• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit terhadap financial distress dan juga kemampuan kinerja keuangan sebagai variabel yang memperkuat hubungan antara independen dan dependen variabelnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan dari tahun 2017-2020. Data penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan indonesian capital market directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2019 sebagai alat tabulasi data serta Eviews 9.0 sebagai alat untuk menguji data. Data yang didapatkan selanjutnya akan dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang relevan dan dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang ada.

2. Statistik Desktiptif

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data dokumentasi atau data laporan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2020 yaitu sebanyak 104 perusahaan yang menghasilkan 312 pengamatan dengan data tabel 4.1 sebagai berikut:

(2)

2

Tabel 4.1. Hasil Pengambilan Sampel

Kriteria Jumlah

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode

pengamatan pada tahun 2017-2020 171

Menerbitkan laporan tahunan yang berakhir pada

tanggal 31 Desember dalam periode pengamatan (34) Penyajikan laporan keuangan dalam bentuk rupiah

(IDR) (28)

Data Outlier (5)

Total Perusahaan 104

Total Data Pengamatan 312

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Ghozali (2016) menjelaskan bahwa statistik deskriptif merupakan pengujian data untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), deviasi standar, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).

Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Data Penelitian

Mean Median Maximum Minimum Std. Dev.

FD -2.04 -2.07 11.75 -5.54 1.59

KM 0.08 0.00 0.89 0.00 0.19

KI 0.68 0.74 0.99 0.00 0.23

DK 0.40 0.35 0.80 0.20 0.09

KA 0.63 0.66 0.75 0.00 0.11

LEV 0.43 0.42 0.95 0.08 0.20

AGE 3.61 3.71 4.66 1.09 0.49

SIZE 28.4 28.1 33.4 25.4 1.52

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Hasil pengolahan data penelitian dengan alat uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata variabel financial distress (FD) sebesar -2.04 dengan nilai minimal -5.54 dan maksimal 11.75. Data tersebut mengindikasikan bahwa secara umum perusahaan manudaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian dalam kondisi sehat.

Namun terdapat indikasi pula bahwa sebagian dari perusahaan tersebut dalam kondisi tidak sehat atau mengalami financial distress.

(3)

3

Variabel independen kepemilikan manajerial (KM) memiliki nilai minimum sebesar 0.00 dan nilai maksimum sebesar 0.89 dari periode 2017- 2020. Adanya nilai minimum 0.00 dikarenakan terdapat perusahaan yang sahamnya hanya dimiliki oleh institusi dan masyarakat, sehingga tidak ada kepemilikan saham oleh manajerial. Diketahui nilai rata-rata sebesar 0.08 yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian memiliki kepemilikan saham manajerial.

Variabel independen kepemilikan institusionl (KI) memiliki nilai minimum sebesar 0.00 dan nilai maksimum sebesar 0.99 dari periode 2017-2020. Adanya nilai minimum 0.00 dikarenakan terdapat perusahaan yang sahamnya hanya dimiliki oleh manajer dan masyarakat, sehingga tidak ada kepemilikan saham oleh institusional. Diketahui nilai rata-rata sebesar 0.68 yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian memiliki kepemilikan saham institusional.

Variabel independen dewan komisaris independen (DK) memiliki nilai minimum sebesar 0.20 dan nilai maksimum sebesar 0.80 dari periode 2017- 2020. Diketahui nilai rata-rata sebesar 0.40 yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah memiliki dewan komisaris guna menjalankan fungsi kontrolnya.

Variabel independen komite audit independen (KA) memiliki nilai minimum sebesar 0.00 dan nilai maksimum sebesar 0.75 dari periode 2017- 2020. Diketahui nilai mean sebesar 0.63 yang menunjukkan bahwa hampir secara keseluruhan perusahaan telah memenuhi aturan OJK yang menyatakan setidaknya suatu perusahaan memiliki 3 orang komite audit.

Variabel moderasi leverage yang diproksikan dengan debt to asset ratio (DAR) memiliki nilai minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum sebesar 0.95 dari periode 2017-2020. Diketahui nilai rata-rata sebesar 0.43 yang mengindikasikan bahwa secara rata-rata terdapat 43% jumlah aktiva perusahaan

(4)

4

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagian dibiayai oleh utang dan angka tersebut secara rata-rata masih cukup baik.

3. Pemilihan Model Estimasi Regresi a. Persamaan 1

1) Uji Chow

Uji yang digunakan untuk menentukan model yang paling tepat antara fixed effect dan common effect. Hipotesis uji chow adalah Ho: common effect dan H1: fixed effect

Tabel 4.3 Hasil Uji Chow Persamaan 1

Effect Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F 11.568630 (103,202) 0.0000 Cross-section Chi-square 602.582945 103 0.0000

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, probabilitas pada cross-section Chi- Square lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan untuk model regresi persamaan 1.

2) Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk menentukan model yang paling tepat untuk digunakan antara fixed effect dan random effect. Hipotesis uji Hausman adalah Ho: random effect dan H1: fixed effect

Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman Persamaan 1 Test Summary Schi-Sq

Statistic

Chir.Sq.d.f Prob

Cross-section random 8.349589 6 0.2136

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan probabilitas Chi-Square 0.2136 > 0,05 sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan sementara adalah random effect model lebih tepat digunakan untuk model regresi.

(5)

5 3) Uji Lagrange

Uji Lagrange digunakan untuk menentukan model yang paling tepat untuk digunakan antara fixed effect dan random effect. Hipotesis uji Lagrange adalah Ho: random effect dan H1: fixed effect

Tabel 4.5 Hasil Uji Lagrange Persamaan 1 Cross-section

Test Hypothesis

Time Both

Breusch-Pagan 185.4092 0.593908 186.0031 (0.0000) (0.4409) (0.0000)

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan probabilitas Breusch- Pagan 0,00 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulan sementara adalah Random Effect model lebih tepat digunakan untuk model regresi.

Dari hasil uji Chow, Hausman dan Lagrange mendapatkan hasil bahwa metode yang paling tepat digunakan untuk persamaan 1 adalah metode Random Effect model.

b. Persamaan 2 1) Uji Chow

Tabel 4.6 Hasil Uji Chow Persamaan 2

Effect Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F 1.873453 (103,197) 0.0001 Cross-section Chi-square 213.050738 103 0.0000

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, probabilitas pada cross-section Chi- Square sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa Fixed Effect model lebih tepat digunakan untuk model regresi persamaan 2.

2) Uji Hausman

Tabel 4.7 Hasil Uji Hausman Persamaan 2 Test Summary Schi-Sq

Statistic

Chir.Sq.d.f Prob Cross-section random 30.771744 11 0.0012

(6)

6 Sumber: Diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan probabilitas Chi-Square 0,0012 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan sementara adalah Fixed effect model lebih tepat digunakan untuk model regresi.

Berdasarkan hasil uji Chow dan uji Hausman mendapatkan hasil bahwa metode yang paling tepat digunakan untuk persamaan 2 adalah metode Fixed Effect model.

4. Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis

Tabel 4.8 Rangkuman Regresi Persamaan 1 dan 2

Variabel Persamaan 1 Persamaan 2

Koef Nilai t Koef Nilai t Var. Ind.

KM 1.432 0.274 2.054 0.327

KI -0.715 -0.617 -1.595 -0.515

DK -0.554 -0.504 5.288 2.215**

KA 0.237 0.221 -0.652 -0.115

Var. Mod.

LEV 4.885 0.666

Interaksi

KM*LEV -2.309 -0.385

KI*LEV 1.559 0.292

DK*LEV -13.15 -2.784***

KA*LEV 1.755 0.183

Kontrol

SIZE 0.481 1.783* 0.272 0.954

AGE 1.791 1.362 2.013 1.515

Adjust R2 0.779 0.786

F Statistik 11.093 11.043

Sig. 0,000 0,000

N 312 312

Sumber: Diolah peneliti, 2022

Keterangan: *** = Signifikan pada level 1%

** = Signifikan pada level 5%

* = Signifikan pada level 10%

(7)

7 a. Analisis Hipotesis 1, 2, 3 dan 4

Hasil pengujian hipotesis penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan nilai koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial pada persamaan 1 sebesar 1.432 dan tidak memiliki pengaruh signifikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa kepemelikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress (FD).

Sehingga hipotesis 1 yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress tidak terbukti kebenarannya. Hal ini memberi arti bahwa variabel kepemilikan manajerial bukan merupakan faktor penting yang memengaruhi financial distress perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil pengujian hipotesis penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional pada persamaan 1 sebesar -0.715 dan tidak berpengaruh signifikan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress (FD). Sehingga hipotesis 2 yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap financial distress tidak terbukti kebenarannya. Hal ini memberi arti bahwa variabel kepemilikan institusional bukan merupakan faktor penting yang memengaruhi financial distress perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil pengujian hipotesis penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan nilai koefisien regresi variabel dewan komisaris independen pada persamaan 1 sebesar -0.554 dan memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress (FD). Sehingga hipotesis 3 yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

(8)

8

financial distress tidak terbukti kebenarannya. Hal ini memberi arti bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen bukan merupakan faktor penting yang memengaruhi financial distress perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil pengujian hipotesis penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan nilai koefisien regresi variabel komite audit independen perusahaan pada persamaan 1 sebesar 0.237 dan tidak memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa komite audit independen perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress (FD). Sehingga hipotesis 4 yang komite audit independen berpengaruh negatif terhadap financial distress tidak terbukti kebenarannya. Hal ini memberi arti bahwa variabel komite audit bukan merupakan faktor penting yang memengaruhi financial distress perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Hipotesis 5a, 5b, 5c dan 5d 1) Hipotesis 5a

Hasil analisis regresi moderasi pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial pada persamaan 2 memiliki nilai 2.054 dan tidak signifikan pada level 5%. Sementara itu variabel leverage pada persamaan 2 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel financial distress. Hal ini dibuktikan dari nilai koefisien regresi sebesar 4.885 dan signifikansi lebih dari 5%.

Analisis selanjutnya adalah menambahkan variabel interaksi kepemilikan manajerial dan leverage serta penambahan variable kontrol seperti tersaji pada persamaan 2 dalam tabel 4.8. Hasil analisis menunjukkan variabel kepemilikan manajerial memiliki koefisien regresi sebesar -2.309 dan tidak signifikan terhadap variabel financial distress. Hasil analisis tersebut mengindikasi

(9)

9

bahwa variable leverage tidak memoderasi pengaruh veriabel kepemilikan manajerial terhadap financial distress. Selain itu dapat diketahui bahwa variabel leverage merupakan variabel prediktor moderasi (predictor moderator) yang berarti hanya sebagai variabel prediktor (independen) pada model regresi. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa hipotesis 5a pada penelitian ini tidak terbukti kebenarannya.

2) Hipotesis 5b

Hasil analisis regresi moderasi pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel kepemilikan institusional pada persamaan 2 memiliki nilai -1.595 dan tidak signifikan pada level 5%. Analisis selanjutnya adalah menambahkan variabel interaksi kepemilikan institusional dan leverage seperti tersaji pada persamaan 2 dalam tabel 4.8. Hasil regresi variabel interaksi dewan kepemilikan institusional dan leverage menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 1.559 dan tidak signifikan. Hasil analisis tersebut mengindikasi bahwa variabel leverage tidak memoderasi pengaruh veriabel kepemilikan manajerial terhadap financial distress. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa hipotesis 5b pada penelitian ini tidak terbukti kebenarannya.

3) Hipotesis 5c

Hasil analisis regresi moderasi pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel dewan komisaris independen pada persamaan 2 memiliki nilai 5.288 dan signifikan pada level 5%. Analisis selanjutnya adalah menambahkan variabel interaksi dewan komisaris independen dan leverage seperti tersaji pada persamaan 2 dalam tabel 4.8. Hasil regresi variabel interaksi dewan komisaris independen dan leverage menunjukkan nilai koefisien -13.15 dan berpengaruh signifikan pada level 1%

(10)

10

terhadap variabel financial distress. Hasil analisis tersebut mengindikasi bahwa variabel leverage memoderasi pengaruh veriabel dewan komisaris independen terhadap financial distress.

Selain itu dapat diketahui bahwa variabel leverage merupakan variabel moderasi murni (pure moderator) pada model regresi.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa hipotesis 5c pada penelitian ini terbukti kebenarannya.

4) Hipotesis 5d

Hasil analisis regresi moderasi pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel komite audit pada persamaan 2 memiliki nilai -0.652 dan tidak signifikan pada level 5%. Analisis selanjutnya adalah menambahkan variabel interaksi komite audit independen dan leverage seperti tersaji pada persamaan 2 dalam tabel 4.8. Hasil regresi variabel interaksi komite audit independen dan leverage menunjukkan nilai koefisien 1.755 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel financial distress. Hasil analisis tersebut mengindikasi bahwa variabel leverage tidak memoderasi pengaruh veriabel komite audit independen terhadap financial distress. Selain itu dapat diketahui bahwa variabel leverage merupakan variabel prediktor moderasi (predictor moderator) yang berarti hanya sebagai variabel independen pada model regresi. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa hipotesis 5d pada penelitian ini tidak terbukti kebenarannya.

(11)

11

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, maka dapat dirangkum hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Hasil

1 H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Tidak Terbukti 2 H2: Kepemilikan institusional berpengaruh

negatif terhadap financial distress.

Tidak Terbukti 3 H3: Proporsi dewan komisaris independen

berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Tidak Terbukti 4 H4: Ukuran komite audit berpengaruh negatif

terhadap financial distress.

Tidak Terbukti 5 H5a: Leverage memperkuat pengaruh negatif

kepemilikan manajerial terhadap financial distress.

Tidak Terbukti

6 H5b: Leverage memperkuat pengaruh negatif kepemilikan institusional terhadap financial distress.

Tidak Terbukti

7 H5c: Leverage memperkuat pengaruh negatif proporsi dewan komisaris independen terhadap financial distress.

Terbukti

8 H5d: Leverage memperkuat pengaruh negatif komite audit independen terhadap financial distress.

Tidak Terbukti

Sumber: Diolah peneliti, 2022

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial (KM) terhadap Financial Distress (FD)

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai koesifien variabel kepemilikan manajerial (KM) sebesar 2.054 nilai signifikansi < 0,05 sehingga kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress (FD). Hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah dan Syafruddin (2013) menunjukkan adanya pengaruh negatif antara kepemilikan manajerial terhadap financial distress yang artinya adanya peningkatan kepemilikan manajerial mampu mendorong turunnya kemungkinan terjadinya financial distress.

(12)

12

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesa ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Witiastusi dan Suryandari (2016). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh manajerial maka tidak dapat membuktikan bahwa kepemilikan manajerial perusahaan memiliki dampak yang lebih besar dalam menentukan keputusan saat perusahaan mengalami kondisi financial distress. Kepemilikan manajerial yang besar maupun kecil tidak dapat menutup kemungkinan bahwa perusahaan terdapat masalah keuangan sehingga perusahaan menjadi bangkrut.

Hasil uji ini sudah sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang semakin besar akan mengurangi probabilitas terjadinya financial distress. Semakin besar kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk lebih bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan. Hal ini terjadi karena pihak manajemen tidak hanya berperan sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik yang menghadapi risiko kegagalan yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya kepemilikan manajerial mendorong semakin kecil potensi terjadinya financial distress. Namun, signifikansi menghasilkan nilai yang tidak sesusi dengan yang dipersyaratkan sehingga menjadikan hasilnya berbeda.

2. Pengaruh Kepemilikan Instituional (KI) terhadap Financial Distress (FD)

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai koesifien variabel kepemilikan instituional (KI) sebesar -1.595 dan tidak berpengaruh terhadap financial distress (FD). Hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khurshid et al. (2019) dimana hasil penelitiannya memberikan bukti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap financial distress yang artinya semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan, sehingga potensi terjadi financial distress dapat diminimalisir

(13)

13

karena perseroan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar mengindikasikan kemampuannya untuk melakukan monitoring terhadap manajemen (Bodroastuti, 2009).

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesa ini mendukung penelitian Dianova & Nahumury (2019) dimana kepemilikan instituional tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh institusional maka tidak dapat membuktikan bahwa kepemilikan institusional perusahaan memiliki dampak yang lebih besar dalam menentukan keputusan saat perusahaan mengalami kondisi financial distress.

Kepemilikan institusional yang besar maupun kecil tidak dapat menutup kemungkinan bahwa perusahaan akan dapat mengalami financial distress.

Faktor lainnya karena kepemilikan saham oleh instansi besar kepemilikannya terpusat dan tidak menyebar, sehingga menyebabkan pengawasan oleh pemegang saham terhadap manajemen pun akan menurun. Dengan begitu kemampuan pemegang saham untuk mengendalikan manajemen dalam mengelolah perusahaan tidaklah cukup, sehingga memungkinkan manajemen untuk mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya (Kurniasanti & Musdholifah, 2018). Tidak hanya itu, dalam praktiknya pemegang saham tidak menjalankan perannya dengan baik dalam hal monitoring tindakan pihak manajemen.

Secara teoritis dengan adanya kepemilikan saham yang lebih besar dari berbagai institusi baik perusahaan asing maupun dalam negeri maka akan semakin besar pula kekuatan dan suara untuk memonitoring manajemen perusahaan agar manajemen sendiri mendapatkan motivasi untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (Radifan dan Yuyetta, 2015).

3. Pengaruh Dewan Komisaris (DK) terhadap Financial Distress (FD) Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai koefisien variabel dewan komisaris (DK) sebesar 5.288 dan berpengaruh positif signifikan. Hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(14)

14

Younas et al. (2020) dimana hasil penelitian memberikan bukti adanya pengaruh negatif proporsi dewan komisaris independen terhadap financial distress yang artinya dengan adanya dewan komisaris independen diharapkan agency cost tidak akan timbul yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan bagi perusahaan (Hanifah dan Purwanto, 2013).

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesa ini mendukung penelitian Widhiadnyana & Ratnadi (2019) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan maka justru akan menyebabkan terjadinya financial distress bagi perusahaan. Oleh karena itu, hasil analisis menolak hipotesis 3.

Hasil penelitian ini tidak mendukung teori keagenan yang mengasumsikan bahwa komisaris independen diwajibkan pada dewan komisaris untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan manajer dalam kaitannya dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan Merkling, 1976). Teori agency mengungkapkan kemampuan dewan komisaris dalam sistem kontrol yang efektif tergantung pada independensinya terhadap manajemen (Fadhilah dan Syafruddin, 2013). Penelitian ini tidak mendukung teori keagenan yang menyatakan bahwa kemampuan dewan komisaris dalam mekanisme pengawasan yang efektif tergantung pada independensinya terhadap manajemen (Beasley, 1996).

4. Pengaruh Komite Audit Independen (KA) terhadap Financial Distress (FD)

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai koefisien variabel komite audit independen (KA) sebesar -0.652 dan tidak berpengaruh signifikan.

Hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwia et al. (2021) mengungkapkan bahwa komite audit independen mempunyai pengaruh negatif terhadap financial distress

(15)

15

dimana semakin banyak komite audit maka financial distress dalam perusahaan tersebut semakin menurun.

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesa ini mendukung penelitian Lestari dan Wahyudin (2021) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Artinya jumlah komite audit yang besar tidak dapat menentukan perusahaan dapat terus tumbuh dan tidak mengalami ksulitan keuangan. Hal ini juga dapat menginterpretasikan bahwa komite audit belum mampu untuk ikut serta dapat berdiskusi ataupun melakukan pengawasan dan mengambil keputusan yang tepat guna mendorong kebijakan yang lebih baik agar perusahaan tidak mengalami financial distress.

Hasil penelitian ini tidak selaras dengan agency theory, yang menyatakan bahwa komite audit mempunyai peran penting yaitu membantu tugas dan fungsi dari komisaris, selain itu bertugas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi mengenai laporan-laporan keuangan serta sistem kontrol internal yang berlaku dalam perusahaan. Jumlah komite audit yang besar diharapkan dapat berdiskusi dan mengambil keputusan yang tepat saat melakukan pertemuan. Namun sebaliknya jumlah komite audit yang besar justru akan menimbulkan banyak pendapat sehingga tidak dapat efektif untuk pengambilan keputusan bagi perusahaan.

5. Peran Moderasi Variabel Leverage

a. Peran Leverage dalam Memoderasi Kepemilikan Manajerial terhadap Financial Distress

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai koefisien variabel moderasi leverage -2.309 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel financial distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak memoderasi pengaruh kepemilikan manajerial (KM) terhadap financial distress (FD). Artinya konsentrasi utang yang dimiliki oleh perusahaan tidak akan berdampak pada sifat kehati-hatian dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer.

(16)

16

Dikarenakan terdapat kemungkinan manajer akan lebih terkonsentrasi pada kebijakan-kebijakan lain dalam pilihannya untuk membawa perusahaan selamat dari adanya kesulitan keuangan.

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesa ini mendukung penelitian Yuliani dan Rahmatiasari (2021) yang menyatakan bahwa variabel leverage tidak menunjukkan pengaruh moderating atas variabel bebas (kepemilikan manajerial) terhadap variabel terikat (financial distress). Tingkat leverage menunjukkan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang, baik melalui kepemilikan saham maupun pendanaan pihak ketiga lainnya (Kasmir, 2008).

Kepemilikan saham oleh pihak yang aktif terlibat dalam kegiatan manajemen perusahaan akan menimbulkan adanya bias kepentingan dalam pengambilan keputusan, hal ini disebabkan adanya konsentrasi kepemilikan oleh suatu pihak akan menimbulkan keputusan yang condong terhadap suatu pihak tersebut.

b. Peran Leverage dalam Memoderasi Kepemilikan Institusional terhadap Financial Distress

Dari hasil analisis didapatkan nilai koefisien variabel leverage 1.559 dan tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak menunjukkan pengaruh moderating atau dapat dikatakan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh signifikan dalam pengaruh variabel laten bebas (kepemilikan institusional) terhadap variabel laten terikat (financial distress). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliani dan Rahmatiasari (2021) dimana leverage tidak menunjukkan pengaruh moderating dalam pengaruh variabel kepemilikan institusional terhadap financial distress. Kepemilikan institusional merupakan persentase dari jumlah hak suara yang dimiliki oleh institusi Beiner et al. (2003). Kepemilikan institusional juga diyakini mampu untuk mengendalikan pihak manajemen melalui fungsi monitoring secara efektif.

(17)

17

Berdasarkan teori yang ada, hubungan antara prinsipal (pemilik) dan agen (manajemen) bukan merupakan suatu masalah apabila keduanya memiliki tujuan dan besaran kekuasaan yang sama. Tingkat leverage yang tinggi dan berasal dari tingginya konsentrasi kepemilikan institusi dalam perusahaan dapat meminimalkan terjadinya financial distress walaupun tidak secara signifikan, hal ini karena adanya kepemilikan institusi akan meningkatkan pengawasan terhadap keputusan manajemen dan meminimalkan terjadinya permasalahan agensi.

c. Peran Leverage dalam Memoderasi Dewan Komisaris Independen terhadap Financial Distress

Dari hasil analisis didapatkan nilai koefisien variabel moderasi leverage -13.15 dan berpengaruh negatif signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage memoderasi (memperkuat) pengaruh dewan komisaris (DK) terhadap financial distress (FD). Hal ini menunjukkan pengawasan dewan komisaris terhadap direksi dalam meminimalisir terjadinya financial distress dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang.

Menurut teori agensi, adanya pengawasan terhadap kinerja agen (manajemen) akan mampu mengurangi terjadinya konflik agensi dan asimetris informasi sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan dan berdampak pada penurunan terjadinya financial distress perusahaan (Fadhilah dan Syafruddin, 2013). Dengan demikian, hasil ini telah mendukung hipotesa penelitian dan menginterpretasikan bahwa konsentrasi utang yang dimiliki oleh perusahaan akan di kontrol oleh dewan komisaris independent agar kondisi keuangan dapat terus terjaga dan terhindar dari financial distress.

(18)

18

d. Peran Leverage dalam Memoderasi Komite Audit Independen terhadap Financial Distress

Dari hasil analisis didapatkan nilai koefisien variabel moderasi leverage 1.755 dan tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak memoderasi pengaruh komite audit independen (KA) terhadap financial distress (FD). Komite audit merupakan komite yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan dalam pengelolaan perusahaan. Komite audit dapat memberikan banyak manfaat bagi peningkatan sistem pengawasan dan juga pada tata kelola perusahaan Collier dan Gregory (1999).

Hasil yang tidak sejalan dengan hipotesa ini mencerminkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh komite audit terhadap direksi dalam meminimalisir terjadinya financial distres tidak dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang. Padahal semestinya jika melihat teori yang ada, pengawasan komite audit terhadap manajemen akan mengurangi kecenderungan terjadinya konflik dan akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada keuangan perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

atas hasil kerja rekan sejawat secara obyektif, penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan perusahaan, mengetahui kemampuan karyawan yang akan

Perencanaan: Perencanaan diawali dengan kegiatan m enyusun Silabus Pembelajaran, m enyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menyiapkan soal tes tulis, menyiapkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai Analisis Aktor Implementasi dalam Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang dengan studi

Dari hasil penelitian dapat dipahami bahwa untuk keterampilan proses dasar pengamatan, pemahaman siswa kelas IV di 7 SD Piloting Kurikulum 2013 se-Kabupaten

Gambaran dinamika perkembangan usaha rumah tangga perikanan tangkap di laut dapat digambarkan seperti pada Tabel 4 dan 5, menunjukan adanya fluktuasi baik menurut musim

(2) Pemberhentian pembantu Rektor, dekan, pembantu dekan, direktur program pascasarjana, dan asisten direktur program pascasarjana, ketua dan sekretaris

Uji pestisida dilakukan melalui tahapan pekerjaan yaitu : Menyiapkan alat dan bahan seperti toples, kain, kertas saring, dan karet gelang sebanyak 24 buah untuk

Warna efektif yang dikehendaki oleh konsumen apabila warna buah okra mulai pemetikan pertama sampai dengan pemetikan terakhir dapat mempertahankan warna hijau pinur (kode 007520),