• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikirdan Sholawat Jamuro Surakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikirdan Sholawat Jamuro Surakarta)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama ajakan kepada umat manusia untuk bertauhid

kepada Allah. Dalam setiap ajakannya, dilakukan dengan berbagai cara, sehingga

umat menjadi mengerti akan pesan agama yang disampaikan. Ajakan tersebut

bersifat kedamaian penuh dengan ketentraman, dengan rasa kasih sayang, tanpa

ada gejolak terhadap umat pada umumnya.

Islam dalam kitab sucinya sudah menjelaskan, bahwa mengajak umat

dengan cara kebaikan dengan penuh kedamaian. Dalam Al Qur’an terkmatub (QS.

al Taubah:71) ”Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian

menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan

solat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu

akan diberikan rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha

bijaksana” .

Sebagai dasar tersebut, Islam mengajak kepada umat untuk mengajak dalam

mengerjakan kebaikan, dan menjauhi hal-hal yang yang baik. Selain ayat tersebut,

dalam Al Qur’an juga terdapat pesan mengenai ajakan-ajakan, terdapat dalam

surat An Nahl:125 “ Ajaklah ke jalan tuhan-mu dengan cara bijaksana, nasehat

(yang menyentuh hati) serta berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang lebih

baik.”

Dengan menggunakan kedua ayat tersebut, jelas bahwa Islam mengajarkan

(2)

munkar, dan menjalankan perintahnya. Dengan menggunakan cara-cara yang

baik, dengan cara bijaksana, sehingga pesan-pesan terdapat dalam agama dapat

menyentuh hati umat Islam, dan dapat menjalankan sesuai perintah agama Islam

pada umumnya.

Metode dakwah yang berkembang adalah pemurnian tauhid, aqidah, dan

dalam hal ibadah. Pengamalan-pengamalan yang disesuaikan oleh dasar-dasar dari

Al Qur’an dan Hadist yang shahih, dengan kata lain pengamalan ibadah kembali

kepada Al Qur’an dan Hadist. Seperti gerakan-gerakan salafi yang terus

berkembang, mereka mencoba untuk menghidupkan kembali pengamalan ibadah

menurut Al Qur’an dan Hadist. Memberantas takhayul, bid’ah dan khurafat yang

berkembang di kalangan masyarakat. Gerakan-gerakan dakwah Islam seperti ini

melakukan pembaharuan dalam bidang kehidupan, yang disesuaikan dengan

kemajuan zaman dengan tidak meninggalkan syariat Islam. dakwah dengan

memurnikan aqidah Islam sesuai ajaran yang terdapat di Al Qur’an dan Hadist

menjadi daya tersendiri, karena meninggalkan budaya-budaya lama yang

bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Gerakan-gerakan salafi, atau organisasi

Islam yang mengusung dakwah Islam modern bersifat purifikasi mulai banyak

berkembang dikalangan masyarakat, sehingga masyarakat mengikuti dakwah

Islam seperti itu.

Terdapat metode modern yang menganggap harus kembali kepada Al

Qur’an dan Hadist dalam berdakwah menjadi salah satu tren dalam menyebarkan

agama Islam kepada khalayak luas. Akan tetapi, metode dakwah dilakukan secara

(3)

Masih menggunakan metode syiar Islam seperti yang dilakukan oleh wali

sembilan, menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah. Sunan Kalijaga

dalam berdakwah tidak meninggalkan budaya. Beliau berpendapat, bahwa ketika

budaya mulai di tinggalkan maka masyarakat akan takut dan tidak mau untuk

mendekat kepada ajaran agama, dakwah harus disesuaikan dengan situasi dan

kondisi wilayah tersebut. ( Sofwan dkk, 2000:120)

Dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga misalnya, dalam memperingati

kematian, acara selametan aqiqohan, cerita-cerita rakyat yang dikisahkan melalui

wayang. Metode dakwah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan massa dan

diberikan pencerahan mengenai pesan-pesan islam pada umumnya. Memasukkan

nilai-nilai agama islam kedalam budaya lama yang dianut, menghapus yang tidak

sesuai syariat, akan tetapi tidak meninggalkan nilai budaya itu sendiri (Sofwan

dkk, 2000:275).

Nabi Muhammad dalam melakukan dakwahnya juga menggunakan sisi

budaya dalam penyebarannya. Seperti budaya bersyair di kalangan Arab, Nabipun

juga pernah bersyair dalam melakukan dakwahnya. Rasullulah sendiri juga

membaca syair sewaktu membuat parit-parit bertahan dari serangan kaum

Quraisy, beliau bersyair dengan berisikan doa-doa yang dilantunkan dengan suara

nyaring berirama untuk menyemangati kaum muhajirin dalam membangun

pertahanan dari serangan kaum Quraisy. Syair tersebut yakni ..Illahi kalaulah

tidak karena kerahiman Mu, tidaklah kami mendapatkan petunjuk, tidaklah

kamikan bersedekah, tidaklah kami kan shalat... syair tersebut disuarakan oleh

(4)

(Natsir, 1969:87). Syair-syair tersebut dinyanyikan Rasulullah untuk

menyemangati para sahabat dalam membuat parit-parit pertahanan dari serangan

kaum Quraisy. Rasullulah membuktikan bahwa dakwah dengan melakukan

syair-syair atau nyanyian tidak dilarang dalam islam itu sendiri. Pendekatan dakwah

rasullullah tidak meninggalkan budaya yang dianut oleh masyarakat sekitar waktu

itu. Di Arab waktu tersebut banyak menyanyikan nyanyian-nyanyian, akan tetapi

rasullulah membolehkan nyanyian-nyanyian yang mempunyai pesan-pesan islam

pada umumnya (Shihab, 1996:396). Dengan adanya ini, para wali sembilan juga

mengikuti metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, dengan

melakukan pendekatan budaya setempat, dan memasukkan pesan-pesan islam

didalamnya.

Jamaah Muji Rosul (Jamuro) Surakarta dikatakan sebagai salah satu majelis

pengajian yang masih menggunakan metode-metode dakwah dengan pendekatan

budaya seperti wali sembilan. Metode dakwah yang dilakukan yaitu mengadakan

pengajian secara besar, seperti pengajian aqiqohan, majelis yasinan, mauludan,

dan menggunakan cerita-cerita dari para kyai di wilayah tempat pengajian

berlangsung. Pengajian yang berlangsung dengan menggunakan metode budaya

tanpa meninggalkan syariat yang berlaku di agama Islam.

Hal ini merupakan sesuatu yang menarik, begitu banyak gerakan Islam yang

modern, Jamuro Surakarta tidak meninggalkan cara-cara dakwah tradisional.

Mengumpulkan massa untuk mengikuti pengajian dengan pemflet-pamflet dan

broadcast sms kepada jamaah. Jamaah yang hadir disetiap acara jamuro tidak

(5)

kyai ataupun ustadz yang mengisi diacara tersebut. Selain Jamuro, terdapat

majelis sejenis yang ada di Solobaru, yakni Majelis Al Hidayah. Majelis ini

mempunyai visi dan misi yang sama yaitu mengajarkan ajaran Islam,

mempertahankan budaya yang tidak bertentangan dengan syariat islam dan

mempertahankan budaya wali sembilan.

Fenomena ini dapat dikatakan unik, karena pada dasarnya mempertahankan

metode dakwah kontemporer disaat gencarnya metode dakwah baru yang

berkembang seperti dakwah melalui sosial media, maupun film. Jamuro berdiri

dengan mempertahankan budaya-budaya daerah yang tidak bertentangan dengan

syariat Islam. Tentu saja dengan kehadiran Jamuro Surakarta, memberi pengajaran

tentang Islam dan mempertahankan budaya yang tidak bertentangan dengan

syariat Islam pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimana strategi komunikasi dakwah Islam Jamaah Muji

Rosul Surakarta dalam mempertahankan metode dakwah Islam Tradisional?”

C. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitiannya adalah

untuk mengetahui strategi komunikasi dakwah Jamaah Muji Rosul Surakarta

dalam mempertahankan metode dakwah Islam tradisional.

(6)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat

dalam dakwah Islam, serta menjelaskan bagaimana strategi dakwah Islam itu

disampaikan melalui cara-cara budaya setempat. Masih mempertahankan

strategi-strategi lama dalam berdakwah. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan

masukan kepada majelis Jamuro Surakarta dalam melakukan dakwah Islam.

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kajian Ilmu Komunikasi,

khususnya mengenai komunikasi dakwah, dan memberikan pemahaman lebih

lanjut tentang komunikasi dakwah. Selain itu diharapkan dapat melengkapi

penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis dan jika memungkinkan dapat

menjadi referpenensi baru untuk penelitian sejenis di waktu yang akan datang.

E. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi

Komunikasi menurut Carl I. Hovland (dalam Efendi, 2001:10) merupakan

cara yang berurutan dalam merumuskan sebuah penyampaian informasi serta

membentuk sikapdan sebuah pendapat. Dari definisi yang dikemukakan oleh

Hovland, proses yang dilakukan seseorang (komunikator) dalam menyampaikan

sebuah informasi kepada orang lain (komunikan) untuk mengubah perilaku

komunikan atau pendapat.

Pendapat lain tentang definisi komunikasi menurut Harold Laswell dalam

karyanya, The Structure and function of Communicationin Society (dalam Efendi,

2001:10), Lasweel mengemukakan bahwa cara yang baik dalam menjabarkan

(7)

Channel To Whom With What Effect atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran

Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?

Dari definisi Laswell tersebut komunikasi dapat diambil lima unsur

pembentuknya yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek.

Komunikator merupakan sumber informasi yang berinisiatif dalam komunikasi.

Tujuan-tujuan yang dilakukan komunikator tergantung benak komunikator,

seperti untuk mengubah perilaku orang lain atau pendapat orang lain.

Pesan yaitu segala sesuatu yang dikomunikasikan oleh komunikator berupa

simbol verbal maupun non verbal untuk mewakili gagasan atau pemikiran dari

komunikator tersebut. Pesan itu sendiri mempunyai tiga unsur yakni makna,

simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk pesan itu sendiri.

Media adalah alat yang dipakai oleh komunikator untuk menyampaikan

pesan dan diterima oleh komunikan. Media ini tergantung pesan yang akan

disampaikan oleh komunikator, bisa berupa media verbal ataupun nonverbal.

Komunikan merupakan unsur dari komunikasi dalam menerima pesan dari

komunikator. Komunikate memahami pesan berdasarkan pemahaman masa lalu

dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Efek adalah terjadi dibenak komunikate setelah ia menerima pesan yang

disampaikan oleh komunikator. Efek ini berupa persetujuan, ketidak setujuan,

perubahan keyakinan, dan perubahan sikap. Tujuan dakwah dapat berupa untuk

diri sendir dan kehidupan sosial. Kehidupan sendiri dengan menjadi taat

beribadah, meningkatkan kualitas ibadah, dan menjadi pribadi yang lebih baik.

(8)

sosial kemasyarakatan, menjadi bahan panutan oleh masyarakat dan tempat

silaturahmi masyarakat.

Dapat disimpulkan komunikasi merupakan pesan yang disampaikan oleh

komunikator sebagai sumber kepada komunikan (penerima) melalui media-media

tertentu baik secara verbal maupun non verbal dengan maksud ada efek dari yang

dihasilkan tersebut.

Dalam penelitian ini, teknik komunikasi yang digunakan yaitu teknik

komunikasi persuasi. Menurut Carl I Hovland (dalam Sunarjo dan Djoenaesih,

1983:30) persuasi adalah efek umum dari komunikasi persuasi terletak pada

dorongan agar individu berpikir dalam dua segi yaitu pendapatnya sendiri dan

pendapat baru yang diajukan oleh orang lain.

Pada umumnya, komunikasi itu sendiri sudah mencakup dari kegiatan

persuasi, seperti pendapat Erwin P. Betting House (dalam Widjaja, 1993:66)

keadaan komunikasi harus mencakup upaya seseorang yang dengan sadar

mengubah tingkah laku orang lain atau sekelompok orang lain melalui

penyampaian beberapa pesan. Tujuan pokok dari persuasi merupakan

mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang, kelompok untuk

kemudian melakukan tindakan/ perbuatan sebagaimana yang dikehendaki

(Widjaja, 1993:68).

Terdapat beberapa teknik komunikasi persuasi (Sunarjo dan Djoenaesih,

1983:36) diantaranya

(9)

Teknik ini dimana komunikan yang demikian biasanya akan lebih

cepat menerimakomunikasi (persuasi) yang seolah-olah membenarkan

perilakunya meskipun dirinya tidak membenarkan.

b. Teknik Pay Off Idea dan Fear Arousing

Pay Off Ideaadalah usaha persuasi terhadap seseorang atau orang

banyak dengan memberikan reward. Sebaliknya Fear Arousing adalah

memberikan ketaktan kepada komunikan.

c. Empathy

Teknik empathy ialah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri

pada situasi orang lain.

d. Packing

Istilah teknik persuasi packing merupakan pembungkusan persuasi

secara menarik, sehingga komunikan menerima pesan yang disampaikan

oleh komunikator.

e. Red Herring

Dalam komunikasi persuasi red herring dipakai sebagai teknik

mengelakkan argumentasi dari bagian-bagian yang lemah kemudian

dialihkan sedikit demi sedikit kepada bagian-bagian yang dikuasi oleh

komunikator.

f. Teknik Asosiasi

Komunikasi persuasi yang menggunakan teknik asosiasi yaitu

penyampaian sesuatu gagasan dengan jalan menempelkan atau

(10)

3. Komunikasi Dakwah

Komunikasi menurut Carl I. Hovland ( dalam Efendi, 2001:10)

“Komunikasi merupakan cara yang berurutan dalam merumuskan sebuah

penyampaian informasi serta membentuk sikapdan sebuah pendapat. Dari definisi

yang dikemukakan oleh Hovland, proses yang dilakukan seseorang (komunikator)

dalam menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain (komunikan) untuk

mengubah perilaku komunikan atau pendapat.

Dakwah secara arti bahasa (Saputra, 2011:1) yaitu panggilan, seruan

ataupun ajakan, bentuk pengucapan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar,

sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) nya bearti memanggil, menyeru atau mengajak

(Da’a, Yad’u, Da’watan).

Beberapa definisi dakwah menurut ahlinya (Saputra, 2011:1-2):

a. Muhammad Natsir, dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi

tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf nahi mungkar.

b. Prof. Dr. Hamka dakwah yaituseruan panggilan untuk menganut suatu

pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi

terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf dan nahi

mungkar.

c. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru

kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardhu yang

diwajibkan kepada setiap Muslim.

Dari definisi-definisi yang dijelaskan oleh para ahli, dapatlah di tarik

(11)

membimbing kepada jalan yang lurus, mengajarkan untuk amar makruf dan nahi

munkar, demi kemaslahatan dunia dan akhirat.

Dari definisi komunikasi dan dakwah, tersebut maka istilah komunikasi

dakwah merupakan ajakan yang dilakukan oleh komunikator dakwah dalam hal

ini da’i, untuk mengajak komunikan dakwah dalam hal ini jamaahnya, dengan

cara komunikasi verbal maupun non verbal, bertujuan kebaikan dunia dan akhirat

(Ma’arif, 2010:34).

Pendekatan penyebaran Islam (Ma’arif, 2010:66) ada dua jenis, yaitu

pendekatan komunikasi dakwah secara purifikasi dan tradisionalis. Pendekatan

komunikasi dakwah secara purifikasi, mereka yang melakukan kegiatan dakwah

dengan upaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari takhayul, bid’ah dan,

khurafat. Sedangkan pendekatan komunikasi dakwah secara tradisionalis,

memandang apa yang dilakukan oleh wali sembilan merupakan langkah yang

tepat dalam upaya mendekati masyarakat yang sudah memiliki kebudayaan dan

kepercayaan, memasukkan nilai-nilai Islam kedalam kebudayaan, sehingga

masyarakat dapat menerima.

Dari pendekatan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan

komunikasi dakwah secara tradisionalis, karena masih Jamuro Surakarta dalam

dakwahnya masih menggunakan metode dan strategi dakwah lama yang

digunakan Sembilan Wali dahulu.

4. Strategi Komunikasi Dakwah

Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan

(12)

Tujuan strategi komunikasi yang dikemukakan oleh R. Wayne Pace, Brant D.

Peterson, dan M. Dallas Burnett (Efendi, 1995:32) menyatakan to secure

understanding, to establish acceptance, and to motivate action (dapat mengerti

pesan, penerima harus dibina, dan kegiatan memotivasi).

Dari uraian diatas, bearti strategi komunikasi dakwah Islam merupakan

kegiatan perencanaan yang disusun dengan menyusun manajemen dakwah untuk

mencapai tujuan-tujuan dakwah yang diinginkan. Tujuan strategi komunikasi

dakwah komunikan dapat mengerti pesan apa yang telah disampaiakan oleh

ustadz/kyai/penceramah, kemudian dapat dibina, dan memotivasi umat sebagai

komunikan dalam beribadah kepada Allah Swt.

Beberapa faktor yang medukung keberhasilan strategi komunikasi (Efendi,

1995:35) adalah

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Dalam perencanaan strategi komunikasi, perlu adanya penentuan khalayak

yang ingin dituju, sehingga tujuan yang ingin disampaikan tepat sasaran.

1. Faktor kerangka referensi

Kerangka referensi komunikan seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai

hasil dari gabungan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status

sosial ideologi dan faktor yang ada didalam diri komunikan itu sendiri

2. Faktor situasi dan kondisi

Faktor situasi saat komunikan menerima pesan yang disampaikan oleh

komunikator, ini juga berpengaruh penerimaan pesan. Faktor kondisi saat

(13)

b. Pemilihan Media Komunikasi

Dalam mencapai sasaran khalayak yang dicapai, dalam pemilihan media

juga menentukan tujuan komunikasi yang ingin disampaikan.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang, isi pesan hanya satu

akan tetapi lambang atau simbol yang digunakan banyak.

d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Faktor komunikator yang dapat mempengaruhi strategi komunikasi adalah

daya tarik dari komunikator itu sendiri dalam menyampaikan pesan komunikasi

dan kredibilitas komunikator.

5. Kerangka Pemikiran

Secara skematis, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

Komunikasi Dakwah Jamuro Surakarta

Metode Dakwah Islam Tradisional

Strategi Komunikasi Dakwah Islam Jamuro Surakarta

Mengenali Sasaran

(14)

F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di markas besar Jamuro Surakarta

terletak di Tegalsari, Surakarta dan kediaman kyai-kyai/ustadz-ustadz Jamuro.

JAMURO Surakarta merupakan salah satu penggiat dakwah tradisional yang

masih menerapkan strategi dakwah konvensional.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam riset ini yaitu deskriptif karena penelitian

menggambarkan peristiwa/kenyataan yang terjadi. Jenis deskriptif merupakan

penelitian dilakukan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2010:69).

Metode risetnya adalah kualitatif. Penelitian dengan menggunakan kualitatif

bertujuan untuk meneliti fenomena dengan sedalam-sedalamnya. Dalam

pandangan penelitian kualitatif, fenomena bersifat menyeluruh dan tidak dapat

dipisah-pisahkan, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya

berdasarkan variabel penelitian, tetapi berdasarkan keseluruhan situasi sosial yang

diteliti (Sugiyono, 2006:207).

Menurut Bogdan dan Taylor, riset kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku orang-orang yang diamati (Moleong, 2011:4)

Oleh karena itu, peneliti hanya ingin memaparkan pengamatan mengenai

strategi komunikasi dakwah JAMURO Surakarta, secara situasi lapangan dan

(15)

ini, dampak komunikasi pada sasaran komunikasi (jamaah/komunikan) dijelaskan

oleh penulis dengan memaparkan kondisi nyata yang dialami oleh jamaah. Di

lihat dari pemahaman tentang dakwah Islam, sikap komunikan setelah mengikuti

Jamuro, dan partisipasi jamaah mengikuti majelis dzikir dan sholawat yang

dilakukan Jamuro. Dampak komunikasi pada Jamaah majelis dzikir dan sholawat

yang dilakukan Jamuro, dalam penelitian ini tidak diberlakukan sebagai variabel

dependen dari strategi komunikasi. Penggalian dampak dari komunikasi ini hanya

semata-mata untuk menggali informasi dan upaya konfirmasi dari penulis secara

faktual terhadap majelis dzikir dan sholawat Jamuro Surakarta. Penelitian

dilakukan secara mendalam dan secara terperinci. Peneliti tidak menjelaskan

hubungan maupun tidak menguji hipotesis. Pada akhirnya laporan berupa

kata-kata, sesuai riset lapangan.

3. Sumber data

1) Data Primer

Data primer merupakan hasil dari catatan dilapangan berupa fakta dan

keterangan yang diambil secara langsung dari narasumber dalam hal ini sumber

data, sehingga peneliti diharapkan dapat mengambil hasil dari penelitian dari

objek penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertma

atau tangan pertama di lapangan, sumber data ini dapat dari responden atau subjek

penelitian, wawancara atau observasi lapangan (Kriyantono, 2006:43). Data ini di

ambil dari informan yang mempunyai hubungan dengan kegiatan dakwah Jamuro.

Dalam penelitian ini peneliti langsung mencari informasi dengan KH. Abdul

(16)

Shafawi sebagai penasehat JAMURO Surakarta, dan Ustadz Idris mewakili

kepengurusan JAMURO Surakarta. Dan dalam penggalian informasi dampak

komunikasi dari jamaah adalah Munawaroh, Budi dan Dawud mewakili Jamaah

majelis dzikir dan sholawat oleh Jamuro dari Surakarta.

2) Data sekunder

Data Sekunder merupakan keterangan-keterangan atau

pengetahuan-pengetahuan dri studi kepustakaan untuk melengkapi data primer sebagai

penunjang data yang dibutuhkan. Dokumen-dokumen, liputan-liputan media, atau

catatan-catan lain dalam mempetunjang dan melengkapi data primer untuk

mempertajam data primer mengenai dakwah JAMURO Surakarta. Sumber data

sekunder meliputi:

a) Buku yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan JAMURO Surakarta

c) Catatan-catatn, liputan media yng berkaitan dengan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data ditempuh

melalui tiga cara yakni

1) Observasi Partisipatif

Observasi partisipatif peneliti terlibat dengan kegiatan yang sedang diamati

atau digunakan sebagai sumber data penelitian, penliti ikut serta dalam apa yang

dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya, dengan

(17)

lengkap dan sampai mengetahui tingkat makna dari perilaku yang nampak

(Sugiyono, 2007:64).

Observasi partisipasif digolongkan menjadi empat (Sugiyono, 2007:65)

yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif dan partisipasi

lengkap. Peneliti menggunakan partisipasi moderat, dalam observasi ini terdapat

keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar, peneliti

dalam melakukan observasi partisipasi dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak

semua.

Melihat beberapa penjelasan diatas, peneliti menggunakan obsevasi

moderat, karena dalam melakukan pengamatan, peneliti mengamati beberapa

kegiatan dakwah JAMURO Surakarta. Melakukan pengamatan dan pencatatan

aktifitas-aktifitas dakwah yang dilakukan oleh JAMURO Surakarta. Mengamati

bentuk-bentuk strategi dakwah yang terdapat di lapangan, dilihat dari

kegiatan-kegiatan dakwah secara langsung.

2) Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2006:231).

Menurut Estenberg (dalam Sugiyono, 2007:73) macam-macam wawancara

adalah wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak

terstruktur.

Dalam wawancara ini peneliti menggunakan model wawancara yang

(18)

tanyakan oleh narasumber, dan ketika pertanyaan yang ingin ditanyakan kurang,

maka dapat ditanyakan untuk mempertajam data yang diperlukan.

Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan KH. Abdul Karim

Ahmad Al Hafidz sebagai pengasuh JAMURO Surakarta, Ustad Ibrahim Shafawi

sebagai ketua JAMURO Surakarta, serta Ustadz Idris mewakili kepengurusan

dalam JAMURO Surakarta. Peneliti memilih narasumber-narasumber tersebut

dikarena berkaitan langsung dengan dakwah yang dilakukan oleh JAMURO

Surakarta, sehingga diharapkan data-data yang dipaparkan oleh narasumber dapat

memenuhi data dalam penelitian ini.

Dalam mengkaji dampak komunikasi terhadap komunikan, peneliti memilih

informan dari Jamaah majelis dzikir dan sholawat Jamuro tiga orang yaitu Qolis

dan Dawud, dapat dilihat mengetahui majelis dzikir dan sholawat Jamuro dan

keterikutan informan setiap kegiatan dakwah Islam oleh majelis dzikir dan

sholawat Jamuro.

3) Data Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berupa

tulisan gambaratau karya-karya dari seseorang untuk memperkuat riset (Sugiyono,

2006:240). Dokumentasi dapat dilakukan dengan mengambil data penunjang

berupa arsip, dokumen,literatur, artikel, dan liputan di media berkaitan dengan

masalah penelitian.

5. Teknik Penentuan Informan

Pada penelitian ini menggunakan teknik penentuan informan berupa

(19)

mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang

dibuat periset berdasarkan tujuan riset. Dengan menggunakan purposive sampling

ini, peneliti memilih narasumber yang dapat dipercaya dalam pencarian infromasi

yang dibutuhkan dalam pemenuhan data. Beberapa narasumber dari JAMURO

Surakarta yaitu KH. Abdul Karim Ahmad Al Hafidz sebagai pengasuh JAMURO

Surakarta, Ustad Ibrahim Shafawi sebagai ketua JAMURO Surakarta, dan Ustadz

Idris sebagai mewakili kepengurusan JAMURO Surkarta. dengan kapabilitas

narasumber tersebut, dapat menggali informasi berkaitan dengan penelitian

dakwah JAMURO Surkarta, karena mengetahui secara jelas tentang obyek

penelitian.

6. Teknik Validitas Data

Data yang sudah dikumpulkan dan dicatat selama kegiatan penelitian, harus

di usahakan kevalidan atau kebenaran data tersebut dengan menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2011:330). Dalam triangulasi ini

untuk keperluan pengecekan data atau pembanding terhadap data yang sudah

dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian.

Menurut Denzin (dalam Moleong, 2011:330) triangulasi dibedakan menjadi

empat kategori yaitu teknik triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, dengan membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong,

(20)

Cara dalam triangulasi sumber ini dengan mengecek sumber data penelitian,

tidak untuk dirata-rata akntetapi data yang dari sumber data di deskripsikan, di

kategorikan, mana sudut pandang yang sama dari sumber data, mana sudut

pandang yang beda dari sumber data, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber

data penelitian tersebut. Data yang sudah terkumpul dari sumber data, kemudian

dianalisis oleh peneliti untuk ditarik sebuah kesimpulan kemudian ditarik

kesepatan dengan sumber data.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peniliti yaitu dengan

menggunakan Miles and Huberman. Dalam teknik ini aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2007:91). Aktivitas analisis data ini

dengan data reduction, data display, and conclusion drawing/verification

(Sugiyono, 2007:91).

1) Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data bearti merangkum, memilih, hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang dicari tema dan polanya,

dengan demikian data yang di reduksi oleh peneliti akan

memberikan gambaran yang jelas, dan akan memudahkan peneliti

jika memerlukan pengumpulan data lagi.

2) Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dapat dilakukan dengan cara uraian

(21)

3) Conclusion Drawing/Verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak,

karena rumusan masalah masih bersifat sementara, dan akn

berkembang sesuai keadaan di lapangan.

Sebelumnya terdapat pengumpulan data dilakukan dengan mewancarai

narasumber dalam hal ini sampel yang diambil yakni KH. Abdul Karim Ahmad

Al Hafidz sebagai pengasuh JAMURO Surakarta, Ustad Ibrahim Shafawi sebagai

ketua JAMURO Surakarta, Ustadz Idris sebagai pengurus JAMURO Surakarta.

Munawaroh, Budi dan Dawud dalam keterwakilan Jamaah majelis dzikir dan

sholawat Jamuro. Kegiatan analisis data pertama yaitu mereduksi data, dengan

merangkum memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya, sehingga data yang direduksi dapat ditarik kesimpulan.

Kedua, penyajian data disusun secara jelas sehingga peneliti dapat memberikan

gambaran dalam penyajian data tersebut. Dan tahap akhir yaitu penarikan

kesimpulan, setelah proses pengumpulan data berakhir dan penyajian data

keseluruhan.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pertama yang relevan yakni dengan judul Dakwah

Melalui Musik Metal (Studi Analisis Etnografi Komunikasi Dakwah Band

Purgatory). Penelitian tersebut disusun oleh Bangun Wahyu Utama, tahun 2014.

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika

(22)

Penelitian ini menjelaskan tentang berbagai macam bentuk metode dakwah

yang berkembang saat ini. Dalam penelitian ini menjelaskan metode dakwah yang

berkembang yakni menggunakan pendekatan musik metal dalam

perkembangannya. Tidak banyak pendekatan dakwah menggunakan musik metal

di negeri ini, karena identik dengan aliran musik keras.

Secara umum penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana metode dakwah

yang dilakukan oleh Band Purgatory mempunyai ciri musik metal. Karena

bagaimanapun menarik untuk dikaji, karena menggabungkan konsep budaya

populer musik metal dengan dakwah Islam menjadi bentuk yang diminati pecinta

musik metal dan diharapkan membawa dampak positif kepada peminat musik

metal pada umumnya.

Dalam penelitian tersebut metodologi yang digunakan adalah etnografi

komunikasi dengan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipan,

wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Sedangkan pemilihan sampel

menggunakan purposive sampling.

Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan

teknik analisis data etnografi komunikasi yang dikemukakan oleh Creswell.

Teknik ini terdiri dari tiga komponen yaitu deskripsi, analisis, dan interprestasi.

Sedangkan dalam melakukan teknik validitas data, peneliti menggunakan

trianggulasi data sumber.

Hasil penelitian ini adalah proses komunikasi dakwah yang dilakukan oleh

kelompok musik Purgatory dengan menggunakan musik metal adalah hal yang

(23)

filosofi keislaman dan ajaran agama Islam.melihat konteks sosio-kultural Jakarta

dengan karakteristiknya, maka dakwah yang dilakukan oleh Purgatory

berhubungan dengan kondisi sekitar mereka.

Penelitian lain dilakukan oleh Dwi Yuliarsihdari IAIN Surakarta dalam

skripsinya yang berjudul “Dakwah Komunitas Dzikrul Ghofilin Kecamatan Jaten

Karanganyar”(2011). Dalam penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis

tentang pola-pola dakwah dan implikasi dzikir pada komunitas Dzikrul Ghofilin

pada Kecamatan Jaten, Karanganyar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, hasil dari penelitian

ini adalah pola-pola dakwahdan implikasi dzikir dimana pola-pola tersebut terdiri

dari dzikir dengan cara istighosah, tahlilan, maulid berjanji, dan tausiyah. Dengan

demikian, mempertahankan pola-pola dakwah yang dilakukan oleh pendakwah

Referensi

Dokumen terkait

Alih teknologi pada PHDN berlangsung lebih cepat daripada PMA.. iv Proses Indonesianisasi saham PMA juga berjalan sangat lambat sekali. Rendahnya hasil yang dicapai

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi

Meskipun ada banyak faktor dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, dalam hal ini tidak di pungkiri bahwa strategi harga, diferensiasi produk, kualitas produk dan lokasi

Dalam hal musyawarah tidak mencapai kesepakatan, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam kontrak jasa konstruksi

Berdasarkan perhitungan harga jual yang sudah dilakukan, menjelaskan bahwa harga jual yang ditetapkan perusahaan dianggap sebagai perhitungan harga jual yang salah

12 Pengaruh agama terhadap kesehatan mental B_312 13 Implementasi Psikologi Agama dalam Pendidikan Agama Islam B_313 G.

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang mendidik siswa agar menjadi individu atau warga negara yang baik berkarater dan nasionalisme sesuai

Analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pola asuh