KERAJAAN SUNDA
Ketua Tim Peneliti:
Prof.Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. (sejarawan)
Anggota:
Etty Saringendianty, Dra., M.Hum (arkeolog)
DR. Undang Ahmad Darsa, M.Hum (filolog)
Miftahul Falah, S.S., M.Hum (sejarawan)
SAMBUTAN BUPATI PURWAKARTA
Sampurasun.
Setiap manusia lahir, tumbuh dan berkembang menapakkan jejak sejarah yang memiliki konstribusi terhadap pembentukan peradaban kehidupan. Sunda merupakan wilayah, ruh dan jalan yang telah menorehkan laku lampah dalam tinta kehidupan peradaban Nusantara. Pemahaman sejarah tentang Sunda baik dilihat dari sisi ajaran atau keyakinan yang melahirkan pranata kehidupan sosial dalam sistem ketatanegaraan dari masa ke masa selama ini dipahami lebih banyak pada aspek yang bersifat mitologi yang cukup kuat mengakar dalam keyakinan generasinya.
Siliwangi sebagai simbol keadiluhungan orang Sunda telah lahir membentuk sistem ajaran budaya politik dan budaya sosial dalam kehidupan masyarakat Sunda. Sedangkan sosok Siliwangi itu sendiri sampai saat ini masyarakat belum bisa mengidentifikasi secara faktual karena lemahnya penelitian yang dilakukan oleh elit Sunda itu sendiri. Semua kebutuhan dalam menapaki masa depan orang Sunda untuk melakukan kontemplasi tentang sejarah dan peradaban leluhur sehingga diharapkan mampu melakukan pencerahan terhadap tata pikir dan tata sikap bagi generasi muda untuk menorehkan sejarah baru dalam percaturan kebangsaan bahkan percaturan tata dunia baru.
iii
Indonesia Cabang Jawa Barat bekerjasama dengan MGMP Sejarah Kabupaten Purwakarta adalah sebuah ikhtiar akademik menjelmakan sejarah peradaban Sunda dalam tekstualisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga memberikan kontribusi bagi khazanah tentang kejayaan Kerajaan Nusantara. Tekstualisasi sejarah akademik merupakan salah satu rujukan bagi kita sebagai orang Sunda untuk melakukan perenungan terhadap peradaban leluhur kita, baik yang mengalami keunggulan maupun yang mengalami kegagalan. Konsepsi akademik lahir dan berkembang dari khazanah intelektual yang merupakan tonggak pemikiran terstruktur yang sistem bekerjanya dibatasi oleh ruang gerak dan waktu. Sebagai makhluk yang memiliki kekayaan kita memiliki dimensi rasa yang merasakan seluruh energi pada masa lalu melalui kekuatan intuisi yang bersifat subjektif. Intuisi tentang sejarah keberadaban leluhur Sunda dapat juga kita rasakan melalui getaran batin yang kita miliki dengan upaya tirakat yang diajarkan oleh leluhur kita. Ruh keSundaan sebagai nilai dan sistem keyakinan akan tetap hidup dalam relung hati Sunda yang memiliki spirit untuk menghadirkan seluruh nilai itu dalam watak kekinian, sehingga ruh Pajajaran tetap ada dalam dinamika kehidupan orang Jawa Barat dan Banten pada saat ini. Menata kehidupan masa depan dengan menghilangkan jejak masa lalu adalah sebuah kesia-siaan karena kita akan menapaki sebuah masa bangkong dikongkorong kujang, ka cai mawa cameti. Seluruh kegundahan itu tercermin
Gandrung Lembur Panineungan
Ki Belang Depa Nyérangkeun
Incu Turun Muru Pulang
Galunggung Kungsi Nangtukeun
Naga Opat Puluh Rupa
Séba Raga Séba Rasa…
Kanekes Kalakay Poé…
Béwara Terah Ki Sunda
Teu Karérét Teu Karampa
Leungit Tinggaleun Bukuna
Élmu Tangtu Teu Tinemu…
Bagja Teu Pernah Karampa
Peuting Leungiteun Impian
Beurang Dahan Ngarangrangan
Nangtung Tunggul Teu Sirungan
Ngampar Tangkal Teu Akaran
Leungiteun Tujuh Tampian
Suci Ilang Dangiang
Lamping Gawir Tumbal Éndah
v Muru Alas Ngababakan
Ngampar Lemah Sajajaran
Suling Nalikeun Pépéling
Kacapi Simpay Kawening
Sibungsu Manggih Canoli
Tarawangsa Mawa Béja
Sérén Taun Mendak Bulan
Sancang Nyanding Kalarangan
Gumuruh Lururung Tujuh
Ajeg Lembur Pangauban
Kerinduan kita pada masa lalu, sesungguhnya harapan kita untuk membangun masa depan.
Cag.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Puji syukur ke hadirat Illahi rabbi, bahwa
pada akhirnya kami dapat menyelesaikan buku Sejarah Kerajaan Sunda ini, meskipun masih jauh dari sempurna.
Sampai hari ini, penelitian tentang Kerajaan Sunda tetap dilakukan para pakar, baik sejarawan, arkeolog maupun filolog. Namun penelitian tersebut dilakukan secara fragmentaris berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itulah, kami mencoba melaksanakan penelitian gabungan yang bersifat mutidimensi, yaitu dari kaca mata ilmu sejarah, arkeologi, filologi, dan arsitektur. Peran arkeolog yaitu untuk membantu sejarawan dalam menganalisis temuan-temuan arkeologis terkait Kerajaan Sunda, filolog membantu sejarawan dalam membaca sumber-sumber sejarah terkait Kerajaan Sunda dalam bentuk naskah, dan arsitek membantu sejarawan dalam membuat pemetaan rekonstruksi lokasi-lokasi situs tinggalan Kerajaan Sunda.
vii
pergunakan karena kredibilitasnya tidak dapat kami pertanggungjawabkan secara akademis.
Penelitian ini kami lakukan dengan dana yang sepenuhnya ditanggung oleh Bapak DR. H. Deddy Mulyadi, Bupati Purwakarta. Oleh karena itu, sudah selayaknya, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau, yang tanpa pamrih, mendukung penelitian ini. Semoga amal budi baik Bapak Bupati mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin Ya
Robbal ‘alamiin.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada para informan di Bogor dan di Ciamis, yang telah membantu memberikan informasi terkait Kerajaan Sunda. Ucapan terima kasih kami sampikan juga kepada berbagai pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhirulkata, kami persembahkan buku yang masih jauh dari sempurna ini, semoga dapat memenuhi keingintahuan para pembaca dan kami tunggu sumbang saran pemikiran serta koreksi untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR ISI
Hlm
SAMBUTAN BUPATI PURWAKARTA ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR FOTO ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II SUMBER-SUMBER SEJARAH TERTULIS... 10
A.Prasasti ... 12
BAB IV KERATON, KEKUASAAN, DAN BIROKRASI ... 160
A. Keraton Pakuan Pajajaran ... 160
B. Keraton Galuh Pakuan ... 211
C. Konsep Pembagian Kekuasaan ... 252
D. Birokrasi ... 257
BAB V RAJA-RAJA SUNDA, PRABU SILIWANGI, AGAMA DAN BUDAYA ... 263
ix
A. Akhir Kerajaan Sunda ... 297
B. Akhir Kerajaan Galuh ... 303
DAFTAR SUMBER ... 302
LAMPIRAN ... 311
Hlm.
Foto 1 : Prasasti Rakryan Juru Pangambat (Kebon Kopi II) ... 13
Foto 2 : Prasasti Sanghyang Tapak I dan Sanghyang Tapak II ... 16
Foto 3 : Prasasti Rumatak, Kabupaten Tasikmalaya ... 19
Foto 4 : Sketsa Prasasti Huludayeuh ... 20
Foto 5 : Prasasti Batu Tulis Tahun 1920 ... 21
Foto 6 : Prasasti Batu Tulis Tahun 2013 ... 21
Foto 7 : Salah Satu Bangunan di Padaleman Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong, Garut ... 28
Foto 18 : Naskah Perjanjian Kerajaan Sunda dengan Portugis dan Padrao ... 53
Foto 24 : Candi Blandongan dari Berbagai Perspektif ... 62
Foto 25 : Votive Tablet Terakota ... 63
xi
Foto 26 : Prasasti Bata II dari Reruntuhan Candi Segaran V
Bagain Depan (Recto) Fragmen Prasasti Terakota ... 64
Foto 27 : Inskripsi Emas I dari Candi Segaran V ... 64
Foto 28 : Prasasti Emas II dari Candi Segaran V dan Inskripsi Emas III dari Candi Segaran II ... 65
Foto 29 : Arca terbuat dari Bahan Stuko ... 66
Foto 30 : Arca Wisnu Cibuaya ... 67
Foto 31 : Candi Lemah Duwur Lanang ... 68
Foto 32 : Candi Lemah Duwur Wadon ... 69
Foto 33 : Candi Bojongmenje Setelah Rekonstruksi ... 70
Foto 34 : Candi Cangkuang, Garut ... 70
Foto 35 : Yoni di Rereuntuhan Candi Indhiang ... 71
Foto 36 : Candi Rajagwesi, Banjar, Ciamis ... 72
Foto 37 : Altar-Altar Candi Pananjung dan Arca Nadi serta Yoni di Pananjung (Pangandaran) ... 73
Foto 38 : Arca Nandi dari Candi Ronggeng ... 74
Foto 39 : Situs Susukan, Kec. Ciawigebang, Kuningan ... 75
Foto 40 : Situs Ciarca, Kuningan ... 75
Foto 41 : Lingkungan Alam Lebak Cibedug dilihat dari Sisi Barat ... 76
Foto 42 : Situs Megalitik Lebak Cibedug dan Tangga Masuk Situs ... 77
Foto 43 : Sketsa Punden Berundak Lebak Cibedug ... 78
Foto 44 : Situs Megalit Gunung Padang, Cianjur ... 81
Foto 45 : Teras Teratas Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang ... 82
Foto 46 : Sandung, Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang ... 82
Foto 47 : Salah Satu Teras Berundak Gunung Tampomas ... 83
Foto 48 : Lingga pada Makam Lembu Agung dan Makam Prabu Haji Putih di Darmaraja, Sumedang ... 84
Foto 49 : Dugaan Lokasi Kerajaan Tembong Agung ... 85
Foto 50 : Makam Prabu Tajimalela dan Salah Menhir di Situs Gunung Lingga, Sumedang ... 86
Foto 51 : Lokasi dan Lingkungan Geografi Gunung Bitung ... 87
Foto 52 : Empat Undakan Pertama Menuju Puncak Gunung Bitung ... 88
Foto 53 : Puncak Gunung Bitung (Undakan Kelima-Ketujuh) ... 88
Foto 54 : Makam Kyai Puter Jagat (Pengawal Raden Panglurah) ... 89
Foto 55 : Cungkup dan Makam Kyai Batara Babar Buana dan Kyai Jamparing Jagat, Murid Raden Panglurah ... 89
Foto 56 : Sisa-Sisa Batu Bekas Struktur Batu di Teras Ketujuh ... 90
Foto 57 : Batu Patapaan Petilasan R. Panglurah dan Kyai Jaga Lawang ... 91
Foto 58 : Cikahuripan di Gunung Bitung ... 91
Foto 59 : Peta Lokasi Gunung Bitung ... 92
Foto 60 : Batu Tegak dan Ritual Mandi di Situ Sanghyang ... 96
Foto 61 : Tinggalan Arkeologis Kerajaan Talaga ... 96
Foto 62 : Pintu Masuk dan Bangunan Utama Situs Pajajar, Rajagaluh ... 97
Foto 63 : Lingkungan dan Batu Pangcalikan/Altar di Situs Karangkamulyan ... 102
Foto 64 : Sanghyang Bedil di Situs Karangkamulyan ... 103
Foto 65 : “Makam” Adipati Panaekan di Situs Karangkamulyan ... 103
Foto 66 : Panyandaan di Situs Karangkamulyan ... 106
Foto 67 : Sipatahunan di Situs Karangkamulyan ... 107
Foto 68 : Panyabungan Ayam di Situs Karangkamulyan ... 108
Foto 69 : Kawasan Hutan Lindung dan Sketsa Bangunan Punden Berundak Gunung Padang ... 112
Foto 70 : Kolam dan Cikahuripan di Situs Gunung Padang, Ciamis ... 113
Foto 71 : Jalan Masuk (Tangga) ke Punden Berundak Situs Gunung Padang, Ciamis ... 114
Foto 72 : Teras Teratasdan Batu Pangcalikan Situs Gunung Padang, Ciamis ... 115
xiii
Foto 73 : Makam Pengikut Eyang Galuh ... 115
Foto 74 : Situasi Kompleks Situs Astana Gede, Kawali ... 118
Foto 75 : Sketsa Kompleks Situs Gunung Susuru ... 121
Foto 83 : Lingkungan Setiap Teras Situs Gunung Susuru ... 129
Foto 84 : Gua Kemuning di Situs Gunung Susuru ... 130
Foto 85 : Petilasan Patapaan Prabu Dimuntur (Batu Patapaan 2) di Situs Gunung Susuru ... 131
Foto 86 : Pintu Masuk Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh ... 132
Foto 87 : Denah Komplek Situs Cimaragas ... 133
Foto 88 : Tinggalan Arkeologis di Kompleks Situs Cimaragas ... 135
Foto 89 : Makam Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh ... 137
Foto 90 : Batu Endog; Tempat Persemedian Cipta Permana di Galuh Salawe ... 138
Foto 91 : Makam Adipati Panaekan di Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh ... 140
Foto 92 : Batu Bergores di Kuta Kalambu ... 144
Foto 93 : Makom (Patilasan) Eyang Haji Sukma Sejati Jaya Sampurna ... 144
Foto 94 : Mulut dan Bagian Dalam Gua Sanghyang ... 145
Foto 95 : Jalan Menuju Kuta Tandingan dari Arah Udug-Udug ... 146
Foto 96 : Keraton Ghaib Prabu Siliwangi di Kuta Masigit ... 148
Foto 97 : Eyang Kuwu Aris/Kuwu Arif Gede ... 149
Foto 98 : Eyang Daratan, Lautan ... 150
Foto 99 : Syeikh Hasan Mukalar ... 150
Foto 100 : Eyang Bagus Mascan Rayuda ... 150
Foto 101 : Peta Lokasi Keraton Pakuan Pajajaran Menurut Pleyte (1910) .... 161
Foto 102 : Peta Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran berdasarkan Laporan Ekspedisi VOC ... 173
Foto 103 : Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran, Rekonstruksi Peta dari Penelitian Hasanah (2004) ... 174
Foto 104 : Gang Amil dan Pintu Masuk Istana Batutulis ... 175
Foto 105 : Lingkungan Gang Amil dan Rumah Tempat Penemuan Menhir .. 176
Foto 106 : Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran, khususnya Komplek Sri Bima Menurut Saleh Danasasmita ... 177
Foto 107 : Peta Sebaran Situs di Bogor ... 178
Foto 108 : Alun-alun Empang ... 179
Foto 109 : Kompleks Makam Mbah Kutadani ... 180
Foto 110 : Prasasti Batutulis, Bogor ... 181
Foto 111 : Menhir (Lingga) dan Batu Datar di dalam Cungkup Prasasti Batutulis ... 183
Foto 112 : Menhir di Luar Cungkup Prasasti Batutulis ... 183
Foto 113 : Arca Purwakalih di Jln. Batutulis ... 184
Foto 114 : Batu Congkrang ... 185
Foto 115 : Kawasan Balekambang ... 186
Foto 116 : Situs Ranggapati ... 187
Foto 117 : Cikahuripan di Kompleks Kebun Raya Bogor ... 188
Foto 118 : Kompleks Makam Ratu Pakuan (Kebun Raya Bogor) ... 189
Foto 119 : Makam Mbah Jepra; Ibu Ratu Galuh; Mbah Bahlul ... 189
Foto 120 : Kompleks Makam Mbah Dalem Batutulis ... 191
Foto 121 : Peta Bekas Benteng Parit Keraton Pakuan Pajajaran ... 192
xv
Foto 123 : Sisa Parit Sebelah Utara ... 193
Foto 124 : Lukisan Bukit Badigul Karya Pelukis Belanda pada Pertengahan Abad ke-19 ... 195
Foto 125 : Bukit Badigul Tahun 1973 dan Tahun 2003 ... 196
Foto 126 : Rancamaya Tahun 2013; Real Estate Rancamaya dan Lapangan Golf Rancamaya ... 196
Foto 127 : Mahkota Binokasih ... 200
Foto 128 : Pintu Masuk dan Bangunan Utama Situs Pajajar ... 204
Foto 129 : Watu Gilang di Kota Banten Lama, Serang ... 205
Foto 130 : Analisis Lokasi Perdagangan Bojong Neros dan Kawasan Militer Keraton Pakwan Pajajaran ... 206
Foto 131 : Peta Lokasi Lima Keraton Pajajaran ... 207
Foto 132 : Lawang Saketeng, sekarang menjadi pasar ... 209
Foto 133 : Kawasan Stasiun Batutulis ... 210
Foto 134 : Tulisan pada Bagian Muka Prasasti Kawali I ... 212
Foto 135 : Tulisan pada Bagian Tepian Prasasti Kawali I ... 213
Foto 136 : Batu Bergores di Kompleks Situs Astana Gede, Kawali ... 214
Foto 137 : Pembagian Zona Komplek Keraton Surawisesa ... 216
Foto 138 : Situasi Kompleka Situs Astana Gede, Kawali ... 217
Foto 139 : Parit Samping dan Pertemuan Parit Situs Astana Gede ... 219
Foto 140 : Komplek Keraton Surawisesa ... 220
Foto 141 : Lahan tertinggi Situs Astana Gede, Kawali ... 221
Foto 142 : Lahan yang diperkirakan area Mayadatar ... 221
Foto 143 : Cikawali ... 222
Foto 144 : Lahan yang Diperkirakan Area Balekambang ... 222
Foto 145 : Lahan yang diperkirakan area Sunialaya atau Sunyalaya ... 223
Foto 146 : Lahan yang diperkirakan area Ganggang Hotapih ... 224
Foto 147 : Lahan yang diperkirakan area Sanghyang Sumur Bandung ... 224
Foto 148 : Lahan yang diperkirakan area Sanghyang Wano Datar ... 225
Foto 150 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Beunang Ngareka ... 226
Foto 151 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Bubut ... 226
Foto 152 : Lahan yang diperkirakan area Limas Kumureb ... 227
Foto 153 : Lahan yang diperkirakan area Badawang Sarat ... 227
Foto 154 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Tepep ... 228
Foto 155 : Lahan yang diperkirakan area Hanjung Meru dan Alun-alun Dalem Timur ... 229
Foto 156 : Lahan yang diperkirakan area Tumpang Sanga ... 229
Foto 157 : Lahan yang diperkirakan area Pangencayan ... 230
Foto 158 : Lahan yang diperkirakan area Ruang Terbuka ... 230
Foto 159 : Lahan yang diperkirakan Alun-alun Surawisesa ... 231
Foto 160 : Prasasti Kawali IV (Batu Panyandungan) ... 232
Foto 161 : Prasasti Kawali V (Batu Panyandaan) ... 233
Foto 162 : Batu Pangeunteungan ... 234
Foto 163 : Batu Jungjung atau Batu Kursi ... 235
Foto 164 : Prasasti Kawali II (Nampak Depan dan Samping) ... 236
Foto 165 : Prasasti Kawali VI ketika Ditemukan ... 237
Foto 166 : Prasasti Kawali VI Tahun 2013 ... 238
Foto 167 : Prasasti Kawali III (Batu Tapak) ... 239
Foto 168 : Teras tertinggi dari Punden Berundak Astana Gede, Kawali ... 241
Foto 169 : Makam Pangeran Usman ... 242
Foto 170 : Makam Adipati Singacala ... 243
Foto 171 : Makam Eyang Cakrakusuma ... 244
Foto 172 : Beberapa Makam di Area Makam Situs Astana Gede ... 247
Foto 173 : Serakan batuan di Situs Astana Gede, Kawali ... 248
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada abad pertama Masehi, India meluaskan pengaruhnya melalui jalur perdagangan internasional melalui Selat Malaka hingga ke Cina. Karena pengaruh cuaca, angin yang bertiup berganti arah setiap enam bulan sekali di Khatulistiwa, membawa perahu dagang mereka ke Selatan, hingga terdampar di Pulau Jawa bagian Barat yang disebut Tatar Sunda. Akibatnya, pengaruh budaya India pun masuk ke wilayah ini. Pengaruh ini terefleksikan dalam agama Hindu dan Budha yang melahirkan tradisi berbagai unsur budaya, termasuk budaya politik dalam bentuk kerajaan. Dua kerajaan bercorak Hindu penting di Tatar Sunda yang mewarnai sejarah Indonesia adalah Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda. Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan pertama di Jawa yang mendapat sentuhan budaya India pada awal abad ke-5 hingga abad ke-7 dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda hingga abad ke-16.