• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asal Mula Istilah Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asal Mula Istilah Sunda"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Asal Mula Istilah Sunda

penggunaan istilah Sunda saat ini sulit dibedakan dengan adanya istilah Jawa Barat, yang sering dicampur-adukan. Padahal secara histori memiliki sejarah berbeda. Kedua istilah tersebut mengalami perubahan pengertian dan penafsiran, sehingga sering terjadi kekeliruan dan keragu-raguan dalam penggunaannya, terutama ketika istilah Sunda hanya dikonotasikan politis, dianggap sukuisme, sehingga terpaksa istilah Sunda dalam perkumbuhan sosial dan budaya harus diganti dengan sebutan Jawa Barat. Istilah Sunda dalam catatan masa lalu diterapkan untuk menyebutkan suatu kawasan (Sunda besar dan Sunda kecil), sedangkan di dalam prasasti dan naskah sejarah digunakan untuk menyebutkan batas budaya dan kerajaan di pulau Jawa bagian barat (Jawa Kulwon), bukan hanya terbatas di dalam yuridiksi pemerintahan Jawa Barat saat ini, didalam Catatan Bujangga Manik disebut “Tungtung Sunda”.

Dataran-Kepulauan Sunda

Bagi masyarakat yang mengenyam pendidikan pada tahun 1960-an, istilah Sunda masih ditemukan di dalam mata pelajaran Ilmu Bumi, suatu istilah yang menunjukan gugusan kepulauan yang disebut Sunda Besar dan Sunda Kecil.

Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, terdiri atas pulau Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil adalah daerah yang terletak disebelah timur Pulau Jawa, sejak dari Bali disebelah barat hingga Pulau Timor di sebelah timur meliputi pulau-pulau Lombok, Flores, Sumbawa, Sumba, Roti dan lain-lain (Ekadjati – 1995).

Menurut R.W. van Bemmelen (1949), Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistim Gunung Sunda yang melingkar (Circum Sunda Mountain System) yang panjangnya sekitar 7.000 km.

Pendapat diatas tentunya mendekati paradigma masyarakat dunia maya saat ini yang sedang mencari jejak Benua Antlantis, seperti Stephen Oppenheimer (Profesor dari Universitas Oxford) dan Arysio Santios (Profesor dari Brazil). Konon berdasarkan penemuan para ahli Amerika dan Jepang, yang mengacu pada ciri-ciri kehidupan dan genetika manusianya, benua tersebut berada diwilayah yang saat ini disebut Dataran Sunda. Persoalannya adalah, mampukah kita menemukan jawaban atas pencarian tersebut, atau hanya ‘bakutet’ seperti “monyet ngagugulung kalapa?”. Jika dikemudian hari pertanyaan tersebut terjawab, tentunya akan mampu merubah peta kesejarahan dunia.

▸ Baca selengkapnya: sajarah carpon sunda

(2)

Didalam pelajaran Ilmu Bumi, dataran Sunda terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang lautan Pasifik bagian barat serta bagian selatan yang terbentang dari timur ke barat, dimulai dari Maluku bagian selatan hingga lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian bagian selatan dataran Sunda dibentuk oleh kawasan dimulai dari Pulau Banda di timur terus kearah barat melalui pulau-pula di Kepulauan Sunda Kecil (The Lesser Sunda Islands), Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman dan Nikobar hingga ke Arakan Yoma di Birma.

Didalam Prasasti dan Naskah Kuna

Di bidang sejarah menurut Ekadjati (hal.2) : Istilah Sunda yang menunjukan pengertian wilayah di bagian barat Pulau Jawa dengan segala akitivitas kehidupan manusia didalamnya, muncul untuk pertama kalinya pada abad ke-9 Masehi. Istilah tersebut tercatat dalam prasasti yang ditemukan di Kebon Kopi, Bogor beraksara Jawa Kuna dan berbahasa Melayu Kuna. Bahwa terjadi peristiwa untuk mengembalikan kekuasaan prahajian Sunda pada tahun 854 Masehi. Pada waktu itu sudah diketahui adanya suatu wilayah yang memiliki penguasa yang diberi nama Prahajian Sunda. Ada juga yang menyebutkan istilah ini telah dimuat dalam Prasasti Kabantenan. Prasasti tersebut menjelaskan tentang suatu daerah yang disebut Sundasembawa.

Data lain yang menyebutkan tentang istilah Sunda ditemukan pula, dengan penjelasan: “Pemerintahan Suryawarman meninggalkan sebuah prasasti batu yang ditemjukan di kampung Pasir Muara

(Cibungbulang) di tepi sawah kira-kira 1 kilometer dari prasasti telapak gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti ini berisi inskripsi sebanyak 4 baris. Bacaannya (menurut Bosch) ;

Ini sabdakalanda juru pangambat i kawihaji panyca pasagi marsandeca barpulihkan haji Sunda. (Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam [tahun Saka] 458 [bahwa] pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda”. (RPMSJB, Buku kedua, hal 24).

Suryawarman di dalam sejarah tatar Pasundan tercatat sebagai raja Tarumanagara ketujuh yang memerintah pada tahun 457 sampai dengan tahun 483 Saka bertepatan dengan tahun 536 sampai dengan tahun 561 masehi, sedangkan tahun 458 Saka bertepatan dengan 536 masehi atau abad ke enam masehi.

Sampai saat ini tidak kurang dari 20 buah jumlah prasasti yang ditemukan di wilayah Jawa Barat sekarang. Sedangkan nama-nama raja yang terulis dalam prasasti tersebut, adalah

 Rajadiraja Guru  Purnawarman

(3)

 Haji (raja) Sunda  Sri Jayabupati  Batari Hyang

 Prabu Raja Wastu – Niskala Wastu Kencana  Ningrat Kencana (Dewa Niskala)

 Prabu Guru Dewataprana (Sri Baduga Maharaja)

Kisah yang dimaksudkan Ekadjati tersebut sama dengan yang dimaksud Pleyte (1914), kisah berdirinya kerajaan Sunda terdapat dalam Naskah Kuna dan berbahasa Sunda Kuna. Pendiri dari kerajaan Sunda adalah Terusbawa. Sedangkan eksistensinya ditemukan dalam Naskah Nagarakretabhumi (sumber sekunder), yang menjelaskan Terusbawa memerintah pada tahun 591 sampai dengan 645 Saka, bertepatan dengan tahun 669/670 sampai dengan 723/724 Masehi. Sedangkan di dalam Pustaka Jawadwipa I sarga 3 mengisahkan, bahwa :

“Telas karuhun wus hana ngaran deca Sunda tathapi ri sawaka ning rajya Taruma. Tekwan ring usana kangken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwaprastawa saking Bharatanagari”. (Sesungguhnya dahulu telah ada nama daerah Sunda tetapi menjadi bawahan kerajaan Taruma. Pada masa lalu diberi nama (kota) Sundapura. Nama ini berasal dari negeri India) [Ibid].

Generasi muda sekarang lebih memahami batas Sunda bagian timur adalah Cirebon. Penafsiran demikian tidak dapat disalahkan, mengingat pada masa Belanda yuridiksi Propinsi Jawa Barat dibatasi hanya sampai Cirebon. Ekadjati dalam tulisannya tentang Sajarah Sunda mengemukakan, bahwa : ... Tanah Sunda perenahna di beulah kulon hiji pulo anu ayeuna jenenganana Pulo Jawa. Ku kituna eta wewengkon disebut oge Jawa Kulon. Ceuk urang Walanda mah West Java. Sacara formal istilah West Java digunakeun ti mimiti taun 1925, nalika pamarentah kolonial ngadegkeun pamarentah daerah anu statusna otonom sarta make ngaran Provincie West Java. Ti mimiti zaman Republik Indonesia (1945) eta ngaran propinsi anu make basa Walanda teh diganti ku basa Indonesia jadi Propinsi Jawa Barat’.

Wilayah Tarumanagara pada masa Purnawarman membawahi 46 kerajaan daerah. Jika dibentangkan dalam peta daerah tersebut meliputi Jawa bagian barat (Banten hingga Kali Serayu dan Kali Brebes Jawa Tengah). Paska pemisahan Galuh secara praktis kerajaan Sunda terbagi dua, sebelah barat Sungai Citarum dikuasai oleh Sunda (Terusbawa) dan sebelah Sungai Citarum bagian timur dikuasai oleh Galuh (Wretikandayun). Penyatuan kembali Sunda dengan Galuh di masa lalu terjadi beberapa kali, seperti pada masa Sanjaya, Manarah, Niskala Wastu Kancana dan Sri Baduga Maharaja.

Untuk menyelusuri batas budaya, ada beberapa versi yang dapat diacu :

Pertama, berdasarkan Naskah Bujangga Manik, yang mencatatkan perjalanannya pada abad ke -16, mengunjungi tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali, naskah tersebut diakui sebagai naskah primer, saat ini disimpan di Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627. Batas kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (kali Brebes) dan sungai Ciserayu (Kali Serayu) Jawa Tengah. Dalam catatan Bujangga Manik disebutkan dengan isitilah Tungtung Sunda, bahkan menurut Wangsakerta : Wilayah kerajaan Sunda mencakup beberapa daerah Lampung. Hal ini terjadi pasca pernikahan antara keluarga kerajaan Sunda dan Lampung. Hanya saja Lampung dipisahkan dari b agian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda. Disisi lainnya, Sunda memang tidak membentuk kerajaannya sebagai kerajaan Maritim.

(4)

Kedua, menurut Tome Pires pada tahun 1513 dalam catatan perjalanannya, yang kemudian dibukukan dalam suatu judul Summa Oriental, menyebutkan batas wilayah kerajaan Sunda : Ada juga yang menegaskan, kerajaan Sunda meliputi setengah pulau Jawa. Sebagian orang lainnya berkata bahwa kerajaan Sunda mencakup sepertiga pulau Jawa ditambah seperdelapannya lagi. Keliling pulau Sunda tigaratus legoa dan ujungnya adalah Cimanuk.

Kerajaan Sunda

Di dalam buku Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat (RPMSJB), uraian tentang kerajaan Sunda nampaknya dibatasi sejak Maharaja Terusbawa sampai dengan Citraganda, atau sejak tahun 669 Masehi sampai dengan tahun 1311 Masehi. Hal ini dapat dipahami mengingat pembahasan kerajaan-kerajaan yang ada di tatar Sunda diuraikan tersendiri, seperti Sunda, Galuh, Kawali dan Pajajaran. Pembahasan kesejarahan ini jauh lebih luas dibandingkan dengan paradigma masyarakat tradisional yang selalu mengaitkan Sunda dengan simbol-simbol Pajajaran, atau kerajaan Sunda terakhir. Jika budaya Sunda hanya dipahami sebatas Pajajaran, dengan satu-satunya raja yang terkenal, yakni Prabu Silihwangi, maka masyarakat di tatar Sunda akan berpotensi semakin kehilangan jejak kesejarahannya. Masalahnya adalah, mampukah masyarakat Sunda merubah paradigmanya untuk melemparkan ke masa yang lebih jauh kebelakang melebihi jejak Pajajaran dan Siliwanginya?

Sebutan Sunda untuk nama kerajaan di Tatar Sunda yang mengambil dari garis keturunan Terusbawa agak kurang tepat jika dikaitkan dengan kesejarahan Sunda yang sebenarnya. Istilah Sunda sudah dikenal sebelum digunakan oleh Terusbawa, bahkan prasasti Pasir Muara yang menunjukan tahun 458 Saka (536 M) telah menyebutkan adanya raja Sunda. Secara logika sangat wajar jika ditafsirkan bahwa istilah Sunda sudah digunakan sebelum tahun tersebut, karena prasasti dimaksud tentunya tidak dibuat langsung bertepatan dengan istilah Sunda ditemukan. Dan prasasti tersebut tidak menandakan

dimulainya entitas Sunda, namun hanya menerangkan, bahwa memang telah ada penguasa Sunda yang berkuasa pada waktu itu.

Istilah Tarumanagara dimungkinkan diterapkan untuk nama kerajaan Sunda yang berada di tepi kali Citarum. Menurut beberapa versi, istilah Sunda digunakan ketika Ibukota Tarumanagara dipindahkan ke wilayah Bogor. Jika saja ada kaitannya antara Tarumanagara dengan Salakanagara, kemungkinan besar istilah Sunda juga sudah digunakan untuk nama kerajaan daerah atau jejak budaya manusia yang ada di dataran Sunda.

Istilah Sunda (Sundapura) sebelumnya pernah digunakan oleh Purnawarman sebagai pusat

pemerintahan. Tarumanagara berakhir pasca wafatnya Linggawarman tahun 669 Masehi. Terusbawa adalah suami Dewi Manasih, putri dari Linggawarman. Tarusbawa dinobatkan dengan nama Maharaja

(5)

Tarusbawa Darmawaskita Manunggalajaya Sundasembawa. Dari sinilah para penulis sejarah Sunda pada umumnya mencatat dimulainya penggunaan nama kerajaan Sunda.

Sumber Bacaan :

Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah) - Jilid 1, Edi S. Ekadjati, Pustaka Jaya – Bandung, Cetakan Kedua – 2005.

Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat, Jilid 2 dan 3, Tjetjep, SH dkk, Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Eden In The East (Surga di Timur), Stephen Oppenheimer, PT. Ufuk Publihishing House, Jakarta 2010

Atlantis The Lost Continent Finally Found, Aryo Santos, PT. Ufuk Publihishing House, Jakarta 2010

Nara Sumber : Agus Setia Permana Penulis : Nunik Sumasni, Achmad Juniarto

Referensi

Dokumen terkait

Accordingly, the organizational change leading to gender- responsive schools in strategic dimension is not done in the schools’ vision, but in positions, programs

pemanfaatan potensi ekonomi berbasis elektronik dari sisi kebijakan umum, pemerintah melakukan perbaikan sistem hukum nasional sesuai dengan dinamika

Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli. Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan

Berdasarkan uraian pembahasan keseluruhan tindakan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, perencanaan yang dilakukan oleh

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan data dalam Register Perkara Anak dan Anak Korban diatur dengan peraturan pimpinan masing-masing lembaga yang

Batasan penelitian ini peneliti memilih lokus Rumah Susun Sewa Graha Bina Harapan dan Kampung Juminahan serta RW 13 Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan

Dibawah kondisi normal untuk penggunaan yang dimaksud, bahan ini diharapkan tidak berbahaya bagi

pemerintahan yang di bagi dapat di katakan sudah berhasil, karena penataan nomenklatur pemerintah kota Semarang yang di lakukan oleh Bagian Organisasi Setda Kota