelah

tanggal jatuh tempo dasar penagihan

3 Surat teguran 21 hari

4 Surat paksa 2 x 24 jam

5 Surat perintah melakukan penyitaan

Paling cepat 14 hari

6 Pengumuman lelang Paling cepat 14 hari

7 Lelang

(47)

30

Apabila wajib pajak yang melakukan tunggakan pajak dan belum melunasi kewajiban perpajakannya maka dilakukan tindakan penagihan pajak yang melalui tahapan-tahapan penagihan pajak. Penagihan pajak dengan Surat Paksa yang telah diatur di UU RI Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 19 Tahun 2000.

Adapun tahapan-tahapan penagihan pajak sebagai berikut:

1) Surat Teguran

Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, akan diterbitkan surat teguran.

2) Surat Paksa

Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran tidak dilunas, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh jurusita pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan surat paksa sebesar Rp. 50.000. Utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak.

3) Surat Sita

Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak tidak dilunasi, jurusita pajak dapat melakukan tindakan penyitaan, dengan dibebani biaya pelaksanaan surat perintah melakukan penyitaan sebesar Rp.100.000.

4) Lelang

Dalam jangka waktu paling singkat 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang melalui media masa. Penjualan secara lelang

(48)

31

melalui kantor Lelang Negara terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang.

4. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran a. Pengertian Surat Teguran

Dalam Undang-undang RI Nomor 19 tahun 2000 pasal 1 ayat 10 tentang penagihan pajak menyatakan bahwa surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.

Dan juga pada pasal 8 ayat (2) menyatakan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat, apabila wajib pajak atau penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang bersifat menegur dan memperingatkan kepada wajib pajak yang melakukan penunggakan pajak.

Penagihan pajak (Mardiasmo,2011) adalah serangkaian Tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingati, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyenderaan, menjual barang yang telah disita. Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan,

(49)

32

pengumuman lelang, pembatalan lelang, jasa penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

Pejabat Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan jurusita pajak, menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, surat pencabutan sita, pengumuman lelang, surat penentuan harga limit, pembatalan lelang, surat perintah penyenderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubung dengan penanggung pajak tidak melunasi Sebagian atau seluruh atau seluruh utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.

b. Penerbitan Surat Teguran

Tabel 2.3 Surat Teguran Keputusan Wajib Pajak atas Surat

Ketetapan Pajak

Penyampaian Surat teguran WajibPajak tidak menyetujui sebagian

atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau verifikasi dan wajib pajak tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT.

Setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan terlampaui.

WajibPajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau verifikasi pajak dan wajib pajak tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, namun keperatan WP dikalahkan pada Surat Keputusan Keberatan tetapi WP tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan tersebut.

Setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding terlampaui.

WajibPajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau verifikasi dan wajib pajak tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, namun Banding WP dikalahkanpada Putusan

Setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan putusan banding.

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi kerja yang lebih baik akan mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi apabila penghargaan tersebut dianggap adil dalam memadai, maka kepuasan kerja

Hasil pengujian simultan (uji statistik F) pada tabel 4.16 menunjukkan nilai F-hitung 18,953 dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga

PDA Tigi Ma’aya Tour &amp; Travel haruslah terus dievaluasi agar mengetahui strategi promosi mana yang harus dipertahankan dan tidak perlu dipertahankan, karena setiap

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang pada cabang utama, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong

Thesis yang dibuat dengan judul Pengembangan Model Numerik 2 Dimensi Interaksi Arus, Gelombang, Angkutan Sedimen Dan Morfologi Untuk Pantai Dengan Material Non Kohesif diharapkan

Penelitian terbaru yang dilakukan di Riyad dengan menganalisis pasien yang menggunakan pelayanan kesehatan menggunakan mobile dengan yang tidak menggunakan

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan pegawai dilingkungan PDAM Tirta Intan diperoleh informasi bahwa tingkat kinerja PDAM Tirta Intan masih belum

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “ Analisis Kinerja Perusahaan Terhadap Return Saham: Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur