• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman belajar siswa kelas IX SMPK Nirmala Jopu tentang materi listrik dinamis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman belajar siswa kelas IX SMPK Nirmala Jopu tentang materi listrik dinamis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMPK NIRMALA JOPU TENTANG MATERI LISTRIK

DINAMIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Adelheid Yane Nara

071424012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMPK NIRMALA JOPU TENTANG MATERI LISTRIK

DINAMIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh : Adelheid Yane Nara

071424012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat

perlindunganku. ( Mazmur, 31 : 5 )

Kupersembahkan dengan segenap hati, teristimewa

Tuhan Yesus kristus

Keluargaku Tercinta

Seorang Kekasih

Sahabat, Almamater dan semua teman-temanku

Terimakasih untuk semua doa, perhatian dan

dukungan serta rasa sayang yang kalian berikan

kepadaku

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Adelheid Yane Nara. 2012. „‟Peningkatan Pemahaman Belajar Siswa Kelas IX

SMPK Nirmala Jopu Tentang Materi Listrik Dinamis dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD‟‟. Skripsi S-1. Yogyakarta. Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa khususnya pada mata pelajaran fisika mengenai materi listrik dinamis di kelas IX SMPK Nirmala Jopu.

Model pembelajaran kooperatif STAD terdiri dari 5 tahap utama yaitu :penyajian materi oleh guru, siswa belajar dalam tim yang terdiri dari 4 – 5 orang, pemberian kuis, skor perbaikan individu, dan penghargaan nilai tim. Peneliti merencanakan penelitian melalui penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran. Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman siswa atau tidak, peneliti membandingkan nilai tes siswa sebelum dilakukan proses pembelajaran dengan nilai tes siswa sesudah dilakukan proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep listrik dinamis, (2) pemahaman siswa setelah proses pembelajaran masuk dalam kategori paham dan sangat paham.

(9)

ABSTRACT

Adelheid Yane Nara. 2012. „‟ The Increasing Of Understanding Of The

Students, in Class IX SMPK Nirmala Jopu Especially On The Subject Of Physics About The Subject Matter Of Dynamic Electricity Use By Cooperative Learning Model Of Type STAD‟‟.Yogyakarta: Physics Education. Departemant of Mathematics and Scince Education. Faculty of Teacher Trainning and Education. Sanata Dharma University.

This research was done as an effort to find the increasing of understanding of the students, especially on the subject of physics about the subject matter of dynamic electricity in Class IX SMPK Jopu Nirmala.

STAD cooperative learning model consist of four main phases: the presentation of material by the teacher, students work in teams of 4-5 persons, giving quizzes, correction score individual and respect the value of the team. Researchers plan research through set of learning instrument based-on the STAD cooperative learning model, consist of: questions, quizzes, and lesson plans. This study is a combination of quantitative and qualitative research.

To find the increasing of understanding of the students or not, the researchers compared the test scores of students before learning with student test scores after a learning and teaching process.

The results showed that: (1) an increasing happened in students understanding about the concept of dynamic electricity after a learning and teaching process, (2) understanding of the students after a learning and teaching process is the category of understand and very understand.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan penyertaan-NYA kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis juga mendapat banyak bantuan, dukungan serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. P Wiryono Piyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA.

4. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas waktu dan dukungan serta bimbingan bapak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Fr. Kartika Budi, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih telah membimbing penulis dalam studi selama menjadi mahasiswa.

6. Segenap dosen FKIP Universitas Sanata Dharma, khususnya dosen pendidikan fisika yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan, serta staff non akademik yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Bapak Fransiskus Kamilus Sare,S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPK Nirmala Jopu yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh siswa-siswi kelas IX SMPK Nirmala Jopu atas partisipasi dan kerja samanya.

9. Kedua orang tua ku tercinta, terima kasih atas doa, dukungan dan cinta yang kalian berikan untukku hingga saya bisa menjadi seperti ini.

(11)

10.Kakakku Rm.Steven, Pr dan Adik – adik ku Sandry, Len, Tian , Fanti sek, serta seluruh keluarga besarku yang saya tidak bisa sebutkan satu per satu yang selalu memberikan semangat sampai saat ini, terima kasih dukungannya.

11.Maun ku tercinta Elphidus Lau, S.Fil, terima kasih atas dukungan selama ini kepada saya sehingga saya mampu, kuat, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman satu kelompok bimbingan Usy, Wawan, dan Christin, terima kasih karena kalian telah berjuang bersamaku sampai kita bisa menyelesaikan skripsi kita ini, banyak sekali kisah dan pengalaman yang penulis dapatkan ketika bersama-sama kalian.

13.Teman – teman angkatan 2007, teman-teman angkatan atas, angkatan bawah, terima kasih atas dukungan kalian semua, baik itu berupa semangat kebersamaan, waktu, yang telah kalian gunakan untuk mendukung penulis sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

14.Adik – adik kos ku, Mirsa, Vera, Grety, Tere, Frida, Siska, Juli, Ana, April, yang selalu memberikan semangat buat penulis sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang membangun serta menunjang kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak serta menunjang kemajuan pendidikan di negara ini.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DASAR TEORI A. Belajar dan Pembelajaran Fisika ... 7

B. Pembelajaran Konstruktivistik ... 12

C. Tinjauan Tentang Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran .... 18

D. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 20

E. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif ... 22

F. Tinjauan Tentang Pembelajaran Metode STAD ... 28

G. Langkah-langkah Pembelajaran STAD ... 29

H. Materi Listrik Dinamis ... 30

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 42

C. Subyek Penelitian ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 44

E. Validitas Instrumen ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Pelaksanaan Penelitian ... 49

B. Data Penelitian ... 51

C. Analisis dan Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 27

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest... 53

Tebal 4.2 Daftar Nilai Posttest ... 57

Tabel 4.3 Perhitungan untuk memperoleh harga “t” ... 62

Tabel 4.4 Kriteria Pemahaman Awal Siswa ... 66

Tabel 4.5 Prosentase Pemahaman Awal Siswa ... 67

Tabel 4.6 Kriteria Pemahaman Akhir Siswa ... 68

Tabel 4.7 Prosentase Pemahaman Akhir Siswa ... 69

Tabel 4.8 Variasai Jawaban Siswa Soal Pretest ... 71

Tabel 4.9 Variasi Jawaban Siswa Soal Posttest ... 77

Tabel 5.0 Peningkatan Pemahaman Siswa ... 83

(15)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Kisi-Kisi Soal Pretest ... 90

Kisi-Kisi Soal Posttest ... 91

Soal Pretest ... 92

Jawaban Pretest ... 94

Soal Posttest ... 98

Jawaban Posttest ... 100

SILABUS KELAS XI SEMESTER I ... 104

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 119

Foto-foto aktivitas siswa di dalam kelas ... 127 Surat Keterangan dari Sekolah

Soal dan Jawaban Pretest Siswa Soal dan Jawaban Posttest Siswa

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Manusia yang mampu berkompetisi adalah manusia yang mempunyai keterampilan tinggi, mempunyai pikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan punya kemauan bekerjasama yang efektif. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mendapat perhatian dari pemerintah. Fisika mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan, karena dengan kita mempelajari fisika dapat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari dan mengerti akan apa yang terjadi di alam ini.Berdasarkan pengelaman saya dahulu yang pernah belajar di sekolah SMPK Nirmala Jopu, proses pembelajaran IPA Fisika di SMP tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kami kurang respon dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dapat ditunjukkan ketika guru memberikan beberapa pertanyaan awal untuk menggali potensi awal kami, tetapi kami tidak bisa menjawab dan kami diminta guru untuk membaca materi terlebih dahulu. Mengingat begitu pentingnya pembelajaran fisika di sekolah maka perlu ditingkatkan mutu pembelajaran.

Ini terjadi, karena dalam pembelajaran fisika siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan soal-soal dan monoton saja. Tentunya turut

(17)
(18)

inovatif menerapkan metode –metode pembelajaran yang lebih disukai siswa dan dapat meningkatkan keaktifannya.

(19)

kelas, kerja tim, pemberian kuis, skor perbaikan individu, dan penghargaan tim.

(http://images.sucikorafi.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/S kZJzwoKCF8AAE@AM7A1/I.rtf?nmid=260703065.

Gagasan utama dari STAD (Student Teams Achievement Divisions)

adalah untuk memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Model pembelajaran ini melatih siswa dalam melatih siswa dalam menjalin kerjasama sehingga dalam penguasaan materi pelajaran memperoleh pemahaman yang sama. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

(20)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas masalah dapat di batasi

sebagai berikut”

1. Materi yang digunakan Listrik Dinamis

2. Subyek yang di gunakan dalam penelitian ini siswa kelas IX

3. Metode yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas masalah dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa mengenai materi Listrik Dinamis? 2. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa mengeni materi Listrik Dinamis? 3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakan metode

STAD (Student Teams Achievement Divisions)?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi Listrik Dinamis

2. Untuk mengetahui pemahaman akhir siswa mengenai materi listrik dinamis

(21)

E. Manfaat Penelitian

Dengan selesainya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat digunakan untuk:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi para guru fisika sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran fisika dalam proses meningkatkan hasil belajar fisika dan mutu proses belajar dan pembelajaran di sekolah.

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih aktif, dinamis, kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi Listrik dinamis.

(22)

BAB II

DASAR TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran Fisika

Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang mengandung dua makna yaitu agar siswa menguasai substansi yang dipelajari dan agar siswa memiliki nilai kemampuan sikap dan watak yang dibentuk dari prose belajar mengajar. Di dalam dunia pendidikan siswa harus mampu untuk learn to know, learn to do, learn to live together, learn to be. Makna pembelajaran yang seperti ini akan mampu membentuk karakter atau watak siswa yang diwujudkan dalam bentuk menyatunya antara pikiran, perasaan dan tindakan atau perbuatan.

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan adanya rangsangan dan respon, rangsangan tersebut berasal dari luar kemudian direspon. Tidak hanya perubahan pada tingkah laku saja tetapi juga dapat berupa keterampilan, dan pengetahuan pada individu.

Dari definisi di atas diartikan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial

b. Perubahan tersebut berupa perubahan yang berlaku dalam waktu yang relatif lama

c. Perubahan karena adanya usaha dari pribadi itu sendiri

(23)

Mulyasa (2002 :118) mengatakan bahwa :“Keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan peserta didik, bahan ajar dan aspek lain dalam hal ini masyarakat yang berkenaan dengan situasi pembelajaran”. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi seorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan pada diri individu.

Belajar pada hakekatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga dapat dilihat bahwa pengajaran adalah peristiwa yang komplek dan dapat dipandang sebagai suatu sistem.

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan dalam rangka menciptakan suatu perubahan pada diri individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat terbentuk perubahan keterampilan dan sikap, sesuai dengan pendapat Arikunto (1992:19)

Secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukannya dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap.

(24)

berlangsung terarah melalui tahapan-tahapan tertentu, berkesinambungan serta merupakan kegiatan yang terpadu secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap belajar mengajar itu.

Dari keterangan di atas tergambar bahwa belajar merupakan suatu proses dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang baru yang menghasilkan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, sehingga seseorang yang akan belajar mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dibandingkan sebelum mengalami proses belajar. Hal ini tidak terlepas dari usaha individu itu dalam berinteraksi dengan individu lainnya dan lingkungannya.

(25)

Pembelajaran fisika merupakan suatu proses belajar yang menuntut siswa untuk lebih banyak melakukan kegiatan melalui pengamatan terhadap fakta. Ada tiga hal dalam pembelajaran sains fisika, meliputi yaitu: apa yang dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, dan proses-proses apa yang dipelajari siswa. Secara rinci siswa dapat belajar tentang:

a. Produk pengetahuan dari inkuiri ilmiah (fakta, konsep, prinsip dan teori) b. proses upaya ilmiah (metode, kebiasaan berpikir, pendekatan terhadap

masalah)

c. Nilai dan sikap (masyarakat ilmiah, masyarakat local, masyarakat luas dan keluarga), penerapan dan resiko-resiko fisika dan teknologi (konteks sosial, konteks pribadi), karir fisika (apa yang dilakukan fisikawan, siapa mereka dan bagaimana mereka mendidik), diri mereka sendiri (minat terhadap fisika, kapasitas mengerjakan fisika) siswa belajar dapat diketahui dari bagaimana siswa bereaksi terhadap suatu fenomena dan menerapkan informasi (mengevaluasi, memanipulasi, memecahkan masalah). Bagian lain yang dialami siswa dalam proses belajar meliputi: internalisasi nilai-nilai, menilai diri sendiri dan menentukan pilihan melalui belajar fisika, karir fisika, menerapkan pengetahuan dan keterampilan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

Faktor pendukung berhasil tidaknya pengajaran fisika adalah guru harus memperhatikan keadaan pelajar, tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat diantara peserta didik. Dalam hal ini para peserta didik berbeda tipe dalam memahami materi yang di ajarkan oleh guru. ada tiga tipe yaitu sebagai berikut :

a. Tipe auditif, yang mudah menerima pelajaran melalui pendengaran b. Tipe visual, yang mudah menerima pelajaran melalui penglihatan c. Tipe motorik, yang mudah menerima pelajaran melalui gerakan

Dalam ketiga tipe di atas seorang pengajar harus dapat pula mempergunakan beberapa metode sehingga dapat mengaktifkan seluruh alat dari peserta didik, baik alat auditif, visual, maupun motoriknya. Karena itu metode di samping untuk keperluan menstransfer pengetahuan, juga harus dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan sikap inovatif pada diri peserta didik.

(27)

B. Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran merupakan suatu proses yang berlaku dalam akal pikiran atau lebih dikenali sebagai kognitif dan kesan dari proses ini akan dapat dilihat melalui perubahan dalam tingkah laku dan percakapan. Di dalam proses pembelajaran berbagai macam teori telah diutarakan sebagai proses pembelajaran yang akan lebih berkesan kepada murid-murid serta para pelajar. Salah satu teori yang ditemui ialah teori konstruktif. Pembelajaran dan Pengajaran berdasarkan konstruktif ini menyeimbangkan peranan guru dan pelajar untuk saling bersandar di antara satu sama lain. Peranan guru hanya dilihat sebagai pengawal dan selain itu mereka seharusnya menerima murid - murid sebagai individu yang mempunyai ciri - ciri perlakuan yang berbeda.

Melalui teori ini ia dapat membuka ruang serta peluang kepada guru untuk memilih kaedah yang sesuai dalam memperoleh sesuatu konsep dan pengetahuan. Sebelum kita membicarakan masalah yang di utarakan ini, terlebih dahulu kita perlu mengetahui apakah yang dimaksudkan dengan

konstruktif. Konstruktif di ambil dari bahasa Inggris „konstruktivisme‟ yang

(28)

Guru seharusnya menerima murid sebagai individu yang mempunyai ciri - ciri perlakuan yang berbeda di mana setiap individu itu penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran tanpa menafikan hak mereka di dalam mengutarakan pendapat maupun ide yang berkaitan dengan pembelajaran pada waktu itu. keadaan ini secara tidak langsung menjadi penyokong kepada minat murid dalam pembelajaran dan akan terhapusnya situasi keterasingan di kalangan pelajar dan murid - murid sendiri. Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu (Abruscato, 1999).

Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.

(29)

(a) Seseorang tidak pernah benar - benar memahami dunia sebagaimana adanya karena tiap orang membentuk keyakinan atas apa yang sebenarnya,

(b) Keyakinan/pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang menyaring atau mengubah informasi yang diterima seseorang,

(c) Siswa membentuk suatu realitas berdasar pada keyakinan yang dimiliki, kemampuan untuk bernalar, dan kemauan siswa untuk memadukan apa yang mereka yakini dengan apa yang benar-benar mereka amati.

Menurut paham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997). sedangkan teori Konstruktivistik adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa

(30)

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivistik adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri - ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.

Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu

Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.

(31)

2. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah dia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Scaffolding

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.

Piaget (1981) dalam Sutarjo (2012 : 20) mengatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya karakteristik anak sebagai berikut:

1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan

2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa 3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi

(32)

4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas

5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

Berbeda dengan kontruktivistik kognitif ala Piaget, konstruktivistik sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang

Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivistik dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:

(33)

b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari

c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

C. Tinjauan Tentang Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Aktivitas dalam pembelajaran sangat penting, tanpa adanya aktivitas yang baik, hasil belajar yang diperoleh tidak akan optimal. Itulah sebabnya aktivitas merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Piaget (Sardiman, 2006: 90) menyatakan bahwa ”Seorang siswa berfikir

sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat siswa tidak akan berfikir”. Oleh karena

itu, agar siswa berfikir maka harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas. Aktivitas belajar yang efektif melibatkan kemampuan siswa dalam menggunakan seluruh inderanya.

(34)

1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, mengamati percobaan.

2. Oral activities seperti mengemukakan pendapat, diskusi, bertanya, memberi saran, dan interupsi.

3. Listening activities seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi dan pidato.

4. Writing activities seperti menulis, membuat laporan, mengisi angket, dan menyalin

5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, membuat peta dan diagram

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model dan melakukan demonstrasi

7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, melihat hubungan dan mengambil keputusan

8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang dan gugup.

Keaktifan siswa dapat dilihat dari:

1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran dengan penuh keyakinan

2. Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan

(35)

5. Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu

6. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.

Berdasarkan kutipan hasil pikiran di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi harus lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep tertentu dan mampu mengkomunikasikannya kepada siswa lain.

D. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terwujud dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Arikunto: (1992:7) yang

menyatakan bahwa “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui

apakah materi yang sudah diberikan sudah dipahami oleh siswa dan apakah

metode yang digunakan sudah tepat atau belum”.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika yang berupa nilai yang didapat dalam bentuk skor setelah diberi tes akhir.

(36)

psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Penilaian yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar meliputi penilaian pada ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian ini dinamakan juga dengan penilaian otentik.

a. Aspek Kognitif

Kawasan kognitif menurut Bloom dalam Gulo (2002:57) terdiri dari enam kawasan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penilaian pada ranah kognitif maksudnya pengukuran hasil belajar siswa yang berkaitan dengan memperoleh pengetahuan, pengenalan pemahaman, dan penalaran. Bentuk penilaian yang dilakukan dapat berupa kuis, ujian blok, maupun ujian akhir dalam bentuk ujian tulis.

b. Aspek Afektif

Penggolongan kawasan efektif oleh Bloom dalam Gulo (2002: 66) dikategorikan dalam lima tingkatan yaitu: penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi.

(37)

penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek yang dipelajari. Penilaian pada ranah afektif dilakukan dalam bentuk lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Aspek Psikomotor

Penggolongan kawasan Psikomotor oleh Bloom dalam Gulo (2002: 69) dikategorikan dalam lima tingkatan yaitu: kesiapan, meniru, meniru, menyesuaikan, dan menciptakan. Pengajaran yang terarah pada kawasan psikomotor menuntut pengembangan dalam bidang tertentu. Penilaian aspek psikomotor dalam pembelajaran fisika biasanya dilakukan dengan melaksanakan praktikum di laboratorium sekolah.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang didapat setelah melakukan kegiatan yang meliputi penguasaan terhadap ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

E. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif

(38)

Pembelajaran Kooperatif menunjukkan bahwa sasaran pembelajaran sangat penting, tugas belajar bersifat rumit dan konseptual, pemecahan masalah diperlukan, berpikir divergen atau kreatif diperlukan, kualitas kinerja sangat diharapkan, strategi berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis sangat dibutuhkan, pengembangan sosial dari pelajar adalah satu sasaran utama pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu jenis khusus dari aktivitas kelompok yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan keterampilan sosial dengan kerjasama tiga konsep ke dalam pengajaran, yaitu: (a) penghargaan kelompok, (b) pertanggung jawaban pribadi, dan (c) peluang yang sama untuk berhasil.

Pembelajaran kooperatif membutuhkan perencanaan yang hati-hati dan pelaksanaan yang sistematik. Pembelajaran kooperatif lebih banyak diarahkan kepada perencanaan pelajar untuk mengelompokkan dan menyampaikan kepada tutor dan anggota kelompok pelajar yang lain atau penyempurnaan kegiatan.

Menurut Ibrahim (2000: 6) pembelajaran kooperatif memiliki ciri - ciri sebagai berikut

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya

(39)

3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, hal ini dibuktikan dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas - tugas, memberi penjelasan pada kelompok. Untuk itu pembelajaran kooperatif harus mempunyai unsur - unsur supaya hasil pembelajaran itu dapat tercapai secara maksimal. Menurut Ibrahim (2000:6) ada beberapa unsur dalam pembelajaran kooperatif:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup

sepenanggungan bersama”

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik sendiri

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama

4. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya

(40)

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif

Dari unsur - unsur diatas dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok dituntut untuk bisa memberikan pendapat, ide dan pemecahan masalah sehingga dapat tercapai tujuan belajar. ada lima unsur dasar pembelajaran ini diantaranya:

a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok

Dengan demikian keberhasilan kelompok sangat tergantung kepada setiap anggota kelompoknya. Disamping itu dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja bersama-sama, berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukan tugas yang sudah terstruktur.

(41)

Adanya perbedaan tersebut tidak semua siswa memahami pelajaran yang diberikan guru. Untuk itu maka diadakan pembelajaran kooperatif supaya siswa bisa bekerjasama dengan temannya dan mudah mengerti.

Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dalam pembelajaran kooperatif, ada 3 hal yang perlu diperhatikan:

a. Siswa harus merasa aman dari ancaman dan beban, namun harus merasa tertantang dengan tugas yang diberikan

b. Kelompok harus cukup kecil untuk membuat setiap anggota kelompok terlibat dalam memberikan kontribusi. Kelompok yang terlalu besar akan menciptakan beberapa free-rider (anggota kelompok yang tidak ikut bekerja)

c. Instruksi mengenai tugas harus diberikan dengan jelas dan siswa memahami tujuan yang harus dicapai.

Slavin menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma - norma kelompok

b. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok

(42)

e. Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif.

Menurut Slavin Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) yaitu:

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

[image:42.595.99.511.246.757.2]

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase- 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase- 2

Menyajikan informasi

Fase- 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Fase- 4

Membimbing kelompok kerja dan belajar.

Fase- 5 Evaluasi

Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(43)

Fase- 6

Memberikan penghargaan

materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

F. Tinjauan Tentang Pembelajaran Metode STAD

STAD (Student Teams Achievement Divisions) atau Tim Siswa Kelompok Prestasi merupakan salah satu jenis metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Metode ini mengacu kepada belajar kelompok siswa, dimana siswa dibagi kedalam kelompok kecil dan setiap kelompok harus heterogen tanpa memandang jenis kelamin, ras, suku, kemampuan, agama dan lain-lain. Disamping itu siswa akan saling membantu memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi.

Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ada tiga tujuan yang ingin dicapai yaitu:

a. Hasil belajar akademik

(44)

b. Pengakuan adanya keragaman

Model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud bisa berupa keterampilan mengeluarkan pendapat, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dalam kelompok, dan sebagainya.

Jadi dalam metode STAD ini setiap siswa tidak akan ada yang merasa rendah diri karena mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk menambah poin bagi kelompoknya.

G. Langkah-langkah pembelajaran STAD

1. Presentasi kelas

Materi yang akan diajarkan pada siswa diperkenalkan melalui presentasi kelas. Semua siswa harus memperhatikan presentasi kelas karena akan membantu mereka dalam tes akhir nanti.

2. Kerja tim

(45)

3. Kuis atau tes

Kuis dilaksanakan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan atu 2 kali kegiatan kelompok. Dalam menghadapi kuis siswa tidak dibenarkan untuk saling membantu. Hal ini menjamin agar secara individual siswa bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut. Kuis atau tes disini yang dimaksudkan peneliti adalah tes yang di lakukan pada siswa setelah mereka mendengarkan penjelasan materi oleh peneliti. Tes berupa jawaban soal – soal dari buku paket dan soal – soal yang di berikan sendiri oleh peneliti.

4. Skor perbaikan individu

(46)

5. Penghargaan tim

Setelah dilakukan poin peningkatan individual, diberikan penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar poin kelompok. Penghargaan tim ini peneliti menyampaikan pada siswa – siswa setelah peneliti melakukan post test.

H. Materi Listrik Dinamis

1. Materi Prasyarat

Dua buah titik memiliki beda potensial listrik jika muatan listrik di kedua titik tersebut tidak sama. Potensial tinggi jika tempat tersebut lebih positif daripada tempat lain, dan potensial rendah jika tempat tersebut lebih negatif dari tempat lain. Arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dalam penghantar. Arus listrik di anggap sebagai arus muatan positif.

Untuk dapat memahami arus listrik dengan mudah, maka kita dapat mengasumsikan arus listrik sebagai arus air, dimana besarnya arus listrik identik dengan debit air, sumber arus listrik identik dengan pompa air, hambatan identik dengan bendungan, beda potensial identik dengan beda tinggi permukaan.

(47)

2. Kuat Arus Listrik dan Tegangan Listrik

Kuat arus istrik dalam suatu penghantar dihitung dari banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap detik. Kuat arus listrik dilambangkan dengan I. Jika banyaknya muatan listrik adalah Q dan waktu adalah t, maka kuat arus listrik dapat dirumuskan sebagai :

Dimana :

I = kuat arus listrik dalam (ampere) Q= muatan listrik dalam (coulomb) t = waktu dalam (detik)

Berdasarkan persamaan 1 di atas maka satuan kuat arus listrik 1 ampere sama dengan 1 C/s, yang mengandung arti 1 ampere adalah muatan listrik 1 coloumb yang mengalir dalam penghantar tiap detik. Kuat arus istrik dapat diukur dengan menggunakan amperemeter. Amperemeter di pasang seri terhadap hambatan.

Contoh soal:

Kuat arus yang mengalir dalam rangkaian sebesar 1 A, jika listrik telah mengalir selama 1 menit, maka hitunglah jumlah muatan yang telah dipindahkan.

Diketahui: I = 1 A

(48)

Jawab:

Q

Sumber tegangan listrik yaitu peralatan yang dapat menghasilkan beda potensial listrik secara terus menerus. Beda potensial listrik diukur dalam satuan volt (V). Alat yang digunakan adalah volmeter.

Beda potensial listrik adalah usaha yang dilakukan untuk memindahkan satuan muatan listrik . hubungan antara energi listrik, muatan listrik dan beda potensial dapat dituliskan dalam persamaan:

Dimana :

V = Beda potensial listrik dalam volt (V) W = energi listrik dalam joule (J)

Q = muatan listrik dalam coulomb (C).

Arus listrik hanya akan terjadi dalam penghantar jika antara ujung-ujung penghantar terdapat beda potensial (tegangan listrik). Alat ukur beda potensial listrik adalah volmeter. Dalam rangkaian yang akan diukur voltmeter dipasang paralel dengan hambatan.

Contoh soal :

(49)
[image:49.595.100.496.88.651.2]

Diketahui: V = 12 volt Q = 4 C W = ? Jawab:

Gambar 1.1 Bagan rangkaian

Gambar 1.2 rangkaian listrik

(50)

hambatan dan amperemeter dipasang seri terhadap yang akan diukur. Di laboratorium volmeter dapat dibuat dari rangkaian basic mater dan multiplier, sedangkan ampere meter dapat di buat dari rangkaian basic meter dan shun. Baik shun maupun multiplier memiliki batas ukur. Oleh karena itu dalam pembacaan skalanya perlu diperhatikan antara batas ukur dan pembacaan pada skala basic meter. Berikut ini cara menggunakan basic meter dan cara pembacaannya.

Dalam rangkaian listrik, volt meter dipasang paralel terhadap alat listrik.

Jika voltmeternya dengan menggunakan kombinasi basic meter dan multiplier, maka pembacaan hasil pengukurannya perlu memperhatikan skala maksimum dan batas ukurnya.

Batas ukur = 10 volt

Skala maksimumnya = 30 volt

(51)

Diketahui:

Batas ukur : 12 volt

Skala maksimum : 120 volt Pembacaan skala = 40 Jawab:

Hasil pengukuran =

3. Hukum Ohm

Hukum Ohm merupakan hukum dasar dalam rangkaian elektronik. Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan listrik dalam rangkaian. Besarnya tegangan listrik dalam sebuah rangkaian sebanding dengan kuat arus listrik. Pernyataan ini di kenal sebagai hukum Ohm. Hal ini menyatakan bahwa tegangan listrik dalam rangkaian akan bertambah jika arus yang mengalir dalam rangkaian bertambah. Hubungan tersebut dapat di tuliskan dalam persamaan matematika.

Dalam (Hukum Ohm) R adalah konstanta yang disebut hambatan penghantar R, satuannya adalah ohm.

Contoh soal:

(52)

Diketahui: I = 2 A R = 2 ohm V = ? Jawab:

Untuk dapat memahami hukum Ohm dengan sempurna maka kita harus berprinsip bahwa antara tegangan listrik, hambatan penghantar dan kuat arus listrik adalah satu kesatuan di dalam suatu rangkaian. Jika dalam hambatan R mengalir arus listrik I, maka antara ujung-ujung hambatan timbul beda potensial V. persamaan matematinya sebagai berikut :

Jika diantara ujung-ujung hambatan R terdapat beda potensial V, maka dalam hambatan mengalir arus listrik I. sehingga dalam persamaan matematisnya sebagai berikut :

(53)

tersebut terdapat hambatan. Sehingga persamaan matematisnya sebagai berikut :

R = V/I ……….. ( 6 )

4. Rangkaian Hambatan Listrik

Agar arus listrik dan tegangan listrik dalam rangkian dapat diperoleh sesuai dengan yang kita butuhkan maka perlu di atur dengan menambahkan hambatan dalam rangkaian. Namun demikian terkadang kita tidak mendapatkan nilai hambatan yang sesuai. Dengan demikian kita perlu merangkai dua atau lebih hambatan agar mendapatkan nilai hambatan yang sesuai. Setidaknya ada dua jenis cara menyusun hambatan dalam rangkaian, yaitu secara seri dan paralel. Apakah perbedaan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel? Rangkaian manakah yang menghasilkan hambatan pengganti lebih besar, dan rangkaian jenis apakah yang menghasilkan hambatan pengganti lebih kecil. Berikut ini adalah jenis-jenis rangkaian listrik.

1. Rangkaian Hambatan Seri

(54)

Sedangkan tegangan diantara a-b (Va-b), diantara b-c (Vb-c) dan

diantara a-c (Va-c) memiliki hubungan : Va-c = Va-b + Vb-c, berdasarkan

hal tersebut jika hukum ohm dimasukkan dalam perhitungan sebagai berikut :

I1 = I2 = I, maka persamaanya menjadi :

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya hambatan pengganti dalam rangkaian seri sama dengan hasil penjumlahan aljabar semua hambatan. Sehingga nilai hambatan pengganti selalu lebih besar daripada nilai hambatan yang disusunnya. Contoh soal :

Dua buah hambatan masing-masing 4 ohm, jika dua buah hambatan di rangkai dalam bentuk seri, maka hitunglah besarnya rangkaian pengganti.

Diketahui R1 = R2 = 4 ohm Jawab:

(55)

2. Rangkaian hambatan Paralel

Rangkaian hambatan paralel adalah rangkaian hambatan yang bercabang. Jika pada setiap cabang di pasang amperemeter maka jumlah arus listrik yang menuju titik cabang sama dengan jumlah arus listrik yang meninggalkan titik cabang. Pernyataan ini di kenal dengan hukum I Kirchhoff. Dengan demikian dapat dituliskan : I = I1 + I2, Jika volt

meter dipasang pada tiap-tiap ujung hambatan dalam rangkaian, maka beda potensial masing-masing hambatan besarnya sama. Dengan demikian dapat dituliskan : V1 = V2 = V.

Dari hukum ohm: I = V/R maka persamaan tersebut dapat dituliskan menjadi:

= ……… ( 9 )

Contoh soal:

Dua buah hambatan masing-masing 4 ohm, jika dua buah hambatan di rangkai paralel, maka hitunglah besarnya rangkaian pengganti.

(56)

Jawab:

=

=

= 2 ohm.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan hipotesis penelitian yang dikemukakan, penulis menggunakan jenis penelitian penelitian tindakan kelas (Classroom action research). Pemilihan metode ini didasarkan bahwa penelitian tindakan mampu memberikan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada siswa. Penelitian ini difokuskan pada penelitian tentang peningkatan kemampuan bekerja kelompok siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini guru meneliti sendiri terhadap pembelajaran yang dilakukan di kelas, terutama mengenai perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan peningkatan pemahaman siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1. Pendekatan kualitatif

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus pendekatan sesuai dengan fakta di lapangan. dalam pendekatan kualitatif pendekatan bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir

dengan suatu “teori”.

(58)

2. Pendekatan kuantitatif

(59)

B. Desain Penelitian

Proses penelitian disajikan menurut tahap-tahapnya, yaitu: (1) Tahap Observasi (2) Tahap Kegiatan Lapangan (Proses belajar mengajar), dan (3) Tahap evaluasi.

1. Tahap Observasi

Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan atau memulai melakukan penelitian. Masing-masing adalah: (1) Penyusunan rancangan awal penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) observasi lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian,(4) Pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informasi, dan (5) Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan.

Menyusun Instrumen

Data Pretest Pretest

Pelaksanaan Posttest Data Analisis

Pemahaman Awal

Perubahan Pemahaman

(60)

Yang paling penting dan yang paling pertama setelah semua proses perijinan adalah peneliti harus melakukan observasi terhadap sekolah yang akan digunakan untuk penelitian. Mulai dari menentukan sekolah, dan kemudian memilih kelas yang akan digunakan. Proses observasi harus dilakukan dengan teliti dan tepat, karena kalau tidak peneliti akan bisa mengalami kesulitan dalam proses penelitian nantinya. Observasi harus benar-benar teliti dan cermat, mulai dari kelas yang akan digunakan, jumlah siswa dan juga proses seperti apa guru mengajar di kelas tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti untuk bisa menguasai kelas tersebut. Setelah semuanya dianggap sudah sesuai dengan prosedur obervasi, maka proses penelitian baru bisa dilaksanakan.

2. Tahap Proses Penelitian

(61)

untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa di kelas tersebut setelah belajar bersama.

3. Tahap Evaluasi

Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan penelitian tindakan kelas, yaitu suatu prosedur penelitian yang memberikan perlakuan kepada para siswa di kelas. Secara langsung proses penelitian sudah melibatkan semua siswa untuk berpartisipasi aktif di kelas. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana tanggapan serta respon yang diberikan oleh para siswa tersebut, peneliti akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap siswa. Para siswa akan dikumpulkan dalam satu kelas, di situ peneliti dan siswa akan diminta untuk mensharingkan pengalaman mereka selama proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk melihat kemajuan siswa secara menyeluruh

C. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPK Nirmala Jopu

sebanyak 19 orang.

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen untuk memperoleh data penelitian

(62)

a. Pretest

Pretest adalah tes awal yang diberikan guru pada siswa sebelum siswa memulai suatu pelajaran dan dengan metode yang telah disiapkan. Bentuk dari tes ini adalah soal soal dan materi yang akan di pelajari. Pretest ini memiliki banyak kegunaan dalm proses pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu pretest sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pretest antara lain sebagai berikut : 1. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pretest pikiran siswa akan terfokus pada soal - soal yang harus mereka jawab atau kerjakan

2. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik mengnai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran

3. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran di mulai, tujuan – tujuan mana yang dikuasai peserta didik, dan tujuan

– tujuan mana yang perlu penekanan dan perhatian khusus b. Posttest

Posttest adalah test akhir yang diberikan pada siswa setelah siswa belajar dan diskusi tentang materi yang diberikan oleh peneliti pada siswa di kelas. Bentuk tes ini masih sama seperti pretest yaitu dengan memberikan soal–soal dari materi pretest.

(63)

ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pretest siswa sebelum diajarkan dengan menggunakan metode dengan hasil posttest yaitu setelah siswa belajar dengan menggunakan metode yang disiapkan sebelumnya.

2. Instrumen untuk melakukan penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua kelengkapan pembelajaran yang digunakan dalam proses penelitian antara lain: RPP, buku paket, dan semua kelengkapan lainnya yang menunjang proses pembelajaran dan penelitian di kelas.

E. Validitas Instrumen

Validitas instrumen adalah kemampuan instrumen untuk mengukur dan menggambarkan keadaan suatu aspek sesuai dengan maksudnya untuk apa instrumen itu digunakan.

(Kerlinger, 2000:686; Babble, 2004:144-145 dalam : teknik-analisis-data/validitas-instrumen.html#ixzz1uFFJkdda ) dan (Sugiyono. 2010.

Statistika untuk Penelitian. Bandung

(64)

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada 2 data yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Pretest

Pretest adalah tes awal yang diberikan guru pada siswa sebelum siswa memulai suatu pelajaran dan dengan metode yang telah disiapkan.

2. Posttest

Posttest adalah test akhir yang diberikan pada siswa setelah siswa belajar dan diskusi tentang materi yang diberikan oleh peneliti pada siswa di kelas.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan analisi data kuantitatif.

1. Analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis dari setiap jawaban siswa pada soal–soal pretest dan posttest. Jawaban setiap siswa diberikan skor tidak dalam bentuk nilai atau angka, namum disini setiap jawaban siswa dibagi dalam tingkatan kemampuan siswa menjawabnya. Untuk analisisnya di bagi dalam empat kategori, yaitu tidak paham, kurang paham,paham, dan sangat paham.

(65)

mengkategorikan anak kedalam tingkatan pemahaman mereka, harus di lihat dari jumlah skor dari rentang berapa sampai rentang berapa.

Pretest Posttest

Tidak paham

Kurang paham

Paham Sangat paham

Tidak paham

Kurang paham

paham Sangat paham

…..% …% …..% …..% …% …% …..% …%

2. Analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif adalah analisis yang dilakukan untuk melihat hasil jawaban setiap siswa dengan menggunakan perhitungan rumus. Untuk analisis kuantitatif, peneliti menggunakan uji t, yaitu test – t untuk kelompok dependent. T- test ini digunakan untuk dua kelompok dependent, atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest

Rumus t hitungan :

t

erel 1 2 2 2 1 N N N

D

D

X

X

Dimana :

x

1 = nilai rata – rata pretest

x

2 = nilai rata – rata posttest
(66)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Pelaksanaan Penelitian

Ijin untuk penelitian di keluarkan pada tanggal 14 Juli 2012 oleh kepala sekolah SMPK Nirmala Jopu. Pelitian di laksanakan selama 10 hari yaitu mulai tanggal 23 Juli sampai dengan tangal 1 Agustus 2012 .

Minggu pertama masuk sekolah dilakukan peneliti untuk observasi sekolah dan kelas yang akan digunakan oleh peneliti. Selama melakukan observasi siswa dalam kelas, peneliti menemukan berbagai macam persoalan pembelajaran, dimana sebagian siswanya tidak konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan yang di berikan oleh gurunya. Jika di minta gurunya untuk menyebutkan contoh benda – benda yang bermuatan listrik statis, sebagian anak tidak bisa menjawab. Dalam pengambilan data pada waktu pelaksanaan pre test banyak siswa yang mengeluh karena mereka tidak terbiasa dengan metode seperti ini.

Keadaan kelas yang tidak mendukung seperti halnya kurangnya media pembelajaran dan ada beberapa anak yang mengerjakan soal dengan asal – asalan, dan hasilnya kurang bagus. Soal pre test di berikan pada siswa dengan jumlah 13 soal.

Sebelum melaksanakan metode STAD siswa di bagi dulu dalam kelompok, dalam membentuk kelompok peneliti membagi siswa dalam beberapa mulai dari kurang mampu sampai dengan mampu. Dalam

(67)

pembagian kelompok tersebut siswa setiap kelompoknya ada yang 4 orang dan ada kelompok berjumlah 5 orang. Setelah mereka di bagi dalam kelompok masing – masing, peneliti menjelaskan langkah – langkah kerja kelompok. Setelah mereka memahami penjelasan yang di berikan peneliti, mereka di bimbing oleh peneliti dalam kerja kelompok tersebut. Setelah selesai membimbing siswa dalam kelompok kerja, peneliti menugasi siswa untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya berupa jawaban dari soal – soal yang di berikan oleh peneliti. Setelah semua kelompok melaporkan semua hasil pekerjaannya, peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajarannya.

Untuk pertemuan selanjutnya peneliti menggunakan langkah yang sama seperti awalnya untuk memberikan tes atau kuis untuk memperbaiki nilai mereka pada pre test. Tes dilaksanakan setelah melaksanakan penjelasan materi oleh peneliti dalam kegiatan kelompok. Posttest diberikan setelah 3 kali pertemuan. Dalam menghadapi tes siswa tidak dibenarkan untuk saling membantu. Hal ini menjamin agar secara individual siswa bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.Setelah melakukan beberapa kali mengajar dengan menggunakan metode STAD siswa di beri post test. Post test diberikan siswa dan siswa mengerjakan secara individual. Soal post test berjumah 13 soal.

(68)

penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar poin kelompok.

B. Data Penelitian

(69)
[image:69.842.81.735.154.443.2]

Tabel 4.1.

Daftar Nilai Pretest

No Kode Siswa

Nomor Soal Pretest Skor

Total

Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 A 80 25 74 25 25 25 100 74 25 25 25 25 25 553 42,538 2 B 25 25 30 25 25 25 100 74 25 25 25 25 25 628 48,307 3 C 80 25 74 25 25 25 100 74 25 25 25 25 25 553 42,538 4 D 25 25 80 25 25 25 100 74 74 74 25 74 25 826 63,538 5 E 25 25 80 23 74 25 100 25 25 23 25 25 25 500 38,461 6 F 74 25 74 24 25 25 100 74 74 25 25 25 25 595 45,769 7 G 25 25 74 25 23 25 100 25 25 74 25 74 25 545 41,923 8 H 25 25 74 25 23 25 100 25 25 25 25 74 25 496 38,153 9 I 25 25 80 23 25 25 100 74 74 25 25 25 25 551 42,384 10 J 25 25 74 25 25 25 100 74 25 23 23 74 25 543 41,769 11 K 25 25 80 25 25 25 100 25 23 74 25 74 25 551 42,384 12 L 25 20 80 25 74 25 100 74 74 95 25 95 25 737 56,692 13 M 80 25 74 25 25 25 100 74 25 25 25 25 25 553 42,538 14 N 25 25 25 25 25 25 100 23 23 25 25 25 25 396 30,461 15 O 25 25 25 25 25 25 100 74 23 25 25 25 25 447 34,384 16 P 25 25 74 25 25 25 100 74 25 25 25 25 25 498 38,307 17 Q 25 25 80 25 23 25 100 23 25 80 25 80 25 561 43,153 18 R 25 25 74 25 25 25 100 74 25 25 25 25 25 498 38,307 19 S 25 25 80 25 25 25 100 74 74 74 25 74 25 651 50,076

(70)

Dari tabel 4.1 diatas maka bisa di lihat bahwa ada beberapa soal yang bisa di kerjakan oleh siswa dan ada juga yang tidak bisa di kerjakan oleh siswa. Jumlah siswa yang bisa mengerjakan dan tidak mengerjakan serta asal–asalan adalah sebagai berikut :

Soal no.1 : semua siswa menjawab, tetapi ada 15 siswa yang tidak bisa menjawab dengan benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya, tetapi ada 4 siswa yang bisa menjawab hal ini di karenakan mereka memahami materinya.

Soal no.2 : semua siswa menjawab, tetapi mereka tidak bisa menjawab dengan benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya

Soal no. 3 : semua siswa bisa menjawab, tetapi ada 3 siswa yang menjawab tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya, 9 siswa yang bisa menjawab dengan benar hal ini di karenakan mereka memahami materinya. Tetapi 7 siswa yang bisa menjawab dengan sempurna .

Soal no. 4 : semua siswa bisa menjawab, tetapi mereka semuanya menjawab tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya.

(71)

Soal no.6 : semua siswa bisa menjawab, tetapi semua siswa yang mengerjakannya jawabannya tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya.

Soal no.7 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan mereka bisa mengerjakan dan menjawab dengan benar karena mereka memahami materinya

Soal no. 8 : semua siswa bisa menjawabnya, ada 6 siswa yang menjawab tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya, dan 13 siswa yang bisa mengerjakan jawabannya benar karena mereka memahami materinya

Soal no.9 : semua siswa bisa menjawab, ada 14 siswa yang menjawab tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya, dan 5 siswa yang bisa mengerjakan dan jawabanya benar karena mereka memahami materinya.

Soal no. 10 : semua siswa bisa menjawabnya, tetapi ada 18 siswa yang menjawab tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya dan 1 siswa yang hampir sempurna jawabannya karna paham dengan materinya.

Soal no. 11 : semua siswa bisa menjawab, tetapi semua siswa yang menjawab tidak benar hal ini dikarenakan mereka kurang memahami materinya.

(72)

materinya, dan 2 siswa yang jawabannya hampir sempurna karena mereka sangat memahami materinya.

(73)
[image:73.842.87.731.159.441.2]

Tabel 4.2.

Daftar Nilai Posttest

No Kode Siswa

Nomor Soal Post Test Skor Total

Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 A 100 100 100 95 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1295 99,615 2 B 100 100 100 100 100 100 80 74 100 100 100 100 74 1228 94,461 3 C 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1300 100 4 D 100 100 100 100 100 100 100 100 74 100 100 100 90 1264 97,230 5 E 100 95 74 74 25 25 100 95 100 100 100 100 25 1013 77,923 6 F 100 100 95 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1295 99,615 7 G 100 100 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 1280 98,462 8 H 100 100 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 1280 98,462 9 I 95 100 100 100 100 100 100 100 74 100 100 100 90 1259 96,846 10 J 100 100 100 100 100 100 100 95 95 95 95 100 95 1275 98.076 11 K 100 25 100 100 100 74 100 95 40 100 100 100 25 659 50,692 12 L 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1300 100 13 M 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1300 100 14 N 100 100 100 100 100 100 100 80 25 100 100 100 74 1179 90,692 15 O 95 100 100 80 100 100 100 95 74 100 100 100 74 1218 93,692 16 P 100 100 100 95 100 100 100 100 74 100 100 100 100 1269 97,615 17 Q 100 25 95 100 100 74 100 95 40 100 100 100 25 1054 81,076 18 R 100 100 100 100 100 100 100 100 95 100 100 100 100 1295 99,615 19 S 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1300 100

(74)

Analisa soal post test :

Soal no.1 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna hal ini karena mereka memahami materinya

Soal no.2 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya ada yang tidak bisa menjawab dengan benar, hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini mereka memahami materinya dan 2 siswa yang jawabannya tidak benar hal ini di karena mereka kurang memahami materinya

Soal no. 3 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya.

Soal no. 4 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya .

Soal no.5 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal karena mereka memahami materinya.

(75)

Soal no.7 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya.

Soal no. 8 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya.

Soal no.9 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya ada yang belum benar, hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka ada yang kurang memahami materinya tetapi sebagian besar sudah memahami materi

Soal no. 10 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya

Soal no. 11 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya

Soal no. 12 : semua siswa bisa mengerjakannya, dan jawabannya hampir sempurna bahkan jawabannya sempurna, hal ini karena mereka memahami materinya

(76)

Gambar

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1.1 Bagan rangkaian
Tabel  4.1.
Tabel 4.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan temperatur tersebut berkaitan dengan viskositas (kekentalan) yang dapat mempermudah ketika pada pelaksanaan pekerjaan tersebut. Kekentalan dari beberapa bahan

Dalam aspek penataan ruang kerja ada beberapa hal yang terkait yaitu pencahayaan, suara, warna dan juga letak dari perabotan dn alat kerja kantor. 1) Pencahayaan

33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber

Setelah tugas kelompok selesai, siswa mengerjakan lembar eva- luasi akhir siklus I terkait materi mengubah pecahan ke dalam ben- tuk persen dan sebaliknya untuk mengetahui

Untuk menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah khususnya dalam menganalisis pengaruh Current Ratio ,

Begitu pun di PT Pos Indonesia (Persero), fenomena yang terjadi di PT Pos Indonesia (Persero) seperti yang dikemukan oleh Accounting Manager PT Pos Indonesia

Karyawan harus memberitahukan kepada atasan mengenai segala hubungan atau transaksi bisnis yang diajukan antara Bank dan perusahaan lain yang dapat menimbulkan

Dari berbagai alat penilaian tertulis, alat penilaian jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu