• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISET FUNDAMENTAL UNPAD (RFU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISET FUNDAMENTAL UNPAD (RFU)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN KEMAJUAN

RISET FUNDAMENTAL UNPAD (RFU)

MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN WIRAUSAHA & EKONOMI KREATIF DI TINGKAT KOTA (PEMETAAN PER KECAMATAN) DI BANDUNG, DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM EKONOMI KREATIF, SWOT, IDENTIFIKASI PERAN

(PENTAHELIX) STAKEHOLDERS DAN RENCANA AKSI IMPLEMENTASINYA

DISUSUN OLEH : Tb. Fiki C. Satari, S.E., M.M.

Nabila Asad, S.T, M.Eng

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

3 DAFTAR ISI

RINGKASAN ...5

BAB 1 ...6

PENDAHULUAN ...6

1.1 Latar Belakang Masalah ...6

1.2 Tinjauan Umum Penelitian ...7

1.3 Tinjauan Umum Penelitian ...7

BAB 2 ...8

TINJAUAN PUSTAKA ...8

2.1 Konteks Riset ...8

2.1.1 Ekosistem Ekonomi Kreatif ...8

2.1.2 Penyusunan Model ...9

2.1.3 Konsep Kewirausahaan ...10

2.1.4 Penelitian Pendahulu ...10

BAB 3 ...13

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...13

3.1 Tujuan Penelitian ...13

3.2 Manfaat Penelitian ...13

BAB 4 ...14

METODE PENELITIAN ...14

4.1 Rancangan Penelitian ...14

4.2 Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ...15

4.3.1 Teknik fasilitasi lokakarya SWOT ...16

4.3.2 Teknik fasilitasi lokakarya Connect-Collaborate-Commerce (3C) ...17

4.5 Sampling ...18

(4)

4

BAB 5 ...19

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ...19

5.1 Hasil Penelitian ...19

5.2 Luaran yang Dicapai ...19

BAB 6 ...21

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ...21

BAB 7 ...22

KESIMPULAN DAN SARAN ...22

(5)

5 RINGKASAN

MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN WIRAUSAHA & EKONOMI KREATIF DI TINGKAT KOTA (PEMETAAN PER KECAMATAN) DI BANDUNG, DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM EKONOMI KREATIF, SWOT, IDENTIFIKASI PERAN

(PENTAHELIX) STAKEHOLDERS DAN RENCANA AKSI IMPLEMENTASINYA

Status Bandung sebagai anggota Jejaring Kota Kreatif Dunia UNESCO (UNESCO Creative Cities Network/ UCCN) dalam bidang Desain sejak 11 Desember 2015 mengukuhkan komitmen Kota Bandung untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusianya yang muda, kreatif, dan aktif, untuk peningkatan kesejahteraan warganya. Sebagai salah satu upaya menuju hal tersebut, data potensi ekonomi kreatif Kota Bandung yang telah diajukan ke UCCN, perlu dilengkapi dan ditindak-lanjuti menjadi sebuah model yang secara nyata dapat diterapkan di masyarakat, terutama untuk mengembangkan wirausaha kreatif di tingkat kewilayahan, dalam hal ini kecamatan.

Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, bekerja sama dengan Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung dan Universitas Padjadjaran, telah mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif yang dominan di setiap kecamatan di Kota Bandung melalui koleksi data primer terkait pelaku ekonomi kreatif dalam berbagai posisi di seluruh sub-sektor industri kreatif. Dari hasil kajian inilah terdapat inisiatif untuk memperkuat manfaatnya bagi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif di Bandung, antara lain dengan lebih lanjut memetakan para pelaku yang telah terdata dalam format Pentahelix stakeholders serta mendefinisikan peran masing-masing. Selanjutnya, kajian lebih lanjut dilakukan untuk menyusun model strategi untuk pengembangan wirausaha kreatif di Kota Bandung. Salah satu tahapan dalam mengupayakan model strategi pengembangan wirausaha kreatif adalah melalui tahapan 3C: Connect - Collaborate - Commerce/ Celebrate (Keterhubungan - Kolaborasi - Komersialisasi/ Perayaan) oleh seluruh pemangku kepentingan. Model strategi akan melibatkan unsur Pentahelix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM (Academics, Business Sector, Communities, Government, Media): Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media.

(6)

6 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masuknya secara resmi Kota Bandung menjadi anggota Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative Cities Network/ UCCN) dalam bidang Desain sejak 11 Desember 2015 merupakan bukti bahwa Bandung dapat disejajarkan dengan kota-kota dunia lain dalam konteks ekonomi kreatif. Selama berlangsungnya proses pengajuan sejak tahun 2012, berbagai data dan referensi terkait potensi ekonomi kreatif di Bandung yang telah dikumpulkan dan dianalisa oleh tim dossier Bandung berhasil menunjukkan bahwa Bandung memiliki sejarah dan kondisi yang mendukung berkembangnya potensi kreatif secara menyeluruh.

Dengan adanya status sebagai City of Design, Bandung kini harus memenuhi komitmen yang telah dicantumkan pada dossier, yang menekankan pada karakter potensi sub-sektor Desain di Kota Bandung. “Desain” bagi Bandung, sesuai dengan dossier yang diajukan ke UCCN, bukan hanya mengacu pada kualitas estetika sebuah fasilitas atau obyek fisik, namun juga melingkupi inisiatif, perilaku dan cara warga Bandung dalam memecahkan masalah di lingkungannya sendiri, yang selama ini menghasilkan purwarupa (prototype) solusi sesuai dengan karakteristik lingkup permasalahan yang diangkat. Sudut pandang atau konsep ini dihargai dan dapat diterima oleh UCCN menjadi nilai khas kekuatan "Desain" bagi Kota Bandung. Kini, tantangan terbesarnya adalah mengukuhkan konsep tersebut, melalui penguatan dan pengumpulan data terkait potensi ekonomi kreatif di Kota Bandung, untuk melengkapi dan memutakhirkan data yang telah ada.

Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak, terutama yang berkepentingan dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung, termasuk dalam hal peningkatan kapasitas dan kualitas wirausaha lokal. Salah satunya adalah Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung, yang belakangan ini telah menghasilkan sebuah kajian terhadap pelaku dan potensi ekonomi kreatif di Kota Bandung, yang antara lain mencerminkan identifikasi jenis sub-sektor industri kreatif yang terdapat di setiap kecamatan. Namun diperlukan sebuah penelitian lanjutan yang dapat memanfaatkan data potensi ekonomi kreatif di tiap kecamatan tersebut menjadi rencana aksi yang dapat diterapkan langsung dan membawa manfaat nyata bagi

(7)

7 masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang terfokus pada penyusunan model pengembangan ekonomi kreatif.

1.2 Tinjauan Umum Penelitian

Industri kreatif, yang merupakan bagian dari ekosistem ekonomi kreatif, menjadi fokus dalam penelitian ini, dalam konteks potensinya sebagai penggerak aktivitas ekonomi Kota Bandung. Data pemetaan pelaku industri kreatif yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung menjadi dasar pijakan awal penelitian ini, mengingat bahwa data pelaku yang telah dipetakan belum menginformasikan jenis, tingkatan, atau peran para pelaku tersebut dalam ekosistem ekonomi kreatif. sehingga belum dapat langsung diterapkan menjadi strategi pengembangan potensi ekonomi kreatif. Pertanyaannya adalah bagaimana memanfaatkan kekuatan besar ini untuk dapat mengakselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang dicoba dijawab melalui penelitian ini, yang berupaya untuk menyusun sebuah model strategi pengembangan potensi kreatif yang sesuai bagi kondisi dan karakteristik warga dan komunitas Kota Bandung.

1.3 Tinjauan Umum Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model strategi pengembangan wirausaha kreatif lokal per wilayah di Kota Bandung, dengan pendekatan ekosistem ekonomi kreatif, SWOT, identifikasi peran stakeholders Pentahelix.

(8)

8 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konteks Riset

Konteks penelitian ini meliputi ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia, dengan penerapan aktivasi potensi ekonomi kreatif di Kota Bandung, khususnya di tingkat kecamatan, dengan kekuatan di berbagai jenis sub-sektor industri kreatif.

2.1.1 Ekosistem Ekonomi Kreatif

Bahasan mengenai Ekonomi Kreatif selalu mencakup keseluruhan ekosistemnya, di mana Industri Kreatif menjadi salah satu elemennya. Dalam penelitian ini pun Ekosistem Ekonomi Kreatif menjadi salah satu referensi utama, dengan elemen-elemen sebagai berikut: Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi pusat gagasan dan inisiatif dengan daya cipta, yang menciptakan karya kreatif sebagai hasil ekspresi, ide, gagasan, dan inisiatif tersebut; Produk Barang/Jasa yang menjadi wujud sebuah karya kreatif hasil ciptaan SDM kreatif yang siap untuk disampaikan ke para pengguna atau penikmatnya, yang meliputi proses produksi, suplai material, manufaktur, dan sebagainya; Pasar atau segala hal terkait dengan alur penyampaian produk barang/jasa kreatif kepada pengguna atau konsumennya, yang meliputi jalur distribusi, pemasaran, promosi, hingga ruang-ruang ekspresi dan apresiasi, dan sebagainya; serta Penelitian & Pengembangan, di mana terdapat peran umpan balik (feedback) terhadap produk barang/jasa kreatif, dan segala hal terkait berbagai upaya penciptaan karya dan segala elemen pendukungnya, yang lebih baik atau berbeda dari yang sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, Ekosistem Ekonomi Kreatif menjadi referensi bagi identifikasi potensi ekonomi kreatif di kewilayahan, terutama untuk menempatkan jenis potensi yang ditemukan di kewilayahan ke dalam setiap elemen dalam ekosistem tersebut, sehingga dapat diketahui jenis kekuatan sesungguhnya pada tiap kewilayahan.

(9)

9 Gambar 1 Ekosistem Ekonomi Kreatif

Sumber : Lembar Kerja Pokja Ekraf Rumah Transisi (2014) 2.1.2 Penyusunan Model

Ketika kekuatan sesungguhnya pada tiap kewilayahan telah teridentifikasi, dilakukan penyusunan model pengembangan ekonomi kreatif dengan menggunakan pendekatan SWOT (bagi tiap elemen ekosistem kreatif di masing-masing kecamatan), identifikasi para pemangku kepentingan (Pentahelix stakeholders) serta peran masing-masing sesuai dengan jenis kekuatan ekonomi kreatif di tiap wilayah. Rencana implementasi kemudian disusun berdasarkan tahapan 3C (Connect - Collaborate - Commerce/Celebrate), atau Keterhubungan, Kolaborasi, dan Komersialisasi/Perayaan, dalam kegiatan atau program yang dapat menjadi purwarupa sebuah model pengembangan ekonomi kreatif di kewilayahan. Pengembangan wirausaha lokal berdasarkan potensi ekonomi kreatif yang dominan di tingkat kewilayahan akan diangkat sebagai salah satu fokus penelitian ini.

(10)

10 2.1.3 Konsep Kewirausahaan

Kewirusauhaan meningkatkan adanya tingkat perekonomian dalam suatu negara. Hal ini dilihat dari adanya peningkatan lapangan kerja dengan adanya peningkatan usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Karakteristik dari para pengusaha yang terlibat dalam kegiatan wirausaha adalah keinginan untuk melakukan eksplorasi peluang bisnis, serta menginisiasi adanya perubahan. Schrumpeter, yang kerap dikenal sebagai Bapak Inovasi, mengkaitkan wirausaha dengan inovasi. Inovasi adalah suatu proses memperkenalkan sebuah metode, produk, dan organisasi industri baru.

2.1.4 Penelitian Pendahulu

Penelitian pendahulu yang dipergunakan sebagai acuan penelitian ini adalah sebagai berikut: - Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, bekerja sama dengan Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung dan Universitas Padjadjaran, telah mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif yang dominan di setiap kecamatan di Kota Bandung melalui koleksi data primer terkait pelaku ekonomi kreatif dalam berbagai posisi di seluruh sub-sektor industri kreatif.

- Konsep Kebijakan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif 2017-2025: Telaahan dan Konsepsi, Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinasi Perekonomian (2016), yang memuat visi Ekonomi Kreatif 2025 sebagai “penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.”

- Lembar Kerja dari Kelompok Kerja Ekonomi Kreatif Rumah Transisi Jokowi-JK (2014), yang memuat argumen mengenai sektor ekonomi kreatif sebagai satu dari 10 (sepuluh) sektor yang berkontribusi pada PDB dan layak diperhitungkan dalam perannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

- Konsep pelaku inovasi (Park, 2013) yang semula berupa Triple Helix yang terdiri dari unsur-unsur Academics, Business Sector, dan Government, kemudian ditambahkan dengan unsur Civil Society sehingga menjadi Quadruple Helix, untuk dapat mengakomodasi perspektif “masyarakat berbasis media dan budaya” yang telah menjadi bagian dari keseluruhan proses inovasi di Abad-21.

(11)

11 - Konsep pemikiran atau permodelan ulang terhadap model-model pengembangan ekonomi dan pasar berdasarkan kreativitas (Carayannis & Campbell, 2014) dengan menggunakan formasi Quadruple Helix, yang memungkinkan terjadinya jejaring lintas disiplin. Keterlibatan peran media dan jurnalisme, menurut Porlezza & Colapinto (2012), sebagai salah satu penentu dalam proses inovasi dan kreativitas, yang masih kurang diangkat dan seharusnya dapat dirunut dalam konteks implikasi sosialnya.

Tabel 1 Penelitian Pendahulu

No Judul Penelitian Penulis Tahun Pembahasan

1 Developed democracies versus emerging autocracies: arts, democracy, and innovation in Quadruple Helix innovation systems Elias G Carayannis, David FJ Campbell 2014 Penelitian ini membahas adanya perubahan kolaborasi N-Helix dengan masuknya aspek seni dan desain dalam

meningkatkan inovasi dan riset. 2 Transition from the Triple

Helix to N-Tuple Helices? An interview with Elias G. Carayannis and David F. J. Campbell

Han Woo Park 2013 Penelitian ini memaparkan wawancara dengan para peneliti yang merumuskan konsep N-Helix. 3 Innovation in Creative

Industries: From the Quadruple Helix Model to the Systems Theory Porlezza, C. Colapinto, C. 2012 Penelitian ini memaparkan perubahan paradigm pada pengetahuan dan inovasi terhadap model Triple Helix dan System Theory

(12)

12 2.2 Rumusan Masalah

Terdapatnya data potensi ekonomi kreatif di seluruh kecamatan di Kota Bandung, namun belum terpilah dalam jenis/ tingkatan SDM dan unit usaha dalam konteks Ekosistem Ekonomi Kreatif, dan masih perlu dianalisa untuk menghasilkan Rencana Aksi yang dapat menjadi model strategi pengembangan potensi ekonomi kreatif, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan.

(13)

13 BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Personal dan Practical purpose dari penelitian ini adalah untuk menyusun model strategi pengembangan wirausaha kreatif lokal per wilayah di Kota Bandung, dengan pendekatan ekosistem ekonomi kreatif, SWOT, identifikasi peran stakeholders Pentahelix. Sementara

research purpose penelitian ini adalah memetakan pola kolaborasi N-Helix terhadap sektor industri di kota Bandung yang nantinya dapat dijadikan acuan bagi pola kolaborasi Kota Kreatif. 3.2 Manfaat Penelitian

Maanfaat penelitian ini ditujukan bagi internal institusi UNPAD dimana peneliti bernaung dan juga beberapa pihak di luar UNPAD, baik itu pihak swasta, pemerintah, maupun masyarakat umum.

a. UNPAD

Hasil riset dan publikasi ini akan terdaftar dalam portfolio hasil riset tenaga pengajar UNPAD yang terdaftar pada jurnal berakreditasi.

b. Pihak Swasta dan pelaku industri

Riset ini Riset ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai potensi industri kreatif di Bandung. Pihak swasta dapat menggunakan untuk berinvestasi atau membangun kerja sama lanjutan dengan kecamatan yang ada di Bandung.

c. Pemerintah

Riset ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait dengan sektor industri kreatif dan pemetaannya di kota Bandung.

d. Masyarakat umum

Riset ini dapat dijadikan acuan masyrakat yang ingin membuka usaha terkait ataupun bekerja sama dengan sektor industri kreatif.

(14)

14 BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

Konsep penelitian ini adalah memperkuat manfaat data kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung bagi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif di Bandung, antara lain dengan lebih lanjut memetakan para pelaku yang telah terdata dalam format Pentahelix stakeholders serta mendefinisikan peran masing-masing. Selanjutnya, kajian lebih lanjut dilakukan untuk menyusun model strategi untuk pengembangan wirausaha kreatif di Kota Bandung. Salah satu tahapan dalam mengupayakan model strategi pengembangan wirausaha kreatif adalah melalui tahapan 3C: Connect - Collaborate - Commerce/ Celebrate (Keterhubungan - Kolaborasi - Komersialisasi/ Perayaan) oleh seluruh pemangku kepentingan.

Model strategi akan melibatkan unsur Penta Helix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM (Academics, Business Sector, Communities, Government, Media): Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media. Unsur Penta Helix ini semula berupa Triple Helix dengan unsur-unsur Academics, Business Sector, Government, yang kemudian ditambahkan dengan satu unsur, Civil Society (atau Communities dalam penelitian ini), menjadi Quadruple Helix, untuk mengakomodasi perspektif masyarakat, dalam hal ini merupakan “masyarakat berbasis media dan budaya” yang juga telah menjadi bagian menyeluruh dari inovasi di Abad-21 kini (Park, 2013). Lebih jauh lagi, unsur Communities membuka peluang konfigurasi dan jejaring lintas disiplin, serta membebaskan konsep “inovasi" dari sekedar pertimbangan dan tujuan ekonomi, melainkan juga melibatkan kreativitas sebagai bagian dari proses produksi pengetahuan dan inovasi. Sebab penelitian dan inovasi berbasis seni memungkinkan terjadinya pemikiran atau permodelan ulang terhadap model-model pengembangan ekonomi dan pasar yang sedang tercipta (Carayannis & Campbell, 2014). Quadruple Helix ini kemudian ditambahkan satu unsur lagi, yaitu Media, karena dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, Media (baik media konvensional maupun media sosial) memegang peran signifikan (Porlezza & Colapinto, 2012), meskipun tetap merupakan elemen yang independen atau tidak langsung terpengaruh oleh unsur-unsur yang lainnya dalam melaksanakan bagian atau fungsinya.

Penelitian ini akan menerapkan pendekatan action research dan metoda kualitatif dalam melakukan validasi data kuantitatif dari pemetaan yang dilakukan pada tahun 2016 yang mencakup

(15)

15 pemetaan subsektor potensial di masing-masing kewilayahan dan para pelakunya. Pelaku ekonomi kreatif yang dilibatkan dalam penelitian akan difasilitasi untuk memilah dan mendetilkan rantai nilai ekonomi kreatif yang ada di tiap kecamatan, yang juga meliputi posisi dan peran masing-masing actor serta institusi terkait. Kemudian para pelaku juga akan difasilitasi untuk menyusun rencana aksi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif melalui pendekatan Connect-Collaborate-Commerce yang melibatkan Penta Helix stakeholders ekonomi Kreatif di Kota Bandung, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan. Keseluruhan proses action research kemudian akan ditransformasikan menjadi satu rumusan model pengembangan yang dapat direplikasi berbagai tempat di Indonesia.

4.2 Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Secara umum, pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahapan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Susunan Tahapan action research, output, teknik pengumpulan dan anlisis data,

beserta sumbernya

Tahapan Action research Output Teknik pengumpulan

dan analisis data Sumber

Melakukan validasi data kuantitatif dari pemetaan yang dilakukan pada tahun 2016 yang mencakup pemetaan subsektor potensial di masing-masing kewilayahan dan para pelakunya.

1. Peta wilayah dan sub-sektor

potensialnya 2. Identifikasi

jenis-jenis klaster yang ada di Kota Bandung 3. Identifikasi unsur Pentahelix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM: Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media. Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung tentang identifikasi potensi ekonomi kreatif yang dominan di setiap kecamatan di Kota Bandung

(16)

16

Memilah dan

mendetilkan rantai nilai

ekonomi kreatif yang ada

di tiap kecamatan, yang juga meliputi posisi dan peran masing-masing actor serta institusi terkait.

4. Identifikasi hulu/hilir

5. Analisa SWOT dari setiap rantai nilai

Fasilitasi lokakarya pemetaan dan analisis SWOT oleh seluruh unsur Penta Helix

• Identifikasi klaster • Identifikasi unsur

Pentahelix

Menyusun rencana aksi pengembangan

wirausaha dan ekonomi kreatif yang melibatkan

Pentahelix stakeholder

ekonomi Kreatif di Kota Bandung, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan

kewirausahaan di tingkat kewilayahan.

6. Rencana aksi untuk pengembangan wirausaha kreatif di 30 kecamatan Fasilitasi melalui pendekatan Connect- Collaborate-Commerce Analisa SWOT Merumuskan model strategi pengembangan yang dapat direplikasi berbagai tempat di Indonesia yang mencakup juga variabel-variabel pembangunnya. Pendekatan prosedur, variabel penentu dan indicator dalam pengembangan wirausaha dalam konteks ekonomi kreatif • Identifikasi hulu/hilir

• Rencana aksi untuk pengembangan wirausaha

4.3.1 Teknik fasilitasi lokakarya SWOT

SWOT - metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam pengembangan ekonomi kreatif di tingkat kewilayahan di Kota Bandung. Rujukan dalam kegiatan ini adalah peta ekosistem ekonomi kreatif dari Badan Ekonomi Kreatif yang memuat kelompok-kelompok komponen Sumber Daya Manusia (SDM), Karya, Pasar, dan Riset Pengembangan (R&D). Langkah-langkah pelaksanaan fasilitasi:

(17)

17 1. Peserta diberi penjelasan mengenai apa itu SWOT, bagaimana melakukan SWOT dalam

melihat pengembangan ekosistem ekonomi kreatif;

2. Peserta diberi perlengkapan kertas koran, form SWOT dan spidol warna;

3. Peserta diminta melakukan SWOT potensi ekonomi kreatif yang mereka amati di wilayah dan dicatat di form yang diberikan.

Gambar 2 Bagan Penta Helix stakeholders dalam sebuah sistem pengembangan ekonomi kreatif,

dengan tahapan Connect-Collaborate-Commerce

4.3.2 Teknik fasilitasi lokakarya Connect-Collaborate-Commerce (3C)

Penyusunan rencana aksi dengan pendekatan proses Connect-Collaborate-Commerce – Pendekatan yang dilakukan dalam kelompok kecil untuk menyusun kegiatan pratktis untuk mendukung strategi pengembangan wirausaha dan ekonomi ekonomi kreatif kewilayahan melalui kolaborasi dari lima pemangku kepentingan sesuai dengan kompetensi masing-masing. Langkah-langkah pelaksanaan fasilitasi:

1. Peserta diberi penjelasan tentang definisi dan konsep 3C dan ABCGM serta contoh aplikasinya;

(18)

18 2. Peserta diminta untuk membuat satu proyek yang dapat dilakukan dengan model

3C-ABCGM;

3. Proyek harus dapat mewadahi peserta dan komunitas yang diusung dalam kelompok. 4.5 Sampling

Action research ini akan akan melibatkan perwakilan kecamatan sebagai kasus yang paling ekstrim untuk setiap 16 subsektor ekonomi kreatif.

4.6 Lokasi dan Waktu Riset

Seluruh tahapan dan proses action research ini akan dilakukan di kecamatan-kecamatan di Kota Bandung selama sekitar 6 (enam) bulan atau selama durasi yang disepakati dalam pelaksanaan penelitian ini.

(19)

19 BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan pemetaan subsektor kreatif di Kota Bandung. Hasil belum dapat ditampilkan per Agustus 2017 karena pada bulan ini telah selesai dilakukan pengumpulan data dari sampel, yang berupa hasil wawancara terhadap responden.

5.2 Luaran yang Dicapai

Berikut adalah luaran riset yang ditargetkan pada penelitian ini.

Tahapan Action research Bulan Luaran 1 2 3 4 5 Persiapan: pemilihan sampling kecamatan berdasarkan kasus yang paling ekstrim untuk setiap 16 subsektor ekonomi kreatif

1. Peta wilayah terpilih dan subsector potensialnya

Melakukan validasi data kuantitatif dari pemetaan yang dilakukan pada tahun 2016 yang mencakup pemetaan subsektor potensial di masing-masing kewilayahan dan para pelakunya.

2. Identifikasi jenis-jenis klaster yang ada di Kota Bandung 3. Identifikasi unsur Penta Helix

ekonomi kreatif, yaitu ABCGM: Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas,

(20)

20 Memilah dan

mendetilkan rantai nilai ekonomi kreatif yang ada di tiap kecamatan, yang juga meliputi posisi dan peran masing-masing actor serta institusi terkait.

Identifikasi hulu/hilir

Analisa SWOT dari setiap rantai nilai Menyusun rencana aksi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif yang melibatkan pentahelix stakeholder ekonomi Kreatif di Kota Bandung, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan.

Rencana aksi untuk

pengembangan wirausaha kreatif di 30 kecamatan Merumuskan model strategi pengembangan yang dapat direplikasi berbagai tempat di Indonesia yang mencakup juga variable-variabel pembangunnya dan penulisan laporan Rumusan pendekatan

prosedur, variabel penentu dan indikator dalam

pengembangan wirausaha dalam konteks ekonomi kreatif

(21)

21 BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Rencana selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah untuk melakukan analisis terhadap hasil pengambilan sampel, penulisan dan penyelesaian penelitian, serta membuat draft jurnal dari penelitian ini dengan target mempublikasikan jurnal di jurnal nasional berakreditasi.

(22)

22 BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran belum dapat ditampilkan dalam tahapan ini.

(23)

23 DAFTAR PUSTAKA

Carayannis, E.G., David F.J. Campbell, 2014. Developed Democracies Versus Emerging Autocracies: arts, democracy, and innovation in Quadruple Helix innovation systems. Springer: Journal of Innovation and Entrepreneurship.

Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung. 2016. Kajian Potensi Ekonomi Kreatif di Setiap Kecamatan di Kota Bandung. Bag.Ekonomi Kota Bandung.

Kelompok Kerja Ekonomi Kreatif Rumah Transisi Jokowi-JK. 2014. Lembar Kerja Ekonomi Kreatif RI. Jakarta: Rumah Transisi.

Kementerian Koordinasi Perekonomian. 2016. Konsep Kebijakan Rencana Induk

Pengembangan Ekonomi Kreatif 2017-2025: Telaahan dan Konsepsi. Jakarta: Kementerian Koordinasi Perekonomian.

Park, H.W. 2013. Transition from the Triple Helix to N-Tuple Helices? An Interview with Elias G. Carayannis and David F.J. Campbell. Budapest, Hungary: Akadémiai Kiadó (online).

Porlezza, C., & C. Colapinto. 2012. Innovation in Creative Industries: from the Quadruple Helix model to the Systems Theory. Journal of the Knowledge Economy, 3(4), pp.343-353.

(24)

24 LAMPIRAN

(25)

25

(26)

Gambar

Gambar 1 Ekosistem Ekonomi Kreatif
Tabel 1 Penelitian Pendahulu
Tabel 2 Susunan Tahapan action research, output, teknik pengumpulan dan anlisis data,  beserta sumbernya
Gambar 2 Bagan Penta Helix stakeholders dalam sebuah sistem pengembangan ekonomi  kreatif,

Referensi

Dokumen terkait

Akibatnya, perbedaan temperature rata-rata antara shell dan tube akan lebih besar untuk thermosyphon dari pada ketel, atau untuk perbedaan temperature rata-rata yang

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penggunaan dan kadar zat pengawet natrium benzoat pada produk saus tomat yang diperdagangkan di pasar tradisional (pasar

mV menunjukkan suspensi nanofluida stabil, sedangkan nilai zeta potensial yang kurang dari ± 30 mV,menunjukkan suspensi nanofluida tidak stabil. Gambar 4.12 Pengukuran nilai

Masyarakat Jawa yang telah menyadari akan hal tersebut kemudian secara sukarela banyak yang membeli truk bak sapi, sebagai solusi tersendiri dalam menjalani tradisi tilik,

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam suatu penyalahgunaan narkoba secara tidak langsung menimbulkan korban. Untuk mengatasi korban penyalahgunaan narkoba perlu dilakukan tindakan-tindakan yang baik agar

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian ini dapat disimpulkan mengenai tingkat partisipasi masyarakat menggunakan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb-2) dalam Dalam Pemilihan

Selanjutnya RKPD Minahasa Tenggara tahun 2017 disusun dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)