• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords : income diversification, coastal communities, policy, coastal area

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Keywords : income diversification, coastal communities, policy, coastal area"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRACT

Income diversification is one of livelihood strategies with spreading on more than one source of income. Income diversification in coastal communities got influence by internal factors as the characteristics of the coastal areas, and by external factors such as regional development policy.

This research takes two different locations. Those are Greges Sub District, Surabaya City and Puger Wetan Village and Puger Kulon Village, Jember Regency. Different location causing different vulnerability potential level for both coastal areas. Greges Sub Distric is a waterfront city development area which functioned as a strategic area to accommodate public service activities, trade and services, industry and warehousing, and housing. Pugerwetan Village and Pugerkulon Village are priority of agropolitan development areas as agricultural wetlands. This research goals are a) to identify the variation of activities as an income diversification of coastal communities; and b) to know how the characteristics of coastal area and regional development policy can determine the income diversification in coastal communities.

Research methods used in this research is qualitative method by using the livelihood approach. Sampling with simple random sampling technique was using for the households in the coastal communities and purposive sampling to take a sample of key persons. Data was collected through secondary data, observation, semi-structured interviews and in-depth interview. The analysis technique used is descriptive qualitative analysis.

The results of this research show that characteristics of the coastal areas and regional development policy affecting the variation activities of income diversification, on the other hand characteristics and regional development policy of both coastal areas are different, so the variation activities of income diversification are also different. The variation activities of income diversification in coastal communities in Greges Sub District are include fisheries and marine sector, trade / services sector, and industry sector. While income diversification of coastal communities in the Puger Wetan Village dan Puger Kulon Village are include fisheries and marine sector, trade / services sector, agriculture sector and mining sector.

Keywords : income diversification, coastal communities, policy, coastal area

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk dikembangkan dalam mendukung pembangunan wilayah. Kawasan pesisir menjadi kawasan yang kaya akan sumberdaya baik sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources) seperti ikan, terumbu karang, hutan mangrove, maupun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) seperti minyak dan gas bumi, tambang, dan mineral lainnya. Oleh karena itu, banyak potensi yang tersimpan untuk mampu menunjang kehidupan masyarakat, baik itu lingkungan, sosial maupun ekonomi serta tidak terkecuali sebagai potensi pariwisata, bergantung pada cara masyarakat memanfaatkan dan mengelolanya sehingga dapat tercapai pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan.

Semakin tinggi tingkat pembangunan di kawasan pesisir mendorong perkembangan kegiatan di berbagai sektor sehingga mampu memberikan peluang bagi penduduk untuk memiliki orientasi matapencaharian yang lebih banyak di kawasan tersebut. Surabaya merupakan salah satu Kota pesisir atau kota hadap air (waterfront city) yang perkembangan kotanya semakin mengarah ke perairan laut.

Seperti yang tertera pada Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun 2010 – 2030 bahwa beberapa wilayah seperti Kecamatan Benowo dan Kecamatan Asemrowo sebagai kawasan sempadan pantai akan dikembangkan menjadi kawasan ruang terbuka hijau yang terintegrasi dengan pengembangan kota yang berorientasi pada perairan, selanjutnya pada pasal 50 ayat 3 membahas tentang pengembangan Kawasan Industri Margomulyo di Unit pengembangan XI yaitu Tambak Osowilangon. Kawasan Tambak Osowilangon terdiri atas empat distrik yang salah satunya yaitu Unit Distrik Margomulyo, yang didalamnya meliputi Unit Lingkungan Greges. Unit Pengembangan kawasan ini di dalam rencana tata ruang memiliki fungsi utama sebagai pelabuhan, permukiman, perdagangan dan jasa, industri serta lindung terhadap alam. Pengembangan

(3)

2 kawasan pesisir di Kota Surabaya juga didukung oleh adanya rencana pengembangan pelabuhan baik pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan maupun pelabuhan militer dan pelabuhan Tanjung Perak sebagai pintu utama untuk berhubungan dengan wilayah luar terutama dalam hal perdagangan. Bahkan dalam rencana tata ruang disebutkan adanya upaya pengelolaan kawasan pengembangan pantai melalui reklamasi yang diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan daya tarik investasi dan nilai ekonomi yang tinggi. Di samping itu, juga didukung dengan adanya pengembangan wilayah laut yang sangat kompleks meliputi pengembangan pelabuhan dan alur pelayaran kapal besar (unit pengembangan wilayah laut I); pelabuhan dan angkutan penyebrangan, pangkalan Militer Angkatan Laut dan industri perkapalan, dan alur pelayaran kapal besar (Unit II); wisata bahari/laut, area penangkapan ikan dan budidaya perikanan dan alur pelayaran kapal nelayan (Unit III); serta kawasan lindung dan rehabilitasi lingkungan laut, pantai dan sebagai area penangkapan dan budidaya perikanan (Unit IV). Dukungan dari lingkungan yaitu dengan melimpahnya sumberdaya laut serta kebijakan pengembangan wilayah yang menawarkan banyak kesempatan lapangan pekerjaan dan jenis matapencaharian yang semakin beragam, maka mengakibatkan tingkat diversifikasi pendapatan di kawasan pengembangan kota hadap air di Kota Surabaya semakin tinggi.

Pengembangan kawasan pesisir bagian utara atau pantura sejauh ini menunjukkan pengembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan Kawasan Pesisir Selatan Pulau Jawa. Adanya aksesibilitas yang tinggi pada kawasan jalur pantai utara mendorong pengembangan kawasan pesisir. Sebagian besar kawasan pantai utara mulai berorientasi tidak hanya pada sektor laut dan perikanan saja, tetapi mulai berkembang sektor perdagangan dan jasa serta sektor industri seperti yang terjadi di Kota Surabaya. Pada kawasan pantai selatan meskipun perkembangan yang terjadi tidak sepesat perkembangan pantai utara, tetapi mulai mengalami peningkatan yang berorientasi pada sektor sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa serta sektor pertambangan.

Kawasan Pesisir Puger merupakan salah satu dari deretan pesisir pantai selatan di Kabupaten Jember. Pesisir Pantai Puger adalah daerah transisi antara

(4)

3 dataran – lautan di pesisir selatan Jember yang memiliki ekosistem yang beragam dan produktif. Berdasarkan data Bapeda Kabupaten Jember tahun 2009 penggunaan lahan terluas di Kecamtan Puger yaitu 4.039 ha berupa persawahan dan ladang yang ditanami oleh berbagai macam tanaman secara bergiliran yaitu padi, kedelai, jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kacang hijau yang lokasinya berdekatan dengan bukit atau gunung gamping serta tempat pelelangan ikan yang menjadi tujuan utama masyarakat Kabupaten Jember. Perkembangan daerahnya semakin dipengaruhi dengan adanya pembangunan jalur lintas selatan (JLS) sehingga berdampak pada kondisi penggunaan lahannya yang semakin berkembang pesat (hutan, perkebunan, sawah, tegalan, dan perikanan).

Konsep yang dianut dalam pembangunan wilayah Kabupaten Jember yaitu menekankan pada “Membangun Desa Menata Kota”, maka melalui pembangunan desa, termasuk Kawasan Pesisir Puger, menjadi salah satu upaya penciptaan tujuan pembangunan wilayah di Kabupaten Jember, terlebih kawasan ini sebagai bagian dari sumberdaya alam utama. Desa Puger Wetan dan Desa Puger Kulon merupakan desa pesisir yang terdapat di Kawasan Pesisir Puger, dengan aktivitas masyarakat mayoritas memanfaatkan potensi perikanan dan kelautan. Dengan demikian kawasan pesisir ini difungsikan sebagai kawasan pengembangan ekonomi. Selain itu, Pemerintah Jember juga menentapkan kedua desa ini sebagai kawasan prioritas pengembangan sistem agropolitan, yaitu untuk pertanian tanah basah sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember Tahun 2010 hingga 2015. Perkembangan wilayah dan jumlah penduduk (105.702 jiwa pada tahun 2009 berdasarkan data dari Bapeda Kabupaten Jember) serta kegiatan pembangunan sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya tekanan terhadap kawasan pesisir. Walaupun masyarakat di kedua desa ini dikelompokkan sebagai masyarakat pesisir, namun kenyataannya mereka tidak seratus persen berprofesi sebagai nelayan.

Diversifikasi usaha dilakukan di kawasan pesisir, sehingga usaha masyarakat pesisir tidak hanya terfokus pada usaha penangkapan ikan saja tetapi juga dapat diarahkan pada usaha lain diluar bidang penangkapan. Hal ini disebabkan oleh kondisi pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan yang bergantung pada

(5)

4 musim, artinya bergantung pada musim, sehingga tidak setiap saat dapat menghasilkan pendapatan yang tetap. Dengan adanya diversifikasi pekerjaan ini maka dapat berperan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir terutama para nelayan. Di samping melakukan usaha penangkapan ikan, masyarakat juga melakukan kegiatan lain dengan mengeksploitasi sumberdaya lingkungan pesisir lainnya seperti wisata bahari, membuat garam, penambangan kapur, pembakaran batu kapur dan usaha perdagangan bahkan saat ini tepatnya di sekitar kaki gunung gamping telah dibangun pabrik semen. Sebagian penduduk juga memiliki hewan ternak. Keterbatasan kemampuan dalam mengelola potensi laut menyebabkan mereka umumnya lebih berorientasi ke darat dibanding ke laut, dengan melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi.

Kajian diversifikasi penghidupan masyarakat kawasan pesisir merupakan salah satu objek formal ilmu pembangunan wilayah yang menekankan pada kajian strategi penghidupan dalam pengembangan masyarakat dan dapat ditinjau dengan menggunakan pendekatan keruangan maupun pendekatan ekologi. Perbedaan karakteristik antara dua kawasan pesisir menjadi poin utama mengapa penelitian ini menarik untuk dikaji. Selain itu, pembangunan wilayah di Kelurahan Greges Kota Surabaya dengan pengembangan kawasan sebagai kota hadap air, sedangkan Desa Puger Wetan dan Puger Kulon Kabupaten Jember mengarahkan pengembangan wilayahnya sebagai kawasan agribisnis dan agroindustri mampu mendorong diversifikasi pekerjaan sebagai strategi penghidupan masyarakat pesisir.

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan kawasan pantai bagian utara dan selatan Pulau Jawa menunjukkan perbedaan, yaitu pada kawasan pantai utara mengalami perkembangan yang lebih tinggi daripada kawasan pantai selatan. Perbedaan ini disebabkan karena kondisi wilayahnya seperti batas fisik kawasan pesisir selatan yang lebih berbukit atau kondisi infrastruktur jaringan jalan yang lebih baik di jalur pesisir pantai utara. Perkembangan wilayah mampu menciptakan dampak multiplier yang dapat mendorong pertumbuhan kegiatan di berbagai sektor.

(6)

5 Sebagain besar kawasan pantai utara mulai berorientasi tidak hanya bergantung pada sektor laut dan perikanan saja tetapi mulai berkembang ke sektor perdagangan dan jasa serta sektor industri seperti yang terjadi di Pesisir Kota Surabaya. Kawasan pesisir selatan seperti di Puger Kabupaten Jember, mulai mengalami perkembangan yang berorientasi pada sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa serta sektor pertambangan.

Perbedaan perkembangan kawasan pesisir ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan konsep pembangunan wilayahnya. Kelurahan Greges sebagai Unit Lingkungan yang merupakan salah satu kawasan pengembangan kota hadap air di Kota Surabaya yang merupakan bagian dari Unit Distrik Margomulyo dengan fungsi utama sebagai pelabuhan, permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan lindung terhadap alam. Kabupaten Jember dengan konsep pembangunan wilayahnya yaitu “Membangun Desa, Menata Kota” dimana Kawasan Pesisir Puger termasuk salah satu kawasan potensi pembangunan desa sebagai prioritas pengembangan kawasan agropolitan. Terdapat kecenderungan masyarakat pesisir melakukan kegiatan lain dengan mengeksploitasi sumberdaya lingkungan pesisir lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor perikanan yang tergantung pada musim. Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi masyarakat pesisir dalam mengeksplotasi sumberdaya pesisir tergantung pada kondisi wilayahnya, sehingga dengan adanya perbedaan, baik karakteristik sumberdaya lingkungan maupun kebijakan pengembangan wilayah, mampu mengakibatkan perbedaan orientasi masyarakat dalam bermatapencaharian dan mempengaruhi bagaimana diversifikasi pekerjaan di wilayah tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi jenis-jenis matapencaharian sebagai bentuk diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir di Kelurahan Greges, Kota Surabaya serta Desa Puger Wetan dan Puger Kulon, Kabupaten Jember.

2. Mengetahui keterkaitan karakteristik wilayah dan kebijakan pengembangan wilayah dengan diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir.

(7)

6 1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan antara lain sebagai berikut.

1. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inventarisasi kegiatan diversifikasi pekerjaan yang telah dilakukan oleh masyarakat pesisir dan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam pengembangan masyarakat kawasan pesisir.

2. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat mengenai kondisi sumberdaya kawasan pesisir dan kerentanan sumberdaya pesisir, sehingga dapat menjadi masukan dalam melakukan perencanaan dan penerapan strategi penghidupan sebagai bentuk adaptasi.

3. Perkembangan keilmuan dalam bidang geografi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan keilmuan positif pada berbagai perkembangan ilmu penelitian terkait strategi penghidupan masyarakat kawasan pesisir.

(8)

7 1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai diversifikasi pekerjaan merupakan salah satu fenomena atau objek penelitian yang menarik guna mengetahui bentuk-bentuk kegiatan sebagai strategi mempertahankan penghidupan bagi masyarakat pesisir dengan kondisi dukungan sumberdaya pesisir terutama sektor perikanan dimana jumlah ketersediaan ikan yang sangat tergantung musim dan sulit untuk diprediksi (Haryono, 2005). Daya tarik dari fenomena ini adalah dapat dikaji dari berbagai bidang keilmuan sehingga telah banyak penelitian yang pernah mengkaji tema penelitian serupa sebelumnya baik dari sisi perekonomian, kehidupan sosial maupun kaitannya dengan pembangunan wilayah. Beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada penjelasan di Tabel 1.1.

Allison dan Ellis (2001) menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan yang terjadi pada sebagain besar masyarakat pesisir dapat diturunkan melalui intervensi dan kebijakan manajemen penghidupan rumah tangga (livelihood). Konsep diversifikasi pendapatan sebagai bentuk adaptasi dari pekerjaan memancing yang beresiko tinggi dan rentan terhadap fluktuasi musim, sehingga dengan diversifikasi dapat mengurangi resiko kegagalan akibat kerentanan penghidupan dengan memiliki lebih dari satu pendapatan. Pembangunan di desa, memamcing merupakan kegiatan utama, dilakukan bukan dengan intervensi untuk mendorong meninggalkan perikanan atau mengganti sumber pendapatan, namun mendorong sumber matapencaharian alternatif untuk kesempatan meningkatkan pendapatan nelayan dengan memanfaatkan potensi atau sumberdaya lokal yang ada. Bentuk community-based fisheries management menujukkan keberhasilan sistem tradisonal dalam mempertahankan perikanannya, dimana langkah-langkah dalam manjemennya banyak didasarkan atas pengetahuan lokal. Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan pengembangan wilayah.

Keputusan berdiversifikasi pendapatan pada masyarakat nelayan, seperti hasil studi yang dilakukan oleh Olale dan Henson (2011) di Western Kenya, memiliki keterkaitan dengan penurunan tingkat kemiskinan yaitu untuk menyebarkan resiko pendapatan, memperluas pendapatan dan menghilangkan

(9)

8 tekanan terhadap sumberdaya perikanan. Dengan analisis regresi bivariat hasil penenlitian ini menyebutkan faktor-faktor pengaruh keputusan berdiversifikasi pendapatan pada masyarakat nelayan di Kenya dibagi ke dalam dua bidang pekerjaan yaitu dibidang pertanian dan dibidang non-pertanian. Faktor pengaruh diversifikasi di bidang pertanian meliputi tingkat pendidikan (berhubungan secara positif), karakteristik pekerjaan (nelayan lebih berkesempatan daripada pedagang ikan), membership of association (membuka jaringan informasi) dan akses terhadap bantuan finansial (berhubungan secara positif). Keputusan berdiversifikasi pendapatan di bidang non-pertanian dipengaruhi oleh faktor- faktor yaitu usia (berhubungan secara posistif sampai pada usia 45 tahun, kemudian berhubungan secara negatif), status pernikahan (belum menikah lebih berkesempatan melakukan diversifikasi), karakteristik pekerjaan (nelayan lebih berkesempatan), dan posisi/kedudukan di perusahaan ikan (berhubungan positif).

Kajian mengenai diversifikasi pekerjaan juga dapat dilakukan untuk lingkup yang lebih luas yaitu melalui diversifikasi pembangunan ekonomi yang dilakukan di berbagai sektor. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Latif (2012) dalam hasil kajiannya mengenai perkembangan kondisi kota pesisir di Mesir akibat adanya diversifikasi ekonomi, bahwa diversifikasi pembangunan ekonomi di berbagai sektor mempengaruhi tingkat perkembangan sosial dan ekonomi. Perkembangan yang ditunjukkan akibat diversifikasi ekonomi lebih mengarah pada dampak negatif yaitu munculnya permasalahan lingkungan. Pesisir Mesir memiliki potensi alam sebagai peluang promosi perekonomian kota dan menarik banyak investor dan wisatawan, hingga pembangunan kota keluar batas karena pembangunan zona pariwisata pesisir (private tourist villages) tumbuh dengan signifikan.

Pertumbuhan ini memberi keuntungan ekonomi sangat besar bagi penduduk setempat untuk berdiversifikasi matapencaharian, namun menyebabkan beberapa permasalahan lingkungan dan sosial terhadap lingkungan pesisir. Konsep pembangunan kawasan pesisir seharusnya dengan memadukan antara pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan alam dalam institutional setting. Dengan demikian dapat membangun aktivitas pesisir dan keberlanjutan pemanfaatan dari sumberdaya pesisir meliputi perlindungan kawasan pesisir dari

(10)

9 erosi pantai dan banjir, alih fungsi penggunaan lahan, polusi/pencemaran air, kerusakan sumberdaya alam dan habitat laut. Konsep sustainability mengaplikasikan kepada pemangku kepentingan untuk memperhatikan kapasitas berdasarkan akologi, sosial, psikologi, fisik, ekonomi dana managerialnya.

Penelitian diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir di Kota Surabaya dan Kabupaten Jember ini mendasarkan atas pendekatan penghidupan rumah tangga mencakup hubungan antara kepemilikan aset, aktivitas dan akses dalam penentuan strategi penghidupan. Dalam penelitian ini menekankan pada diversifikasi sebagai salah satu bentuk aktivitas dari strategi penghidupan masyarakat pesisir dan melibatkan intervensi dari kebijakan konsep pembangunan wilayah baik di Kota Surabaya dan Kabupaten Jember dalam mempengaruhi akses masyarakat terhadap penghidupannya. Adanya perbedaan konsep pembangunan wilayah dan perbedaan tingkat perkembangan wilayah saling terkait dengan bentuk penghidupan masyarakatnya, sehingga aktivitas diversifikasi pekerjaan sebagai bentuk stratgei penghidupan akan dijadikan fokus penelitian untuk melihat berbagai hal terkait penghidupan masyarakat di kawasan pesisir.

1.5.2. Landasan Teori

Kajian mengenai diversifikasi pendapatan sebagai adaptasi dalam menghadapi keterbatasan sumberdaya wilayah merupakan salah satu bentuk strategi penghidupan. Masyarakat pesisir menjadikan diversifikasi pendapatan untuk upaya mempertahankan hidup dengan kondisi sumberdaya laut sebagai sumberdaya utamanya yang bersifat bergantung pada musim dan sulit diprediksi (unpredictable). Konsep sustainable livelihood sebagai elemen utama dalam pembangunan, terdapat keterkaitan anatara konteks (kebijakan, politik, sejarah, maupun kondisi sosial-ekonomi) dengan livelihood resource atau aset / modal yang berbeda-beda terhadap kemampuan dalam menghasilkan strategi penghidupan rumah tangga (livelihood strategies). Dalam pembangunan berkelanjutan di desa sebagai bentuk stratgei penghidupan terdapat beberapa bentuk seperti intensifikasi / ekstensifikasi pertanian, diversifikasi penghidupan dan migrasi. Pemahaman mengenai strategi penghidupan dikembangkan dengan

(11)

10 memahami konsep livelihood adaptation, vulnerability and resilience. Livelihood adaptation artinya adaptasi penghidupan terhadap kondisi yang terjadi akibat suatu kerentanan dan mampu bangkit kembali dan mempertahankan hidupnya dari tekanan dan goncangan kehidupan tersebut sehingga mampu mencipatakan kehidupan yang resilience.

1.5.2.1.Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir meliputi kawasan peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut, sehingga menjadi kawasan yang kaya akan sumberdaya baik sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti ikan, terumbu karang, hutan mangrove, maupun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas bumi, tambang, dan mineral lainnya. Banyak potensi yang tersimpan untuk mampu menunjang kehidupan masyarakat, baik itu lingkungan, sosial maupun ekonomi serta tidak terkecuali sebagai potensi pariwisata. Sumberdaya pesisir sebagai potensi kehidupan masyarakat tergantung bagaimana cara masyarakat memanfaatkan dan mengelolanya, sehingga dapat tercapai pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan.

Pengelolaan sumberdaya pesisir menjadi berkaitan erat dengan bagaimana cara pemanfaatannya agar dapat menunjang kehidupan masyarakat pesisir.

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dalam konsep yang berkelanjutan adalah bagaimana ketersediaan sumberdaya alam pesisir bagi kehidupan manusia harus dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip keseimbangan dan kelestarian serta keberlanjutan dalam eksploitasinya. Sumberdaya alam berfungsi sebagai stok dari mana kegiatan ekonomi memperoleh input. Terdapat dua cara pemanfaatan sumberdaya alam yaitu sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara langusng, dan sumberdaya yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung atau memerlukan usaha pengelolaan lebih lanjut sebelum digunakan. Dalam upaya pemanfaatan sumberdaya pesisir ini diperlukan kemampuan, ilmu pengetahuan dan teknologi proses produksi untuk mengambil, memproses dan merubah sumberdaya agar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir maupun masyarakat secara luas.

(12)

11 1.5.2.2. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Definisi ini pun dapat juga dikembangkan lebih jauh karena pada dasarnya banyak orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya laut. Mereka terdiri atas nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir atas terdiri dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir untuk menyokong kehidupannya.

Pandangan masyarakat tentang pesisir dan laut sangat tergantung akses mereka terhadap informasi yang dapat membentuk pengetahuan/pemahaman serta sikap dan perilaku mereka terhadap lingkungan pesisir mereka tempati. Akses dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada juga berbeda-beda. Berbagai perbedaan ini menciptakan pola-pola penghidupan yang beranekaragam dalam masyarakat pesisir, termasuk adanya diversifikasi usaha. Diversifikasi terjadi bila mana suatu organisasi usaha bergerak ke suatu area yang secara jelas berbeda dari bisnis yang telah dimiliki. Alasan melakukan diversifikasi biasanya benyak dan bervariasi tetapi alasan yang paling sering ditemukan adalah membagi resiko sehingga organisasi usaha tersebut tidak sepenuhnya bertumpu pada satu produk.

Bila direfleksikan pada kawasan pesisir, masyarakat yang melakukan diversifikasi usaha di samping usaha penangkapan ikan adalalh untuk menghindari nelayan sebagai pekerjaan yang musiman sehingga tidak setiap saat dapat menghasilkan namun ada kalanya berhenti di saat-saat tidak musim ikan atau kondisi cuaca yang buruk dan tidak mendukung untuk melaut. Diversifikasi usaha ini dimaksudkan agar mereka tetap memperoleh pendapatan di samping mereka menangkap ikan.

1.5.2.3. Pendekatan Penghidupan Rumah Tangga (The Livelihood Approach)

Dalam pendekatan livelihood menekankan pada perbedaan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing individu dan atau keluarga berbeda-beda, sehingga

(13)

12 mempengaruhi bagaimana keputusan strategi penghidupannya sebagai bentuk adaptasi terhadap kerentanan kehidupan. Adanya hubungan keterkaitan antara assets, activities dan accsess. Kapasitas yang dimiliki dipengaruhi oleh kepemilikan akan aset-aset meliputi aset alam, aset fisik, aset finansial, aset sosial dan sumberdaya manusia. Aktivitas merupakan hasil strategi penghidupan yang dilakukan oleh individu atau keluarga untuk bermatapencaharian. Akses menunjukkan adanya faktor eksternal yang mempengaruhi strategi penghidupan seperti kebijakan oleh suatu institusi serta akses terhadap hubungan sosial.

Pendekatan penghidupan rumah tangga mengkomparasikan ketiga faktor tersebut (aset, aktivitas, dan akses) untuk memahami bagaimana strategi penghidupan yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga. Beberapa isu penting tidak hanya menciptakan jumlah penghidupan berkelanjutan yang penting, tetapi juga tingkat intensitas penghidupan. Selanjutnya modal-modal atau sumber-sumber kehidupan dapat dikombinasikan dan diatur sebagaimana baiknya dan secara kreatif untuk menciptakan inovasi dan kesempatan kehidupan yang lebih di daerah tertentu.

Tingginya tingkat kerentanan pada masyarakat pesisir mendapatkan pengaruh dari beberapa hal antara lain meliputi aktivitas memancing yang musiman dan ancamana keselamatan di laut; adanya konflik dengan industri perikanan, antara migran dengan nelayan lokal; kemudian guncangan ekonomi;

serta ancaman terhadap masyarakat dari penyakit malaria, pneumonia, dan diare.

Tingginya tingkat kerentanan yang ada pada masyarakat pesisir memicu peluang untuk melakukan diversifikasi penghidupan. Diversifikasi merupakan konsekuensi dari lemahnya modal atau aset yang dimiliki dan pengaruh politik serta lingkungan institutional yang mendorong adanya upaya diversifikasi penghidupan untuk mengembangkan inisiatif nelayan dalam mengurangi tingkat kerentanan.

1.5.2.4. Diversifikasi Penghidupan

Diversifikasi penghidupan merupakan kebalikan dari ketergantungan pada sumberdaya. Diversifikasi dapat mengurangi risiko dari kegagalan penghidupan

(14)

13 dengan menyebarkan pada lebih dari satu sumber pendapatan. Diversifikasi perdesaan didefinisikan sebagai suatu proses semakin meluas dan menguatnya sumber-sumber pendapatan rumah tangga di daerah perdesaan. Ada beberapa kegunaan lain dari diversifikasi penghidupan antara lain yaitu sebagai bentuk penggunaan aset secara merata karena faktor bergantung pada musim, untuk mengurangi kerentanan, agar menghasilkan sumberdaya keuangan dalam ketiadaan pasar kredit, dan membuka peluang keuntugan lain dengan adanya kegagalan pasar luas dan ketidakpastian.

1.5.2.5. Kebijakan pengelolaan kawasan pesisir

Dalam perspektif pembangunan nasional, Bapenas menilai wilayah kepesisiran sebagai suatu satuan pengembangan tersendiri, sebab keunikan ekosisitemnya, memiliki potensi ekonomis serta kondisi sosial dan budaya yang khas. Kawasan pantai dan laut menjadi salah satu potensi utama dalam pembangunan wilayah karena karakteristik sumberdayanya yang multi fungsi.

Pantai dan laut dikenal memiliki sumberdaya alam yang beragam, selain fungsi utamanya sebagai sumber bahan makanan, sumber energi sperti hidrokarbon dan mineral. Berbagai fungsi yang dimiliki oleh sumberdaya kawasan ini dapat menunjang pembangunan terutama pada sektor ekonomi. Fungsi lain yang dimiliki oleh kawasan pesisir dan lautan digunakan untuk berbagai kegiatan seperti transportasi, pelabuhan, industri, agrobisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah.

Karena keberagaman fungsi yang dimiliki oleh sumberdaya kawasan pesisir, sehingga penting adanya sebuah kebijakan sebagai payung untuk mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberadaya pesisir agar digunakan untuk kepentingan publik sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi bahaya kemiskinan. Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir merupakan bentuk kegiatan dan politikal yang mengarah kepada pemanfaatan potensi kelautan secara terencana, rasional, serasi, dan seimbang untuk memperluas kesempatan dan membuka lapangan pekerjaan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(15)

14 Mengingat sangat dibutuhkannya arahan kebijakan dalam pembangunan wilayah pesisir, maka tidak terlepas dari fungsi hukum dan kelembagaan.

Setidaknya terdapat lima fungsi hukum dalam mengelola pembangunan wilayah pesisir yaitu meliputi fungsi direktif, fungsi integratif, fungsi stabilitatif, fungsi korektif dan fungsi perfektif. Adanya penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan salah satu bentuk fungsi hukum secara direktif, yaitu sebagai pengarah pembangunan secara terencana dan konsisten, sehingga RTRW dapat menjadi pedomana atau acuan dalam setiap pembangunan di segala sektor.

1.6. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja jenis-jenis matapencaharian sebagai bentuk diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir di Kelurahan Greges, Kota Surabaya serta Desa Puger Wetan dan Puger Kulon, Kabupaten Jember?

2. Bagaimana keterkaitan karakteristik wilayah dan kebijakan pengembangan wilayah dengan diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir ?

1.7. Kerangka Pemikiran

Penelitian mengenai diversifikasi pekerjaan dalam strategi penghidupan masyarakat pesisir mengambil konsep pendekatan penghidupan rumah tangga sebagai dasar analisis. Adanya keterkaitan antara konteks aset, akses dan aktivitas untuk memahami bagaimana strategi penghidupan yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir. Diversifikasi merupakan salah satu strategi penghidupan sebagai konsekuensi dari lemahnya modal/aset yang dimiliki dan pengaruh politik serta lingkungan institutional yang mendorong pengembangan inisiatif masyarakat pesisir dalam mengurangi tingkat kerentanan hidup karena faktor bergantung pada musim dan ketersediaan sumberdaya pesisir. Diversifikasi pekerjaan sebagai fokus kajian dalam penelitian ini, melihat bagaimana bentuk aktivitas masyarakat pesisir dalam pemanfaatan aset-aset yang dimiliki (meliputi aset alam, aset fisik, aset finansial, aset sosial, dan sumberdaya manusia) dan pengaruh karakteristik sumberdaya wilayah serta kebijakan pembangunan wilayah dalam menentukan akses masyarakat terhadap aset-aset tersebut. Diversifikasi

(16)

15 pekerjaan sebagai strategi penghidupan yaitu melalui perluasan dan penguatan sumber-sumber pendapatan rumah tangga. Secara lebih jelas kerangka pemikiran digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 1.1.

Kondisi Wilayah

Sumberdaya Pesisir

Kondisi Sosial – Ekonomi

Kerentanan (seasonality &

unpredictable)

Kepemilikan Aset

Social capital Physical capital

Natural capital

Financial capital

Human capital

Kebijakan Konsep Pembangunan

Wilayah

Strategi Penghidupan

Intensifikasi / ekstensifikasi

Diversifikasi Migrasi Keberlanjutan Sumber Penghidupan

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

(17)

16

Judul (Nama, Tahun) Rumusan Masalah Tujuan Metode Penelitian, Sampling Variabel Peneltian Hasil

(1) Determinants of Income

Diversification Among Fishing Communities in Western Kenya (Edward Olale &

Spencer Henson, 2012)

Di Afrika ada kekuatan pada peningkatan angka

kemiskinan pada pekerja peikanan (kurang lebih 65%

penduduk), padahal

negaranya sebagai penghasil ikan ekspor. “the focus on this group is motivated by strng evidence of high and increasing poverty among fish workers”

Mengidentifikasi faktor pengaruh (determinant) dari keputusan

berdiversifikasi pendapatan pada masyarakat pesisir di Western Kenya

Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan menggunakan checklist

Random sampling melalui metode snowball : fisher dan artisanal

Pendapatan, kararkter individu (usia, pendidikan, status pernikahan), karakteristik fish work (tipe, posisi di perusahaan ikan), faktor lokasi (pantai eksport-non eksport), hambatan (mambership of associations, cooperative society, women’s group, welfare association, access to loan/financial

assistance), risk factor

Faktor penentu keputusan

berdiversifikasi pendapatan di bidang pertanian: tingkat pendidikan, karakteristik fish worjer, mambership of association, akses terhadap bantuan finansial

Faktor pengaruh keputusan

berdiversifikasi pendapatan di bidang non-pertanian: usia, status

pernikahan, type of fish worker, kedudukan di perusahaan ikan

(2) Strategi Kelangsungan Hidup Nelayan: Studi tentang Diversifikasi Pekerjaan Keluarga Nelayan Sebagai Salah Satu Strategi dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup (Tri Joko Sri Hryono, 2005)

Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan disebabkan oleh faktor- faktor yang komplek, yaitu tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim inka, keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung fluktuatif terhadap nelayan sebagai produsen, serta dampak negatig modernisasi perikanan, serta terbatasnya kesempatan nelayan untuk

Mengetahui:

- bagiamana peluang yang ada di desa nelayan untuk diversifikasi pekerjaan - Bagaimana upaya

keluarga nelayan untuk berdiversifikasi

-Ragam pekerjaan apa saja yang dilakukan dan siapa (anggota keluarga) yang terlibat

Tipe penelitian deskriptif, menggunakan pendekatan kualitatif

Observasi ; Wawancara (indepth interview); Studi dokumentasi dari instansi (data monografi, dan arsip lainnya)

Secara purposif : individu- individu yang memiliki penetahuan dan atau pengalaman baik tentang aspek kehidupan

masyarakat tersebut (kepala desa dan perangkat desa, tokoh masyarakat, beberapa nelayan dan keluarganya)

Teknologi penangkapan, alat tangkap yang dimiliki, perahu/motor, kondisi tempat tinggal, dll (kurang tersurat penjelasannya)

Kehidupan nelaqyan memiliki ketergantungan alam (musim), untuk mempertahankan kelangsungan ekonomi rumah tangga dengan berdiversifikasi pekerjaan.

Diversifikasi pekerjaan tergantung sumber-sumber daya yang tersedia di masing-masing desa yang memiliki karakteristik lingkungan alam bereda.

Selain suami-isteri, diantara nelayan Randuputih ada yang melibatkan anak-anak mereka dalam kegiatan mencarai nafkah, tidak terlepas karena keterbatasan ekonomi keluarga.

Beragam peluang pekerjaan nelayan untuk memperoleh penghasilan Tabel 1.1. Riwayat Penelitian Sejenis Terkait Strategi Penghidupan Masyarakat Pesisir

(18)

17

melakukan diversifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut

tambahan diluar kegiatan mencari ikan, diantaranya adalah sebagai buruh tani, tukang becak, buruh bangunan, berdagang, pekerja serabutan. Upaya ini amat ditentukan oleh kemampuan nelayan .

(3) Socio-Culture Context of Fishers’

Participation in Coastal Management in Anini-Y, Antique in West Central

Philippines

(Ma.E.T. Aldon, A.C.

Fermin, R.F.

Agbayani, 2011)

Ekosistem pesisir yang mendukung berbagai kegiatan ekonomi menjadi rentan terhadap over- eksploitasi akibat meningkatnya populasi.

- Mengetahui faktor-faktor penentu berkaitan dengan partisipasi dalam

manajemen sumber daya pesisir

- hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dan demografi yang menjadi penentu penting partisipasi dan persepsi dari sumber daya alam

wawancara semi

tersetruktur menggunakan kuesioner

Indepth interview

FDG

Random sampling, dari daftar yang disediakan oleh Departemen Pertanian lokal/Biro Perikanan dan sumber daya air

Lokasi: 17 desa nelayan 157 responden (nelayan subsisten) dipilih mewakili 10% dari 1543 rumah tangga

- sosial ekonomi dan demografi

- sumber daya Perikanan dan kegiatan

- persepsi terhadap sumberdaya pesisir (tingkat kesadaran terhadap peraturan memancing, sejauh mana partisipasi dalam kegiatan manajemen sumberdaya pesisir)

faktor-faktor penentu partisipasi dalam manjemen sumberdaya pesisir meliputi demografi dan kondisi ekonomi; karakteristik budaya, norma dan kepercayaan; peraturan terhadap sumberdaya pesisir; serta persepsi nelayan mengenai memancing sebagai livelihood dan abalone sea-ranching project.

- kondisi demografi dan ekonomi : demografi (usia, pendidikan, jumlah anak), dengan motivasi sebagai nelayan untuk memberi makan keluarga.

Ekonomi (kesulitan pendapatan:

akibat ketergantungan cuaca), laki- laki pergi memancing dan

perempuan mengumpulkan/menjual hasil tangkapan suami atau dengan memungut kerang saat air surut.

- karakteristik budaya, norma dan kepercayaan :

kepercayaan tradisional dalam menghadapi laut bebas dengan upacara berkat perahu; upacara Paduge untuk perahu baru;

memprediksi cuaca dengan ritual khusus. Aktivitas ini menunjukkan bahwa memancing merupakan pekerjaan yang melekat dengan kehidupannya.

(19)

18

(4) Egyptian Coastal Regions Development Through Economic Diversity for Its Coastal Cities (Tarek Abdel-Latif, Salwa T. Ramadan, Abeer M. Galal, 2012)

Di Mesir, keterbatasan perencanaan zona pesisir, menyebabkan beberapa permasalahan lingkungan dan sosial terhadap lingkungan pesisir akibat kebijakan pembangunan hanya terfokus pada pengembangan pesisir oleh pembangunan private tourist villages  pertumbuhan kota keluar batas Wady dan Delta

- Menjelaskan bentuk pengembangan pantai memlalui sektor pariwisata swasta dan dampaknya terhadap pembangunan di Mesir - Menganalisis kondisi

tingkat perkembangan sosial ekonomi di kota- kota pesisir Mesir - Menjelaskan bagaimana

hubungan antara diversifikasi kegiatan ekonomi, sosial dan tingkat pembangunan ekonomi

quick review dari teori managemen dan perencanaan pesisir

Penerapan pembangunan pesisir di Mesir

Membaca dan menganalisis laju pembangunan sosial ekonomi di Mesir

Evaluasi laju pembangunan pesisir di Mesir dengan program statistik (SPSS)

Sampel: Region Kota-kota pesisir di Mesir

Jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, distribusi directed investment di Mesir, GDP per kapita, distribusi populasi berdasarkan aktivitas ekonomi (agriculture and fishing, mining, industry, trade, services)

Pesisir Mesir memiliki potensi alam yang membuatnya sebagai peluang promosi perekonomian perkotaan dan menarik banyak investor dan

wisatawan. Namun muncul masalah pembangunan dan lingkungan akibat kebijakan pembangunan hanya terfokus pada pengembangan pesisir oleh pembangunan private tourist villages dan pembangunan beach resorts. Akibatnya pertumbuhan kota keluar batas hingga delta.

Di Mesir, keterbatasan perencanaan zona pesisir, dimana zona pariwisata pesisir tumbuh dengan signifikan dan memberikan keuntungan ekonomi sangat besar bagi penduduk setempat, namun menyebabkan beberapa permasalahan lingkungan dan sosial

Kondisi sosial meliputi:

- Populasi: Alexandria adalah kota pesisir terbesar dan diindikasikan variasi peluang pekerjaan dan tersedianya jasa

- Pertumbuhan: Sharm El_Shikh terbesar dengan adanya aliran kuat migrasi internal di desa pariwisata pada pantai utara

Kondisi ekonomi meliputi: investasi langsung, GDP perkapita. Namun investasi lebih cenderung secara langsung pada swasta (desa wisata)seperti untuk pembangunan infrastruktur bukan untuk

membangun aktivitas perekonomian.

(20)

19

(5) Diversifikasi Pekerjaan sebagai Strategi Penghidupan Masyarakat Pesisir di Kelurahan Greges, Kota Surabaya serta Desa Puger Wetan dan Puger Kulon, Kabupaten Jember)

Terdapat kecenderungan masyarakat pesisir melakukan kegiatan lain dengan mengeksploitasi sumberdaya lingkungan pesisir lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor perikanan yang seasonality. Bentuk- bentuk kegiatan ekonomi masyarakat pesisir tergantung pada kondisi wilayahnya dan

mempengaruhi bagaimana diversifikasi pekerjaan di wilayah tersebut. Kelurahan Greges dan Desa Puger Wetan dan Puger Kulon memiliki perbedaan perkembangan kawasan pesisir yang disebabkan oleh karakteristik wilayah dan konsep pembangunan wilayahnya.

1. Mengidentifikasi jenis- jenis matapencaharian sebagai bentuk diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir di Kelurahan Greges Kota Surabaya dan Desa Puger Wetan dan Puger Kulon Kabupaten Jember

2. Mengetahui keterkaitan karakteristik wilayah dan kebijakan

pengembangan wilayah dengan diversifikasi pekerjaan masyarakat pesisir

Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran dokumen pemerintah terkait kebijakan pembangunan masing-masing wilayah

Pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara semi-terstruktur menggunakan bantuan kuesioner

Simple random sampling untuk tujuan pertama dengan mengambil 30 sampel rumah tangga secara acak pada masing-masing wilayah, dan purposive sampling untuk tujuan kedua dengan mengambil sampel yaitu key person

Human assets - Umur,

- Pendidikan, - Keahlian khusus

Social assets - Organisasi,

- Jumlah anggota keluarga, - Jumlah anak yang bekerja, - Status pernikahan,

Financial assets - Pendapatan, - Acces to credit

Natural assets - Luas lahan pertanian, - Volume gunung gamping, - Potensi industri,

- Keberagaman sumberdaya pesisir,

- Ketersediaan ikan, - Seasonal benefit from the

climate

Physical assets - Infrastruktur pendukung:

listrik, air, moda transportasi, jalan - Kepemilikan lahan, - Kepemilikan hewan

ternak, - Mesin

Motivasi berdiversifikasi

Kebijakan

pembangunan wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Ide dasar perlunya perlindungan hukum terhadap anak menjadi korban tindak pidana dan pelaku tindak pidana sehingga perlu dilindungi yaitu: (a) Anak masih

Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap owner, atasan dan karyawan Fasdeli Group guna mengetahui pola komunikasi organisasi yang ada di

Klasifikasi data berdasarkan calon mahasiswa, sekolah asal, jurusan saat SMA, gelombang USM, pilihan jurusan, nilai USM, status diterma atau tidak dan tahun pendaftaran

Langkah-langkah yang digunakan dalam brainstorming yaitu membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan, menginformasikan aturan-aturan dalam brainstorming, pemimpin kelompok

Dua penelitian besar menemukan bahwa orang yang menerima akupunktur memiliki lebih sedikit hari dengan ketegangan sakit kepala dibandingkan mereka yang

(b) Jika Pelanggan memilih untuk menggunakan fitur e-Archiving opsional, Pelanggan setuju bahwa, sesuai standar, Tagihan apa pun yang diterima oleh Pelanggan dari Negara

3 Melalui kegiatan diskusi dalam kelompok NHT melalui WhatsApp Grup tentang rantai makanan, peserta didik mampu membuat gambar rantai makanan pada ekosistem lengkap