perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
QUALITY CONTROL (QC)
PENGENDALIAN MUTU DI USAHA KECIL MENENGAH
”KACANG SANGAN BU YATI”
Dk. Kampung Baru Rt. 02 / Rw. 06, Ds. Godog,
Kec. Polokarto, Kab. Sukoharjo.
Oleh :
HANNY SRI WULANDARI
H 3108088
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
TUGAS AKHIR
QUALITY CONTROL (QC)
PENGENDALIAN MUTU DI USAHA KECIL MENENGAH
”KACANG SANGAN BU YATI”
Dk. Kampung Baru Rt. 02 / Rw. 06, Ds. Godog,
Kec. Polokarto, Kab. Sukoharjo.
Oleh :
HANNY SRI WULANDARI
H3108088
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Ditulis Dan Diajukan Sebagai Syarat Pelaksanaan Tugas Akhir,
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dan Sebagai Sarana Mahasiswa untuk
Menerapkan Disiplin Ilmu Di Bidang Teknologi Hasil Pertanian.
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
1. Ibu Bapak yang tidak henti – hentinya
mencurahkan kasih sayang dan senantiasa
memanjatkan untaian doa untukku.
2. Kakakku Mas Eko dan Mas Budi, untuk
kalian aku berjuang menjadi adik yang baik
dan menjadi kebanggaan.
3. My lovely “Embil” dan “Cimplon” yang
selalu memberikan kehangatan dan
semangat baru untukku. Luv u..,
4. Lia Umi Khasanah S.T. MT dan Ir. Windi
Atmaka, M.P selaku dosen pembimbing
yang telah membimbingku dengan ikhlas
dan sabar.
5. Teman seperjuanganku Dwi Wahyuni, Dwi
Trisya Restyawati, dan Ganis Pawarti terima
kasih untuk kebersamaannya selama ini.
6. Teman – teman Diploma III Teknologi hasil
Pertanian angkatan 2008.
7. Saudari – saudariku di wisma Nurul
Handayani, kini aku mengerti arti berbagi
dan menyayangi dengan ikhlas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya
menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
(Nasrul Kurniawan)
“Man shabara zhafira”
(siapa yang bersabar akan beruntung)
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam (keadaan) merugi, kecuali orang –
orang yang beriman dan beramal saleh dan saling nasihat menasihati (dengan)
kebenaran dan kesabaran
(QS. Al – ‘Ashr 103 : 1 – 3)
“Man sara ala darbi washala”
(siapa yang berjalan di jalur – Nya akan sampai)
Para malaikat membentangkan sayapnya untuk pencari ilmu karena ridha dengan
apa yang mereka cari
(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadhirat Allah SWT segala limpahan
rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir Quality Control (QC) yang berjudul Pengendalian Mutu Di Usaha Kecil
Menengah ”Kacang Sangan Bu Yati” dengan baik sesuai dengan batas waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Dalam pelaksanaan pengamatan dan penulisan laporan hasil penelitian,
penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelasaikan Tugas Akhir ini.
2. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T. selaku Ketua Program Studi D III Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Lia Umi Khasanah S.T. M.T dan Ir. Windi Atmaka, M.P selaku Dosen
Pembimbing dan penguji Tugas Akhir atas bantuan dan pengarahannya selama
penyusunan laporan ini.
5. Ibu Suyati selaku pemilik UKM “Kacang Sangan Bu Yati” atas kerjasama dan
bantuannya selama penelitian Tugas Akhir.
6. Ibu dan Bapak tersayang terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
7. Kakakku tercinta Mas Eko dan Mas Budi yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi.
8. My lovely “Embil” dan “Cimplon” keberadaan kalian memberikan warna
tersendiri.
9. Teman – teman seperjuanganku Dwi Wahyuni, Dwi Trisya Restyawati, dan
Ganis Pawarti terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.
10.Teman- teman Diploma III Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2008, ada
banyak kisah dibalik kebersamaan kita selama 3 tahun.
11.Saudari – saudariku tercinta di Wisma Nurul Handayani (Yunani, mbak Maya,
mbk Rahma, mbak Dije, mbak Vivi, mbak Woro, mbak Lica, mbak Kiki,
Risa, Nike).
12.Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan Tugas Akhir ini, terimakasih atas semangat, saran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik
dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.
Akhir kata penulis penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis pribadi dan pihak lain pada umumnya, selain itu juga
dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan ... 3
BAB II : LANDASAN TEORI ... 4
A. Kacang Tanah ... 4
B. Proses Produksi Kacang Sangrai ... 8
1. Proses Pencucian ... 8
2. Proses Pengeringan ... 9
3. Proses Sortasi... 10
4. Proses Penyangraian ... 10
5. Proses Pengemasan ... 11
C. Pengendalian Mutu ... 11
D. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) ... 14
BAB III : METODOLOGI PELAKSANAAN ... 17
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 17
B. Metode Pengambilan Data ... 17
C. Metode Analisis ... 17
D. Diagram Penerapan HACCP ... 18
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN... 20
A. Profil Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 20
B. Pengendalian Mutu Kacang Sangrai ... 20
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku ... 20
2. Pengendalian Mutu Proses Produksi ... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Hazard Anaysis Critical Control Point (HACCP) Proses
Pembuatan Kacang Sangrai ... 34
1. Deskripsi Produk ... 35
2. Penyusunan Diagram Alir ... 35
3. Analisis Bahaya ... 36
4. Penentuan (Critical Control Point) CCP ... 42
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 52
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Kacang Tanah Polong (Gelondong) (SNI nomor 01 – 3921 – 1995) ... 5
Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi pada Kacang Sangan ... 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Lain, dari Setiap 100 Gram Bahan ... 6
Tabel 3.1. Metode Analisis Uji Persyaratan Mutu Kacang Sangrai ... 17
Tabel 4.1. Harga Kacang Sangrai ... 20
Tabel 4.2. Hasil Analisa Kacang Sangrai ... 34
Tabel 4.3. Analisis Bahaya Bahan Baku ... 38
Tabel 4.4. Analisis Bahaya Proses Produksi ... 39
Tabel 4.5. Penetapan Penentuan CCP Bahan Baku ... 42
Tabel 4.6. Penetapan Penentuan CCP Tahap Proses Produksi ... 43
Tabel 4.7. Rencana HACCP Proses Pembuatan Kacang Sangrai ... 44
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kacang Tanah ... 5
Gambar 2.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Kacang Sangrai ... 8
Gambar 2.3. Langkah-langkah Pembuatan Quality Assurance System ... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Gambar 3.2. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku ... 18
Gambar 3.3. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses ... 19
Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Kacang Sangrai ... 23
Gambar 4.2. Proses Pencucian ... 24
Gambar 4.3. Proses Pensortiran ... 25
Gambar 4.4. Proses Penyangraian ... 26
Gambar 4.5. Proses Pengemasan ... 27
Gambar 4.6. Macam Ukuran Kemasan Kacang Sangrai ... 27
Gambar 4.7. Mekanisme Reaksi Oksidasi FFA ... 32
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Metode Analisis Kadar Air ... 53
Lampiran 2. Metode Analisis Protein ... 55
Lampiran 3. Metode Analisis Lemak ... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Lampiran 5. Metode Analisis Persentase Benda Asing ... 62
Lampiran 6. Metode Analisis Persentase Polong Pecah ... 64
Lampiran 7. Metode Analisis Persentase Polong Keriput ... 66
( QUALITY CONTROL KACANG SANGRAI ) DI UKM KACANG SANGAN BU YATI
SUKOHARJO, JAWA TENGAH
HANNY SRI WULANDARI1 H3108088
Lia Umi Khasanah, S.T. M.T 2 dan Ir. Windi Atmaka, M.P 3
ABSTRAK
Kacang sangrai adalah jenis olahan kacang yang dilakukan dengan cara mengolah kacang tanah dengan cara pemanasan dengan bantuan pasir. Tulisan ini mengulas proses pembuatan kacang sangrai, karakteristik fisikokimia, manajemen mutu bahan baku, proses produksi, dan produk jadi dari kacang sangrai, dan konsep pengendalian mutu dan konsep HACCP kacang sangrai. Tahapan proses pembuatan kacang sangrai diantaranya proses pencucian, proses penyortiran, proses penjemuran, proses penyangraian, dan proses pengemasan. Karakteristik fisikokimia yang diamati pada penelitian ini adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar asam lemak bebas, benda asing, kacang keriput, polong pecah, randemen bahan baku, dan randemen produk jadi. Kadar air kacang sangrai adalah 2,334%. Kadar protein total sebesar 23,9803%. Kadar lemak sebesar 42,2306%. Kadar asam lemak bebas sebesar 1,1708%. Persentase benda asing yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 0,26%. Persentase polong keriput yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 3,56%. Persentase polong pecah yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 4,46%. Randemen produk jadi yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 89,405% dan randemen bahan baku adalah 83,5%. Dari hasil penelitian yang melebihi parameter yang ditentukan adalah kadar asam lemak bebas, benda asing, dan polong pecah. Ada dua tahapan proses pembuatan kacang sangrai yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penyortiran dan penyangraian. Hal ini dikarenakan bahaya yang terdapat pada kedua proses tersebut tidak dapat dikendalikan pada tahap berikutnya.
Kata Kunci : Kacang Sangrai, Proses Pembuatan Kacang Sangrai.
Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nama Hanny Sri Wulandari NIM H3108088
( QUALITY CONTROL OF BEAN SANGRAI ) IN UKM KACANG SANGAN BU YATI
SUKOHARJO, CENTRAL JAVA
HANNY SRI WULANDARI1 H3108088
Lia Umi Khasanah, S.T. M.T 2 dan Ir. Windi Atmaka, M.P 3
ABSTRACT
Penut Sangrai is type of process cooking bean done by cooking peanut by warm-up constructively sand. This article comment the process of bean sangrai, characteristic fisikokimia, management quality of raw material, production process, and product become from bean sangrai, and concept of quality control and concept of HACCP of bean sangrai. Step of is process of bean sangrai among others process the wash, process the sorting, process the drier, process the frying without oil (penyangraian), and process the packaging. Characteristic Fisikokimia perceived at this research is rate irrigate the, protein rate, fat rate, acid contents free fat, foreign object, bean dwindle, bean break, randemen raw material, and randemen product become the. Rate irrigate the bean sangrai is 2,334%. Total Protein rate equal to 23,9803%. Fat rate of equal to 42,2306%. Acid contents free fat equal to 1,1708%. Foreign object percentage found on crucible bean product is 0,26%. Percentage of bean dwindle of found on crucible bean product is 3,56%. Percentage bean break found on crucible bean product is 4,46%. Randemen product become found on crucible bean product is 89,405% and randemen of raw material is 83,5%. From research result exceeding parameter determined by acid contents free fat, foreign object, and polong break. There is two step of is process of bean sangrai which is considered to be by CCP that is process of sorting and frying without oil (penyangraian). This matter because of danger of found on both the process uncontrolable at next phase.
Keywords: Bean Sangrai, Process Of Bean Sangrai.
Description:
1. Student Programs / D-III Study Program of Agricultural Technology Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Hanny Sri Wulandari Name NIM H3108088 2. Lecturer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pertanian di Indonesia identik dengan tanaman padi atau palawija.
Pengertian ini kurang tepat karena arti pertanian yang sebenarnya mencakup
semua jenis tanaman. Pertanian (agriculture) didefinisikan sebagai usaha
manusia untuk dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan manusia. Berdasarkan pengertian dari pertanian di atas, campur
tangan manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengolahan
bahan. Tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih bermanfaat
dan melimpah dibandingkan jika hasil pertanian dibiarkan begitu saja. Seperti
halnya kacang tanah, tidak hanya dijual sebagai kacang rebus saja tapi dapat
diolah menjadi produk lain yang mempunyai nilai guna lebih tinggi untuk
kesehatan. Kacang tanah telah dibudidayakan di Indonesia sejak awal abad ke-
17, kemungkinan masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Portugis atau orang
Cina. Tanaman kacang tanah termasuk jenis tanaman yang relatif mudah dalam
penanaman dan tidak terlalu banyak mendapat gangguan hama dan penyakit.
Sehingga kacang tanah cepat menyebar keseluruh wilayah Indonesia.
Menurut Sumarno (1987), pemanfaatan kacang tanah dalam kehidupan
sehari - hari sangatlah beragam. Diantaranya direbus, digoreng, digunakan
untuk campuran roti atau kue, untuk campuran bumbu, saus dan sambal, selai,
kembang gula, campuran es krim, diambil minyaknya dan bungkil dari kacang
untuk tempe oncom atau makanan ternak. Selain biji yang digunakan, batang
dan daunnya yang masih hijau biasanya dimanfaatkan untuk makanan ternak.
Kulit kacang banyak digunakan untuk bahan bakar. Jumlah peminat kacang
tanah di Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu permintaan terhadap kacang
tanah di Indonesia semakin meningkat. Menurut data statistik tahun 2006 –
2009 produktivitas kacang tanah terus meningkat, tetapi pada tahun 2010
produktivitas kacang tanah menurun tipis yaitu pada tahun 2009 produktivitas
kacang tanah Indonesia adalah 12,49 kuintal/ha sedangkan pada tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tanah di tingkat petani ditentukan oleh mekanisme pasar, Dengan demikian,
peningkatan luas areal kacang tanah merupakan respon terhadap harga jual
kacang tanah yang cenderung meningkat sebagai akibat ketidakseimbangan
antara penawaran dan permintaan kacang tanah domestik. Pengolahan kacang
sangrai pada umumnya dilakukan tanpa penambahan rasa atau rasa alami.
Kacang sangrai tanpa penambahan rasa banyak ditemukan pada industri rumah
tangga. Sedangkan pada industri besar pengolahan kacang sangrai dilakukan
dengan penambahan rasa, seperti rasa asin.
Industri kacang sangrai saat ini belum terlalu mendapat perhatian,
sehingga dalam penanganannya pun belum tertata dengan baik. Industri kecil di
bidang pangan sangat membutuhkan binaan agar produk pangan yang
dihasilkan baik dan aman bagi konsumennya karena telah memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan. Pangan yang aman, dan bermutu harus
tersedia bagi semua lapisan masyarakat Indonesia. Jika dipilih secara hati - hati
atau tidak diolah dengan cara - cara yang benar, pangan dapat membahayakan
kesehatan konsumen yang mengkonsumsinya. Untuk mencapai kualitas kacang
sangrai yang baik dan sesuai kriteria yang dipersyaratkan yaitu SNI Nomor 01
– 3921 – 1995 tentang kacang tanah dan SNI nomor 01 – 4301 – 1996 tentang
kacang garing. Maka dalam setiap tahapan prosesnya perlu dilakukan
pengawasan dan pengendalian, mulai dari penerimaan bahan baku hingga
produk siap untuk dipasarkan. Selain itu perlu dilakukan penyusunan suatu
konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yaitu analisis resiko
bahaya yang mungkin timbul pada setiap tahap produksi yang bertujuan untuk
meminimalisasi bahkan menghilangkan kandungan kontaminan yang mungkin
terdapat pada produk kacang sangrai tersebut. Hal ini agar mutu serta kualitas
produknya tetap terjaga dan dipertahankan hingga ke tangan konsumen.
Berdasarkan latar belakang di atas dilakukan penelitian tentang Pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan kacang sangrai ?
2. Bagaimana pengendalian mutu yang diterapkan pada proses pembuatan
kacang sangrai dari bahan baku, proses produksi dan produk akhirnya ?
3. Bagaimana konsep pengendalian mutu dan konsep HACCP yang dapat
diterapkan pada Usaha Kecil Menengah pembuatan kacang sangrai ?
C.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Pengendalian Mutu
Di Usaha Kecil Menengah ”Kacang Sangan Bu Yati” ini adalah :
1. Mengetahui proses pembuatan kacang sangrai.
2. Mengetahui karakteristik fisikokimia kacang sangrai (kadar air, kadar
protein, kadar lemak, kadar asam lemak bebas, benda asing, kacang keriput,
polong pecah, randemen) sesuai dengan SNI 01 – 3921 – 1995 tentang
Kacang Tanah dan SNI 01 – 4301 – 1996 tentang Kacang Garing.
3. Mengetahui pengendalian mutu proses pembuatan kacang sangrai dari bahan
baku, proses produksi dan produk akhirnya.
4. Membuat konsep pengendalian mutu dan konsep HACCP pada Usaha Kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kacang Tanah
Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, diperkirakan di kawasan
sekitar Negara Bolivia, Brasil dan Peru. Tanaman kacang tanah telah
dibudidayakan sejak tahun 1500 sebelum masehi, terutama oleh orang Indian
di Amerika Selatan. Dari Amerika Selatan kacang tanah dibawa oleh orang –
orang Portugis ke Asia, Afrika dan Eropa. Orang – orang Cina membawa
tanaman ini ke Asia Selatan dan Tenggara. Juga orang – orang Portugis
membawa serta benih kacang tanah ke Asia Tenggara dan Indonesia, dalam
usahanya berdagang rempah – rempah. Saat ini kacang tanah ditanam hampir
diseluruh dunia, di negara - negara yang terletak antara 35° Lintang Utara
hingga 35° Lintang Selatan. Negara penanam kacang tanah terluas adalah
Amerika. Luas pertanaman kacang tanah di dunia setiap tahun mencapai 19
juta ha, dengan total produksi 19,8 juta ton. Hasil rata – rata tertinggi
diperoleh dari Amerika (Sumarno, 1987).
Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol,
kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa
Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”. Sistematika
kacang tanah menurut Raffi (2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae Genus : Arachis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
(a) Tanaman Kacang Tanah (b) Biji Kacang Tanah
Gambar 2.1 Kacang Tanah
Biji kacang tanah mengandung 20 – 30 % protein, dan 42 – 55 %
minyak. Dalam bentuk kalori 100 gram biji kacang tanah menghasilkan 540
kalori, tertinggi diantara tanaman pangan. Protein kacang tanah terdiri dari
albumin, arakhin (63%), dan konarakhin (33%). Arakhin mengandung 0,4%
sulfur, dan konarakhin mengandung 1,09% sulfur. Arakhin terutama kaya
asam amino jenis threonin dan proline, tetapi miskin lisin dan methionin;
konarakhin miskin phenilalanin dan terosin. Walaupun kacang kaya protein,
namun asam amino lisin, treonin, dan metionin terdapat dalam jumlah yang
rendah. Dengan menggoreng biji kacang, kadar asam amino tersebut menjadi
semakin berkurang (Sumarno, 1987).
Dalam SNI Nomor 01 – 3921 - 1995, spesifikasi persyaratan mutu
mengenai kacang tanah polong (gelondong) dapat dilihat pada Tabel 2.1 yang
berisi tentang persyaratan mengenai kadar air, kotoran, polong keriput, polong
rusak, polong biji satu, dan randemen.
Tabel 2.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Kacang Tanah Polong (Gelondong)
(SNI nomor 01 – 3921 – 1995).
No Jenis Uji Satuan Persyaratan umum
Mutu I Mutu II Mutu III 1 Kadar air (%) Maks. 8 Maks. 9 Maks. 9
2 Kotoran (%) Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3
3 Polong keriput (%) Maks. 2 Maks. 3 Maks. 4 4 Polong rusak (%) Maks. 0,5 Maks. 1 Maks. 2 5 Polong berbiji satu (%) Maks. 3 Maks. 4 Maks. 5 6 Randemen (%) Maks. 65 Maks. 62,5 Maks. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dalam informasi nilai gizi pada kemasan produk kacang sangrai
panggang pasir, produksi PT. Dua Kelinci. Komposisi zat gizi yang
terkandung pada kacang sangrai dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi pada Kacang Sangan.
Serving Size / Takaran Saji : 30 gr
Servings Per Container / Jumlah Sajian Per Kemasan : 1,8
Amount Per Serving / Jumlah Persaji
Calories / Kalori 160 Calories From Fat / Kalori dari Lemak 110 % DV* / % AKG
Total Fat / Lemak Total 12 g 22 %
Saturated Fat / Lemak Jenuh 3 g 15 %
Cholesterol / Kolesterol 0 mg 0 %
Total Carbohydrate / Karbohidrat Total 6 g 2 %
Dietary Fiber / Serat Makanan 6 g 4 %
Menurut Sumarno (1987), dapat diketahui kandungan nutrisi kacang
tanah dibandingkan bahan makanan lain, dari setiap 100 gram bahan.
Kandungan nutrisi dari beberapa contoh bahan makanan dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kandungan Nutrisi Kacang Tanah Dibandingkan Bahan Makanan
Lain, dari Setiap 100 Gram Bahan.
Bahan Kalori Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%)
Disamping menghasilkan tepung sebagai bahan makanan, industri
pengolah kacang-kacangan dapat pula menghasilkan serat makanan, vitamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
teknologi pengolahan yang semakin maju, kacang-kacangan tidak hanya
diolah dengan cara-cara konvensional, misalnya direbus, dikukus, disangrai
atau digoreng, tetapi dapat dibuat dalam bentuk ingredient, seperti tepung,
konsentrat atau isolat protein. Jika dicampurkan dengan tepung beras atau
gandum, produk ingredien dari kacang-kacangan tersebut dapat memberikan
sifat-sifat fungsional yang dikehendaki. Protein dalam tepung
kacang-kacangan dapat memberikan sifat pengemulsi minyak yang baik, membentuk
busa, membentuk gel, menangkap atau menahan air dan mempunyai warna
dan bau yang dapat diterima. Bubur atau hancuran kacang-kacangan, susu
kacang, gumpalan atau “curd” (seperti tahu), pasta kacang-kacangan dan
kecap dari kacang-kacangan dapat digunakan sebagai campuran bagi bahan
pangan yang lain. Kacang-kacangan dapat pula diolah sebagai bahan baku
pembuatan snack atau makanan ekstrusi. Dari penelitian yang telah dilakukan,
berbagai masalah dalam pemanfaatan kacang-kacangan untuk konsumsi
manusia seperti tripsin inhibitor, lektin atau hemaglutinin, tanin dan fitat
dapat dihilangkan dengan pemasakan dan cara pengolahan yang benar. Juga
masalah timbulnya flatulensi (perut kembung), keterbatasan kandungan sistein
dan metionin dan lamanya waktu pemasakan telah dapat diatasi dengan baik.
Cara memasak merupakan hal yang penting, perlakuan panas yang sedang
dapat meningkatkan kecernaan (digestibility), tetapi pemasakan berlanjut
(over cooking) menyebabkan penurunan (Buckle, 1985).
Minyak kacang tanah merupakan campuran ester dari gliserol dan
asam lemak rantai panjang yang sering disebut trigliserida. Trigliserida
terbentuk dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang
tanah mengandung 76–82 persen asam lemak tak jenuh yang terdiri dari 40–45
persen asam oleat (C17H33COOH) dan 30–45 persen asam linoleat
(C17H31COOH). Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat
(C15H31COOH), sedangkan kadar asam miristat (C13H27COOH) sekitar 5
persen. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan
minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Proses Produksi Kacang Sangrai
Kacang sangrai adalah salah satu bentuk olahan kacang tanah yang
cukup sederhana. Dalam pembuatan kacang sangrai melalui beberapa tahap
proses yaitu proses pencucian, proses sortasi, proses pengeringan, proses
sangrai, proses pendinginan dan yang terakhir proses pengemasan. Proses
pembuatan kacang sangrai dilakukan dengan menggunakan pasir yang
berfungsi menghomogenkan panas dan media panas dari bara api agar kacang
tidak mudah gosong. Adapun tahap proses pembuatan kacang sangrai dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Kacang Sangrai
Tahapan proses pembuatan kacang sangrai adalah sebagai berikut:
1. Proses pencucian
Proses pencucian adalah suatu tindakan untuk menghilangkan
kotoran dari bahan yang dibersihkan. Pembersih yang digunakan biasanya
yaitu air, alkohol, sabun, dan bahan- bahan kimia lain yang sifatnya
membersihkan (Anonima, 2010). Menurut Sudarmaji (1989) sumber air
yang dapat dengan mudah diperoleh akan mempermudah dalam Pencucian
Sortasi
Pengeringan
Penyangraian
Pengemasan Kacang Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
keberlangsungan suatu usaha. Misalnya digunakan untuk pencucian,
bahan baku proses, pembentukan uap, sterilisasi, dan pencucian sisa
bahan. Terutama dalam proses bahan makanan, air yang dipergunakan
memerlukan persyaratan yang lebih tinggi. Syarat air yang digunakan
dalam pengolahan makanan sama dengan persyaratan air minum, yaitu
tidak mengandung pathogen, tanpa bau, tanpa rasa yang tidak
dikehendaki, dan tanpa warna.
2. Proses pengeringan
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara
simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan
air yang dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media
pengering yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama (Hudaya,
2000).
Pada umumnya pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan
sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga
mengurangi kandungan sisi zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu
nilai rendah yang dapat diterima. Kandungan zat cair di dalam bahan yang
dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering. Yaitu kecepatan
volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan. Yaitu ukuran bahan,
kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Ukuran bahan yang
besar akan memperlambat proses pengeringan, kadar air awal bahan
awal yang tinggi juga sangat berpengaruh terhadap proses pengeringan
yakni waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bahan cepat kering karena adanya tekanan dari dalam, namun apabila
tekanan yang ditimbulkan dari bahan terlalu besar akan mengakibatkan
bahan yang dikeringkan akan pecah atau rusak terutama dari golongan
biji- bijian (Nenk, 2007).
Macam-macam pengeringan ada dua macam yaitu pengeringan
secara alami dan secara buatan. Pengeringan secara alami adalah proses
kehilangan air yang disebabkan oleh kekuatan alam seperti matahari.
Sedangkan pengeringan secara buatan adalah proses kehilangan air
dengan menggunakan alat-alat pengering (Purwadi, 1990).
3. Proses Sortasi
Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan atas dasar berat
biji, kemurnian, warna dan bahan ikutan serta jamur. Dalam menetapkan
kualitas biji, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah kulit ari, kadar
lemak dan kadar air. Sortasi biji yang dilakukan secara visual adalah
dengan membuang biji yang jelek dan rendah mutunya. Biji yang telah
mengalami proses sortasi dimasukan kedalam karung goni. Dalam
menetapkan kualitas biji, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
yaitu berat biji dan jenis biji- bijian (Earle, 1969).
4. Proses Penyangraian
Alat goreng sangrai banyak digunakan untuk kegiatan usaha di
bidang pengolahan komoditi kacang tanah. Inovasi desain dengan
memanfaatkan perputaran drum sebagai ruang pemanggangan telah
banyak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha dibidang pengolahan kopi,
coklat, dan pengeringan sistem kontinyu untuk komoditas bahan pertanian
tertentu. Penggunaan daya listrik motor penggerak yang cukup rendah
menurunkan biaya ekonomis operasional dalam kegiatan produksi
(Anonimb, 2009).
Goreng sangan merupakan cara pemasakan bahan makanan
dengan radiasi panas. Dimana dengan perlakuan – perlakuan tersebut
terjadi perubahan keadaan bahan makanan, baik sifat fisik maupun sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
enak dimakan. Dengan pemanasan maka sebagian besar mikroorganisme
dan enzim mengalami kerusakan, sehingga bahan yang telah dimasak
lebih tahan lama dalam beberapa hari. Proses penggorengan sangan
biasanya dilakukan pada bahan jenis biji – bijian seperti kacang tanah.
Pada dasarnya penggorengan sangan dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara misalnya dengan wajan dan autoklaf, yang terpenting adalah
pemrosesan yang benar (Anonimc, 1970).
5. Proses pengemasan
Kemasan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis. Misalnya
paket transportasi atau distribusi paket dapat menjadi wadah pengiriman
digunakan untuk kapal, menyimpan, dan menangani produk atau paket
batin. Beberapa mengidentifikasi paket konsumen sebagai salah satu yang
diarahkan ke konsumen atau rumah tangga. Kemasan dapat dijelaskan
dalam kaitannya dengan jenis produk yang dikemas, yaitu : kemasan
perangkat medis, kemasan curah kimia, kemasan ritel makanan,
pengemasan peralatan militer, kemasan farmasi, dan lain- lain. Ada 3
jenis kemasan, yaitu :
1. Kemasan primer adalah materi yang pertama menyelubungi produk
dan memegangnya. Hal ini biasanya adalah unit terkecil dari distribusi
atau penggunaan dan paket yang berhubungan langsung dengan isi.
2. Kemasan sekunder di luar kemasan utama, digunakan untuk
mengelompokkan paket-paket utama bersama-sama.
3. Kemasan tersier digunakan untuk penanganan massal, gudang
penyimpanan dan transportasi pengiriman. Kemasan yang paling
umum adalah palletized beban unit kemasan (berbentuk persegi dan
datar agar barang yang dikemas dapat terangkat dengan stabil) yang
erat dengan kontainer (Soroka, 2002).
C. Pengendalian Mutu
Menurut Prasetyono (2000) dalam Implementasi GMP dan HACCP
Dalam Menunjang Quality Assurance Industri Pangan. Quality Control
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dibandingkan dengan produk lain terutama dalam hal higiene dan keamanan.
Pembuatan Quality Assurance System dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Quality Assurance System untuk produk baru
2. Quality Assurance System untuk produk yang telah diproduksi
Pembuatan Quality Assurance System dimulai dari identifikasi
kebutuhan konsumen dan keinginan konsumen. Dari hasil identifikasi itu
ditetapkan pula standar safety dan higiene produk. Langkah selanjutnya adalah
merancang produk (product design) dan perancangan proses (process design).
Dalam memilih proses yang dipakai perlu adanya identifikasi critical control
points (CCPs) dalam setiap langkah proses.
Titik kontrol dalam penerimaan bahan baku (raw material):
1. Kualitas bahan baku yang diterima dari suplier
2. Cara penanganan bahan (material handling), kondisi penyimpanan yang
sesuai (suhu, humiditas, dll). Semua material yang disimpan harus berada
di atas pallet dan berjarak 30 cm dari dinding, hal ini bertujuan untuk
mempermudah pengontrolan terhadap hewan perusak.
3. Kode penerimaan, diperlukan untuk menjamin FIFO (First In First Out)
4. Sistem pemindahan bahan dari area penyimpanan ke area produksi
Titik kontrol dalam proses produksi:
1. Aliran proses memisahkan jalur yang jelas antara input dan output
2. Kebersihan alat-alat proses.
3. Personal hygiene, kebersihan perorangan harus diperhatikan.
4. Pest and rodent control, area produksi harus bebas dari serangga dan tikus.
5. Pemberian kode produksi yang tepat.
Titik kontrol pada bagian penyimpanan dan distribusi produk:
1. Kondisi penyimpanan produk.
2. Sistem distribusi produk yang harus menutamakan FIFO.
Untuk produk yang sudah diproduksi secara massa pembuatan Quality
Assurance System berarti perbaikan proses secara bertahap sehingga kondisi
proses sesuai dengan standar yang ditetapkan. Proses pembuatan sistem dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Ermina (2010) ada tiga pendekatan penting dalam
pengawasan mutu pangan:
1. Food Safety / Keamanan Pangan.
Aspek - aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit atau bahkan kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan
dengan masalah biologi, kimia dan fisika.
2. Wholesomeness / Kebersihan.
Merupakan karakteristik - karakteristik produk atau proses dalam
kaitannya dengan kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan hygiene.
3. Economic Fraud / Pemalsuan.
Adalah tindakan - tindakan yang ilegal atau penyelewengan yang dapat
merugikan pembeli. Tindakan ini mencakup diantaranya pemalsuan
species (bahan baku), penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat
tidak sesuai dengan label, overglazing dan jumlah komponen yang kurang
seperti yang tertera dalam kemasan.
Gambar 2.3. Langkah-langkah Pembuatan Quality Assurance System
Identifikasi Standar Sanitasi dan Higiene Produk
Identifikasi Critical Control Point Perancangan Proses
Identifikasi Kebutuhan Konsumen
Perancangan Produk
Optimasi Spesifikasi Produk
Implementasi dalam Jalur Produksi Pembuatan Quality AssuranceSystem,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
D. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
HACCP atau Hazard Analysis and Critical Control Point dipelopori
oleh Pillsbury Company yang bekerjasama dengan National Aeronautic and
Space Administration (NASA), Natick Laboratories dan United States Air
Force Laboratory Project Group. Sistem ini mulai dirintis sejak tahun 1960
untuk menjamin makanan yang akan dikonsumsi oleh para astonot di luar
angkasa benar-benar terbebas dari bakteri, virus dan bahan kimia lain yang
dapat menyebabkan para astronot sakit atau cedera. HACCP merupakan suatu
sistem yang dirancang untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk
makanan baik yang disebabkan oleh faktor biologi, kimia maupun fisis (food
safety problem). Identifikasi sumber masalah dilakukan sejak datangnya bahan
baku, proses produksi dilakukan sampai dengan produk jadi yang siap
didistribusikan. HACCP akan dapat mengidentifikasi critical control points
(CCPs) dalam sistem produksi yang potensial dapat menurunkan mutu
produk. Titik - titik kritis ini harus dikontrol secara ketat untuk menjamin
mutu produk dan menjaga kadar kontaminan tidak melebihi critical limit
(Prasetyono, 2000).
Sejarah perkembangan HACCP oleh beberapa ahli dianggap sebagai
evolusi, sejak ditemukannya pada tahun 1960, dimana Pilsbury Co. NASA dan
US Army Natick and Space Administration, mengadakan penelitian dengan
tujuan utama mengembangkan makanan yang aman bagi astronot. HACCP
baru berkembang pesat sejak tahun 1990, di Indonesia pada tahun 1998 yang
diadopsi menjadi SNI 01-4852-1998. Menurut Ermina (2010) manfaat dari
sistem HACCP adalah sebagai berikut :
1. Menjamin keamanan pangan
- Memproduksi produk pangan yang aman setiap saat;
- Memberikan bukti sistem produksi dan penanganan produk yang
aman;
- Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
- Memberikan kepuasan pada pelanggan akan konformitasnya terhadap
standar nasional maupun internasional.
2. Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem
HACCP bahaya - bahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk
bagaimana tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangannya.
3. Mencegah / mengurangi terjadinya kerusakkan produksi atau
ketidakamanan pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada
sistem pengujian akhir produk saja.
4. Dengan berkembangnya HACCP menjadi standar internasional dan
persyaratan wajib pemerintah, memberikan produk memiliki nilai
kompetitif di pasar global.
5. Memberikan efisiensi manajemen keamanan pangan, karena sistemnya
sistematik dan mudah dipelajari, sehingga dapat diterapkan pada semua
tingkat bisnis pangan.
HACCP merupakan suatu sistem yang dilakukan untuk
mengidentifikasi bahaya tertentu dan tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan untuk pengendaliannya. Menurut Taheer (2005) sistem ini terdiri
dari tujuh prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip 1 : Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan
produksi pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan,
pengolahan di pabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan
dikonsumsi. Peningkatan kemungkinan terjadinya bahaya dan
menentukan tindakan pencegahan, untuk pengendaliannya.
2. Prinsip 2 : Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat
dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi
kemungkinan terjadi bahaya tersebut. CCP (Critical Control Point) berarti
setiap tahapan di dalam produksi pangan dan / atau pabrik yang meliputi
sejak bahan baku yang diterima, dan / atau diproduksi, panen, diangkut,
formulasi, diolah, disimpan dan lain sebagainya.
3. Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Prinsip 4 : Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring)
dari CCP dengan cara pengujian atau pengamatan.
5. Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil
pemantauan menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali.
6. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian
tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem
HACCP berjalan efektif.
7. Prinsip 7 : Mengembangkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pada tanggal 1
April 2011 – 31 Mei 2011 di Usaha Kecil Menengah (UKM) “Kacang Sangan
Bu Yati”. Dk. Kampung Baru Rt.02 / Rw.06, Ds. Godog, Kec. Polokarto, Kab.
Sukoharjo.
B. Metode Pengambilan Data
1. Pengumpulan Data secara Langsung
a) Wawancara
Yaitu melaksanakan wawancara secara langsung dengan pekerja yang
berkaitan dengan masing-masing proses mulai dari bahan baku sampai
menjadi produk akhir.
b) Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan
kegiatan yang ada di lokasi industri kecil menengah.
2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung
a) Studi Pustaka
Yaitu mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan -
permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan.
b) Dokumentasi dan Data - Data
Yaitu mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil - hasil yang
ada pada pelaksanaan kegiatan.
C. Metode Analisis
Tabel 3.1 Metode Analisis Uji Persyaratan Mutu Kacang Sangrai
Jenis Analisis Metode
Kadar air Sudarmadji, dkk., 1989
Kadar protein Anton A, dkk., 1989
Kadar lemak Sudarmadji, dkk., 1989
Asam lemak bebas Sudarmadji, dkk., 1989
Benda asing SNI 01 – 4301 - 1996
Polong keriput SNI 01 – 4301 - 1996
Polong rusak SNI 01 – 3921 - 1995
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
D. Diagram Penerapan HACCP
Gambar 3.1 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP
Identifikasi Bahaya (Fisik, Kimia, Mikrobiologis)
Batas kritis CCP CCP
Bila terjadi penyimpangan Pemantauan CCP
Dokumentasi. Tindakan koreksi
Tindakan verifikasi
CCP DECISION TREE
BAHAN BAKU
Apakah bahan mentah mungkin mengandung bahan berbahaya (mikrobiologi/kimia/fisik)
Apakah penanganan / pengolahan (termasuk cara mengkonsumsi) dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya
Ya Tidak
Ya Bukan CCP Tidak CCP
Gambar 3.2 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
CCP DESSISSION TREE
Setiap Tahap Proses
Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya sampai batas aman?
Ya CCP
Apakah Kontaminasi bahaya dapat terjadi / meningkat sampai
melebihi batas?
Apakah tahap Proses Selanjutnya dapat menghilangkan /
mengurangi bahaya sampai batas aman?
Ya Tidak Bukan CCP
Ya Bukan CCP Tidak CCP
Gambar 3.3 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses Apakah ada upaya pencegahan pada tahap tersebut atau tahap
berikutnya terhadap bahaya yang di identifikasi?
Tidak
Ya Tidak
P1
P2
P3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Usaha Kecil Menengah (UKM).
Usaha Kecil Menengah (UKM) yang didirikan oleh ibu Suyati bergerak
dalam bidang pembuatan kacang sangrai, dengan nama Usaha Kecil
Menengah “Kacang Sangan Bu Yati”. Usaha Kecil Menengah (UKM) kacang
sangrai milik ibu Suyati beralamat di Dk. Kampung Baru Rt. 02/Rw. 06, Ds.
Godog, Kec. Polokarto, Kab. Sukoharjo. Memiliki 3 orang karyawan, dengan
jam kerja dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Proses pembuatan
kacang sangrai di UKM tersebut masih menggunakan cara tradisional, yaitu
kacang disangrai menggunakan wajan dan sedikit pasir. Proses pengemasan
kacang sangrai juga masih menggunakan cara tradisional dengan bahan
pengemas plastik PE dan direkatkan dengan disulut api.
Dalam satu hari Usaha Kecil Menengah (UKM) Kacang Sangan Bu
Yati menghasilkan 20 – 25 kg kacang sangrai. Pemasaran kacang sangrai
UKM milik ibu Yati dipasarkan di toko - toko dan di sekolah – sekolah di
daerah sekitar Polokarto. Selain itu UKM tersebut juga menerima pesanan
untuk keperluan hajatan atau yang lainnya. Harga kacang sangrai juga
bervariasi berdasarkan ukuran kemasan kacang sangrai. Harga kacang sangrai
UKM Kacang Sangan Bu Yati dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Harga Kacang Sangrai.
Ukuran Kemasan Harga
500 gram Rp 8.500,00 300 gram Rp 3.000,00 150 gram Rp 2.000,00 50 gram Rp 500,00
B. Pengendalian Mutu Kacang Sangrai.
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku.
Pada pembuatan kacang sangrai di UKM Kacang Sangan Bu Yati,
bahan baku yang digunakan hanyalah kacang tanah. Tanpa menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dilakukan pengendalian mutu pada bahan baku yang digunakan, proses
produksi, maupun produk akhir yang dihasilkan. Pengendalian mutu ini
perlu dilakukan untuk menjaga kualitas produk kacang sangrai yang
dihasilkan.
Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengendalian mutu
bahan baku kacang tanah adalah penanganan pasca panen. Kacang tanah
yang baru dipanen diletakkan di tempat yang strategis. Yaitu tempat yang
leluasa dan tidak terhalang oleh benda – benda yang menghalangi dalam
penanganan kacang tanah. Hal ini bertujuan agar lebih mudah dalam
penangan selanjutnya. Polong muda dan polong tua di pisah berdasarkan
derajat ketuaannya, kemudian dilakukan seleksi polong rusak dan polong
busuk.
Dalam penyimpanan kacang tanah dilakukan dengan cara
penyimpanan dalam bentuk polong kering. Penyimpanan dalam bentuk
polong kering adalah polong kacang tanah yang telah kering dimasukkan
kedalam karung goni atau kaleng yang tertutup rapat kemudian disimpan
di dalam gudang penyimpanan yang suhu dan kelembabannya terjaga.
Yaitu pada suhu 28,5 - 30°C, dan kelembaban relatif penyimpanan
berkisar antara 76 – 82 %.
Syarat mutu kacang tanah polong (gelondong) menurut SNI nomor
01-3921-1995 antara lain kadar air, kotoran, polong keriput, polong
rusak, polong berbiji satu dan randemen. Hal – hal tersebut penting
diketahui untuk menjaga kualitas produk kacang sangrai yang dihasilkan.
Kadar air adalah jumlah kandungan air dalam butir biji kacang tanah
yang dinyatakan dalam persentase berat basah (wet basis). Untuk
mengukur kadar air kacang tanah polong harus dikupas dahulu kulitnya,
kemudian diukur kadar airnya. Kadar air kacang tanah polong
(gelondong) menurut SNI nomor 01-3921-1995 adalah untuk mutu I :
maks. 8%; mutu II : maks. 9%; mutu III : maks. 9%. Apabila kadar air
melebihi standart tersebut maka dapat menimbulkan pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kotoran adalah benda – benda asing seperti kerikil, pasir, tanah,
kotoran – kotoran lain (organis) seperti potongan – potongan / sisa – sisa
batang daun, kulit polong, biji – bijian lain yang bukan kacang tanah dan
sebagainya. Cara pengujian kotoran dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan menggunakan pinset. Syarat kotoran pada SNI nomor
01-3921-1995 adalah mutu I : maks. 1%; mutu II : maks. 2%; mutu III : maks. 3%.
Polong keriput adalah polong kacang tanah yang berubah
bentuknya dan keriput, termasuk biji yang muda dan atau tidak sempurna
pertumbuhannya. Cara pengujian dilakukan dengan menimbang sampel ±
500 gr, kemudian memilih kacang yang masuk dalam kategori kacang
keriput. Setelah dilakukan pemilihan kemudian menentukan persentase
polong keriput dengan perhitungan bobot polong keriput dibagi bobot
sampel dikali 100%. Persentase kacang keriput menurut SNI nomor
01-3921-1995 adalah mutu I : maks.2%; mutu II : maks. 3%; mutu III :
maks. 4%.
Polong rusak adalah buah kacang tanah yang kulit polong rusak
pecah, terserang hama penyakit dan jamur. Cara pengujian polong rusak
adalah dilakukan dengan cara manual menggunakan pinset. Dengan
menimbang sampel ± 500 gr, kemudian memilih kacang yang masuk
termasuk polong rusak. Setelah dilakukan pemilihan kemudian
menentukan persentase polong rusak dengan perhitungan bobot polong
rusak dibagi bobot sampel dikali 100%. Syarat polong rusak pada SNI
nomor 01-3921-1995 adalah mutu I : maks. 0,5%; mutu II : maks. 1%;
mutu III : maks. 2%.
Polong berbiji satu adalah polong yang berisi satu biji kacang
tanah. Cara pengujian dilakukan dengan menimbang sampel ± 500 gr,
kemudian memilih kacang yang masuk dalam kategori polong berbiji
satu. Setelah dilakukan pemilihan kemudian menentukan persentase
polong berbiji satu dengan perhitungan bobot polong berbiji satu dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
nomor 01-3921-1995 adalah mutu I : maks. 3%; mutu II : maks. 4%;
mutu III : maks. 5%.
Rendemen adalah hasil persentase dari perbandingan bobot sortasi
dengan bobot awal kacang tanah. Cara pengujian dilakukan dengan cara
menimbang bobot awal bahan baku, kemudian menimbang bobot bahan
baku setelah dilakukan sortasi. Perhitungan penentuan persentase
rendemen yaitu perbandingan bobot sortasi dengan bobot awal dikali
100%. Persentase randemen menurut SNI nomor 01-3921-1995 adalah
mutu I : min. 65%; mutu II : min. 62,5%; mutu III : min. 60%. Dari hasil
analisis rendemen bahan baku rata – rata yakni 83,5% . Angka ini masih
diatas syarat mutu rendemen kacang tanah polong (gelondong). Dengan
demikian rendemen bahan baku ini maih memenuhi syarat SNI.
2. Pengendalian Mutu Proses Produksi.
Proses pembuatan kacang sangrai memerlukan waktu antara 20 –
30 menit. Bahan baku yang digunakan hanya kacang tanah yang telah
disortir tanpa menggunakan bahan tambahan. Proses pembuatan kacang
sangrai di UKM Kacang Sangan Bu Yati melalui beberapa tahap proses.
Tahapan proses pembuatan kacang sangrai dapat dilihat pada Gambar
4.1.
Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Kacang Sangrai.
Kacang Tanah 20 kg/hari
Pencucian
Sortasi
Pengeringan
Penyangraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Proses pembuatan kacang sangrai di UKM Kacang Sangan Bu Yati
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Proses Pencucian.
Bahan baku yang diperoleh dari petani atau pasar dibersihkan
dengan cara dicuci, pencucian kacang dilakukan dengan menampung
kacang pada wadah kemudian diisi dengan air (Gambar 4.2). Kacang
kemudian dicelup – celupkan sambil digosok perlahan untuk
membersihkan tanah yang menempel pada kacang. Bahan baku
kacang dibersihkan hingga bersih atau hilang dari kotoran yang
menempel seperti tanah atau benda asing lain seperti akar, daun,
batang dan lain-lain.
Gambar 4.2. Proses Pencucian
2. Proses Pensortiran.
Setelah proses pencucian bahan baku disortir atau dipisahkan
antara kacang yang berukuran besar, kacang yang berukuran kecil
dan kacang yang jelek atau busuk (Gambar 4.3). Kacang yang
berukuran besar kemudian digunakan untuk kacang sangrai.
Sedangkan kacang yang berukuran kecil dikupas kulitnya untuk
dijual sebagai kacang tanah kupas. Kacang yang besar yang telah
disortir dipisahkan dengan kacang tanah yang belum disortir agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 4.3. Proses Pensortiran
3. Proses Pengeringan.
Proses pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari.
Proses pengeringan dapat berlangsung hingga 1 – 2 hari, hal ini
terjadi apabila memasuki musim penghujan atau bila sinar matahari
kurang. Kacang dikeringkan pada tempat terbuka yang langsung
terkena sinar matahari. Bagian bawah kacang tidak diberi alas tetapi
langsung diletakkan pada lantai dari semen. Kacang dibiarkan begitu
saja hingga kandungan air yang terdapat pada kacang berkurang,
yaitu berkisar antara 9 – 12 %.
4. Proses Penyangraian.
Kacang berukuran besar yang telah kering kemudian disangrai
dengan menggunakan wajan besi yang telah ditambah dengan pasir
(Gambar 4.4). Pasir yang digunakan adalah pasir simping yang telah
dibersihkan dengan cara diayak agar terpisah dari kerikil. Sehingga
didapatkan pasir yang halus. Pasir yang halus dan seragam dapat
menghantarkan panas yang merata kepermukaan kacang. Banyaknya
pasir yang digunakan untuk menyangrai lebih sedikit dibanding
kacang yang disangrai, dengan perbandingan 30 : 70. Dimana 30
pasir dan 70 kacang tanah. Setelah panas kacang dimasukkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bertujuan untuk meratakan panas sehingga kacang sangrai dapat
matang dengan rata. Proses sangrai menggunakan bara api untuk
pemanasannya, pemanasan menggunakan bara api bertujuan untuk
mendapatkan panas yang sedang dan stabil. Bila menggunakan api
yang besar maka kacang akan cepat gosong. Pada proses sangrai
kacang harus selalu diaduk hal ini bertujuan agar kacang dapat
matang secara merata. Proses pengadukan harus dilakukan dengan
hati-hati karena apabila terlalu keras akan mengakibatkan banyak
kacang yang pecah. Proses sangrai dilakukan selama 20 – 30 menit.
Setelah proses sangrai kacang tanah diletakkan pada saringan bambu
untuk memisahkan antara kacang dan pasir. Kacang yang telah
dipisahkan dari pasir kemudian disimpan pada wadah gentong plastik
dan ditutup rapat.
(a) Proses Penyangraian (b) Pasir Simping
Gambar 4.4. Proses Penyangraian.
5. Proses Pengemasan.
Pengemasan kacang sangrai dilakukan dengan menggunakan
kemasan plastik. Kemasan plastik yang digunakan ada 4 ukuran yaitu
kemasan plastik ukuran 500 gram, 300 gram, 150 gram, 50 gram.
Macam ukuran kemasan kacang sangrai dapat dilihat pada Gambar
4.6. Kacang yang telah dimasukkan dalam kemasan plastik kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
berisi nama usaha, slogan dan alamat UKM tersebut. Setelah diberi
label kemudian kemasan di tutup rapat. Penutupan kemasan masih
dengan cara tradisonal yaitu menggunakan api. Yaitu dengan cara
membakar sedikit bagian ujung kemasan plastik yang telah dilipat
(Gambar 4.5).
Gambar 4.5. Proses Pengemasan
Gambar 4.6. Macam Ukuran Kemasan Kacang Sangrai
3. Pengendalian Mutu Produk.
Pengendalian mutu produk kacang sangrai dapat dilakukan dengan
melakukan pengujian produk yang telah dihasilkan. Hasil pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dalam hal ini parameter pembanding hasil uji adalah SNI nomor 01 –
3921 – 1995 tentang Kacang Tanah, SNI nomor 01-4301-1996 tentang
Kacang Garing dan perbandingan kandungan gizi produk kacang sangrai
PT. Dua Kelinci. Beberapa parameter pengujian yang dijadikan patokan
mutu produk kacang sangrai antara lain kadar air, protein, lemak, asam
lemak bebas (% FFA), benda asing, polong keriput, polong pecah, dan
randemen. Hasil analisis uji mutu kacang sangrai dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Analisis mutu produk dilakukan dengan beberapa kali perlakuan
uji. Pada semua uji, baik pada uji kandungan gizi (kadar air, protein,
lemak, dan asam lemak bebas (% FFA)) dan uji fisik (benda asing,
polong keriput, polong pecah, dan rendemen) dilakukan dua kali
pengulangan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil uji yang akurat.
1. Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam
bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu
karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air
dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan (Winarno, 1997). Semakin tinggi kadar air pangan, semakin
cepat rusaknya produk tersebut, baik akibat adanya aktivitas biologis
internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.
Pada pengujian kadar air kacang sangrai menggunakan metode
Thermogravimetri. Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat
konstan yang berarti semua air dalam bahan sudah diuapkan. Berat
konstan artinya selisih penimbangan berturut – turut 0,02 mg. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2,334%. Hasil pengujian kadar air masih dibawah standart SNI, yaitu
kadar air kacang garing maksimal 3,5 %. Sehingga kadar air dari
produk kacang sangrai masih aman dan dapat diterima. Kadar air
suatu bahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
penyimpanan, pengeringan, pengolahan dan pengemasan.
2. Protein
Protein merupakan senyawa nutrient bermolekul besar
(makronutrien) yang tersusun dari unsur – unsur C, H, O, N, S, P, Fe,
dan Cu. Unsur N pada protein dijadikan dasar pengukuran kadar
protein total dalam suatu bahan. Analisis kadar protein dalam bahan
maupun olahan hasil pertanian meliputi analisis kadar protein total
yang didasarkan pada penentuan jumlah unsur N dan analisis kadar
protein terlarut.
Penentuan kadar protein total kacang sangrai dilakukan dengan
menggunakan metode Kjeldahl. Prinsip kerja Metode Kjeldahl adalah
penetapan protein berdasarkan oksidasi bahan – bahan berkarbon dan
konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia bereaksi
dengan kelebihan asam membentuk amoniumsulfat. Larutan dibuat
menjadi basa dan amonia diuapkan untuk kemudian diserap dalam
larutan borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan dapat
ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan HCl 0,02 N.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil kadar protein total kacang
sangrai adalah 23,9803%. Hasil pengujian kadar protein total diatas
standart acuan yaitu kandungan nilai gizi produk kacang sangrai
milik PT. Dua kelinci yaitu 16%. Sehingga kadar protein produk
kacang sangrai UKM tersebut memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi dibandingkan produk kacang sangrai pembanding. Tetapi
apabila hasil uji kadar protein tersebut dibandingkan dengan kadar
protein kacang tanah mentah, selisih kadar protein tidak terlalu jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada proses pembuatan kacang
sangrai pada UKM Kacang Sangan Bu Yati tidak terlalu banyak
mengalami proses pengolahan. Seperti proses perebusan dan
pemasakan dengan suhu tinggi sehingga kadar protein kacang sangrai
pada UKM tersebut tidak jauh berbeda dibanding dengan kacang
tanah mentah.
3. Lemak
Lemak terdiri dari unsur C, H dan O yang mempunyai sifat tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam bahan organik misalnya ether,
petroleum spirit, heksan, kloroform. Lemak juga mempunyai fungsi
sebagai pelarut vitamin vitamin A, D, E dan K. Lemak dan minyak
secara kimiawi merupakan bagian terbesar dari kelompok Lipida,
yang umumnya berupa Trigliserida. Trigliserida ini merupakan hasil
dari reaksi satu molekul Gliserol dengan tiga molekul Asam Lemak
(ketiganya dapat berbeda) yang membentuk reaksi satu molekul
Trigliserida dan tiga molekul air (Darmasih, 1997).
Penentuan kadar lemak kacang sangrai menggunakan metode
Soxlet. Berdasarkan sifat lemak, kadar lemak dalam suatu bahan atau
olahan hasil pertanian dapat ditentukan dengan menghitung
banyaknya bahan yang terlarut. Tetapi bahan lain selain lemak juga
dapat larut dalam pelarut organik, seperti fosfolipid, sterol, asam
lemak bebas, karotenoid, dan pigmen. Karena itu hasil analisisnya
disebut lemak kasar.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil kadar lemak kacang sangrai
adalah 42,2306%. Hasil pengujian kadar lemak diatas standart acuan
yaitu kandungan nilai gizi produk kacang sangrai milik PT. Dua
kelinci yaitu 22%. Sehingga kadar lemak produk kacang sangrai
UKM tersebut memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
dibandingkan produk kacang sangrai pembanding. Bila dibandingkan
dengan kadar lemak kacang tanah mentah, kadar lemak kacang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kadar lemak kacang tanah mentah yaitu 43 %. Hal ini dapat terjadi
karena proses pengolahannya yang tidak terlalu banyak dan lama
sehingga kandungan lemak yang terdapat pada kacang tidak banyak
berkurang.
4. Asam Lemak Bebas (% FFA)
Asam lemak bebas terbentuk pada proses oksidasi dan hidrolisa
enzim selama pengolahan dan penyimpanan bahan pangan dengan %
FFA labih dari 0,2% dari masa lemak akan mengakibatkan flavour
yang tidak diinginkan dan dapat bersifat toksik. Dengan proses
netralisasi minyak sebelum digunakan dalam bahan pangan, maka
jumlah asam lemak bebas dalam lemak dapat dikurangi sampai kadar
maksimum 0,2 % (Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas dapat diikat pada molekul – molekul lain,
seperti pada triglycerida atau phospholipids. Ketika asam lemak
tersebut tidak terikat pada molekul – molekul lain, maka disebut
sebagai asam lemak bebas. Asam lemak yang tidak tergabung, atau
asam lemak bebas dapat timbul dari gangguan pada monogliserida,
digliserida, atau trigliserida sampai ke komponen – komponennya
(asam lemak dan glicerol). Ikatan asam lemak pada monogliserida,
digliserida, dan trigliserida dapat putus sampai ke komponen –
komponennya (asam lemak dan glicerol) secara kimiawi atau
hidrolisis enzimatik (Anonim, 2008).
Menurut F. G Winarno (2007) reaksi oksidasi merupakan salah
satu penyabab kerusakan lemak yang utama. Yaitu timbulnya bau dan
rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh
otooksidasi radikal asam lemak tak jenuh dalam lemak. Otooksidasi
dimulai dengan pembentukan radikal – radikal bebas yang
disebabkan oleh faktor – faktor yang dapat mempercepat reaksi
seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam –
logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lipoksidase. Adapun mekanisme reaksi oksidasi FFA dapat dilihat
pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Mekanisme Reaksi Oksidasi FFA
Dari hasil pengujian didapatkan hasil kadar asam lemak bebas
kacang sangrai adalah 1,1708%. Menurut Ketaren (1986) diketahui
bahwa apabila asam lemak bebas dari suatu bahan lebih dari 0,2%
maka akan mengakibatkan flavour yang tidak diinginkan dan dapat
bersifat toksik. Dari hasil uji diketahui asam lemak bebas kacang
sangrai lebih dari 0,2%. Sehingga kacang sangrai tersebut rentan
terhadap kerusakan karena mengandung asam lemak bebas yang
cukup tinggi.
5. Benda Asing
Benda asing adalah semua benda-benda asing bukan kacang tanah
seperti batu, tanah, bagian-bagian tanaman dan lain-lain, dinyatakan
dalam % (bobot/bobot). Pada pengujian persentase benda asing yang