• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Ditinjau dari Jenis Kelamin Pendeta GPI Papua Klasis Fakfak T2 832012003 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi dengan Kepuasan Kerja Ditinjau dari Jenis Kelamin Pendeta GPI Papua Klasis Fakfak T2 832012003 BAB IV"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Selanjutnya dalam Bab ini, akan dibahas tentang diskripsi tempat penelitian, yaitu Gereja Protestan Indonesia di Papua klasis Fakfak, karaketeristik responden yakni para pendeta yang berkerja dalam unit kerja ini yang merupakan sampel penelitian, hasil uji validitas dan relibitas alat ukur, hasil pengukuran variabel, hasil uji statistik melalui teknik korelasi berganda, Anova dan uji beda t-test serta pembahasannya

4.1. DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN

Klasis fakfak merupakan salah satu dari 14 klasis yang berada pada pelayanan GPI Papua, yang beralamat di daerah Wagom (JL.Imam Bonjol), Fakfak, Papua, Indonesia. GPI Papua Klalsis Fakfak memiliki 18 jemaat yang dibagai dalam dua kelompok (kring) yakni kring 1 (satu) yang terdiri dari 10 (sepuluh) jemaat yaitu :

1. 1. Imanuel Werba 2. 2. Pniel Kapartutin 3. 3. Diaspora pala-pala 4. 4. Eden Waggom 5. 5. Eben Haezer Fak-fak

6. 6. Syalom Kapung Baru 7. 7. Imanuel Danaweria 8. 8. Elim Shangram 9. 9. Eden Weri 10.10. Nizpa Karas

Dan kring 2 (dua) yang terdiri dari 8 (delapan) jemaat yaitu 1. 11. Howotab Harada Kayuni

2. 12. Sinar Ubadari 3. 13. Bethel Kokas

4. 14. Ebenhaezer Rangkaendak

5. 15. Tomas Harada Tetar 6. 16. Karmel Ador

7. 17. Rehoboth Sum

8. 18.Elim Bomberai (lokasi

transmigrasi)

(2)

pelayanan yang berbeda yaitu medan pelayanan perkotaan (yang dapat dijangkau oleh akses transportasi dan komunikasi) serta medan pelayanan pedalaman (yang tidak dapat dijangkau oleh akses transportasi maupun komunikasi).

4.2. KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1

Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 36 57%

Perempuan 27 43%

Total 63 100%

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2

Persentase Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah %

49-59 15 24%

38-48 27 43%

28-37 21 33%

Total 63 100%

4.3 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

(3)

psikologi yakni skala motivasi kerja yang berjumlah 28 item, budaya organisasi berjumlah 29 item, dan kepuasan kerja sebanyak 26 item.

Berdasarkan hasil tryout diperoleh data yang menyatakan bahwa terdapat beberapa item yang gugur untuk skala motivasi kerja (sebanyak 2 item) dan skala kepuasan kerja (sebanyak 2 item). Hasil tryout dapat dilihat pada lampiran dari tulisan ini.

Setelah peneliti melakukan tryout, maka langkah selanjutnya yakni melakukan penelitian dengan subjek yakni para Pendeta GPI Papua Klasis Fakfak sebanyak 63 orang pada tanggal 18 Mei – 31 Mei 2015. Berikut ini adalah laporan hasil pengujian validitas dan reliabilitas angket penelitian di GPI Papua Klasis Fakfak.

4.3.1. Skala Motivasi Kerja

Berdasarkan perhitungan validitas skala motivasi kerja diperoleh 26 item valid dan tidak ada item yang gugur dengan rentang nilai antara 0.312 sampai dengan 0.689. Coefisien alpha cronbach 26 item valid adalah 0.752, untuk itu validitas dan reliabilitas skala motivasi kerja berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur skala motivasi kerja.

Tabel 4.3

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Motivasi Kerja

NO Aspek No Item Valid No Item

Gugur

Total

1 Kebutuhan keamanan

1,2,3,4,5,6,7, 8, 9,10

- 10

2 Kebutuhan sosial 11,12,13,14 - 4

3 Kebutuhan harga diri

15,16,17,18 - 4

4 Kebutuhan otonomi 19,20,21,22 - 4

5 Kebutuhan aktualisasi diri

23,24,25,26 - 4

Jumlah Item 26 -

26

(4)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh item skala motivasi kerja yang berjumlah 26 dinyatakan valid dan tidak ada item yang gugur. Sehingga 26 item tersebut digunakan dalam perhitungan lebih lanjut.

4.3.2 Skala Budaya Organisasi

Berdasarkan perhitungan validitas skala budaya organisasi diperoleh 29 item valid dan tidak ada item yang gugur dengan rentang nilai antara 0.310 sampai dengan 0.706. Coefisien alpha cronbach 29 item valid adalah 0.749, untuk itu validitas dan reliabilitas skala budaya organisasi berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur skala budaya organisais.

Tabel 4.4

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Budaya Organisasi

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh item skala motivasi kerja yang berjumlah 29 dinyatakan valid dan tidak ada item yang gugur. Sehingga 29 item tersebut digunakan dalam perhitungan lebih lanjut.

NO Aspek No Item Valid No Item

Gugur

Total

1 Inofasi dan pengambilan resiko

1,2,3,4 - 4

2 Perhatian ke rincian 5,6,7,8 - 4

3 Orientasi hasil 9,10,11,12 - 4

4 Orientasi orang 13,14,15,16 - 4

5 Orientasi tim 17,18,19,20 - 4

6 Keagresifan 21,22,23,24,25 - 5

7 Kemantapan 26,27,28,29 - 4

Jumlah Item 29 - 29

(5)

4.3.3 Skala Kepuasan Kerja

Berdasarkan perhitungan validitas skala kepuasan kerja diperoleh 24 item valid dan tidak ada item yang gugur dengan rentang nilai antara 0.310 sampai dengan 0.661. Coefisien alpha cronbach 24 item valid adalah 0.747, untuk itu validitas dan reliabilitas skala kepuasan kerja berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur skala kepuasan kerja.

Tabel 4.5

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Kepuasan Kerja

NO Aspek Favorabel Unfavorabel Total

1 Pekerjaan itu sendiri 1,2,3,4,5,6,7 - 7

2 Bayaran 8,9,10 - 3

3 Kenaikan pangkat 11,12, 13,14 - 4

4 Pengawasan/supervisor 15,16, 17,18,19 - 5

5 Rekan kerja 20,21,22,23,24 - 5

Jumlah Item 24 -

24

Total 24

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh item skala kepuasan kerja yang berjumlah 24 dinyatakan valid dan tidak ada item yang gugur. Sehingga 24 item tersebut digunakan dalam perhitungan lebih lanjut.

4.4DESKRIPSI PENGUKURAN VARIBEL

4.4.1 Variabel Motivasi Kerja

(6)

tinggi rendahnya variabel motivasi kerja, digunakan dua kategori yakni, tinggi dan rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi kerja adalah 26 item valid, maka skor yang mungkin diperoleh adalah:

� = � � ��� − � � � � � � �

i = −

i =

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari variabel motivasi kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6

Deskripsi Pengukuran Variabel Motivasi Kerja

Kategori Range N %

Tinggi 70-100 38 60%

Rendah 40-69 25 40%

Tabel 4.6 di atas, memberikan informasi bahwa skor tinggi bergerak dari 70-100 dan skor rendah bergerak dari 40-60. Hal ini menunjukkan bahwa 60% pendeta di GPI Papua Klasis Fakfak memiliki motivasi kerja pada kategori tinggi dan 40% berada pada kategori rendah.

4.4.2 Variabel Budaya Organisasi

(7)

variabel motivasi kerja adalah 29 item valid, maka skor yang mungkin diperoleh adalah:

� = � � ��� − � � � � � � �

i = −

i = ,

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari variabel budaya organisasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7

Deskripsi Pengukuran Variabel Budaya Organisasi

Kategori Range N %

Tinggi 89,5 – 116 43 68%

Rendah 63 – 88 20 32%

Tabel 4.7 di atas, memberikan informasi bahwa skor tinggi bergerak dari 89,5-116 dan skor rendah bergerak dari 63-88. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi pendeta terhadap budaya organisasi di GPI Papua Klasis Fakfak sebesar 68% berada pada kategori tinggi dan 32% berada pada kategori rendah.

4.4.3 Variabel Kepuasan Kerja

(8)

dua kategori yakni, tinggi dan rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi kerja adalah 24 item valid, maka skor yang mungkin diperoleh adalah:

� = � � ��� − � � � � � � �

i =9 −

i =

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari variabel kepuasan kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8

Deskripsi Pengukuran Variabel Kepuasan Kerja

Kategori Range N %

Tinggi 73 – 96 36 57%

Rendah 50 – 72 27 43%

(9)

4.5UJI STATISTIK

4.5.1 Uji Asumsi Klasik 4.5.1.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji one sample kolmogorov smirnov yang terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MK BO KK

N 63 63 63

Normal Parametersa Mean 73.17 93.44 73.13

Std. Deviation 11.536 11.492 10.119

Most Extreme Differences Absolute .080 .090 .074

Positive .080 .090 .061

Negative -.061 -.062 -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .637 .712 .588

Asymp. Sig. (2-tailed) .812 .691 .880

a. Test distribution is Normal.

(10)

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas

Dengan melihat tampilan histogram di atas, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal, tidak menceng ke kiri atau ke kanan.

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

(11)

4.5.1.2. Uji Homogeneity of Variance untuk Analisis of Variance (ANOVA)

Uji homogeneity of variance merupakan salah satu uji asumsi klasik yang harus dilakukan sebelum melakukan uji statistic ANOVA. Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji homogeinity of variance yakni variabel dependent harus memiliki varian sama dalam setiap kategori variabel independen. Kriteria pengujian ini yaitu nilai levene test di atas 5%. Hasil uji statistic dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Kepuasan Kerja

F df1 df2 Sig.

.664 3 59 .577

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Motivasi Kerja + Budaya Organiasi + Motivasi Kerja * Budaya Organisasi

Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai p=0,577 (p>0,05). Maka data dinyatakan homogeny atau memiliki varian yang sama. Dengan demikian asumsi homogeinity of variance terpenuhi untuk melanjutkan ke uji Two Way ANOVA.

1.5.2. UJI HIPOTESIS

4.5.2.1. Analisis Analisis Korelasi Multivariat

(12)

Hasil analisis korelasi meliputi: kekuatan hubungan antar variabel, signifikansi hubungan, dan arah hubungan. Kekuatan hubungan dapat dilihat pada tabel berikut ini (Sugiyono dalam Priyatno, 2013):

Tabel 4.11

Makna Koefisien Korelasi Antar Variabel Makna Koefisien Korelasi Besar Angka Sangat rendah 0,00 – 0,199

Rendah 0,20 – 0,399

Sedang 0,340 – 0,599

Kuat 0,599 – 0,799

Sangat kuat 0,799 – 1,000

Berdasarkan tabel di atas, maka peneliti dapat menentukan kuat lemahnya hubungan antar variabel sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisa korelasi multivariate. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternativ sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

H1 : Ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

(13)

Tabel 4.12

Hasil Uji Hubungan Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Dengan Kepuasan Kerja

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5642.893 2 2821.447 239.752 .000a

Residual 706.091 60 11.768

Total 6348.984 62

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Motivasi Kerja

b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta di GPI Papua Klasis Fakfak. Besarnya hubungan antar variabel di atas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Koefsien Determinasi R Square Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .943a .889 .885 3.430

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Motivasi Kerja

b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

(14)

Sedangkan sisanya sebesar 11,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian H1 diterima.

4.5.2.2. Analisis Two Way ANOVA

Analysis of variance merupakan metode untuk menguji hubungan satu variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Pada kasus satu variabel dependent dan dua atau tiga variabel independent disebut two ways anova (Ghozali, 2011). Untuk hipotesis ke dua sampai ke tiga menggunakan analisis two ways anova.

Hipotesis 2 : Ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak. Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisa two ways anova. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternativ sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

H1 : Ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

(15)

Tabel 4.14

Hasil Uji Two Ways Anova Hubungan Interaksi Motivasi Kerja dan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Kerja

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kepuasan Kerja

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3338.142a 7 476.877 8.711 .000

Intercept 225732.823 1 225732.823 4.124E3 .000

MK 736.735 1 736.735 13.458 .001

BO 1359.947 1 1359.947 24.843 .000

JK 32.620 1 32.620 .596 .443

MK * JK 122.038 1 122.038 2.229 .141

BO * JK 108.966 1 108.966 1.991 .164

MK * BO * JK 8.744 2 4.372 .080 .923

Error 3010.843 55 54.743

Total 343245.000 63

Corrected Total 6348.984 62

a. R Squared = .526 (Adjusted R Squared = .465)

(16)

Gambar 4.3

Pola interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja

Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa garis jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang tidak saling memotong (tidak bersinggungan) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

Hipotesis 3 : Ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak. Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisa two ways anova. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternative sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak. H1 : Ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin

(17)

Tabel 4.15

Hasil Uji Two Ways Anova Hubungan Interaksi Budaya Organisasi dan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Kerja

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kepuasan Kerja

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3338.142a 7 476.877 8.711 .000

Intercept 225732.823 1 225732.823 4.124E3 .000

MK 736.735 1 736.735 13.458 .001

BO 1359.947 1 1359.947 24.843 .000

JK 32.620 1 32.620 .596 .443

MK * JK 122.038 1 122.038 2.229 .141

BO * JK 108.966 1 108.966 1.991 .164

MK * BO * JK 8.744 2 4.372 .080 .923

Error 3010.843 55 54.743

Total 343245.000 63

Corrected Total 6348.984 62

a. R Squared = .526 (Adjusted R Squared = .465)

(18)

Gambar 4.4

Pola interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja

Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa garis jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak saling memotong (tidak bersinggungan) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

4.5.2.3 Analisa Independen Sampel t-test

Hipotesis 4: Adakah perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

Pengujian hipotesis yang ke empat dilakukan untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja antara pendeta laki-laki dan pendeta perempuan. Untuk melakukan pengujian ini, dibuat dua hipotesis yakni hipotesis nol dan hipotesis alternative sebagai berikut:

(19)

H1 : Ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

Dengan dilakukannya uji t, yang hasilnya disajikan sebagai berikut: Tabel 4.16

Analisa Keseluruhan Kepuasan Kerja Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepuasan Kerja

63 50 96 73.13 10.119

Valid N

(listwise) 63

Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat terlihat bahwa analisa rata-rata keseluruhan variabel kepuasan kerja sebesar 73,13.

Tabel 4.17

Analisa Independen Sampel t-test Kepuasan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Group Statistics

JK N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Kep.Ker. L 36 75.31 10.488 1.748

P 27 70.22 8.989 1.730

(20)

Tabel 4.18

Hasil Uji Signifikansi Kepuasan Kerja Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Kep.Ker Equal variances

assumed 1.608 .210 2.022 61 .048

Equal variances not

assumed 2.067 59.849 .043

(21)

4.6PEMBAHASAN

Pembahasan yang disusun dalam tulisan ini berdasarkan hasil uji satatistik sesuai urutan hipotesis yang ada.

Hipotesis 1 : Ada hubungan signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam tabel 4.12 di atas dapat dilihat nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja pendeta di GPI Papua Klasis Fakfak. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil yang terdapat dalam tabel 4.13 dimana nilai determinasi R Square sebesar 0,889. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan budaya organisasi memberikan pengaruh sebesar 88,9% terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ichsan (2008), Roos dan Eeden (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja.

(22)

yang dikemukakan oleh Yamsul et al (2013) yang menjelaskan bahwa motivasi kerja dan budaya organisasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitian tersebut, diungkapkan bahwa bila seseorang karyawan telah terlebih dahulu merasa puas akan pekerjaannya, yang dikonstruksikan oleh budaya organisasi yang baik maupun faktor motivasi kerja yang tinggi dari karyawannya, maka organisasi tersebut akan berkembang dikarenakan komitmen dan loyalitas karyawan

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sohail et al (2014) menyatakan bahwa karyawan termotivasi untuk menjalankan setiap tugas yang dipercayakan, dikarenakan karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya. Ketika tugas yang diberikan dapat dijalankan dengan baik dan mencapai tujuan serta mendapat dukungan dari kuatnya budaya organisasi yang positif maka kepuasan kerja akan tercipta dengan sendirinya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Zafar (2014) yang dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa setiap karyawan atau pekerja akan termotivasi untuk bekerja dengan maksimal guna mencapai tujuan organisasi. Ketika tujuan organisasi tercapai, maka karyawan akan merasa puas dengan hasil kerja.

(23)

didukung oleh budaya organisasi yang baik akan menghasilkan rasa puas dalam diri karyawan terhadap pekerjaaan yang dikerjakan.

Hipotesis 2 : Tidak ada pengaruh interaksi motivasi kerja dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

Berdasarkan hasil uji anova yang terdapat dalam tabel 4.14 di atas menunjukan bahwa hasil interaksi antara variabel motivasi kerja dan jenis kelamin memberikan nilai F sebesar 2,229 dan signifikan pada 0,141>0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara motivasi kerja dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak. Tidak adanya pengaruh interaksi disebabkan karena pertama, baik pendeta laki-laki maupun perempuan menganggap bahwa motivasi merupakan bagian yang sewajarnya dimiliki oleh setiap pendeta dalam melakukan tugas pelayanan. Terhadap anggapan ini, kondisi tersebut tidak membawa perubahan terhadap kepuasan kerja pendeta dalam melayani. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pengaruh motivasi kerja dan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja pendeta dalam pelayanan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto & Oetomo (2011) dan Dhermawan, et al (2012) yang menyatakan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

(24)

menjadi hal utama dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendeta. Inilah yang mengakibatkan motivasi kerja dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja pendeta. Pendapat di atas sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Purnomo (2010) yang menyatakan bahwa dalam menjalankan keterpanggilan sebagai seorang pendeta, motivasi memang penting tetapi bukan menjadi faktor utama dalam panggilan pelayanan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekyadi (2009), yang menyatakan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Edrak et al (2013). Dalam penelitiannya menemukan bahwa, motivasi diidentifikasi sebagai prediktor kepuasan kerja, dengan demikian, jenis kelamin tidak dapat secara signifikan memengaruhi kepuasan kerja dari karyawan. Dalam penelitiannya, Edrak mengemukakan juga bahwa ketika perusahaan dapat menjaga kekuatan kepuasan kerja karyawannya, maka setiap karyawan baik laki-laki maupun perempuan akan terlibat dalam pekerjaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh setiap karyawan, dilakukan dengan penuh kesungguhan.

Hipotesis 3 : Tidak ada pengaruh interaksi budaya organisasi dan jenis kelamin dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

(25)

Tidak adanya pengaruh interaksi disebabkan karena pertama, baik pendeta laki-laki maupun perempuan beranggapan bahwa setiap organisasi, dalam hal ini gereja, selayaknya atau wajar memiliki budaya organisasi yang kondusif demi mendukung pencapaian kinerja secara maksimal untuk mencapai kepuasan kerja. Hal ini yang menyebabkan budaya organisasi bukanlah faktor utama dalam menentukan kepuasan kerja pendeta baik itu laki-laki maupun perempuan. Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abedi & Rostsmi (2011). Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa budaya organisasi tidak memengaruhi kepuasan kerja

Kedua, baik pendeta laki-laki maupun perempuan berpandangan bahwa dalam menjalankan panggilannya mereka menganggap bahwa budaya organisasi perlu diciptakan bersama untuk mencapai kepuasan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parimita (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja.

Hipotesis 4: Ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.

(26)

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan kerja antara pendeta laki-laki dan pendeta perempuan. Dimana pendeta laki-laki memiliki kepuasan kerja lebih tinggi dibandingkan pendeta perempuan. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi, pertama, kondisi geografis dari medan pelayanan yang dijangkau oleh GPI Papua. Kondisi geografis di Papua tidaklah mudah untuk dijangkau sehingga membutuhkan ketahan fisik yang maksimal oleh para pendeta. Hal ini yang menyebabkan pada umumnya pendeta laki-laki yang memiliki kemampuan untuk menjagkau medan pelayanan GPI Papua. Dengan demikian, ketika hal tersebut dapat diatasi, ada kepuasan tersendiri dalam diri para pendeta laki-laki.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al. (2010), yang memperoleh kesimpulan dari penelitiannya bahwa ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin. Hal senada juga di sampaikan oleh Rafif & Ayub (2011) dalam penelitian mereka pada kesempatan yang berbeda yang menyatakan bahwa ada perbedaan jenis kelamin terhadap kepuasan kerja diantara karyawan perempuan dengan karyawan laki-laki, dimana karyawan laki-laki jauh lebih puas terhadap pekerjaannya jika dibandingkan dengan kepuasan kerja dari para karyawan perempuan.

(27)

menimbulkan ketidakpuasan dalam diri pendeta perempuan. Sedangkan bagi seorang laki-laki, tugas utamanya adalah mencari nafkah bagi keluarga. Ketika pendeta laki-laki menjalankan profesi dan fungsi sosialnya dengan baik, maka akan menghasilkan kepuasan di dalam dirinya, terhadap pekerjaan yang dikerjakan.

Gambar

Tabel 4.3 Sebaran Item Valid dan Item Gugur
Tabel 4.6 di atas, memberikan informasi bahwa skor tinggi
Tabel 4.7  Deskripsi Pengukuran Variabel
Tabel 4.8  Deskripsi Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena prevalensi stres atau kecenderungan neurosis lebih banyak dijumpai pada wilayah pedesaan, bukan daerah yang terkena dampak tsunami berat serta bukan merupakan daerah yang

Pada penelitian dan penulisan paper ini, metode atau cara yang akan dibahas dan dijelaskan adalah teknik penggunaan optimasi mesin pencari atau SEO ( Search

Slika 62.Karakteristike upravljanja na prednjoj osovini ... Prikaz koordinatnog sustava kotača i položaja značajki ... Prikaz predznaka pomaka kotača u ovisnosti i položaju

[r]

mencegah terjadinya penurunan produksi apel kota Batu yaitu (Tim Sintesis Kebijakan BBSDLP, 2008; Ruminta dan Handoko, 2011; Mayasari dan Suroso, 2011) : (a) Merevitalisasi

Berdasarkan hasil dari semua grafik indikator yang telah diperoleh, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan macromedia

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur daya kirim pada ODP (Optical Distribution Point), daya terima pada ONT (Optical Network Termination) yang ada di

Sedangkan pengertian kemandirian yang penulis maksud disini adalah sesuatu sikap yang menunjukkan bahwa santri tidak lagi bergantung kepada orang lain, ia berusaha dimana