• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap NO DAFTAR FPIPS : 4333/UN.40.2.8/PL/2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN

RUMAH KOST

(Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Siti Nur Khotimah

NIM 1001442

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

▸ Baca selengkapnya: nilai sosial padang ilalang di belakang rumah

(2)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN

RUMAH KOST

(Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)

Oleh

SITI NUR KHOTIMAH

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© SITI NUR KHOTIMAH 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

(3)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SITI NUR KHOTIMAH

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN

RUMAH KOST

(Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M. Pd. M.A.

NIP. 19620702 198601 1 002

Pembimbing II

Dr. Elly Malihah, M.Si.

NIP. 19660425 199203 2 002

Mengetahui

(4)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dra. Siti Komariah, M.Si, Ph.D.

NIP. 19680403 199103 2 002

SKRIPSI INI DIUJI PADA HARI SENIN, TANGGAL 27 OKTOBER 2014

Panitia Ujian Sidang Terdiri Atas :

Ketua : Dekan FPIPS UPI

Pror. Dr. Karim Suryadi, M.Si

NIP. 197008141994021001

Sekretaris : Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi UPI

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si., Ph.D

NIP. 196804031991032002

Penguji :

Penguji I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil P., M.Si.

NIP. 19610323 198603 1 002

Penguji II

Dra.Wilodati, M.Si.

NIP. 19680114 199203 2 002

(5)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Mirna Nur Alia A, S.Sos., M.Si.

(6)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

SITI NUR KHOTIMAH (2014). Pembimbing I : Prof. Dr. Bunyamin Maftuh,

M.Pd. M.A. Pembimbing II : Dr. Elly Malihah, M.Si. Benturan Nilai Sosial

Budaya Dalam Kehidupan Rumah Kost (Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di

Sekitar Kampus UPI Bandung).

Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa banyaknya

ditemukan perbedaan-perbedaan di dalam rumah kost. Baik perbedaan mengenai

cara pandang, perbedaan mengenai kebiasaan, maupun perbedaan nilai. Penelitian

ini dilakukan pada rumah kost yang ada disekitar kampus UPI Bandung. Pada

penelitian ini akan di kaji mengenai nilai sosial budaya apa saja yang terdapat

dalam kehidupan rumah kost disekitar kampus UPI Bandung, faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya benturan nilai sosial budaya, serta solusi yang tepat

menurut pihak yang betul-betul mengetahui kehidupan di dalam rumah kost

tersebut. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi untuk

memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya

adalah penghuni rumah kost, pemilik ataupun pengelola rumah kost berkenaan

dengan benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost di sekitar

kampus UPI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap rumah kost pasti

terdapat benturan-benturan, baik menyangkut nilai sosial ataupun nilai budaya.

Benturan-benturan yang terjadi tersebut bisa terjadi antar sesama penghuni

ataupun antara penghuni dengan pemilik rumah kost. Selain itu juga benturan nilai

sosial budaya yang terjadi bisa saja berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak

ada keinginan pihak yang terlibat benturan nilai sosial budaya untuk mengerti dan

memahami penghuni lain.

(7)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap ABSTRACT

SITI NUR KHOTIMAH (2014). Supervisor I: Prof. Dr Bunyamin Maftuh,

M.Pd. M.A. Supervisor II: Dr. Elly Malihah, M.Sc. The Collision of Cultural

Values In The Life of Boarding House (Descriptive Study of the Boarding House

Around UPI Bandung Campus).

This study was conducted with a background due to the many differences found in

the boarding house. Either the differences of perspective, the difference of habit,

and the difference in value. This research was conducted at the boarding house

that was around UPI Bandung. This study will examine the socio-cultural values

regarding what was contained in a boarding house life around UPI Bandung, the

factors that cause a conflict of social and cultural values, as well as the right

solution according to the party who really know the life in a boarding house. This

study used interviews and observations to obtain the necessary data. In this study,

the research object was a boarding house occupant, owner or manager of a

boarding house regarding the conflict of socio-cultural values in the life of a

boarding house around UPI. The results showed that in every boarding house

there must be collisions, either in relation to the value of social or cultural values.

Collisions happened between the people can occured between the occupant or

occupants of the owner of a boarding house. In addition, the clash of cultural

values that occured could potentially cause a conflict if there was no desire of the

parties involved in a conflict of social and cultural values to understand and

comprehend the other occupants.

Keywords: the collision, social and cultural values, the life of a boarding

(8)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

DAFTAR ISI ……….. vi

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... Error! Bookmark not defined.

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... Error! Bookmark not defined.

C. RUMUSAN MASALAH ... Error! Bookmark not defined.

D. TUJUAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

E. MANFAAT PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI ... Error! Bookmark not defined.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI SOSIALError! Bookmark not

defined.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI BUDAYAError! Bookmark not

defined.

D. BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA .. Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIANError! Bookmark not

defined.

B. TEMPAT PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

C. DEFINISI OPERASIONAL ... Error! Bookmark not defined.

D. INSTUMEN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

E. SAMPEL SUMBER DATA ... Error! Bookmark not defined.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... Error! Bookmark not defined.

G. TEKNIK ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not

(9)

Siti Nur Khotimah, 2014

A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. SIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.

B. SARAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN I SK PEMBIMBING SKRIPSI DAN SURAT PENELITIAN

LAMPIRAN II INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN III HASIL PENELITIAN DAN CATATAN HARIAN

LAPANGAN

LAMPIRAN IV DOKUMENTASI PENELITIAN

(10)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu universitas

ternama di Indonesia. Perguruan tinggi ini terletak di kota Bandung, provinsi Jawa

Barat. Oleh sebab itu, banyak sekali yang berminat untuk menimba ilmu di

perguruan tinggi tersebut. Peminat perguruan tinggi ini tidak hanya datang dari

penduduk provinsi Jawa Barat saja, tetapi juga berasal dari banyak daerah lain di

luar provinsi Jawa Barat. Banyaknya peminat para pelajar untuk menimba ilmu di

UPI, membuat mereka harus mencari tempat tinggal selama menempuh

pendidikan. Banyak mahasiswa UPI merupakan mahasiswa perantau, oleh sebab

itu mencari tempat tinggal merupakan hal penting yang harus dilakukan. Mereka

bisa menyewa rumah bersama teman-teman yang lain, menyewa paviliun, atau

hanya menyewa kamar saja. Banyak sekali terdapat rumah-rumah kost disekitar

kampus UPI, bahkan dapat dikatakan bahwa kampus UPI hampir sepenuhnya

dikelilingi oleh rumah-rumah kost yang dibangun sebagai pilihan untuk dijadikan

tempat tinggal selama menempuh pendidikan.

Pada suatu rumah kost biasanya diisi oleh mahasiswa yang berasal dari

daerah yang berbeda-beda, namun ada pula rumah kost yang memang

diperuntukkan bagi mahasiswa daerah tertentu. Adanya keberagaman penghuni

dalam suatu rumah kost, baik keberagaman daerah, adat istiadat, maupun

kebiasaan yang mereka lakukan di rumah inilah yang membuat nilai-nilai sosial

budaya yang ada di dalamnya pada awalnya berbeda-beda. Hal tersebut

berdasarkan pendapat Marzali (2005, hlm. 227) yang pada intinya mengatakan

bahwa, “Indonesia secara antropologis terdiri dari lebih dari 500 suku bangsa

dimana masing-masing memiliki ciri-ciri bahasa dan kultur tersendiri.” Kebiasaan

dan kultur yang mereka bawa dari daerah asalnya belum tentu sama dengan

(11)

Siti Nur Khotimah, 2014

Tempat tinggal dan lingkungan yang nyaman akan membuat penghuninya

merasa betah dan tidak selalu mengalami homesick atau selalu mengingat rumah.

Tempat tinggal serta lingkungan yang nyaman juga akan sangat dibutuhkan oleh

mahasiswa, sebab dapat menunjang mahasiswa untuk dapat mengerjakan setiap

tugas yang diberikan oleh dosen. Setiap mahasiswa tentunya menginginkan

tempat tinggal yang nyaman, bersih, mudah dijangkau dan teratur, oleh karena itu

di sekitar kampus UPI banyak dibangun rumah kost dengan berbagai fasilitas.

Seperti kamar yang cukup besar dengan kamar mandi berada di dalam kamar

sehingga tidak perlu mengantri dengan teman serumah untuk menggunakan kamar

mandi. Ada juga rumah kost yang menyediakan fasilitas-fasilitas lain seperti

kasur, tempat tidur, lemari, meja belajar, dapur dan kulkas bersama bahkan WiFi.

Namun banyak juga rumah kost yang dibangun dengan seadanya, tanpa ada fasilitas penunjang dan bahkan terkesan “memaksa” karena jaraknya yang berdekatan dengan rumah kost lain dan tidak memperdulikan keindahan tata

bangunan.

Tentu saja terdapat perbedaan harga antara rumah kost dengan fasilitas

lengkap dan rumah kost dengan fasilitas seadanya. Biasanya, rumah kost yang ada

di sekitar UPI dengan berbagai fasilitas itu harganya berkisar enam sampai 10 juta

rupiah. Sedangkan rumah kost yang tidak memberi fasilitas penunjang harganya

berkisar antara tiga sampai lima juta rupiah. Pemilihan rumah kost ini tergantung

pada tingkat perekonomian keluarga mahasiswa saja. Biasanya mahasiswa akan

memilih rumah kost yang sesuai dengan kondisi keuangan keluarganya, hal

tersebut didukung dengan pendapat para ahli psikologi lingkungan. Para ahli

tersebut mengatakan bahwa alasan seseorang untuk memilih rumah sebagai

tempat tinggalnya terletak pada “Kemampuan lingkungan yang dipilihnya dalam

membentuk ruang fisikal dan sosial, faktor ekonomi, lokasi dan tipe hunian, namun faktor ekonomi sering kali menjadi lebih berpengaruh” (Halim, 2008, hlm. 25-26).

Penelitian mengenai pemilihan rumah kost sebagai tempat tinggal juga

dilakukan oleh tiga orang mahasiswa di Pulau Bali. Hasil penelitian yang mereka

(12)

3

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keputusan mahasiswa dalam memilih rumah kost (Hajar, Susilawati, &

Kusmawati, 2012, hlm. 30).

Faktor pertama adalah faktor lingkungan kost, faktor kedua adalah faktor harga sewa kost, faktor ketiga adalah faktor fasilitas, faktor keempat adalah faktor referensi, faktor kelima adalah faktor lokasi, faktor keenam adalah faktor keamanan, dan faktor ketujuh adalah faktor pelayanan.

Salah satu dari ketujuh faktor tersebut adalah faktor lokasi. Banyak

mahasiswa akan memilih lokasi rumah kost yang berada di sekitar kampus, oleh

karena itu penulis memilih rumah kost yang berada di sekitar kampus UPI. Selain

itu juga karena rumah kost yang berada di sekitar wilayah kampus UPI banyak

yang memiliki fasilitas yang diinginkan oleh kebanyakan mahasiswa, seperti yang

disebutkan di atas bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam

memilih rumah kost adalah faktor lingkungan. Berdasarkan pendapat para ahli

psikologi sosial dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Hajar, Susilawati, &

Kusmawati, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat dua faktor yang memiliki

pengaruh besar terhadap mahasiswa dalam memilih suatu rumah kost sebagai

tempat tinggal selama menempuh pendidikan. Faktor yang pertama adalah faktor

lingkungan tempat rumah kost berada serta faktor yang kedua adalah tingkat

ekonomi yang dimiliki oleh calon penghuni rumah kost.

Biasanya rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI terpisah dari rumah

pemilik kost, walaupun mungkin masih berada dalam satu kawasan. Ada juga

rumah kost yang menyatu dengan rumah pemilik kost. Namun banyak juga

pemilik kost yang tidak bertempat tinggal di sekitar kostannya. Hal ini bisa

disebabkan karena berbagai alasan, diantaranya sengaja agar tidak terganggu

dengan penghuni rumah kost, atau karena memang tidak tersedianya lahan di

dekat tempat tinggalnya. Hal ini membuat pemilik rumah kost biasanya

mempercayakannya kepada pengelola yang akan mengontrol rumah kost. Jika

tidak ada pengelola kost, pemilik kost biasanya akan mengecek dan mengontrol

keadaan rumah kost sesuai dengan waktu yang ia punya misalnya saat hanya

(13)

Siti Nur Khotimah, 2014

hendak membersihkan rumah kost. Bahkan tidak jarang pemilik kostan sangat

jarang melihat keadaan rumah kostnya karena tidak adanya waktu yang ia miliki.

Tidak jarang pemilik kost memberikan kebebasan kepada penghuni kostan

untuk mengelola kostannya sendiri yang penting tidak terlambat membayar

tagihan listrik dan biaya lainnya. Kebebasan yang diberikan inilah yang membuat

penghuni kost memiliki aturan-aturannya sendiri dalam berperilaku. Misalnya

penghuni diharuskan membersihkan sendiri rumah kost yang ia tempati karena

tidak ada pengelola atau orang yang dipekerjakan untuk bersih-bersih. Cara yang

digunakan oleh para penghuni rumah kost adalah dengan dibuatnya jadwal piket

untuk membersihkan rumah kost yang mereka tempati bersama. Disatu pihak

mungkin ada yang merasa keberatan dengan dibuatnya jadwal tersebut, namun

disatu pihak ada pula yang merasa diuntungkan dengan adanya jadwal piket di

rumah kost tersebut. Pihak yang merasa keberatan tentunya adalah orang yang

malas dan mungkin ia tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah yang

seharusnya ia kerjakan sesuai jadwal piket seperti menyapu, mengepel, atau hanya

sekedar membuang sampah. Pihak yang merasa diuntungkan akan senang sebab ia

tidak perlu repot-repot membersihkan rumah kost setiap hari, kecuali hanya pada

jadwal ia piket saja.

Rumah kost yang ada disekitar kampus UPI ini tidak dibangun hanya

khusus untuk penghuni wanita saja ataupun pria saja. Banyak juga rumah kost di

sekitar kampus UPI yang dihuni oleh wanita dan pria, atau biasa disebut kostan

campur. Walaupun kostan tertentu dihuni oleh wanita dan pria, mereka tetap

memiliki aturan-aturan yang mengatur hubungan antara satu sama lain demi

ketertiban bersama. Tentunya setiap kelompok masyarakat, dalam hal ini adalah

kelompok mahasiswa/mahasiswi penghuni rumah kost, memiliki aturan yang

berbeda antara satu dan yang lainnya. Sehingga belum tentu hal yang baik

menurut kelompok penghuni kost A dianggap baik juga oleh kelompok penghuni

kost B. Kondisi penghuni rumah kost yang memiliki latar belakang yang

berbeda-beda ini, dimana kemajemukan yang ada kerap menjadi pemicu terjadinya

benturan atau perselisihan. Seperti yang diungkapkan oleh Sudiadi (2009, hlm.

(14)

5

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ancaman untuk kerukunan hidup manusia maka hal tersebut menjadi masalah

yang harus diselesaikan.”

Sistem nilai dan sistem budaya merupakan hal penting dalam pemersatu

suatu kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Setiadi dan Kolip (2011, hlm.

119) bahwa:

Suatu kelompok masyarakat yang hidup bersama tidak cukup hanya dipandang dari kesatuan wilayah geografisnya saja, akan tetapi bentuk kesatuan kelompok masyarakat tersebut selalu ada sistem kebudayaan yang menjadi alat untuk menyatukan kelompok tersebut. Beberapa faktor pemersatu diantaranya adalah kekuasaan, identitas bersama, solidaritas bersama dan yang lebih penting lagi adalah adanya sistem nilai di dalam kesatuan kelompok.

Nilai inilah yang dijadikan sebagai dasar unsur untuk menyatukan

mahasiswa penghuni kost yang berasal dari daerah yang berbeda-beda demi

terwujudnya keinginan bersama tanpa harus ada yang merasa diperlakukan tidak

adil.

Kehidupan setiap orang tidak lepas dari nilai-nilai dan norma-norma yang

ditaati bersama sebagai acuan dalam setiap perbuatan. Begitu halnya dengan

kehidupan mahasiswa rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung. Berbagai

aturan yang telah diberikan oleh pemilik rumah kost bisa saja ditaati dan bisa juga

tidak ditaati oleh penghuni rumah kost. Hal ini tidak lepas dari adanya efek

globalisasi dan westernisasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini

memudahkan terjadinya perubahan-perubahan di berbagai bidang. Diantaranya

pada lingkup sosial dan budaya. Pembangunan yang banyak terjadi di kota-kota

besar turut andil dalam lunturnya nilai sosial dan budaya pada diri banyak

generasi muda, termasuk mahasiswa. Hal itulah yang menyebabkan perlu adanya

campur tangan dari orang tua untuk mengajarkan nilai budaya kepada generasi

muda. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Goode (1991, hlm. 37)

bahwa, “Sebuah sistem kebudayaan tidak mungkin dapat bertahan, kecuali

disertai menyertakan perintah moral untuk mendidik setiap keturunan agar mau

(15)

Siti Nur Khotimah, 2014

tua memiliki tugas yang cukup berat, yaitu mendidik keturunannya agar menjadi

manusia yang menjalani kehidupan sesuai dengan nilai dan norma yang ada dan

tidak lupa untuk mengajarkan keturunan berikutnya agar perubahan-perubahan

yang terjadi tidak melunturkan nilai sosial budaya yang sudah ada.

Peraturan-peraturan yang tidak ditaati oleh penghuni rumah kost biasanya

karena dianggap tidak sesuai dengan zaman yang sudah berkembang dan tidak

sesuai dengan gaya hidup mahasiswa sekarang yang sudah jauh berbeda. Seperti

misalnya penghuni kost harus pulang pada pukul 22.00, apabila tidak tepat waktu

maka pintu pagar akan dikunci. Tentunya pada zaman sekarang mahasiswa akan

menganggap bahwa aturan itu sudah tidak perlu diberlakukan pada saat ini,

sehingga banyaknya terjadi pelanggaran pada salah satu aturan dari sekian banyak

aturan yang ada. Terlebih lagi apabila tidak ada yang mengontrol rumah kost

tersebut, peraturan yang dibuat itu sebenarnya akan ditaati apabila para penghuni

kost tersebut sadar akan aturan yang mengikatnya, dengan kata lain, apabila

penghuni kost menganggap bahwa aturan itu hanya sekedar aturan dan tidak

bernilai, maka aturan tersebut tidak perlu untuk ditaati.

Benturan yang terjadi mengenai aturan ini hanya awal dari kehidupan

antara penghuni dan pemilik rumah kost. Masih memungkinkan akan terjadi

benturan-benturan lain antara keduanya karena adanya perbedaan generasi

sehingga cara pandang mengenai aturan-aturan yang diinginkan dalam rumah kost

berbeda pula. Hal ini senada dengan yang ditulis oleh Ahmadi (2003, hlm. 127)

bahwa:

Benturan antara nilai-nilai budaya tradisional dengan nilai-nilai baru yang cenderung menimbulkan pertentangan antara sesama generasi muda dan generasi sebelumnya yang pada gilirannya akan menimbulkan perbedaan sistem nilai dan pandangan antara generasi tua dan generasi muda.

Salah satu aturan di atas sebenarnya dibuat demi kebaikan para penghuni

kost. Karena budaya ketimuran yang dianut oleh masyarakat Indonesia

menganggap bahwa tidak baik apabila malam-malam keluyuran dan baru pulang

(16)

7

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia sangat kental. Bisa dikatakan bahwa, “Manusia tidak terlepas dari

kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu

sendiri” (Effendi dan Malihah, 2011, hlm. 91).

Benturan yang terjadi tidak hanya sebatas pada penghuni dengan pemilik

rumah kost karena aturan-aturan yang diberikan. Namun bisa juga antar sesama

penghuni rumah kost. Misalnya seseorang yang berasal dari luar provinsi Jawa

Barat biasanya memiliki cita rasa yang berbeda dengan cita rasa

makanan-makanan di provinsi Jawa Barat. Kita ambil contoh pada orang pulau Sumatera

yang identik dengan makanan pedas serta penuh dengan bumbu-bumbu di

dalamnya. Ketika ia harus hidup di daerah yang memiliki cita rasa manis dengan

bumbu yang biasa saja dan tidak terlalu ribet, dan lidahnya belum bisa menerima

cita rasa makanan yang tidak biasa ia makan, berarti ia mengalami gegar budaya

(cultural shock). Cultural Shock juga merupakan suatu benturan yang terkadang

harus dihadapi oleh penghuni rumah kost. Kembali lagi kepada contoh kasus

diatas, karena penghuni rumah kost tersebut mengalami cultural shock maka ia

akan mencari cara bagaimana melaluinya. Ada beberapa cara yang dapat

dilakukan, salah satunya adalah dengan memasak sendiri makanan untuknya.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan memasak sendiri makanan untuknya,

namun akan terjadi masalah apabila ketika ia memasak dapat mengganggu

penghuni lain. Misalkan ia memasak makanan yang baunya terkadang

mengganggu penghuni lain. Lama kelamaan benturan yang awalnya hanya terjadi

pada dirinya dengan lingkungan, sekarang tidak menutup kemungkinan akan

terjadi antara dirinya dengan penghuni lain yang terganggu dengan bau

masakannya.

Kondisi yang tidak memungkinkan dirinya untuk memasak setiap hari

akan mamaksanya untuk mau tidak mau harus membeli makan di luar. Cara lain

yang bisa ia lakukan dalam melewati cultural shock adalah dengan sedikit demi

sedikit mulai membiasakan diri dengan makanan yang cita rasanya tidak sesuai

dengan cita rasa yang ia miliki. Adanya contoh tersebut dapat membuktikan

bahwa, benturan nilai sosial budaya juga bisa terjadi antar sesama penghuni

(17)

Siti Nur Khotimah, 2014

Henslin (2007, hlm. 40) mengemukakan “Kebudayaan menyediakan

instruksi implisit yang memberitahu kita hal-hal yang harus lakukan dalam

berbagai situasi; kebudayaan menyediakan landasan bagi pengambilan keputusan

kita.” Berdasarkan pengungkapan Heslin di atas, kebudayaan yang ada di sekitar

kita secara tidak langsung mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan

dan keputusan itu akan mempengaruhi tingkah laku kita sebagai manusia. Sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Henslin, Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 116) juga

mengungkapkan bahwa, tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh naluri yang

bebas namun tidak sepenuhnya, karena setiap manusia memiliki dorongan untuk

hidup sejahtera, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Manusia ada dengan seperangkat tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan naluri bebas. Akan tetapi, dorongan yang bebas tersebut tidak sepenuhnya dipenuhi sebagai batas-batas hubungan antarmanusia dalam mencegah benturan-benturan antarmanusia, sebab selain kehendak bebas tersebut, manusia juga memiliki dorongan untuk hidup tenang, tertib, nyaman, aman, dan sebagainya. Dorongan naluri manusia inilah yang akhirnya memunculkan apa yang senyatanya ada, yaitu perilaku manusia yang hidup dalam kelompok.

Dalam kasus ini, mahasiswa yang tinggal dalam rumah kost yang sama

merupakan satu kelompok, walaupun berasal dari jurusan, daerah, dan kebiasaan

yang berbeda-beda ada satu hal yang membuatnya menjadi satu kelompok, yaitu

tempat tinggal.

Jika hanya salah satu saja mahasiswa penghuni rumah kost yang

menginginkan untuk hidup tertib, tenang dan nyaman, sedangkan penghuni lain

tidak mengindahkan hal tersebut, maka sudah dapat dipastikan keinginan tersebut

tidak akan terwujud. Perlu adanya kerjasama antara satu dengan yang lain, karena

tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang menginginkan kondisi tempat tinggal

yang dapat membuatnya tertib, tenang dan nyaman. Seperti yang diungkapkan

oleh Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 117) bahwa:

(18)

9

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai makhluk yang tidak bisa memenuhi kebutuhan melalui kemampuannya sendiri.

Dari penyataan tersebut sudah jelas bahwa harus ada kerjasama diantara

anggota kelompok agar keteraturan yang diinginkan dapat tercapai atas

kesepakatan bersama. Hal itu bisa berupa aturan-aturan yang menjadi patokan

dalam berinteraksi satu sama lain sehingga dalam pergaulan sehari-hari antar

sesama penghuni rumah kost dapat terjalin dengan baik. Namun permasalahannya

adalah apakah di dalam suatu rumah kost tersebut kerjasama agar tercapainya

keteraturan berjalan dengan baik. Jika tidak berjalan dengan baik, maka akan

menimbulkan permasalahan di dalamnya.

Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 117) memaparkan bahwa tujuan hidup

merupakan awal dari terbentuknya sistem nilai:

Sesuatu yang menjadi dasar tujuan kehidupan sosial tersebut merupakan awal dari lahirnya sistem nilai, yaitu sesuatu yang menjadi patokan di dalam kehidupan sosial yang mengandung kebaikan, kemaslahatan, manfaat, kepatutan yang biasanya menjadi tujuan kehidupan bersama.

Setiap kelompok akan memandang suatu nilai secara berbeda, tergantung

situasi dan kondisi tempat mereka berada. Tentu saja setiap rumah kost, yang

merupakan satu kelompok, memiliki nilai-nilai yang berbeda antar rumah kost

yang satu dengan rumah kost yang lain. Seperti misalnya saja membawa lawan

jenis ke dalam kamar itu bisa bernilai buruk dan juga bisa bernilai biasa saja. Hal

itu bisa bernilai buruk apabila itu dilakukan di rumah kost yang berisi mahasiswa “alim”. Namun hal tersebut juga bisa saja bernilai biasa saja apabila penghuni kostan yang lain menganggap bahwa hal itu sudah lumrah terjadi, dan mungkin

saja hal itu dilakukan karena ada keperluan saja.

Namun, karena berbagai perbedaan pandangan serta keberagaman latar

belakang antara pemilik kost, penghuni satu, dan penghuni lainnya terkadang

terdapat benturan-benturan mengenai nilai sosial budaya. Banturan-benturan ini

bisa terjadi diantara pemilik rumah kost dengan penghuni kost dan/atau antar

(19)

Siti Nur Khotimah, 2014

untuk menggali lebih dalam mengenai benturan nilai sosial budaya yang ada

dalam kehidupan rumah kost. Penulis mencoba untuk mengetahui jawabannya

melalui sebuah penelitian yang berjudul BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST (Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Pada penulisan skripsi ini, dengan dilatar belakangi oleh banyaknya

dijumpai perbedaan-perbedaan antar sesama penghuni ataupun antara penghuni

dengan pemilik rumah kost, penulis menitikberatkan masalah pada benturan nilai

sosial budaya yang terjadi di dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar

kampus UPI Bandung. Perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam kehidupan

rumah kost ini bisa saja berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak ada

tindakan pencegahan dan tidak ada tindakan penganganan terhadap berbagai

perbedaan yang mengemuka. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa menyangkut

tentang perbedaan latar belakang daerah, lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan

yang dilakukan.

Sebelum mengengetahui benturan nilai sosial budaya, penulis akan

menggali mengenai nilai sosial budaya apa saja yang ada di dalam kehidupan

rumah kost yang ada disekitar kampus UPI Bandung, setelah itu barulah penulis

mengkaji mengenai benturan nilai sosial budaya di dalamnya. Selanjutnya penulis

akan mengkaji mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

benturan nilai sosial budaya tersebut, serta bagaimana solusi yang tepat menurut

pihak yang mengetahui kehidupan yang terjadi di dalam rumah kost yang berada

di sekitar kampus UPI Bandung.

C. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI Bandung?”

Mengingat begitu kompleksnya rumusan masalah tersebut, maka rumusan

(20)

11

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Nilai sosial budaya apa sajakah yang terdapat dalam kehidupan penghuni

rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung dan benturan apa sajakah yang

terjadi di dalamnya?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya benturan nilai sosial

budaya dalam kehidupan rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung?

3. Bagaimana solusi yang tepat menurut pihak yang mengetahui betul mengenai

kehidupan di dalam rumah kost dalam upaya menangani berbagai benturan

nilai sosial budaya dalam yang ada di sekitar kampus UPI Bandung?

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini secara umum bertujuan

untuk mengkaji berbagai bentuk benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan

rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung. Adapun tujuan khusus penelitian ini

adalah untuk:

1. Mengetahui nilai sosial budaya apa saja yang terdapat dalam kehidupan

penghuni rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung dan mendeskripsikan

benturan nilai sosial budaya yang terjadi di dalamnya.

2. Menggali faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya benturan nilai sosial

budaya dalam kehidupan rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung.

3. Mencari solusi yang tepat menurut pihak yang mengetahui betul mengenai

kehidupan di dalam rumah kost dalam upaya menangani berbagai benturan

nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar kampus

UPI Bandung.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dalam melakukan suatu penelitian, hasil dari penelitian tersebut tentulah

harus bisa memiliki kegunaan yang dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan

maupun bagi masyarakat umum, dengan demikian semakin dalam suatu

penelitian, maka kualitas dan kapasitas dari hasil penelitiannya pun akan semakin

(21)

Siti Nur Khotimah, 2014

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian yang

dituangkan dalam bentuk skripsi ini mencakup manfaat secara teoritis dan

manfaat secara praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru

yang berguna bagi perkembangan disiprin ilmu sosiologi, khususnya tentang

bagaimana menghadapi berbagai benturan nilai sosial budaya yang ada di

rumah kost sehingga tercipta keselarasan yang diinginkan oleh setiap

penghuni rumah kost. Selain itu, hasil penelitian ini juga bisa berkontribusi

dalam mata pelajaran Sosiologi di sekolah pada materi nilai dan norma,

msayarakat multikulturalisme, serta sedikit menyangkut dengan konflik sosial.

Hasil penelitian ini juga bisa diterapkan pada mata pelajaran sosiologi KD 3.2,

3.3, dan 4.2 di kelas X, dan KD 3.3, 3.4, dan 4.3 di kelas XI pada Kurikulum

2013. Lebih jauh lagi diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya dalam

pengembangan ilmu-ilmu sosial lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Memberikan bekal dan manfaat agar penulis dapat semaksimal

mungkin menerapkan situasi dan kondisi yang ideal pada sebuah rumah

kost sesuai dengan nilai sosial budaya yang seharusnya.

b. Bagi para mahasiswa penghuni rumah kost

Memberikan gambaran mengenai berbagai bentuk benturan nilai

sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan rumah kost sehingga

mahasiswa dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya

benturan-benturan sosial budaya lainnya.

(22)

13

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi nyata yang

terjadi di rumah kost serta solusi yang dapat diterapkan pada rumah kost

sehingga tercipta keselarasan dan ketertiban yang diinginkan.

d. Bagi masyarakat

Membuka wawasan masyarakat agar lebih memahami akan konsep

nilai sosial budaya itu sendiri sehingga diharapkan dapat menciptakan nilai

sosial budaya yang dapat disepakati bersama masyarakat lainnya.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para peneliti selanjutnya

akan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai salah satu dari bahan

penunjang jika kelak akan diadakan penelitian lebih lanjut mengenai

kehidupan di dalam sebuah rumah kost, khususnya tentang nilai sosial

(23)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk

mengkaji benturan nilai sosial budaya yang terdapat dalam kehidupan rumah kost

yang ada disekitar kampus UPI Bandung. Patton (2009, hlm. 5) mengatakan

bahwa, “Data kualitatif menyediakan kedalaman dan kerincian melalui

pengutipan secara langsung dan deskripsi yang teliti tentang situasi program,

kejadian, orang, interaksi dan perilaku yang teramati”. Didukung oleh pernyataan

Patton, maka penulis menggunakan pendekatan kulitatif dengan alasan karena

dengan pendekatan kualitatif akan memudahkan penulis untuk mencari jawaban

dari permasalahan yang terjadi karena dalam penelitian kualitatif, penulis

merupakan instrumen atau alat pengumpulan data.

Penelitian ini juga memerlukan data yang sangat mendalam dan bukan

hanya data secara umum saja, oleh karena itu diperlukan adanya in-depth

interview terhadap penghuni rumah kost ataupun pemilik rumah kost. Curtis dan

Curtis (2011, hlm. 30). mengatakan bahwa, “In-depth interviews are the most

value in exploring an issue about which little in known, or get detailed picture of

what people think.” Maksud dari pernyataan di atas adalah In-depth Interview

merupakan yang hal paling bernilai dalam menyelidiki sebuah isu tentang sesuatu

yang baru sedikit diketahui atau mendapatkan gambaran yang rinci dari apa yang

apa yang dipikirkan oleh masyarakat. Sehingga diharapkan melalui pendekatan

ini, penulis dapat berinteraksi secara langsung dengan para mahasiswa yang

bertempat tinggal di rumah kost dan dapat memperoleh data atau gambaran

mengenai berbagai benturan nilai sosial budaya yang terjadi secara maksimal.

Spardley (dalam Sugiyono, 2011:208) menyatakan bahwa „A focused refer

to a single cultural domain or a few related domains.’ Artinya, fokus itu

merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial,

(24)

33

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupan rumah kost disekitar kampus UPI Bandung. David Williams (dalam

Moleong, 2004, hlm. 5) menulis bahwa, „Penelitian kualitatif adalah pengumpulan

data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah.‟ Sependapat

dengan Williams, Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2004, hlm. 5) juga

mengatakan bahwa, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan

latar alamiah, „Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.‟ Pendapat Denzin dan

Lincoln juga sejalan dengan apa yang ditulis oleh Usman dan Akbar (Usman dan

Akbar, 2009, hlm. 78), namun mereka sedikit menambahkan bahwa “Metode

kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif penulis sendiri.”

Maksudnya adalah fenomena yang terjadi itu dapat dilihat dari perspektif penulis

itu sendiri, dengan kata lain penulis memiliki pandangan tersendiri dari fenomena

yang terjadi.

Berdasarkan itulah penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

untuk meneliti berbagai fenomena apa saja yang terjadi di rumah kost yang ada

disekitar kampus UPI Bandung, khusunya fenomena mengenai benturan nilai

sosial budaya. Selain itu pemilihan penelitian kualitatif ini juga berdasarkan

beberapa pertimbangan, yang pertama adalah dengan menggunakan metode

kualitatif, akan tersampaikan secara langsung hakekat hubungan antara penulis

dengan informan yang diteliti, yang kedua adalah metode ini peka dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan pada saat penelitian, dan yang ketiga adalah

metode kualitatif ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga penulis

juga bisa menyesuaikan diri dengan hasil penelitian yang berubah-ubah dalam

merumuskan pemecahan masalah yang dihadapi. Alasan yang selanjutnya adalah

dengan menggunakan metode kualitatif ini penulis bisa menggali secara mendetail

mengenai gejala-gejala sosial khususnya mengenai benturan nilai sosial budaya

yang terfokus pada suatu wilayah atau lingkungan sosial dimana dalam hal ini

adalah rumah kost yang berada di sekitar kampus UPI Bandung. Disamping itu

(25)

Siti Nur Khotimah, 2014

ini pengumpulan data yang dilakukan bisa lebih eksploratif sehingga hasil

penelitian ini menjadi lebih bermakna.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 35) “Penelitian deskriptif tidak

membandingkan variabel pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel

itu dengan variabel yang lain.” Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap

fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian

berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif

kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi

yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat,

pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan antarvariabel, perbedaan antar

fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Penelitian dengan

menggunakan metode deskriptif ini memusatkan perhatian kepada

masalah-masalah yang aktual sebagaimana pada saat penelitian berlangsung. Melalui

metode deskriptif ini diharapkan penulis dapat mempelajari semaksimal mungkin

individu ataupun kelompok untuk mengungkap hal-hal yang lengkap dan

terperinci mengenai segala hal mengenai subjek yang diteliti. Selain itu melalui

metode deskriptif ini pula diharapkan penulis dapat mendeskripsikan apa yang

terjadi tanpa mengindahkan subyektifitas dari penulis sendiri.

B. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di rumah kost yang memiliki kriteria sebagai

berikut:

1. Penghuni rumah kost bersifat majemuk, yang dimaksud dengan majemuk di

sini adalah penghuni rumah kost berasal dari daerah yang berbeda.

2. Rumah kost masih berada di sekitar kampus UPI Bandung.

Berdasarkan kriteria tersebut penulis empat rumah kost yang berada di :

1. Jalan Gegerkalong Tengah Nomer 85

2. Gang Gegersuni IV Nomer 21 RT 07 RW 03

3. Jalan Sersan Bajuri Nomer 6

(26)

35

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penulis memilih lokasi-lokasi tersebut dikarenakan beberapa alasan, alasan

yang pertama adalah karena ketiga rumah kost tersebut memenuhi kriteria yang

telah disebutkan diatas. Alasan yang kedua adalah karena lokasi penelitian

tersebut yang tidak terlalu jauh dan mudah untuk di jangkau. Alasan yang ketiga

adalah karena penulis juga mempertimbangkan mengenai cara menjangkau tempat

atau lokasi penelitian, karena penulis berdomisili di sekitar kampus UPI, maka

akan mudah untuk menjangkau lokasi-lokasi yang diinginkan untuk diteliti.

C. DEFINISI OPERASIONAL

Banyak definisi yang telah dirumuskan mengenai suatu istilah yang sama,

namun terkadang definisi yang dirumuskan tergantung kepada siapa yang

merumuskan dan bagaimana cara pandangnya mengenai suatu istilah tersebut.

Untuk menghindari adanya pandangan ganda mengenai konsep yang digunakan

pada penelitian ini, penulis akan mendefinisikannya berdasarkan penelitian yang

dilakukan agar pembaca mengerti arti dari konsep penelitian ini.

Adapun istilah-istilah atau konsep-konsep yang perlu penulis definisikan

secara operasional adalah sebagai berikut:

1. Benturan

Kata benturan berasal dari kata “Bentur” dan imbuhan “an”. Menurut

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kata “Bentur” artinya Bertumbukan

(Anwar, 2002, hlm. 82). Maksud dari istilah benturan pada penelitian ini

adalah dua atau lebih hal yang berbeda dan saling bertumbukan yang bisa saja

menimbulkan permasalahan namun bisa juga tidak menimbulkan

permasalahan. Benturan yang terjadi pada penelitian kali ini bisa berupa

benturan mengenai nilai sosial budaya yang ada dalam kehidupan rumah kost

disekitar kampus UPI Bandung.

2. Nilai sosial

Soerjono Soekanto (dalam Maryati & Suryawati, 2001, hlm. 34)

mendefinisikan nilai sebagai, „Konsepsi abstrak dalam diri manusia menganai

(27)

Siti Nur Khotimah, 2014

suatu konsep gagasan, perasaan, ataupun anggapan yang bersifat abstrak yang

terjadi berdasarkan pengalaman dimana hal itu tidak selalu bersifat positif dan

menguntungkan namun bisa juga bersifat negatif dan merugikan untuk

kalangan atau kelompok tertentu sehingga dapat dijadikan pelajaran atau

patokan dalam menentukan sikap atau perilaku individu maupun kelompok.

Jadi yang dimaksud dengan nilai sosial berarti nilai yang dianut oleh suatu

kelompok masyarakat.

3. Nilai Budaya

Sujarwa (2011, hlm. 34) mengatakan bahwa, nilai-nilai budaya itu

merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga

suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan

penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang

memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya. Jadi

sudah jelas bahwa nilai budaya yang dimaksud pada penelitian kali ini

merupakan suatu konsep yang tertanam dalam pikiran manusia dan konsep

tersebut dijadikan pedoman dalam menentukan arah kehidupan masyarakat.

D. INSTUMEN PENELITIAN

Pada penelitian kualitatif, penulis memiliki kedudukan yang sangat

penting. Seperti yang diungkapkan oleh Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 173)

bahwa, “Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,

analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.”

Lebih lanjut lagi Basrowi dan Suwandi (Basrowi dan Suwandi, 2008, hlm.

173-176) menjelaskan mengenai ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen sebagai

berikut:

(28)

37

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bisa dikatakan bahwa kedudukan penulis pada penelitian ini adalah

sebagai peneliti utama yang mencakup keseluruhan proses dalam penelitian.

Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis data, hingga

akhirnya menjadi pelopor dari hasil penelitian. Berdasarkan hal tersebut penulis

dituntut untuk cekatan dalam melihat situasi dan keadaan agar tidak ada yang

terlewat sedikitpun, karena data yang akan diperoleh di lapangan akan sangat

banyak. Penulis juga harus bisa membawa suasana agar pada saat wawancara

berlangsung, responden bisa lebih santai sehingga dapat bekerjasama untuk

memperoleh data yang lebih mendalam dan bermakna.

E. SAMPEL SUMBER DATA

Sugiyono mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, “Sampel

sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling (2011, hlm.

293). Selain itu, Sanafiah Faisal dengan mengutip pendapat Spradley (dalam

Sugiyono, 2011, hlm. 293) mengemukakan bahwa, „Situasi sosial untuk sampel

awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang di dalamnya menjadi semacam

muara dari banyak domain lainnya.‟ Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa,

sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Menguasai atau memahami sesuatu melalui proses ekulturasi, sehingga sesuatu itu bukan hanya sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.

2. Masih berkecimpung pada kegiatan yang diteliti.

3. Mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.

4. Tidak menyampaikan informasi berdasarkan “kemasannya” sendiri.

5. Tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan jika dijadikan narasumber.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengambil dua sampel sumber

data, yaitu penghuni rumah kost serta orang yang mengetahui kehidupan atau

keseharian di dalam suatu rumah kost, bisa saja pemilik ataupun pengelola rumah

kost. Apabila terdapat pemilik dan pengelola rumah kost, maka penulis akan

(29)

Siti Nur Khotimah, 2014

tersebut, jadi tidak hanya terbatas pada pemilik saja. Hal itu karena tidak semua

rumah kost yang ada disekitar kampus UPI diawasi oleh pemiliknya, banyak juga

pemilik rumah kost mempercayakan seseorang atau lebih untuk mengawasi dan

mengurus rumah kost miliknya karena mungkin tidak ada waktu yang ia miliki.

Selain itu juga karena data yang akan diperlukan oleh penulis tidak hanya berasal

dari satu sumber saja, malainkan pihak-pihak yang dianggap sudah mengatahui

betul permasalahan mengenai benturan nilai sosial budaya yang terjadi, serta

pihak yang terlibat benturan dengan pihak lain.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data-data

yang ada di lapangan. Bila dilihat dari sumber datanya, maka Suyanto dan Sutinah

(2008, hlm. 55) mengatakan bahwa pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dengan melalui lembaga atau institusi tertentu seperti lewat dokumen.

Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data menggunakan sumber

primer, dimana penulis secara langsung memperoleh data dari sumber data.

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari wawancara

mendalam (in depth interview) dan observasi.

1. Wawancara mendalam (in-depth interview)

In-depth interview (wawancara mendalam) merupakan salah satu cara

dalam mengumpulkan data, dimana penulis mengajukan berbagai pertanyaan

terhadap sumber data. “Dalam melakukan teknik wawancara terhadap

informan, hendaklah pertanyaan melingkupi beberapa hal antara lain apa,

siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana” (Idrus, 2009, hlm. 104).

(30)

39

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian ini, yaitu penghuni, pemilik atau pengelola rumah kost yang

ada di sekitar kampus UPI dan tentunya yang memahami betul keadaan dan

kondisi keseharian yang terjadi di dalam rumah kost. Melalui wawancara

secara mendalam ini diharapkan penulis dapat memperoleh informasi yang

lengkap dan sejelas-jelasnya tanpa ada rekayasa sedikitpun. Selain itu penulis

memilih menggunakan teknik wawancara mendalam karena penulis berharap

sumber data mau mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya berada di

dalam rumah kost tersebut dari hati ke hati.

Pada penelitian ini, penulis melakukan tipe wawancara semi

terstruktur, dimana Sarosa (2012, hlm. 47) mengatakan bahwa, “Wawancara

semi terstruktur adalah kompromi antara wawancara terstruktur dan tidak

terstruktur.” Wawancara tipe ini mengharuskan penulis terlebih dahulu

menyiapkan topik dan daftar pertanyaan sebelum melakukan wawancara.

Apabila wawancara tersruktur bersifat kaku dan wawancara tidak terstruktur

bersifat bebas, pada wawancara semi terstruktur topik dari penelitian bisa

terlebih dulu dibahas kemudian mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan yang

sudah dipersiapkan. Pada wawancara semi terstruktur ini juga pertanyaan

tidak harus sesuai dengan urutan, biarkan mengalir begitu saja. Tipe

wawancara tersebut akan membuat informan merasa lebih nyaman untuk

berbicara dan menyampaikan informasi yang akan diperlukan oleh peneliti.

Wawancara semi formal juga akan mencairkan suasana dan membuat suasana

menjadi tidak kaku. Adapun wawancara yang dilakukan berkaitan dengan

benturan nilai sosial budaya yang ada di rumah kost di sekitar kampus UPI

Bandung.

2. Pengamatan (observasi)

Bungin (2010, hlm. 115) mengatakan bahwa, “Observasi adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil

kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.” Singkatnya

adalah observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengindraan, jadi

(31)

Siti Nur Khotimah, 2014

103) mengatakan bahwa, dalam melaksanakan observasi ada empat pola yang

dapat dilakukan, “(a) pengamatan secara lengkap (b) pemeran serta sebagai

pengamat (c) pengamatan sebagai pemeran serta (d) pengamatan penuh.”

Penulis melakukan pola (b) dan pola (c), dimana yang dimaksud dengan pola

(b) adalah dimana peneliti tidak sepenuhnya menjadi anggota tetapi masih

tetap dapat melakukan observasi dan melakukan pengamatan. Sedangkan pada

poin (c) para anggota atau yang diteliti mengetahui apa yang diteliti oleh

peneliti, dan bahkan memungkinkan untuk mendukung peneliti dalam

melakukan penelitian, dengan kata lain penelitian yang dilakukan besifat

terbuka.

Alasan lain penulis menggunakan teknik pengumpulan data observasi

adalah karena penulis bisa mendapat gambaran yang realistis mengenai

perilaku manusia. Hal ini didukung dengan pernyataan Noor (2013, hlm. 140),

ia mengatakan bahwa:

Observasi dilakukan untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran mengenai aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Selanjutnya, penulis memilih teknik observasi agar penulis bisa

melihat secara langsung bagaimana kehidupan yang sebenarnya terjadi di

dalam rumah kost tersebut agar dapat mendukung hasil wawancara mendalam

yang dilakukan. Untuk melakukan observasi tentunya hal pertama yang harus

dilakukan adalah melakukan pendekatan terhadap penghuni rumah kost yang

ada disekitar UPI bandung. Hal itu dilakukan karena tidak mungkin penulis

melakukan observasi tanpa ada izin dari pihak yang bersangkutan. Penulis

melakukan pengamatan terhadap kehidupan para penghuni rumah kost di

sekitar kampus UPI Bandung secara mendalam agar dapat disimpulkan secara

sementara mengenai keseharian yang ada di rumah kost tersebut. Terutama

menyangkut hal-hal yang menjadi fokus penelitian yaitu benturan nilai sosial

(32)

41

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm.

244) menyatakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat mudah

di informasikan kepada orang lain.

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to peasant what you have discovered to others.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik analisis data yaitu

reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi. Berikut ini sedikit

penjelasan mengenai ketiga teknik analisis data yang penulis gunakan:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Karena data yang diperoleh oleh penulis di lapangan banyak sekali,

maka dari itu perlu adanya reduksi data. Bahkan pada saat sebelum

mengumpulkan data secara sadar atau tidak, penulis sudah melakukan reduksi

data. Bahkan pada saat penulis mulai memilih kasus yang diteliti, mungkin

penulis tidak sadar secara sepenuhnya bahwa penulis telah melakukan reduksi.

Sutopo (2006, hlm. 114) menyimpulkan mengenai pengertian reduksi data

sebagai berikut :

(33)

Siti Nur Khotimah, 2014

Apabila telah dilakukannya reduksi data, maka penulis akan lebih

mudah untuk memilah-milah infomasi mana yang dibutuhkan dalam penulisan

penelitian, dan mengesampingkan informasi yang sekiranya tidak dibutuhkan.

Husserl (dalam Ikbar, 2012, hlm. 164) berpendapat bahwa, terdapat tiga

macam reduksi, yaitu reduksi untuk menyingkirkan data yang bersifat

subjektif sehingga hanya menyisakan data yang bersifat objektif, jika sudah

mendapat data yang relevan maka reduksi dilakukan untuk menyingkirkan

seluruh pengetahuan tentang objek yang diperoleh dari sumber lain, yang

terakhir adalah reduksi untuk menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah langkah kedua pada tahap analisis data.

Penyajian data dilakukan secara berurut berdasarkan hasil dari data yang

sudah di reduksi. Selain itu penyajian data juga di tampilkan dengan

menggunakan bahasa dan tulisan penulis sendiri, dengan tujuan agar penulis

lebih mudah dalam memahami data-data yang telah direduksi. Lebih lanjut

Sutopo (2006, hlm. 115) juga mengungkapkan mengenai penyajian data, ia

mangatakan bahwa :

Penyajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi atau ditemukan di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan atas pemahamannya tersebut.

Melakukan penyajian data adalah hal yang sangat penting. Karena

kedalaman dan kemantapan dari data yang diperoleh sangat ditentukan oleh

kelengkapan sajian data. Dalam hal ini data yang di tampilkan hanyalah data

yang berhubungan dengan rumusan masalah, yaitu yang berkaitan dengan

benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan yang ada di rumah kost sekitar

kampus UPI Bandung. Sehingga pada saat menyimpulkan, rumusan masalah

(34)

43

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Conclusion Drawing/Verification

Dari awal pengumpulan data, seorang peneliti harus memahami data

apa saja yang ia perlukan lapangan, oleh karena itu langkah selanjutnya

setelah data direduksi adalah melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 252), „Langkah

ketiga dalam analisis data kualitatif adalah kesimpulan dan verifikasi.‟

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Selanjutnya menurut Sutopo simpulan

perlu diverifikasi agar benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. “Perlu

dilakukan verifikasi yang merupakan aktifitas pengulangan untuk tujuan

pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat…” (Sutopo, 2006, hlm.

116).

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Miles and Huberman diatas,

diharapkan penulis dapat menganalisis data sesuai dengan langkah-langkah

yang berdasar pada landasan teori-teori sosiologis sehingga diharapkan

penulis mampu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang ada di

lapangan mengenai benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost

yang berada di sekitar kampus UPI Bandung sehingga bisa

(35)

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah dibahas dalam bab

sebelumnya, maka didapatlah kesimpulan mengenai benturan nilai sosial budaya

dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI Kota Bandung.

Diantaranya terdapat simpulan umum dan simpulan khusus, pemaparannya adalah

sebagai berikut:

1. Simpulan Umum

Di dalam setiap rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI, terdapat

berbagai benturan nilai sosial budaya. Entah secara sadar atau tidak, benturan

itu pasti ada dalam kehidupan yang terjadi di dalam rumah kost yang

ditempati, sekalipun itu hanya mengenai permasalahan yang sepele. Namun

secara umum bisa dikatakan bahwa benturan nilai sosial budaya yang terjadi

itu berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak ada kesadaran dari

masing-masing pihak baik itu pemilik, pengelola, ataupun para penghuni untuk tetap

menjaga nilai-nilai yang sudah ada agar tidak terjadi pelanggaran norma yang

ada di masyarakat.

2. Simpulan Khusus

a. Di dalam rumah kost yang berada disekitar kampus UPI terdapat nilai-nilai

sosial, baik itu yang dijaga oleh keseluruhan penghuni ataupun hanya

beberapa penghuni saja. Walaupun begitu, nilai-nilai sosial itu pasti ada.

Lain halnya dengan nilai budaya. Nilai budaya terkadang memang ada di

dalam kehidupan rumah kost di sekitar kampus UPI, namun nilai budaya

itu ada hanya ketika ada penghuni yang tetap menjaga dan

melestarikannya. Nilai budaya akan memudar seiring dengan menurunnya

kesadaran penghuni akan tradisi yang biasa ia lakukan. Berbagai benturan

(36)

92

Siti Nur Khotimah, 2014

BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terjadi dalam kehidupan penghuni rumah kost. Benturan-benturan yang

terjadi itu biasanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan

peraturan-peraturan yang diberikan oleh pemilik rumah kost, bisa juga yang

berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh penghuni

seperti tidak menjaga kebersihan, dan juga ketenangan bersama. Biasanya

yang sering kali terjadi benturan adalah yang berkaitan dengan nilai sosial

ketimbang nilai budaya.

b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya benturan nilai sosial

budaya tersebut beraneka ragam. Namun faktor yang lebih sering menjadi

penyebabnya adalah faktor yang berasal dari dalam diri penghuni tersebut.

Seperti pemikiran yang belum dewasa dalam melakukan dan menghadapi

suatu hal, watak atau karakter yang dimiliki, kurang peka terhadap

penghuni yang lainnya, belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru tempat ia tinggal, serta rasa tanggung jawab yang kurang. Selain

faktor yang berasal dari dalam diri penghuni tersebut, ada juga faktor yang

berasal dari luar diri penghuni yang dapat mempengaruhinya, seperti

lingkungan tempat ia tinggal sebelumnya, dan juga kareana menurunnya

standar norma menurut kacamata generasi zaman sekarang.

c. Solusi yang tepat menurut pihak yang mengetahui betul mengenai

kehidupan di dalam rumah kost yang berada di sekitar kampus UPI dalam

upaya menangani berbagai benturan nilai sosial budaya yang terjadi adalah

dengan memunculkan rasa pengertian satu sama lain, membiasakan diri

untuk saling terbuka, membuang jauh-jauh kebiasaan buruk yang dibawa

sebelumnya, dengan memperkuat kekompakan antar sesama penghuni,

membuat jadwal piket demi kerbersihan bersama, harus bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selain itu juga solusi yang

diberikan oleh pihak yang mengetahui betul mengenai kehidupan

penghuni rumah kost tersebut dalam upaya menangani berbagai benturan

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi Hipertensi dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Tahun

Hal yang dilihat adalah apa yang ditambahkan wahyu dalam tradisi, sehingga dapat dipilah mana nilai yang substansial-fundamental dan mana yang simbolik-instrumental

dan dinamis) harus ditransfer ke lapisan-lapisan tanah yang lebih dalam.  Perlu untuk meningkatkan frekuensi natural dan mengurangi amplitudo getaran. Jika pondasi

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas belajar para siswa pada mata pelajaran

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian kompos TKKS dengan pengolahan tanah, faktor tunggal pemberian kompos TKKS dan pengolahan tanah berpengaruh

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, baik dari kepustakaan,

Akan tetapi jika pada suatu kondisi dimana laba perusahaan tidak mencapai target, maka manajemen perusahaan akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh

Hal ini disebabkan apabila FACR meningkat berarti terjadi peningkatan aktiva tetap dengan persentase lebih besar dari pada persentase peningkatan modal yang