SKRIPSI
Oleh:
ILZA ROSIDA
0834010262
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Oleh:
ILZA ROSIDA
0834010262
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN
METODE PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4
Disusun oleh :
ILZA ROSIDA 0834010262
Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang VI Tahun Akademik 2011 / 2012
Pembimbing
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN
METODE PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4
Disusun Oleh :
ILZA ROSIDA
0834010262
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 15 Juni 2012
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
ABSTRAK
Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting seiring dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin canggih. Untuk
memenuhi kebutuhan akan teknologi komunikasi data maka sudah semestinya
harus bijak dalam memilih ISP. Menggunakan dua ISP atau lebih dapat dijadikan
solusi untuk memenuhi kebutuhan internet. Load balancing merupakan salah satu
teknik routing yang dapat memanfaatkan beberapa ISP untuk dapat digunakan
secara bersamaan. Akan tetapi, ada berbagai metode pula yang dapat digunakan,
salah satunya adalah metode PCC.
Per Connection Clasifier (PCC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk
mengelompokan trafik koneksi yang melalui router menjadi beberapa kelompok.
Sehingga router akan mengingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik
koneksi dan pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi
awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama juga.
Dari hasil implementasi dapat diketahui bahwa load balancing menggunakan
metode PCC mendapatkan hasil optimal jika menggunakan bandwidth fix dari
ISP, akan tetapi jika menggunakan bandwidth share maka yang didapatkan dari
sisi client tidak optimal sesuai dengan yang diharapkan. Pada uji coba
menggunakan bandwidth share dari ISP Astinet dengan internet speed 6 Mbps,
sedangkan untuk ISP Lintas Arta mendapatkan internet speed 1 Mbps.
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan penulis
mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Komputer di Jurusan Teknik Informatika Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM dengan
judul “IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN METODE
PCC (PER CONNECTION CLASIFIER) PADA IPv4”. Penulis menyadari
bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah
sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tua saya, ibu yang banyak memberikan do’a, kasih sayang, cinta,
kesabaran sejak kami dalam kandungan serta bimbingan, dan semangat
sampai saya menjadi sekarang ini, terima kasih banyak untuk semuanya dan
terima kasih karena selalu menjadi orang tua dan teman yang baik buat saya.
Kepada Bapak yang selalu men-support saya agar selalu bersemangat dan
meraih cita-cita..
2. Prof.Dr.Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur
4. Ibu Dr.Ir. Ni Ketut Sari, MT Selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika. FTI,
UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Hudan Studiawan, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing, yang telah
memberi dukungan serta do’a buat aku.
8. Terima kasih untuk Herdy Satriaputra yang selalu memberiku motivasi, semangat dan kasih sayang kepadaku selama ini.
9. Terima kasih buat temanseperjuanganku Arif Zaidani, Resty Nindiarti dan semua teman-teman Teknik Informatika 2008.
10.Terima kasih untuk keluarga besar “SIMADA V 2012” khusus nya Dusun Semeng, kak Ardi, Heru, Agung, Bimbi dll terima kasih untuk support serta do’anya, masa indah saat SIMADA V di Semeng tak akan pernah terlupakan.
11.Serta orang-orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya.
Terimakasih atas bantuannya semoga Allah SWT yang membalas semua
kebaikan dan bantuan tersebut.
Demikianlah laporan ini disusun semoga bermanfaat, sekian dan terima
kasih.
Surabaya, 05 Juni 2012
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2.1.6 Mikrotik………... 14
BAB III: PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Perancangan Sistem………..………. 15
3.2 Komponen Hardware dan Software ……… 15
3.2.1 Perencanaan Topologi Jaringan Load Balancing ... 17
3.2.2 Diagram Alir Sistem Load Balancing………. … 19
3.2.3 Diagram Alir Sistem PCC………... 22
3.3 Perancangan Sistem dan Konfigurasi PCC….………….. 24
3.3.1 Perancangan Interface pada Router……….. 24
3.3.2 Perancangan Konfigurasi pada Router…….. …… 25
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Implementasi Load Balancing PCC .………….…..…… 26
4.2 Konfigurasi Mikrotik ……….……….………… 27
4.2.1 Konfigurasi Interface Mikrotik …….………….. 27
4.2.2 Konfigurasi Load Balancing PCC
pada Mikrotik……... ………….…..……… 30
4.3 Konfigurasi Komputer Client ………...………. 42
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
5.1 Uji coba Load Balancing menggunakan metode
PCC………. 50
5.1.1 Uji coba Koneksi ISP Astinet melalui
Komputer Client ………...….…… 51
5.1.2 Uji coba Koneksi ISP Lintas Arta melalui
komputer Client………..……... 52
5.1.3 Uji Coba Load Balancing saat Koneksi Astinet
Mati……….………. 53
5.1.4 Uji Coba Load Balancing saat koneksi Lintas
Arta Mati………... 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……… 64
5.2 Saran ……….……. 65
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting seiring dengan kemajuan
dan perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin canggih. Teknologi
komunikasi data yang berkembang dari waktu ke waktu sangat pesat. Oleh sebab
itu, diperlukan perancangan yang tepat dan handal dalam membangun kualitas
jaringan yang baik. Dalam lalu lintas suatu jaringan, server mempunyai peran
yang sangat penting. Salah satu solusi praktis dan tepat yang dapat diterapkan
untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan pendistribusian
beban kerja (load balancing).
menyeimbangkan beban atau muatan pada infrastuktur jaringan. Dalam sistem
load balancing, proses pembagian bebannya memiliki metode dan algoritma
tersendiri. PCC (Per Connection Classifier) merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk
mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi
Dengan munculnya berbagai metode yang digunakan pada load balancing
yang salah satunya adalah metode PCC. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini
akan di jelaskan tentang load balancing menggunakan metode PCC pada IPv4.
Diharapkan metode PCC ini dapat dijadikan solusi lain dalam penerapan
penggunaan metode pada load balancing.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara merancang sebuah jaringan komputer nirkabel dengan
memanfaatkan efisiensi bandwidth dan tidak ada pembebanan koneksi
pada salah satu provider.
2. Bagaimana cara menggabungkan dua koneksi dari provider yang
berbeda ke dalam satu jaringan yang utuh, menggunakan metode PCC
pada IPv4.
3. Bagaimana cara memeratakan beban ISP (Internet Service Provider)
kepada suatu ISP yang lain dengan load balancing pada metode PCC.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan batasan
masalah sebagai berikut:
1. Pengerjaan dilakukan hanya pada lingkungan jaringan komputer
2. Hanya mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC.
3. Mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC
menggunakan IPv4.
4. Hanya mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC
menggunakan 2 ISP.
5. Implementasi dilakukan di Gedung PUSKOM UPN “Veteran” JATIM.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Merancang jaringan yang stabil dan efisien dengan menerapkan sistem
penggabungan koneksi dengan load balancing.
2. Menyediakan layanan internet yang nyaman, stabil, cepat dan memiliki
kemananan yang lebih baik.
3. Mengetahui dan memahami load balancing pada metode PCC.
4. Memahami implementasi berjalannya load balancing pada metode PCC
dalam sebuah jaringan.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari implementasi load balancing ini antara lain adalah:
1. Mampu memeratakan beban ISP dengan membaginya dengan ISP yang
2. Dengan menggunakan PCC, penyebaran beban jaringan menjadi lebih
teratur dan juga stabil.
1.6 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan penelusuran dan pembelajaran terhadap
berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, tugas akhir,
referensi-referensi baik melalui perpustakaan maupun internet dan lain
sebagainya yang terkait dengan judul penelitian ini.
2. Analisis Kebutuhan
Menganalisis kebutuhan dengan cara seperti pengumpulan data, analisis
data, serta analisis kebutuhan hardware dan software. Tahapan ini
sangat penting untuk menunjang pada tahapan perancangan dan
pembuatan.
3. Perancangan dan Pembuatan
Pada tahap ini dilakukan pengerjaan konfigurasi, mulai dari
perancangan sampai pembuatan konfigurasi load balancing dengan
metode PCC pada Mikrotik dan juga konfigurasi IPv4 pada sisi user.
4. Uji Coba
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian load balancing dengan
Mikrotik pada jaringan komputer, untuk mendapatkan hasil sesuai yang
5. Dokumentasi
Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan tugas akhir untuk dijadikan
sebagai dokumentasi hasil penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan akan disajikan dalam
beberapa bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan tugas
akhir ini.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang teori-teori dan penjelasan yang
berkaitan dengan permasalahan dan penyelesaian masalah
dari laporan tugas akhir.
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN
Pada bab ini berisi tentang analisa dan perancangan sistem,
konfigurasi load balancing pada Mikrotik dengan metode
PCC dan konfigurasi IPv4 pada sisi user.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJ I COBA
Pada bab ini berisi tentang implementasi konfigurasi load
serta hasil uji coba load balancing yang telah dilakukan
user.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil
dari keseluruhan isi laporan tugas akir, dan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini dipaparkan tentang sumber-sumber literatur
2.1Dasar Teor i
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada
beberapa dasar teori yang akan dijelaskan sebagai berikut:
2.1.1 Nir kabel
Nirkabel adalah suatu komunikasi antar dua titik atau lebih dimana
gelombang elektromagnetik (bukan melewati kabel) membawa signal sebagian
atau seluruh bagian dari jalur komunikasi (Andi Mikro, 2011).
Beberapa contoh peralatan nirkabel adalah :
1. Telepon selular dan radio panggil (pager).
2. Global Positioning System (GPS).
3. Remote Control
4. Satellite Television
2.1.2 J ar ingan Nir kabel
Jaringan nirkabel merupakan sebuah LAN dimana transmisi data
(pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi
radio lewat udara, menyediakan sebagian besar keunggulan dan keuntungan
dari teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel. Muncul dan
pengeluaran yang lebih rendah menyangkut infrastruktur jaringan dan untuk
mendukung aplikasi jaringan bergerak dalam efisiensi proses, akurasi dan biaya
pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis. Solusi jaringan nirkabel dapat
jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel atau menyewa peralatan
komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial up. Beberapa perusahaan
bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk
penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan (Dian
Ardiansyah, 2003).
Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Jaringan Adhoc
Jaringan adhoc adalah komunikai antara dua device atau lebih yang dilakukan
secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point. Jaringan
adhoc juga dikenal dengan jaringan peer-to-peer. Pada jaringan adhoc, setiap
client bisa mengakses resource dari client lain, bukan ke server pusat.
Gambar 2.1 Jaringan Ad – Hoc
2. Jaringan Infrastruktur
Jaringan Infrastruktur adalah komunikasi antara dua device atau lebih yang
adanya access point, maka wilayah akses bisa menjadi semakin luas. Pada
jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat.
Gambar 2.2 Jaringan Infrastruktur
2.1.3 Load Balancing
Load balancing merupakan suatu teknik pendistribusian beban trafik pada
dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan secara
optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan
menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing bukanlah
menambah besar bandwidth yang kita peroleh, akan tetapi hanya bertugas
membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara
seimbang (Onno W purbo, 2008).
Banyak cara dan pilihan untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi
dengan sistem load balancing. Cara kerja dan prosesnya pun berbeda-beda satu
dengan yang lainnya. Namun, cara yang paling umum dan banyak digunakan
adalah dengan mengandalkan konsep Virtual server atau Virtual IP. Dalam sistem
load balancing, proses pembagian bebannya memiliki teknik dan algoritma
bermacam-macam algoritma pembagian beban ini. Sebenarnya ada satu cara
mudah untuk mencapainya dengan menggunakan yang namanya balance.
Beberapa keuntungan dari penerapan load balancing antara lain:
1. Scalability
Ketika beban sistem meningkat, kita dapat melakukan perubahan terhadap
sistem agar dapat mengatasi beban sesuai dengan kebutuhan.
2. High Availability
Load balancer secara terus-menerus melakukan pemantauan terhadap server.
Jika terdapat server yang mati, maka load balancer akan menghentikan
request ke server tersebut dan mengalihkannya ke server yang lain.
3. Manageability
Mudah ditata meskipun secara fisik sistem sangat besar.
4. Security
Untuk semua trafik yang melewati load balancer, aturan keamanan dapat
diimplementasikan dengan mudah. Dengan private network digunakan untuk
server, alamat IP nya tidak akan diakses secara langsung dari luar sistem.
Pada tugas akhir ini akan dibahas penerapan load balancing dengan
metode PCC. Untuk membuat load balancing menggunakan metode PCC kita
membutuhkan 2 buah koneksi internet atau lebih dan sebuah Mikrotik yang
bertindak sebagai pengatur load balancing dan juga sebuah komputer atau laptop
Gambar 2.3 Skenario Topologi
bandwidth tersebut. Hal ini perlu diperjelas terlebih dahulu, bahwa load balance
tidak akan menambah besar bandwidth yang diperoleh, tetapi hanya bertugas
untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara
seimbang.
Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik koneksi yang melalui router
menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan
src-address, dst-address, src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat jalur
gateway yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket
selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan pada
lalulintas ke aliran yang sama dengan kemampuan untuk menyimpan paket-paket
dengan pilihan yang spesifik dalam satu aliran tertentu.
Kelebihan dari PCC ini menjawab banyaknya keluhan sering putusnya
koneksi pada teknik load balancing lainnya sebelum adanya PCC karena
perpindahan gateway.(Mikrotik, 2012).
2.1.5 IPv4
Dalam dunia komunikasi data komputer, protokol mengatur bagaimana
sebuah komputer berkomunikasi dengan komputer lain. Dalam jaringan komputer
terdapat berbagai macam protokol yang dapat digunakan tetapi agar dua buah
komputer dapat berkomunikasi, keduanya perlu menggunakan protokol yang
sama. Protokol berfungsi mirip dengan bahasa dan agar dapat berkomunikasi
harus berbicara dan mengerti bahasa yang sama (Aulia K. Arif & Onno W. Purbo,
2011).
IP (Internet Protocol) adalah protokol yang mengatur komunikasi data
komputer di internet. Komputer-komputer yang terhubung ke internet
berkomunikasi dengan protokol ini. Pada saat ini protokol jaringan yang
digunakan adalah IPv4, dimana kelemahan utamanya untuk saat ini adalah jumlah
alokasi alamat yang sedikit yaitu sejumlah 232(= 3,4x1038). Oleh karena itu saat ini
juga telah dikembangkn standar baru yaitu Internet Protocol version 6 (IPv6)
yang mampu mengakomodasi pengalamatan hingga sejumlah 2128 (=3,14x1038)
Dalam jaringan komputer, pengalamatan IP merupakan hal yang sangat
penting karena pengalamatan ini merupakan pengidentifikasian suatu komputer
pada jaringan sehingga memiliki identitas yang unik. Dengan adanya IP address
dapat diketahui sumber ataupun tujuan dari pengiriman paket. IPv4 menggunakan
notasi biner yang memiliki panjang 32 bit.
Pada dasarnya, arsitektur IPv4 menganut konsep classful addressing, yaitu
pembagian ruang alokasi alamat ke dalam 5 kelas (50% A, 25% B, 12.5% C,
6.25% D, dan 6.25% E). Bila direpresentasikan dengan notasi desimal, pembagian
kelas ini dapat dilihat dari byte/oktet pertama seperti pada table 2.1.
Tabel 2.1 Pembagian kelas IP
kelas A, B dan C, sedangkan alamat kelas D biasanya digunakan untuk keperluan
multicasting dan kelas E untuk keperluan experimental. Pada IPv4 dikenal juga
istilah subnet mask yaitu angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan
network ID dan host ID.
J enis-jenis Alamat IPv4
1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah
antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork IP. Alamat
unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
2. Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh
setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast
digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.
3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh
satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda.
Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.
2.1.6 Mikr otik
MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang
handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan
wireless. Berbagai pengembangan telah dilakukan hingga saat ini tersedia
perangkat lunak sistem operasi router versi 2 yang menjamin kestabilan, kontrol,
dan fleksibilitas pada berbagai media antar muka dan sistem routing dengan
menggunakan komputer standart sebagai hardware. Perangkat lunak ini
mendukung berbagai aplikasi ISP, mulai dari RADIUS modem pool, hingga
backbone circuit dengan DS3. MikroTik RouterOS™ merupakan salah satu
produk perangkat lunak yang dikeluarkan oleh MikroTik yang berkantor pusat di
Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully
3.1. Per encanaan Sistem
Perancangan ini bertujuan untuk memberi gambaran sistem load
balancing PCC dengan menggunakan diagram alir beserta pengaturan sistem,
device dan routing yang diatur sesuai dengan kebutuhan. Dengan perancangan
ini diharapkan sistem dapat lebih mudah dibaca, untuk itu perlu persiapan
software dan hardware yang akan digunakan dalam perancangan sistem ini.
3.2. Komponen hardware dan software
Pada perancangan implementasi ini software dan hardware yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan 1 buah router.
Mikrotik tipe RB751U-2HND, dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Architecture: MIPS-BE
2. CPU: AR7241 400MHz
3. Main Storage/NAND: 64MB
4. RAM: 32MB
5. LAN: Ports5
6. Wireless Standarts: 802.11 b/g/n
7. Wireless Tx Power: 30dbm
9. Antenna Gain: 2 x 2,5dBi
10.USB: 1
11.Power Jack: 8-30V
12.Dimentions: 113x138x29mm
13.Operating System: RouterOS
14.Temperature Range: -20C .. +50C
15.RouterOS License: Level 4
2. Kabel UTP (Unshielded twisted-pair)
Merupakan kabel jaringan komputer. Penggunaannya maksimal 100 meter
dan jika lebih harus dipasang repeater (penguat sinyal data). Pengurutan
warna kabel UTP dibedakan menjadi dua macam, yaitu model straight dan
crossover. Model straight digunakan untuk hubungan PC ke Hub dan
model crossover digunakan untuk menghubungkan PC ke PC. Untuk
menghubungkan switch ke router di sini menggunakan kabel UTP tipe
crossover sebanyak 2 buah.
3. Switch
Merupakan suatu perangkat jaringan yang menyaring dan melewatkan
paket yang ada di sebuah LAN dan pada implementasi ini digunakan 1
buah switch. Switch pada implementasi tugas akhir ini digunakan untuk
memisahkan 2 ISP yang telah menjadi satu. Dengan spesifikasi: Switch
4. WinBox
Merupakan sebuah utility yang digunakan untuk melakukan akses secara
remote ke mikrotik dalam mode GUI. Pada implementasi ini WinBox
digunakan untuk setting load balancing PCC pada mikrotik. WinBox
dapat berjalan pada sistem operasi windows, linux dan MAC. Aplikasi ini
dapat di unduh pada IP default mikrotik di 192.168.88.1 ketika membuka
browser, kemudian pilih menu download untuk mengunduh WinBox.
Untuk pengguna linux WinBox memerlukan Wine yang berfungsi sebagai
mesin virtual windows agar WinBox dapat berjalan di linux,
5. USB Flashdisk 4GB
USB flashdisk merupakan alat data memori flash tipe NAND yang
memiliki alat penghubung USB yang terintegrasi. USB flashdisk di sini di
gunakan sebagai media penyimpanan web proxy cache mikrotik. Karena
media penyimpanan mikrotik yang terbatas sekitar 64 MB, maka
dibutuhkan media penyimpanan atau storage tambahan.
3.2.1. Per encanaan Topologi J ar ingan Load Balancing
Agar penerapan proses load balancing ini dapat berjalan serta mudah
untuk dipahami, oleh karena itu diperlukan adanya gambaran topologi yang
Gambar 3.1 Rancangan topologi jaringan
Gambar 3.1 merupakan rancangan topologi jaringan, dari rancangan tersebut
diharapkan alur proses dari load balancing PCC secara infrastruktur dapat
tergambar dengan jelas. Ether 1 merupakan IP dari Astinet dan ether 2 merupakan
IP dari Lintas Arta. Agar user dapat terkoneksi dengan internet maka user
menggunakan gateway wireless 10.10.10.1 dan range IP yang dapat digunakan
3.2.2. Diagram Alir Sistem Load Balancing
Secara umum sistem load balancing ini dapat dijelaskan melalui gambar diagram
alir berikut:
Gambar 3.2 menjelaskan tentang konfigurasi sistem load balancing
menggunakan PCC meliputi:
1. Pada langkah pertama di awali dengan setting interface yang meliputi add
ether 1, add ether 2 dan add wlan, dapat dilihat pada Gambar 3.3 setting
interface. Ethernet 1 ini adalah interface ISP Astinet, Ethernet 2 adalah
interface ISP Lintas Arta dan wlan adalah wireless yang berfungsi sebagai
penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan internet. Seperti
pada Gambar 3.3 di bawah ini:
Gambar 3.3 Setting interface
2. Selanjutnya, pada tahapan ini terdapat percabangan penentuan DNS, jika
percabangan menuju perintah “Y” maka akan dilanjutkan ke setting
mangle. Jika “N” maka akan dilanjutkan ke settingroute terlebih dahulu.
3. Setelah itu adalah setting route, setting route digunakan untuk meneruskan
trafik yang tidak terhubung, sehingga dapat dilakukan dengan cek
gateway.
4. Langkah selanjutnya adalah cek gateway. Cek gateway ini digunakan jika
5. Setting interface wireless digunakan sebagai pengaturan agar PC dapat
terhubung dengan wireless yang kemudian dilanjutkan dengan setting
firewall NAT. Seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 di bawah ini:
Gambar 3.4Setting interface wireless
6. Setting firewall NAT berguna agar PC dapat terhubung dengan internet.
7. Kemudian dilakukan tes koneksi apakah PC terkoneksi dengan internet
atau tidak, jika “Y” maka dilanjutkan ke web proxy, jika tidak maka akan
kembali ke setting interface.
8. Webproxy ini digunakan sebagai media tambahan untuk penyimpan cache.
9. Setting mangle digunakan untuk menandai paket sebagai identitas paket
tersebut, setting mangle ini digunakan untuk menandai trafik.
10.Setting routing backup digunakan untuk membackup routing yang sudah
ada sebelumnya jadi apabila sebuah gateway terputus, maka semua
3.2.3. Diagr am alir sistem PCC
Secara khusus sistem load balancing PCC ini dapat dijelaskan melalui gambar
diagram alir pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Diagram alir sistem PCC
1. Proses koneksi, digunakan untuk menghubungkan ke koneksi yang ada,
yaitu koneksi dari Astinet dan Lintas Arta.
2. Kemudian user melakukan request web yang diinginkan
3. Route digunakan agar router meneruskan semua trafik yang tidak
terhubung padanya ke gateway yang terhubung.
4. Setelah melalui route kemudian dilakukan pengecekan pada gateway 1,
apakah gateway 1 sedang sibuk atau tidak, jika gateway 1 tidak sibuk
maka trafik akan diarahkan menuju gateway 1. Jika user melakukan req
web baru maka dari route akan dilakukan cek gateway terhadap gateway 1
terlebih dahulu, jika diketahui gateway 1 sedang melayani trafik maka
akan di alihkan menuju gateway 2.
5. Pada gateway 2 akan dilakukan pengecekan gateway kembali, jika tidak
sibuk atau “N” maka akan di lanjutkan ke pengelompokan trafik, jika “Y”
maka kembali ke route dan kembali dilakukan cek gateway.
6. Pengelompokan trafik ini digunakan untuk mengingat jalur gateway yang
dilewati di awal trafik koneksi.
7. Routing backup berguna untuk membackup routing yang telah dibuat
sebelumnya. Cek gateway terhubung berguna apabila sebuah gateway
terputus maka semua koneksi akan melewati gateway yang masih
terhubung.
3.3. Per ancangan Sistem dan Konfigur asi PCC
Agar implementasi load balancing PCC ini dapat berjalan dan dipahami
dengan baik, maka diperlukan adanya suatu gambaran tentang perancangan
dan proses yang jelas. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan pada
setiap komponen sebelum melakukan konfigurasi:
1. Menghubungkan switch dengan router menggunakan kabel UTP tipe
crossover.
2. Memastikan apakah semua interface yang terhubung pada router telah
terdeteksi dan berjalan dengan baik.
3. Memberi nama pada setiap interface yang telah terhubung pada router.
Pengaturan di atas dibuat bertujuan agar router yang akan menjalankan
metode PCC haruslah memiliki identitas pada dirinya. Syarat untuk
menjalankan PCC adalah sudah terkonfigurasi pada router. Jika pengaturan
pada router telah selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah melakukan
perancangan sistem interface pada router.
3.3.1. Per ancangan Interface pada Router
Pada Tabel 3.1 ini akan dijelaskan tentang interface yang terhubung oleh
router.
Tabel 3.1 Tabel perancangan sistem interface
ISP 1 (Astinet) ISP 2 (Lintas Arta) Wlan
IP Addres 222.124.28.182/27 123.321.254.132/29 10.10.10.1
Default gateway
Pada implementasi load balancing PCC ini menggunakan default gateway dari
ISP 1 yaitu (Astinet) 222.124.28.161.
3.3.2. Per ancangan Konfigurasi pada Router
Dalam perancangan ini akan dilakukan konfigurasi terhadap semua
interface yang terhubung oleh router, yaitu ISP 1, ISP 2, dan Wlan. Router ini
memiliki 3 network interface yaitu ether1, ether2, wlan1. Selanjutnya
pemberian alamat IP dari ke-3 interface tersebut, pemberian alamat IP ini
bertujuan untuk mempermudah pemahaman penulis dan pembaca. Berikut
adalah pemberian alamat IP pada masing-masing interface:
Gambar 3.6 Pemberian alamat IP ketiga interface pada router
add address=222.124.28.182/27 interface=ether1
add address=123.321.254.132/29 interface=ether2
4.1. Implementasi Load Balancing PCC
Dengan memafaatkan 2 jalur ISP yang berbeda, pada proses implementasi
ini akan dijelaskan beberapa tahapan konfigurasi load balancing dengan
menggunakan metode PCC yang sebelumnya sudah disinggung pada Bab III.
ASTINET LINTAS ARTA
Gambar 4.1 Infrastruktur implementasi load balancing PCC.
Pada Gambar 4.1 dapat di lihat ada satu buah router, satu buah switch yang
digunakan sebagai pemisah kabel dari dua ISP yang telah tersambung jadi satu
mengarahkan paket-paket yang datang dari internet menuju ke jaringan lokal dan
dapat diterima atau diteruskan pada client yang berada pada jaringan wireless.
4.2. Konfigurasi Mikr otik
Agar router dapat menjalankan fungsi load balancing PCC, maka ada
beberapa konfigurasi yang harus dilakukan. Pertama adalah konfigurasi interface
pada tiap ethernet dan yang kedua adalah konfigurasi router, agar router dapat
menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara jaringan global dengan lokal.
Konfigurasi yang harus dilakukan selanjutnya adalah konfigurasi load balancing
PCC pada router.
4.2.1. Konfigurasi Interface pada Mikr otik
Pada tahapan ini konfigurasi dilakukan dengan memberikan alamat IP
address dan pengalamatan interface yang telah terhubung pada router.
Konfigurasinya adalalah sebagai berikut:
Hasil konfigurasi interface pada router. Dengan menggunakan perintah:
/ip address print /ip address
Maka akan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 4.2 Pemberian alamat IP ketiga interface pada router
Gambar 4.2 merupakan hasil dari pemberian alamat IP pada interface router
mikrotik yang sesuai dengan Gambar 4.1 tentang implementasi load balancing
PCC, pada implementasi ini terdapat dua buah ISP berbeda yang terhubung
dahulu dengan switch yang kemudian baru terhubung dengan mikrotik. Fungsi
dari switch adalah membagi kembali jalur ISP menjadi 2 jalur yang sebelumnya
dari 2 ISP yang ada terhubung dalam 1 kabel. Pada ether1 switch terhubung
dengan 2 ISP yang terdapat dalam 1 kabel, pada ether2 switch terhubung denga
ether1 pada router, sedangkan ether3 switch terhubung dengan ether2 pada router.
Pada router terdapat tiga buah interface yaitu ether1, ether2 dan wlan1, dimana
ether1 terhubung dengan koneksi Astinet, ether2 terhubung dengan koneksi Lintas
Arta dan wlan sebagai penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan
Gambar 4.3 Ping IP address koneksi Astinet
Dari Gambar 4.3 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada
router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Astinet menunjukkan bahwa ISP
terkoneksi.
Gambar 4.4 Ping IP address koneksi Lintas Arta
Dari Gambar 4.4 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada
router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Lintas Arta menunjukkan bahwa
Gambar 4.5 Ping IP address koneksi wlan
Dari Gambar 4.5 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada
router dan menunjukkan hasil ping dari wireless menunjukkan bahwa terkoneksi
dan siap untuk digunakan.
Dari uji coba awal untuk interface dari ISP dan wireless menunjukan bahwa
konfigurasi awal telah siap untuk digunakan.
4.2.2. Konfigurasi Load Balancing PCC pada Mik rotik
Pada konfigurasi load balancing PCC langkah awal yang harus dilakukan
adalah konfigurasi IP DNS dan route pada mikrotik. Konfigurasi dilakukan
dengan memberikan perintah pada mikrotik melalui terminal dan dapat juga
melalui setting manual pada mikrotik. Berikut adalah hasil dari konfigurasi IP
Pada setting DNS “primary-dns” merupakan DNS dari Astinet dan sebagai
DNS utama, “secondary-dns” merupakan DNS dari Lintas Arta dan sebagai
DNS kedua.
Setelah konfigurasi IP dan DNS selanjutnya harus memasangkan default
route ke masing-masing IP gateway ISP agar route meneruskan trafik yang tidak
terhubung pada gateway tersebut. Oleh karena itu digunakan fitur check-gateway
yang berfungsi untuk mengecek jika salah satu gateway putus, maka koneksi akan
dibelokkan ke gateway lainnya yang masih on. Berikut adalah hasil dari
konfigurasi IP route dan fitur check gateway:
Konfogurasi diatas menunjukkan agar router meneruskan semua trafik yang tidak
terhubung pada router ke gateway tersebut, sehingga konfigurasi di atas
merupakan hasil dari konfigurasi load balancing, yang mana dengan
membelokkan trafik pada saat salah satu koneksi isp sedang sibuk atau pun mati
maka koneksi dapat berpindah ke gateway lain.
dst-address=0.0.0.0/0 merupakan IP network atau IP host yang akan
dituju, mengarahkan paket ke network address yang tidak ada dalam routing
table, 222.124.28.161 yaitu gateway dari ISP Astinet dan 123.231.254.129 Lintas
Arta. Selain itu IP route digunakan juga untuk melihat routing table.
Selanjutnya adalah konfigurasi untuk pengaturan acces point . Agar pc
client dapat terhubung dengan wireless, maka dengan menggunakan perintah
/interface wireless print maka dapat diketahui settingan interface
pada wireless telah dibuat.
Gambar 4.8Interfacewireless print
Perintah mode=ap-bridge merupakan mode yang digunakan adalah acces
point bridge pada mikrotik untuk access point, band=2.4ghz-b/g merupakan
frekuensi operasi dari acces point dan ssid=mikrotik merupakan nama dari
wireless yang akan di terima oleh client ketika client mengaktifkan wireless yang
dimiliki. Dan berikan secutiy profile agar sebelum menggunakan acces point,
client diminta memasukan password untuk masuk ke dalam jaringan.
Setelah konfigurasi interface wireless, langkah selanjutnya adalah
komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP. Banyaknya
penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas,
kebutuhan akan keamanan (security) dan kemudahan serta fleksibilitas dalam
administrasi jaringan.
Dengan NAT, gateway yang dijalankan di salah satu komputer, satu
alamat IP tersebut dapat dishare dengan beberapa komputer yang lain dan dapat
digunakan untuk melakukan koneksi ke internet secara bersamaan. Langkah ini
berguna agar pc dapat terkoneksi dengan internet, selain itu juga merubah IP
privatclient ke IP public yaitu ether1 dan ether2.
Gambar 4.9IP firewall nat print
out-interface=ether1 merupakan ether yang langsung terhubung
langsung ke internet atau ke public. Dari Gambar 4.9 di atas juga mengalihkan
port ke port 8080 yang merupakan port dari USB, yang port tujuan awalnya 80
yang merupakan portacces point. Untuk lebih jelasnya mengenai web proxy akan
dijelaskan di bawah ini.
Pada implementasi load balancing PCC ini juga menggunakan web proxy
internal, Salah satu fungsi web proxy adalah untuk menyimpan cache. Sebagai
internet, maka yang dilakukan oleh browser ketika user mengakses sebuah trafik
web maka mengambil request tersebut pada proxy server. Sedangkan jika data
belum terdapat di proxy server maka proxy mengambilkan langsung dari web
server. Selanjutnya request tersebut disimpan di cacheproxy. Jadi jika ada client
yang melakukan request ke trafik yang sama, maka akan diambilkan dari cache
tersebut. Ini akan membuat akses ke internet lebih cepat. Oleh karena itu
digunakan storage tambahan berupa usb flasdisk yang dipasangkan pada slot usb
yang terdapat pada mikrotik.
Perintah di atas berfungsi untuk fomat USB, agar USB dapat terdeteksi sebagai
media penyimpanan tambahan.
Perintah di atas berfungsi untuk mengaktifkan USB sebagai media penyimpanan
cache web proxy.
Perintah di atas berfungsi sebagai media penyimpanan dengan kapasitas 2GB dan
Berfungsi untuk mengarahkan web proxy dari dst-port 80 yang berasal dari
wireless, kemudian diarahkan ke port 8080.
Gambar 4.10Storageprint
Untuk setting PCC itu sendiri meliputi, setting mangle, DNS dan web proxy,
penjelasan lebih dalam akan dijelaskan sebagai berikut.
Arti kata dari mangle itu sendiri adalah sebagai penanda paket dengan suatu tanda
khusus sebagai identitas paket tersebut. Jadi setting mangle pada PCC ini
digunakan untuk mengelompokkan trafik koneksi yang melalui router menjadi
beberapa kelompok. Pada proses mangle ini tidak terjadi perubahan apa pun pada
paket atau data yang akan kita kirimkan, akan tapi pada proses ini paket hanya di
berikan tanda. Pengelompokan pada PPC berdasarkan src-address, src-port,
dst-address dan dst-port. Sehingga router akan mengingat jalur gateway yang dilewati
di awal trafik koneksi, sewaktu user tersebut browsing pada saat pertama kali.
Sehingga pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awal
akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama.
- src-address atausource-address adalah port client yang akan menghubungkan
koneksi dengan server atau sebaliknya.
/ip firewall nat
add chain=dstnat protocol=tcp dst-port=80
- src-port atausource-port adalah port yang digunakan untuk membalas paket ke
host yang melakukan request, sehingga host tujuan akan memberikan paket
balasan ke servis yang tepat.
- dst-address atau destination address adalah port yang akan dituju oleh client
dalam internetworking atau sebaliknya.
- dst-port atau destination port adalah port yang akan dituju dalam sebuah
koneksi, berkaitan dengan servis yang tersedia pada host tujuan. Port-port
servis atau layanan standar yang dalam komunikasi menggunakan protokol
TCP/IP di dalam TCP header didefinisikan sebagai destination port.
Pada load balancing menggunakan PCC ini mengelompokan trafik koneksi yang
melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok. Hasil dari
konfigurasi mangle pada router adalah sebagai berikut:
Gambar 4.11IP firewall address listprint
Untuk mencegah terjadi nya loop routing pada trafik, maka semua trafik yang
menuju network yang terhubung lansung dengan router, maka harus dilakukan
bypass dari load balancing terlebih dahulu. Kemudian membuat daftar IP yang
Gambar 4.12 IP firewall mangle print
Pada gambar 4.12 dengan menggunakan perintah /ip firewall mangle
print maka akan diketahui pemasangan mangle untuk pertama kali.
Gambar 4.13 Interfacemark connection
Gambar 4.13 di atas menjelaskan mark-connection untuk menandai trafik, agar
trafik baliknya bias melewati interface dimana trafik itu masuk. Penandaan pada
trafik yang masuk pada ether1 yaitu Astinet dan ether2 yaitu trafik dari Lintas
Arta. Mark connection merupakan penanda trafik, pada implementasi ini mark
connection digunakan untuk menandai trafik, agar trafik balik saat request bisa
melewati interface dimana trafik itu masuk pada saat pertama kali.
DNS merupakan sebuah sistem yang menyimpan informasi tentang nama
host maupun nama domain dalam bentuk basis data tersebar (distributed
database) di dalam jaringan komputer. Pada umumnya sebuah ISP akan
menggunakan DNS dari salah satu ISP, maka harus menambahkan mangle pada
salah satu ISP.
Gambar 4.14IP firewall mangle DNS print
Gambar 4.14 di atas menjelaskan agar trafik DNS melalui gateway ISP dari
Astinet 222.124.28.161 dan bukan melalui gateway ISP Lintas Arta. Sehingga
yang diberikan tanda adalah gateway dari ISP 1 (Astinet), port=53
dst-port merupakan port tujuan DNS dan 53 merupakan standart port untuk DNS.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa router menggunkan web proxy, oleh
karena itu perlu adanya load balance 2 buah jenis trafik.
Gambar 4.15IP firewall mangle webproxy print
Gambar 4.15 menjelaskan load balance 2 jenis trafik atau memeratakan
trafik yang menuju internet dan menuju web proxy, yang pertama adalah load
balance jenis trafik dari client menuju internet, yang kedua adalah load balance
trafik dari web proxy menuju internet. chain berguna untuk mengatur akses keluar,
setelah custom chain dibuat pada load balancing seperti di atas,
selanjutnya memberikan mangle pada custom chain.
Gambar 4.16 IP firewall mangle load balancing client
Pada mangle yang telah disebutkan di atas, untuk trafik load balanceclient
pastikan parameter in-interface adalah interface yang terhubung dengan client.
Untuk trafik load balance web proxy, yang menggunakan chain output dengan
parameter out-interface yang bukan terhubung ke interface client. Setelah custom
chain untuk load balancing client dibuat, selanjutnya bisa membuat mangle di
custom chain untuk load balancingproxy tersebut sebagai berikut.
Pada load balancing client dan web proxy menggunakan parameter
pemisah PCC yang sama, yaitu both-address, sehingga router akan mengingat
berdasarkan src-address dan dst-address dari sebuah koneksi. Jika masing-masing
trafik dari client dan proxy telah ditandai, langkah berikutnya membuat mangle
mark-route yang akan digunakan dalam proses routing. Pada
per-connection-classifier disebutkan both-address: 3/0, 3/1, 3/2 yang
dimaksud dengan angka 3 adalah jumlah load balance mangle yang dibuat,
sedangkan 0 adalah urutan antrian.
Trafik ISP yang digunakan pada implementasi ini berbeda yaitu (6Mbps
dan 1Mbps), dan untuk bandwidth 6Mbps yang didapat merupakan bandwidth
share bukan bandwidth fix. Jika masing-masing trafik dari client dan proxy sudah
ditandai, berikutnya adalah membuat mangle mark-route yang akan digunakan
dalam proses routing nantinya.
Gambar 4.18 Mangle mark route client
Pada Gambar 4.18 merupakan mangle mark route yang digunakan dalam proses
Gambar 4.19 Mangle mark route proxy
Pada Gambar 4.19 dan Gambar 4.19 merupakan manglemark route yang terdapat
dalam kesatuan rule yang digunakan dalam proses routing,
Gambar 4.20 Routing backup
Routing backup di sini dugunakan apabila sebuah gateway terputus, maka
semua koneksi akan melewati gateway yang masih terhubung. Routing backup
dengan dst-address = 0.0.0.0/0 merupakan setting default sedangkan
gateway di isikan dengan gateway dari ISP 1 dan ISP 2. Penambahan routing
backup berdasarkan mark-route ketika salah satu gateway terputus maka koneksi
akan mencari gateway yang masih terhubung.
Pada routing backup dapat di ketahui IP address 10.10.10.1 yang
123.231.254.132 merupakan IP dari ISP Lintas Arta yang menuju pada port
ether2, dan IP 222.124.28.182 merupakan IP dari ISP Astinet yang menuju pada
port ether1.
4.3. Konfigurasi Komputer Client
Konfigurasi komputer client ini diawali dengan melakukan pengaturan
interface yang disediakan, di sini komputer client akan terhubung melalui
interface wlan1 yang telah terpasang pada router, interface ini memang dibuat
khusus sebagai penghubung antara jaringan global dengan jaringan lokal.
Gambar 4.21 Konfigurasi wlan properties
pilihan pada hardware langkah selanjutnya pemilihan jenis internet protocol yang
akan digunakan pada uji coba ini di gunakan IPv4.
Internet protokol versi 4 merupakan IP standar yang umum digunakan, pada
pemilihan IPv4 dan dibawah menu terdapat menu properties yang digunakan
untuk client melakukan setting IP address. Di dalam nya terdapat untuk settingan
IP address dan DNS address. Untuk IP address di isi dengan IP range wireless
10.10.10.2 sampai dengan 254 dan subnet mask di isi kan 255.255.255.0. dan
pengisian default gateway di isi dengan gateway dari IP wireless 10.10.10.1.
Gambar 4.22 Konfigurasi IP client
Gambar 4.21, 4.22 merupakan pengaturan IP address komputer client yang akan
terhubung dengan wlan1 dari router. Sedangkan untuk penggunaan DNS pada
sisi client dapat diisikan atau tidak, namun jika client ingin menggunakan DNS
dapat diisikan dengan DNS dari google yakni preferred DNS: 8.8.8.8 dan
Untuk memastikan bahwa koneksi terhubung dengan baik atau tidak, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian. Pengujian dilakukan dengan
cara mengirimkan paket dengan cara melakukan “ping”.
Gambar 4.23 Ping dari client ke-wlan1 pada router
Pada Gambar 4.23 menunjukkan bahwa pengiriman paket telah berhasil,
keberhasilan itu dapat dilihat dari pengiriman paket dengan cara melakukan
“ping” ke IP address wlan1 10.10.10.1 dan komputer client dapat dipastikan telah
terhubung dengan wlan1 pada router, karena posisi dari router disini adalah
sebagai gateway, maka client diharuskan terhubung dengan router tersebut jika
ingin terhubung dengan internet.
Setelah dapat dipastikan bahwa komputer client dapat terhubung dengan
gateway router, maka langkah berikutnya adalah uji coba dan memastikan apakah
komputer client juga terhubung dengan ke-2 interface yang terhubung dengan
jalur koneksi internet yang tersedia, dalam hal ini Astinet dan Lintas Arta. Uji
coba dilakukan dengan cara mengirimkan paket dengan cara melakukan “ping” ke
Gambar 4.24 Ping ke IPaddress Astinet
Gambar 4.24 menunjukkan bahwa komputer client telah berhasil terhubung
dengan koneksi internet yang telah tersedia, dari koneksi Astinet melalui ether1.
Hal ini dapat dibuktikan dengan cara melakukan “ping” ke koneksi dari Astinet.
Gambar 4.25 menunjukkan bahwa komputer client telah berhasil terhubung
dengan koneksi internet yang telah tersedia, dari koneksi Lintas Arta melalui
ether2. Hal itu dapat dibuktikan dengan cara melakukan “ping” ke koneksi dari
Astinet.
Gambar 4.24 dan 4.25 menunjukkan bahwa komputer client telah berhasil
terhubung dengan kedua koneksi internet yang telah tersedia, baik dari koneksi
Astinet melalui ether1 dan Lintas Arta melalui ether2 yang ada pada router, itu
dapat dibuktikan dengan cara melakukan pengiriman paket dengan cara
melakukan “ping”. Dari semua gambar yang ada pada Bab IV ini, dapat
disimpulkan bahwa komputer client akan terhubung dengan router dan koneksi
internet jika melalui alamat IP address 10.10.10.1 .
4.4. Hasil Implementa si Load Balancing
Dalam pembahasan implementasi load balancing ini, sesuai yang telah
dijelaskan pada sub Bab 4.3 Konfigurasi Komputer Client, maka komputer client
terhubung dengan internet melalui jalur atau koneksi yang telah ditentukan pada
table routing yang sebelumnya telah dibuat. Untuk mengetahui apakah
Untuk memastikan apakah komputer client telah terhubung dengan
internet, maka dari komputer client perlu dilakukan perintah tracert pada kedua
jalur ISP. Pertama tracert yang dijalankan akan menggunakan jalur koneksi dari
Astinet dan kedua jalur koneksi internet dari Lintas Arta. Berikut adalah tracert
yang pertama dengan menggunakan jalur dari koneksi Astinet, ketikkan tracert
www.yahoo.com pada command prompt.
Gambar 4.27 Tracert menggunakan koneksi Astinet
Tracert adalah perintah untuk menunjukkan rute yang dilewati paket untuk
mencapai tujuan. Ini dilakukan dengan mengirim pesan Internet Control Message
Protocol (ICMP) Echo Request Ke tujuan dengan nilai Time to Live yang
semakin meningkat. Rute yang ditampilkan adalah daftar interface router (yang
paling dekat dengan host) yang terdapat pada jalur antara host dan tujuan.
Dalam hal ini perintah tracert akan menelusuri jalur routing server yahoo berada.
Berikut akan dijelaskan hasil dari Gambar 4.27, ada beberapa jalur yang
1. 10.10.10.1 merupakan alamat koneksi wlan pada router.
2. 161.subnet222-124-28.astinet.telkom.net.id merupakan
IP route dari koneksi Astinet.
3. Dilanjutkan melalui hops dari Singapore dan tokyo
4. Setelah melalui hops dari gateway wireless dan ISP maka akan melalui jalur
network yang akan menuju pada network tujuan , hops merupakan jumlah
titik network yang dilalaui sebelum menuju pada network yang dituju. Dan
pada akhir nya akan mencapai hops server yahoo.
Keterangan diatas menunjukkan bahwa routing load balancing telah berhasil,
karena dari penelusuran routing didapatkan data dari perintah tracert telah
menemukan rute yang dicari. Hal ini dapat dibuktikan dengan dilewatinya jalur
Astinet. Setelah melewati jalur Astinet akan di arahkan ke hops Singapore, Tokyo,
Paloalto dan yang terakhir masuk pada server yahoo.
Selanjutnya adalah tracert yang kedua yaitu dengan menggunakan koneksi
dari Lintas Arta, pada penelusuran menggunakan tracert ini menelusuri server
google.
Gambar 4.28 di atas menunjukkan bahwa koneksi dari Lintas Arta dengan
menulusuri tracert ke google berhasil dijalankan. Sama dengan tracert pada
yahoo, pada uji coba kali ini juga melalui beberapa hops namun berbeda hops
yang dilalui pada yahoo.
Setelah semua konfigurasi pada router telah dilakukan, maka seharusnya
implementasi load balancing PCC ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
dirancang. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dari konfigurasi yang telah
dilakukan maka harus dilakukan pembuktian dan uji coba, dimana hal tersebut
5.1 Uji Coba Load Balancing Menggunakan Metode PCC
Pada Bab V ini akan dibahas mengenai hasil uji coba dari hasil implementasi
load balancing PCC yang telah dilaksanakan. Uji coba ini dilakukan pada
komputer client yang terhubung dengan router, dimana router ini sebai pusat yang
menghubungkan ISP1,ISP2 dan wireless. Cara uji coba adalah sebagai berikut:
1. Komputer client dikoneksikan ke router menggunkan media wireless yang
ada pada router tersebut.
2. Setelah terkoneksi, uji coba selanjutnya dengan cara melakukan “ping” ke
masing-masing IP addres ISP yaitu Astinet dan Lintas Arta.
3. Selanjutnya akan dilakukan test uji coba koneksi pada komputer client
dengan menggunakan tracert, uji coba ini dilakukan pada kedua koneksi
internet, sehingga dapat diketahui koneksi dari ISP mana yang akan dilalui
oleh client.
4. Uji coba load balancing PCC ini menggunakan dua cara, yang pertama
dengan cara melepaskan kabel salah satu kabel ISP yang terhubung dengan
mikrotik, yang kedua dengan cara disable salah satu koneksi dari ISP pada
mikrotik. Pada uji coba ini menggunakan cara yang kedua yaitu disable
salah satu ISP yang terkoneksi pada mikrotik. Setelah salah satu koneksi
5. Uji coba PCC akan dibuktikan dengan hasil print screen gambar mulai dari
konfigurasi router, karena dari hasil print screen ini dapat diketahui apakah
proses pengiriman paket data dapat menjalankan metode PCC, yang mana
router akan mengingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik koneksi.
Sehingga pada paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi
awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama pula.
5.1.1. Uji Coba Konek si ISP Astinet Melalui Komputer Client
Berikut adalah kondisi ketika komputer client terkoneksi dengan Astinet,
maka router akan mengarahkan request internet menuju koneksi Astinet seperti
pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Ping IP address Astinet
Gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa pengiriman paket dengan cara
melakukan ping ke alamat IP address jalur Astinet telah berhasil dilakukan.
Selanjutnya adalah tes koneksi menggunakan tracert, yang mana pada tes tersebut
request dari client menuju pada koneksi Astinet, yang akan ditunjukkan pada
Gambar 5.2Tracert Astinet
Pada Gambar 5.2 Perintah tracert dijalankan pada saat kedua jalur internet
sedang aktif semua, hal ini dapat dibuktikan dari hasil tracert
www.indowebster.com mengarah pada koneksi Astinet. Dari Gambar 5.2 di atas
terlihat bahwa perintah tracert berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini
dapat dilihat dari jalur yang dilewati oleh tracert yang telah dibahas pada Bab IV.
5.1.2. Uji Coba Konek si ISP Lintas Ar ta Melalui Komputer Client
Berikut adalah kondisi ketika komputer client terkoneksi dengan Lintas
Arta . Maka router mikrotik akan mengarahkan request internet dari jaringan
lokal menuju koneksi Lintas Arta.
Gambar 5.3 di atas menunjukkan bahwa pengiriman paket dengan cara
melakukan ping ke alamat IP address jalur Astinet, telah berhasil dilakukan.
Selanjutnya adalah tes koneksi menggunakan tracert, yang mana pada tes tersebut
request dari client menuju pada koneksi Lintas Arta, yang akan ditunjukkan pada
Gambar 5.4.
Gambar 5.4Tracert Lintas Arta
Pada Gambar 5.4 perintah tracert dijalankan pada saat kedua jalur internet
sedang aktif semua, hal ini dapat dibuktikan dari hasil tracert www.routeros.co.id
mengarah pada koneksi Lintas Arta. Selain itu pada Gambar 5.4 di atas terlihat
bahwa aplikasi tracert berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini bisa
dilihat dari jalur–jalur yang dilewati oleh aplikasi tracert yang telah dibahas pada
Bab IV.
5.1.3. Uji Coba Load Balancing Saat Konek si Astinet Mati
Pada uji coba ini dilakukan pada saat kondisi koneksi Astinet mati,
percobaan ini bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama bisa dilakukan
dengan cara memutus kabel koneksi dari ISP atau dengan disable koneksi melalui
mikrotik akan mengarahkan routing internet dari client menuju koneksi Lintas
Arta.
Gambar 5.5Tracert www.yahoo.com kondisi koneksi Astinet sedang terputus
Gambar 5.5 menunjukkan bahwa tracert www.yahoo.com dilakukan ketika
koneksi Astinet sedang dalam keadaan terputus, dan www.yahoo.com tersebut
secara otomatis akan dialihkan ke koneksi Lintas Arta. Perpindahan ini dapat
dibuktikan dengan perpindahan IP address dari Astinet 222.124.28.182 dan
saat di tracert kembali menjadi melewati IP address 123.231.254.129 dan diikuti
tulisan VL44-INRING-JKTCBRIGR2.idola.net.id[202.152.3.112].
5.1.4. Uji Coba Load Balancing Saat Konek si Lintas Ar ta Mati
Pada uji coba ini dilakukan pada saat kondisi koneksi Lintas Arta mati,
percobaan ini bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama bisa dilakukan
dengan cara memutus kabel koneksi dari ISP atau dengan memutus koneksi
melalui mikrotik. Dengan putusnya koneksi Lintas Arta, maka secara otomatis
router mikrotik akan mengarahkan routing internet dari client menuju koneksi
Astinet.
Gambar 5.6Tracert routeros.co.id saat kondisi koneksi Lintas Arta terputus Gambar 5.6 menunjukkan bahwa tracert www.routeros.co.id saat kondisi koneksi
dialihkan ke koneksi Astinet. Hasil ini dapat buktikan dengan peralihan saat
tracert dengan menggunakan link yang sama. Sebelumnya link dari routerost.co.id
telah terekam pada koneksi Lintas Arta akan tetapi setelah koneksi dari Lintas
Arta off maka secara otomatis koneksi mengarah ke koneksi Astinet
5.2. Uji Coba Load Balancing PCC
Uji coba “ping” load balancing PCC ini dilakukkan saat kedua koneksi
dalam keadaan berjalan semua, seperti yang terlihat pada hasil uji tracert
menggunakan 2 link yang berbeda yang terlihat pada Gambar 5.7. Pada uji coba
ini menggunakan link yang berbeda dikarenakan link yang terekam saat user
pertama kali browsing dan membuka halaman suatu website itu telah terekam
pada PCC.
Gambar 5.7 menunjukkan dari hasil uji coba menggunakan tracert, dari dua link
menuju koneksi internet yang berbeda, dan dari hasil tracert tersebut
menunjukkan bahwa load balancing PCC tersebut berhasil. Dua link tersebut
mengarah ke koneksi yang berbeda dikarenakan PCC telah merekam request jalur
client mengarah pada koneksi internet dari Astinet atau Lintas Arta saat client
melakukan request pertama kali.
5.2.1. Uji Coba Load balancing PCC saat Request Web
Uji coba load balancing saat request web ini dilakukkan ketika kedua
koneksi dalam keadaan berjalan semua, seperti yang terlihat pada hasil uji coba
menggunakan 2 link yang berbeda yang terlihat pada Gambar 5.8.
Gambar 5.8 menunjukkan secara default saat request web menuju ke koneksi
internet dari Astinet, tetapi saat kita menambah request web yang berbeda maka
akan dialihkan ke koneksi internet dari Lintas Arta. Akan tetapi pada saat salah
satu koneksi mati maka secara otomatis koneksi akan mengarah ke koneksi yang
masih menyala yaitu Lintas Arta. Pada uji coba ini pertama kali dilakukan request
ke routeros.co.id yang secara default menuju ke Astinet. Kemudian menambahkan
new tab pada web browser dan diisikan alamat website indowebster.com, disini
routing akan menjalankan fitur cek gateway karena default gateway menggunakan
gateway ISP 1, dan pada gateway 1 sedang sibuk melayani request trafik dari
routeros.co.id. Maka request trafik dari indowebster.com dialihkan ke gateway
Gambar 5.9 Hasil uji coba download menggunakan 1 PC
Gambar 5.9 menunjukkan hasil download saat kedua koneksi dari Astinet dan
Lintas Arta berjalan semua. Dari hasil download menunjukkan bahwa speed saat
download terbagi secara seimbang yaitu 59.5 KB/s dan 59.4 KB/s.
Uji coba selanjutnya dengan menggunakan 2 PC yang sama-sama melakukkan