PENINGKATAN SIKAP BERPIKIR POSITIF PADA ANAK-ANAK KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG MELALUI LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK DIPOSKO HUNIAN SEMENTARA KWK BERASTAGI,KAB.KARO
SKRIPSI
Oleh:
WINDA CRYSTIANI DEWI BR SURBAKTI 1102151022
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN
ABSTRAK
WINDA CRYSTIANI DEWI BR SURBAKTI. 1102151022. Peningkatan sikap berpikir positif pada anak-anak korban erupsi Gunung sinabung melalui layanan bimbingan kelompok Diposko Hunia Sementara KWK Berastagi,Kab.Karo.
Rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada Peningkatan sikap berpikir positif pada anak-anak korban erupsi Gunung sinabung melalui layanan bimbingan kelompok Diposko
Hunia Sementara KWK Berastagi,Kab.Karo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada Peningkatan sikap berpikir positif pada anak-anak korban erupsi Gunung sinabung melalui
layanan bimbingan kelompok Diposko Hunia Sementara KWK Berastagi,Kab.Karo”.Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan juni Sampai bulan Agustus 2014. Tempat penelitian dilaksanakan di posko pengungsian sementar korban erupsi gunung sinabung.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan kelompok. Populasi adalah keseluruhan anak yang berjumlah 20 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 10 anak yang mempunyai sikap berpikir positif rendah yang ditentukan secara purposive sampling (penarikan sampel secara sengaja).Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berpikir positif. Angket berpikir positif sebanyak 36 butir pertanyaan yang akan diberikan kepada 10 anak yang mendapatkan perlakuan (Bimbingan Kelompok). Dengan menggunakan rumus persentase. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket, lalu dilakukan pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi.
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa 10 orang anak mengalami berpikir positif yang sedang .Siklus I terjadi peningkatan sikap berpikir positif dalam optimis dan emosi positif dalam keadaan yang sekarang dan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada pertemuan I peningkatan 20% dan pada pertemuan kedua mengalami peningkatan hingga 40%. Selanjutnya terjadi peningkatan 60% pada siklus II pertemuan ketiga dan meningkat kembali menjadi 80% pada pertemuan keempat pada siklus II.Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak usia 13-15 tahun pada posko hunian sementara korban erupsi gunung sinabung telah mengalami peningkatan. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa melalui pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan sikap berpikir positif pada anak-anak korban erupsi Gunung sinabung melalui layanan bimbingan kelompok Diposko Hunia Sementara KWK Berastagi,Kab.Karo.
2.1.2.4 Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok ... 31
2.1.2.5 Komponen dan Tahap-tahap Bkp ... 33
2.2 Kerangka Konseptual ... 43
2.3 Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III Metode Penelitian ... 45
3.1 Jenis Penelitian ... 45
3.2 Subjek Penelitian ... 45
3.3 Desain Operasional ... 45
3.4 Desain Penelitian ... 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.6 Teknik Analisis Data ... 59
3.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62
4.2.Hasil Penelitian ... 63
4.2.1 Hasil Penelitian Sebelum Tindakan ... 63
4.2.2 Deskripsi Data Hasil Tindakan Siklus I ... 65
4.2.3 Deskripsi data Hasil Tindakan Siklus II ... 76
4.3.Pembahasan ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1Kesimpulan ... 89
5.2Saran-Saran ... 89
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Diskusi Kelompok Dilihat Dari Aspek ... 31
Tabel 3.1 Perencanaan Perangkat penelitian Layanan Bimbingan Kelompok Siklus I ... 49
Tabel 3.2.Perencanaan Perangkat Penelitian Layanan Bimbingan Kelompok Siklus II ... 53
Tabel 3.3 Pemberian Skor Angket ... 58
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Uji Coba Berpikir Positif ... 58
Tabel 3.5 Jadwal Rencana Penelitian ... 61
Tabel 4.1 Hasil Angket Sebelum Siklus I ... 65
Tabel 4.2 Perbandingan Peningkatan Hasil Pra Dan Siklus I ... 74
Tabel 4.3 Perbandingan Peningkatan Hasil Pra Siklus I Pada Pertemuan II ... 74
Tabel 4.4 Perbandingan Peningkatan hasil Observasi Pada Siklus I ... 75
Tabel 4.5 perbandingan peningkatan Hasil Observasi Sebelum Tindakan dengan Siklus I 75 Tabel 4.6 Perbandingan peningkatan Hasil Observasi Siklus II pada pertemuan III ... 83
Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Hasil Observasi Siklus II pada Pertemuan IV 84 Tabel 4.8 Perbandingan Peningkatan Hasil Observasi Siklus II... 85
Tabel 4.9 Perbandingan Peningkatan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ... 86
DIAGRAM
Diagram 4.1 Rekapitulasi Peningkatan Sikap Berpikir Positif pada
Siklus I ... 75 Diagram 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Sikap Berpikir Positif pada
Siklus I ... 85
Diagram 4.3 Rekapitulasi peningkatan Hasil Obervasi Pada Siklus I dan Siklus II 86
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Angket Sikap Empati ... 1
Lampiran 1a Hasil Analisis Angket ... 6
Lampiran 2 Bimbingan Kelompok ... 8
Lampiran 3 Rencana Pelayanan Bimbingan Kelompok Siklus I ... 9
Lampiran 4 Rencana Pelayanan Bimbingan Kelompok Siklus II ... 19
Lampiran 5 Materi Sikap Empati terhadap Teman ... 24
Lampiran 6 Alat Penilaian Proses Bimbingan Kelompok Siklus I ... 28
Lampiran 7a Daftar Hadir Siswa Layanan Bimbingan Kelompok Siklus I ... 34
Lampiran 7b Daftar Hadir Siswa Layanan Bimbingan Kelompok Siklus II.... 35
Lampiran 8a Laiseg Siklus I ... 36
Lampiran 8b Laiseg Siklus II ... 42
Lampiran 9a Laijapen Siklus I ... 48
Lampiran 9b Laijapen Siklus II ... 51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak adalah dua gunung berapi aktif yang terletak di
Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia,Ibu kota
kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi
Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota Provinsi
Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara
600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi
di provinsi Sumatera Utara.
Gunung Sinabung memiliki ketinggian 2.460 meter dari permukaan laut dan mempunyai 4
kawah (Kawah I, II, III, dan IV). Gunung bertipe strato tersebut mempunyai catatan letusan
seperti Sebelum Tahun 1600 letusan Gunung sinabung Berupa muntahan batuan piroklastik
serta aliran lahar yang mengalir ke arah selatan,pada tahun 1912 Aktivitas Solfatara terlihat di
puncak dan lereng atas selanjutnya pada tahun 2010 Letusan Gunung Sinabung, Sejak 27
Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010
dini hari sekitar pukul 00.15 WIB tepatnya mengeluarkan lava. Status gunung ini pun dinaikkan
menjadi status "Awas". Lebih dari 12 ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8
lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut.
Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan
meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya.
Selanjutnya Letusan Gunung Sinabung Tahun 2013, Pada tahun 2013 Gunung Sinabung
meletus kembali, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi
ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17
September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas
dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak
ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak
ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke
kawasan aman. Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi
Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013
status diturunkan menjadi level 2, (Waspada). Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan
kondisinya fluktuatif. Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan
letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 tepatnya pukul 03.00
status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5
km dilakukan. Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas
sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi
(letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjutkan pada
hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak
gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena
hujan abu vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung
dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus
hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi
sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan
luncuran awan panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga
untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang. Setelah kondisi ini bertahan terus, pada
minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan
pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan. Namun demikian,
sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas
ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung yang berada dalam zona
bahaya I.
Di sisi lain kepanikan,stres,takut pada masyarakat yang tidak mau mengungsi, padahal
mereka tinggal di zona bahaya (radius 3 km), di antaranya warga Desa Berastepu, Kecamatan
Simpang Empat. Mereka bertahan dengan alasan ingin menjaga rumah, ternak, dan tanaman
kebun yang siap panen. Padahal mereka termasuk yang direkomendasikan untuk mengungsi.
Warga Berastepu tercatat sebanyak 930 orang dan 20 persen-nya berada di zona bahaya.
Didalam hal seperti ini perlu kita tanamkan mengambil sikap,karena setiap individu pasti
memiliki macam-macam sikap diantaranya sikap positif dan negatif. Sikap adalah kondisi
mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis
mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait. Sikap
adalah pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses, motivasi, persepsi dan
kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek kehidupannya.
Sikap individu ini dapat diketahui dari beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan proses
kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam berhubungan dengan obyek sikap.
adalah “A syndrome of response consistency with regard to social objects”. Artinya, sikap adalah
sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Penekanan konsistensi respon ini
memberikan muatan emosional pada definisi yang dikemukakan Campbell tersebut. Sikap tidak
hanya kecenderungan merespon yang diperoleh dari pengalaman tetapi sikap respon tersebut
harus konsisten.. Kedua pikiran ini akan mempengaruhi setiap keputusan dan tindakan
pemiliknya. Untuk itulah penting sekali untuk menjaga pikiran kita dari hal-hal negatif,seperti
informasi negatif, hal itu hanya akan mendatangkan pikiran-pikiran negatif. Dan tentu saja hasil
dari pikiran negatif adalah tindakan negatif dan berakhir pada kehidupan negatif.Untuk mampu
bertahan hidup manusia perlu berpikir. Pikiran-pikiran dalam bentuk
keyakinan,prinsip,pengetahuan,atau pengalaman merupakan senjata manusia dalam menjalani
kesehariannya,bila pikiran hanya diisi dengan hal-hal positif .
Dampak Sosial Bencana letusan Gunung Sinabung selain meninggalkan trauma dan
kepanikan,Ketakutan dan juga meninggalkan beberapa permasalahan di bidang kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi. Ratusan warga dirawat telah di RSUD Kabanjahe, karena menderita
penyakit ISPA akibat letusan. Sejak terjadinya letusan hingga Kamis (20 September 2013)
jumlah warga yang dirawat sebanyak 148 orang. akibat letusan Gunung Sinabung, sebanyak 22
sekolah diliburkan, terdiri dari 15 Sekolah Dasar dengan siswa sebanyak 2.374 orang, 6 Sekolah
Menengah Pertama dan 1 Sekolah Menengah Atas dengan siswa sebanyak 2.312 orang. Sekolah
yang paling banyak diliburkan berada di Kecamatan Naman Teran antara lain SD Negeri 040478
dan SDN 043950 di Desa Sigarang-garang, 2 SD di Desa Guru Kinayan dan masing-masing 1
SD di Desa Sukanalu dan Desa Simacem. Sementara 6 SMP yang diliburkan antara lain SMP
Negeri 1 Simpang Empat, SMPN 1 Naman Teran dan SMP Satu Atap di Kecamatan Payung.
Letusan Gunung Sinabung juga merusak tanaman pertanian dan perkebunan. Dari seluas
3.863 HA tanaman di enam kawasan, seluas 3.589 HA telah rusak akibat letusan. Hal ini
kemudian berdampak pada kelangkaan bahan makanan. Pasokan sayur dan buah menurun hingga
40 persen karena banyak petani tak berani memanen, karena takut bahaya letusan. Terjadi
kenaikan harga yang signifikan, misalnya sawi yang biasanya seharga Rp17.000/kg naik menjadi
Rp20.000/kg.
Terkait dengan dampak erupsi Merapi di bidang pendidikan anak, penulis menyatakan
bahwa letusan Merapi juga membawa dampak buruk pada keberlanjutan pendidikan anak,
khususnya anak-anak di wilayah yang terdampak letusan gunung Merapi. Hal itu terjadi karena
beberapa penyebab, pertama, ada beberapa siswa dan guru yang turut menjadi korban letusan
gunung Merapi, kedua, banyak anak-anak yang ikut mengungsi orang tua mereka, ketiga, banyak
fasilitas sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah di lereng Merapi yang hancur
atau rusak akibat letusan Merapi sehingga tidak dapat dipergunakan lagi, dan keempat, banyak
bangunan sekolah yang dimanfaatkan sebagai lokasi pengungsian sehingga tidak dapat
dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Terkait dengan penanganan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap dampak letusan
Merapi bagi keberlanjutan pendidikan anak, banyak pihak menilai pemerintah terlalu lamban.
Salah satu indikator yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur adalah lambatnya instruksi
yang diberikan pemerintah terkait dengan masalah penitipan anak-anak korban letusan Merapi di
sekolah-sekolah yang dekat dengan lokasi pengungsian. Instruksi tersebut baru dikeluarkan
setelah satu minggu anak-anak ikut orang tua mereka di lokasi pengungsian. Praktis selama
pelaksanaannya instruksi tersebut juga tidak dapat berjalan efektif akibat banyaknya kendala
yang dihadapi anak-anak pengungsi korban letusan Merapi. Selain keterbatasan sarana belajar
(seragam, buku, dll) yang dihadapi anak-anak pengungsi akibat tidak adanya persiapan pada saat
akan mengungsi sehingga banyak sarana belajar yang tertinggal di rumah, banyak pula
anak-anak pengungsi yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan suasana di sekolah yang
baru. Mereka merasa minder belajar bersama-sama dengan anak-anak bukan pengungsi karena
tidak memiliki sarana kegiatan belajar mengajar yang memadai.
Terkadang timbulnya sikap mudah putus asa,patah semangat,kurang percaya diri,rendah
diri ,menjadi malas belajar karena tidak konsentrasi,merasa penghargaan diri terlihat rendah dan
mungkin masih banyak lagi hal ini yang dirasakan anak-anak tersebut menjadi malas untuk
mengikuti proses pembelajaran di akibatkan mereka merasa tidak mampu karena bertemu
teman-teman baru yang tidak sepaham dengan mereka yang mungkin lebih baik dari mereka dan masih
banyak pikiran-pikiran negatif yang mereka rasakan.
Di dalam pengembangan sikap berpikir positif juga memiliki beberapa faktor yang sangat
penting yakni faktor spiritual dimana kemampuan yang bersumber dari hati terdalam, Seperti
kemampuan untuk bersyukur dimana anak-anak korban erupsi bisa melihat sisi positif yang
terjadi. Dan yang kedua faktor impian biasanya seseorang yang selalu dapat memperbaharui
impian akan cenderung bersikap berani,rajin,percaya diri atau lebih bersifat berpikir positif. Yang terakhir faktor antusiasme Elbert Hubbart mengemukakan “nothing great has ever been
accomplished with anthuiasm”. Dimana Antusiasme artinya semangat disaat kita bersemangat.
Menurut Ubaedy, (2007) dalam (http://wpi-berpikir-positif1.jpeg).berpikir .berpikir
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penggunaan bimbingan kelompok teknik Diskusi kelompok dapat meningkatkan sikap
berpikir positif pada anak-anak usia 13-15 Tahun Korban Erupsi Gunung sinabung.
2. Pada siklus I terjadi peningkatan sikap berpikir positif dalam optimis dan emosi positif
dalam keadaan yang sekarang dan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik
diskusi pada pertemuan I peningkatan 20% dan pada pertemuan kedua mengalami
peningkatan hingga 40%. Selanjutnya terjadi peningkatan 60% pada siklus II
pertemuan ketiga dan meningkat kembali mnejadi 80% pada pertemuan keempat pada
siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan pada beberapa pihak, diantaranya :
1. Bagi pihak pemerintahan dan pengurus posko pengungsian agar lebih memperhatikan
anak-anak yang ada pada posko agar bisa memberikan sikap-sikap yang positif agar tidak
menjadi beban pikiran pada anak-anak.
2. Bagi pihak para koordinator posko,Pemerintah agar lebih memberikan perhatian kepada
3. Bagi anak-anak yang berada di posko-posko pengungsian korban erupsi Gunung
sinabung diharapkan agar apa yang telah dibahas dalam keguatan bimbingan kelompok
dapat menjadi semangat untuk menjalani hidup.
4. Sebagai bahan acuan bagi peneliti – peneliti selanjutya khususya pada hal yang
menyangkut tentang hal-hal yang ada dilingkungan sekitar (yang termasuk dalam
konseling populasi khusus).
5. Sebagai bahan acuan terhadap Guru-Guru BK(Bimbingan konseling) yang khususnya
menghadapi/mengajar anak-anak korban erupsi Gunung Sinabung dapat menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Albert.1980. Berpikir Positif 1( on line) di akses 21 februari 2014.Yogyakarta: Pustaka belajar
Agarwal,Mridula. 2013. Be positivie think positive. Jakarta: PT.Gramedia
Aulia, Muhammad. 2013. Terapi ampuh bisa berpikir positif. Yogjakarta : Flashbooks Dewi, Rosmala. 2010. Penelitian Pendidikan ( Emprikal dan PTK). Medan: Pasca
sarjana
Elfiky, Ibrahim. 2009. Terapi berpikir positif. Jakarta: Zaman
Fordyce dalam Seligman dkk. 2005. dalam ( http://m positivthingking-training.academicself efficacy-collegestudent) di akses 23 februari 2014
Gemilang, J. 2013. Berpikir positif dan berjiwa besar.Yogjakarta: Marta Books
Hikmah, Nurul.2013.Meningkatkan Berpikir Positif Dalam Menghadapi Masalah
\Belajar Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konselig Kelompok Di Kelas X-2
Sma Negeri I Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Ajaran 2012-2013.
Medan: UNIMED
http://wpid-berpikir positif di akses 21 februari 2014
Mappiare, Andi. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Mungin. 2005. Konseling kelompok perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press Prayitno. 2004. Dasar-dasar bimbingan dan konseling.Jakarta: PT Asdi Mahasatya Prayitno. 2014. Layanan Bimbingan kelompok. Padang : Ghalia Indonesia