• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK POSO (Kajian Historis Tahun 1998-2001).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK POSO (Kajian Historis Tahun 1998-2001)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Igneus Alganih, 2014

KONFLIK POSO

(KAJIAN HISTORIS TAHUN 1998-2001)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Jurusan Pendidikan Sejarah

oleh:

Igneus Alganih

NIM 0808393

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Igneus Alganih, 2014

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

KONFLIK POSO

(KAJIAN HISTORIS TAHUN 1998-2001)

Oleh Igneus Alganih

0808393

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Igneus Alganih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Igneus Alganih, 2014

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

IGNEUS ALGANIH

0808393

KONFLIK POSO (KAJIAN HISTORIS TAHUN 1998-2001).

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum NIP: 19600529 198703 2 002

Pembimbing II,

Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum NIP. 19710101 199903 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

(4)

Igneus Alganih, 2014

ABSTRAK

(5)

Igneus Alganih, 2014

ABSTRACT

(6)

Igneus Alganih, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS………….... 11 2.1. Kajian Pustaka………...

BAB III METODE PENELITIAN………....

3.1. Metode dan Teknik Penelitian…... 3.2. Persiapan Penelitian………... 3.2.1. Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian... 3.2.2. Penyusunan Rancangan Penelitian…... 3.2.3. Konsultasi (Bimbingan)………... 3.3. Pelaksanaan Penelitian………... 3.4. Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)…...

(7)

Igneus Alganih, 2014

BAB IV POSO DALAM KONFLIK TAHUN 1998-2001……... 48

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Poso………... 48

4.1.1. Kondisi Geografi Wilayah Kabupaten Poso…... 48

4.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi Kabupaten Poso Sebelum Terjadinya Konflik 1998………... 4.1.3. Kondisi Sosial Politik Kabupaten Poso Sebelum Terjadinya Konflik 1998……... 51 59 4.2. Konflik Poso Tahun 1998-2001... 62

4.2.1. Latar Belakang Konflik………... 62

4.2.2. Persaingan Elit Politik di Poso…... 4.2.2.1. Rivalitas Perebutan Jabatan Bupati…... 4.2.1.2. Persaingan Partai Politik……... 65 66 70 4.2.3. Jalannya Konflik Poso…... 74

4.3. Berakhirnya Konflik Poso………... 84

4.3.1. Peranan Pemerintah dalam Penyelesaian Konflik... 85

4.3.2. Peranan Tokoh Masyarakat Poso dalam Penyelesaian Konflik…………... 4.4. Dampak Konflik Poso………... 93 96 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………... 104

5.1. Kesimpulan... 104

5.2. Rekomendasi………... 107

DAFTAR PUSTAKA………. 109

(8)

Igneus Alganih, 2014

DAFTAR GAMBAR

4.1. Peta Kabupaten Poso Berdasarkan Komposisi Agama Tahun

2000……….. 49

4.2. Peta Lokasi Terjadinya Konflik dan Pengungsian di Poso……...... 4.3. Pertemuan Pada Deklarasi Malino………... 4.4. Hasil Sitaan Senjata dan Amunisi Pada Konflik Poso………... 4.5. Kondisi Pengungsi di Pegunungan Sangiora, Poso Pesisir, 14

Desember 2001……….

4.6. Reruntuhan dari Kampumng yang dibakar di Poso, 8 Desember

2001………...

75 89 92

98

(9)

Igneus Alganih, 2014

DAFTAR TABEL

4.1. Komposisi Penduduk Kabupaten Poso tahun 2000………... 54 4.2. Bupati yang Menjabat di Kabupaten Poso Periode 1967-2004…... 4.3. Jumlah Pasukan dan Polri di Poso Periode 2000-2002……….. 4.4. Korban Manusia dan Materi dalam Konflik Poso Tahun

1998-2001………...

67 90

(10)

Igneus Alganih, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

1. Penunjukan Pembimbing Skripsi 2 .Frekuensi Bimbingan Skripsi 3. Peta Sulawesi

4. Gambar Masyarakat yang Membawa berbagai Macam Senjata Tradisional pada kerusuhan Poso 1998 lalu

5. Gambar Mobil yang Hancur pada Kerusuhan di Poso 6. Gambar Rumah yang Terbakar pada Kerusuhan di Poso

7. Gambar Aparat Keamanan yang Sedang Tugas Berjaga di Poso

8. Gambar berbagai Senjata Tradisonal Senjata Api yang Berhasil disita oleh Aparat Keamanan

9. Gambar Senjata Api yang Berhasil disita oleh Aparat Keamanan di Poso 10. Gambar Yusuf Kalla ketika memimpin Upaya Perdamaian di Malino,

Sulawesi Selatan

(11)

Igneus Alganih, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku budaya, etnis, agama dan golongan. Keanekaragaman ini disatukan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah suatu bangsa yang mencermikan jati diri bangsa yang besar dan kaya akan sumber daya budaya yang berbeda-beda dari berbagai macam etnis suku bangsa, agama, ras dan antar golongan masyarakat namun tetap bersatu dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Akan tetapi di satu sisi lain dari keberagaman suku bangsa, agama, ras dan antar golongan ini sebenarnya menyimpan satu potensi konflik yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dari keberagaman ini dapat memicu suatu konflik yang melibatkan perpecahan atau kerusuhan massal antar etnis suku bangsa, antar agama, ras dan antar golongan (SARA). Sesuai seperti apa yang dikatakan oleh Najwan (2009: 196) dari keanekaragaman budaya, etnis, agama dan multi golongan ini dari satu sisi secara teori multi budaya merupakan potensi budaya yang dapat mencerminkan jati diri bangsa yang besar, akan tetapi dari sisi lain juga berpotensi menimbulkan konflik yang dapat mengancam integrasi bangsa karena konflik antar budaya dapat menimbulkan pertikaian antar etnis, antar agama, ras dan antar golongan (SARA) yang bersifat sensitive dan rapuh yang menjurus kearah disintegrasi bangsa Indonesia.

(12)

2

Igneus Alganih, 2014

Adanya efek euforia yang berlebihan akan kebebasan politik, demokrasi dan otonomi daerah tersebut sebenarnya menimbulkan permasalahan baru karena jadi menimbulkan datangnya hasrat persaingan di tingkat elit politik lokal daerah, untuk saling bersaing dan berkonflik mendapatkan jabatan guna mencapai kepentingan politik di daerahnya. Di sini para elit politik dalam mencapai kepentingan politiknya tersebut melakukannya dengan cara memobilisasi massa melalui isu sensitif yaitu isu etnis dan agama. Sehingga konflik komunal pun dapat dengan mudah terjadi melalui peran elit politik yang ikut membawa dan melibatkan perseteruan konflik antar etnis dan agama sehingga membahayakan integrasi bangsa Indonesia.

Menurut Hasrullah (2009: 5), fakta politik menunjukkan bahwa pada saat nuansa dan euforia demokrasi ketika awal reformasi terbuka lebar di Indonesia, maka konflik di beberapa belahan daerah di Indonesia bermunculan. Konflik tersebut diantaranya, konflik komunal yang terjadi di Poso tahun 1998 dan di Maluku tahun 1999 yang melibatkan konflik agama antara agama Islam dengan Kristen. Konflik antar etnis di Kalimantan pada tahun 1998 antara etnis dayak dengan etnis Madura. Munculnya kembali gerakan separatis di Aceh melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan di wilayah Papua melalui Organisasi Papua Merdeka (OPM) tahun 1998 yang ingin memisahkan diri dari wilayah Indonesia. Kemudian disintegrasi di wilayah Timor Timur yang akhirnya memisahkan diri dari wilayah Indonesia melalui referendum pada tahun 1999.

(13)

Igneus Alganih, 2014

Poso merupakan suatu wilayah Kabupaten dari Provinsi Sulawesi Tengah, nama Poso ini pun menjadi sekaligus ibu kota kabupaten ini. Kabupaten Poso secara administratif terbagi menjadi 19 kecamatan, yang terdiri dari 23 kelurahan dan 133 desa, dengan total jumlah penduduk 209.228 jiwa (BPS Sulawesi Tengah 2011: 94, 96). Data Sulawesi Tengah dalam angka tahun 2006 yang dikutip Hendrajaya et al. (2010: 19), untuk penganut agama di Poso relatif seimbang dalam hal penganut agama dengan 45 persen penduduk beragama Islam, 35 persen beragama Kristen, sedangkan sisanya penganut Buddha, Hindu dan lainnya. Umumnya agama Islam dipeluk warga pendatang dari Jawa, Lombok, Gorontalo, Sulawesi Selatan (Bugis dan Makassar), serta penduduk asli Tojo, Bungku dan Togian. Sedangkan Penduduk beragama Kristen berjumlah umumnya penduduk asli dari suku Pamona, Mori, serta pendatang dari Manado, Toraja dan Nusa Tenggara Timur (Karnavian, 2008: 5).

Berdasarkan data penduduk wilayah Poso itu dapat dikatakan wilayah ini sebagai miniatur Indonesia yang memiliki keberagaman multikultural terdiri dari berbagai macam etnis dan agama. Kemudian dari keberagaman multikultural ini tentu menyimpan potensi konflik dan perpecahan yang dapat merusak persatuan dan kesatuan di wilayah Poso antara berbagai macam etnis dan agama yang ada di Poso.

(14)

4

Igneus Alganih, 2014

hanyalah korban dan tidak tahu apa-apa mengenai konflik yang terjadi, sebagian pun terpaksa terlibat untuk sekedar bertahan atau untuk menyerang demi mempertahankan kehidupan mereka. Berdasarkan pernyataan dari Gogali (2009) inilah membuat peneliti menjadi tertarik untuk mengkaji permasalahan di Poso kenapa sampai terjadi dan kenapa rakyat menjadi mudah terlibat dalam konflik sosial ini.

Konflik horizontal memang menjadi wacana utama jika dilihat dan didengar melalui berita di media massa sekilas, hal ini dikatakan bila dilihat dari pertikaian yang melibatkan antar etnis dan agama di Poso yaitu antara agama Islam dan Kristen. Namun faktanya ada beberapa hal yang masih menjadi misteri dan ada banyak hal-hal lain yang belum terungkap dari peristiwa ini, diantaranya mengenai faktor apakah sebenarnya penyebab konflik di Poso dan kenapa konflik Poso ini bisa terjadi secara berlarut-larut dan berkepanjangan.

Beberapa penelitian tentang Konflik Poso menunjukkan (Hasrullah; 2009, Klinken; 2007, Aragon; 2007) bahwa, konflik yang terjadi di wilayah Poso karena konflik antar elit politik yang dimana para elit politik daerah ini memanfaatkan agama sebagai tameng dan kendaraan politiknya yang bertujuan mengamankan dan mencapai kepentingan politik dan ekonomi di wilayah Poso dengan cara memobilisasi massa melalui hasutan isu sensitif agama dan etnis. Berdasarkan pernyataan dari hasil penelitian yang diungkapkan di atas membuat peneliti ingin mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi di Poso, apakah benar latar belakangnya karena konflik antar elit politik atau apakah ada faktor-faktor lainnya yang menjadi akar konflik permasalahan di Poso. Menurut peneliti konflik di Poso ini masih menyimpan berbagai macam kejanggalan dan misteri untuk diungkapkan, salah satunya mengenai kenapa konflik agamalah yang dijadikan isu utama dalam konflik Poso .

(15)

Igneus Alganih, 2014

pengelolaan konflik antara pada masa Orde Baru dan Reformasi. Menurut Hasrullah (2009) dan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2011), selama Orde Baru yang otoriter pengelolaan konflik ditekan secara sistematis melalui kontrol militer dapat berperan meredam ketidakpuasan sosial dan konflik pun tidak dipublikasikan karena ditakutkan akan memicu sentiment etnis, agama dan ras. Kemudian berbeda pada masa Reformasi yang dimana peran militer dikurangi dan lebih meningkatkan peran masyarakat sipil dalam proses penciptaan perdamaian.

Adanya perbedaan cara penanganan dan pengelolaan konflik antara Orde Baru dan Reformasi di sini jelas sekali berbeda dan tentunya akan berdampak sesuatu yang berbeda pula ketika konflik berakhir. Melihat hal ini maka peneliti di sini merasa perlu dilakukannya penelitian lebih dalam untuk mengungkapkan tentang konflik komunal yang terjadi di Poso ini dan diharapkan melalui penelitian ini bisa menganalisis peranan pemerintah maupun militer dalam proses penanganan konflik tersebut. Sehingga bisa ditemukan jawaban kenapa konflik di Poso bisa terjadi secara berkepanjangan dan dapat mengungkapkan dampak konflik Poso terhadap keutuhan Negara kesatuan Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.

(16)

6

Igneus Alganih, 2014

senantiasa melekat pada kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.

Untuk pengkajian skripsi ini tidak pada sudut pandang perspektif sejarah saja akan tetapi dengan pendekatan dan sudut pandang ilmu sosial lainnya guna pengkajian secara tajam dan komprehensif, diantaranya yaitu ilmu sosiologi dengan pendekatan melalui teori konflik menurut Coser (Paloma, 1994: 108), yang mengemukakan bahwa konflik dapat bersifat positif dengan membantu mempertahankan struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat. Salah satu fungsi tersebut adalah Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar. Maksudnya adalah masyarakat yang sedang mengalami disintegrasi ataupun berkonflik dengan masyarakat lain atau lawan konfliknya, di sini konflik dapat berperan sebagai agen untuk mempersatukan masyarakat atau memperbaiki kepaduan dan integrasi. Contohnya di Poso ketika konflik agama berlangsung konflik membantu kepaduan masyarakat yang beragama Islam ataupun Kristen yang masing-masing masyarakat agamanya menjadi ikut berperan dan menjadi bersatu dengan dalih isu sensitive persaudaraan agama.

Merujuk dari beberapa hal yang telah di paparkan diatas menjadi ketertarikan peneliti sehingga dijadikanlah ide dasar dari penelitian skripsi ini. Dalam skripsi ini peneliti mencoba untuk mengkaji lebih dalam tentang konflik Poso pada tahun 1998-2001 sebagai bahan penelitian skripsi peneliti di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya di Jurusan Pendidikan Sejarah dengan mengkaji permasalahan secara historis dan mengakat permasalahan dari periode masa akhir Orde Baru sampai dengan era Reformasi. Maka diangkatlah penulisan skripsi ini dengan judul “ Konflik Poso (Kajian Historis Tahun 1998-2001)”.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

(17)

Igneus Alganih, 2014

Permasalahan tersebut dikembangkan menjadi empat pertanyaan rumusan masalah yaitu:

1. Apa yang menjadi penyebab akar masalah terjadinya konflik di Poso? 2. Bagaimana dinamika terjadinya konflik di Poso tahun 1998-2001?

3. Bagaimana peranan pemerintah dan tokoh masyarakat dalam penyelesaian konflik di Poso?

4. Bagaimana dampak konflik terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Poso?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah yang telah dibahas pada poin sebelumnya, maka tujuan dari penulisan proposal skirpsi ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab akar masalah terjadinya konflik di poso.

2. Memaparkan dinamika terjadinya konflik Poso tahun 1998-2001.

3. Menganalisis peranan pemerintah dan tokoh masyarakat dalam penyelesaian konflik Poso.

4. Mengungkapkan dampak konflik terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Poso.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Memperkaya penulisan di Jurusan Pendidikan Sejarah, terutama sejarah

Indonesia.

2. Untuk menambah pengetahuan peneliti serta para pembaca mengenai kondisi daerah di Poso tahun 1998-2001 ditinjau dalam kondisi politik, sosial, ekonomi dan Agama.

(18)

8

Igneus Alganih, 2014

peminatan IPS bidang studi sejarah dengan Kompetensi Dasar: 4.5. Merekonstruksi perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan pada masa Orde Baru dan Reformasi dan menyajikan dalam bentuk tulisan.

1.5. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Metode historis digunakan menurut Abdurahman (2007: 63), karena dilihat dari tujuan penelitian sejarah sendiri adalah mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau. Metode historis menurut Abdurahman (2007: 53), adalah “penyelidikan atas suatu masalah dalam mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis”. Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk memperjelas penelitian ini perlu didukung oleh metode sejarah yang merupakan suatu metode yang lazim digunakan dalam penelitian sejarah.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana yang dijelaskan dalam buku karya Abduhrahman (2007: 54-80) adalah sebagai berikut:

1. Teknik pemilihan topik dan penyusunan rencana penelitian

2. Heuristik yaitu teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Sumber Sejarah tersebut dapat berupa buku-buku, koran, majalah, arsip, dokumen dan juga wawancara terhadap pelaku peristiwa atau saksi mata.

3. Kritik yaitu teknik untuk menguji keabsahan tentang keaslian sumber (autensitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kreadibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. 4. Interpretasi bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang

(19)

Igneus Alganih, 2014

5. Historiografi merupakan fase terakhir dalam metode sejarah. Dalam Historiografi ini dilakukan penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.

Penjelasan lebih lanjut mengenai metode serta teknik yang digunakan dalam peneltian ini dijelaskan dalam bab tersendiri yaitu, di Bab III.

1.6. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi penulisan skripsi sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (2013: 18-34) yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menguraikan tentang konflik sosial dan agama di Poso sehingga menarik untuk dikaji dan dilakukan penelitiannya. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan identifikasi dan perumusan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Akan dipaparkan pula tentang tujuan penelitian ini dan juga akan dipaparkan mengenai manfaat penelitian skripsi ini, selanjutnya dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis dan terakhir mengenai struktur organisasi skripsi yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teoritis, memaparkan mengenai teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan tema penelitian peneliti. Akan dijelaskan pula tentang penelitian-penelitian atau kajian-kajian yang sebelumnya pada buku yang telah membahas tentang konflik di Poso ini.

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab mengenai kegiatan-kegiatan dan cara-cara yang dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang digunakan tentu adalah metode penelitian sejarah, di mana langkah-langkahnya terbagi menjadi heuristik atau pengumpulan sumber, kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau historiografi dan didukung pula dengan teknik penelitian dengan studi literatur.

(20)

10

Igneus Alganih, 2014

beberapa sub-bab yang pertama mendeskripsikan situasi kondisi di Poso sebelum tejadinya konflik pada tahun 1998, menganalisis faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya konflik di poso, memaparkan jalan terjadinya konflik Poso tahun 1998-2001, menganalisis peranan pemerintah dan tokoh masyarakat dalam proses penyelesaian konflik dan terakhir mengungkapkan dampak konflik terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Poso pasca konflik.

Bab V Kesimpulan, dalam bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan materi ajar sejarah di sekolah sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

(21)

Igneus Alganih, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Teknik Penelitian

Dalam bab ini akan membahas mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan untuk proses penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah menurut

Abdurahman (2007: 53), adalah “penyelidikan atas suatu masalah dalam

mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis”. Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk memperjelas penelitian ini perlu didukung oleh metode sejarah yang merupakan suatu metode yang lazim digunakan dalam penelitian sejarah. Studi literatur digunakan untuk mendapatkan sumber informasi mengenai permasalahan yang hendak dikaji oleh peneliti, melalui sumber tertulis berupa buku yang relevan, makalah, sumber internet, arsip, dokumen dan surat kabar.

Adapun langkah-langkah yang akan peneliti gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana yang dijelaskan Abduhrahman (2007, 54-80) adalah sebagai berikut:

1. Teknik pemilihan topik dan penyusunan rencana penelitian

2. Heuristik yaitu, teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Sumber sejarah tersebut dapat berupa buku-buku, koran, majalah , arsip, dokumen dan juga wawancara terhadap pelaku peristiwa atau saksi mata.

3. Kritik sumber yaitu, teknik untuk menguji keabsahan tentang keaslian sumber (autensitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kreadibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern.

(22)

37

Igneus Alganih, 2014

5. Historiografi merupakan fase terakhir dalam metode sejarah. Dalam Historiografi ini dilakukan penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti membagi metode sejarah yang digunakan ke dalam tiga tahapan penelitian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.

3.2. Persiapan Penelitian

3.2.1. Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Hal pertama yang dilakukan peneliti sebelum ketahapan penelitian yang lebih

lanjut adalah pemilihan topik penelitian. Proses penentuan topik penelitian ini berawal pada saat perkuliahaan Seminar Penulisan Karya Ilmiah. Pada perkuliahan ini mewajibkan para mahasiswanya memilih topik untuk dijadikan sebagai bahasan proposal penelitian yang menjadi syarat dalam perkuliahan ini. Pada awal perkuliahan peneliti tertarik untuk membahas seorang tokoh yang memiliki peran yang besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada zaman Orde Baru, pilihan pertama peneliti adalah seorang tokoh panglima militer pada zaman Orde Baru yaitu Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani. Setelah dikonsultasikan dengan dosen, ternyata pembahasan mengenai Jenderal L.B. Moerdani memiliki kontroversi dalam pembahasannya, maka dari itu peneliti mencari topik penelitian yang lain untuk dibahas dalam seminar proposal pengajuan skripsi. Setelah itu penulis mencoba mencari pemilihan topik lainnya dengan pencarian referensi dan akhirnya membaca salah satu buku yaitu tentang konflik Poso karangan dari Gogali, dalam buku tersebut dijelaskan memberikan penjelasan penelusuran aspek tragis konflik Poso melalui ingatan-ingatan dan kisah-kisah yang ada dalam kelompok perempuan dan anak-anak yang menjadi korban pada konflik ini. Dari buku inilah membuat peneliti menjadi tertarik untuk mengangkatnya kedalam penelitian skripsi.

(23)

Igneus Alganih, 2014

TPPS pada awal Maret 2013 dengan judul, Konflik Poso: Kajian Historis 1998-2001. Adapun isi dari proposal tersebut antara lain : Judul, Latar Belakang

Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode dan Teknik Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka

3.2.2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah mendaftarkan judul serta proposal penelitian kepada TPPS dengan judul Konflik Poso: Kajian Historis 1998-2001, peneliti diizinkan untuk melakukan presentasi proposal tersebut di dalam seminar Pra-rancangan Penelitian yang diadakan TPPS pada tangal 20 Maret 2013.

Dalam seminar tersebut peneliti mendapat calon pembimbing yaitu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum sebagai calon pembimbing 1 dan Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai pembimbing 2. Setelah mempresentasikan proposal yang berjudul Konflik Poso: Kajian Historis 1998-2001, para calon pembimbing satu maupun dua menyetujui mengenai pembahasan tentang konflik Poso ini, kemudian memberikan masukan mengenai kajian yang akan di teliti, akan tetapi mengenai latar belakang penelitian harus direvisi.

Setelah mengajukan revisi proposal dengan judul tersebut, Penetapan penulisan skripsi dikeluarkan melalui Surat Keputusan (SK) TPPS nomor 007/TPPS/JPS/PEM/2013 dengan judul skripsi Konflik Poso: Kajian Historis 1998-2001 yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan serta Ketua TPPS, dengan

menunjuk Dra. Murdiyah Winarti. M.Hum sebagai calon pembimbing 1 dan Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai pembimbing 2.

3.2.3. Konsultasi (Bimbingan)

(24)

39

Igneus Alganih, 2014

Konsultasi dilakukan dengan menentukan waktu pelaksanaan bimbingan yang dilakukan secara kontinu setelah peneliti sebelumnya menyerahkan hasil penyusunan penelitian kepada pembimbing I maupun pembimbing II, selanjutnya setelah dikoreksi peneliti mendapatkan masukan dan arahan untuk memperbaiki hal-hal yang kurang dalam penyusunan penelitian ini. Dari konsultasi ini, penulis mendapatkan arahan dan masukan yang dapat membantu dalam penelitian ini hingga dapat terbuat laporan penelitian yang benar dan tepat dalam penyusunannya. Adapun beberapa hal yang menjadi masukan dalam proses konsultasi ini adalah mengenai latar belakang masalah, mengenai fokus rumusan masalah beserta fokus penelitiannya dan tata cara penulisan skripsi ini.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kaidah metodologi sejarah yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Abdurahman (2007: 54) peneltian sejarah meliputi, pemilihan topik dan perencanaan penelitian, heuristik, kritik sumber (kritik internal dan eksternal), interpretasi, serta historiografi (penulisan sejarah). Setelah melakukan poin yang pertama yaitu pemilihan topik dan perencanaan penelitian, hal berikutnya dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi tiga hal yang dilakukan, yaitu heuristik, kritik sumber, dan juga interpretasi. Sedangkan untuk penulisan atau historiografi akan dibahas dalam tahapan selanjutnya yaitu tahapan laporan penelitian.

3.3.1 Heuristik

(25)

Igneus Alganih, 2014

1. Perpustakaan Batu Api di Jatinangor Sumedang, dari sana penulis mendapatkan buku Politik Lokal di Indonesia (2007) editor Nordholt, Klinken dan Hoogenboom.

2. Perpustakaan UPI di Setiabudi Bandung. Dari sana Penulis mendapatkan buku karya Poloma berjudul Sosiologi Kontemporer (1994). Dan Buku Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II karya dari Doyle, Paul Johnson dengan alih bahasa dari Robert M.Z. Lawang.

3. Perpustakaan Pasca Sarjana UNPAD di jalan Dipatiukur Bandung. Dari sana penulis mendapatkan disertasi karya Surahman yang berjudul Konflik Horisontal dalam Penguasaan Sumber Daya Sosial: Studi Kasus di Poso

Sulawesi Tengah (2007).

4. Perpustakaan ITB di jalan Ganesha Bandung. Di sana peneliti mendapatkan tesis karya Muin, Harli Abdul yang berjudul Sumber Konflik Poso dan Penangananya dalam Konflik Komunal: Studi Kasus Poso

1998-2007 (2008).

5. Perpustakaan UNPAR di jalan Cimbuleuit Bandung. Di sana peneliti mendapatkan Jurnal Perempuan No. 24 tahun 2002 yang di dalamnya terdapat bahasan berjudul Perempuan Tulang Punggung Ekonomi Keluarga Pasca Konflik (kerusuhan) Poso karya Mangun, H.N dan bahasan berjudul Reruntuhan Jiwa: Trauma Perempuan Poso karya dari Wijaksana.

6. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Raya No 24 A Jakarta. di sana peneliti mendapatkan buku karya Hasan et.al berjudul Sejarah Poso (2004). Buku berjudul Rusuh Poso, Rujuk Malino (2002)

karya Ecip, Darwis dan Kunandar. Buku Menggapai Damai di Poso (2007) karya Purwanto, W. H. Buku Konflik Poso dan impilikasinya Terhadap Interaksi Sosial Budaya Pasca Konflik (Uji Ketahanan Wilayah

Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah) karya dari Bruharja.

(26)

41

Igneus Alganih, 2014

berjudul SBY dan Resolusi Konflik: Langkah-langkah Penyelesaian konflik di Aceh, Atambua, Papua, Poso dan Sampit.

8. Perpustakaan KONTRAS di jalan Borobudur no. 14 Jakarta Pusat. Di sana peneliti mendapatkan buku berjudul Poso, Kekerasaan yang Tak kunjung Usai (Refleksi 7 tahun Konflik Poso) karya dari Amidhan, et al (2005).

9. Perpustakaan Freedom Istitut di jalan Proklamasi no.41 Jakarta Pusat. Dari sana peneliti mendapatkan buku berjudul Tragedi Kemanusian Poso karya Damanik, R (2003).

Ada juga sumber-sumber koleksi pribadi penulis diantaranya adalah buku karangan Gogali (2009) yang berjudul Konflik Poso Suara Perempuan dan Anak Menuju Rekonsiliasi Ingatan, Awaludin (2009) yang berjudul Perdamaian Ala

JK: Poso Tenang, ambon Damai, Karnavian (2008) dengan judul Indonesian Top

Secret Membongkar Konflik Poso. Karya dari Klinken (2007) dengan judul

Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal dan Demokrasi di Indonesia.

Selain buku, ada juga buku, dokumen dan jurnal berasal dari intenet. Adapun sumber internet yang penulis dapatkan tersebut adalah hasil penelitian dari Hendrajaya, et al. berjudul Ragam Konflik di Indonesia: Corak Dasar dan Resolusinya tersedia di http://www.km.ristek.go.id. Buku diterbitkan oleh

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Current Asia dan the Centre for Humanitarian Dialogue (2011) yang memaparkan tentang buku berjudul, Tiga

Studi Kasus tentang Peristiwa Konflik dan Pengelolaannya di Indonesia tersedia

di http://www.hdcentre.org. Hasil Penelitian dari Aditjondro (2004) yang berjudul Kerusuhan Poso dan Morowali, Akar Permasalahan dan Jalan Keluarnya tersedia di http:/www.propatria.co.id. Hasil penelitian dari Pamuji, Nanang et.al (2008) yang berjudul Success Story Mekanisme Komunitas dalam Penanganan dan Pencegahan Konflik: Studi Kasus di Desa Wayame (Ambon) dan Desa Tangkura

(Poso) tersedia di http://www.fes.or.id/.../download/laporan%20penelitian%2.

Berupa jurnal dari Najwan berjudul Konflik antar Budaya dan antar Etnis di Indonesia serta Alternatid Alternatif penyelesaian tersedia di

(27)

Igneus Alganih, 2014

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah dalam angka tahun 2010, tersedia di http://www.BPS.go.id/download_file/.../72%20sulteng.PDF.

3.3.2. Kritik Sumber

Setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber, langkah selanjutnya

yang peneliti lakukan adalah proses kritik sumber yaitu suatu teknik untuk menguji keabsahan tentang keaslian sumber (autensitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kreadibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern (Abduhrahman, 2007: 68).

Informasi yang telah terhimpun berupa data atau fakta dari sumber tertulis dan sumber lisan dipilah-pilah sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dilakukan kritik sumber untuk menguji keaslian sumber melalui kritik ektern dan kesahihan sumber melalui kritik intern.

3.3.2.1. Kritik Eksternal

Temuan sumber yang ditemukan oleh peneliti dalam proses penyusunan penelitian ini berupa sumber sekunder yaitu berupa buku dan hasil dari penelitian terdahulu yang temanya sama dengan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sehingga proses kritik ekstern dalam penelitian ini tidak dilakukan. Mengingat karena kritik ekstern dilakukan hanya untuk kritik sumber dari segi fisik sumber primer atau pertama. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang telah dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007), bahwa kritik ekstern lebih banyak digunakan untuk kritik sumber primer atau pertama.

3.3.2.2. Kritik Internal

(28)

43

Igneus Alganih, 2014

Kritik internal yang dilakukan peneliti diawali ketika penulis memperoleh sumber kemudian setelah peneliti membaca keseluruhan isi sumber tersebut dilakukan kaji perbandingan dengan sumber-sumber lain yang dibaca juga oleh peneliti. Hasil perbandingan sumber tersebut, maka akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian. Misalnya untuk mengetahui latar belakang terjadinya konflik di Poso, peneliti melakukan kritik internal dengan mengkaji banding terhadap isi buku yang ditulis oleh Hasrullah (2009) yang berjudul Dendam Konflik Poso sedangkan untuk pembandingnya menggunakan isi buku yang ditulis oleh Damanik (2003) berjudul Tragedi Kemanusian Poso.

Dalam buku Hasrullah (2009), dijelaskan bahwa latar belakang terjadinya peristiwa tersebut tidak lain karena faktor politik saat awal Reformasi yang dimana keadaan pada saat itu di Poso mengalami transisi demokrasi dan perubahan politik dari sentralisasi kekuasaan menjadi desentralisasi kekeuasaan. Dari hal ini tentu memunculkan persaingan Politik di tingkat elit lokal daerah untuk saling bersaing dan berkonflik dalam mencapai kekuasaan politik di daerahnya. Hal ini terjadi karena melalui demokrasi, Proses pemilihan kepimpinan daerah seperti gubernur, bupati dan wakil bupatinya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum di daerahnya. Maka dari faktor inilah para elit politik lokal agar mendapatkan dukungan dari rakyat menggunakan sentiment etnis dan agama sebagai kendaraan politik untuk memobilisasi rakyat. Latar belakang ini pula yang dijelaskan dalam buku Amidhan, et al berjudul Poso, Kekerasaan yang Tak Kunjung Usai yang menyebutkan bahwa konflik antar elit politik lokal yang menjadi penyulut konflik (Amidhan. et al, 2005: 32).

(29)

Igneus Alganih, 2014

lebih mapannya penduduk pendatang dibidang ekonomi dan banyaknya penduduk pendatang beragama Islam yang mendominasi di Pemerintahan Kabupaten Poso membuat penduduk pribumi termarjinalkan ditanahnya sendiri, oleh karena itu dari hal ini jadi memunculkan sentiment etnis dan agama di Poso. Adanya isu sosial dan ekonomi antara penduduk pribumi dengan penduduk pendatang inilah yang kemudian di manfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk memperkeruh konflik Poso sehingga menjadi konflik bernuansa SARA.

Berdasarkan kaji banding buku di atas, terdapat persamaan, yaitu mengenai masalah politik yang muncul di Kabupaten Poso setelah diterapkannya Reformasi pada tahun 1998. Perbedaan terletak pada latar belakang bahwa peristiwa konflik Poso bukan hanya sekedar masalah isu politik akan tetapi permasalahan sosial-ekonomi antara penduduk pribumi (mayoritas beragama Kristen) terhadap penduduk pendatang (mayoritas beragama Islam) yang akhirnya oleh elit politik dijadikan kendaraan politik dengan membawa sentiment etnis dan agama, sehingga konflik yang terjadi sangat kental dengan nuansa SARA. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam masalah ini terdapat satu kesimpulan bahwa permasalahan konflik Poso awalnya adalah konflik antar elit politik yang sedang memperebutkan jabatan di Poso, kemudian ada juga permasalahan historis yang membuat konflik Poso terjadi secara berlarut-larut dan berkepanjangan melibatkan konflik bernuasa SARA di Poso, yaitu masalah sosial-ekonomi antara penduduk pribumi dengan penduduk pendatang yang berbeda agama dan etnisnya, sehingga rakyat yang sedang ditimpa permasalahan kecemburuan sosial-ekonomi ini dimanfaatkan oleh elit politik yang sedang berkonflik untuk dimobilisasi dan dihasut dengan isu konflik bernuansa SARA, agar yang muncul kepermukaan adalah masalah agama dan etnis.

3.3.3. Interpretasi

(30)

45

Igneus Alganih, 2014

tersebut memiliki keterhubungan satu dengan yang lainnya dan menjadi satu rangkaian peristiwa sejarah yang logis dan kronologis yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Pada proses interpretasi disini peneliti menggunakan ilmu bantu (interdispliner) dari ilmu sosiologi dan antropologi untuk memahami dan menganalisis kajian yang sedang diteliti guna pengkajian lebih mendalam dan komprehensif.

Satu proses interpretasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. Dari sumber yang ditemukan dan melalui proses kritik, peneliti menafsirkan beberapa hal yang menjadi faktor latar belakang terjadinya konflik Poso. Peristiwa konflik Poso pemicu awalnya dilatar belakangi karena adanya kecemburuan sosial, ekonomi dan politik antar etnis kesukuan beserta identitas agama yang dianutnya di wilayah Poso. Penduduk asli merasa termarjinalisasi dengan adanya penduduk pendatang yang datang melalui program transmigrasi pada tahun 1980-an. Para penduduk pendatang ini lebih mapan dalam perekonomian dibandingkan dengan penduduk pribumi dan kebetulan etnis orang-orang yang beragama islam mendapat keuntungan politik melalui basis ikatan patron yang berbasis kekeluargaan dengan garis politik yang beridentitaskan Islam melalui ICMI dan Partai GOLKAR.

(31)

Igneus Alganih, 2014

maka konflik yang terjadi semakin meluas dan besar sehingga melibatkan konflik agama dan antar etnis.

3.4. Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)

Langkah ini merupakan fase terakhir dalam metode sejarah. Dalam metode sejarah langkah ini dikenal dengan historiografi yang merupakan tahapan penulisan, pemaparan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abduhrahman, 2007: 76). Pada tahap ini, peneliti melakukan penulisan akhir dengan cara menyusun hasil dari ketiga tahapan sebelumnya, yaitu heuristik, kritik, dan interpretasi kedalam bentuk tulisan dengan menggunakan tata bahasa baku serta sesuai dengan kaidah kalimat EYD yang baik dan benar.

Laporan hasil penelitian ini ditulis dengan sistematika yang terdapat dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI Bandung. Adapun Struktur Organisasi penulisan skripsi sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (2013: 18-34) yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menguraikan tentang konflik sosial dan agama di Poso sehingga menarik untuk dikaji dan dilakukan penelitiannya. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan identifikasi dan perumusan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Akan dipaparkan pula tentang tujuan penelitian ini dan juga akan dipaparkan mengenai manfaat penelitian skripsi ini, selanjutnya dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis dan terakhir mengenai struktur organisasi skripsi yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teoritis, memaparkan mengenai teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan tema penelitian peneliti. Akan dijelaskan pula tentang penelitian-penelitian atau kajian-kajian yang sebelumnya pada buku yang telah membahas tentang konflik di Poso ini.

(32)

47

Igneus Alganih, 2014

heuristik atau pengumpulan sumber, kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau historiografi dan didukung pula dengan teknik penelitian dengan studi literatur.

Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai Poso dalam konflik tahun 1998-2001. Dalam bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama mendeskripsikan situasi kondisi di Poso sebelum tejadinya konflik pada tahun 1998, menganalisis faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya konflik di poso, memaparkan jalan terjadinya konflik Poso tahun 1998-2001, menganalisis peranan pemerintah dan tokoh masyarakat dalam proses penyelesaian konflik Poso dan terakhir mengungkapkan dampak konflik terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Poso pasca konflik.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, dalam bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan materi ajar sejarah di sekolah sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

(33)

Igneus Alganih, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Konflik Poso sebenarnya adalah konflik realistik yaitu, perebutan kekuasaan politik antar elit politik lokal di Poso yang kemudian massa dilibatkan dengan identitas agama dan etnis dengan tujuan untuk memobilisasi massa dalam memperoleh kekuasaan. Ketika konflik menyentuh ranah agama membuat pertikaian menjadi konflik non realistik bernuansa SARA dan menjadikan konflik terjadi berkepanjangan. Mudahnya massa termobilisasi dalam konflik komunal di Poso, dipengaruhi juga oleh permasalahan historis yang dimanfaatkan oleh elit politik lokal melalui isu berupa kecemburuan sosial-ekonomi dan sosial-politik antara penduduk pribumi yaitu etnis Pamona, Mori dan Lore (mayoritas beragama Kristen) yang merasa termarjinalkan terhadap kehadiran dari etnis Jawa, Bugis dan Makkasar (mayoritas beragama Islam). Penduduk pendatang ini yang menguasai perekonomian di Poso dan mendomininasi jabatan-jabatan politik di Pemerintahan Kabupaten Poso. Ketika ideologis agama dijadikan isu utama sebagai perekat kelompok membuat konflik yang awalnya berupa tawuran antar pemuda kemudian berubah menjadi perang saudara bernuasa SARA.

(34)

105

Igneus Alganih, 2014

2000 – Desember 2001, fenomena konflik telah mengarah pada perang saudara yang membuat eskalasi konflik semakin meluas ke wilayah lain di luar Kota Poso. Masing-masing kelompok yang bertikai semakin memperkuat struktur in group dan solidaritas kelompoknya melalui konflik berdasarkan isu agama dan etnisitas. Ketika sudah jelas mengenai siapa kawan dan lawan kedua komunitas agama saling berupaya untuk menghilangkan eksistensi lawannya dengan melakukan kekerasaan langsu terhadap siapa pun yang dianggap sebagi lawan. Bahkan pada perkembangan selanjutnya konflik menjadi semakin rumit setelah adanya keterlibatan dari pihak luar Poso yang memberikan dukungan bantuan dana, persenjataan dan dukungan milisi dari berbagai jaringan keagamaan dari luar Poso.

Dalam konflik Poso sebenarnya telah diupayakan usaha untuk mengakhiri

(35)

Igneus Alganih, 2014

senjata api dan amunisi di wilayah konflik yang tidak dapat dikontrol oleh aparat keamanan. Mencermati hal itu aparat keamanan harus lebih bertindak secara profesional dengan selalu menjaga komitmen dan netralitasnya untuk mewujudkan Poso yang aman dan damai.

Adapun upaya perdamaian yang sangat berpengaruh hasilnya dalam menghentikan konflik Poso adalah setelah turun tangannya pemerintah pusat melalui Menko Kesra Jusuf Kalla yang ditunjuk menjadi pemimpin mediator dalam upaya damai di Poso. Dalam upaya perdamaian di Poso ini pemerintah pusat berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi upaya perdamaian di Poso dan bukan penentu penyelesaian konflik, karena yang memegang kendali penyelesaian adalah masyarakat yang bertikai itu sendiri. peran dari tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat dan tokoh pemimpin masyarakat setempat sangatlah penting dalam menjalin perdamaian dan penyelesaian konflik. Karena berdasarkan inisiatif perdamaian yang berasal dari masyarakat sendirilah akan membuat upaya damai akan berlangsung efektif bagi penyelesaian konflik secara lebih mengakar. Kemudian para pemimpin elit sosial ini mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk memainkan peran dalam upaya menjaga perdamaian setelah Deklarasi Malino I, karena diharapkan melalui para tokoh elit sosial ini dapat memberikan pengarahan dan sosialisasi kepada komunitas kelompoknya agar selalu menjunjung tinggi perdamaian sesuai hasil kesepakatan damai dalam Deklarasi Malino I.

(36)

107

Igneus Alganih, 2014

dapat hidup damai berdampingan dengan antar etnis dan agama, kini yang membekas dalam kehidupan masyarakat hanyalah rasa kepedihan dan ketakutan. Beban trauma psikis ini membuat kerukunan dan toleransi antar umat beragama yang sempat terjalin kini telah hilang, masyarakat hidup dalam prasangka saling tidak percaya satu sama lain, padahal posisi mereka adalah sama sebagai korban akibat konflik. Oleh karena itu untuk memulihkan kerukunan antar masyarakat Poso diperlukan kerja sama dari pemerintah pusat, daerah dan segenap tokoh masyarakat untuk mengembalikkan kerukunan dan kedamaian di Poso. Selain itu diperlukan kesadaran dari berbagai pihak masyarakat Poso untuk berbesar hati saling menyadari kesalahannya dan saling memaafkan untuk menghapus luka lama, karena pada dasarnya mereka dapat hidup berdampingan dengan berbagai perbedaan agama dan etnis di Poso melalui semboyan Sintuwu Maroso yang berarti hidup bersama-sama dalam susah dan senang.

5.2 Rekomendasi

(37)

Igneus Alganih, 2014

Islam dan Kristen di Poso sebenarnya tidak dibenarkan karena masing-masing agama yang sesungguhnya mengajarkan untuk saling bertoleransi antar umat beragama. Hikmah adanya konflik Poso dapat dijadikan landasan untuk lebih menanamkan nilai-nilai nasionalisme,dan kebangsaan kepada para siswa untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan dari keanekaragaman bangsa serta agama yang di Indonesia, sehingga konflik perpecahan dapat dihindari dari awal. Adanya kebergaman yang terdiri dari suku bangsa dan agama bukan berarti memperlemah persatuan indonesia, akan tetapi dapat dijadikan alat dan keuntungan untuk mempersatukan keberagaman tersebut dalam konsep persatuan dan kesatuan Indonesia yang ber- Bhineka Tunggal Ika.

(38)

Igneus Alganih, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. ( 2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: AR- RUZZ Media.

Amidhan. et al. (2005). Poso, Kekerasaan yang Tak Kunjung Usai: Refleksi 7 Tahun Konflik Poso. Jakarta: Komnas HAM.

Aragon, L.V. (2007). “Persaingan Elit di Sulawesi Tengah”, dalam Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Awaludin, H. (2009). Perdamaian Ala JK: Poso Tenang, Ambon Damai. Jakarta: Grasindo.

Bruaharja, I. (2008). Konflik Poso dan Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial Budaya Pasca Konflik (Uji Kaji Ketahanan Wilayah Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah). Palu: Lembaga Pengkajian dan Kebijakan Hukum Publik.

Damanik, R. (2003). Tragedi Kemanusiaan Poso, Menggapai Surya Pagi Melalui Kegegelapan. Poso: PBHI LPSHAM.

Ecip, S. S. Waru, D. dan Kunandar, A. Y. (2002). Rusuh Poso Rujuk Malino. Jakarta: Cahaya Timur.

Gogali, L. (2009). Konflik Poso Suara Perempuan dan Anak Menuju Rekonsiliasi Ingatan. Yogyakarta: Galangpress.

Hasan. et al. (2004). Sejarah Poso. Yogya: Tiara Wacana.

Hasrullah. (2009). Dendam Konflik Poso. Jakarta: Gramedia.

(39)

110

Igneus Alganih, 2014

Karnavian, M.T. (2008). Indonesian Top Secret Membongkar Konflik Poso. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Klinken, G.v. (2007). Perang Kota Kecil: Kekerasaan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mangun, N. H. (2002). “Perempuan Tulang Punggung Ekonomi Keluarga Pasca Konflik (Kerusuhan) Poso”. Jurnal Perempuan. 24, 35-47.

Muin, H. A. (2008). Sumber-sumber Konflik di Poso dan Penanganannya Dalam Konflik Komunal: Studi Kasus Poso 1998-2007. Tesis Magister pada Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Intitut Teknologi Bandung: tidak diterbitkan.

Nasikun. (2012). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Poloma, M. M. (1994). Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, W. (2007). Menggapai Damai di Poso. Jakarta: CBM Press.

Sangiaji, A. (2003). “Pasukan terlatih dan perubahan Pola Kekerasaan di Poso”. Kompas (17 Oktober 2003).

Sangiaji, A. (2007). “Aparat Keamanan dan Kekerasaan Regional Poso”, dalam Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sarwono, S. R. (2005). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.

(40)

111

Igneus Alganih, 2014

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Surahman. (2007). Konflik Horisontal Dalam Penguasaan Sumber Daya Sosial: Studi Kasus di Poso Sulawesi Tengah. Disertasi Doktor pada FPS UNPAD Bandung: tidak diterbitkan.

Susan, N. (2010). Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Varma, S. P. (2001). Teori Politik Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahid, A.Y. dan Ihsan, B. (2004). SBY dan Resolusi Konflik: Langkah-langkah penyelesaian Konflik di Aceh, Atambua, Papua, Poso dan Sampit. Jakarta: Relawan Bangsa.

Wijaksana, M. B. (2002). “Reruntuhan Jiwa: Trauma Perempuan Poso”. Jurnal Perempuan. 24, 49-62.

Winarti, M. dan Puspitasari, R. (2012). “Pelajaran dari Kasus Konflik di Poso Sulawesi Tengah”, dalam Prosiding International Seminar Social Movement Historical Perpective. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Sumber Internet:

(41)

112

Igneus Alganih, 2014

BPS Kabupaten Poso.(2011). Kabupaten Poso dalam Angka 2011. [Online] Tersedia:

http://www.bapedda.posokab.go.id/data/Kabupaten%20Poso%20Dalam Angka%202011 DDA%202011.pdf. [Akses: 4 Oktober 2013].

BPS Sulawesi Tengah. (2011). Sulawesi Tengah dalam Angka 2010. [online]. Tersedia: http://www.BPS.go.id/download_file/.../72%20sulteng.PDF. [Akses: 28 April 2013].

Hendrajaya, L. et al. (2010). Ragam Konflik di Indonesia: Corak Dasar dan Resolusinya. [Online]. Tersedia: http://www.km.ristek.go.id. [Akses: 31 Mei 2013].

Http;//www.id.m.wikipedia.org/wiki/pemilihan-umum-legislatif-indonesia-1999. [Akses: 22 November 2013].

Http://www.indonesiamatters.com/images/poso-map.jpg&imgrefurl. [Akses: 20 Oktober 2013].

Http://www.indonesiapoint.com/gifs/sulawesi-island-map.jpg&imgrefurl. [Akses: 20 Oktober 2013].

Http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&dn=20070127203122. [Akses: 20 Januari 2014].

Http://www.klecam-klecem.blogspot.com/2010/10/hut-tni-di-palu- diramaikan atraksi.html. [Akses: 20 Januari 2014].

Http://www.mualaf-center.blogspot.com/2013/02/jangan-lupakan- tragedi- poso.html. [Akses 20 Januari 2014].

Http://www.news.liputan6.com/read/25397/ribuan-pengungsi- poso-bertahan-di-hutan. [Akses: 20 Januari 2014]

(42)

113

Igneus Alganih, 2014

Http://www.news.liputan6.com/read/25839/hasil-pertemuan-malino- diminta-ditindaklanjuti. [Akses: 20 Januari 2014]

Http://www.news.liputan6.com/read/98892/razia-senjata-api-di-poso. [Akses 20 Januari 2014]

Http://www.pemilu.asia/?opt=1&s=21&id=24. [Akses: 22 November 2013]

Http://www.rifansyah12.blogspot.com/2012/12/konflik-poso.html. [Akses: 20 Januari 2014]

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Current Asia and the Centre for Humanitarian Dialogue. (2011 ). Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso. [Online]. Tersedia: http://www.hdcentre.org. [Akses: 28 Januari 2013].

Mashad, D. dan Yustiningrum. E. (2006). Negara dan Masyarakat Dalam Resolusi Konflik Poso. [Online]. Tersedian: http: www//pustaka2.ristek.go.id//catalog…/6785.pdf. [Akses: 27 Desember 2013].

Najwan, J. (2009). Konflik antar Budaya dan antar Etnis di Indonesia serta Alternatif Penyelesainnya. Dalam Jurnal Hukum [Online], Vol Edisi

Khusus, 195-208. Tersedia:

http://www.law.uii.ac.id/…/5%20johni%20najwan.PDF. [Akses: 31 Mei 2013].

Obershall, A. 1978. Theories of Social Conflict. Dalam Annual Reviews Of Sosiology [Online]. Vol.4, 291-315. Tersedia: http://www.annualreviews.org. [Akses: 28 Januari 2013].

Pamuji, N. et al. (2008). Success Story Mekanisme Komunitas dalam Penanganan dan Pencegahan Konflik: Studi Kasus di Desa Wayame (Ambon) dan Desa

Tangkura (Poso). [Online]. Tersedia:

Referensi

Dokumen terkait

Partai kecil yang merasa tidak dapat bersaing karena syarat yang semakin ketat dan PT yang semakin tinggi akan bergabung dengan partai lain yang memilki potensi untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan di SD Negeri Kuningan 02 Semarang Utara sangat relevan karena dalam kegiatan pembiasaan

Menindaklanjuti apa yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah dimaksud, Pemerintah Kota Mataram melalui Badan Kepegawaian Daerah telah menetapkan jumlah pejabat

Penulis sudah membuat beberapa rancangan pengerjaan yang akan dilakukan pada kinerja kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran digital yaitu melakukan promosi dalam bentuk

Kasus perkawinan usia dini tertinggi di Indonesia adalah provinsi Jawa Timur. Jawa Timur dikenal dengan salah satu wilayah yang memegang teguh budaya yang sudah

Tahap kedua dari program ini adalah pelaksanaan seluruh program yang telah ditetapkan pada tahap pertama. Kegiatan konsultansi dan pendampingan pengelolaan BUMdes

penelitian lapangan Dari banyaknya penelitian yang telah membahas program BUMDes, maka penulis belum menemukan judul penelitian yang membahas tentang Peranan

[r]