Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap NO DAFTAR FPIPS : 4333/UN.40.2.8/PL/2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN
RUMAH KOST
(Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi
Oleh
Siti Nur Khotimah
NIM 1001442
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
▸ Baca selengkapnya: nilai sosial padang ilalang di belakang rumah
(2)Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN
RUMAH KOST
(Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)
Oleh
SITI NUR KHOTIMAH
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© SITI NUR KHOTIMAH 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SITI NUR KHOTIMAH
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN
RUMAH KOST
(Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M. Pd. M.A.
NIP. 19620702 198601 1 002
Pembimbing II
Dr. Elly Malihah, M.Si.
NIP. 19660425 199203 2 002
Mengetahui
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dra. Siti Komariah, M.Si, Ph.D.
NIP. 19680403 199103 2 002
SKRIPSI INI DIUJI PADA HARI SENIN, TANGGAL 27 OKTOBER 2014
Panitia Ujian Sidang Terdiri Atas :
Ketua : Dekan FPIPS UPI
Pror. Dr. Karim Suryadi, M.Si
NIP. 197008141994021001
Sekretaris : Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi UPI
Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si., Ph.D
NIP. 196804031991032002
Penguji :
Penguji I
Prof. Dr. Gurniwan Kamil P., M.Si.
NIP. 19610323 198603 1 002
Penguji II
Dra.Wilodati, M.Si.
NIP. 19680114 199203 2 002
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Mirna Nur Alia A, S.Sos., M.Si.
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
SITI NUR KHOTIMAH (2014). Pembimbing I : Prof. Dr. Bunyamin Maftuh,
M.Pd. M.A. Pembimbing II : Dr. Elly Malihah, M.Si. Benturan Nilai Sosial
Budaya Dalam Kehidupan Rumah Kost (Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di
Sekitar Kampus UPI Bandung).
Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa banyaknya
ditemukan perbedaan-perbedaan di dalam rumah kost. Baik perbedaan mengenai
cara pandang, perbedaan mengenai kebiasaan, maupun perbedaan nilai. Penelitian
ini dilakukan pada rumah kost yang ada disekitar kampus UPI Bandung. Pada
penelitian ini akan di kaji mengenai nilai sosial budaya apa saja yang terdapat
dalam kehidupan rumah kost disekitar kampus UPI Bandung, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya benturan nilai sosial budaya, serta solusi yang tepat
menurut pihak yang betul-betul mengetahui kehidupan di dalam rumah kost
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi untuk
memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya
adalah penghuni rumah kost, pemilik ataupun pengelola rumah kost berkenaan
dengan benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost di sekitar
kampus UPI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap rumah kost pasti
terdapat benturan-benturan, baik menyangkut nilai sosial ataupun nilai budaya.
Benturan-benturan yang terjadi tersebut bisa terjadi antar sesama penghuni
ataupun antara penghuni dengan pemilik rumah kost. Selain itu juga benturan nilai
sosial budaya yang terjadi bisa saja berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak
ada keinginan pihak yang terlibat benturan nilai sosial budaya untuk mengerti dan
memahami penghuni lain.
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap ABSTRACT
SITI NUR KHOTIMAH (2014). Supervisor I: Prof. Dr Bunyamin Maftuh,
M.Pd. M.A. Supervisor II: Dr. Elly Malihah, M.Sc. The Collision of Cultural
Values In The Life of Boarding House (Descriptive Study of the Boarding House
Around UPI Bandung Campus).
This study was conducted with a background due to the many differences found in
the boarding house. Either the differences of perspective, the difference of habit,
and the difference in value. This research was conducted at the boarding house
that was around UPI Bandung. This study will examine the socio-cultural values
regarding what was contained in a boarding house life around UPI Bandung, the
factors that cause a conflict of social and cultural values, as well as the right
solution according to the party who really know the life in a boarding house. This
study used interviews and observations to obtain the necessary data. In this study,
the research object was a boarding house occupant, owner or manager of a
boarding house regarding the conflict of socio-cultural values in the life of a
boarding house around UPI. The results showed that in every boarding house
there must be collisions, either in relation to the value of social or cultural values.
Collisions happened between the people can occured between the occupant or
occupants of the owner of a boarding house. In addition, the clash of cultural
values that occured could potentially cause a conflict if there was no desire of the
parties involved in a conflict of social and cultural values to understand and
comprehend the other occupants.
Keywords: the collision, social and cultural values, the life of a boarding
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii
DAFTAR ISI ……….. vi
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... Error! Bookmark not defined.
B. IDENTIFIKASI MASALAH ... Error! Bookmark not defined.
C. RUMUSAN MASALAH ... Error! Bookmark not defined.
D. TUJUAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
E. MANFAAT PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI ... Error! Bookmark not defined.
B. TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI SOSIALError! Bookmark not
defined.
C. TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI BUDAYAError! Bookmark not
defined.
D. BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA .. Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIANError! Bookmark not
defined.
B. TEMPAT PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
C. DEFINISI OPERASIONAL ... Error! Bookmark not defined.
D. INSTUMEN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
E. SAMPEL SUMBER DATA ... Error! Bookmark not defined.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... Error! Bookmark not defined.
G. TEKNIK ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not
Siti Nur Khotimah, 2014
A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. SIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
B. SARAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN I SK PEMBIMBING SKRIPSI DAN SURAT PENELITIAN
LAMPIRAN II INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN III HASIL PENELITIAN DAN CATATAN HARIAN
LAPANGAN
LAMPIRAN IV DOKUMENTASI PENELITIAN
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu universitas
ternama di Indonesia. Perguruan tinggi ini terletak di kota Bandung, provinsi Jawa
Barat. Oleh sebab itu, banyak sekali yang berminat untuk menimba ilmu di
perguruan tinggi tersebut. Peminat perguruan tinggi ini tidak hanya datang dari
penduduk provinsi Jawa Barat saja, tetapi juga berasal dari banyak daerah lain di
luar provinsi Jawa Barat. Banyaknya peminat para pelajar untuk menimba ilmu di
UPI, membuat mereka harus mencari tempat tinggal selama menempuh
pendidikan. Banyak mahasiswa UPI merupakan mahasiswa perantau, oleh sebab
itu mencari tempat tinggal merupakan hal penting yang harus dilakukan. Mereka
bisa menyewa rumah bersama teman-teman yang lain, menyewa paviliun, atau
hanya menyewa kamar saja. Banyak sekali terdapat rumah-rumah kost disekitar
kampus UPI, bahkan dapat dikatakan bahwa kampus UPI hampir sepenuhnya
dikelilingi oleh rumah-rumah kost yang dibangun sebagai pilihan untuk dijadikan
tempat tinggal selama menempuh pendidikan.
Pada suatu rumah kost biasanya diisi oleh mahasiswa yang berasal dari
daerah yang berbeda-beda, namun ada pula rumah kost yang memang
diperuntukkan bagi mahasiswa daerah tertentu. Adanya keberagaman penghuni
dalam suatu rumah kost, baik keberagaman daerah, adat istiadat, maupun
kebiasaan yang mereka lakukan di rumah inilah yang membuat nilai-nilai sosial
budaya yang ada di dalamnya pada awalnya berbeda-beda. Hal tersebut
berdasarkan pendapat Marzali (2005, hlm. 227) yang pada intinya mengatakan
bahwa, “Indonesia secara antropologis terdiri dari lebih dari 500 suku bangsa
dimana masing-masing memiliki ciri-ciri bahasa dan kultur tersendiri.” Kebiasaan
dan kultur yang mereka bawa dari daerah asalnya belum tentu sama dengan
Siti Nur Khotimah, 2014
Tempat tinggal dan lingkungan yang nyaman akan membuat penghuninya
merasa betah dan tidak selalu mengalami homesick atau selalu mengingat rumah.
Tempat tinggal serta lingkungan yang nyaman juga akan sangat dibutuhkan oleh
mahasiswa, sebab dapat menunjang mahasiswa untuk dapat mengerjakan setiap
tugas yang diberikan oleh dosen. Setiap mahasiswa tentunya menginginkan
tempat tinggal yang nyaman, bersih, mudah dijangkau dan teratur, oleh karena itu
di sekitar kampus UPI banyak dibangun rumah kost dengan berbagai fasilitas.
Seperti kamar yang cukup besar dengan kamar mandi berada di dalam kamar
sehingga tidak perlu mengantri dengan teman serumah untuk menggunakan kamar
mandi. Ada juga rumah kost yang menyediakan fasilitas-fasilitas lain seperti
kasur, tempat tidur, lemari, meja belajar, dapur dan kulkas bersama bahkan WiFi.
Namun banyak juga rumah kost yang dibangun dengan seadanya, tanpa ada fasilitas penunjang dan bahkan terkesan “memaksa” karena jaraknya yang berdekatan dengan rumah kost lain dan tidak memperdulikan keindahan tata
bangunan.
Tentu saja terdapat perbedaan harga antara rumah kost dengan fasilitas
lengkap dan rumah kost dengan fasilitas seadanya. Biasanya, rumah kost yang ada
di sekitar UPI dengan berbagai fasilitas itu harganya berkisar enam sampai 10 juta
rupiah. Sedangkan rumah kost yang tidak memberi fasilitas penunjang harganya
berkisar antara tiga sampai lima juta rupiah. Pemilihan rumah kost ini tergantung
pada tingkat perekonomian keluarga mahasiswa saja. Biasanya mahasiswa akan
memilih rumah kost yang sesuai dengan kondisi keuangan keluarganya, hal
tersebut didukung dengan pendapat para ahli psikologi lingkungan. Para ahli
tersebut mengatakan bahwa alasan seseorang untuk memilih rumah sebagai
tempat tinggalnya terletak pada “Kemampuan lingkungan yang dipilihnya dalam
membentuk ruang fisikal dan sosial, faktor ekonomi, lokasi dan tipe hunian, namun faktor ekonomi sering kali menjadi lebih berpengaruh” (Halim, 2008, hlm. 25-26).
Penelitian mengenai pemilihan rumah kost sebagai tempat tinggal juga
dilakukan oleh tiga orang mahasiswa di Pulau Bali. Hasil penelitian yang mereka
3
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keputusan mahasiswa dalam memilih rumah kost (Hajar, Susilawati, &
Kusmawati, 2012, hlm. 30).
Faktor pertama adalah faktor lingkungan kost, faktor kedua adalah faktor harga sewa kost, faktor ketiga adalah faktor fasilitas, faktor keempat adalah faktor referensi, faktor kelima adalah faktor lokasi, faktor keenam adalah faktor keamanan, dan faktor ketujuh adalah faktor pelayanan.
Salah satu dari ketujuh faktor tersebut adalah faktor lokasi. Banyak
mahasiswa akan memilih lokasi rumah kost yang berada di sekitar kampus, oleh
karena itu penulis memilih rumah kost yang berada di sekitar kampus UPI. Selain
itu juga karena rumah kost yang berada di sekitar wilayah kampus UPI banyak
yang memiliki fasilitas yang diinginkan oleh kebanyakan mahasiswa, seperti yang
disebutkan di atas bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam
memilih rumah kost adalah faktor lingkungan. Berdasarkan pendapat para ahli
psikologi sosial dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Hajar, Susilawati, &
Kusmawati, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat dua faktor yang memiliki
pengaruh besar terhadap mahasiswa dalam memilih suatu rumah kost sebagai
tempat tinggal selama menempuh pendidikan. Faktor yang pertama adalah faktor
lingkungan tempat rumah kost berada serta faktor yang kedua adalah tingkat
ekonomi yang dimiliki oleh calon penghuni rumah kost.
Biasanya rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI terpisah dari rumah
pemilik kost, walaupun mungkin masih berada dalam satu kawasan. Ada juga
rumah kost yang menyatu dengan rumah pemilik kost. Namun banyak juga
pemilik kost yang tidak bertempat tinggal di sekitar kostannya. Hal ini bisa
disebabkan karena berbagai alasan, diantaranya sengaja agar tidak terganggu
dengan penghuni rumah kost, atau karena memang tidak tersedianya lahan di
dekat tempat tinggalnya. Hal ini membuat pemilik rumah kost biasanya
mempercayakannya kepada pengelola yang akan mengontrol rumah kost. Jika
tidak ada pengelola kost, pemilik kost biasanya akan mengecek dan mengontrol
keadaan rumah kost sesuai dengan waktu yang ia punya misalnya saat hanya
Siti Nur Khotimah, 2014
hendak membersihkan rumah kost. Bahkan tidak jarang pemilik kostan sangat
jarang melihat keadaan rumah kostnya karena tidak adanya waktu yang ia miliki.
Tidak jarang pemilik kost memberikan kebebasan kepada penghuni kostan
untuk mengelola kostannya sendiri yang penting tidak terlambat membayar
tagihan listrik dan biaya lainnya. Kebebasan yang diberikan inilah yang membuat
penghuni kost memiliki aturan-aturannya sendiri dalam berperilaku. Misalnya
penghuni diharuskan membersihkan sendiri rumah kost yang ia tempati karena
tidak ada pengelola atau orang yang dipekerjakan untuk bersih-bersih. Cara yang
digunakan oleh para penghuni rumah kost adalah dengan dibuatnya jadwal piket
untuk membersihkan rumah kost yang mereka tempati bersama. Disatu pihak
mungkin ada yang merasa keberatan dengan dibuatnya jadwal tersebut, namun
disatu pihak ada pula yang merasa diuntungkan dengan adanya jadwal piket di
rumah kost tersebut. Pihak yang merasa keberatan tentunya adalah orang yang
malas dan mungkin ia tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah yang
seharusnya ia kerjakan sesuai jadwal piket seperti menyapu, mengepel, atau hanya
sekedar membuang sampah. Pihak yang merasa diuntungkan akan senang sebab ia
tidak perlu repot-repot membersihkan rumah kost setiap hari, kecuali hanya pada
jadwal ia piket saja.
Rumah kost yang ada disekitar kampus UPI ini tidak dibangun hanya
khusus untuk penghuni wanita saja ataupun pria saja. Banyak juga rumah kost di
sekitar kampus UPI yang dihuni oleh wanita dan pria, atau biasa disebut kostan
campur. Walaupun kostan tertentu dihuni oleh wanita dan pria, mereka tetap
memiliki aturan-aturan yang mengatur hubungan antara satu sama lain demi
ketertiban bersama. Tentunya setiap kelompok masyarakat, dalam hal ini adalah
kelompok mahasiswa/mahasiswi penghuni rumah kost, memiliki aturan yang
berbeda antara satu dan yang lainnya. Sehingga belum tentu hal yang baik
menurut kelompok penghuni kost A dianggap baik juga oleh kelompok penghuni
kost B. Kondisi penghuni rumah kost yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda ini, dimana kemajemukan yang ada kerap menjadi pemicu terjadinya
benturan atau perselisihan. Seperti yang diungkapkan oleh Sudiadi (2009, hlm.
5
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ancaman untuk kerukunan hidup manusia maka hal tersebut menjadi masalah
yang harus diselesaikan.”
Sistem nilai dan sistem budaya merupakan hal penting dalam pemersatu
suatu kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Setiadi dan Kolip (2011, hlm.
119) bahwa:
Suatu kelompok masyarakat yang hidup bersama tidak cukup hanya dipandang dari kesatuan wilayah geografisnya saja, akan tetapi bentuk kesatuan kelompok masyarakat tersebut selalu ada sistem kebudayaan yang menjadi alat untuk menyatukan kelompok tersebut. Beberapa faktor pemersatu diantaranya adalah kekuasaan, identitas bersama, solidaritas bersama dan yang lebih penting lagi adalah adanya sistem nilai di dalam kesatuan kelompok.
Nilai inilah yang dijadikan sebagai dasar unsur untuk menyatukan
mahasiswa penghuni kost yang berasal dari daerah yang berbeda-beda demi
terwujudnya keinginan bersama tanpa harus ada yang merasa diperlakukan tidak
adil.
Kehidupan setiap orang tidak lepas dari nilai-nilai dan norma-norma yang
ditaati bersama sebagai acuan dalam setiap perbuatan. Begitu halnya dengan
kehidupan mahasiswa rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung. Berbagai
aturan yang telah diberikan oleh pemilik rumah kost bisa saja ditaati dan bisa juga
tidak ditaati oleh penghuni rumah kost. Hal ini tidak lepas dari adanya efek
globalisasi dan westernisasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
memudahkan terjadinya perubahan-perubahan di berbagai bidang. Diantaranya
pada lingkup sosial dan budaya. Pembangunan yang banyak terjadi di kota-kota
besar turut andil dalam lunturnya nilai sosial dan budaya pada diri banyak
generasi muda, termasuk mahasiswa. Hal itulah yang menyebabkan perlu adanya
campur tangan dari orang tua untuk mengajarkan nilai budaya kepada generasi
muda. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Goode (1991, hlm. 37)
bahwa, “Sebuah sistem kebudayaan tidak mungkin dapat bertahan, kecuali
disertai menyertakan perintah moral untuk mendidik setiap keturunan agar mau
Siti Nur Khotimah, 2014
tua memiliki tugas yang cukup berat, yaitu mendidik keturunannya agar menjadi
manusia yang menjalani kehidupan sesuai dengan nilai dan norma yang ada dan
tidak lupa untuk mengajarkan keturunan berikutnya agar perubahan-perubahan
yang terjadi tidak melunturkan nilai sosial budaya yang sudah ada.
Peraturan-peraturan yang tidak ditaati oleh penghuni rumah kost biasanya
karena dianggap tidak sesuai dengan zaman yang sudah berkembang dan tidak
sesuai dengan gaya hidup mahasiswa sekarang yang sudah jauh berbeda. Seperti
misalnya penghuni kost harus pulang pada pukul 22.00, apabila tidak tepat waktu
maka pintu pagar akan dikunci. Tentunya pada zaman sekarang mahasiswa akan
menganggap bahwa aturan itu sudah tidak perlu diberlakukan pada saat ini,
sehingga banyaknya terjadi pelanggaran pada salah satu aturan dari sekian banyak
aturan yang ada. Terlebih lagi apabila tidak ada yang mengontrol rumah kost
tersebut, peraturan yang dibuat itu sebenarnya akan ditaati apabila para penghuni
kost tersebut sadar akan aturan yang mengikatnya, dengan kata lain, apabila
penghuni kost menganggap bahwa aturan itu hanya sekedar aturan dan tidak
bernilai, maka aturan tersebut tidak perlu untuk ditaati.
Benturan yang terjadi mengenai aturan ini hanya awal dari kehidupan
antara penghuni dan pemilik rumah kost. Masih memungkinkan akan terjadi
benturan-benturan lain antara keduanya karena adanya perbedaan generasi
sehingga cara pandang mengenai aturan-aturan yang diinginkan dalam rumah kost
berbeda pula. Hal ini senada dengan yang ditulis oleh Ahmadi (2003, hlm. 127)
bahwa:
Benturan antara nilai-nilai budaya tradisional dengan nilai-nilai baru yang cenderung menimbulkan pertentangan antara sesama generasi muda dan generasi sebelumnya yang pada gilirannya akan menimbulkan perbedaan sistem nilai dan pandangan antara generasi tua dan generasi muda.
Salah satu aturan di atas sebenarnya dibuat demi kebaikan para penghuni
kost. Karena budaya ketimuran yang dianut oleh masyarakat Indonesia
menganggap bahwa tidak baik apabila malam-malam keluyuran dan baru pulang
7
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia sangat kental. Bisa dikatakan bahwa, “Manusia tidak terlepas dari
kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu
sendiri” (Effendi dan Malihah, 2011, hlm. 91).
Benturan yang terjadi tidak hanya sebatas pada penghuni dengan pemilik
rumah kost karena aturan-aturan yang diberikan. Namun bisa juga antar sesama
penghuni rumah kost. Misalnya seseorang yang berasal dari luar provinsi Jawa
Barat biasanya memiliki cita rasa yang berbeda dengan cita rasa
makanan-makanan di provinsi Jawa Barat. Kita ambil contoh pada orang pulau Sumatera
yang identik dengan makanan pedas serta penuh dengan bumbu-bumbu di
dalamnya. Ketika ia harus hidup di daerah yang memiliki cita rasa manis dengan
bumbu yang biasa saja dan tidak terlalu ribet, dan lidahnya belum bisa menerima
cita rasa makanan yang tidak biasa ia makan, berarti ia mengalami gegar budaya
(cultural shock). Cultural Shock juga merupakan suatu benturan yang terkadang
harus dihadapi oleh penghuni rumah kost. Kembali lagi kepada contoh kasus
diatas, karena penghuni rumah kost tersebut mengalami cultural shock maka ia
akan mencari cara bagaimana melaluinya. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah dengan memasak sendiri makanan untuknya.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan memasak sendiri makanan untuknya,
namun akan terjadi masalah apabila ketika ia memasak dapat mengganggu
penghuni lain. Misalkan ia memasak makanan yang baunya terkadang
mengganggu penghuni lain. Lama kelamaan benturan yang awalnya hanya terjadi
pada dirinya dengan lingkungan, sekarang tidak menutup kemungkinan akan
terjadi antara dirinya dengan penghuni lain yang terganggu dengan bau
masakannya.
Kondisi yang tidak memungkinkan dirinya untuk memasak setiap hari
akan mamaksanya untuk mau tidak mau harus membeli makan di luar. Cara lain
yang bisa ia lakukan dalam melewati cultural shock adalah dengan sedikit demi
sedikit mulai membiasakan diri dengan makanan yang cita rasanya tidak sesuai
dengan cita rasa yang ia miliki. Adanya contoh tersebut dapat membuktikan
bahwa, benturan nilai sosial budaya juga bisa terjadi antar sesama penghuni
Siti Nur Khotimah, 2014
Henslin (2007, hlm. 40) mengemukakan “Kebudayaan menyediakan
instruksi implisit yang memberitahu kita hal-hal yang harus lakukan dalam
berbagai situasi; kebudayaan menyediakan landasan bagi pengambilan keputusan
kita.” Berdasarkan pengungkapan Heslin di atas, kebudayaan yang ada di sekitar
kita secara tidak langsung mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan
dan keputusan itu akan mempengaruhi tingkah laku kita sebagai manusia. Sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Henslin, Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 116) juga
mengungkapkan bahwa, tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh naluri yang
bebas namun tidak sepenuhnya, karena setiap manusia memiliki dorongan untuk
hidup sejahtera, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Manusia ada dengan seperangkat tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan naluri bebas. Akan tetapi, dorongan yang bebas tersebut tidak sepenuhnya dipenuhi sebagai batas-batas hubungan antarmanusia dalam mencegah benturan-benturan antarmanusia, sebab selain kehendak bebas tersebut, manusia juga memiliki dorongan untuk hidup tenang, tertib, nyaman, aman, dan sebagainya. Dorongan naluri manusia inilah yang akhirnya memunculkan apa yang senyatanya ada, yaitu perilaku manusia yang hidup dalam kelompok.
Dalam kasus ini, mahasiswa yang tinggal dalam rumah kost yang sama
merupakan satu kelompok, walaupun berasal dari jurusan, daerah, dan kebiasaan
yang berbeda-beda ada satu hal yang membuatnya menjadi satu kelompok, yaitu
tempat tinggal.
Jika hanya salah satu saja mahasiswa penghuni rumah kost yang
menginginkan untuk hidup tertib, tenang dan nyaman, sedangkan penghuni lain
tidak mengindahkan hal tersebut, maka sudah dapat dipastikan keinginan tersebut
tidak akan terwujud. Perlu adanya kerjasama antara satu dengan yang lain, karena
tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang menginginkan kondisi tempat tinggal
yang dapat membuatnya tertib, tenang dan nyaman. Seperti yang diungkapkan
oleh Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 117) bahwa:
9
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai makhluk yang tidak bisa memenuhi kebutuhan melalui kemampuannya sendiri.
Dari penyataan tersebut sudah jelas bahwa harus ada kerjasama diantara
anggota kelompok agar keteraturan yang diinginkan dapat tercapai atas
kesepakatan bersama. Hal itu bisa berupa aturan-aturan yang menjadi patokan
dalam berinteraksi satu sama lain sehingga dalam pergaulan sehari-hari antar
sesama penghuni rumah kost dapat terjalin dengan baik. Namun permasalahannya
adalah apakah di dalam suatu rumah kost tersebut kerjasama agar tercapainya
keteraturan berjalan dengan baik. Jika tidak berjalan dengan baik, maka akan
menimbulkan permasalahan di dalamnya.
Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 117) memaparkan bahwa tujuan hidup
merupakan awal dari terbentuknya sistem nilai:
Sesuatu yang menjadi dasar tujuan kehidupan sosial tersebut merupakan awal dari lahirnya sistem nilai, yaitu sesuatu yang menjadi patokan di dalam kehidupan sosial yang mengandung kebaikan, kemaslahatan, manfaat, kepatutan yang biasanya menjadi tujuan kehidupan bersama.
Setiap kelompok akan memandang suatu nilai secara berbeda, tergantung
situasi dan kondisi tempat mereka berada. Tentu saja setiap rumah kost, yang
merupakan satu kelompok, memiliki nilai-nilai yang berbeda antar rumah kost
yang satu dengan rumah kost yang lain. Seperti misalnya saja membawa lawan
jenis ke dalam kamar itu bisa bernilai buruk dan juga bisa bernilai biasa saja. Hal
itu bisa bernilai buruk apabila itu dilakukan di rumah kost yang berisi mahasiswa “alim”. Namun hal tersebut juga bisa saja bernilai biasa saja apabila penghuni kostan yang lain menganggap bahwa hal itu sudah lumrah terjadi, dan mungkin
saja hal itu dilakukan karena ada keperluan saja.
Namun, karena berbagai perbedaan pandangan serta keberagaman latar
belakang antara pemilik kost, penghuni satu, dan penghuni lainnya terkadang
terdapat benturan-benturan mengenai nilai sosial budaya. Banturan-benturan ini
bisa terjadi diantara pemilik rumah kost dengan penghuni kost dan/atau antar
Siti Nur Khotimah, 2014
untuk menggali lebih dalam mengenai benturan nilai sosial budaya yang ada
dalam kehidupan rumah kost. Penulis mencoba untuk mengetahui jawabannya
melalui sebuah penelitian yang berjudul “BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST (Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung)”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pada penulisan skripsi ini, dengan dilatar belakangi oleh banyaknya
dijumpai perbedaan-perbedaan antar sesama penghuni ataupun antara penghuni
dengan pemilik rumah kost, penulis menitikberatkan masalah pada benturan nilai
sosial budaya yang terjadi di dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar
kampus UPI Bandung. Perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam kehidupan
rumah kost ini bisa saja berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak ada
tindakan pencegahan dan tidak ada tindakan penganganan terhadap berbagai
perbedaan yang mengemuka. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa menyangkut
tentang perbedaan latar belakang daerah, lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan.
Sebelum mengengetahui benturan nilai sosial budaya, penulis akan
menggali mengenai nilai sosial budaya apa saja yang ada di dalam kehidupan
rumah kost yang ada disekitar kampus UPI Bandung, setelah itu barulah penulis
mengkaji mengenai benturan nilai sosial budaya di dalamnya. Selanjutnya penulis
akan mengkaji mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
benturan nilai sosial budaya tersebut, serta bagaimana solusi yang tepat menurut
pihak yang mengetahui kehidupan yang terjadi di dalam rumah kost yang berada
di sekitar kampus UPI Bandung.
C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI Bandung?”
Mengingat begitu kompleksnya rumusan masalah tersebut, maka rumusan
11
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Nilai sosial budaya apa sajakah yang terdapat dalam kehidupan penghuni
rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung dan benturan apa sajakah yang
terjadi di dalamnya?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya benturan nilai sosial
budaya dalam kehidupan rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung?
3. Bagaimana solusi yang tepat menurut pihak yang mengetahui betul mengenai
kehidupan di dalam rumah kost dalam upaya menangani berbagai benturan
nilai sosial budaya dalam yang ada di sekitar kampus UPI Bandung?
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini secara umum bertujuan
untuk mengkaji berbagai bentuk benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan
rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung. Adapun tujuan khusus penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui nilai sosial budaya apa saja yang terdapat dalam kehidupan
penghuni rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung dan mendeskripsikan
benturan nilai sosial budaya yang terjadi di dalamnya.
2. Menggali faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya benturan nilai sosial
budaya dalam kehidupan rumah kost di sekitar kampus UPI Bandung.
3. Mencari solusi yang tepat menurut pihak yang mengetahui betul mengenai
kehidupan di dalam rumah kost dalam upaya menangani berbagai benturan
nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar kampus
UPI Bandung.
E. MANFAAT PENELITIAN
Dalam melakukan suatu penelitian, hasil dari penelitian tersebut tentulah
harus bisa memiliki kegunaan yang dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan
maupun bagi masyarakat umum, dengan demikian semakin dalam suatu
penelitian, maka kualitas dan kapasitas dari hasil penelitiannya pun akan semakin
Siti Nur Khotimah, 2014
Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian yang
dituangkan dalam bentuk skripsi ini mencakup manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru
yang berguna bagi perkembangan disiprin ilmu sosiologi, khususnya tentang
bagaimana menghadapi berbagai benturan nilai sosial budaya yang ada di
rumah kost sehingga tercipta keselarasan yang diinginkan oleh setiap
penghuni rumah kost. Selain itu, hasil penelitian ini juga bisa berkontribusi
dalam mata pelajaran Sosiologi di sekolah pada materi nilai dan norma,
msayarakat multikulturalisme, serta sedikit menyangkut dengan konflik sosial.
Hasil penelitian ini juga bisa diterapkan pada mata pelajaran sosiologi KD 3.2,
3.3, dan 4.2 di kelas X, dan KD 3.3, 3.4, dan 4.3 di kelas XI pada Kurikulum
2013. Lebih jauh lagi diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya dalam
pengembangan ilmu-ilmu sosial lainnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Memberikan bekal dan manfaat agar penulis dapat semaksimal
mungkin menerapkan situasi dan kondisi yang ideal pada sebuah rumah
kost sesuai dengan nilai sosial budaya yang seharusnya.
b. Bagi para mahasiswa penghuni rumah kost
Memberikan gambaran mengenai berbagai bentuk benturan nilai
sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan rumah kost sehingga
mahasiswa dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya
benturan-benturan sosial budaya lainnya.
13
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi nyata yang
terjadi di rumah kost serta solusi yang dapat diterapkan pada rumah kost
sehingga tercipta keselarasan dan ketertiban yang diinginkan.
d. Bagi masyarakat
Membuka wawasan masyarakat agar lebih memahami akan konsep
nilai sosial budaya itu sendiri sehingga diharapkan dapat menciptakan nilai
sosial budaya yang dapat disepakati bersama masyarakat lainnya.
e. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para peneliti selanjutnya
akan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai salah satu dari bahan
penunjang jika kelak akan diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
kehidupan di dalam sebuah rumah kost, khususnya tentang nilai sosial
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk
mengkaji benturan nilai sosial budaya yang terdapat dalam kehidupan rumah kost
yang ada disekitar kampus UPI Bandung. Patton (2009, hlm. 5) mengatakan
bahwa, “Data kualitatif menyediakan kedalaman dan kerincian melalui
pengutipan secara langsung dan deskripsi yang teliti tentang situasi program,
kejadian, orang, interaksi dan perilaku yang teramati”. Didukung oleh pernyataan
Patton, maka penulis menggunakan pendekatan kulitatif dengan alasan karena
dengan pendekatan kualitatif akan memudahkan penulis untuk mencari jawaban
dari permasalahan yang terjadi karena dalam penelitian kualitatif, penulis
merupakan instrumen atau alat pengumpulan data.
Penelitian ini juga memerlukan data yang sangat mendalam dan bukan
hanya data secara umum saja, oleh karena itu diperlukan adanya in-depth
interview terhadap penghuni rumah kost ataupun pemilik rumah kost. Curtis dan
Curtis (2011, hlm. 30). mengatakan bahwa, “In-depth interviews are the most
value in exploring an issue about which little in known, or get detailed picture of
what people think.” Maksud dari pernyataan di atas adalah In-depth Interview
merupakan yang hal paling bernilai dalam menyelidiki sebuah isu tentang sesuatu
yang baru sedikit diketahui atau mendapatkan gambaran yang rinci dari apa yang
apa yang dipikirkan oleh masyarakat. Sehingga diharapkan melalui pendekatan
ini, penulis dapat berinteraksi secara langsung dengan para mahasiswa yang
bertempat tinggal di rumah kost dan dapat memperoleh data atau gambaran
mengenai berbagai benturan nilai sosial budaya yang terjadi secara maksimal.
Spardley (dalam Sugiyono, 2011:208) menyatakan bahwa „A focused refer
to a single cultural domain or a few related domains.’ Artinya, fokus itu
merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial,
33
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kehidupan rumah kost disekitar kampus UPI Bandung. David Williams (dalam
Moleong, 2004, hlm. 5) menulis bahwa, „Penelitian kualitatif adalah pengumpulan
data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah.‟ Sependapat
dengan Williams, Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2004, hlm. 5) juga
mengatakan bahwa, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan
latar alamiah, „Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.‟ Pendapat Denzin dan
Lincoln juga sejalan dengan apa yang ditulis oleh Usman dan Akbar (Usman dan
Akbar, 2009, hlm. 78), namun mereka sedikit menambahkan bahwa “Metode
kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif penulis sendiri.”
Maksudnya adalah fenomena yang terjadi itu dapat dilihat dari perspektif penulis
itu sendiri, dengan kata lain penulis memiliki pandangan tersendiri dari fenomena
yang terjadi.
Berdasarkan itulah penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
untuk meneliti berbagai fenomena apa saja yang terjadi di rumah kost yang ada
disekitar kampus UPI Bandung, khusunya fenomena mengenai benturan nilai
sosial budaya. Selain itu pemilihan penelitian kualitatif ini juga berdasarkan
beberapa pertimbangan, yang pertama adalah dengan menggunakan metode
kualitatif, akan tersampaikan secara langsung hakekat hubungan antara penulis
dengan informan yang diteliti, yang kedua adalah metode ini peka dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan pada saat penelitian, dan yang ketiga adalah
metode kualitatif ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga penulis
juga bisa menyesuaikan diri dengan hasil penelitian yang berubah-ubah dalam
merumuskan pemecahan masalah yang dihadapi. Alasan yang selanjutnya adalah
dengan menggunakan metode kualitatif ini penulis bisa menggali secara mendetail
mengenai gejala-gejala sosial khususnya mengenai benturan nilai sosial budaya
yang terfokus pada suatu wilayah atau lingkungan sosial dimana dalam hal ini
adalah rumah kost yang berada di sekitar kampus UPI Bandung. Disamping itu
Siti Nur Khotimah, 2014
ini pengumpulan data yang dilakukan bisa lebih eksploratif sehingga hasil
penelitian ini menjadi lebih bermakna.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 35) “Penelitian deskriptif tidak
membandingkan variabel pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel
itu dengan variabel yang lain.” Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap
fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif
kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi
yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat,
pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan antarvariabel, perbedaan antar
fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif ini memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah yang aktual sebagaimana pada saat penelitian berlangsung. Melalui
metode deskriptif ini diharapkan penulis dapat mempelajari semaksimal mungkin
individu ataupun kelompok untuk mengungkap hal-hal yang lengkap dan
terperinci mengenai segala hal mengenai subjek yang diteliti. Selain itu melalui
metode deskriptif ini pula diharapkan penulis dapat mendeskripsikan apa yang
terjadi tanpa mengindahkan subyektifitas dari penulis sendiri.
B. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di rumah kost yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Penghuni rumah kost bersifat majemuk, yang dimaksud dengan majemuk di
sini adalah penghuni rumah kost berasal dari daerah yang berbeda.
2. Rumah kost masih berada di sekitar kampus UPI Bandung.
Berdasarkan kriteria tersebut penulis empat rumah kost yang berada di :
1. Jalan Gegerkalong Tengah Nomer 85
2. Gang Gegersuni IV Nomer 21 RT 07 RW 03
3. Jalan Sersan Bajuri Nomer 6
35
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penulis memilih lokasi-lokasi tersebut dikarenakan beberapa alasan, alasan
yang pertama adalah karena ketiga rumah kost tersebut memenuhi kriteria yang
telah disebutkan diatas. Alasan yang kedua adalah karena lokasi penelitian
tersebut yang tidak terlalu jauh dan mudah untuk di jangkau. Alasan yang ketiga
adalah karena penulis juga mempertimbangkan mengenai cara menjangkau tempat
atau lokasi penelitian, karena penulis berdomisili di sekitar kampus UPI, maka
akan mudah untuk menjangkau lokasi-lokasi yang diinginkan untuk diteliti.
C. DEFINISI OPERASIONAL
Banyak definisi yang telah dirumuskan mengenai suatu istilah yang sama,
namun terkadang definisi yang dirumuskan tergantung kepada siapa yang
merumuskan dan bagaimana cara pandangnya mengenai suatu istilah tersebut.
Untuk menghindari adanya pandangan ganda mengenai konsep yang digunakan
pada penelitian ini, penulis akan mendefinisikannya berdasarkan penelitian yang
dilakukan agar pembaca mengerti arti dari konsep penelitian ini.
Adapun istilah-istilah atau konsep-konsep yang perlu penulis definisikan
secara operasional adalah sebagai berikut:
1. Benturan
Kata benturan berasal dari kata “Bentur” dan imbuhan “an”. Menurut
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kata “Bentur” artinya Bertumbukan
(Anwar, 2002, hlm. 82). Maksud dari istilah benturan pada penelitian ini
adalah dua atau lebih hal yang berbeda dan saling bertumbukan yang bisa saja
menimbulkan permasalahan namun bisa juga tidak menimbulkan
permasalahan. Benturan yang terjadi pada penelitian kali ini bisa berupa
benturan mengenai nilai sosial budaya yang ada dalam kehidupan rumah kost
disekitar kampus UPI Bandung.
2. Nilai sosial
Soerjono Soekanto (dalam Maryati & Suryawati, 2001, hlm. 34)
mendefinisikan nilai sebagai, „Konsepsi abstrak dalam diri manusia menganai
Siti Nur Khotimah, 2014
suatu konsep gagasan, perasaan, ataupun anggapan yang bersifat abstrak yang
terjadi berdasarkan pengalaman dimana hal itu tidak selalu bersifat positif dan
menguntungkan namun bisa juga bersifat negatif dan merugikan untuk
kalangan atau kelompok tertentu sehingga dapat dijadikan pelajaran atau
patokan dalam menentukan sikap atau perilaku individu maupun kelompok.
Jadi yang dimaksud dengan nilai sosial berarti nilai yang dianut oleh suatu
kelompok masyarakat.
3. Nilai Budaya
Sujarwa (2011, hlm. 34) mengatakan bahwa, nilai-nilai budaya itu
merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga
suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan
penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang
memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya. Jadi
sudah jelas bahwa nilai budaya yang dimaksud pada penelitian kali ini
merupakan suatu konsep yang tertanam dalam pikiran manusia dan konsep
tersebut dijadikan pedoman dalam menentukan arah kehidupan masyarakat.
D. INSTUMEN PENELITIAN
Pada penelitian kualitatif, penulis memiliki kedudukan yang sangat
penting. Seperti yang diungkapkan oleh Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 173)
bahwa, “Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.”
Lebih lanjut lagi Basrowi dan Suwandi (Basrowi dan Suwandi, 2008, hlm.
173-176) menjelaskan mengenai ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen sebagai
berikut:
37
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bisa dikatakan bahwa kedudukan penulis pada penelitian ini adalah
sebagai peneliti utama yang mencakup keseluruhan proses dalam penelitian.
Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis data, hingga
akhirnya menjadi pelopor dari hasil penelitian. Berdasarkan hal tersebut penulis
dituntut untuk cekatan dalam melihat situasi dan keadaan agar tidak ada yang
terlewat sedikitpun, karena data yang akan diperoleh di lapangan akan sangat
banyak. Penulis juga harus bisa membawa suasana agar pada saat wawancara
berlangsung, responden bisa lebih santai sehingga dapat bekerjasama untuk
memperoleh data yang lebih mendalam dan bermakna.
E. SAMPEL SUMBER DATA
Sugiyono mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, “Sampel
sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling” (2011, hlm.
293). Selain itu, Sanafiah Faisal dengan mengutip pendapat Spradley (dalam
Sugiyono, 2011, hlm. 293) mengemukakan bahwa, „Situasi sosial untuk sampel
awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang di dalamnya menjadi semacam
muara dari banyak domain lainnya.‟ Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa,
sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Menguasai atau memahami sesuatu melalui proses ekulturasi, sehingga sesuatu itu bukan hanya sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
2. Masih berkecimpung pada kegiatan yang diteliti.
3. Mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Tidak menyampaikan informasi berdasarkan “kemasannya” sendiri.
5. Tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan jika dijadikan narasumber.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengambil dua sampel sumber
data, yaitu penghuni rumah kost serta orang yang mengetahui kehidupan atau
keseharian di dalam suatu rumah kost, bisa saja pemilik ataupun pengelola rumah
kost. Apabila terdapat pemilik dan pengelola rumah kost, maka penulis akan
Siti Nur Khotimah, 2014
tersebut, jadi tidak hanya terbatas pada pemilik saja. Hal itu karena tidak semua
rumah kost yang ada disekitar kampus UPI diawasi oleh pemiliknya, banyak juga
pemilik rumah kost mempercayakan seseorang atau lebih untuk mengawasi dan
mengurus rumah kost miliknya karena mungkin tidak ada waktu yang ia miliki.
Selain itu juga karena data yang akan diperlukan oleh penulis tidak hanya berasal
dari satu sumber saja, malainkan pihak-pihak yang dianggap sudah mengatahui
betul permasalahan mengenai benturan nilai sosial budaya yang terjadi, serta
pihak yang terlibat benturan dengan pihak lain.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data-data
yang ada di lapangan. Bila dilihat dari sumber datanya, maka Suyanto dan Sutinah
(2008, hlm. 55) mengatakan bahwa pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dengan melalui lembaga atau institusi tertentu seperti lewat dokumen.
Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data menggunakan sumber
primer, dimana penulis secara langsung memperoleh data dari sumber data.
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari wawancara
mendalam (in depth interview) dan observasi.
1. Wawancara mendalam (in-depth interview)
In-depth interview (wawancara mendalam) merupakan salah satu cara
dalam mengumpulkan data, dimana penulis mengajukan berbagai pertanyaan
terhadap sumber data. “Dalam melakukan teknik wawancara terhadap
informan, hendaklah pertanyaan melingkupi beberapa hal antara lain apa,
siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana” (Idrus, 2009, hlm. 104).
39
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian ini, yaitu penghuni, pemilik atau pengelola rumah kost yang
ada di sekitar kampus UPI dan tentunya yang memahami betul keadaan dan
kondisi keseharian yang terjadi di dalam rumah kost. Melalui wawancara
secara mendalam ini diharapkan penulis dapat memperoleh informasi yang
lengkap dan sejelas-jelasnya tanpa ada rekayasa sedikitpun. Selain itu penulis
memilih menggunakan teknik wawancara mendalam karena penulis berharap
sumber data mau mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya berada di
dalam rumah kost tersebut dari hati ke hati.
Pada penelitian ini, penulis melakukan tipe wawancara semi
terstruktur, dimana Sarosa (2012, hlm. 47) mengatakan bahwa, “Wawancara
semi terstruktur adalah kompromi antara wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.” Wawancara tipe ini mengharuskan penulis terlebih dahulu
menyiapkan topik dan daftar pertanyaan sebelum melakukan wawancara.
Apabila wawancara tersruktur bersifat kaku dan wawancara tidak terstruktur
bersifat bebas, pada wawancara semi terstruktur topik dari penelitian bisa
terlebih dulu dibahas kemudian mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan yang
sudah dipersiapkan. Pada wawancara semi terstruktur ini juga pertanyaan
tidak harus sesuai dengan urutan, biarkan mengalir begitu saja. Tipe
wawancara tersebut akan membuat informan merasa lebih nyaman untuk
berbicara dan menyampaikan informasi yang akan diperlukan oleh peneliti.
Wawancara semi formal juga akan mencairkan suasana dan membuat suasana
menjadi tidak kaku. Adapun wawancara yang dilakukan berkaitan dengan
benturan nilai sosial budaya yang ada di rumah kost di sekitar kampus UPI
Bandung.
2. Pengamatan (observasi)
Bungin (2010, hlm. 115) mengatakan bahwa, “Observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil
kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.” Singkatnya
adalah observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengindraan, jadi
Siti Nur Khotimah, 2014
103) mengatakan bahwa, dalam melaksanakan observasi ada empat pola yang
dapat dilakukan, “(a) pengamatan secara lengkap (b) pemeran serta sebagai
pengamat (c) pengamatan sebagai pemeran serta (d) pengamatan penuh.”
Penulis melakukan pola (b) dan pola (c), dimana yang dimaksud dengan pola
(b) adalah dimana peneliti tidak sepenuhnya menjadi anggota tetapi masih
tetap dapat melakukan observasi dan melakukan pengamatan. Sedangkan pada
poin (c) para anggota atau yang diteliti mengetahui apa yang diteliti oleh
peneliti, dan bahkan memungkinkan untuk mendukung peneliti dalam
melakukan penelitian, dengan kata lain penelitian yang dilakukan besifat
terbuka.
Alasan lain penulis menggunakan teknik pengumpulan data observasi
adalah karena penulis bisa mendapat gambaran yang realistis mengenai
perilaku manusia. Hal ini didukung dengan pernyataan Noor (2013, hlm. 140),
ia mengatakan bahwa:
Observasi dilakukan untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran mengenai aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Selanjutnya, penulis memilih teknik observasi agar penulis bisa
melihat secara langsung bagaimana kehidupan yang sebenarnya terjadi di
dalam rumah kost tersebut agar dapat mendukung hasil wawancara mendalam
yang dilakukan. Untuk melakukan observasi tentunya hal pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan pendekatan terhadap penghuni rumah kost yang
ada disekitar UPI bandung. Hal itu dilakukan karena tidak mungkin penulis
melakukan observasi tanpa ada izin dari pihak yang bersangkutan. Penulis
melakukan pengamatan terhadap kehidupan para penghuni rumah kost di
sekitar kampus UPI Bandung secara mendalam agar dapat disimpulkan secara
sementara mengenai keseharian yang ada di rumah kost tersebut. Terutama
menyangkut hal-hal yang menjadi fokus penelitian yaitu benturan nilai sosial
41
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm.
244) menyatakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat mudah
di informasikan kepada orang lain.
Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to peasant what you have discovered to others.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik analisis data yaitu
reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi. Berikut ini sedikit
penjelasan mengenai ketiga teknik analisis data yang penulis gunakan:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Karena data yang diperoleh oleh penulis di lapangan banyak sekali,
maka dari itu perlu adanya reduksi data. Bahkan pada saat sebelum
mengumpulkan data secara sadar atau tidak, penulis sudah melakukan reduksi
data. Bahkan pada saat penulis mulai memilih kasus yang diteliti, mungkin
penulis tidak sadar secara sepenuhnya bahwa penulis telah melakukan reduksi.
Sutopo (2006, hlm. 114) menyimpulkan mengenai pengertian reduksi data
sebagai berikut :
Siti Nur Khotimah, 2014
Apabila telah dilakukannya reduksi data, maka penulis akan lebih
mudah untuk memilah-milah infomasi mana yang dibutuhkan dalam penulisan
penelitian, dan mengesampingkan informasi yang sekiranya tidak dibutuhkan.
Husserl (dalam Ikbar, 2012, hlm. 164) berpendapat bahwa, terdapat tiga
macam reduksi, yaitu reduksi untuk menyingkirkan data yang bersifat
subjektif sehingga hanya menyisakan data yang bersifat objektif, jika sudah
mendapat data yang relevan maka reduksi dilakukan untuk menyingkirkan
seluruh pengetahuan tentang objek yang diperoleh dari sumber lain, yang
terakhir adalah reduksi untuk menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah langkah kedua pada tahap analisis data.
Penyajian data dilakukan secara berurut berdasarkan hasil dari data yang
sudah di reduksi. Selain itu penyajian data juga di tampilkan dengan
menggunakan bahasa dan tulisan penulis sendiri, dengan tujuan agar penulis
lebih mudah dalam memahami data-data yang telah direduksi. Lebih lanjut
Sutopo (2006, hlm. 115) juga mengungkapkan mengenai penyajian data, ia
mangatakan bahwa :
Penyajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi atau ditemukan di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan atas pemahamannya tersebut.
Melakukan penyajian data adalah hal yang sangat penting. Karena
kedalaman dan kemantapan dari data yang diperoleh sangat ditentukan oleh
kelengkapan sajian data. Dalam hal ini data yang di tampilkan hanyalah data
yang berhubungan dengan rumusan masalah, yaitu yang berkaitan dengan
benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan yang ada di rumah kost sekitar
kampus UPI Bandung. Sehingga pada saat menyimpulkan, rumusan masalah
43
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Conclusion Drawing/Verification
Dari awal pengumpulan data, seorang peneliti harus memahami data
apa saja yang ia perlukan lapangan, oleh karena itu langkah selanjutnya
setelah data direduksi adalah melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 252), „Langkah
ketiga dalam analisis data kualitatif adalah kesimpulan dan verifikasi.‟
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Selanjutnya menurut Sutopo simpulan
perlu diverifikasi agar benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. “Perlu
dilakukan verifikasi yang merupakan aktifitas pengulangan untuk tujuan
pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat…” (Sutopo, 2006, hlm.
116).
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Miles and Huberman diatas,
diharapkan penulis dapat menganalisis data sesuai dengan langkah-langkah
yang berdasar pada landasan teori-teori sosiologis sehingga diharapkan
penulis mampu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang ada di
lapangan mengenai benturan nilai sosial budaya dalam kehidupan rumah kost
yang berada di sekitar kampus UPI Bandung sehingga bisa
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah dibahas dalam bab
sebelumnya, maka didapatlah kesimpulan mengenai benturan nilai sosial budaya
dalam kehidupan rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI Kota Bandung.
Diantaranya terdapat simpulan umum dan simpulan khusus, pemaparannya adalah
sebagai berikut:
1. Simpulan Umum
Di dalam setiap rumah kost yang ada di sekitar kampus UPI, terdapat
berbagai benturan nilai sosial budaya. Entah secara sadar atau tidak, benturan
itu pasti ada dalam kehidupan yang terjadi di dalam rumah kost yang
ditempati, sekalipun itu hanya mengenai permasalahan yang sepele. Namun
secara umum bisa dikatakan bahwa benturan nilai sosial budaya yang terjadi
itu berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak ada kesadaran dari
masing-masing pihak baik itu pemilik, pengelola, ataupun para penghuni untuk tetap
menjaga nilai-nilai yang sudah ada agar tidak terjadi pelanggaran norma yang
ada di masyarakat.
2. Simpulan Khusus
a. Di dalam rumah kost yang berada disekitar kampus UPI terdapat nilai-nilai
sosial, baik itu yang dijaga oleh keseluruhan penghuni ataupun hanya
beberapa penghuni saja. Walaupun begitu, nilai-nilai sosial itu pasti ada.
Lain halnya dengan nilai budaya. Nilai budaya terkadang memang ada di
dalam kehidupan rumah kost di sekitar kampus UPI, namun nilai budaya
itu ada hanya ketika ada penghuni yang tetap menjaga dan
melestarikannya. Nilai budaya akan memudar seiring dengan menurunnya
kesadaran penghuni akan tradisi yang biasa ia lakukan. Berbagai benturan
92
Siti Nur Khotimah, 2014
BENTURAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KEHIDUPAN RUMAH KOST : Studi Deskriptif terhadap Rumah Kost di Sekitar Kampus UPI Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terjadi dalam kehidupan penghuni rumah kost. Benturan-benturan yang
terjadi itu biasanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang diberikan oleh pemilik rumah kost, bisa juga yang
berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh penghuni
seperti tidak menjaga kebersihan, dan juga ketenangan bersama. Biasanya
yang sering kali terjadi benturan adalah yang berkaitan dengan nilai sosial
ketimbang nilai budaya.
b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya benturan nilai sosial
budaya tersebut beraneka ragam. Namun faktor yang lebih sering menjadi
penyebabnya adalah faktor yang berasal dari dalam diri penghuni tersebut.
Seperti pemikiran yang belum dewasa dalam melakukan dan menghadapi
suatu hal, watak atau karakter yang dimiliki, kurang peka terhadap
penghuni yang lainnya, belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru tempat ia tinggal, serta rasa tanggung jawab yang kurang. Selain
faktor yang berasal dari dalam diri penghuni tersebut, ada juga faktor yang
berasal dari luar diri penghuni yang dapat mempengaruhinya, seperti
lingkungan tempat ia tinggal sebelumnya, dan juga kareana menurunnya
standar norma menurut kacamata generasi zaman sekarang.
c. Solusi yang tepat menurut pihak yang mengetahui betul mengenai
kehidupan di dalam rumah kost yang berada di sekitar kampus UPI dalam
upaya menangani berbagai benturan nilai sosial budaya yang terjadi adalah
dengan memunculkan rasa pengertian satu sama lain, membiasakan diri
untuk saling terbuka, membuang jauh-jauh kebiasaan buruk yang dibawa
sebelumnya, dengan memperkuat kekompakan antar sesama penghuni,
membuat jadwal piket demi kerbersihan bersama, harus bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selain itu juga solusi yang
diberikan oleh pihak yang mengetahui betul mengenai kehidupan
penghuni rumah kost tersebut dalam upaya menangani berbagai benturan