• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Masa Laktasi Di Pt.Rahman Alam Multiform Boyolali Jawa Tengah Lusiyono Liandro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Masa Laktasi Di Pt.Rahman Alam Multiform Boyolali Jawa Tengah Lusiyono Liandro"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA

LAKTASI DI PT. RAHMAN ALAM MULTIFARM

BOYOLALI JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR

Oleh :

Lusiyono Liandro H3408011

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA

LAKTASI DI PT. RAHMAN ALAM MULTIFARM

BOYOLALI JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis Peternakan

Oleh :

Lusiyono Liandro H 3408011

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA

LAKTASI DI PT. RAHMAN ALAM MULTIFARM

BOYOLALI JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

Lusiyono Liandro H 3408011

Telah dipertahankan didepan dewan penguji

Pada tanggal : Agustus 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan tim penguji

Penguji I Penguji II

Ir. Eka Handayanta, MP AqniHanifa,S.Pi.M.Si

NIP. 196412081989031001 NIP. 198112202006042001

Surakarta,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir,

dengan judul "Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Masa Laktasi di PT. Rahman

Alam Multifarm Boyolali Jawa Tengah.” Tugas Akhir ini merupakan laporan dari

kegiatan magang perusahaan di PT. Rahman Alam Multifarm, Boyolali. Penulisan

Tugas Akhir ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Program Studi Agribisnis Peternakan Program Diploma III Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Eka Handayanta, MP selaku dosen pembimbing magang yang telah

memberikan pengarahan dari awal sampai akhir pelaksanaan magang

Perusahaan.

4. Direktur dan karyawan PT. Rahman Alam Multifarm yang telah memberikan

kesempatan dan membantu pelaksanaan kegiatan magang.

5. Orang Tua dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa sabar memberikan

bimbingan baik berupa materi maupun do'a selama ini.

6. Seseorang yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan cinta kasihnya

kepadaku untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman angkatan 2008, yang senantiasa memberikan semangat,

(5)

commit to user

v

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

Tugas Akhir ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk

perbaikan. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi

penulis khususnya ,dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011

(6)

commit to user

D. Pengelolaan Kesehatan Ternak... 9

E. Produksi Susu ... 10 A. Kondisi Umum dan Lokasi Perusahaan ... 15

1. Sejarah Perusahaan... 15

(7)

commit to user

vii

3. Struktur Organisasi... 16

B. Jenis Sapi Perah yang Diusahakan ... 18

C. Manajemen Sapi Laktasi ... 19

1. Manajemen Pemberian pakan dan Minum ... 19

2. Manajemen Perkandangan ... 21

3. Manajemen Reproduksi ... 24

4. Manajemen Pemerahan ... 25

5. Pemasaran Susu ... 27

6. Pengelolaan Kesehatan ... 28

7. Pengelolaan Limbah ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formulasi Ransum ... 19

Tabel 2. Peralatan Kandang ... 29

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Kuisioner Magang ... 32

2. Foto pemotongan rumput ... 37

3. Foto pencacahan rumput dengan mesin pemotong ... 37

4. Foto pemberian pakan hijauan ... 38

5. Foto pemberian pakan (singkong) ... 38

6. Foto pemberian konsentrat ... 39

7. Foto pemerahan ... 39

8. Foto memandikan sapi ... 40

9. Foto membersihkan kandang ... 40

10.Data Pemasaran Susu + Pemberian Pedet ... 41

11.Gambar Denah Kandang ... 42

12.Denah Jalan PT RAM ... 43

(11)
(12)

commit to user

jumlah terbesar yaitu 90 % dari jumlah total sapi perah yang ada di dunia. Sapi

ini merupakan bangsa sapi besar (keturunan Eropa), pertama kali

diperkenalkan pada awal tahun 1600. Friesien Holstein atau FH cukup baik

beradaptasi dengan lingkungan dan memproduksi susu dalam jumlah besar.

Rata-rata produksi susunya mencapai lebih dari 19.000 lbs dengan kandungan

lemak 3,7 %. Produksi terbesar dari jenis sapi perah FH ini pernah tercatat

melebihi 60.000 lbs dalam 365 hari.

Tata laksana pada masa laktasi yang perlu diperhatikan antara lain :

pemberian pakan dan air minum, pemerahan dan pengaturan laktasi, kesehatan

dan pencegahan penyakit, serta perkandangan. Susu merupakan hasil utama

dari ternak perah, dengan kandungan gizi yang lengkap dan sangat dibutuhkan

oleh masyarakat. Namun, produksi susu yang dihasilkan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah, karenanya

diperlukan peningkatan hasil, baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena

itu, perlu diperhatikan bagaimana sistem manajemen pemeliharaanya.

Manajemen pemeliharaan sapi masa laktasi merupakan suatu kegiatan

pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi (masa memproduksi susu) yang

(13)

commit to user

2

Manajemen pemeliharaan merupakan faktor penentu hasil ternak.

Dengan adanya manajemen yang tersusun dan terencana dengan baik, maka

tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan kualitas maupun kuantitas

hasil ternak yang sesuai dengan harapan. Maka dari itu, dengan kegiatan

magang ini, diharapkan mampu mengetahui bagaimana manajemen

pemeliharaan sapi laktasi dapat dijalankan dengan baik dengan hasil yang

maksimal. Selain itu juga diharapkan, dengan adanya

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam manajemen induk laktasi dapat

meningkatkan pengetahuan, agar dapat dimanfaatkan untuk menghadapi dunia

kerja.

B. Tujuan Kegiatan Magang

1. TujuanUmum

Kegiatan Magang ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengetahui

kegiatan-kegiatan lapangan kerja yang ada dalam bidang peternakan secara luas .

b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan

penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat

menjadi bekal mahasiswa terjun ke masyarakat setelah lulus.

c. Memperoleh keterampilan kerja yang praktis yakni secara langsung

dapat menjumpai, merumuskan, serta memecahkan permasalahan yang

ada dalam bidang peternakan .

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui secara langsung manajemen usaha peternakan sapi perah

khususnya manajemen pemeliharaan sapi laktasi di PT. Rahman Alam

Multifarm Boyolali.

b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan manajemen

pemeliharaan sapi laktasi pada usaha peternakan sapi perah di PT.

(14)

commit to user

3

c. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam peternakan sapi

perah khususnya, sapi laktasi yang dilaksanakan di PT. Rahman Alam

(15)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Friesian Holstein

Sapi Friesian Holstein juga dikenal dengan nama Fries Holland atau

sering disingkat FH. Di Amerika, jenis sapi ini disebut Holstein, dan di

negara-negara lain ada pula yang menyebut Friesien, akan tetapi di Indonesia

disebut FH. Sapi FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh

dunia, baik di Negara-negara subtropis maupun tropis. Jenis sapi ini mudah

beradaptasi di tempat baru. Di Indonesia populasi sapi FH ini juga terbesar di

antara jenis sapi-sapi perah yang lain (Girisonta, 1995).

Sapi Friesian Holstein mempunyai ciri-ciri antara lain berwarna

belang hitam putih, pada dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga,

kepala panjang, sempit, dan lurus. Sapi betina bersifat jinak dan tenang,

sedangkan sapi jantan bertemperamen galak dan ganas (Syarief dan

Sumoprastowo, 1985). Ciri-ciri sapi FH yang berproduksi susu tinggi yaitu

ukuran ambing simetris, letak ambing di bawah perut di antara ruangan kedua

kaki yang lebar, ukuran ambing bagian depan cukup besar dan bagian

belakang sama besarnya dengan batas-batas diantara keempat bagian, kulit

ambing tampak halus, lunak, mudah dilipat dengan jari, dan bulu yang

tumbuh pada ambing halus, bentuk dan ukuran dari keempat puting sama,

silindris, penuh, bergantung dan letaknya simitris, pembuluh darah balik/

vena susu terdapat di bawah perut di mulai dari tali pusat sampai ambing,

tampak besar, panjang, bercabang-cabang, dan berkelok-kelok nyata.

Kemampuan sapi perah Friesian Holstein dalam menghasilkan susu

lebih banyak daripada bangsa sapi perah lainnya, yaitu mencapai 5982 liter

per laktasi dengan kadar lemak 3,7 %. Daya merumput baik apabila

digembalakan pada padang rumput yang baik saja, sedangkan pada padang

rumput yang kurang baik sapi sukar beradaptasi (Syarief ,1984).

Produksi susu sapi Friesian Holstein dapat mencapai kisaran antara

(16)

commit to user

Standar bobot badan sapi betina dewasa rata - rata 625 kg, sedangkan sapi

jantan dewasa rata - rata 800 kg (Anonimus, 1992).

B. Perkandangan

Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga

pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternakyang

sehat dan nyaman (Sugeng, 2003).

Sistem perkandangan merupakan aspek penting dalam usaha

peternakan sapi perah. Kandang bagi sapi perah bukan hanya berfungsi

sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi harus dapat memberikan perlindungan

dari segala aspek yang menganggu (Siregar, 1993), seperti untuk menghindari

ternak dari terik matahari, hujan ,angin kencang, gangguan binatang buas, dan

pencuri (Sugeng, 2001).

Pengaturan ventilasi sangat penting untuk dicermati. Apabila dinding

kandang dapat dibuka dan ditutup maka sebaiknya pada siang hari dibuka dan

malam hari ditutup. Kandang di dataran rendah dibangun lebih tinggi

dibandingkan dengan kandang di dataran tinggi atau pegunungan. Bangunan

kandang yang dibuat tinggi akan berefek pada lancarnya sikulasi udara di

dalamnya. Bangunan kandang di daerah dataran tinggi dibuat lebih tertutup,

tujuannya agar suhu di dalam kandang lebih setabil dan hangat (Sarwono dan

Arianto, 2002).

Ukuran kandang induk laktasi yaitu lebar 1,75 m dan panjang 1,25 m

serta dilengkapi tempat pakan dan minum, masing-masing dengan ukuran 80

x 50 cm dan 50 x 40 cm. Kandang yang baik mempunyai persyaratan, seperti

lantai yang kuat dan tidak licin, dengan kemiringan 5º dan kemiringan atap

30º serta disesuaikan dengan suhu dan kelembaban lingkungan sehingga

ternak akan merasa nyaman berada di dalam kandang serta letak selokan

dibuat pada gang tepat di belakang jajaran sapi (Girisonta, 1995).

Menurut konstruksinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi

dua yaitu kandang tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang

(17)

commit to user

(tail to tail). Tipe kandang head to head dirancang dengan satu gang

bertujuan agar mempermudah saat memberi pakan dan efisien waktu,

sedangkan tipe kandang tail to tail terdapat 2 gang dengan tujuan untuk

mempermudah saat membersihkan feses (Anonimus, 2002).

Untuk bahan atap kandang dapat menggunakan genting, seng, asbes,

rumbia, ijuk/ alang-alang, dan sebagainya. Menurut Girisonta (1980) bahan

atap kandang yang ideal di negara tropis adalah genting, dengan

pertimbangan, genting dapat menyerap panas, mudah didapat, tahan lama,

dan antara genting yang satu dengan yang lain terdapat celah sehingga

sirkulasi udara cukup baik.

Perlengakapan kandang yang harus disiapkan adalah tempat pakan

dan tempat minum (Sugeng, 2003). Tempat pakan dan tempat minum dapat

dibuat dari tembok beton yang bentuknya dibuat cekung dengan lubang

pembuangan air pada bagian bawah, atau bisa juga tempat pakan terbuat dari

papan atau kayu dan tempat minum mengunakan ember (Siregar, 2003).

Kandang harus dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu

lidi, sikat, selang air, dan kereta dorong.

C. Pakan Sapi Perah

Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi

tiga, yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan (Girisonta,

1995). Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman

atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang batang, ranting, dan bunga.

Kelompok jenis pakan hijauan adalah rumput, legume dan tumbuh-tumbuhan

lain, yang dapat diberikan dalam bentuk segar dan kering (Kusnadi dkk,

1983). Hijauan segar adalah pakan hijauan yang diberikan dalam keadaan

segar, dapat berupa rumput segar ,batang jagung muda, kacang-kacangan dan

lain-lain yang masih segar (Sitorus, 1983). Pakan dalam bentuk hijauan segar

masih cukup banyak mengandung air dengan kisaran antara 70-80 %, dimana

air ini sangat penting bagi ternak sapi perah. Hijauan banyak pula

(18)

commit to user

Secara umum, berdasarhan kualitasnya maka hijauan dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu:

1. Kelompok hijauan yang berkualitas rendah, ditandai kandungan protein

kasar kurang dari 4%, energi (TDN) kurang dari 40% dan sedikit

mengandung vitamin, misalnya: jerami padi, jerami jagung, dan pucuk

tebu.

2. Kelompok hijauan yang berkualitas sedang, ditandai dengan kandungan

protein kasar 5-10%, energi (TDN) 40-50% dan kandungan Ca sekitar

0,3%, misalnya rumput alam (rumput lapangan), rumput unggul seperti:

rumput gajah, rumput raja, rumput setaria.

3. Kelompok hijauan yang berkualitas tinggi ditandai dengan kandungan

protein kasar lebih dari 10%, energi (TDN) lebih dari 50%, kandungan Ca

di atas 1% dan kaya vitamin A, misalnya : lamtori, gamal/ gliricidae dan

umbi-umbian (Siregar, 1995)

Hijauan kering adalah pakan yang berasal dari hijauan yang

dikeringkan misalnya jerami dan hay (Anonimus, 1996).

Pakan hijauan untuk induk laktasi dapat diberikan dalam bentuk

kering (hay) maupun dalam bentuk basah atau hijauan segar (dalam bentuk

silage). Pembuatan “hay” biasanya berupa hijauan berbentuk tegak yang

dikeringkan, sedangkan pembuatan “silage” di daerah tropis masih sulit

dilakukan karena banyak hijauan yang sudah tua dan sukar mengeluarkan

udara dari dalam silo sehingga keadaan anaerob yang dibutuhkan kurang

sempurna (Zainuddin, 1982).

Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi,

kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Berupa dedak

atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau gaplek

dan lain-lain. Pada umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini

masih sangat sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan/ ransum yang

terdiri dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan

(19)

commit to user

Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin dan

mineral. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara

intensif dan hidupnya berada dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang

dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A, vitamin C, vitamin D dan vitamin

E, sedangkan mineral sebagai bahan pakan tambahan dibutuhkan untuk

berproduksi, terutama kalsium dan fosfor (Sutardi, 1984).

Ransum induk laktasi pada dasarnya terdiri dari hijauan baik dalam

bentuk kacang-kacangan (leguminosa) maupun rumput-rumputan

(grammeae) dalam keadaan segar atau kering) dan konsentrat yang tinggi

kualitas dan palatabilitasnya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan ransum sapi adalah ransum cukup mengandung protein dan

lemak, perlu di perhatikan sifat efek suplemen (supplementary effect) dari

bahan pakan ternak, dan ransum tersusun dari bahan pakan yang dibutuhkan

ternak (Akoso, 1996).

Pemberian ransum sapi perah yang sedang tumbuh maupun yang

sedang berproduksi susu, dilakukan minimal dua kali dalam sehari semalam.

Frekuensi pemberian konsentrat hendaknya disesuaikan pula dengan

pemerahan, yaitu dilakukan setiap 1-2 jam sebelum pemerahan (Siregar,

1996).

Ukuran pemberian pakan untuk mencapai koefisien cerna tinggi

dicapai dengan perbandingan BK hijauan : konsentrat = 60% : 40%. Sapi

perah membutuhkan sejumlah serat kasar yang sebagian besar berasal dari

hijauan, yang akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan (Sutardi,

1984).

Air minum mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal

ini disebabkan karena susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya

berupa bahan kering. Seekor sapi perah membutuhkan 3,5-4 liter air minum

untuk mendapatkan 1 liter susu (Sudono et.al, 2003). Perbandingan antara

susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1: 4. Jumlah air yang

dibutuhkan tergantung pada susu yang dihasilkan, suhu sekitarnya dan

(20)

commit to user

D. Pengelolaan Kesehatan Ternak

Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak,

walaupun serangan penyakit tidak langsung mematikan ternak, tetapi dapat

menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan, menghambat

pertumbuhan, dan mengurangi pendapatan (Sarwono dan Arianto, 2002).

Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi antara lain :

menjaga kebersihan kandang dan peralatannya termasuk memandikan sapi.

Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi yang sehat dan segera dilakukan

pengobatan. Diusahakan lantai kandang selalu kering, agar kotoran tidak

banyak menumpuk dikandang. Untuk menjaga kesehatan sapi, maka secara

teratur dilaksanakan vaksinasi (Djarijah, 1996).

Penyakit yang biasa menyerang sapi perah laktasi dan mempengaruhi

produksi susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever. Upaya pencegahan

penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi kandang, pengobatan,

vaksinasi, menjaga kebersihan sapi, dan lingkungan (Siregar, 1993).

Mastitis adalah penyakit pada ambing akibat dari peradangan kelenjar

susu. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus cocci dan

Staphylococcus cocci yang masuk melalui puting dan kemudian

berkembangbiak di dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena puting yang

habis diperah terbuka kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah

yang terkontaminasi bakteri (Djojowidagdo, 1982 ).

Brucellosis adalah penyakit keguguran (keluron) menular pada hewan

yang disebakan oleh bakteri Brucella abortus yang menyerang sapi, domba,

kambing, babi, dan hewan ternak lainnya. Brucellosis bersifat zoonosa artinya

penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia. Pada sapi, penyakit

ini dikenal pula sebagai penyakit keguguran (keluron) menular, sedangkan

pada manusia menyebabkan demam yang bersifat undulasi yang disebut

demam malta. Sumber penularan Brucellosis dari ternak penderita

Brucellosis, bahan makanan asal hewan dan bahan asal hewan yang

(21)

commit to user

pencernaan, misalnya minum susu yang tidak dimasak yang berasal dari

ternak penderita Brucellosis. Susu segar di Indonesia berasal dari ternak sapi

perah, oleh karena itu ternak sapi perah menjadi obyek utama kegiatan

pemberantasan Brucellosis (Tolihere, 1981).

Penyakit milk fever disebabkan karena kekurangan kalsium (Ca) atau

zat kapur dalam darah (hypocalcamia) (Sudono et al, 2003). Milk fever

menyerang sapi perah betina dalam 72 jam setelah melahirkan dengan

tanda-tanda tubuhnya bergoyang kanan kiri saat berjalan (sempoyongan), bila tidak

cepat diobati sapi akan jatuh dan berbaring. Pengobatan dilakukan dengan

menyuntikkan 250-500 ml "kalsium boroglukonat" secara intravenous

(menyuntikkan ke dalam pembuluh darah). Jika dalam 8-12 jam tidak berdiri

maka penyuntikkan dapat dilakukan lagi. Untuk pencegahannya dapat melalui

pemberian ransum dengan perbandingan kadar kalsium dan fosfor dalam

ransum 2 : 1, dapat pula dengan pemberian kalsit 3% dari pakan konsentrat

(Girisonta, 1995).

E. Produksi Susu

Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang

dapat diminum atau digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat

serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan

campuran lain (Hadiwiyoto, 1983). Susu mengandung semua bahan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi dan sebagai pelengkap gizi manusia

yang sempurna, sebab susu sapi merupakan sumber protein, lemak,

karbohidrat, mineral, dan vitamin. Zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya

dalam perbandingan yang sempurna, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang

terbuang. Komponen zat gizi susu antara lain air 87,7 %, bahan kering 12,1

%, bahan kering tanpa lemak 8,6 %, lemak 3,45 %, protein 3,2 %, laktose 4,6

%, mineral 0,85 %, vitamin, casein 2,7 %, albumin 0,5 % (Girisonta, 1995).

Teknik pemerahan dengan dua tangan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu dengan cara memegang putting susu antara ibu jari dan jari

(22)

commit to user

jari dan keempat jari lainnya. Penekanan dengan keempat ari tersebut diawali

dengan jari yang paling atas kemudian diikuti dengan jari yang lain di

bawahnya (Anonimus, 1995).

Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari, namun pada

umumnya pemerahan hanya dilakukan dua kali sehari, yakni pagi dan sore.

Setiap proses pemerahan dilakukan dengan secepat mungkin, sebab

pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik pada

sapi yang diperah. Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut,

dan pelan-pelan, kemudian dilakukan dengan sedikit lebih cepat, sehingga

sapi yang diperah tidak terkejut atau takut (Anonimus, 1995).

Sapi FH mampu memproduksi susu yang lebih tinggi dibanding jenis

sapi perah lain, yaitu mencapai 5750-6250 kg/laktasi dengan persentase kadar

lemak rendah (3,7%). Lemak susunya berwarna kuning dengan

butiran-butirannya yang kecil dan tidak merata sehingga sukar pemisahannya untuk

dibuat mentega. Butiran lemak susu yang kecil sangat baik untuk dikonsumsi

sebagai susu segar karena tidak mudah pecah (Mukhtar, 2006).

Sudono (1999) menyatakan bahwa produksi dan kualitas susu

dipengaruhi oleh bangsa sapi, masa laktasi, ukuran besarnya sapi , birahi

(estrus), umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, jumlah dan

kualitas ransum serta tatalaksana pemeliharaan.

Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1985), faktor yang perlu

diperhatikan untuk menjaga kualitas susu adalah kebersihan kandang dan

kamar susu, kesehatan sapi dan pemeliharaan, cara pemberian ransum,

penyaringan dan penyimpanan susu, serta pencucian alat yang digunakan .

F. Limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha

perternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, dll. Limbah tersebut meliputi

limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit

telur, lemak, dara, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing,

(23)

commit to user

Limbah kandang yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses)

maupun cair (urine, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang dan

prasarana kandang) serta sisa pakan yang tercecer merupakan sumber

pencemaran lingkungan paling dominan di area peternakan. Limbah kandang

dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan bau yang menyengat, sehingga

perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan

(Sarwono dan Arianto, 2002).

Total limbah yang dihasilkan perternakan tergantung dari species

ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari

feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan

sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau

kambing, dan domba. Umumnya setiap Kg susu yang dihasilkan ternak sapi

perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap Kg daging sapi

menghasilkan 25 Kg feses (Sihombing, 2000).

Pengolahan kotoran sapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,

tergantung dari bahan tambahan yang digunakan. Jika limbah sapi dijadikan

komoditas sampingan, harus dipersiapkan tempat khusus pengolahan kompos

yang disesuaikan dengan tata letak kandang, sehingga memudahkan

penanganannya (Sudono, 2003).

Limbah kandang padat dapat diolah nenjadi pupuk kandang atau

kompos yang saat ini memiliki nilai komersial yang sangat baik untuk

tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Pengolahan limbah kandang

padat yang efektif dapat menggunakan metode fine compost stardec atau

metode konvesional. Sedangkan limbah cair atau urin dapat diatasi dengan

pemanfaatan sebagai pupuk cair yang diproses dengan cara fermentasi yang

sebelumnya urine ditampung didalam bak penampung sebelum diproses lebih

(24)

commit to user

13

III. TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan tempat Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari sampai

dengan 16 Maret 2011, di Perusahaan Peternakan Sapi Perah, PT. Rahman

Alam Multifram, yang berlokasi di Dusun Kantongan, Kelurahan Kragilan,

Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

B. Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa peserta magang selama

kegitan magang di PT. Rahmat Alam Multifram, adalah untuk mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan serta informasi seputar pengelolaan sapi perah

khususnya induk laktasi, maka metode yang digunakan dalam pelaksanaan

magang di PT. Rahmat Alam Multifram adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan serta pencatatan tentang berbagai hal yang

berhubungan dengan permasalahan pengelolaan sapi perah induk laktasi

yang dilaksanakan secara langsung di lokasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara

langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan

praktik lapangan ini adalah Manager Fram, Supervisor produksi, Staf

perusahaan dan karyawan kandang.

3. Magang

Praktek magang mengacu pada jadwal yang telah ada di farm atau di

lokasi usaha peternakan sesuai dengan kegiatan yang memungkinkan

untuk diikuti sehingga peserta magang dapat mengikuti secara langsung

(25)

commit to user

14 4. Studi Pustaka

Dalam rangka melengkapi informasi-informasi yang berhubungan

dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan dengan

mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegitan perusahaan

dengan cara memanfaatkan pustaka yang tersedia misalkan buku, jurnal,

majalah ilmiah, dan lain-lain.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan

ada 2 jenis data yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam

pelaksanaan kegiatan magang perusahaan. Data primer didapat dari

wawancara langsung dengan manager fram, staf perusahaan, supervisor

produksi , karyawan kandang dan observasi langsung.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumbernya. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data

sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan produksi yang ada selama

berada diperusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan

(26)

commit to user

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan magang di PT. Rahman Alam

Multifarm, Boyolali, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen

Pemeliharaan Sapi Perah Laktasi adalah cukup baik karena dapat dibuktikan

dari hal-hal sebagai berikut:

1. Sapi perah yang dipelihara adalah jenis Friesian Holstein (FH).

2. Pakan yang diberikan kaulitas dan kuantitasnya sudah cukup baik

diantaranya adalah hijauan, singkong, jerami fermentasi, dan konsentrat.

Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, sedangkan konsentrat

yang diberikan campuran sendiri dari bahan-bahan yang terdiri dari

bekatul, bungkil kelapa, promix, garam, dan kalsit.

3. Frekuensi pemberian pakan yang teratur yaitu dua kali sehari dapat

mempengaruhi produksi susu, dimana pemberian konsentrat diberikan

terlebih dahulu baru kemudian pakan hijauan.

4. Sistem perkandangan yang digunakan untuk sapi laktasi yaitu system

kandang “head to head” atau saling berhadapan.

5. Pemerahan sapi dilaksanakan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul

04.00 WIB dan untuk siang hari pada pukul 12.00 WIB, dan pemerahan

dilakukan dengan cara manual oleh tenaga kerja.

6. Sistem perkawinan yang dilakukan adalah kawin suntik (Inseminasi

Buatan) dengan bibit FH oleh seorang inseminator.

7. Penanganan kesehatan hewan sudah cukup baik.

8. Penanganan limbah yang berupa feses dilakukan pengolahan khusus, guna

(27)

commit to user

32

B. SARAN

1. Kekompakan serta kerja sama antar karyawan haruslah ditingkatkan agar

menciptakan suasana yang lebih nyaman guna mendukung berjalannya

menajemen peternakan sapi laktasi.

2. Sebaiknya pembersihan ambing dan putting sapi menggunakan air hangat,

agar terhindar dari kuman atau bakteri sehingga susu bersih dan

berkualitas baik.

3. Sebaiknya vaksin diberikan secara rutin agar kesehatan hewan dapat

terjamin.

4. Sapi yang terkena penyakit menular, sebaiknya ditempatkan pada tempat

khusus dan terpisah agar tidak menular pada ternak yang lain. Hewan

ternak yang terkena penyakit, sebaiknya segera diobati.

5. Sebaiknya sistem keamanan lebih ditingkatkan agar tidak ada orang luar

(28)

commit to user

33

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Yogyakarta.

Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus .1996. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus . 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Blakely, J dan D.H, Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke empat. Di terjemahkan oleh Srigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Djojowidagdo, S. 1982. Mastitis Mikotik, Radang Kelenjar Susu oleh Cendawan pada Ternak Perah. Warta. Kanisius. Yogyakarta.

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.

Hadiwiyoto, S. 1983. Tekhnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Yogyakarta.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah . Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan (UNS Press). Surakarta.

Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV.Aneka Ilmu. Semarang.

Sarwono, B. dan H.B.Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A.I., 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta

Sihombing, D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian .IPB.

Siregar, A.G.A. 1995. Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Produksi Susu. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Siregar D.A. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius Yogyakarta.

Siregar S. B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Tekhnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Angkasa, Bandung.

(29)

commit to user

34

Laporan Khusus Kegiatan Penelitian Periode Tahun 1982-1983. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Sugeng, Y.B., 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudono, A. 1983. Perkembangan Ternak Ruminansia Besar Ditinjau dari Ilmu Pemuliaan Ternak Perah di Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor.

Sudono. 1995. Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudono, A. 2003. Keuntungan Dalam Pengolahan Limbah Ternak. Trobos. Jakarta.

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif . Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sugeng, Y.B. 2001. Laporan Feasibility Study Sapi Perah di Daerah Sumatera Utara, Survey Agro Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutardi, T. 1984. Konsep Pembakuan Mutu Ransum Sapi Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Syarief, 1984. Ternak Perah, edisi ke- 1. CV. Yasaguna, Jakarta.

Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna. Jakarta.

Toelihere, M.Z. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Widodo. 2003. Bioteknologi Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.Diterjemahkan oleh Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 3. Peralatan Pemerahan.....................................................................
Gambar 1. Struktur Organisasi ...................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pendahulu yang dipergunakan sebagai acuan penelitian ini adalah sebagai berikut: - Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, bekerja sama

Beberapa data di atas menjelaskan, permasalahan yang timbul pada Balcony Resto Bandung ini adalah kurangnya pelayanan yang diberikan Balcony Resto Bandung, kualitas jasa

Dalam studi kasus di Houtan park, Shanghai, China, constructed wetland tidak hanya dimanfaatkan sebagai sarana pembersihan air, namun menjadi bagian dari area

Adapun yang paling dekat yaitu suku kata sa dengan ya dikare- nakan gerakan mulutnya hampir sama sedangkan yang paling jauh yaitu suku kata su dan suku kata ka, sedangkan pada

Lambung kapal adalah untuk menyediakan daya apung ( bouyancy ) yang mencegah kapal tenggelam dan menyediakan displacement. Bentuk lambung kapal juga akan

Klausul ini berisi ketentuan tentang pengendalian peralatan pemantauan dan pengukuran. Dijelaskan dalam klausul ini bahwa organisasi harus menetapkan pemantauan dan

Agar nantinya proses transaksi penjualan berjalan lancar maka perlu membuat rancangan input dan output data yang dimasukkan kedalam sistem, dimana pada penjualan