• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING."

Copied!
373
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Kartina Purnamasari

NIM. 12301241017

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING

Yang disusun oleh

Nama : Kartina Purnamasari

NIM : 12301241017

Prodi : Pendidikan Matematika

Telah disetujui untuk diujikan di depan dewan penguji skripsi Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Yogyakarta, Juli 2016 Menyetujui Pembimbing

(3)
(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Juli 2016 Yang menyatakan,

(5)

v MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

~ QS. Al-Insyirah: 5-6 ~

Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

~ Q.S. Al-Insyirah: 7 ~

Laa Tahzan Innallaha Maana

(Janganlah engkau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita) ~ Q.S. At-Taubah: 40 ~

Walaa Taiasu Mirroukhillah

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia sehingga skripsi ini selesai disusun. Saya persembahkan karya ini untuk:

 Kedua orang tua yang selalu melimpahkan kasih sayangnya, Bapak Rakim dan Ibu Kusmiasih.

 Mas dan Mbak Ipar, Mas Totok dan Mbak Noviyana yang telah menghadirkan sosok penghadir keceriaan

 Kedua adik keponakan imut, Zeldavito dan Zakavito yang telah menjadikan hari penuh kegembiraan.

 Teman-teman PD IPM Bantul 2015-2017 yang menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat.

 Adik-adik TPA Muhammadiyah I Parangtritis yang selalu bisa membuat tersenyum.

 Teman-teman KMH MASCOT yang siap sedia untuk direpotkan.

(7)

vii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING Oleh

Kartina Purnamasari NIM. 12301241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) menggunakan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada materi segitiga dan segi empat. Kualitas produk pengembangan dinilai berdasarkan: 1) aspek kevalidan, 2) aspek kepraktisan, dan 3) aspek keefektifan.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE yang meliputi lima tahapan pokok yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Kretek. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu: 1) lembar penilaian RPP dan LKS untuk mengukur kevalidan, 2) angket respons dan lembar observasi untuk mengukur kepraktisan, dan 3) tes hasil belajar untuk mengukur keefektifan.

Kualitas kevalidan perangkat pembelajaran memenuhi kriteria valid ditunjukkan oleh skor rata-rata RPP yaitu 4,2 dari skor maksimal 5 yang berarti baik dan skor rata-rata LKS yaitu 4,4 dari skor maksimal 5 yang berarti sangat baik. Kualitas kepraktisan perangkat pembelajaran memenuhi kriteria praktis ditunjukkan oleh skor rata-rata respons siswa yaitu 3,5 dari skor maksimal 4 yang berarti baik, skor rata-rata respons guru yaitu 3,2 dari skor maksimal 4 yang berarti baik, dan persentase hasil observasi pembelajaran 84,38 % yang berarti baik. Kualitas keefektifan perangkat pembelajaran memenuhi kriteria efektif ditunjukkan oleh persentase ketuntasan siswa yaitu 80% yang berarti baik.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK SMP

KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBING PROMPTING”.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Ali Mahmudi, sebagai Ketua Jurusan dan Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

3. Ibu Himmawati Puji Lestari, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, membantu, dan memberikan arahan, dorongan, serta masukan-masukan yang sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Marsigit, M.A sebagai dosen pembimbing akademik

(9)

ix

6. Ibu Dwi Astuti, M.Pd, yang telah bersedia memvalidasi instrument penilaian dan produk dalam penelitian ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY yang ikhlas membagi dan memberikan ilmunya.

8. Bapak Dalhar, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 2 Kretek, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 9. Ibu Sugiyanti, S.Pd selaku guru matematika kelas VIIB, yang telah

membantu, membimbing, dan member motivasi selama penelitian berlangsung.

10. Siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Kretek tahun pelajaran 2015/2016, yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan Skripsi ini.

Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juli 2016 Penulis

(10)

x

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

1. Pembelajaran Matematika ... 9

2. Karakteristik Siswa SMP ... 11

3. Perangkat Pembelajaran ... 12

4. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual ... 28

5. Pembelajaran dengan Model Probing Prompting ... 32

6. Materi Segitiga dan Segi Empat ... 35

(11)

xi

B. Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Desain Penelitian ... 47

C. Subjek Penelitian ... 51

D. Jenis dan Sumber Data ... 51

E. Instrumen Penelitian... 52

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

B. Pembahasan ... 107

C. Keterbatasan Penelitian ... 111

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 113

A. Simpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daya Serap UN Matematika Tingkat SMP/MTs Tahun 2014/2015 ... 2

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Segitiga dan segi

Tabel 6. Komponen Penilaian dan Jumlah Butir Angket Respons Siswa... 55

Tabel 7. Komponen Penilaian dan Jumlah Butir Angket Respons Guru ... 55

Tabel 8. Indikator Pencapaian Kompetensi dan Jumlah Butir Soal ... 57

Tabel 9. Pedoman Penilaian Kevalidan Lembar Penilaian RPP dan LKS ... 58

Tabel 10. Kriteria Penilaian Kualitas RPP dan LKS... 59

Tabel 11. Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor Tiap Aspek menjadi Data Kualitatif ... 60

Tabel 12. Pedoman Kepraktisan Angket Respons Siswa dan Guru... 61

Tabel 13. Kriteria Penilaian Kualitas Angket Respons Siswa dan Guru ... 62

Tabel 14. Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor Tiap Aspek menjadi Data Kualitatif ... 63

Tabel 15. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 64

Tabel 16. Kriteria Ketuntasan Hasil Tes Hasil Belajar Siswa ... 65

Tabel 17. Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 69

Tabel 18. Indikator Pencapaian Kompetensi untuk Tiap RPP ... 72

Tabel 19. Tujuan Pembelajaran untuk Tiap RPP ... 73

Tabel 20. Materi Pembelajaran untuk Tiap RPP ... 73

Tabel 21. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Kegiatan Inti ... 75

Tabel 22. Kerangka LKS yang Dikembangkan ... 78

Tabel 23. Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 96

Tabel 24. Rekapitulasi Penilaian RPP ... 103

Tabel 25. Rekapitulasi Penilaian LKS ... 104

Tabel 26. Rekapitulasi Penilaian Angket Respon Siswa ... 105

Tabel 27. Rekapitulasi penilaian angket respon guru ... 105

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 46

Gambar 2. Tampilan Materi Ajar yang Perlu Dilengkapi dengan Gambar ... 81

Gambar 3. Tampilan Materi Ajar Sesudah Dilengkapi dengan Gambar ... 81

Gambar 4. Tampilan Kesalahan Penulisan pada Materi Ajar ... 82

Gambar 5. Tampilan Perbaikan Penulisan pada Materi Ajar ... 82

Gambar 6. Tampilan susunan kata yang kurang tepat pada instrumen penilaian 82 Gambar 7. Tampilan Perbaikan Susunan Kata pada Instrumen Penilaian ... 83

Gambar 8. Tampilan Subjek Kalimat pada Deskripsi Kegiatan yang Perlu Diganti ... 83

Gambar 9. Tampilan Penggantian Subjek Kalimat pada Deskripsi Kegiatan .... 84

Gambar 10. Tampilan Alokasi Waktu yang Perlu Diperinci ... 84

Gambar 11. Tampilan Alokasi Waktu Sesudah Diperinci ... 85

Gambar 12. Tampilan Kunci Jawaban yang Perlu Ditambah Prakiraan Jawaban Siswa ... 85

Gambar 13. Tampilan Kunci Jawaban Sesudah Ditambah Prakiraan Jawaban Siswa ... 86

Gambar 14. Tampilan Instrumen Penilaian Hasil Belajar yang Kurang Jelas ... 86

Gambar 15. Tampilan Instrumen Peniaian Hasil Belajar Sesudah Diperjelas ... 87

Gambar 16. Tampilan Kesalahan Penulisan pada LKS ... 87

Gambar 17. Tampilan Perbaikan Penulisan ... 87

Gambar 18. Tampilan Penggunaan Istilah yang Kurang Tepat ... 87

Gambar 19.Tampilan Perbaikan Penggunaan Istilah ... 87

Gambar 20. Tampilan Pertanyaan yang Perlu Diperjelas ... 88

Gambar 21. Tampilan Pertanyaan Sesudah Diperjelas ... 88

Gambar 22. Tampilan Kolom Tantanganku di Tengah Halaman ... 89

Gambar 23. Tampilan Kolom Tantanganku Selalu di Awal Halaman ... 90

Gambar 24. Tampilan Konten yang Kurang Jelas ... 91

Gambar 25. Tampilan Konten Sesudah Diperjelas ... 92

Gambar 26. Tampilan Kolom “Segitiga & Kehidupan” yang Kurang Jelas... 92

Gambar 27. Tampilan Kolom “Segitiga & Kehidupan Sesudah Diperjelas ... 93

Gambar 28. Tampilan LKS Kurang Menarik ... 93

Gambar 29. Tampilan LKS Sesudah Ditambahkan Gambar ... 94

Gambar 30. Tampilan judul materi pada LKS 4 sebelum direvisi ... 94

Gambar 31. Tampilan Judul Materi pada LKS 3 Sebelum Direvisi ... 94

Gambar 32. Tampilan Judul Materi pada LKS 4sesudah Direvisi... 95

Gambar 33. Tampilan Judul Materi pada LKS 3 Sesudah Direvisi ... 95

(14)

xiv

Gambar 35. Perwakilan Siswa Mempresentasikan Jawabannya... 98

Gambar 36. Tampilan Penggunaan Kalimat yang Kurang Jelas... 101

Gambar 37. Tampilan Penggunaan Kalimat Sesudah Diperjelas ... 101

Gambar 38. Tampilan Aktivitas yang Perlu Ditambah Keterangan ... 102

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A... 118

A. 1 Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP... 119

A. 2 Lembar Penilaian RPP ... 120

A. 3 Deskripsi Lembar Penilaian RPP ... 126

A. 4 Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS ... 129

A. 5 Lembar Penilaian LKS ... 130

A. 6 Deskripsi Lembar Penilaian LKS... 135

A. 7 Kisi-kisi Angket Respons Siswa ... 138

A. 8 Lembar Angket Respons Siswa ... 139

A. 9 Kisi-kisi Angket Respons Guru ... 142

A. 10 Lembar Angket Respons Guru ... 143

A. 11 Kisi-kisi Lembar Observasi Pembelajaran ... 146

A. 12 Lembar Observasi Pembelajaran... 147

A. 13 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 152

A. 14 Soal Tes Hasil Belajar ... 153

A. 15 Kunci Jawaban dan Rubrik Skor Hasil Belajar ... 155

l

B. 5 Penilaian Soal Tes Hasil Belajar oleh Validator 1 ... 180

B. 6 Penilaian Soal Tes Hasil Belajar oleh Validator 2 ... 182

B. 7 Pengisian Angket Respons Guru ... 184

B. 8 Contoh Pengisian Angket Respons Siswa... 187

B. 9 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 190

B. 10 Contoh Hasil Tes Hasil Belajar ... 205

B. 11 Contoh LKS yang Dikerjakan Siswa ... 206

B. 12 Tabulasi Data Penilaian Kualitas RPP ... 220

B. 13 Tabulasi Data Penilaian Kualitas LKS ... 221

B. 14 Tabulasi Pengisian Angket Respons Guru ... 222

B. 15 Tabulasi Pengisian Angket Respons Siswa... 223

B. 16 Tabulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 224

B. 17 Tabulasi Hasil Tes Hasil Belajar ... 225

jj Lampiran C... 226

C. 1 Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 227

(16)

xvi

C. 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas ... 231

C. 4 Surat Izin Penelitian dari Gubernur DIY ... 232

C. 5 Surat Izin Penelitian dari Bupati Bantul... 233

C. 6 Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 2 Kretek ... 234

Lampiran D... 235

D. 1 Peta Kebutuhan LKS ... 236

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa ditentukan bagaimana perkembangan pendidikan bagi anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan waktu yang lama dapat memprediksi kualitas bangsa pada beberapa puluh tahun ke depan. Akhir dari hasil pendidikan yang terencana menghasilkan masyarakat dengan rata-rata berpendidikan tinggi seperti negara Jepang dan Singapura. Selain itu, masyarakat suatu negara yang maju akan melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pendidikan sangat penting. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang perlu suatu perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional pendidikan bagi bangsa itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencetak generasi bangsa yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, cerdas, dan kreatif.

(18)

2

Pendidikan matematika merupakan upaya untuk meningkatkan daya nalar siswa, meningkatkan kecerdasan siswa, dan mengoptimalkan sikap positifnya. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan tahap-tahap yang dapat dilihat dalam indikator kompetensi pembelajaran matematika. Satu tahap berkaitan dengan tahap berikutnya dan memiliki tujuan akhir yang harus dilengkapi dengan perencanaan dalam pelaksanaannya (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:57).

Menurut Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), ruang lingkup matematika sekolah khususnya SMP/MTs meliputi aspek-aspek bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, statistika dan peluang. Geometri merupakan salah satu kajian yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Namun, penguasaan siswa terhadap materi geometri masih di bawah materi-materi lain. Hal ini berdasarkan daya serap Ujian Nasional mata pelajaran Matematika pada tahun 2014/2015. Daya serap Ujian Nasional mata pelajaran Matematika pada tahun 2014/2015 untuk tingkat Kabupaten Bantul, Provinsi DIY, dan Nasional disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Daya Serap UN Matematika Tingkat SMP/MTs Tahun 2014/2015

Kemampuan yang

diuji Kota/Kab. Prop. Nas. Operasi Bilangan 64.92 63.30 60.64

Operasi Aljabar 58.63 58.00 57.28

Bangun Geometris 56.23 55.19 52.04 Statistika dan Peluang 64.95 63.87 60.78

(19)

3

konsep sehingga masih adanya miskonsepsi pada siswa. Siswa juga masih kebingungan untuk menyelesaikan soal yang sedikit dimodifikasi atau sedikit berbeda dari contoh yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa masih berorientasi pada menghafal rumus, bukan memahami dan memaknai proses pembelajaran Matematika. Selain itu, siswa yang masih kesulitan tidak bertanya kepada guru.

Materi segitiga dan segi empat merupakan materi dasar untuk mempelajari materi selanjutnya, seperti materi bangun ruang sisi datar. Berdasarkan Standar Kompetensi pada KTSP, kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa adalah “Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran dan pengukurannya”. Sayangnya, materi segitiga dan segi empat masih dianggap sulit oleh siswa, padahal apabila penguasaan materi segitiga dan segi empat masih kurang, siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari materi berikutnya. Maka dari itu, pembelajaran pada materi segitiga dan segi empat perlu menjadi perhatian agar siswa dapat memahami dan memperoleh makna dengan mengkonstruksi pengetahuan menurut dirinya sendiri melalui pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

(20)

4

siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan baru melalui fakta yang mereka alami dalam kehidupan. Selain itu, harus ada upaya untuk memfasilitasi siswa berpikir dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam belajar matematika dan lebih mudah memahami konsep dalam matematika. Sementara itu, perangkat pembelajaran yang digunakan kurang dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan menurut mereka sendiri. Sekolah juga hanya menggunakan LKS yang dibeli dari penerbit yang berisikan ringkasan materi dan kumpulan soal. Hal ini kurang efektif digunakan dalam proses pembelajaran karena LKS yang baik adalah LKS yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian, siswa masih belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran, padahal menurut Nur (Jamil, 2012:22), seharusnya siswa dapat diberi “anak tangga” yang membawa siswa ke pemahaman lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus “memanjat anak tangga” tersebut.

(21)

5

ada adalah pendekatan kontekstual. Dalam pendekatan kontekstual, siswa dengan permasalahan yang nyata diharapkan lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena siswa membangun pengetahuan dan keterampilan baru melalui fakta yang mereka alami dalam kehidupan. Sedangkan salah satu model pembelajaran yang ada adalah model pembelajaran probing prompting. Melalui model pembelajaran probing prompting, diharapkan siswa termotivasi dalam belajar matematika dan lebih mudah memahami konsep dalam matematika karena siswa ikut berpikir dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Penyajian permasalahan nyata di kehidupan sehari-hari dan peran guru sebagai fasilitator dalam hal menggali dan menuntun jawaban siswa sangat cocok untuk siswa yang berada pada tahap transisi antara tahap operasional konkret dan tahap operasional formal. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pembahasan materi segitiga dan segi empat yang merupakan materi paling awal dan mendasar dalam kajian geometri tingkat SMP.

Oleh karena itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII yang memiliki kualifikasi valid, praktis, dan efektif.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

(22)

6

2. Proses pembelajaran cenderung berorientasi pada penghafalan rumus.

3. Perangkat pembelajaran yang ada kurang dapat membantu siswa dalam mengonstruksi pengetahuan menurut mereka sendiri.

4. Perangkat pembelajaran yang ada kurang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengkonstruksi pengetahuan menurut mereka sendiri.

C.Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII

khususnya untuk Kompetensi Dasar: (1) Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya, (2) Mengindentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang, (3) Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

7

2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS untuk siswa SMP kelas VII materi segitiga dan segi empat melalui pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting?

3. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS untuk siswa SMP kelas VII materi segitiga dan segi empat melalui pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat menuliskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS untuk siswa SMP kelas VII materi segitiga dan segi empat melalui pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting dilihat dari aspek kevalidan.

2. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS untuk siswa SMP kelas VII materi segitiga dan segi empat melalui pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting dilihat dari aspek kepraktisan.

(24)

8 F.Manfaat Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran untuk siswa SMP kelas VII materi segitiga dan segi empat melalui pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Menumbuhkan keaktifan dan keterampilan siswa dalam menemukan konsep dan mengaplikasikan untuk memecahkan masalah matematika. b. Sebagai sarana belajar mandiri.

2. Bagi guru

a. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan sebagai referensi rencana pembelajaran pada materi segitiga dan segi empat. b. Perangkat pembelajaran ini dapat digunakan sebagai motivasi guru dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi yang lain. 3. Bagi peneliti

a. Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan perangkat pembelajaran dan kemudian dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran untuk materi yang lain.

(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Menurut Herman Hudoyo (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:13), belajar merupakan proses membangun atau mengkonstruksi pemahaman seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sementara itu, Anthony Robbins (Trianto, 2010:16) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi, belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan baru dari pengetahuan yang dimiliki.

(26)

10

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di satuan pendidikan dengan materi matematika dan pola pikir matematika terpilih yang disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika sekolah berbeda dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semestanya dan tingkat keabstrakannya. Ia berhubungan dengan anak didik atau peserta didik yang menjalani proses perkembangan kognitif dan emosionalnya masing-masing. Karakteristik matematika yang bersifat umum dapat disesuaikan dengan perkembangan peserta didik (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 13). Menurut Erman Suherman, dkk. (2001: 54) matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan IPTEK. Jadi, dapat dikatakan bahwa matematika sekolah lebih difokuskan pada pembentukan pola pikir dan sikap matematis dalam diri siswa melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

(27)

11 2. Karakteristik Siswa SMP

Menurut Piaget (Ratna Wilis Dahar, 2006:136-137), setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut.

a. Tingkat sensori-motor, dimulai sejak lahir sampai umur 2 tahun

b. Tingkat pra-operasional, dimulai dari umur 2 tahun sampai umur 7 tahun c. Tingkat operasional konkret, dimulai dari umur 7 tahun sampai umur 11 tahun d. Tingkat operasional formal, dimulai dari umur 11 tahun.

Pada umur kira-kira 11 tahun, timbul periode operasi baru. Pada periode ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini adalah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.

Menurut Piaget (Sugihartono, dkk., 2012:109), pengamatan sangat penting dan menjadi dasar dalam menuntun proses berpikir anak, berbeda dengan perbuatan melihat yang hanya melibatkan mata, pengamatan melibatkan seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensai yang membekas pada siswa. Oleh karena itu, dalam belajar diupayakan siswa harus mengalami sendiri dan terlibat langsung secara realistik dengan obyek yang dipelajarinya. Belajar harus bersifat aktif dan sosial.

(28)

12

konkret, beberapa baru saja mencapai tahap operasional formal, dan yang lain berada pada tahap transisi antara tahap operasional konkret dan tahap operasional formal. Dapat dikatakan bahwa dalam proses berpikir siswa sedang mengalami transisi dari penggunaan operasi konkret menuju operasi formal. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat dalam pembelajaran agar konsep matematika yang abstrak dapat dengan mudah dipahami sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa.

3. Perangkat Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perangkat adalah alat/perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses/cara/perbuatan menjadikan orang/makhluk hidup belajar. Perangkat pembelajaran adalah sesuatu atau beberapa persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan. (Nazarudin, 2007:113). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran adalah segala perlengkapan yang digunakan dalam proses pembelajaran.

(29)

13

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1) Pengertian RPP

Menurut Depdiknas (2009), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Abdul Majid, 2014:125). Sementara itu, menurut Trianto (2011:214), RPP adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan.

(30)

14

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan program pembelajaran sebagai pedoman yang akan digunakan guru dalam pembelajaran di kelas

2) Komponen, Prinsip, dan Langkah Penyusunan RPP

Menurut BSNP (2007:11), komponen RPP adalah sebagai berikut. a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan

b) Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

c) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

d) Indikator pencapaian kompetensi

(31)

15

dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

e) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

f) Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

g) Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

h) Metode pembelajaran

(32)

16 i) Kegiatan pembelajaran

(1) Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

(a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

(b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

(c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai

(d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus

(2) Inti

Pelaksanan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(33)

17 (a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

i) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari.

ii) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

iii) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

iv) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

v) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

(b) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

(i) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

(ii) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

(iii) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

(34)

18

(v) Memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

(vi) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

(vii) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

(viii)Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan

(ix) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya didik peserta didik. (c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

(i) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

(ii)Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

(35)

19

(iv)Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

1. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.

2. Membantu menyelesaikan masalah.

3. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

4. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

5. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

(3) Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

(a) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

(b) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terpogram.

(c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. (d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

(36)

20 j) Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

k) Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Menurut BSNP (2007:11), prinsip-prinsip penyusunan RPP adalah sebagai berikut.

a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan social, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis

(37)

21 d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan dan remidi.

e) Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Langkah-langkah dalam penyusunan RPP menurut Masnur Muslich (2007:54) adalah sebagai berikut.

a) Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

b) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.

c) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.

d) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. e) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

(38)

22

f) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

g) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.

h) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

i) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian jam setiap pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.

j) Sebutkan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.

(39)

23 b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1) Pengertian LKS

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyeledikan atau pemecahan masalah. Lembar Kegiatan Siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Lembar Kegiatan Siswa memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pamahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Pengaturan awal (advance organizer) dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna dan dapat terkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap Lembar Kegiatan Siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar dapat mencerminkan hal itu (Trianto, 2011:222).

(40)

24

mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa LKS adalah panduan rangkaian kegiatan yang sistematis dan terpadu yang harus dilakukan oleh siswa yang berupa penyelidikan dan pemecahan masalah dengan melibatkan keaktifan siswa untuk pembentukan konsep berdasarkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Struktur LKS yang baik

Menurut Depdiknas (2008:23-24), struktur LKS yang baik secara umum adalah sebagai berikut.

a) Judul

b) Petunjuk belajar

c) Kompetensi yang akan dicapai d) Informasi pendukung

e) Langkah-langkah kegiatan f) Latihan-latihan

g) Penilaian

3) Kriteria Kualitas Lembar Kerja Siswa

(41)

25 a) Syarat- syarat didaktik

Mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional,moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

(1) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran

(2) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep

(3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP

(4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa

(5) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi b) Syarat konstruksi

(42)

26

(2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

(3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu.

(4) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

(5) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

(6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai sehingga anak dapat menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa.

(43)

27

bermanfaat sebagai sumber motivasi. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

c) Syarat teknis (1) Tulisan

(a) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

(b) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

(c) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

(d) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

(e) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

(2) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

(3) Penampilan

(44)

28

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa LKS yang baik adalah LKS yang memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan teknis

4. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa (Abdul Majid, 2014:180).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah proses pembelajaran yang diawali dengan mengambil kejadian atau permasalahan pada kehidupan sehari-hari siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang sedang dibahas. Proses ini dapat dilakukan dengan kegiatan mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab. Fakta dan permasalahan yang diperoleh dari konteks atau lingkungan kehidupan siswa merupakan awal untuk mempelajari konsep sekaligus sebagai objek penerapan konsep itu sendiri (Wina Sanjaya, 2009: 255). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Johnson (2002: 25):

(45)

29

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa Pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna di dalam materi akademik yang dipelajari dengan menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari dalam lingkungan personal, sosial, dan budaya.

Menurut Masnur Muslich (2007:43), pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama sebagai berikut.

a. Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk)

Komponen ini merupakan landasan filosofis pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkontruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

b. Questioning (bertanya)

(46)

30 c. Inquiry (menyelidiki, menemukan)

Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dari fakta yang dihadapi.

d. Learning community (masyarakat belajar)

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community ini.

e. Modeling (pemodelan)

(47)

31 f. Reflection (refleksi atau umpan balik)

Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.

g. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)

Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah dikumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.

(48)

32

constructivism, (2) questioning, (3) inquiry, (4) learning community, (5) modeling, (6) reflection, and (7) authentic assessment.

5. Pembelajaran dengan Model Probing Prompting

Probing prompting berasal dari dua kata, yaitu probing dan prompting. Erman Suherman (2003: 189-190) mengungkapkan bahwa probing questions adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban yang lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban sehingga jawaban yang diperoleh lebih jelas, sedangkan prompting questions adalah pertanyaan yang bermaksud menuntun siswa agar ia dapat menemukan jawaban yang lebih benar. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Mudasiru (2014):

Probing questions are used to get under the surface of an initial answer. Having got the students taking the teacher can use probing questions to bring out more detail. While the same questions are ask for students, the use of probing questions will vary according to the student's response. Prompting questions are questions that suggest the expected answer. they are used to guide students thinking."

(49)

33

Siswa membuat guru menggunakan probing questions untuk pertanyaan yang lebih rinci. Ketika pertanyaan diberikan kepada siswa, penggunaan probing questions ini tergantung denga berbagai macam respons siswa. Prompting questions merupakan pertanyaan yang mengarahkan kepada jawaban yang diharapkan. Pertanyaan itu digunakan untuk membimbing pemikiran siswa.

Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Erman Suherman, 2001: 55). Menurut Suyatno (2009), praktik pembelajaran menggunakan probing prompting disajikan melalui serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menggali pengetahuan siswa serta membimbing ke arah perkembangan yang diharapkan. Pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada siswa mendorong siswa untuk selalu aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Model pembelajaran ini menuntun dan mengarahkan kemampuan berpikir siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran dengan model ini mengikuti perkembangan kemampuan yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kurang akan dibimbing dengan pertanyaan yang lebih mudah. Begitu juga siswa yang lebih mampu, maka akan diarahkan dan ditingkatkan pemahamannya dengan pertanyaan lebih sulit.

(50)

34

menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran dengan model probing prompting adalah sebagai berikut: 1. Menghadapkan pada situasi baru

Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan gambar, rumus atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.

2. Memberikan kesempatan berpikir

Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya. 3. Mengajukan persoalan

Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.

4. Memberikan kesempatan berpikir

Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya. 5. Menunjuk siswa

(51)

35

mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menurut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.

6. Mengajukan pertanyaan akhir

Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa tujuan pembelajaran khusus (TPK)/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh bahwa pembelajaran dengan model probing prompting adalah pembelajaran dengan menyajikan pertanyaan yang menuntun dan menggali untuk mengaitkan pengalaman sebelumnya dengan materi yang sedang dipelajari. Langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah (1) menghadapkan siswa pada situasi baru, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban, (3) mengajukan persoalan kepada siswa sesuai dengan indikator, (4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban, (5) menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan, dan (6) mengajukan pertanyaan akhir untuk menekankan bahwa indikator telah dipahami siswa.

6. Materi Segitiga dan Segi Empat

(52)

36

Aspek geometri dan pengukuran yang harus dipelajari yaitu 1) memahami bangun-bangun geometri, 2) unsur-unsur dan sifat-sifatnya, 3) ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antargaris, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segiempat, 4) theorema Pythagoras, 5) lingkaran (garis singgung, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), 6) kubus, balok, prisma, limas dan jaring-jaringnya, 7) kesebangunan dan kongruensi, 8) tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, materi segitiga dan segi empat merupakan salah satu materi dari aspek geometri yang harus dipelajari siswa SMP.

(53)

37

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Segitiga dan segi Empat Siswa SMP Kelas VII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri

6. Memahami konsep segitiga dan segi empat serta menentukan ukurannya

6.1.Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.

6.2.Mengindentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

6.3.Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan Tabel 2 tersebut, dapat dirumuskan beberapa indikator, yaitu:

a. Menjelaskan pengertian persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium

b. Menjelaskan sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya c. Menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan segi empat

d. Menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segi empat

e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat

7. Perangkat Pembelajaran Segitiga dan Segi Empat Menggunakan Pendekatan Kontekstual dan Model Pembelajaran Probing Prompting

(54)

38

pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting adalah suatu perangkat pembelajaran untuk membelajarkan konsep segitiga dan segi empat yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan menggunakan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting.

RPP yang disusun telah disesuaikan dengan komponen-komponen RPP yang termuat dalam BSNP tahun 2007 dan langkah-langkah dalam model pembelajaran probing prompting. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup disesuaikan dengan tahapan probing prompting, yaitu: (1) menyajikan situasi baru, (2) merumuskan jawaban,

(3) mengajukan persoalan, (4) merumuskan jawaban, (5) menunjuk siswa, (6) mengajukan pertanyaan akhir. Selain itu, disesuaikan pula dengan tujuh komponen utama pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, yaitu: (1) contructivism, (2) questioning, (3) inquiry, (4) learning community, (5) modeling,

(6) reflection, (7) authentic assessment. Sesuai dengan kurikulum KTSP, langkah-langkah dalam proses pembelajaran adalah (1) eksplorasi, (2) elaborasi, dan (3) konfirmasi. Keterkaitan antara kegiatan pembelajaran dengan tahapan probing prompting, langkah-langkah pembelajaran dalam KTSP, dan tujuh komponen

(55)

39

Tabel 2. Keterkaitan antara Kegiatan Pembelajaran dengan Tahapan Probing Prompting, Langkah-langkah Pembelajaran dalam KTSP, dan Tujuh Komponen Utama pada Pendekatan Kontekstual

Kegiatan

Inti Menyajikan situasi baru

Konfirmasi Reflection, modeling, dan authentic

assessment Penutup

Sementara itu, LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Tentunya, LKS yang dikembangkan memuat tujuh komponen utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang langkah-langkahnya telah disesuaikan dengan model pembelajaran probing prompting.

8. Kualitas Perangkat Pembelajaran

(56)

40 a. Aspek kevalidan

Validitas dalam suatu penelitian pengembangan meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Van den Akker (Rochmad, 2012: 68) menyatakan:

“validity refers to the extent that design of the intervention is based on state-of-the art knowledge (‘content validity’) and that the various components of the intervention are consistently linked to each other (‘construct validity’).”

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa perangkat pembelajaran dikatakan valid jika memenuhi validitas isi dan validitas konstruk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan memenuhi validitas isi jika sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII sedangkan dikatakan memenuhi validitas konstruk jika adanya saling keterkaitan setiap komponen dalam perangkat pembelajaran.

Kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini didasarkan pada validitas isi yang dinilai oleh validator. Agar perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini memenuhi kualifikasi valid, ada beberapa aspek yang harus dipenuhi, meliputi: (1) kesesuaian dengan prinsip penyusunan RPP berdasarkan BSNP tahun 2007, (2) kesesuaian dengan model pembelajaran probing prompting, (3) kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, (4) kesesuaian

(57)

41 b. Aspek kepraktisan

Berkaitan dengan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (Rochmad, 2012: 70) menyatakan:

“practically refers to the extent that user (or other expert) consider the intervention as appealing and usable in ‘normal’ condition”.

Berdasarkan kutipan di atas, diketahui bahwa kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan praktis jika pengguna menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya termasuk kategori minimal baik. Dalam hal ini, kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diketahui dari respons siswa dan respons guru sebagai pengguna perangkat pembelajaran tersebut. Berikut adalah aspek yang harus dipenuhi agar perangkat pembelajaran memenuhi kualifikasi praktis yang menjadi dasar penyusunan angket respons siswa dan guru.

1) Kemudahan siswa dalam menggunakan LKS dan mengikuti proses pembelajaran.

2) Keterbantuan siswa dalam memahami materi menggunakan LKS dan proses pembelajaran.

3) Kebermanfaatan LKS untuk memahami materi dan kebermanfaatn penyajian pertanyaan-pertanyaan dalam proses pembelajaran.

4) Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran 5) Kesesuaian penyajian RPP

(58)

42

Selain angket respons siswa dan guru, kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan memenuhi kualifikasi praktis apabila persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran berada dalam kriteria minimal baik.

c. Keefektifan

Berkaitan dengan keefektifan dalam penelitian pengembangan Van den Akker dalam (Rochmad, 2012: 70) menyatakan:

“effectiveness refer to the extent that the experience and outcomes with the intervention are consistent with the intended aims”.

Berdasarkan pada kutipan di atas, diketahui bahwa keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud. Dalam penelitian pengembangan di bidang pembelajaran, indikator untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan model dikatakan efektif misalnya dapat dilihat dari komponen-komponen: (1) hasil belajar siswa, (2) aktivitas siswa, dan (3) kemampuan siswa dalam matematika.

Dalam hal ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kualifikasi efektif apabila persentase ketuntasan hasil tes belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) minimal baik, dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah adalah 75.

B.Penelitian yang Relevan

(59)

43

“Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Discovery dalam Pembelajaran Bangun

Ruang Sisi Datar pada Kelas VIII Siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis”. Pada penelitian

tersebut didapatkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pembelajaran matematika menggunakan pendekatan discovery ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika SMP Negeri 13 Yogyakarta pada pembelajaran bangun ruang sisi datar dan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual lebih atau efektif dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan discovery ditinjau dari kemampuan kemampuan komunikasi matematis SMP Negeri 13 Yogyakarta pada pembelajaran bangun ruang sisi datar.

Selain itu, penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuriska Mayasari, Irwan, dan Mirna dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Teknik Probing Prompting dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Lubuk Buaya Padang”. Pada

penelitian tersebut didapatkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan teknik probing prompting lebih baik dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan tanpa pembelajaran teknik Probing Prompting.

C.Kerangka Berpikir

(60)

44

memecahkan masalah. Dalam memahami konsep, siswa mengkonstruksi pengetahuan menurut dirinya sendiri. Namun, faktanya siswa masih kurang menguasai materi segitiga dan segi empat. Siswa masih mengalami kesulitan belajar karena hanya berorientasi pada menghafal rumus dan kurang mampu menerapkannya dalam permasalahan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Selain itu, perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang ada kurang memfasilitasi siswa dalam belajar karena RPP yang disusun selalu menggunakan metode ceramah. Sementara itu, LKS yang digunakan hanya berisikan ringkasan materi dan kumpulan soal yang dibeli dari suatu penerbit.

(61)

45

matematika karena siswa ikut berpikir dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Penyajian permasalahan nyata di kehidupan sehari-hari dan peran guru sebagai fasilitator dalam hal menggali dan menuntun jawaban siswa sangat cocok untuk siswa yang berada pada tahap transisi antara tahap operasional konkret dan tahap operasional formal. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pembahasan materi segitiga dan segi empat yang merupakan materi paling awal dan mendasar dalam kajian geometri tingkat SMP.

(62)

46

Bagan berikut menggambarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

1. Siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan dapat melihat makna dari proses pembelajaran karena siswa membangun pengetahuan dan keterampilan baru melalui fakta yang mereka alami dalam kehidupan. 2. Siswa lebih mudah memahami konsep dalam matematika karena siswa

ikut berpikir dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting, yaitu perangkat pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah probing prompting: 1) menyajikan situasi baru, 2) merumuskan jawaban, 3) mengajukan persoalan, 4) merumuskan jawaban, 5) menunjuk siswa, 6) mengajukan pertanyaan akhir dan memuat tujuh komponen utama pendekatan kontekstual: 1) contructivism, 2) questioning, 3) inquiry, 4) learning community, 5) modeling, 6) reflection, 7) authentic assessment.

1. Siswa SMP Kelas VII berada pada tahap transisi antara tahap operasional konkret dan operasional formal

2. Materi segitiga dan segi empat merupakan materi paling awal dan mendasar dalam kajian geometri SMP

1. Kemampuan penguasaan materi siswa pada materi segitiga dan segi empat masih kurang.

2. Perangkat pembelajaran yang ada kurang memfasilitasi siswa dalam belajar

(63)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan model probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

B.Desain Penelitian

Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) yang dikembangkan oleh Dick dan Carry. Ada lima tahapan dalam model ADDIE, yaitu: Analysis (Analisis), Desaign (Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing tahapan (Endang Mulyatiningsih, 2011:184). 1. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap analisis merupakan tahap awal dalam pengembangan ADDIE. Tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa.

a. Analisis kebutuhan

(64)

48

dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi segitiga dan segi empat dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) menganalisis hasil daya serap Ujian Nasional SMP/MTs tahun 2014/2015 dengan cara membandingkan penguasaan materi siswa pada masing-masing materi yang diuji pada tingkat kabupaten Bantul, propinsi DIY, dan tingkat nasional, (2) menganalisis hasil wawancara yang dilakukan dengan guru matematika.

b. Analisis kurikulum

Pada tahap analisis kurikulum, peneliti menganalisis kurikulum yang digunakan dengan mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan materi segitiga dan segi empat untuk menentukan indikator pencapaian tujuan pembelajaran.

c. Analisis karakteristik siswa

Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik siswa yang dijadikan subjek penelitian, meliputi tingkat kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perangkat pembelajaran. 2. Tahap Perancangan (Design)

Gambar

Tabel 1.   Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Segitiga dan segi
Tabel 2.   Keterkaitan antara Kegiatan Pembelajaran dengan Tahapan Probing
Tabel 1.   Rincian Komponen Penilaian dan Jumlah Butir Pernyataan Lembar
Tabel 5.   Indikator Pencapaian Kompetensi dan Jumlah Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hubungan dilakukan dengan uji chi- squar e menunjukan ada hubungan antara tanggung jawab (C= 0,237, p=0,006), pengembangan potensi (C= 0,268, p=0,001), kompensasi

Analisa data dilakukan secara deskriptif terhadap hasil pengujian kualitas daging bebek yang meliputi sifat mutu organoleptik yang warna, bau dan konsistensiann kandungan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap budaya organisasi clan pada perusahaan keluarga (studi pada

Pada tahap ini dimaksudkan agar bahan baku yang akan digunakan berupa eceng gondok akan lebih mudah terurai menjadi komponen-komponen lignoselulosa yaitu hemiselulosa,

Mangkunegara (2004:67) mengungkapkan pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan dalam penelitian ini, kebahagiaan dan kepuasan hidup yang dirasakan oleh wanita lajang usia dewasa madya juga diperoleh dari

1 Faktor-faktor tersebut yang dapat menjadi penyebab anak dengan pola asuh orang tua otoriter ataupun permisif tetap memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.Terlihat dalam

In this study, the tensile properties of abaca fibre reinforced high impact polystyrene (HIPS) composites, which had been produced with the parameters of fibre loading (30,40,50