• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA KEMANDIRIAN SANTRI DALAM MENUMBUHKAN SIKAP OPTIMIS DI MASYARAKAT Oleh : Luqman Hadi. Kata Kunci : Santri, Kemandirian, dan Optimis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENTINGNYA KEMANDIRIAN SANTRI DALAM MENUMBUHKAN SIKAP OPTIMIS DI MASYARAKAT Oleh : Luqman Hadi. Kata Kunci : Santri, Kemandirian, dan Optimis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENTINGNYA KEMANDIRIAN SANTRI DALAM MENUMBUHKAN SIKAP OPTIMIS DI MASYARAKAT

Oleh : Luqman Hadi

Abstrak

Pondok pesantren merupakan pendidikan tradisional Indonesia. Pondok pesantren lahir sejak adanya agama Islam pertama di Indonesia. Eksistensi pesantren dengan kondisi sekarang telah melahirkan out put santri dengan segala potensi akademisnya. Berkaitan dengan aspek kehidupan di masyarakat, yang mana masyarakat merupakan suatu kehidupan yang komplek yang meliputi berbagai macam individu dengan sikap dan temperamen tertentu.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pesantren adalah sebagai salah satu institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ). Pesantren pada dasarnya selalu menanamkan spirit percaya pada diri sendiri, bersifat mandiri, sederhana dan solidaritas ( ukhuwah ) yang tinggi. Para alumni pesantren dewasa ini harus dapat menjawab problematika yang terjadi di masyarakat. Kemandirian santri ketika berada di lingkungan pesantren dapat menumbuhkan sikap optimis ketika hidup di masyarakat.

Kata Kunci : Santri, Kemandirian, dan Optimis

Pendahuluan

Pondok pesantren merupakan pendidikan tradisional Indonesia. Pondok pesantren lahir sejak adanya agama Islam pertama di Indonesia. Pesantren selain berfungsi sebagai lembaga pendidikan juga berfungsi sebagai lembaga sosial keagamaan. Kehidupan di pondok dapat dijadikan miniatur kehidupan bermasyarakat. Pesantren tadisional memiliki keunikan sekaligus mengagumkan, keunikan disatu sisi karena pesantren masih bertahan dengan kesendirian dan tetap menumbuh suburkan prinsip anti barat. Disisi lain pesantren juga harus berdaptasi dengan dunia modern. Namun di sisi lain pula juga harus mempertahnkan jiwa kepesantrenan, agar fungsinya sebagai benteng moral tidak luntur.

(2)

2

Ada lima unsur yang menjadi ciri pondok pesantren ini, yaitu : (1) kyai sebagai pimpinan pondok pesantren, (2) santri yang bermukim di asrama dan belajar kepada kyai, (3) asrama sebagai tempat tinggal para santri, (4) pengajian sebagai bentuk pengajaran kyai terhadap para santri, (5) masjid sebagai pusat pendidikan dan pusat kegiatan pondok pesantren1.

Kelima unsur tesebut marupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan yang membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan bentuk lain. Sekalipun kelima unsur ini menunjang eksisitensi sebuah pesantren, tetapi kyai memainkan peran begitu penting dalam dunia pesantren keberadaan seorang kyai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia.

Dalam mengelola pesantren suatu lembaga pendidikan, peran kyai sangat besar dalam menentukan tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan di pesantren. Kyai pesantren adalah figur dengan kapasitas pribadi yang sangat sarat bobot kualitatif. Bobot kualitatif inilah yang menjadikan sosok kyai pesantren sebagai rujukan bagi masyarakat.2

Pondok pesantren mempunyai tujuan keagamaan, sesuai dengan pribadi dari kyai pendirinya. Metode pengajaran dan materi kitab yang diajarkan kepada para santri ditentukan sejauh mana kualitas ilmu pengetahuan kyai dan yang dipraktekkan sehari-hari dalam kehidupan.3 Eksistensi pesantren dengan kondisi sekarang telah melahirkan out put santri dengan segala potensi akademisnya. Akan tetapi itu hanya bagaikan menghadirkan “koleksi busana” tetapi orang lain tidak menyukainya, atau mereka memang tidak tahu kalau itu baik untuk digunakan. Hal tersebut merupakan maksud dan kesenjangan intelektual dan kultural antara pesantren dan dunia luar. Artinya bahwa dunia pesantren menyimpan beberapa potensi tidak dapat hadir secara akomodatif dan memainkan peran yang maksimal di zaman mutakhir ini.

1

MS Anis Masykhur, Menakar Modernisasi Pesantren; Mengusung Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, Samarinda, Barnea Pustaka, 2010, hlm 43.

2

Achmad Fatoni, Peran Kyai Pesantren dalam Partai Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, Cet Ke-1, hlm 3.

3

(3)

3

Berkaitan dengan aspek kehidupan di masyarakat, yang mana masyarakat merupakan suatu kehidupan yang komplek yang meliputi berbagai macam individu dengan sikap dan temperamen tertentu, misalnya : tradisionalisme dan ada juga yang demokratis mewarnai kehidupan ini. Mereka juga dipengaruhi berbagai jenis kebudayaan dan kepercayaan yang mereka anut. Maka dari itu pesantren melakukan reformasi dalam proses pendidikan dengan tekanan untuk menciptakan sistem pendidikan Islam yang konferehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan atau alumni dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Disamping itu pula pesantren juga harus menghasilkan lulusan atau alumni yang dapat memahami masyarakat dengan segala faktor yang dapat mendukung tercapainya kesuksesan dalam kehidupan lahir dan batin, maupun kehidupan dunia dan akherat.

Segi positif dalam kehidupan pesantren dalam semangat nonmaterealistik, atau bisa diartikan semangat kesederhanaan. Jika saja hasanah keilmuan klasik dimiliki pesantren dapat dioptimalisasikan dengan sebaik-baiknya, pesantren jauh lebih baik kualitasnya dari lembaga-lembaga pendidikan dalam bentuk lain.

Pesantren yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dakwah, kemasyarakatan dan bahkan lembaga perjuangan, bahwasannya selama ini pesantren memiliki kelebihan yang tentunya menjadi aspek pendukung yang kuat bagi kehidupan kultur pesantren , hingga saat ini. Pesantren pada dasarnya selalu menanamkan spirit percaya pada diri sendiri, bersifat mandiri, sederhana dan solidaritas ( ukhuwah ) yang tinggi. Karakter seperti ini secara reflek tampak pada santri yang sudah terjun di masyarakat luas.4

Mandiri disini sebenarnya memiliki dua sisi yang saling berkaitan dalam kerangka lembaga pesantren. Pertama, mandiri dalam arti bahwa pesantren pada dinamika pembangunannya ( struktur dan infrastuktur ) tidak bergantung pada pihak-pihak luar. Kalaupun ada kontribusi luar, biasanya melalui atas dasar keterikatan. Kedua, kemandirian yang tercermin pada watak atau karakter pendidikannya, hal yang kemudian melahirkan sikap keswadayaan, percaya pada

4

H. M. Yusuf Hasyim, Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan dalam Dinamika Pesantren, Jakarta, terj. Sonhaji Saleh, PM3, 1998, hlm. 89.

(4)

4

diri sendiri, tawakal dalam arti yang luas, dan bahkan juga membebaskan masyarakat yang masih tergantung. Namun sejauh kita melihat, bahwa kemandirian yang dimiliki oleh pesantren perlu diterjemahkan yang lebih riil, bahwa kemandirian itu bukan berarti tutup dan esklusif, tidak mau menerima konsep-konsep positif dari luar, tetapi justru keterbukaan sehat tanpa harus memusnahkan kultur lama yang dianggap masih perlu.

Dalam kehidupan pesantren, kyai berperan penting dalam menjunjung tinggi prinsip kemandirian bagi santrinya. Prinsip kemandirian diharapkan dapat menjadi bekal para santri ketika terjun dalam masyarakat. Para santri dituntut untuk hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Selain mandiri dalam kehidupan sehari-hari, para santri juga dibekali berbagai ketrampilan yang dapat dijadikan pegangan atau bekal untuk hidup di masyarakat. Dengan berbekal ketrampilan yang diperoleh dari pesantren, alumni santri dapat berwiraswasta atau membuka peluang kerja sendiri. Para alumni santri tidak harus menjadi seorang ustadz tetapi mereka juga dapat menjadi wiraswastawan. Sebab dalam kehidupan pesantren juga terdapat santri yang selain belajar juga bekerja, yang mana pengalaman bekerjanya itu cukup memberikan bekal untuk terjun di masyarakat.

Kemandirian santri ketika berada di lingkungan pesantren dapat menumbuhkan sikap optimis ketika hidup di masyarakat. Kemandirian santri yang diperoleh ketika berada di pondok pesantren dapat memberikan bekal dalam hidup di masyarakat. Dengan kata lain kemandirian santri berpengaruh terhadap sikap optimis dalam kehidupan di masyarakat.

Pondok Pesantren

Pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” juga berasal dari bahasa arab “funduq” yang artinya hotel atau asrama. Sedangkan pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para santri”.5

Pesantren adalah asrama dan tempat murid belajar mengaji. Pesantren berasal dari kata santri atau santeri yang artinya orang yang menuntut pelajaran agama islam dengan pergi berguru ketempat yang jauh

5

(5)

5

seperti pesantren dan sebagainya atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh.6

Maka pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut. Serta disukung pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian ciri pondok pesantren adalah adanya kiyai, santri, masjid dan pondok. Pondok pesantren adalah suatu lembaga yang dalam bacaan teknis berarti suatu tempat yang dihuni oleh santri, orang yang mencari ilmu”.7

Kemandirian

Kemandirian adalah kecenderungan anak melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa minta tolong kepada orang lain, juga mengukur kemampuannya untuk mengarahkan kemampuannya tanpa tunduk kepada orang lain. Biasanya anak yang dapat berdiri sendiri lebih mampu memikul tanggung jawab dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil.8

Sedangkan pengertian kemandirian yang penulis maksud disini adalah sesuatu sikap yang menunjukkan bahwa santri tidak lagi bergantung kepada orang lain, ia berusaha dimana mereka menentukan cara berfikirnya sesuai dengan kemampuannya sendiri, sehingga dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dengan kesederhanaannya sesuai dengan gaya hidup orang yang sedang belajar atau memahami ilmu-ilmu agama Islam di pondok pesantren yang tidak bergantung pada orang lain.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pesantren adalah sebagai salah satu institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ). Pendidikan pesantren tidak saja memberikan pengetahuan dan ketrampilan tehnis tetapi yang jauh lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai moral dan agama, sesuatu yang

6

Sodiqun Sugihwaes, Pondok Pesantren dan Pembangunan Pedesaan, Jakarta:Dharma Bakti, 1979, hlm 59.

7

Hasbulloh,op-cit, hlm 24

8

(6)

6

teramat penting ditengah proses modernitas dan interaksi bangsa yang tidak mengenal batas lagi. Pesantren yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dakwah, kemasyarakatan dan bahkan lembaga perjuangan, bahwasannya selama ini pesantren memiliki kelebihan yang tentunya menjadi aspek pendukung yang kuat bagi kehidupan kultur pesantren , hingga saat ini.

Pesantren pada dasarnya selalu menanamkan spirit percaya pada diri sendiri, bersifat mandiri, sederhana dan solidaritas ( ukhuwah ) yang tinggi. Karakter seperti ini secara reflek tampak pada santri yang sudah terjun di masyarakat luas.9 Mandiri memiliki dua sisi yang saling berkaitan dalam kerangka lembaga pesantren. Pertama, mandiri dalam arti bahwa pesantren pada dinamika pembangunannya ( struktur dan infrastuktur ) tidak bergantung pada pihak-pihak luar. Kalaupun ada kontribusi luar, biasanya melalui atas dasar keterikatan. Kedua kemandirian yang tercermin pada watak atau karakter pendidikannya, hal yang kemudian melahirkan sikap keswadayaan, percaya pada diri sendiri, tawakal dalam arti yang luas, dan bahkan juga membebaskan masyarakat yang masih tergantung.

Namun sejauh kita melihat, bahwa kemandirian yang dimiliki oleh peantren perlu diterjemahkan yang lebih riil, bahwa kemandirian itu bukan berarti tutup dan esklusif, tidak mau menerima konsep-konsep positif dari luar, tetapi justru keterbukaan sehat tanpa harus memusnahkan kultur lama yang dianggap masih perlu.

Optimis

Optimis adalah yakin, percaya diri, punya harapan untuk berhasil. Optimis berarti orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam segala hal. Dalam arti, optimis mendorong terciptanya pemecahan masalah yang lebih baik.10 Sikap optomis mempunyai kepribadian yang terbuka, hari depan yang cemerlang memanggil dan menjadi tantangan yang dapat dikuasai, segala hal yang baik

9

H. M. Yusuf Hasyim, Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan dalam Dinamika Pesantren, terj. Sonhaji Saleh, Jakarta, PM3, 1998, hlm. 89

10

(7)

7

masih akan dialami dengan kepercayaan disertai keinginan dan harapan. Seorang yang optimis akan selalu mempertimbangkan segala sesuatu yang dihadapinya dari sisi baik dan sisi buruk. Dengan cermat ia memposisikan hal yang baik dan yang buruk secara proposional. Baik dalam menentukan sikap menilai orang lain maupun dalam menetapkan sesuatu. Semua prilakunya didedikasikan untuk menghasilkan manfaat sebanyak-banyaknya.

Dengan demikian optimis berasal dari sikap yang melekat pada pribadi seseorang memancarkan sikap keterbukaan, percaya diri, keuletan dalam menghadapi segala hal kehidupan. Optimis merupakan suatu sikap positif yang memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran obyek tertentu. Berlaku optimis adalah jurus yang paling jitu bagi yang merasakan sempitnya jalan, tempat menggelantung di saat tali taufiq yang dipegang putus di perjalanan. Optimis bisa menguatkan tekat, pemicu kesungguhan dan semangat beramal, melapangkan jiwa dan meningkatkan kepekaan indera.11

Pentingnya Kemandirian Santri Dalam Menumbuhkan sikap Opimis di Masyarakat

Perlu diketahui bahwa eksistensi pesantren dewasa ini, tidak hanya mencetak para alumni santri yang hanya dapat menjadi ulama, ustadz ataupun orang ahli dalam bidang agama saja, tetapi juga mampu menghasilkan output yang siap menghadapi tantangan zaman yang semakin global. Para alumni pesantren dewasa ini harus dapat menjawab problematika yang terjadi di masyarakat. Kemandirian santri ketika berada di lingkungan pesantren dapat menumbuhkan sikap optimis ketika hidup di masyarakat. Optimis adalah yakin, percaya diri, punya harapan untuk berhasil. Optimis berarti orang yang selalu berpengharapan (berpandangan)

11

(8)

8

baik dalam segala hal.12 Dalam arti, optimis mendorong terciptanya pemecahan masalah yang lebih baik.13

Sikap optomis mempunyai kepribadian yang terbuka, hari depan yang cemerlang memanggil dan menjadi tantangan yang dapat dikuasai, segala hal yang baik masih akan dialami dengan kepercayaan disertai keinginan dan harapan. Seorang yang optimis akan selalu mempertimbangkan segala sesuatu yang dihadapinya dari sisi baik dan sisi buruk. Dengan cermat ia memposisikan hal yang baik dan yang buruk secara proposional. Baik dalam menentukan sikap menilai orang lain maupun dalam menetapkan sesuatu. Semua prilakunya didedikasikan untuk menghasilkan manfaat sebanyak-banyaknya.

Kemandirian santri yang diperoleh ketika berada di pondok pesantren dapat memberikan bekal dalam hidup di masyarakat. Dengan kata lain kemandirian santri berpengaruh terhadap sikap optimis dalam kehidupan di masyarakat.

Penutup

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

Pertama, Kemandirian pada Santri Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan

berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh latar belakang santri yang berbeda-beda sehingga tidak semua santri dapat hidup mandiri ketika tinggal di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.

Kedua, Sikap optimis dalam kehidupan di masyarakat pada Santri Perguruan

Islam Pondok Tremas Pacitan berada pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan sikap optimis muncul dalam diri seseorang adalah kemandirian. Sehingga orang yang optimis belum tentu mempunyai sikap mandiri mempunyai kemungkinan yang besar untuk bersikap optimis.

12

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Balai Pustaka, 1991, hlm. 635

13

(9)

9

DAFTAR PUSTAKA

Anis Masykhur, Menakar Modernisasi Pesantren; Mengusung Sistem Pesantren

Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, Samarinda, Barnea Pustaka, 2010.

Achmad Fatoni, Peran Kyai Pesantren dalam Partai Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007.

Sukanto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, Jakarta:LP3ES, 1999.

Yusuf Hasyim, Peran dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan dalam

Dinamika Pesantren, Jakarta, terj. Sonhaji Saleh, PM3, 1998.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta, PT Balai Pustaka,2007.

Zakiah Drajat, Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak, Jakarta, Bulan Bintang, 1976. Triantoro Safari, Optimistic Quotient, Yogyakarta, Pyramid Publiser, 2007. Muhammad bin Sarmar Ali Yami, Tangga Menuju Sukses, Solo, At Tibyan. Hasbulloh, Sejarah Pendidikann Islam di Indonesia, Jakarta:LSIK, 1994.

Sodiqun Sugihwaes, Pondok Pesantren dan Pembangunan Pedesaan, Jakarta:Dharma Bakti, 1979.

Referensi

Dokumen terkait

Entity relationship diagram atau disebut dengan ER diagram dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan relasi antara tabel dengan tabel yang lainnya saling berhubungan,

Lebetubun melakukan penelitian dengan menggunakan observasi analitik dengan pendekatan crosss sectional yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kualitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi foot ulcer di RSUP dr.. Soeradji Tirtonegoro

4.28 Skor Rata-rata Kinerja Guru Siklus III ……… 4.29 Skor Rata- rata Aktivitas Siswa Siklus III……… 4.30 Nilai Rata-rata Penilaian Keterampilan Menulis Pantun Siklus III.

Manfaat penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak banyak seperti masyarakat, mahasiswa sebagai bahan referensi menambah pengetahuan

Total nuclear magnetic moment is the vector sum of the intrinsic magnetic moments of protons and neutrons, and magnetic moment due to orbital motion of the proton...

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon, pada kadar gula darah diketahui ρ value 0,658 (ρ >0,05) tidak ada pengaruh konsultasi gizi menggunakan media

Referring to the functions F and G in the preceding section, old-time Lispers would say ‘‘the symbol A is bound to 3 by F.’’ This is not proper language if you are speaking