• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN METODE PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN METODE PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ILZA ROSIDA

0834010262

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

ILZA ROSIDA

0834010262

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN

METODE PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4

Disusun oleh :

ILZA ROSIDA 0834010262

Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan

Gelombang VI Tahun Akademik 2011 / 2012

Pembimbing

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(4)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN

METODE PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4

Disusun Oleh :

ILZA ROSIDA

0834010262

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 15 Juni 2012

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(5)

ABSTRAK

Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting seiring dengan kemajuan dan

perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin canggih. Untuk

memenuhi kebutuhan akan teknologi komunikasi data maka sudah semestinya

harus bijak dalam memilih ISP. Menggunakan dua ISP atau lebih dapat dijadikan

solusi untuk memenuhi kebutuhan internet. Load balancing merupakan salah satu

teknik routing yang dapat memanfaatkan beberapa ISP untuk dapat digunakan

secara bersamaan. Akan tetapi, ada berbagai metode pula yang dapat digunakan,

salah satunya adalah metode PCC.

Per Connection Clasifier (PCC) merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk

mengelompokan trafik koneksi yang melalui router menjadi beberapa kelompok.

Sehingga router akan mengingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik

koneksi dan pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi

awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama juga.

Dari hasil implementasi dapat diketahui bahwa load balancing menggunakan

metode PCC mendapatkan hasil optimal jika menggunakan bandwidth fix dari

ISP, akan tetapi jika menggunakan bandwidth share maka yang didapatkan dari

sisi client tidak optimal sesuai dengan yang diharapkan. Pada uji coba

menggunakan bandwidth share dari ISP Astinet dengan internet speed 6 Mbps,

sedangkan untuk ISP Lintas Arta mendapatkan internet speed 1 Mbps.

(6)

yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan penulis

mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana Komputer di Jurusan Teknik Informatika Fakultas

Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM dengan

judul “IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN METODE

PCC (PER CONNECTION CLASIFIER) PADA IPv4”. Penulis menyadari

bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah

sesuatu yang tidak terbatas.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran

tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis

mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua saya, ibu yang banyak memberikan do’a, kasih sayang, cinta,

kesabaran sejak kami dalam kandungan serta bimbingan, dan semangat

sampai saya menjadi sekarang ini, terima kasih banyak untuk semuanya dan

terima kasih karena selalu menjadi orang tua dan teman yang baik buat saya.

Kepada Bapak yang selalu men-support saya agar selalu bersemangat dan

meraih cita-cita..

2. Prof.Dr.Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. Sutiyono, MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur

4. Ibu Dr.Ir. Ni Ketut Sari, MT Selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika. FTI,

UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Hudan Studiawan, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing, yang telah

(7)

memberi dukungan serta do’a buat aku.

8. Terima kasih untuk Herdy Satriaputra yang selalu memberiku motivasi, semangat dan kasih sayang kepadaku selama ini.

9. Terima kasih buat temanseperjuanganku Arif Zaidani, Resty Nindiarti dan semua teman-teman Teknik Informatika 2008.

10.Terima kasih untuk keluarga besar “SIMADA V 2012” khusus nya Dusun Semeng, kak Ardi, Heru, Agung, Bimbi dll terima kasih untuk support serta do’anya, masa indah saat SIMADA V di Semeng tak akan pernah terlupakan.

11.Serta orang-orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya.

Terimakasih atas bantuannya semoga Allah SWT yang membalas semua

kebaikan dan bantuan tersebut.

Demikianlah laporan ini disusun semoga bermanfaat, sekian dan terima

kasih.

Surabaya, 05 Juni 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)
(9)

2.1.6 Mikrotik………... 14

BAB III: PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Perancangan Sistem………..………. 15

3.2 Komponen Hardware dan Software ……… 15

3.2.1 Perencanaan Topologi Jaringan Load Balancing ... 17

3.2.2 Diagram Alir Sistem Load Balancing………. … 19

3.2.3 Diagram Alir Sistem PCC………... 22

3.3 Perancangan Sistem dan Konfigurasi PCC….………….. 24

3.3.1 Perancangan Interface pada Router……….. 24

3.3.2 Perancangan Konfigurasi pada Router…….. …… 25

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Load Balancing PCC .………….…..…… 26

4.2 Konfigurasi Mikrotik ……….……….………… 27

4.2.1 Konfigurasi Interface Mikrotik …….………….. 27

4.2.2 Konfigurasi Load Balancing PCC

pada Mikrotik……... ………….…..……… 30

4.3 Konfigurasi Komputer Client ………...………. 42

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

5.1 Uji coba Load Balancing menggunakan metode

PCC………. 50

5.1.1 Uji coba Koneksi ISP Astinet melalui

Komputer Client ………...….…… 51

5.1.2 Uji coba Koneksi ISP Lintas Arta melalui

komputer Client………..……... 52

5.1.3 Uji Coba Load Balancing saat Koneksi Astinet

Mati……….………. 53

5.1.4 Uji Coba Load Balancing saat koneksi Lintas

Arta Mati………... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 64

5.2 Saran ……….……. 65

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting seiring dengan kemajuan

dan perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin canggih. Teknologi

komunikasi data yang berkembang dari waktu ke waktu sangat pesat. Oleh sebab

itu, diperlukan perancangan yang tepat dan handal dalam membangun kualitas

jaringan yang baik. Dalam lalu lintas suatu jaringan, server mempunyai peran

yang sangat penting. Salah satu solusi praktis dan tepat yang dapat diterapkan

untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan pendistribusian

beban kerja (load balancing).

menyeimbangkan beban atau muatan pada infrastuktur jaringan. Dalam sistem

load balancing, proses pembagian bebannya memiliki metode dan algoritma

tersendiri. PCC (Per Connection Classifier) merupakan salah satu metode yang

dapat digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk

mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi

(12)

Dengan munculnya berbagai metode yang digunakan pada load balancing

yang salah satunya adalah metode PCC. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini

akan di jelaskan tentang load balancing menggunakan metode PCC pada IPv4.

Diharapkan metode PCC ini dapat dijadikan solusi lain dalam penerapan

penggunaan metode pada load balancing.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara merancang sebuah jaringan komputer nirkabel dengan

memanfaatkan efisiensi bandwidth dan tidak ada pembebanan koneksi

pada salah satu provider.

2. Bagaimana cara menggabungkan dua koneksi dari provider yang

berbeda ke dalam satu jaringan yang utuh, menggunakan metode PCC

pada IPv4.

3. Bagaimana cara memeratakan beban ISP (Internet Service Provider)

kepada suatu ISP yang lain dengan load balancing pada metode PCC.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan batasan

masalah sebagai berikut:

1. Pengerjaan dilakukan hanya pada lingkungan jaringan komputer

(13)

2. Hanya mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC.

3. Mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC

menggunakan IPv4.

4. Hanya mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC

menggunakan 2 ISP.

5. Implementasi dilakukan di Gedung PUSKOM UPN “Veteran” JATIM.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan di atas adalah

sebagai berikut:

1. Merancang jaringan yang stabil dan efisien dengan menerapkan sistem

penggabungan koneksi dengan load balancing.

2. Menyediakan layanan internet yang nyaman, stabil, cepat dan memiliki

kemananan yang lebih baik.

3. Mengetahui dan memahami load balancing pada metode PCC.

4. Memahami implementasi berjalannya load balancing pada metode PCC

dalam sebuah jaringan.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari implementasi load balancing ini antara lain adalah:

1. Mampu memeratakan beban ISP dengan membaginya dengan ISP yang

(14)

2. Dengan menggunakan PCC, penyebaran beban jaringan menjadi lebih

teratur dan juga stabil.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan penelusuran dan pembelajaran terhadap

berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, tugas akhir,

referensi-referensi baik melalui perpustakaan maupun internet dan lain

sebagainya yang terkait dengan judul penelitian ini.

2. Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan dengan cara seperti pengumpulan data, analisis

data, serta analisis kebutuhan hardware dan software. Tahapan ini

sangat penting untuk menunjang pada tahapan perancangan dan

pembuatan.

3. Perancangan dan Pembuatan

Pada tahap ini dilakukan pengerjaan konfigurasi, mulai dari

perancangan sampai pembuatan konfigurasi load balancing dengan

metode PCC pada Mikrotik dan juga konfigurasi IPv4 pada sisi user.

4. Uji Coba

Pada tahap ini akan dilakukan pengujian load balancing dengan

Mikrotik pada jaringan komputer, untuk mendapatkan hasil sesuai yang

(15)

5. Dokumentasi

Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan tugas akhir untuk dijadikan

sebagai dokumentasi hasil penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan akan disajikan dalam

beberapa bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan

sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan tugas

akhir ini.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori dan penjelasan yang

berkaitan dengan permasalahan dan penyelesaian masalah

dari laporan tugas akhir.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Pada bab ini berisi tentang analisa dan perancangan sistem,

konfigurasi load balancing pada Mikrotik dengan metode

PCC dan konfigurasi IPv4 pada sisi user.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJ I COBA

Pada bab ini berisi tentang implementasi konfigurasi load

(16)

serta hasil uji coba load balancing yang telah dilakukan

user.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil

dari keseluruhan isi laporan tugas akir, dan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini dipaparkan tentang sumber-sumber literatur

(17)

2.1Dasar Teor i

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada

beberapa dasar teori yang akan dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Nir kabel

Nirkabel adalah suatu komunikasi antar dua titik atau lebih dimana

gelombang elektromagnetik (bukan melewati kabel) membawa signal sebagian

atau seluruh bagian dari jalur komunikasi (Andi Mikro, 2011).

Beberapa contoh peralatan nirkabel adalah :

1. Telepon selular dan radio panggil (pager).

2. Global Positioning System (GPS).

3. Remote Control

4. Satellite Television

2.1.2 J ar ingan Nir kabel

Jaringan nirkabel merupakan sebuah LAN dimana transmisi data

(pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi

radio lewat udara, menyediakan sebagian besar keunggulan dan keuntungan

dari teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel. Muncul dan

(18)

pengeluaran yang lebih rendah menyangkut infrastruktur jaringan dan untuk

mendukung aplikasi jaringan bergerak dalam efisiensi proses, akurasi dan biaya

pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis. Solusi jaringan nirkabel dapat

jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel atau menyewa peralatan

komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial up. Beberapa perusahaan

bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk

penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan (Dian

Ardiansyah, 2003).

Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Jaringan Adhoc

Jaringan adhoc adalah komunikai antara dua device atau lebih yang dilakukan

secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point. Jaringan

adhoc juga dikenal dengan jaringan peer-to-peer. Pada jaringan adhoc, setiap

client bisa mengakses resource dari client lain, bukan ke server pusat.

Gambar 2.1 Jaringan Ad – Hoc

2. Jaringan Infrastruktur

Jaringan Infrastruktur adalah komunikasi antara dua device atau lebih yang

(19)

adanya access point, maka wilayah akses bisa menjadi semakin luas. Pada

jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat.

Gambar 2.2 Jaringan Infrastruktur

2.1.3 Load Balancing

Load balancing merupakan suatu teknik pendistribusian beban trafik pada

dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan secara

optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan

menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing bukanlah

menambah besar bandwidth yang kita peroleh, akan tetapi hanya bertugas

membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara

seimbang (Onno W purbo, 2008).

Banyak cara dan pilihan untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi

dengan sistem load balancing. Cara kerja dan prosesnya pun berbeda-beda satu

dengan yang lainnya. Namun, cara yang paling umum dan banyak digunakan

adalah dengan mengandalkan konsep Virtual server atau Virtual IP. Dalam sistem

load balancing, proses pembagian bebannya memiliki teknik dan algoritma

(20)

bermacam-macam algoritma pembagian beban ini. Sebenarnya ada satu cara

mudah untuk mencapainya dengan menggunakan yang namanya balance.

Beberapa keuntungan dari penerapan load balancing antara lain:

1. Scalability

Ketika beban sistem meningkat, kita dapat melakukan perubahan terhadap

sistem agar dapat mengatasi beban sesuai dengan kebutuhan.

2. High Availability

Load balancer secara terus-menerus melakukan pemantauan terhadap server.

Jika terdapat server yang mati, maka load balancer akan menghentikan

request ke server tersebut dan mengalihkannya ke server yang lain.

3. Manageability

Mudah ditata meskipun secara fisik sistem sangat besar.

4. Security

Untuk semua trafik yang melewati load balancer, aturan keamanan dapat

diimplementasikan dengan mudah. Dengan private network digunakan untuk

server, alamat IP nya tidak akan diakses secara langsung dari luar sistem.

Pada tugas akhir ini akan dibahas penerapan load balancing dengan

metode PCC. Untuk membuat load balancing menggunakan metode PCC kita

membutuhkan 2 buah koneksi internet atau lebih dan sebuah Mikrotik yang

bertindak sebagai pengatur load balancing dan juga sebuah komputer atau laptop

(21)

Gambar 2.3 Skenario Topologi

bandwidth tersebut. Hal ini perlu diperjelas terlebih dahulu, bahwa load balance

tidak akan menambah besar bandwidth yang diperoleh, tetapi hanya bertugas

untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara

seimbang.

Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik koneksi yang melalui router

menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan

src-address, dst-address, src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat jalur

gateway yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket

selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan pada

(22)

lalulintas ke aliran yang sama dengan kemampuan untuk menyimpan paket-paket

dengan pilihan yang spesifik dalam satu aliran tertentu.

Kelebihan dari PCC ini menjawab banyaknya keluhan sering putusnya

koneksi pada teknik load balancing lainnya sebelum adanya PCC karena

perpindahan gateway.(Mikrotik, 2012).

2.1.5 IPv4

Dalam dunia komunikasi data komputer, protokol mengatur bagaimana

sebuah komputer berkomunikasi dengan komputer lain. Dalam jaringan komputer

terdapat berbagai macam protokol yang dapat digunakan tetapi agar dua buah

komputer dapat berkomunikasi, keduanya perlu menggunakan protokol yang

sama. Protokol berfungsi mirip dengan bahasa dan agar dapat berkomunikasi

harus berbicara dan mengerti bahasa yang sama (Aulia K. Arif & Onno W. Purbo,

2011).

IP (Internet Protocol) adalah protokol yang mengatur komunikasi data

komputer di internet. Komputer-komputer yang terhubung ke internet

berkomunikasi dengan protokol ini. Pada saat ini protokol jaringan yang

digunakan adalah IPv4, dimana kelemahan utamanya untuk saat ini adalah jumlah

alokasi alamat yang sedikit yaitu sejumlah 232(= 3,4x1038). Oleh karena itu saat ini

juga telah dikembangkn standar baru yaitu Internet Protocol version 6 (IPv6)

yang mampu mengakomodasi pengalamatan hingga sejumlah 2128 (=3,14x1038)

(23)

Dalam jaringan komputer, pengalamatan IP merupakan hal yang sangat

penting karena pengalamatan ini merupakan pengidentifikasian suatu komputer

pada jaringan sehingga memiliki identitas yang unik. Dengan adanya IP address

dapat diketahui sumber ataupun tujuan dari pengiriman paket. IPv4 menggunakan

notasi biner yang memiliki panjang 32 bit.

Pada dasarnya, arsitektur IPv4 menganut konsep classful addressing, yaitu

pembagian ruang alokasi alamat ke dalam 5 kelas (50% A, 25% B, 12.5% C,

6.25% D, dan 6.25% E). Bila direpresentasikan dengan notasi desimal, pembagian

kelas ini dapat dilihat dari byte/oktet pertama seperti pada table 2.1.

Tabel 2.1 Pembagian kelas IP

kelas A, B dan C, sedangkan alamat kelas D biasanya digunakan untuk keperluan

multicasting dan kelas E untuk keperluan experimental. Pada IPv4 dikenal juga

istilah subnet mask yaitu angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan

network ID dan host ID.

J enis-jenis Alamat IPv4

(24)

1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah

antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork IP. Alamat

unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.

2. Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh

setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast

digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.

3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh

satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda.

Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

2.1.6 Mikr otik

MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang

dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang

handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan

wireless. Berbagai pengembangan telah dilakukan hingga saat ini tersedia

perangkat lunak sistem operasi router versi 2 yang menjamin kestabilan, kontrol,

dan fleksibilitas pada berbagai media antar muka dan sistem routing dengan

menggunakan komputer standart sebagai hardware. Perangkat lunak ini

mendukung berbagai aplikasi ISP, mulai dari RADIUS modem pool, hingga

backbone circuit dengan DS3. MikroTik RouterOS™ merupakan salah satu

produk perangkat lunak yang dikeluarkan oleh MikroTik yang berkantor pusat di

Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully

(25)

3.1. Per encanaan Sistem

Perancangan ini bertujuan untuk memberi gambaran sistem load

balancing PCC dengan menggunakan diagram alir beserta pengaturan sistem,

device dan routing yang diatur sesuai dengan kebutuhan. Dengan perancangan

ini diharapkan sistem dapat lebih mudah dibaca, untuk itu perlu persiapan

software dan hardware yang akan digunakan dalam perancangan sistem ini.

3.2. Komponen hardware dan software

Pada perancangan implementasi ini software dan hardware yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan 1 buah router.

Mikrotik tipe RB751U-2HND, dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Architecture: MIPS-BE

2. CPU: AR7241 400MHz

3. Main Storage/NAND: 64MB

4. RAM: 32MB

5. LAN: Ports5

6. Wireless Standarts: 802.11 b/g/n

7. Wireless Tx Power: 30dbm

(26)

9. Antenna Gain: 2 x 2,5dBi

10.USB: 1

11.Power Jack: 8-30V

12.Dimentions: 113x138x29mm

13.Operating System: RouterOS

14.Temperature Range: -20C .. +50C

15.RouterOS License: Level 4

2. Kabel UTP (Unshielded twisted-pair)

Merupakan kabel jaringan komputer. Penggunaannya maksimal 100 meter

dan jika lebih harus dipasang repeater (penguat sinyal data). Pengurutan

warna kabel UTP dibedakan menjadi dua macam, yaitu model straight dan

crossover. Model straight digunakan untuk hubungan PC ke Hub dan

model crossover digunakan untuk menghubungkan PC ke PC. Untuk

menghubungkan switch ke router di sini menggunakan kabel UTP tipe

crossover sebanyak 2 buah.

3. Switch

Merupakan suatu perangkat jaringan yang menyaring dan melewatkan

paket yang ada di sebuah LAN dan pada implementasi ini digunakan 1

buah switch. Switch pada implementasi tugas akhir ini digunakan untuk

memisahkan 2 ISP yang telah menjadi satu. Dengan spesifikasi: Switch

(27)

4. WinBox

Merupakan sebuah utility yang digunakan untuk melakukan akses secara

remote ke mikrotik dalam mode GUI. Pada implementasi ini WinBox

digunakan untuk setting load balancing PCC pada mikrotik. WinBox

dapat berjalan pada sistem operasi windows, linux dan MAC. Aplikasi ini

dapat di unduh pada IP default mikrotik di 192.168.88.1 ketika membuka

browser, kemudian pilih menu download untuk mengunduh WinBox.

Untuk pengguna linux WinBox memerlukan Wine yang berfungsi sebagai

mesin virtual windows agar WinBox dapat berjalan di linux,

5. USB Flashdisk 4GB

USB flashdisk merupakan alat data memori flash tipe NAND yang

memiliki alat penghubung USB yang terintegrasi. USB flashdisk di sini di

gunakan sebagai media penyimpanan web proxy cache mikrotik. Karena

media penyimpanan mikrotik yang terbatas sekitar 64 MB, maka

dibutuhkan media penyimpanan atau storage tambahan.

3.2.1. Per encanaan Topologi J ar ingan Load Balancing

Agar penerapan proses load balancing ini dapat berjalan serta mudah

untuk dipahami, oleh karena itu diperlukan adanya gambaran topologi yang

(28)

Gambar 3.1 Rancangan topologi jaringan

Gambar 3.1 merupakan rancangan topologi jaringan, dari rancangan tersebut

diharapkan alur proses dari load balancing PCC secara infrastruktur dapat

tergambar dengan jelas. Ether 1 merupakan IP dari Astinet dan ether 2 merupakan

IP dari Lintas Arta. Agar user dapat terkoneksi dengan internet maka user

menggunakan gateway wireless 10.10.10.1 dan range IP yang dapat digunakan

(29)

3.2.2. Diagram Alir Sistem Load Balancing

Secara umum sistem load balancing ini dapat dijelaskan melalui gambar diagram

alir berikut:

(30)

Gambar 3.2 menjelaskan tentang konfigurasi sistem load balancing

menggunakan PCC meliputi:

1. Pada langkah pertama di awali dengan setting interface yang meliputi add

ether 1, add ether 2 dan add wlan, dapat dilihat pada Gambar 3.3 setting

interface. Ethernet 1 ini adalah interface ISP Astinet, Ethernet 2 adalah

interface ISP Lintas Arta dan wlan adalah wireless yang berfungsi sebagai

penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan internet. Seperti

pada Gambar 3.3 di bawah ini:

Gambar 3.3 Setting interface

2. Selanjutnya, pada tahapan ini terdapat percabangan penentuan DNS, jika

percabangan menuju perintah “Y” maka akan dilanjutkan ke setting

mangle. Jika “N” maka akan dilanjutkan ke settingroute terlebih dahulu.

3. Setelah itu adalah setting route, setting route digunakan untuk meneruskan

trafik yang tidak terhubung, sehingga dapat dilakukan dengan cek

gateway.

4. Langkah selanjutnya adalah cek gateway. Cek gateway ini digunakan jika

(31)

5. Setting interface wireless digunakan sebagai pengaturan agar PC dapat

terhubung dengan wireless yang kemudian dilanjutkan dengan setting

firewall NAT. Seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 di bawah ini:

Gambar 3.4Setting interface wireless

6. Setting firewall NAT berguna agar PC dapat terhubung dengan internet.

7. Kemudian dilakukan tes koneksi apakah PC terkoneksi dengan internet

atau tidak, jika “Y” maka dilanjutkan ke web proxy, jika tidak maka akan

kembali ke setting interface.

8. Webproxy ini digunakan sebagai media tambahan untuk penyimpan cache.

9. Setting mangle digunakan untuk menandai paket sebagai identitas paket

tersebut, setting mangle ini digunakan untuk menandai trafik.

10.Setting routing backup digunakan untuk membackup routing yang sudah

ada sebelumnya jadi apabila sebuah gateway terputus, maka semua

(32)

3.2.3. Diagr am alir sistem PCC

Secara khusus sistem load balancing PCC ini dapat dijelaskan melalui gambar

diagram alir pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Diagram alir sistem PCC

(33)

1. Proses koneksi, digunakan untuk menghubungkan ke koneksi yang ada,

yaitu koneksi dari Astinet dan Lintas Arta.

2. Kemudian user melakukan request web yang diinginkan

3. Route digunakan agar router meneruskan semua trafik yang tidak

terhubung padanya ke gateway yang terhubung.

4. Setelah melalui route kemudian dilakukan pengecekan pada gateway 1,

apakah gateway 1 sedang sibuk atau tidak, jika gateway 1 tidak sibuk

maka trafik akan diarahkan menuju gateway 1. Jika user melakukan req

web baru maka dari route akan dilakukan cek gateway terhadap gateway 1

terlebih dahulu, jika diketahui gateway 1 sedang melayani trafik maka

akan di alihkan menuju gateway 2.

5. Pada gateway 2 akan dilakukan pengecekan gateway kembali, jika tidak

sibuk atau “N” maka akan di lanjutkan ke pengelompokan trafik, jika “Y”

maka kembali ke route dan kembali dilakukan cek gateway.

6. Pengelompokan trafik ini digunakan untuk mengingat jalur gateway yang

dilewati di awal trafik koneksi.

7. Routing backup berguna untuk membackup routing yang telah dibuat

sebelumnya. Cek gateway terhubung berguna apabila sebuah gateway

terputus maka semua koneksi akan melewati gateway yang masih

terhubung.

(34)

3.3. Per ancangan Sistem dan Konfigur asi PCC

Agar implementasi load balancing PCC ini dapat berjalan dan dipahami

dengan baik, maka diperlukan adanya suatu gambaran tentang perancangan

dan proses yang jelas. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan pada

setiap komponen sebelum melakukan konfigurasi:

1. Menghubungkan switch dengan router menggunakan kabel UTP tipe

crossover.

2. Memastikan apakah semua interface yang terhubung pada router telah

terdeteksi dan berjalan dengan baik.

3. Memberi nama pada setiap interface yang telah terhubung pada router.

Pengaturan di atas dibuat bertujuan agar router yang akan menjalankan

metode PCC haruslah memiliki identitas pada dirinya. Syarat untuk

menjalankan PCC adalah sudah terkonfigurasi pada router. Jika pengaturan

pada router telah selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah melakukan

perancangan sistem interface pada router.

3.3.1. Per ancangan Interface pada Router

Pada Tabel 3.1 ini akan dijelaskan tentang interface yang terhubung oleh

router.

Tabel 3.1 Tabel perancangan sistem interface

ISP 1 (Astinet) ISP 2 (Lintas Arta) Wlan

IP Addres 222.124.28.182/27 123.321.254.132/29 10.10.10.1

(35)

Default gateway

Pada implementasi load balancing PCC ini menggunakan default gateway dari

ISP 1 yaitu (Astinet) 222.124.28.161.

3.3.2. Per ancangan Konfigurasi pada Router

Dalam perancangan ini akan dilakukan konfigurasi terhadap semua

interface yang terhubung oleh router, yaitu ISP 1, ISP 2, dan Wlan. Router ini

memiliki 3 network interface yaitu ether1, ether2, wlan1. Selanjutnya

pemberian alamat IP dari ke-3 interface tersebut, pemberian alamat IP ini

bertujuan untuk mempermudah pemahaman penulis dan pembaca. Berikut

adalah pemberian alamat IP pada masing-masing interface:

Gambar 3.6 Pemberian alamat IP ketiga interface pada router

add address=222.124.28.182/27 interface=ether1

add address=123.321.254.132/29 interface=ether2

(36)

4.1. Implementasi Load Balancing PCC

Dengan memafaatkan 2 jalur ISP yang berbeda, pada proses implementasi

ini akan dijelaskan beberapa tahapan konfigurasi load balancing dengan

menggunakan metode PCC yang sebelumnya sudah disinggung pada Bab III.

ASTINET LINTAS ARTA

Gambar 4.1 Infrastruktur implementasi load balancing PCC.

Pada Gambar 4.1 dapat di lihat ada satu buah router, satu buah switch yang

digunakan sebagai pemisah kabel dari dua ISP yang telah tersambung jadi satu

(37)

mengarahkan paket-paket yang datang dari internet menuju ke jaringan lokal dan

dapat diterima atau diteruskan pada client yang berada pada jaringan wireless.

4.2. Konfigurasi Mikr otik

Agar router dapat menjalankan fungsi load balancing PCC, maka ada

beberapa konfigurasi yang harus dilakukan. Pertama adalah konfigurasi interface

pada tiap ethernet dan yang kedua adalah konfigurasi router, agar router dapat

menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara jaringan global dengan lokal.

Konfigurasi yang harus dilakukan selanjutnya adalah konfigurasi load balancing

PCC pada router.

4.2.1. Konfigurasi Interface pada Mikr otik

Pada tahapan ini konfigurasi dilakukan dengan memberikan alamat IP

address dan pengalamatan interface yang telah terhubung pada router.

Konfigurasinya adalalah sebagai berikut:

Hasil konfigurasi interface pada router. Dengan menggunakan perintah:

/ip address print /ip address

(38)

Maka akan di dapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.2 Pemberian alamat IP ketiga interface pada router

Gambar 4.2 merupakan hasil dari pemberian alamat IP pada interface router

mikrotik yang sesuai dengan Gambar 4.1 tentang implementasi load balancing

PCC, pada implementasi ini terdapat dua buah ISP berbeda yang terhubung

dahulu dengan switch yang kemudian baru terhubung dengan mikrotik. Fungsi

dari switch adalah membagi kembali jalur ISP menjadi 2 jalur yang sebelumnya

dari 2 ISP yang ada terhubung dalam 1 kabel. Pada ether1 switch terhubung

dengan 2 ISP yang terdapat dalam 1 kabel, pada ether2 switch terhubung denga

ether1 pada router, sedangkan ether3 switch terhubung dengan ether2 pada router.

Pada router terdapat tiga buah interface yaitu ether1, ether2 dan wlan1, dimana

ether1 terhubung dengan koneksi Astinet, ether2 terhubung dengan koneksi Lintas

Arta dan wlan sebagai penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan

(39)

Gambar 4.3 Ping IP address koneksi Astinet

Dari Gambar 4.3 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada

router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Astinet menunjukkan bahwa ISP

terkoneksi.

Gambar 4.4 Ping IP address koneksi Lintas Arta

Dari Gambar 4.4 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada

router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Lintas Arta menunjukkan bahwa

(40)

Gambar 4.5 Ping IP address koneksi wlan

Dari Gambar 4.5 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada

router dan menunjukkan hasil ping dari wireless menunjukkan bahwa terkoneksi

dan siap untuk digunakan.

Dari uji coba awal untuk interface dari ISP dan wireless menunjukan bahwa

konfigurasi awal telah siap untuk digunakan.

4.2.2. Konfigurasi Load Balancing PCC pada Mik rotik

Pada konfigurasi load balancing PCC langkah awal yang harus dilakukan

adalah konfigurasi IP DNS dan route pada mikrotik. Konfigurasi dilakukan

dengan memberikan perintah pada mikrotik melalui terminal dan dapat juga

melalui setting manual pada mikrotik. Berikut adalah hasil dari konfigurasi IP

(41)

Pada setting DNS “primary-dns” merupakan DNS dari Astinet dan sebagai

DNS utama, “secondary-dns” merupakan DNS dari Lintas Arta dan sebagai

DNS kedua.

Setelah konfigurasi IP dan DNS selanjutnya harus memasangkan default

route ke masing-masing IP gateway ISP agar route meneruskan trafik yang tidak

terhubung pada gateway tersebut. Oleh karena itu digunakan fitur check-gateway

yang berfungsi untuk mengecek jika salah satu gateway putus, maka koneksi akan

dibelokkan ke gateway lainnya yang masih on. Berikut adalah hasil dari

konfigurasi IP route dan fitur check gateway:

Konfogurasi diatas menunjukkan agar router meneruskan semua trafik yang tidak

terhubung pada router ke gateway tersebut, sehingga konfigurasi di atas

merupakan hasil dari konfigurasi load balancing, yang mana dengan

membelokkan trafik pada saat salah satu koneksi isp sedang sibuk atau pun mati

maka koneksi dapat berpindah ke gateway lain.

(42)

dst-address=0.0.0.0/0 merupakan IP network atau IP host yang akan

dituju, mengarahkan paket ke network address yang tidak ada dalam routing

table, 222.124.28.161 yaitu gateway dari ISP Astinet dan 123.231.254.129 Lintas

Arta. Selain itu IP route digunakan juga untuk melihat routing table.

Selanjutnya adalah konfigurasi untuk pengaturan acces point . Agar pc

client dapat terhubung dengan wireless, maka dengan menggunakan perintah

/interface wireless print maka dapat diketahui settingan interface

pada wireless telah dibuat.

Gambar 4.8Interfacewireless print

Perintah mode=ap-bridge merupakan mode yang digunakan adalah acces

point bridge pada mikrotik untuk access point, band=2.4ghz-b/g merupakan

frekuensi operasi dari acces point dan ssid=mikrotik merupakan nama dari

wireless yang akan di terima oleh client ketika client mengaktifkan wireless yang

dimiliki. Dan berikan secutiy profile agar sebelum menggunakan acces point,

client diminta memasukan password untuk masuk ke dalam jaringan.

Setelah konfigurasi interface wireless, langkah selanjutnya adalah

(43)

komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP. Banyaknya

penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas,

kebutuhan akan keamanan (security) dan kemudahan serta fleksibilitas dalam

administrasi jaringan.

Dengan NAT, gateway yang dijalankan di salah satu komputer, satu

alamat IP tersebut dapat dishare dengan beberapa komputer yang lain dan dapat

digunakan untuk melakukan koneksi ke internet secara bersamaan. Langkah ini

berguna agar pc dapat terkoneksi dengan internet, selain itu juga merubah IP

privatclient ke IP public yaitu ether1 dan ether2.

Gambar 4.9IP firewall nat print

out-interface=ether1 merupakan ether yang langsung terhubung

langsung ke internet atau ke public. Dari Gambar 4.9 di atas juga mengalihkan

port ke port 8080 yang merupakan port dari USB, yang port tujuan awalnya 80

yang merupakan portacces point. Untuk lebih jelasnya mengenai web proxy akan

dijelaskan di bawah ini.

Pada implementasi load balancing PCC ini juga menggunakan web proxy

internal, Salah satu fungsi web proxy adalah untuk menyimpan cache. Sebagai

(44)

internet, maka yang dilakukan oleh browser ketika user mengakses sebuah trafik

web maka mengambil request tersebut pada proxy server. Sedangkan jika data

belum terdapat di proxy server maka proxy mengambilkan langsung dari web

server. Selanjutnya request tersebut disimpan di cacheproxy. Jadi jika ada client

yang melakukan request ke trafik yang sama, maka akan diambilkan dari cache

tersebut. Ini akan membuat akses ke internet lebih cepat. Oleh karena itu

digunakan storage tambahan berupa usb flasdisk yang dipasangkan pada slot usb

yang terdapat pada mikrotik.

Perintah di atas berfungsi untuk fomat USB, agar USB dapat terdeteksi sebagai

media penyimpanan tambahan.

Perintah di atas berfungsi untuk mengaktifkan USB sebagai media penyimpanan

cache web proxy.

Perintah di atas berfungsi sebagai media penyimpanan dengan kapasitas 2GB dan

(45)

Berfungsi untuk mengarahkan web proxy dari dst-port 80 yang berasal dari

wireless, kemudian diarahkan ke port 8080.

Gambar 4.10Storageprint

Untuk setting PCC itu sendiri meliputi, setting mangle, DNS dan web proxy,

penjelasan lebih dalam akan dijelaskan sebagai berikut.

Arti kata dari mangle itu sendiri adalah sebagai penanda paket dengan suatu tanda

khusus sebagai identitas paket tersebut. Jadi setting mangle pada PCC ini

digunakan untuk mengelompokkan trafik koneksi yang melalui router menjadi

beberapa kelompok. Pada proses mangle ini tidak terjadi perubahan apa pun pada

paket atau data yang akan kita kirimkan, akan tapi pada proses ini paket hanya di

berikan tanda. Pengelompokan pada PPC berdasarkan src-address, src-port,

dst-address dan dst-port. Sehingga router akan mengingat jalur gateway yang dilewati

di awal trafik koneksi, sewaktu user tersebut browsing pada saat pertama kali.

Sehingga pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awal

akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama.

- src-address atausource-address adalah port client yang akan menghubungkan

koneksi dengan server atau sebaliknya.

/ip firewall nat

add chain=dstnat protocol=tcp dst-port=80

(46)

- src-port atausource-port adalah port yang digunakan untuk membalas paket ke

host yang melakukan request, sehingga host tujuan akan memberikan paket

balasan ke servis yang tepat.

- dst-address atau destination address adalah port yang akan dituju oleh client

dalam internetworking atau sebaliknya.

- dst-port atau destination port adalah port yang akan dituju dalam sebuah

koneksi, berkaitan dengan servis yang tersedia pada host tujuan. Port-port

servis atau layanan standar yang dalam komunikasi menggunakan protokol

TCP/IP di dalam TCP header didefinisikan sebagai destination port.

Pada load balancing menggunakan PCC ini mengelompokan trafik koneksi yang

melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok. Hasil dari

konfigurasi mangle pada router adalah sebagai berikut:

Gambar 4.11IP firewall address listprint

Untuk mencegah terjadi nya loop routing pada trafik, maka semua trafik yang

menuju network yang terhubung lansung dengan router, maka harus dilakukan

bypass dari load balancing terlebih dahulu. Kemudian membuat daftar IP yang

(47)

Gambar 4.12 IP firewall mangle print

Pada gambar 4.12 dengan menggunakan perintah /ip firewall mangle

print maka akan diketahui pemasangan mangle untuk pertama kali.

Gambar 4.13 Interfacemark connection

Gambar 4.13 di atas menjelaskan mark-connection untuk menandai trafik, agar

trafik baliknya bias melewati interface dimana trafik itu masuk. Penandaan pada

trafik yang masuk pada ether1 yaitu Astinet dan ether2 yaitu trafik dari Lintas

Arta. Mark connection merupakan penanda trafik, pada implementasi ini mark

connection digunakan untuk menandai trafik, agar trafik balik saat request bisa

melewati interface dimana trafik itu masuk pada saat pertama kali.

DNS merupakan sebuah sistem yang menyimpan informasi tentang nama

host maupun nama domain dalam bentuk basis data tersebar (distributed

database) di dalam jaringan komputer. Pada umumnya sebuah ISP akan

(48)

menggunakan DNS dari salah satu ISP, maka harus menambahkan mangle pada

salah satu ISP.

Gambar 4.14IP firewall mangle DNS print

Gambar 4.14 di atas menjelaskan agar trafik DNS melalui gateway ISP dari

Astinet 222.124.28.161 dan bukan melalui gateway ISP Lintas Arta. Sehingga

yang diberikan tanda adalah gateway dari ISP 1 (Astinet), port=53

dst-port merupakan port tujuan DNS dan 53 merupakan standart port untuk DNS.

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa router menggunkan web proxy, oleh

karena itu perlu adanya load balance 2 buah jenis trafik.

Gambar 4.15IP firewall mangle webproxy print

Gambar 4.15 menjelaskan load balance 2 jenis trafik atau memeratakan

trafik yang menuju internet dan menuju web proxy, yang pertama adalah load

balance jenis trafik dari client menuju internet, yang kedua adalah load balance

trafik dari web proxy menuju internet. chain berguna untuk mengatur akses keluar,

(49)

setelah custom chain dibuat pada load balancing seperti di atas,

selanjutnya memberikan mangle pada custom chain.

Gambar 4.16 IP firewall mangle load balancing client

Pada mangle yang telah disebutkan di atas, untuk trafik load balanceclient

pastikan parameter in-interface adalah interface yang terhubung dengan client.

Untuk trafik load balance web proxy, yang menggunakan chain output dengan

parameter out-interface yang bukan terhubung ke interface client. Setelah custom

chain untuk load balancing client dibuat, selanjutnya bisa membuat mangle di

custom chain untuk load balancingproxy tersebut sebagai berikut.

(50)

Pada load balancing client dan web proxy menggunakan parameter

pemisah PCC yang sama, yaitu both-address, sehingga router akan mengingat

berdasarkan src-address dan dst-address dari sebuah koneksi. Jika masing-masing

trafik dari client dan proxy telah ditandai, langkah berikutnya membuat mangle

mark-route yang akan digunakan dalam proses routing. Pada

per-connection-classifier disebutkan both-address: 3/0, 3/1, 3/2 yang

dimaksud dengan angka 3 adalah jumlah load balance mangle yang dibuat,

sedangkan 0 adalah urutan antrian.

Trafik ISP yang digunakan pada implementasi ini berbeda yaitu (6Mbps

dan 1Mbps), dan untuk bandwidth 6Mbps yang didapat merupakan bandwidth

share bukan bandwidth fix. Jika masing-masing trafik dari client dan proxy sudah

ditandai, berikutnya adalah membuat mangle mark-route yang akan digunakan

dalam proses routing nantinya.

Gambar 4.18 Mangle mark route client

Pada Gambar 4.18 merupakan mangle mark route yang digunakan dalam proses

(51)

Gambar 4.19 Mangle mark route proxy

Pada Gambar 4.19 dan Gambar 4.19 merupakan manglemark route yang terdapat

dalam kesatuan rule yang digunakan dalam proses routing,

Gambar 4.20 Routing backup

Routing backup di sini dugunakan apabila sebuah gateway terputus, maka

semua koneksi akan melewati gateway yang masih terhubung. Routing backup

dengan dst-address = 0.0.0.0/0 merupakan setting default sedangkan

gateway di isikan dengan gateway dari ISP 1 dan ISP 2. Penambahan routing

backup berdasarkan mark-route ketika salah satu gateway terputus maka koneksi

akan mencari gateway yang masih terhubung.

Pada routing backup dapat di ketahui IP address 10.10.10.1 yang

(52)

123.231.254.132 merupakan IP dari ISP Lintas Arta yang menuju pada port

ether2, dan IP 222.124.28.182 merupakan IP dari ISP Astinet yang menuju pada

port ether1.

4.3. Konfigurasi Komputer Client

Konfigurasi komputer client ini diawali dengan melakukan pengaturan

interface yang disediakan, di sini komputer client akan terhubung melalui

interface wlan1 yang telah terpasang pada router, interface ini memang dibuat

khusus sebagai penghubung antara jaringan global dengan jaringan lokal.

Gambar 4.21 Konfigurasi wlan properties

(53)

pilihan pada hardware langkah selanjutnya pemilihan jenis internet protocol yang

akan digunakan pada uji coba ini di gunakan IPv4.

Internet protokol versi 4 merupakan IP standar yang umum digunakan, pada

pemilihan IPv4 dan dibawah menu terdapat menu properties yang digunakan

untuk client melakukan setting IP address. Di dalam nya terdapat untuk settingan

IP address dan DNS address. Untuk IP address di isi dengan IP range wireless

10.10.10.2 sampai dengan 254 dan subnet mask di isi kan 255.255.255.0. dan

pengisian default gateway di isi dengan gateway dari IP wireless 10.10.10.1.

Gambar 4.22 Konfigurasi IP client

Gambar 4.21, 4.22 merupakan pengaturan IP address komputer client yang akan

terhubung dengan wlan1 dari router. Sedangkan untuk penggunaan DNS pada

sisi client dapat diisikan atau tidak, namun jika client ingin menggunakan DNS

dapat diisikan dengan DNS dari google yakni preferred DNS: 8.8.8.8 dan

(54)

Untuk memastikan bahwa koneksi terhubung dengan baik atau tidak, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian. Pengujian dilakukan dengan

cara mengirimkan paket dengan cara melakukan “ping”.

Gambar 4.23 Ping dari client ke-wlan1 pada router

Pada Gambar 4.23 menunjukkan bahwa pengiriman paket telah berhasil,

keberhasilan itu dapat dilihat dari pengiriman paket dengan cara melakukan

“ping” ke IP address wlan1 10.10.10.1 dan komputer client dapat dipastikan telah

terhubung dengan wlan1 pada router, karena posisi dari router disini adalah

sebagai gateway, maka client diharuskan terhubung dengan router tersebut jika

ingin terhubung dengan internet.

Setelah dapat dipastikan bahwa komputer client dapat terhubung dengan

gateway router, maka langkah berikutnya adalah uji coba dan memastikan apakah

komputer client juga terhubung dengan ke-2 interface yang terhubung dengan

jalur koneksi internet yang tersedia, dalam hal ini Astinet dan Lintas Arta. Uji

coba dilakukan dengan cara mengirimkan paket dengan cara melakukan “ping” ke

(55)

Gambar 4.24 Ping ke IPaddress Astinet

Gambar 4.24 menunjukkan bahwa komputer client telah berhasil terhubung

dengan koneksi internet yang telah tersedia, dari koneksi Astinet melalui ether1.

Hal ini dapat dibuktikan dengan cara melakukan “ping” ke koneksi dari Astinet.

(56)

Gambar 4.25 menunjukkan bahwa komputer client telah berhasil terhubung

dengan koneksi internet yang telah tersedia, dari koneksi Lintas Arta melalui

ether2. Hal itu dapat dibuktikan dengan cara melakukan “ping” ke koneksi dari

Astinet.

Gambar 4.24 dan 4.25 menunjukkan bahwa komputer client telah berhasil

terhubung dengan kedua koneksi internet yang telah tersedia, baik dari koneksi

Astinet melalui ether1 dan Lintas Arta melalui ether2 yang ada pada router, itu

dapat dibuktikan dengan cara melakukan pengiriman paket dengan cara

melakukan “ping”. Dari semua gambar yang ada pada Bab IV ini, dapat

disimpulkan bahwa komputer client akan terhubung dengan router dan koneksi

internet jika melalui alamat IP address 10.10.10.1 .

4.4. Hasil Implementa si Load Balancing

Dalam pembahasan implementasi load balancing ini, sesuai yang telah

dijelaskan pada sub Bab 4.3 Konfigurasi Komputer Client, maka komputer client

terhubung dengan internet melalui jalur atau koneksi yang telah ditentukan pada

table routing yang sebelumnya telah dibuat. Untuk mengetahui apakah

(57)

Untuk memastikan apakah komputer client telah terhubung dengan

internet, maka dari komputer client perlu dilakukan perintah tracert pada kedua

jalur ISP. Pertama tracert yang dijalankan akan menggunakan jalur koneksi dari

Astinet dan kedua jalur koneksi internet dari Lintas Arta. Berikut adalah tracert

yang pertama dengan menggunakan jalur dari koneksi Astinet, ketikkan tracert

www.yahoo.com pada command prompt.

Gambar 4.27 Tracert menggunakan koneksi Astinet

Tracert adalah perintah untuk menunjukkan rute yang dilewati paket untuk

mencapai tujuan. Ini dilakukan dengan mengirim pesan Internet Control Message

Protocol (ICMP) Echo Request Ke tujuan dengan nilai Time to Live yang

semakin meningkat. Rute yang ditampilkan adalah daftar interface router (yang

paling dekat dengan host) yang terdapat pada jalur antara host dan tujuan.

Dalam hal ini perintah tracert akan menelusuri jalur routing server yahoo berada.

Berikut akan dijelaskan hasil dari Gambar 4.27, ada beberapa jalur yang

(58)

1. 10.10.10.1 merupakan alamat koneksi wlan pada router.

2. 161.subnet222-124-28.astinet.telkom.net.id merupakan

IP route dari koneksi Astinet.

3. Dilanjutkan melalui hops dari Singapore dan tokyo

4. Setelah melalui hops dari gateway wireless dan ISP maka akan melalui jalur

network yang akan menuju pada network tujuan , hops merupakan jumlah

titik network yang dilalaui sebelum menuju pada network yang dituju. Dan

pada akhir nya akan mencapai hops server yahoo.

Keterangan diatas menunjukkan bahwa routing load balancing telah berhasil,

karena dari penelusuran routing didapatkan data dari perintah tracert telah

menemukan rute yang dicari. Hal ini dapat dibuktikan dengan dilewatinya jalur

Astinet. Setelah melewati jalur Astinet akan di arahkan ke hops Singapore, Tokyo,

Paloalto dan yang terakhir masuk pada server yahoo.

Selanjutnya adalah tracert yang kedua yaitu dengan menggunakan koneksi

dari Lintas Arta, pada penelusuran menggunakan tracert ini menelusuri server

google.

(59)

Gambar 4.28 di atas menunjukkan bahwa koneksi dari Lintas Arta dengan

menulusuri tracert ke google berhasil dijalankan. Sama dengan tracert pada

yahoo, pada uji coba kali ini juga melalui beberapa hops namun berbeda hops

yang dilalui pada yahoo.

Setelah semua konfigurasi pada router telah dilakukan, maka seharusnya

implementasi load balancing PCC ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah

dirancang. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dari konfigurasi yang telah

dilakukan maka harus dilakukan pembuktian dan uji coba, dimana hal tersebut

(60)

5.1 Uji Coba Load Balancing Menggunakan Metode PCC

Pada Bab V ini akan dibahas mengenai hasil uji coba dari hasil implementasi

load balancing PCC yang telah dilaksanakan. Uji coba ini dilakukan pada

komputer client yang terhubung dengan router, dimana router ini sebai pusat yang

menghubungkan ISP1,ISP2 dan wireless. Cara uji coba adalah sebagai berikut:

1. Komputer client dikoneksikan ke router menggunkan media wireless yang

ada pada router tersebut.

2. Setelah terkoneksi, uji coba selanjutnya dengan cara melakukan “ping” ke

masing-masing IP addres ISP yaitu Astinet dan Lintas Arta.

3. Selanjutnya akan dilakukan test uji coba koneksi pada komputer client

dengan menggunakan tracert, uji coba ini dilakukan pada kedua koneksi

internet, sehingga dapat diketahui koneksi dari ISP mana yang akan dilalui

oleh client.

4. Uji coba load balancing PCC ini menggunakan dua cara, yang pertama

dengan cara melepaskan kabel salah satu kabel ISP yang terhubung dengan

mikrotik, yang kedua dengan cara disable salah satu koneksi dari ISP pada

mikrotik. Pada uji coba ini menggunakan cara yang kedua yaitu disable

salah satu ISP yang terkoneksi pada mikrotik. Setelah salah satu koneksi

(61)

5. Uji coba PCC akan dibuktikan dengan hasil print screen gambar mulai dari

konfigurasi router, karena dari hasil print screen ini dapat diketahui apakah

proses pengiriman paket data dapat menjalankan metode PCC, yang mana

router akan mengingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik koneksi.

Sehingga pada paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi

awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama pula.

5.1.1. Uji Coba Konek si ISP Astinet Melalui Komputer Client

Berikut adalah kondisi ketika komputer client terkoneksi dengan Astinet,

maka router akan mengarahkan request internet menuju koneksi Astinet seperti

pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Ping IP address Astinet

Gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa pengiriman paket dengan cara

melakukan ping ke alamat IP address jalur Astinet telah berhasil dilakukan.

Selanjutnya adalah tes koneksi menggunakan tracert, yang mana pada tes tersebut

request dari client menuju pada koneksi Astinet, yang akan ditunjukkan pada

(62)

Gambar 5.2Tracert Astinet

Pada Gambar 5.2 Perintah tracert dijalankan pada saat kedua jalur internet

sedang aktif semua, hal ini dapat dibuktikan dari hasil tracert

www.indowebster.com mengarah pada koneksi Astinet. Dari Gambar 5.2 di atas

terlihat bahwa perintah tracert berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini

dapat dilihat dari jalur yang dilewati oleh tracert yang telah dibahas pada Bab IV.

5.1.2. Uji Coba Konek si ISP Lintas Ar ta Melalui Komputer Client

Berikut adalah kondisi ketika komputer client terkoneksi dengan Lintas

Arta . Maka router mikrotik akan mengarahkan request internet dari jaringan

lokal menuju koneksi Lintas Arta.

(63)

Gambar 5.3 di atas menunjukkan bahwa pengiriman paket dengan cara

melakukan ping ke alamat IP address jalur Astinet, telah berhasil dilakukan.

Selanjutnya adalah tes koneksi menggunakan tracert, yang mana pada tes tersebut

request dari client menuju pada koneksi Lintas Arta, yang akan ditunjukkan pada

Gambar 5.4.

Gambar 5.4Tracert Lintas Arta

Pada Gambar 5.4 perintah tracert dijalankan pada saat kedua jalur internet

sedang aktif semua, hal ini dapat dibuktikan dari hasil tracert www.routeros.co.id

mengarah pada koneksi Lintas Arta. Selain itu pada Gambar 5.4 di atas terlihat

bahwa aplikasi tracert berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, hal ini bisa

dilihat dari jalur–jalur yang dilewati oleh aplikasi tracert yang telah dibahas pada

Bab IV.

5.1.3. Uji Coba Load Balancing Saat Konek si Astinet Mati

Pada uji coba ini dilakukan pada saat kondisi koneksi Astinet mati,

percobaan ini bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama bisa dilakukan

dengan cara memutus kabel koneksi dari ISP atau dengan disable koneksi melalui

(64)

mikrotik akan mengarahkan routing internet dari client menuju koneksi Lintas

Arta.

Gambar 5.5Tracert www.yahoo.com kondisi koneksi Astinet sedang terputus

Gambar 5.5 menunjukkan bahwa tracert www.yahoo.com dilakukan ketika

koneksi Astinet sedang dalam keadaan terputus, dan www.yahoo.com tersebut

secara otomatis akan dialihkan ke koneksi Lintas Arta. Perpindahan ini dapat

dibuktikan dengan perpindahan IP address dari Astinet 222.124.28.182 dan

(65)

saat di tracert kembali menjadi melewati IP address 123.231.254.129 dan diikuti

tulisan VL44-INRING-JKTCBRIGR2.idola.net.id[202.152.3.112].

5.1.4. Uji Coba Load Balancing Saat Konek si Lintas Ar ta Mati

Pada uji coba ini dilakukan pada saat kondisi koneksi Lintas Arta mati,

percobaan ini bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama bisa dilakukan

dengan cara memutus kabel koneksi dari ISP atau dengan memutus koneksi

melalui mikrotik. Dengan putusnya koneksi Lintas Arta, maka secara otomatis

router mikrotik akan mengarahkan routing internet dari client menuju koneksi

Astinet.

Gambar 5.6Tracert routeros.co.id saat kondisi koneksi Lintas Arta terputus Gambar 5.6 menunjukkan bahwa tracert www.routeros.co.id saat kondisi koneksi

(66)

dialihkan ke koneksi Astinet. Hasil ini dapat buktikan dengan peralihan saat

tracert dengan menggunakan link yang sama. Sebelumnya link dari routerost.co.id

telah terekam pada koneksi Lintas Arta akan tetapi setelah koneksi dari Lintas

Arta off maka secara otomatis koneksi mengarah ke koneksi Astinet

5.2. Uji Coba Load Balancing PCC

Uji coba “ping” load balancing PCC ini dilakukkan saat kedua koneksi

dalam keadaan berjalan semua, seperti yang terlihat pada hasil uji tracert

menggunakan 2 link yang berbeda yang terlihat pada Gambar 5.7. Pada uji coba

ini menggunakan link yang berbeda dikarenakan link yang terekam saat user

pertama kali browsing dan membuka halaman suatu website itu telah terekam

pada PCC.

(67)

Gambar 5.7 menunjukkan dari hasil uji coba menggunakan tracert, dari dua link

menuju koneksi internet yang berbeda, dan dari hasil tracert tersebut

menunjukkan bahwa load balancing PCC tersebut berhasil. Dua link tersebut

mengarah ke koneksi yang berbeda dikarenakan PCC telah merekam request jalur

client mengarah pada koneksi internet dari Astinet atau Lintas Arta saat client

melakukan request pertama kali.

5.2.1. Uji Coba Load balancing PCC saat Request Web

Uji coba load balancing saat request web ini dilakukkan ketika kedua

koneksi dalam keadaan berjalan semua, seperti yang terlihat pada hasil uji coba

menggunakan 2 link yang berbeda yang terlihat pada Gambar 5.8.

(68)

Gambar 5.8 menunjukkan secara default saat request web menuju ke koneksi

internet dari Astinet, tetapi saat kita menambah request web yang berbeda maka

akan dialihkan ke koneksi internet dari Lintas Arta. Akan tetapi pada saat salah

satu koneksi mati maka secara otomatis koneksi akan mengarah ke koneksi yang

masih menyala yaitu Lintas Arta. Pada uji coba ini pertama kali dilakukan request

ke routeros.co.id yang secara default menuju ke Astinet. Kemudian menambahkan

new tab pada web browser dan diisikan alamat website indowebster.com, disini

routing akan menjalankan fitur cek gateway karena default gateway menggunakan

gateway ISP 1, dan pada gateway 1 sedang sibuk melayani request trafik dari

routeros.co.id. Maka request trafik dari indowebster.com dialihkan ke gateway

(69)

Gambar 5.9 Hasil uji coba download menggunakan 1 PC

Gambar 5.9 menunjukkan hasil download saat kedua koneksi dari Astinet dan

Lintas Arta berjalan semua. Dari hasil download menunjukkan bahwa speed saat

download terbagi secara seimbang yaitu 59.5 KB/s dan 59.4 KB/s.

Uji coba selanjutnya dengan menggunakan 2 PC yang sama-sama melakukkan

Gambar

Gambar 3.3 Setting interface
Gambar 3.5 Diagram alir sistem PCC
Gambar 3.6   Pemberian alamat IP ketiga interface pada router
Gambar 4.1 Infrastruktur implementasi load balancing PCC.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Load balancing merupakan salah satu teknik routing yang dapat memanfaatkan beberapa sumber daya untuk dapat digunakan secara bersamaan.. Akan tetapi, ada berbagai metode pula

Tahap selanjutnya yaitu pengujian jaringan yang terdiri dari pengujian koneksi jaringan, pengujian web server pada client dan pengujian load balancing pada router

Penelitian ini dilakukan dengan penerapan dan mengukur Quality of service (QoS) pada kinerja load balancing dengan metode PCC menggunakan dua ISP yang terkoneksi pada

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk tetap menjaga kualitas koneksi internet adalah dengan menjaga trafik agar tetap berjalan seimbang dan menghemat bandwidth dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil implementasi load balancing menggunakan metode Per Connection Classifier (PCC) untuk

Dengan nilai throughput yang dihasilkan tetap pada kondisi sebelum dan sesudah dilakukannya load balancing disebabkan dari hasil parameter QOS pada source link pada

Pada jaringan gedung pusat BBPK Jakarta terdapat 3 lantai dan masing-masing ruangan mendapatkan koneksi internet melalui access point yang terpasang disetiap ruangan. Oleh

Dan alasan penulis melakukan konfigurasi load balancing agar pihak SMP Negeri 53 Surabaya mendapatkan hasil yang optimal dalam berlangganan 100 Mbps sebanyak 2 buah, dikarenakan