SERAT TERHADAP KEKUATAN BENDING, TARIK, DAN
IMPAK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI
BERMATRIK
POLYESTER
BQTN 157
Disusun
:
LUDI HARTANTO
NIM : D 200 020 185
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
“
STUDY PERLAKUAN ALKALI DAN FRAKSI VOLUME SERAT
TERHADAP KEKUATAN BENDING, TARIK, DAN IMPAK KOMPOSIT
BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK
POLYESTER
BQTN 157”
Yang dibuat untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh derajat sarjana
S1
pada
Jurusan
Teknik
Mesin
Fakultas
Teknik
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan
tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan pernah
dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas
Muhammadiyah Surakarta atau instansi manapun, kecuali bagian yang
sumber informasinya saya cantumkan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 7 Juli 2009
Yang menyatakan,
iii
Tugas Akhir berjudul
“
STUDY PERLAKUAN ALKALI DAN FRAKSI
VOLUME SERAT TERHADAP KEKUATAN BENDING, TARIK, DAN
IMPAK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK
POLYESTER
BQTN 157
”
,
telah disetujui oleh Pembimbing dan diterima
untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Dipersiapkan oleh :
Nama
:
LUDI HARTANTO
NIM
:
D200 020 185
Disetujui pada
Hari
:...
Tanggal
:...
Pembimbing Utama
Ir. Agus Hariyanto, MT
Pembimbing Pendamping
iv
VOLUME SERAT TERHADAP KEKUATAN BENDING, TARIK, DAN
IMPAK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK
POLYESTER
BQTN 157
”
.
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji
dan telah dinyatakan sah untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh
derajat sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dipersiapkan oleh :
Nama
:
LUDI HARTANTO
NIM
:
D200 020 185
Disahkan pada :
Hari
:...
Tanggal
:…...
Tim Penguji :
Ketua
: Ir. Agus Hariyanto, MT
……….
Anggota 1 : Agus Yulianto, ST, MT
...
Anggota 2 : Dr.Kuncoro Diharjo, ST,MT ...
Dekan,
Ir. H Sri Widodo, MT
Ketua Jurusan,
vi
”Jadikanlah sabaar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-
orang yang khusyu”
(Q.S Al Baqarah : 45)
”karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S Alam Nasyarah : 6-8)
”Yang paling banyak menjatuhkan oran
g, itu adalah tidak
seimbangnya
antara perkataan dan perbuatan”
(Abdullah Gymnastiar)
”Hidup adalah belajar, kehidupan adalah pelajaran.
Mati adalah misteri, penentuan dan akherat adalah prestasi hidup.
Maka janganlah kamu hidup dengan mimpi-mimpi, tapi hidupkanlah
mimpi-
mimpimu”
(Abdullah Gymnastiar)
”
Tak ada pengorbanan maka tak ada kemenangan dan tak ada usaha
maka tak akan ada keberhasilan
”
vii
Sujud syukurku pada-Mu Illahi Robbi yang senantiasa memberikan
kemudahan bagi hamba-Nya yang mau berusaha. Petunjuk dan
bimbingan-Mu selama hamba menuntut ilmu diperantauan berbuah karya
sederhana ini yang kupersembahkan kepada :
Agamaku
yang telah mengenalkan aku kepada ALLAH SWT serta
Rosul-Nya danmengarahkan jalan dari gelap-gulita menuju terang
benderang, terimakasih ALLAH atas ridhonya hingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini, walaupun kadang keluar dari jalan
yang Engkau tetapkan.
(“Engkau yang mendengar do’aku dan mengabulkan jerih payahku”).
Ayah
dan Ibu tercinta, dengan do’a dan kasih sayang tulusnya selalu
senantiasa memberikan kekuatan dalam setiap langkah ananda,
terima kasih atas semua pengorbanan yang tidak ternilai harganya.
Saudara-saudaraku
yang selalu memberikanku do’a, i
npirasi maupun
dukungan kepadaku.
Seseorang yang kelak kan menjadi pendampingku, yang telah
memberikanku inspirasi, motivasi, dan kesetiaan.
viii
BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK POLYESTER BQTN 157
Ludi Hartanto., Agus Hariyanto, Agus Yulianto.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
JL. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Sukoharjo
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan
bending,tarik dan impak yang optimal dari komposit serat rami pada fraksi
volume 20%, 30%, 40%, 50% dengan variasi ketebalan 1mm hingga
5mm,dengan perlakuan alkali serta mengetahui jenis patahan dengan
pengamatan makro pada specimen yang memiliki harga optimal dari
pengujian bending,tarik dan impak.
Pada penelitian ini bahan yang dipergunakan adalah serat ramie
yang disusunan acak dengan fraksi volume 20%, 30%, 40%, 50%, dengan
variasi tebal 1mm hingga 5mm, menggunakan Polyester BQTN 157
sebagai matriknya. Pembuatan dengan cara press mold, pengujian
bending yang dilakukan dengan acuan standar ASTM D 790-02,tarik
dengan standart ASTM 638-02 dan Impak charpy dengan acuan standart
ASTM D 256-00.
Hasil pengujian didapat pengaruh alkali 2,4,6,dan 8 jam pada
fraksi volume 20%, 30%, 40%, 50%, dengan variasi tebal 1mm hingga
5mm. Pada pengujian bending optimal rata-rata pada vf 40% dengan
ketebalan 3mm dan paling optimal pada alkali 2 jam,Pada uji tarik optimal
pada vf 50% ketebalan 5mm dan paling optimal pada alkali 2 jam,dan
Pada uji Impak optimal rata-rata pada vf 40% dan 50% pada ketebalan
5mm dan paling optimal pada vf 50% alkali 6 jam. Pengamatan struktur
makro didapatkan jenis patahan broken fiber.
ix
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkah dan rahmat-Nya sehingga penyusun laporan penelitian ini dapat
terselesaikan.
Tugas Akhir berjudul
”
STUDY PERLAKUAN ALKALI DAN
FRAKSI VOLUME SERAT TERHADAP KEKUATAN BENDING, TARIK,
DAN IMPAK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK
POLYESTER
BQTN 157
”,
dapat terselesaikan atas dukungan dari pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan
keikhlasan hati ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. H. Sri Widodo, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Marwan Effendy, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Bapak
Ir. Agus Hariyanto, MT selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk dalam penyusunan
Tugas Akhir ini dengan sangat perhatian, baik, sabar dan ramah.
4. Bapak
Agus Yulianto, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk dalam penyusunan
Tugas Akhir ini dengan sangat perhatian, baik, sabar dan ramah.
5. Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti kegiatan kuliah.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang setiap malam selalu mendoakan,
memberikan semangat dan dorongan, serta terima kasih atas semua
x
pengertiannya selama ini.
8. Teman-teman kontrakan Utopia, terima kasih atas segala suka duka
yang mewarnai sebagian hari-hari penulis, semoga persaudaraan ini
bisa berlangsung lebih lama lagi. Amien.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
akan penulis terima dengan senang hati.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 7 Juli 2009
xi
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
LEMBAR SOAL TUGAS AKHIR...v
MOTTO ... ... vi
ABSTRAKSI... ... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... ... x
DAFTAR GAMBAR ... ... xiii
DAFTAR TABEL ... ... xvii
DAFTAR NOTASI... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Manfaat Penelitian ... 3
1.4. Perumusan masalah... 4
1.5. Batasan Masalah ... 4
1.6. Sistem Penulisan Laporan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Pustaka ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Definisi Komposit ... 9
2.2.2. Klasifikasi Material komposit berdasarkan bentuk
komponen strukturalnya ... 11
2.2.3. Unsur-unsur Utama Pembentuk komposit FRP ... 15
2.2.4. Aspek Geometri ... 22
xii
3.1.2. Penyiapan Alat ... 37
3.2. Diagram Alir... . . 40
3.2.1. Survey Lapangan dan study literature ... 41
3.2.2. Penyiapan Bahan ... 41
3.2.3. Pembuatan Komposit... 41
3.2.4. Pengujian Komposit ... 45
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengujian Bending ………..
... 53
4.1.1. Data Hasil Pengujian Bending Alkali 2 jam …….
.. 53
4.1.1.1. Pembahasan Pengujian bending Alkali 2 jam.. 58
4.1.2. Data Hasil Pengujian Bending Alkali 4 jam …….
. 60
4.1.2.1. Pembahasan Pengujian bending Alkali 4 jam... 65
4.1.3. Data Hasil Pengujian Bending Alkali 6 jam……..
. 67
4.1.3.1. Pembahasan Pengujian bending Alkali 6 jam.. 72
4.1.4. Data Hasil Pengujian Bending Alkali 8 jam …….. 74
4.1.4.1. Pembahasan Pengujian bending Alkali 8 jam... 79
4.2. Pengujian Tarik ……….. 81
4.2.1. Data Hasil Pengujian Tarik Alkali 2 jam ………… 81
4.2.1.1. Pembahasan Pengujian Tarik Alkali 2 jam …… 83
4.2.2. Data Hasil Pe
ngujian Tarik Alkali 4 jam ………... 84
4.2.2.1. Pembahasan Pengujian Tarik Alkali 4 jam …… 86
4.2.3. Data Hasil Pengujian Tarik Alkali 6 jam…………. 87
4.2.3.1. Pembahasan Pengujian Tarik Alkali 6 jam……. 89
4.2.4. Data
Hasil Pengujian Tarik Alkali 8 jam ………… 90
4.2.4.1. Pembahasan Pengujian Tarik Alkali 8 jam…….
92
4.3. Pengujian IMPAK
………... 93
4.3.1. Data Hasil Pengujian Impak
Alkali 2 jam ………
93
4.3.1.1. Pembahasan Pengujian Impak Alkali 2 jam .... 95
xiii
4.3.4. Data Hasil Pengujian Impak
Alkali 8 jam ……..
.. 102
4.3.4.1. Pembahasan Pengujian Impak Alkali 6 jam .... 104
4.4. Pengamatan Struktur makro ………
. 105
4.4.1. Pembahasan Foto Makro ………...
. 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 109
5.2. Saran... 111
DAFTAR PUSTAKA
xiv
Gambar 2.1
Continous fiber composite
... 11
Gambar 2.2
Woven fiber composite
... 13
Gambar 2.3
Chopped fiber composite
... 14
Gambar 2.4
Hybrid composite
... 15
Gambar 2.5
Particulate Composite
... 16
Gambar 2.6
Laminated
Composites
... 17
Gambar 2.7
Skema Uji Densitas (Goerge, N B and Brian R. 2003). . 29
Gambar 2.8
Penampang Uji bending (Standart ASTM D 790-02)
….. 26
Gambar 2.9
Spesimen dan peralatan uji Impak ... 63
Gambar 3.1
Serat rami sebelum diacak ... 85
Gambar 3.2
serat
rami
setelah diacak ... 86
Gambar 3.3
Resin
Polyester
Yucalac
tipe 157 dan
katalis
... 86
Gambar 3.4
Larutan NaOH ... 87
Gambar 3.5
Timbangan Digital ... 87
Gambar 3.6
.
wood moisture meter
... 88
Gambar 3.7
Cetakan untuk benda uji ... 88
Gambar 3.8
. Alat Pengepres
Cetakan
... 89
Gambar 3.9
Alat bantu lain ... 89
Gambar 3.10
. Diagram alir penelitian ...40
Gambar 3.11
Hasil cetakan komposit serat
Ramie
dengan matrik
polyester
... 90
Gambar 3.12
Spesimen uji tarik komposit serat
rami
. ... 91
Gambar 3.13
Spesimen uji bending komposit serat
ramie
... 91
Gambar 3.14
Spesimen uji Impak komposit serat
ramie
... 92
Gambar 3.15
Dimensi pengujian bending Standar ASTM D 790-02. 46
Gambar 3.16
. Mesin Pengujian Bending ... 93
Gambar 3.17
Mesin pengujian Impak
charpy
... 94
Gambar 3.18
Dimensi Impak
ASTM D 5942-96 ... 94
Gambar 3.19
Dimensi benda pengujian tarik ... 94
xv
volume terhadap tebal ko
mposit ……….. 56
Gambar 4.3
Grafik hubungan defleksi bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit ……… 56
Gambar 4.4
Grafik hubungan modulus elastisitas bending rata-rata
dengan fraksi volume terhadap tebal komposit……….
57
Gambar 4.5
Grafik hubungan kekakuan bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit ………. 57
Gambar 4.6
Grafik hubungan momen bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
... 62
Gambar 4.7
Grafik hubungan tegangan bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
……….. 63
Gambar 4.8
Grafik hubungan defleksi bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit……….. 63
Gambar 4.9
Grafik hubungan modulus elastisitas bending rata-rata
dengan fraksi volume terhadap tebal komposit
………. 64
Gambar 4.10
Grafik hubungan kekakuan bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit………. 64
Gambar 4.11
Grafik hubungan momen bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit………. 69
Gambar 4.12
Grafik hubungan tegangan bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit………. 70
Gambar 4.13
Grafik hubungan defleksi bending rata-rata dengan fraksi
volume t
erhadap tebal komposit……… 70
Gambar 4.14
Grafik hubungan modulus elastisitas bending rata-rata
dengan fraksi volume terhadap tebal komposit………. 71
Gambar 4.15
Grafik hubungan kekakuan bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit……… 71
Gambar 4.16
Grafik hubungan momen bending rata-rata dengan fraksi
xvi
volume terhadap tebal komposit……… 77
Gambar 4.19
Grafik hubungan modulus elastisitas bending rata-rata
dengan fraksi volume terhadap tebal komposit…….. 78
Gambar 4.20
Grafik hubungan kekakuan bending rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit……… 78
Gambar 4.21
Grafik hubungan modulus elastisitas tarik rata-rata dengan
fraksi volume terhadap tebal komposit………. 82
Gambar 4.22
Grafik hubungan kekuatan tarik rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
……… 82
Gambar 4.23
Grafik hubungan modulus elastisitas tarik rata-rata dengan
fraksi volume terhadap tebal komposit……… 85
Gambar 4.24
Grafik hubungan kekuatan tarik rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
………85
Gambar 4.25
Grafik hubungan modulus elastisitas tarik rata-rata dengan
fraksi volume terhadap tebal komposit……… 88
Gambar 4.26
Grafik hubungan kekuatan tarik rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
………88
Gambar 4.27
Grafik hubungan modulus elastisitas tarik rata-rata dengan
fraksi volume terhadap tebal komposit……… 91
Gambar 4.28
Grafik hubungan kekuatan tarik rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
………91
Gambar 4.29
Grafik hubungan Harga Impak rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
……… 94
Gambar 4.30
Grafik Hubungan Energi Serap
Impak
Rata-rata dengan
Fraksi Volume Terhadap Tebal Komposit……… 94
Gambar 4.31
Grafik hubungan Harga Impak rata-rata dengan fraksi
xvii
volume terhadap tebal komposit
……… 100
Gambar 4.34
Grafik Hubungan Energi Serap
Impak
Rata-rata dengan
Fraksi Volume Terhadap Tebal Komposit……… 100
Gambar 4.35
Grafik hubungan Harga Impak rata-rata dengan fraksi
volume terhadap tebal komposit
……… 103
Gambar 4.36
Grafik Hubungan Energi Serap
Impak
Rata-rata dengan
Fraksi Volume Terhadap Tebal Komposit……… 103
Gambar 4.37
Contoh Patahan Spesimen pada Uji Bending dengan
perbedaan waktu alkali
………... 105
Gambar 4.38
Contoh Patahan spesimen pada Uji Impak dengan
perbedaan waktu alkali
……… 106
Gambar 4.39
Contoh Patahan spesimen pada Uji Tarik dengan
xviii
Tabel 4.1
Data hasil pengujian bending rata-rata pada tebal 1mm...53
Tabel 4.2
Data hasil pengujian bending rata-rata pada tebal 2mm...53
Tabel 4.3
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 3mm…….54
Tabel 4.4
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 4mm…….54
Tabel 4.5
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 5mm…….55
Tabel 4.6
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 1mm…….60
Tabel 4.7
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 2mm……..60
Tabel 4.8
Data hasil pengujian bending rata-rata pad
a tebal 3mm……..61
Tabel 4.9
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 4mm……..61
Tabel 4.10
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 5mm……62
Tabel 4.11
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 1mm……67
Tabel 4.12
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 2mm……67
Tabel 4.13
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 3mm……68
Tabel 4.14
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 4mm……68
Tabel 4.15
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 5mm……69
Tabel 4.16
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 1mm……74
Tabel 4.17
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 2mm……74
Tabel 4.18
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 3mm……75
Tabel 4.19
Data hasil pengujian bending rata-rata pada teba
l 4mm……75
Tabel 4.20
Data hasil pengujian bending rata-
rata pada tebal 5mm……76
Tabel 4.21
Hasil Data Pengujian Tarik Alkali 2 Jam
………..81
Tabel 4.22
Hasil Data Pengujian Tarik Alkali 4 Jam
………..84
Tabel 4.23
Hasil Data Pengujian Tarik Alkali 6 Jam
………..87
Tabel 4.24
Hasil Data Pengujian Tarik Alkali 8 Jam
………..90
Tabel 4.25
Hasil Data Pengujian Impak Alkali 2 Jam
………..93
Tabel 4.26
Hasil Data Pengujian Impak Alkali 4 Jam
………..96
Tabel 4.27
Hasil Data Pengujian Impak Alkali 6 Jam
………
..99
xix
A
= Luas Penampang
E
= Modulus Elastisitas
E
serap= Energi Yang Terserap
I
s= Kekuatan Impak
L
= Jarak antara tumpuan
P
= Beban Tekan
V
c= Volume Komposit
V
f= Fraksi Volume
m
u= Berat Specimen Di udara
m
a= Berat Specimen Dalam air
ρ
air= Densitas air
σ
= Tegangan tarik
xx
Lampiran 1. Annual Book of ASTM
Lampiran 2. Data hasil pengujian bending,tarik,dan Impak
Lampiran 3. Analisis perhitungan pengujian bending,tarik,dan Impak
Lampiran 4. Tabel mechanical properties fiber dan resin
Lampiran 5. Uji Density serat rami dengan kadar air 10%
Lampiran 6. Analisis perhitungan fraksi volume
Lampiran 7. Konversi Satuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penggunaan material komposit dengan
filler
serat alam mulai
banyak dikenal dalam industri manufaktur. Material yang ramah
lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu dihancurkan sendiri
oleh alam merupakan tuntutan teknologi sekarang ini. Salah satu
material yang diharapkan mampu memenuhi hal tersebut adalah
material komposit dengan material pengisi (
filler
) serat alam.
Keunggulan yang dimiliki oleh serat alam antara lain : non-abbrasive,
densitas rendah, harga lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak
membahayakan bagi kesehatan. Penggunaan serat alam sebagai
filler
dalam komposit tersebut terutama untuk lebih menurunkan biaya
bahan baku dan peningkatan nilai salah satu produk pertanian. (Fajar,
2008).
Serat alam dapat menjadi
filler
dalam komposit karena
kandungan selulosa beberapa serat alam yang memiliki selulosa
antara lain kenaf, cantalu, tebu, jagung, abaca, padi, ramie dan
lain-lain. Tanaman ramie
( Boehmeria Nivea )
adalah sumber bahan baku
serat tekstil alam tumbuh-tumbuhan, sebagaimana halnya dengan
serat kapas, linen (flax) dan sejenisnya. Sejak jaman dahulu rami
digunakan untuk bahan pembuat pakaian dan juga sebagai baju
perang karena keuletan rami mampu menahan sabetan pedang,
bahkan sekarang serat rami diteliti oleh pihak militer untuk bahan
pembuatan baju anti peluru (Jamasri, 2008).
Dalam penelitian ini menggunakan
filler
serat ramie, jenis
pengikat yang digunakan adalah resin
polyester
. Resin
polyester
merupakan salah satu resin termoset yang mudah diperoleh dan
digunakan masyarakat umum maupun industri skala kecil maupun
besar. Resin
polyester
ini juga mempunyai kemampuan berikatan
dengan serat alam tanpa menimbulkan reaksi dan gas, oleh karena itu
resin
polyester
digunakan dalam penelitian ini.
Untuk meningkatkan fungsi guna dari serat ramie yang biasa
digunakan untuk bahan tekstil dan kerajinan rakyat menjadi material
teknik, maka perlu diteliti dan dikembangkan sebagai bahan komposit
yang sesuai sifat fisis dan mekanisnya, sehingga akan tercipta bahan
komposit baru.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kekuatan bending
yang paling optimal dari komposit
serat ramie pada fraksi volume serat 20%, 30%, 40%, dan 50%
dengan variasi tebal komposit 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, dan 5
mm, dan perlakuan alkali 2 jam , 4 jam , 6 jam , 8 jam ,bermatrik
2. Mengetahui kekuatan impak
yang paling optimal dari komposit
serat ramie pada fraksi volume serat 20%, 30%, 40%, dan 50%
dengan variasi tebal komposit 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, dan 5
mm, dan perlakuan alkali 2 jam , 4 jam , 6 jam , 8 jam ,bermatrik
resin poliester tipe BQTN 157.
3. Mengetahui kekuatan tarik
yang paling optimal dari komposit serat
ramie pada fraksi volume serat 20%, 30%, 40%, dan 50% dengan
variasi tebal komposit 1 mm, 2 mm ,3 mm, 4 mm, dan 5 mm, dan
perlakuan alkali 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam ,bermatrik resin
poliester tipe BQTN 157.
4.
Mengetahui jenis patahan pengujian bending , impak dan tarik
dengan foto makro.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman tentang penelitian material komposit.
2. Bagi akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
tambahan untuk penelitian tentang komposit serat alam (
natural
fibrous composite
)
.
3. Bagi industry dapat digunakan sebagai acua atau pedoman dalam
ramie sehingga meningkatkan nilai jual serat ramie sekaligus
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya petani ramie.
1.4. Rumusan
Masalah
Komposit Penguatan Serat (
Fibrous Composite
) menggunakan
serat ramie yang disusun secara acak dan matrik resin polyester
sebagai pembentuk material komposit, dengan adanya penambahan
fraksi volume dan penambahan variasi tebal, serta perlakuan alkali
bagaimanakah performasi dari bahan serat komposit ini? Bagaimana
jenis patahan specimen hasil pengujian bendin, impak dan tarik?
Permasalahan-permasalahan tersebut akan menjadi topik utama
penelitian ini.
1.5. Pembatasan Masalah
Agar masalah tidak melebar dari pembahasan utama, maka
permasalahan hanya dibatasi pada:
1. Pengujian komposit pada serat
ramie
yang disusun acak dengan
fraksi volume serat 20%, 30%, 40%, dan 50% dan dengan variasi
tebal komposit 1mm, 2mm, 3mm, 4mm, dan5 mm, dan perlakuan
alkali 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam dengan matrik resin
polyester
tipe
BQTN 157.
2. Jenis komposit yang dijadikan sebagai bahan penelitian pada
3. Pengujian komposit berupa uji kekuatan bending (Standart ASTM
D 790-02), uji
impak
(Standart ASTM D 256-00) dan uji tarik
(Standart ASTM D 638-02).
4. Benda uji dibuat dengan cara
press mold
dan menggunakan kaca
sebagai cetakan.
5. Serat dengan perlakuan Alkali 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Laporan penulisan Tugas Akhir ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,
perumusan
masalah,
pembatasan
masalah,
dan
sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka dan dasar teori.
Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil riset
yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan
penelitian ini. Dasar teori ini dijadikan sebagai penuntun untuk
memecahkan masalah yang berbentuk uraian kualitatif atau model
BAB III PELAKSANAAN
PENGUJIAN
Bab ini berisi tentang diagram alur penelitian, penyiapan benda
uji, pembuatan benda uji, serta pengujian mekanis komposit
.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan pengujian
bending
, impak
, dan tarik dan pengamatan foto makro, serta analisis
perhitungan
.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan pustaka
Nurkholis (2008), meneliti kekuatan tarik dan
impak
komposit
berpenguat serat rami dengan perlakuan
alkali (NaOH)
selama 2, 4, 6
dan 8 jam dengan fraksi volume serat 10% dan 90% bermatrik poliester
BQTN 157, pembuatan komposit dilakukan dengan pencetakan
metode
hand lay up
menggunakan kaca sebagai cetakannya
dan
perlakuan
post cure 60
0selama 4jam,
diperoleh kekuatan tarik tertinggi
dimiliki oleh komposit serat rami dengan perlakuan
alkali
8 jam yaitu
sebesar 41,9 MPa dengan modulus elastisitas 2743,15 MPa pada
perlakuan alkali 2jam, harga impak tertinggi terjadi pada perlakuan
alkali
4 jam yaitu sebesar 0,0725 J/mm
2.
Fajar (2008), meneliti kekuatan bending dan impak komposit
serat rami susun acak dengan matrik polyester BQTN 157 tanpa
perlakuan alkali, pembuatan komposit dilakukan dengan metode pres
mold
. Dari hasil pengujian diperoleh sebagai berikut : pengujian
bending didapat nilai tegangan bending rata-rata tertinggi dimiliki oleh
komposit dengan V
f50% pada tebal 5mm sebesar 95,33 MPa dan
terendah pada komposit dengan V
f20% pada tebal 4mm sebesar
44,52 MPa, modulus elastisitas bending rata-rata tertinggi dimiliki oleh
komposit dengan V
f40% pada tebal 1mm sebesar 5462,93 MPa dan
terendah pada komposit dengan V
f20% pada tebal 4mm. Untuk harga
impak rata-rata tertinggi dimiliki oleh komposit dengan V
f20% pada
tebal 1mm sebesar 0,119 J/mm
2dan terendah pada komposit dengan
V
f40% pada tebal 5mm sebesar 0,024 J/mm
2.
Junaedi (2008), menguji kekuatan tarik dan
impak
komposit
berpenguat serat rami dengan variasi panjang serat 25mm, 50mm dan
100mm dengan fraksi volume 90% matrik poliester BQTN 157 dan 10%
serat rami, pembuatan komposit dengan cara
prees
mold.
Diperoleh
kekuatan tarik tertinggi pada komposit dengan panjang serat 100mm
yaitu 52,483 MPa, dengan modulus elastisitas 5577,213 MPa, harga
impak
tertinggi dimiliki oleh komposit dengan panjang serat 50mm yaitu
0,087 J/mm
2.
Ditinjau dari penelitian yang telah dilakukan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kekuatan bending,
impak
dan tarik dipengaruhi oleh
adanya variasi fraksi volume (V
f)
semakin tinggi fraksi volumenya maka
semakin tinggi pula kekuatannya. Maka dari itu penulis mencoba
meneliti komposit berpenguat serat rami acak dengan perlakuan alkali
2jam, 4jam, 6jam dan 8jam, dengan variasi fraksi volume serat (V
f)
20%, 30%, 40% dan 50% bermatrik
polyester BQTN
157
,
terhadap
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Definisi Komposit
Kata komposit berasal dari kata “
to compose
” yang berarti
menyusun atau menggabung. Secara sederhana bahan komposit
berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Jadi
komposit adalah suatu bahan yang merupakan gabungan atau
campuran dari dua material atau lebih pada skala makroskopis untuk
membentuk material ketiga yang lebih bermanfaat. Komposit dan
alloy
memiliki perbedaan dari cara penggabungannya yaitu apabila komposit
digabung secara makroskopis sehingga masih kelihatan serat maupun
matriknya (komposit serat) sedangkan pada
alloy
/ paduan digabung
secara mikroskopis sehingga tidak kelihatan lagi unsur-unsur
pendukungnya ( Jones, 1975).
Sesungguhnya ribuan tahun lalu material komposit telah
dipergunakan dengan memanfaatkannya serat alam sebagai penguat.
Dinding bangunan tua di Mesir yang telah berumur lebih dari 3000
tahun ternyata terbuat dari tanah liat yang diperkuat jerami (Jamasri,
2008). Seorang petani memperkuat tanah liat dengan jerami, para
pengrajin besi membuat pedang secara berlapis dan beton bertulang
merupakan beberapa jenis komposit yang sudah lama kita kenal.
Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:
1
. Penguat (
reinforcement
), yang mempunyai sifat kurang
ductile
2.
Matrik, umumnya lebih
ductile
tetapi mempunyai kekuatan dan
rigiditas yang lebih rendah.
Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat
dengan jelas, sedangkan pada
alloy
/ paduan sudah tidak kelihatan lagi
unsur-unsur pendukungnya. Salah satu keunggulan dari material
komposit bila dibandingkan dengan material lainnya adalah
penggabungan unsur-unsur yang unggul dari masing-masing unsur
pembentuknya tersebut. Sifat material hasil penggabungan ini
diharapkan dapat saling melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada
pada masing-masing material penyusunnya. Sifat-sifat yang dapat
diperbaharui (Jones,1975) antara lain :
Sifat-sifat yang dapat diperbaiki antara lain:
a. kekuatan
(Strength)
b. kekakuan
(Stiffness)
c. ketahanan korosi
(Corrosion resistance)
d. ketahanan gesek/aus
(Wear resistance)
e. berat
(Weight)
f. ketahanan lelah
(Fatigue life)
g. Meningkatkan konduktivitas panas
h. Tahan lama
Secara alami kemampuan tersebut diatas tidak ada semua pada
waktu yang bersamaan (Jones, 1975). Sekarang ini perkembangan
sekarang ini digunakan dalam berbagai variasi komponen antara lain
untuk otomotif, pesawat terbang, pesawat luar angkasa, kapal dan
alat-alat olah raga seperti ski, golf, raket tenis dan lain-lain
.
2.2.2. Klasifikasi
Material
Komposit
Berdasarkan
bentuk
komponen strukturalnya
Secara garis besar komposit diklasifikasikan menjadi tiga
macam (Jones, 1975), yaitu:
1. Komposit serat (
Fibrous Composites)
2. Komposit partikel (
Particulate Composites)
3. Komposit lapis (
Laminates Composites)
2.2.2.1. Komposit serat (
Fibrous Composites)
Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari fiber
dalam matriks. Secara alami serat yang panjang mempunyai
kekuatan yang lebih dibanding serat yang berbentuk curah
(
bulk
). Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu
lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa
serat / fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa
fibers glass
,
carbon
fibers
,
aramid
fibers
(
poly aramide
), dan sebagainya.
Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi
tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks
seperti anyaman. Serat merupakan material yang mempunyai
diameternya
berukuran
mendekati
kristal.
serat
juga
mempunyai kekuatan dan kekakuan terhadap densitas yang
besar (Jones, 1975).
Kebutuhan akan penempatan serat dan arah serat yang
berbeda menjadikan komposit diperkuat serat dibedakan lagi
menjadi beberapa bagian diantaranya:
1) Continous fiber composite (komposit diperkuat dengan
serat kontinue).
Gambar 2.1.
Continous fiber composite
(Gibson, 1994)
2) Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan serat
anyaman).
Gambar 2.2.
Woven fiber composite
(Gibson, 1994)
3) Chopped fiber composite (komposit diperkuat serat
Gambar 2.3.
Chopped fiber composite
(Gibson, 1994)
4) Hybrid composite (komposit diperkuat serat kontinyu
dan serat acak).
Gambar 2.4.
Hybrid composite
(Gibson, 1994)
2.2.2.2. Komposit Partikel
(
Particulate Composites)
Merupakan komposit yang menggunakan partikel serbuk
sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam
matriknya.
Gambar 2.5.
Particulate Composite
(www.kemahasiswaan.its.ac.id)
Komposit ini biasanya mempunyai bahan penguat yang
dimensinya kurang lebih sama, seperti bulat serpih, balok,
[image:33.610.276.429.113.187.2]sama, yang kerap disebut partikel, dan bisa terbuat dari satu
atau lebih material yang dibenamkan dalam suatu matriks
dengan material yang berbeda. Partikelnya bisa logam atau
non logam, seperti halnya matriks. Selain itu adapula polimer
yang mengandung partikel yang hanya dimaksudkan untuk
memperbesar volume material dan bukan untuk kepentingan
sebagai bahan penguat (Jones, 1975).
2.2.2.3. Komposit Lapis (
Laminates Composites)
Merupakan jenis komposit terdiri dari dua lapis atau lebih
yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki
karakteristik sifat sendiri.
Gambar 2.6.
Laminated
Composites
(www.kemahasiswaan.its.ac.id)
Komposit ini terdiri dari bermacam-macam lapisan
material dalam satu matriks. Bentuk nyata dari komposit
lamina adalah:( Jones, 1999)
1. Bimetal
Bimetal adalah lapis dari dua buah logam yang mempunyai
melengkung seiring dengan berubahnya suhu sesuai
dengan perancangan, sehingga jenis ini sangat cocok
untuk alat ukur suhu.
2. Pelapisan logam
Pelapisan logam yang satu dengan yang lain dilakukan
untuk mendapatkan sifat terbaik dari keduanya.
3. Kaca yang dilapisi
Konsep ini sama dengan pelapisan logam. Kaca yang
dilapisi akan lebih tahan terhadap cuaca.
4. Komposit lapis serat
Dalam hal ini lapisan dibentuk dari komposit serat dan
disusun dalam berbagai orientasi serat. Komposit jenis ini
biasa digunakan untuk panel sayap pesawat dan badan
pesawat.
2.2.3. Unsur-unsur Utama Pembentuk Komposit FRP
FRP (
Fiber Reinforced Plastics
) mempunyai dua
unsur bahan yaitu serat
(fiber)
dan bahan pengikat serat
yang disebut dengan matriks. Unsur utama dari bahan
komposit adalah serat, serat inilah yang menentukan
karakteristik suatu bahan seperti kekuatan, keuletan,
kekakuan dan sifat mekanik yang lain. Serat menahan
sedangkan matriks mengikat serat, melindungi dan
meneruskan gaya antar serat (Van Vlack, 2005)
Secara prinsip, komposit dapat tersusun dari
berbagai kombinasi dua atau lebih bahan, baik bahan
logam, bahan organik, maupun bahan non organik. Namun
demikian bentuk dari unsur-unsur pokok bahan komposit
adalah
fibers, particles, leminae or layers, flakes fillers and
matrix
. Matrik sering disebut unsur pokok
body
, karena
sebagian besar terdiri dari matriks yang melengkapi
komposit (Van vlack, 2005).
2.2.3.1. Serat
Serat atau
fiber
dalam bahan komposit berperan
sebagai bagian utama yang menahan beban, sehingga
besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung
dari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan
(diameter serat mendekati ukuran kristal) maka semakin
kuat bahan tersebut, karena minimnya cacat pada material
(Triyono,& Diharjo k, 2000).
Selain itu serat (
fiber)
juga merupakan unsur yang
terpenting, karena seratlah nantinya yang akan menentukan
sifat mekanik komposit tersebut seperti kekakuan, keuletan,
Sebagai pembawa beban. Dalam struktur komposit 70% -
90% beban dibawa oleh serat.
Memberikan sifat kekakuan, kekuatan, stabilitas panas dan
sifat-sifat lain dalam komposit.
Memberikan insulasi kelistrikan (konduktivitas) pada
[image:37.610.95.552.304.557.2]komposit, tetapi ini tergantung dari serat yang digunakan.
Tabel 2.1.
Sifat mekanik dari beberapa jenis serat.( Dieter H. Mueller )
Cotton
Flax
Jute
Kenaf
E-Glass
Ramie
Sisal
Diameter
mm
-
11
–
33
200
200
5
–
25
40
–
80
50
–
200
Panjang
mm
10
–
60
10
–
40
1
–
5
2
–
6
-
60
–
260
1
–
5
Kekuatan tarik
MPa
330
–
585
345
–
1035
393
–
773
930
1800
400
–
1050
511
–
635
Modulus
elastisitas
GPa
4.5
–
12.6
27.6
–
45.0
26.5
53.0
69.0
–
73.0
61.5
9.4
–
15.8
Massa jenis
g/cm
31.5
–
1.54
1.43
–
1.52
1.44
–
1.50
1.5
2.5
1.5
–
1.6
1.16
–
1.5
Regangan
maksimum
%
7.0
–
8.0 2.7
–
3.2
1.5
–
1.8
1.6
2.5
–
3.0
3.6
–
3.8
2.0
–
2.5
Spesifik
kekuatan tarik
km
39.2
73.8
52.5
63.2
73.4
71.4
43.2
Spesifik
kekakuan
km
0.85
3.21
1.80
3.60
2.98
4.18
1.07
2.2.3.1.
Matrik
Menurut Gibson (1994), bahwa matrik dalam struktur
komposit dapat berasal dari bahan polimer, logam, maupun
keramik.
Syarat pokok matrik yang digunakan dalam komposit
adalah matrik harus bisa meneruskan beban, sehinga serat
dan matrik. Umumnya matrik dipilih yang mempunyai
ketahanan panas yang tinggi (Triyono & Diharjo, 2000).
Matrik yang digunakan dalam komposit adalah harus
mampu meneruskan beban sehingga serat harus bisa melekat
pada matrik dan kompatibel antara serat dan matrik artinya
tidak ada reaksi yang mengganggu. Menurut Diharjo (1999)
pada bahan komposit matrik mempunyai kegunaan yaitu
sebagai berikut :
Matrik memegang dan mempertahankan serat pada
posisinya.
Pada
saat
pembebanan,
merubah
bentuk
dan
mendistribusikan tegangan ke unsur utamanya yaitu serat.
Memberikan sifat tertentu, misalnya
ductility, toughness
dan
electrical insulation.
Menurut Diharjo (1999), bahan matrik yang sering
digunakan dalam komposit antara lain :
a. Polimer.
Polimer merupakan bahan matrik yang paling sering
digunakan. Adapun jenis polimer yaitu:
Thermoset, adalah plastik atau resin yang tidak bisa
berubah karena panas (tidak bisa di daur ulang).
Termoplastik, adalah plastik atau resin yang dapat
dilunakkan terus menerus dengan pemanasan atau
dikeraskan dengan pendinginan dan bisa berubah
karena panas (bisa didaur ulang). Misalnya :
Polyamid, nylon, polysurface, polyether.
b. Keramik.
Pembuatan komposit dengan bahan keramik yaitu
Keramik dituangkan pada serat yang telah diatur
orientasinya dan merupakan matrik yang tahan pada
temperatur tinggi. Misalnya :SiC dan SiN yang sampai
tahan pada temperatur 1650 C.
c. Karet.
Karet adalah polimer bersistem
cross linked
yang
mempunyai kondisi semi kristalin dibawah temperatur
kamar.
d. Matrik logam
Matrik cair dialirkan kesekeliling sistem
fiber
, yang telah
diatur dengan perekatan difusi atau pemanasan.
e. Matrik karbon.
Fiber
yang direkatkan dengan karbon sehingga terjadi
karbonisasi.
Pemilihan matrik harus didasarkan pada kemampuan
filler.
Selain itu juga perlunya diperhatikan berat jenis,
viskositas
, kemampuan membasahi
filler
, tekanan dan
suhu
curring
, penyusutan dan
voids
.
Voids
(kekosongan) yang terjadi pada matrik sangatlah
berbahaya, karena pada bagian tersebut
fiber
tidak didukung
oleh matriks, sedangkan
fiber
selalu akan mentransfer
tegangan ke matriks. Hal seperti ini menjadi penyebab
munculnya
crack
, sehingga komposit akan gagal lebih awal.
Kekuatan komposit terkait dengan
void
adalah berbanding
terbalik yaitu semakin banyak
void
maka komposit semakin
rapuh dan apabila sedikit
void
komposit semakin kuat.
Dalam pembuatan sebuah komposit, matriks berfungsi
sebagai pengikat bahan penguat, dan juga sebagai pelindung
partikel dari kerusakan oleh faktor lingkungan. Beberapa
bahan matriks dapat memberikan sifat-sifat yang diperlukan
sebagai keliatan dan ketangguhan. Pada penelitian ini matrik
yang digunakan adalah
polimer termoset
dengan jenis
resin
polyester
.
Matriks
polyester
paling banyak digunakan terutama
untuk aplikasi konstruksi ringan, selain itu harganya murah,
resin
ini mempunyai karakteristik yang khas yaitu dapat
diwarnai, transparan, dapat dibuat kaku dan fleksibel, tahan
pada suhu kerja mencapai 79
0C atau lebih tergantung partikel
resin
dan keperluannya (Schward, 1984). Keuntungan lain
matriks
polyester
adalah mudah dikombinasikan dengan serat
dan dapat digunakan untuk semua bentuk penguatan plastik.
2.2.3.2.
Perlakuan
Alkali ( NaOH )
Sifat alami serat adalah
Hyrophilic
, yaitu suka terhadap
air berbeda dari polimer yang
hidrophilic
.Pengaruh perlakuan
alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah
diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi
sehingga sifat alami
hidropholic
serat dapat memberikan
ikatan
interfecial
dengan matrik secra optimal (Bismarck dkk
2002).
NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah
larut dalam air dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi
dengan sempurna. Menurut teori arrhenius basa adalah zat
yang dalam air menghasilkan ion OH negatif dan ion positif.
Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan
terasa licin (seperti sabun). Sifat licin terhadap kulit itu disebut
sifat kaustik basa.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkkan
dimasukkan ke dalam larutan basa maka berubah menjadi
biru.
2.2.4. Aspek Geometri
2.2.4.1. Pengujian Kadar Air
Pengujian ini adalah untuk mengetahui jumlah kadar air yang
terdapat pada serat rami. Uji ini bertujuan untuk menjaga agar
serat rami tetap terjaga kadar airnya yaitu 10%. Pengujian ini
menggunakan alat digital
wood moisture contain
. Pengujian ini
mempunyai dua fungsi utama yaitu (standar ASTM D 570-98) :
1. Sebagai panduan mengenai proporsi air yang diserap
oleh sebuah bahan.
2.
Sebagai tes control mengenai keseragaman sebuah
produk
.
2.2.4.2. Fraksi Volume
Jumlah kandungan serat dalam komposit, merupakan hal
yang menjadi perhatian khusus pada komposit berpenguat serat.
Untuk memperoleh komposit berkekuatan tinggi, distribusi serat
dengan matrik harus merata pada proses pencampuran agar
mengurangi timbulnya
void
. Untuk menghitung fraksi volume,
parameter yang harus diketahui adalah berat jenis resin, berat
jenis serat, berat komposit dan berat serat. Adapun fraksi volume
... [2.1]
... [2.2]
Jika selama pembuatan komposit diketahui massa
fiber
dan matrik, serta density
fiber
dan matrik, maka fraksi volume dan
fraksi
massa
fiber
dapat
dihitung
dengan
persamaan
(Shackelford, 1992) :
... [2.3]
dimana :
W
f: fraksi berat serat
w
f: berat serat
w
c: berat komposit
ρ
f:
density
serat
ρ
c:
density
komposit
V
f: fraksi volume serat
V
m: fraksi volume matrik
vf
: volume serat
vm
: volume matrik
2.2.4.3. Uji density
Pengujian densitas merupakan pengujian sifat fisis terhadap
spesimen yang diuji. Rapat massa (
mass density
) suatu zat adalah
massa zat per satuan volume (Goerge, 2003).
�
=
dimana :
ρ
= densitas benda (gram/cm
3)
m = massa benda (gram)
v
= volume benda (cm
3)
Pada benda dengan bentuk yang tidak beraturan, dimana kita
kesulitan untuk menentukan volumenya, kita dapat menghitung
densitas dengan hukum Archimedes. Dalam pengujian densitas disini
pada prinsipnya menentukan massa spesimen diudara (m
udara) dan
massa spesimen diair (m
air). Massa diudara (m
udara) dapat dihitung
dengan timbangan
digital
secara normal yang merupakan massa
sesungguhnya. Massa dalam air (m
air) dapat dihitung dengan cara
massa diudara (m
udara) dikurangi gaya keatas, sedangkan gaya ke atas
dapat dihitung dengan teori Archimides. Pada teori Archimides
dikatakan bahwa suatu benda yang dicelupkan dalam suatu fluida akan
mengalami gaya ke atas sama dengan massa fluida yang dipindahkan
oleh benda. Jadi dari teori Archimides tersebut dapat diterapkan untuk
mencari densitas dengan persamaan rumus perhitungan seperti
dibawah ini (Barsoum, 1997) :
�
=
�dimana :
m
udara= massa spesimen diudara (gram)
m
fluida= massa spesimen dalam fluida/air (gram)
ρ
fluida= densitas fluida/air (gram/cm
3)
ρ
= densitas spesimen (gram/cm
3)
Gambar 2.7. Skema Uji Densitas (Goerge, 2003).
2.2.4.4. Kekuatan Bending
Material komposit mempunyai sifat tekan lebih baik
dibanding tarik, pada perlakuan uji bending spesimen, bagian atas
spesimen terjadi proses tekan dan bagian bawah terjadi proses
tarik sehingga kegagalan yang terjadi akibat uji bending yaitu
mengalami patah bagian bawah karena tidak mampu menahan
tegangan tarik. Dimensi balok dapat kita lihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.8. Penampang Uji bending (Standart ASTM D 790-02)
Momen yang terjadi pada komposit dapat dihitung
dengan persamaan :
=
�
2
.
2
……….. [2.4]
Menentukan kekuatan bending menggunakan persamaan
(Standart ASTM D790-02) :
�
=
.
�
=
�
2
.
2
.
1
2
�
1
12
. .
�
3=
1
8
.
�
. .
�
1
12
. .
�
3=
1
8
�
.
1
12
.
�
2�
=
3
�
.
2 . .
�
2… … … …
. .
… …
. [2.5]
Sedangkan untuk menentukan modulus elastisitas bending
menggunakan rumus sebagai berikut (Standart ASTM D790- 02) :
.
.
.
4
.
3 3d
b
P
L
Eb
………
....
……
...
………
.[2.6]
dimana:
b = kekuatan bending (MPa)
P = beban yang diberikan(N)
L = jarak antara titik tumpuan (mm)
b = lebar spesimen (mm)
d = tebal spesimen (mm)
δ
= defleksi (mm)
Eb = modulus elastisitas (MPa)
Sedangkan kekakuan dapat dicari dengan persamaan
(Lukkassen, D., Meidel, A., 2003) :
=
112
�
3
... [2.7]
D = EI
... [2.8]
dimana :
D : kekakuan (N/mm
2)
E : modulus elastisitas (N/mm
2)
I : momen inersia (mm
4)
b : lebar (mm)
2.2.4.5. Kekuatan Impak
Pengujian
impak
bertujuan untuk mengukur berapa energi
yang dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah.
Pengujian
impak
merupakan respon terhadap beban kejut atau
beban tiba-tiba (beban impak) (calliester, 2007).
Dalam pengujian
impak
terdiri dari dua teknik pengujian
standar yaitu
Charpy
dan
Izod
. Pada pengujian standar
Charpy
dan
Izod
, dirancang dan masih digunakan untuk mengukur energi
impak
yang juga dikenal dengan ketangguhan takik (Calliester,
2007).
Spesimen
Charpy
berbentuk batang dengan penampang
lintang bujur sangkar dengan takikan V oleh proses permesinan
(gambar 2.2.a). Mesin pengujian impak diperlihatkan secara
skematik dengan (gambar 2.2.b). Beban didapatkan dari
tumbukan oleh palu pendulum yang dilepas dari posisi ketinggian
h
. Spesimen diposisikan pada dasar seperti pada (gambar 2.2.b)
tersebut. Ketika dilepas, ujung pisau pada palu pendulum akan
menabrak dan mematahkan spesimen ditakikannya yang bekerja
sebagai titik konsentrasi tegangan untuk pukulan impak
kecepatan tinggi. Palu pendulum akan melanjutkan ayunan untuk
mencapai ketinggian maksimum
h
’ yang lebih rendah dari
h
.
Energi yang diserap dihitung dari perbedaan
h’
dan
h
(
mgh
–
pendulum terhadap garis vertikal sebelum dibenturkan adalah
α
dan posisi lengan pendulum terhadap garis vertikal setelah
membentur spesimen adalah
β
. Dengan mengetahui besarnya
energi potensial yang diserap oleh material maka kekuatan impak
benda uji dapat dihitung (Standar ASTM D256-00).
Eserap = energi awal
–
energi yang tersisa
= m.g.h
–
m.g.h’
= m.g.(R-
Rcos α) –
m.g.(R-
R.cos β)
Esrp
= mg.R.(cos β
-
cos α) ...
...[2.9]
dimana :
Esrp : energi serap (J)
m : berat pendulum (kg) = 20 kg
g
: percepatan gravitasi (m/s
2) = 10 m/s
2R
: panjang lengan (m) = 0,8 m
α
: sudut pendulum sebelum diayunkan = 30
oβ
: sudut ayunan pendulum setelah mematahkan
specimen
Harga impak dapat dihitung dengan
:
=
��
... [2.10]
dimana :
HI
: Harga Impak (J/mm
2)
Esrp : energi serap (J)
Gambar 2.9. (a) Spesimen yang digunakan untuk pengujian
impak. (b) Skematik peralatan uji impak. (Callister, 2007).
Pengujian
impak
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Material yang getas, bentuk patahannya akan bermukaan
merata, hal ini menunjukkan bahwa material yang getas akan
cenderung patah akibat tegangan normal.
2. Material yang ulet akan terlihat meruncing, hal ini menunjukkan
bahwa material yang ulet akan patah akibat tegangan geser.
3. Semakin besar
posisi sudut β akan semakin
getas, demikian
mematahkan material cenderung semakin kecil, demikian
sebaliknya.
2.2.4.6. Pengujian Kekuatan Tarik
Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan,
regangan, modulus elastisitas bahan dengan cara menarik
spesimen sampai putus. Pengujian tarik dilakukan dengan mesin
uji tarik atau dengan
universal testing standar
.(Standar ASTM D
638-02).
Hal-hal yang mempengaruhi kekuatan tarik komposit
antara lain :(Surdia, 1995).
a. Temperatur
Apabila temperatur naik, maka kekuatan tariknya akan turun
b. Kelembaban
Pengaruh
kelembaban
ini
akan
mengakibatkan
bertambahnya absorbsi air, akibatnya akan menaikkan
regangan patah, sedangkan tegangan patah dan modulus
elastisitasnya menurun.
c.
Laju Tegangan
d.
Apabila laju tegangan kecil, maka perpanjangan
bertambah dan mengakibatkan kurva tegangan-regangan
menjadi landai, modulus elastisitasnya rendah. Sedangkan
kalau laju tegangan tinggi, maka beban patah dan modulus
Hubungan antara tegangan dan regangan pada beban tarik
ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Surdia, 1995)
P =
σ
. A atau
σ
=
A
P
... [2.11]
Catatan:
P = beban (N)
A = luas penampang (mm
2)
σ
= tegangan (MPa).
Besarnya regangan adalah jumlah pertambahan panjang
karena pembebanan dibandingkan dengan panjang daerah
ukur (
gage length
). Nilai regangan ini adalah regangan
proporsional yang didapat dari garis. Proporsional pada
grafik tegangan-tegangan hasil uji tarik komposit.(Surdia,
1995)
=
lo
L
... [2.12]
Dimana:
= Regangan (mm/mm)
ΔL
= pertambahan panjang (mm)
lo = panjang daerah ukur (
gage length
), mm
Pada daerah proporsional yaitu daerah dimana
tegangan-regangan yang terjadi masih sebanding, defleksi yang terjadi
masih bersifat elastis dan masih berlaku hukum Hooke.
merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan
pada daerah proporsional dapat dihitung dengan persamaan
(Surdia, 1995)
E =
... [2.13]
Dimana:
E = Modulus elastisitas tarik (MPa)
= Kekuatan tarik (MPa)
= Regangan (mm/mm)
2.2.5. Perpatahan (
Fracture
)
2.2.5.1
Dasar-dasar Perpatahan.
Kegagalan dari bahan teknik hampir selalu tidak
diinginkan
terjadi
karena
beberapa
alasan
seperti
membahayakan hidup manusia, kerugian dibidang ekonomi dan
gangguan terhadap ketersediaan produk dan jasa. Meskipun
penyebab kegagalan dan sifat bahan mungkin diketahui,
pencegahan terhadap kegagalan sulit untuk dijamin. Kasus
yang sering terjadi adalah pemilihan bahan dan proses yang
tidak tepat dan perancangan komponen kurang baik serta
penggunaan yang salah. Menjadi tanggung jawab para insinyur
untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan dan mencari
penyebab pada kegagalan untuk mencegah terjadinya
Patah sederhana didefinisikan sebagai pemisahan
sebuah bahan menjadi dua atau lebih potongan sebagai respon
dari tegangan static yang bekerja dan pada temperatur yang
relative rendah terhadap temperatur cairnya. Dua model patah
yang mungkin terjadi pada bahan teknik adalah patah liat
(
ductile fracture
) dan patah getas (
brittle fracture
). Klasifikasi ini
didasarkan pada kemampuan bahan mengalami deformasi
plastik. Bahan liat (
ductile
) memperlihatkan deformasi plastik
dengan menyerap energi yang besar sebelum patah.
Sebaliknya, patah getas hanya memeperlihatkan deformasi
plastik yang kecil atau bahkan tidak ada. Setiap proses
perpatahan meliputi dua tahap yaitu pembentukan dan
perambatan
sebagai
respon
terhadap
tegangan
yang
diterapkan.
Jenis perpatahan
sangat
tergantung
pada
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Penyiapan Bahan dan Alat
3.1.1. Penyiapan bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Serat rami
Serat rami dicuci dahulu untuk menghilangkn kotoran yang
ada pada serat, kemudian serat dijemur. Setelah melalui proses
penjemuran serat dioven sampai kadar air menjadi 10%.
Gbr 3.1. Serat rami sebelum diacak
Gbr 3.2. serat rami
setelah diacak
b. Poliester
Matrik
yang digunakan
Resin
Polyester
BQTN
tipe 157
dengan bahan tambahan katalis yang berfungsi sebagai pengeras
resin
.
Gambar 3.3. Resin
Polyester
Yucalac
tipe 157 dan
katalis
c.
NaOH
NaOH
digunakan
untuk menghilangkan kotoran atau lignin
pada serat dengan kadar 5 %. NaOH merupakan larutan basa
dan terkesan licin.
3.1.2. Penyiapan Alat.
a. Timbangan
digital
Timbangan yang digunakan untuk menimbang serat dan
polyester
adalah timbangan
digital.
Gambar 3.5. Timbangan Digital.
b. Alat Uji Kadar Air.
Alat uji kadar air ini digunakan untuk mengukur kadar air
serat
rami
, dengan ketentuan kadar air 10%.
c. Cetakan Benda Uji
Cetakan yang digunakan terbuat dari kaca bening dengan
ketebalan 3mm, 4mm, dan 5 mm.
Gambar 3.7. Cetakan untuk benda uji.
d.
Alat Pengepre