SKRIPSI
Oleh:
WIDI ARY CAHYO PUTRO
0834010280
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER
CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING
DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK
Disusun oleh :
WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280
Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang November Tahun Akademik 2012 / 2013
Pembimbing
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER
CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING
DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK
Disusun Oleh :
WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 23 November 2012
Fetty Tr i Anggr aeny, S.Kom, M.Kom NPT. 382020602081
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Oleh:
WIDI ARY CAHYO PUTRO
0834010280
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER
CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING
DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK
Disusun oleh :
WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280
Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang November Tahun Akademik 2012 / 2013
Pembimbing
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER
CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING
DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK
Disusun Oleh :
WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 23 November 2012
Fetty Tr i Anggr aeny, S.Kom, M.Kom NPT. 382020602081
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan penulis
mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Komputer di Jurusan Teknik Informatika Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM dengan
judul “LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER CONNECTION
CLASIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING DENGAN METODE 6TO4
SERTA DUAL STACK”. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah
tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tua saya, bapak dan ibu yang banyak memberikan do’a, kasih
sayang, cinta, kesabaran sejak kami dalam kandungan serta bimbingan, dan
semangat sampai saya menjadi sekarang ini serta keluarga besar yang
mendukung dan mensupport saya baik budhe, mas dan mbak.
2. Prof.Dr.Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur
4. Ibu Dr.Ir. Ni Ketut Sari, MT Selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika. FTI,
UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Hudan Studiawan, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing, yang telah
sabar dan arif dalam membimbing dan memberikan nasehat.
6. Bapak Onno W Purbo, selaku pakar IT dan moderator speedywiki dan yang
selalu menjawab pertanyaan saya seputar IPv6 dan jaringan melalui
8. Om M.zanis aka cep_ yang lebih dikenal sebagai moderator kaskus yang juga
telah membantu saya dan memberikan jawaban atas pertanyaan seputar IPv6
dan mikrotik.
9. Tante Mary Widyaningsih, A,md yang telah menjadi tempat curhat dan
kegalauan saya. Sebagai penasehat dan pemberi saran/kritik atau masukan
buat saya.
10.Terima kasih buat teman Libsink dan Libsinkwati. skeh, bowo, jun, opay, ilur,
sinyo, ivon, kepet, yudit, bocor, dadang, rizal, rere, iwed, reva yang telah
memberikan bantuan doa, dukungan, hiburan dan dana :p
11.Terima kasih juga buat teman-teman SMA atau alumni SMAN 15 SBY yang
telah mendungung dan mendoakan agar terselesaikan nya tugas akhir ini.
12.Serta orang-orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya.
Terimakasih atas bantuannya semoga Allah SWT yang membalas semua
kebaikan dan bantuan tersebut.
Demikianlah laporan ini disusun semoga bermanfaat, sekian dan terima
kasih.
Surabaya, 05 November 2012
Penulis
ABSTRAK ……….… i
2.1.6 IPv6………. 19
2.1.7 Dual Stack………..…. 23
2.1.8 Tunneling………. 24
2.1.9 Tunnel Broker.………. 28
2.1.10 Mikrotik………... 29
BAB III: PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Perancangan Sistem………..………….. 303.2 Komponen Hardware dan Software ……….. 30
3.2.1 Perencanaan Topologi Jaringan Load Balancing Pada IPv4………..……... 33
3.2.2 Perancangan Topologi Jaringan Tunneling 6to4 dan Dual Stack….………. 34
3.2.3 Diagram Alir Sistem Load Balancing…... 36
3.2.4 Diagram Alir Sistem PCC………... 39
3.2.5 Diagram Alir Tunnel Broker…………..…. 41
3.3.1 Perancangan Interface pada …….. 45
3.3.2 Perancangan Konfigurasi pada Router…. 46
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Implementasi Load Balancing IPv4 PCC ………. 48
4.2 Konfigurasi Mikrotik ……….………..… 49
4.2.1 Konfigurasi Interface IPv4 pada Mikrotik. 49
4.2.2 Konfigurasi Load Balancing PCC
IPv4 pada Mikrotik……... ………….….. 52
5.1.1 Uji coba Koneksi ISP Astinet melalui
Komputer Client IPv4……….... 86
5.1.2 Uji coba Koneksi ISP Lintas Arta melalui
5.2 Uji Coba Load Balancing PCC pada IPv4…... 91
5.2.1 Uji Coba Load Balancing PCC pada
IPv4 saat Request Web.…..…………..…. 92
5.2.2 Uji Coba Load Balancing PCC pada
IPv4 saat Download…. ………….….…... 93
5.3 Uji Coba Load Balancing PCC pada IPv4
melalui jalur Dual Stack……….………...… 100
5.4 Uji Coba Tunneling 6to4……….…...…… 103
5.5 Uji Coba Dual Stack………………… 108
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……….. 112
5.2 Saran ………. 113
DAFTAR PUSTAKA
i
ABSTRAK
Kemajuan dan perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin cepat.
menjadikan kebutuhan akan teknologi komunikasi data sangat penting dengan
menggunakan dua internet service provider atau lebih dapat dijadikan solusi
untuk memenuhi kebutuhan internet. Load balancing merupakan salah satu teknik
routing yang dapat memanfaatkan beberapa ISP untuk dapat digunakan secara
bersamaan. Akan tetapi, ada berbagai metode pula yang dapat digunakan, salah
satunya adalah metode PCC. Sedangkan untuk client yang menggunakan IPv6
dapat menggunakan metode tunneling 6to4 sebagai serta dual stack sebagai
gateway.
Per Connection Clasifier (PCC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk
mengelompokan trafik koneksi yang melalui router menjadi beberapa kelompok.
Sehingga router akan mengingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik
koneksi dan pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi
awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama juga.
IP tunnel merupakan jaringan komunikasi Protokol Internet antara dua
jaringan komputer yang digunakan untuk transportasi menuju jaringan lain dengan
mengkapsulkan paket. Dapat digunakan untuk membuat jaringan maya pribadi
(Virtual Private Network) antara dua atau lebih jaringan pribadi melewati jaringan
umum misalnya internet. Penggunaan umum lainya adalah untuk menghubungkan
antara IPv6 dan IPv4 internet.
Dari hasil implementasi dapat diketahui bahwa load balancing menggunakan
metode PCC berjalan pada client IPv4 menggunakan ISP Astinet dengan internet
speed 6 Mbps, dan ISP Lintas Arta dengan internet speed 1 Mbps. Sedangkan
untuk IPv6 menggunakan metode tunneling didapatkan dari tunnel broker yang
meminjamkan alamat prefix global. Dengan demikian user yang menggunakan
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting seiring dengan kemajuan
dan perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin canggih. Sering
terjadinya masalah pada jaringan terutama pada konektifitas dan beban kerja pada
suatu jaringan. Oleh sebab itu, diperlukan perancangan yang tepat dan handal
dalam membangun kualitas jaringan yang baik. Dalam lalu lintas suatu jaringan,
server mempunyai peran yang sangat penting. Salah satu solusi praktis dan tepat
yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan
melakukan pendistribusian beban kerja (load balancing).
Selama ini masih banyak orang yang beranggapan salah tentang load
balancer, bahwa dengan menggunakan load balance dua jalur koneksi, maka
besar bandwidth yang akan didapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth
sebelum menggunakan load balance atau dalam kata lain akumulasi dari kedua
bandwidth tersebut. Load balancing adalah sebuah konsep yang gunanya untuk
menyeimbangkan beban atau muatan pada infrastuktur jaringan. Dalam sistem
load balancing, proses pembagian bebannya memiliki metode dan algoritma
tersendiri. PCC (Per Connection Classifier) merupakan salah satu metode yang
mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi
beberapa kelompok (Mikrotik, 2012).
IP tunnel merupakan suatu kanal jaringan komunikasi Internet Protokol
antara dua jaringan komputer yang digunakan untuk transportasi menuju jaringan
lain dengan mengkapsulkan paket. IP Tunnel sering kali digunakan untuk
menghubungkan dua jaringan IP yang tidak bergabung dan yang tidak memiliki
alamat penjaluran asli (native routing path) ke lainnya, melalui protokol
penjaluran utama melewati jaringan transportasi tingkat menegah. Bersama
dengan protokol IPsec keduanya kemungkinan digunakan untuk membuat
jaringan maya pribadi (Virtual Private Network) antara dua atau lebih jaringan
pribadi melewati jaringan umum misalnya internet. Penggunaan umum lainnya
adalah untuk menghubungkan antara instalasi IPv6 dan IPv4 internet (Stalling,
2000).
Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini akan di jelaskan tentang load
balancing menggunakan metode PCC dan tunneling 6to4 serta dual stack.
Diharapkan metode PCC ini dapat dijadikan solusi lain dalam penerapan
penggunaan metode pada load balancing. Karena kelebihan dari metode PCC ini
yakni untuk menjawab sering putusnya koneksi pada teknik load balancing akibat
dari perpindahan gateway. Dan tunneling digunakan untuk client yang
menggunakan baik itu hanya IPv6 ataupun menggunakan IPv6 dan IPv4 secara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara merancang sebuah jaringan wired dan wireless dengan
memanfaatkan efisiensi bandwidth dan tidak ada pembebanan koneksi
pada salah satu provider.
2. Bagaimana cara menggabungkan dua koneksi dari provider yang
berbeda ke dalam satu jaringan yang utuh, menggunakan metode PCC
pada IPv4.
3. Bagaimana cara memeratakan beban ISP (Internet Service Provider)
kepada suatu ISP yang lain dengan load balancing pada metode PCC.
4. Bagaimana menghubungkan client IPv6 ke dalam jaringan IPv6
internet.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan batasan
masalah sebagai berikut:
1. Hanya mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC pada
IPv4. Implementasi load balancing menggunakan bandwidth dedicated.
2. Implementasi hanya dilakukan pada ISP yang menggunakan IP statis
dan tidak bisa menggunakan modem.
3. Tidak membahas kebijakan user management ataupun bandwidth
4. Tidak membahas IPv6 secara utuh, namun membahas pada metode
tunneling 6to4 dan dual stack.
5. Interkoneksi antara protocol IPv6 dengan IPv4 dalam bentuk
mekanisme tunneling yaitu menyediakan koneksi IPv6 melalui IPv4
(6to4) dengan sistem IPv6 tunnel broker dan metode dual stack.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Merancang jaringan yang stabil dan efisien dengan menerapkan sistem
penggabungan koneksi dengan load balancing.
2. Menyediakan layanan internet yang nyaman, stabil, cepat dan memiliki
kemananan yang lebih baik.
3. Mengetahui dan memahami load balancing pada metode PCC.
4. Mengetahui dan memahami metode tunneling IPv6 dan perlunya
bermigrasi ke IPv6.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari implementasi load balancing ini antara lain adalah:
1. Dengan metode PCC dapat menjawab masalah sering putusnya koneksi
akibat dari load balancing karena perpindahan gateway.
2. Dengan menggunakan PCC, penyebaran beban jaringan menjadi lebih
3. Mempersiapkan diri dalam rencana migrasi dari IPv4 ke IPv6 agar
memahami versi baru dari internet protocol.
4. Tidak hanya memiliki client IPv4 namun juga Memiliki client IPv6 yang
dapat terhubung ke jaringan IPv6 global.
1.6 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan penelusuran dan pembelajaran terhadap
berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, tugas akhir,
referensi-referensi baik melalui perpustakaan maupun internet dan lain
sebagainya yang terkait dengan judul penelitian ini.
2. Analisis Kebutuhan
Menganalisis kebutuhan dengan cara seperti pengumpulan data, analisis
data, serta analisis kebutuhan hardware dan software. Tahapan ini
sangat penting untuk menunjang pada tahapan perancangan dan
pembuatan.
3. Perancangan dan Pembuatan
Pada tahap ini dilakukan pengerjaan konfigurasi, mulai dari
perancangan sampai pembuatan konfigurasi load balancing dengan
metode PCC dan konfigurasi tunneling 6to4 serta dual stack pada
4. Uji Coba
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian load balancing dengan
Mikrotik pada jaringan komputer IPv4 dan Pengujian jaringan IPv6
global yang melalui media tunnel broker sebagai penyedia/peminjam
alamat sementara IPv6, untuk mendapatkan hasil sesuai yang
diharapkan.
5. Dokumentasi
Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan tugas akhir untuk dijadikan
sebagai dokumentasi hasil penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan akan disajikan dalam
beberapa bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan tugas
akhir ini.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang teori-teori dan penjelasan yang
berkaitan dengan permasalahan dan penyelesaian masalah
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN
Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan sistem,
konfigurasi load balancing pada Mikrotik dengan metode
PCC dan metode tunneling 6to4 serta dual stack konfigurasi
IPv4 dan IPv6 pada sisi user.
BAB IV IMPLEMENTASI
Pada bab ini berisi tentang implementasi konfigurasi load
balancing dengan metode PCC dan metode tunneling 6to4
serta dual stack menggunakan Mikrotik
BAB V UJ I COBA
Pada bab ini berisi tentang hasil uji coba implementasi
konfigurasi load balancing dengan metode PCC dan
metode tunneling 6to4 serta dual stack. Serta hasil uji coba
yang telah dilakukan user.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil
dari keseluruhan isi laporan tugas akir, dan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini dipaparkan tentang sumber-sumber literatur
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1Dasar Teori
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada
beberapa dasar teori yang akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1.1 J aringan LAN
Local Area Network (LAN) merupakan jaringan milik pribadi di dalam
sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN
seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan
workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai
bersama sumberdaya dan saling bertukar informasi. Untuk menghubungkan antar
workstation tersebut dibutuhkan suatu topologi yang tepat untuk masing-masing
tempat.
Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu dengan
komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Cara yang saat ini banyak
digunakan adalah bus, ring, star. Masing-masing topologi ini mempunyai ciri
khas, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Setiap topologi memiliki
karakteristik yang berdeda-beda dan masing-masing juga memiliki keuntungan
1. Topologi Bus
Pada topologi bus biasanya menggunakan kabel koaksial. Seluruh jaringan
biasanya merupakan satu saluran kabel yang kedua ujungnya diterminasi
dengan alat berupaTerminator.
2. Topologi Ring
Metode ring adalah cara menghubungkan komputer sehingga berbentuk
lingkaran. Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama. Jaringan akan
disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul dan setiap informasi
yang diterima simpul diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya atau
bukan. Pada topologi ini kabel yang digunakan akan membentuk lingkaran
tertutup sehingga mengesankan cincin tanpa ujung.
3. Topologi Star
Merupakan topologi yang banyak digunakan pada saat ini. Kontrol pada
topologi star terpusat, semua link harus melewati pusat yang menyalurkan
data tersebut kesemua simpul atau client yang dipilihnya. Simpul pusat
dinamakan server dan lainnya dinamakan client server. Setelah hubungan
jaringan dimulai oleh server maka setiap client server sewaktu-waktu
dapat menggunakan hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah
dari server. pada jaringan akan berkomunikasi melalui sebuah pusat atau
konsentrator. Aliran data setiap node akan menuju konsentrator (hub)
jenis ini maka jaringan mudah dikembangkan dengan menarik kabel ke
konsentrator/node pusat (Hunt & Brenton, 2005).
Masing-masing topologi ini mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Setiap topologi memiliki karakteristik yang berdeda-beda
dan masing-masing juga memiliki keuntungan dan kerugian.
Media Transmisi Data
Kabel UTP Jaringan komputer sekarang menggunakan kabel UTP
(Unshielded Twisted Pair) dengan standar 100 base – TX Fast Ethernet. Kabel
UTP terdiri dari 4 pasang kawat berulir (twistwed Pair Wire) sehingga pada kabel
itu semuanya terdapat 8 kawat. Setiap pasang akawat ini di beri kode warna, yang
pertama warna penuh (Biru, Jingga, Hijau atau cokelat) dan pasangannya yang
berulir seputar yang utama tadi dengan warna putih dan
strip warna yang sesuai dengan pasangannya Ada 2 macam kabel ini, yaitu:
1. Shielded Twisted Pair (STP), kabel dengan selubung pembungkus
2. Unshielded Twisted Pair (UTP), kabel tanpa selubung pembungkus
Fungsi selubung untuk penahan (grounding) untuk mengurangi
gangguan jadi kabel STP lebih bagus dibandingkan UTP.
Karakteristik utama kabel twisted pair adalah sebagai berikut:
1. Kabel yang dipelintir satu sama lain untuk mengurangi interferensi
2. Dapat terdiri atas dua, empat atau lebih pasangan kabel.
3. Dapat melewatkan sinyal sampai 10 Mbps.
4. Koneksi menggunakan RJ-11 atau RJ-45.
5. STP tahan gangguan daripada UTP sehingga kecepatannya sampai 100
Mbps.
6. Dibutuhkan hub untuk membangun sebuah LAN.
7. Lebih mudah dipelihara karena kerusakan pada satu saluran tidak
menganggu saluran lain.
Konektor Merupakan peralatan yang digunakan untuk menghubungkan
suatu media transmisi tertentu dengan network interface card. RJ-45 Pada
ujung-ujung kabel CAT 5 ini dipasangkan konektor yang dikenal sebagai konektor
RJ-45. Konektor RJ-45 ini mirip dengan konektor pada kabel telepon (RJ-11). Bila
pada kabel telepon menggunakan tiga pasang kawat, maka kabel network ini
empat pasang. Urutan penyambungan kabel UTP ke konektor RJ-45 untuk metode
straight cable
Untuk penyambungan kabel UTP ke konektor RJ-45 utuk metode Cross cable,
dengan urutan kabelnya:
Gambar 2.2 Pengkabelan Cross
2.1.2 J aringan Nir kabel
Jaringan nirkabel merupakan sebuah LAN dimana transmisi data
(pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi
radio lewat udara, menyediakan sebagian besar keunggulan dan keuntungan
dari teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel. Muncul dan
berkembangnya sistem jaringan nirkabel dipicu oleh kebutuhan akan biaya
pengeluaran yang lebih rendah menyangkut infrastruktur jaringan dan untuk
mendukung aplikasi jaringan bergerak dalam efisiensi proses, akurasi dan biaya
pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis. Solusi jaringan nirkabel dapat
jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel atau menyewa peralatan
komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial up. Beberapa perusahaan
bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk
penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan
Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Jaringan Adhoc
Jaringan adhoc adalah komunikai antara dua device atau lebih yang dilakukan
secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point. Jaringan
adhoc juga dikenal dengan jaringan peer-to-peer. Pada jaringan adhoc, setiap
client bisa mengakses resource dari client lain, bukan ke server pusat.
Gambar 2.3 Jaringan Ad – Hoc
2. Jaringan Infrastruktur
Jaringan Infrastruktur adalah komunikasi antara dua device atau lebih yang
dilakukan dengan bantuan device tambahan seperti access point. Dengan
adanya access point, maka wilayah akses bisa menjadi semakin luas. Pada
jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat.
2.1.3 Load Balancing
Load balancing merupakan suatu teknik pendistribusian beban trafik pada
dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan secara
optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan
menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing bukanlah
menambah besar bandwidth yang kita peroleh, akan tetapi hanya bertugas
membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara
seimbang (Purbo, 2008).
Banyak cara dan pilihan untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi
dengan sistem load balancing. Cara kerja dan prosesnya pun berbeda-beda satu
dengan yang lainnya. Namun, cara yang paling umum dan banyak digunakan
adalah dengan mengandalkan konsep Virtual server atau Virtual IP. Dalam sistem
load balancing, proses pembagian bebannya memiliki teknik dan algoritma
tersendiri. Pada perangkat load balancing yang kompleks biasanya disediakan
bermacam-macam algoritma pembagian beban ini. Sebenarnya ada satu cara
mudah untuk mencapainya dengan menggunakan yang namanya balance.
Beberapa keuntungan dari penerapan load balancing antara lain:
1. Scalability
Ketika beban sistem meningkat, kita dapat melakukan perubahan terhadap
sistem agar dapat mengatasi beban sesuai dengan kebutuhan.
Load balancer secara terus-menerus melakukan pemantauan terhadap server.
Jika terdapat server yang mati, maka load balancer akan menghentikan
request ke server tersebut dan mengalihkannya ke server yang lain.
3. Manageability
Mudah ditata meskipun secara fisik sistem sangat besar.
4. Security
Untuk semua trafik yang melewati load balancer, aturan keamanan dapat
diimplementasikan dengan mudah. Dengan private network digunakan untuk
server, alamat IP nya tidak akan diakses secara langsung dari luar sistem.
Pada tugas akhir ini akan dibahas penerapan load balancing dengan
metode PCC. Untuk membuat load balancing menggunakan metode PCC kita
membutuhkan 2 buah koneksi internet atau lebih dan sebuah Mikrotik yang
bertindak sebagai pengatur load balancing dan juga sebuah komputer atau laptop
bertindak sebagai testerload balancing berjalan atau tidak nya.
2.1.4 PCC
Selama ini masih banyak orang yang beranggapan salah tentang load
balancer, bahwa dengan menggunakan load balance dua jalur koneksi, maka
besar bandwidth yang akan didapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth
sebelum menggunakan load balance atau dalam kata lain akumulasi dari kedua
bandwidth tersebut. Hal ini perlu diperjelas terlebih dahulu, bahwa load balance
tidak akan menambah besar bandwidth yang diperoleh, tetapi hanya bertugas
untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara
seimbang.
Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik koneksi yang melalui router
menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan
src-address, dst-address, src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat jalur
gateway yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket
selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan pada
jalur gateway yang sama juga. PCC matcher akan memungkinkan untuk membagi
lalulintas ke aliran yang sama dengan kemampuan untuk menyimpan paket-paket
dengan pilihan yang spesifik dalam satu aliran tertentu.
Kelebihan dari PCC ini menjawab banyaknya keluhan sering putusnya
koneksi pada teknik load balancing lainnya sebelum adanya PCC karena
2.1.5 IPv4
Dalam dunia komunikasi data komputer, protokol mengatur bagaimana
sebuah komputer berkomunikasi dengan komputer lain. Dalam jaringan komputer
terdapat berbagai macam protokol yang dapat digunakan tetapi agar dua buah
komputer dapat berkomunikasi, keduanya perlu menggunakan protokol yang
sama. Protokol berfungsi mirip dengan bahasa dan agar dapat berkomunikasi
harus berbicara dan mengerti bahasa yang sama.
IP (Internet Protocol) adalah protokol yang mengatur komunikasi data
komputer di internet. Komputer-komputer yang terhubung ke internet
berkomunikasi dengan protokol ini. Pada saat ini protokol jaringan yang
digunakan adalah IPv4, dimana kelemahan utamanya untuk saat ini adalah jumlah
alokasi alamat yang sedikit yaitu sejumlah 232 (= 3,4x1038). Oleh karena itu saat
ini juga telah dikembangkn standar baru yaitu Internet Protocol version 6 (IPv6)
yang mampu mengakomodasi pengalamatan hingga sejumlah 2128 (=3,14x1038)
host.
Dalam jaringan komputer, pengalamatan IP merupakan hal yang sangat
penting karena pengalamatan ini merupakan pengidentifikasian suatu komputer
pada jaringan sehingga memiliki identitas yang unik. Dengan adanya IP address
dapat diketahui sumber ataupun tujuan dari pengiriman paket. IPv4 menggunakan
notasi biner yang memiliki panjang 32 bit.
Pada dasarnya, arsitektur IPv4 menganut konsep classful addressing, yaitu
6.25% D, dan 6.25% E). Bila direpresentasikan dengan notasi desimal, pembagian
kelas ini dapat dilihat dari byte/oktet pertama seperti pada table 2.1.
Kelas IP Byte Pertama
kelas A, B dan C, sedangkan alamat kelas D biasanya digunakan untuk keperluan
multicasting dan kelas E untuk keperluan experimental. Pada IPv4 dikenal juga
istilah subnet mask yaitu angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan
network ID dan host ID.
J enis-jenis Alamat IPv4
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah
antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork IP. Alamat
unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
2. Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh
setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast
3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh
satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda.
Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many. (Arif & Purbo,
2011).
2.1.6 IPv6
IPv6 adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam
protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol Internet versi 6. Panjang
totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4 x
1038 host komputer di seluruh dunia. Contoh alamat IPv6 adalah
21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a
Berbeda dengan IPv4 yang hanya memiliki panjang 32-bit (jumlah total
alamat yang dapat dicapainya mencapai 4,294,967,296 alamat), alamat IPv6
memiliki panjang 128-bit. IPv4, meskipun total alamatnya mencapai 4 miliar,
pada kenyataannya tidak sampai 4 miliar alamat, karena ada beberapa limitasi,
sehingga implementasinya saat ini hanya mencapai beberapa ratus juta saja.
IPv6, yang memiliki panjang 128-bit, memiliki total alamat yang mungkin
hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk
menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke
depan), dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis,
Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCPv6 Server
sebagai pengelola alamat. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static
address, maka dalam IPv6, konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP
Server dinamakan dengan stateful address configuration, sementara jika
konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan dengan stateless address
configuration.
Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi
(high-order bit) sebagai alamat jaringan sementara bit-bit pada tingkat rendah
(low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal serupa. Dalam IPv6,
bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat
IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet
mask, yang ada hanyalah Format Prefix.
J enis-jenis Alamat IPv6
IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yakni sebagai berikut:
• Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point,
secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan.
• Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan
sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama.
Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-to-many.
• Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data
komunikasi one-to-one-of-many. Alamat ini juga digunakan hanya
sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada
router, bukan kepada host-host biasa.
Jika dilihat dari cakupan alamatnya, alamat unicast dan anycast terbagi menjadi
alamat-alamat berikut:
• Link-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah
komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam
satu subnet.
• Site-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah
komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam
sebuah intranet.
• Global Address, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan
sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya
dalam Internet berbasis IPv6.
Sementara itu, cakupan alamat multicast dimasukkan ke dalam struktur
alamat.
Penggunaan IPv6 yang memiliki nama lain IPng (Internet Protocol Next
Generation) pertama kali direkomendasikan pada tanggal 25 juli di Toronto pada
saat pertemuan IETF (Internet Engineering Task Force). Perancangan IPv6 ini
dilatarbelakangi oleh keterbatasan pengalamatan IPv4 yang saat ini memiliki
menangani seluruh pengguna internet di masa depan akibat dari pertumbuhan
jaringan internet. IPv6 menyediakan ruang alamat sebesar 128 bit yaitu 4 kali
lipat ruang alamat yang disediakan.
Gambar 2.6 Struktur Header IPv4 dan IPv6
Field-field pada header IPv6 dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
a. Version : field 4 bit yang menunjukkan versi Internet Protokol.
b. Flow Label : field 24 bit yang digunakan oleh pengirim untuk
memberi label pada paket-paket yang membutuhkan penanganan
khusus dari router IPv6, seperti quality of service yang bukan default,
misalnya service-service yang bersifat real-time.
c. Payload Length : field berisi 16 bit yang menunjukkan panjang
payload, yaitu sisa paket yang mengikuti header IPng, dalam oktet.
d. Next Header : field 8 bit yang berfungsi mengidentifikasi header
e. Hop Limit : field berisi 8 bit unsigned integer. Menunjukkan jumlah
link maksimum yang akan dilewati paket sebelum dibuang. Paket
akan dibuang bila Hop Limit bernilai nol.
f. Source Address : field 128 bit, menunjukkan alamat pengirim paket.
g. Destination Address : field 128 bit, menunjukkan alamat penerima
paket (Rafiudin, 2008).
2.1.7 Dual Stack
Dalam sebuah jaringan dual stack, host dan router mengimplementasikan
IPv4 dan IPv6. Gambar 2.2 menggambarkan bagaimana tumpukan jaringan
ganda dapat mendukung kedua layanan IPv4 dan IPv6 selama periode transisi.
Saat ini, jaringan dual stack adalah mekanisme yang lebih disukai untuk transisi
ke IPv6 (Rafiudin, 2008).
2.1.8 Tunneling
IP tunnel adalah kanal jaringan komunikasi Protokol Internet (IP) antara
dua jaringan komputer yang digunakan untuk transportasi menuju jaringan lain
dengan mengkapsulkan paket ini. IP Tunnel sering kali digunakan untuk
menghubungkan dua jaringan IP tidak bergabung yang tidak memiliki alamat
penjaluran asali (native routing path) ke lainnya, melalui protokol penjaluran
utma melewati jaringan transportasi tingkat menegah. Bersama dengan protokol
IPsec keduanya kemungkinan digunakan untuk membuat jaringan maya pribadi
(Virtual Private Network) antara dua atau lebih jaringan pribadi melewati jaringan
umum misalnya internet. Penggunaan umum lainya adalah untuk menghubungkan
antara instalsi IPv6 dan IPv4 internet.
Dalam melakukan IP tunel, setiap paket IP, termasuk informasi
pengalamatan dari sumber dan tujuan jaringan IP, dikapsulasi dengan format
paket asali lainnya ke jaringan antara (transit network). di batas antara jaringan
sumber ke jaringan antara serta antara jaringan antara ke jaringan tujuan, gerbang
jaringan (Gateways) digunakan untuk membangun titik akhir IP tunnel antar
jaringan. Kemudian, titik akhir IP tunnel menjadi penjalur IP asali (native IP
routers) yang membuat standar penjalur IP antara jaringan sumber dan jaringan
tujuan.
Tunneling memungkinkan jaringan IPv6 yang terpisah untuk
berkomunikasi melalui jaringan IPv4. Misalnya, untuk satu jenis metode
dan diterjemahkan oleh router pada jaringan IPv6 penerima. Gambar 2.3
menggambarkan proses tunneling IPv6 data dalam sebuah jaringan IPv4.
Gambar 2.8 Metode Tunneling
Notasi Alamat dan Prefix Alamat IPv6
Alamat IPv6 lebih panjang dari alamat IPv4, sehingga menimbulkan
permasalahan dalam penggunaan dotted decimal seperti pada IPv4. Apabila
menggunakan notasi dotted decimal tersebut, maka alamat IPv6 sepanjang 128
bit harus dibagi menjadi 16 oktet dan masing-masing oktet dituliskan dalam
angka decimal dari 0 sampai 255. Untuk contoh alamat IPv6 yang
menggunakan notasi dotted decimal adalah sebagai berikut:
167.128.81.87.252.25.0.0.0.0.157.200.212.203.31.255
Alamat seperti di atas, menimbulkan masalah dengan mengingat
nomor IP. Sehingga dari alamat tersebut dapat dibuat lebih sederhana dengan
menggunakan notasi- notasi pada alamat IPv6 sebagai berikut yang
Gambar 2.9 Model Biner, Desimal, dan Hexadesimal IPv6
Dari contoh alamat yang menggunakan notasi dotted decimal, maka dapat
diubah menjadi notasi heksadesimal sebagai berikut:
a. Dotted Decimal :
167.128.81.87.252.25.0.0.0.0.157.200.212.203.31.255
b. Hexadesimal :
A780:5157:19FC:0000:0000:9DC8:D4CB:1FFF
Kompr esi Nol Pada Alamat IPv6
Pada pengalamatan IPv6, terdapat suatu teknik lain yang bisa digunakan
untuk memperpendek penulisan alamat IPv6 setelah melalui notasi heksadesimal.
Teknik tersebut dinamakan kompresi nol (zero compression). Dengan teknik ini,
maka dimungkinkan untuk mengganti bilangan heksadesimal yang
merepresentasikan nol kedalam dua karakter ‘titik dua’ atau ’::’. Karakter titik
dua atau double colons (::) digunakan untuk menggantikan dua string nol pada
dapat dilihat dengan cara melihat Oktet heksadesimal selain tanda double colons
(::) dengan total keseluruhan Oktet adalah 8 Oktet heksadesimal. Untuk lebih
jelas, dapat melihat gambar berikut:
Gambar 2.10 Kompresi Nol Alamat IPv6
Notasi Gabungan Alamat IPv6
Teknik ini menggabungkan 96 bit pertama dari alamat IPv6 yang
menggunakan notasi heksadesimal serta double colons (::) dengan 32 bit
terakhir yang menggunakan notasi dotted decimal. Sebagai contoh dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2.11 Notasi Gabungan
menjadi : A780:5157:19FC::9DC8:212.203.31.255. Pada contoh di atas 48 bit
pertama merupakan Network ID (prefix). Apabila alamat IPv6 tersebut ditulis
dengan menambahkan prefix-nya, maka menjadi:
A780:5157:19FC::9DC8:D4CB:1FFF/48 (Rafiudin, 2008).
2.1.9 Tunnel Broker
Tunnel Broker atau lebih dikenal dengan HE (Hurricane Electric)
berpusat di Amerika dan memiliki beberapa server di Benua Asia (APNIC)
yang terdapat di Hongkong, Singapore dan Tokyo. Benua Eropa (RIPE) terdiri
dari Amsterdam, Frankruft, London, Paris, Stockholm, dan Zurich. Amerika
Utara (ARIN) terdiri dari Ashburn, Chicago, Dallas, Fremont, Loas Angeles,
Miami, New York, Seattle, dan Toronto. Tunnel Broker merupakan tempat
koneksi user IPv4 untuk melakukan proses registrasi dan aktifasi tunnel.
Tunnel broker bertugas untuk mengatur pembentukan, modifikasi dan
pembubaran tunnel sesuai dengan permintaan user. Dalam prakteknya tunnel
broker dapat membagi beban jaringan kepada beberapa tunnel server, dengan
cara mengirimkan konfigurasi kepada tunnel server yang bersangkutan pada saat
tunnel tersebut dibentuk, dimodifikasi ataupun dihapus.
Selain itu tunnel broker juga berkewajiban untuk mendaftarkan alamat
IPv6 user dan memasukkannya dalam DNS server. Tunnel broker harus
mendukung IPv4 tetapi tidak harus mendukung IPv6, karena Tunnel Broker
berhubungan langsung dengan IPv4 dan hubungan tunnel broker dan tunnel
2.1.10 Mikrotik
MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang
handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan
wireless. Berbagai pengembangan telah dilakukan hingga saat ini tersedia
perangkat lunak sistem operasi router versi 2 yang menjamin kestabilan, kontrol,
dan fleksibilitas pada berbagai media antar muka dan sistem routing dengan
menggunakan komputer standart sebagai hardware. Perangkat lunak ini
mendukung berbagai aplikasi ISP, mulai dari RADIUS modem pool, hingga
backbone circuit dengan DS3. MikroTik RouterOS™ merupakan salah satu
produk perangkat lunak yang dikeluarkan oleh MikroTik yang berkantor pusat di
Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully
3.1. Perencanaan Sistem
Perancangan ini bertujuan untuk memberi gambaran sistem load balancing
PCC dan tunneling 6to4 serta dual stack dengan menggunakan diagram alir
beserta pengaturan sistem, device dan routing yang diatur sesuai dengan
kebutuhan. Dengan perancangan ini diharapkan sistem dapat lebih mudah dibaca,
untuk itu perlu persiapan software dan hardware yang akan digunakan dalam
Mikrotik tipe RB751U-2HND, dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Architecture: MIPS-BE
2. CPU: AR7241 400MHz
3. Main Storage/NAND: 64MB
4. RAM: 32MB
5. LAN: 5 Port
6. Wireless Standarts: 802.11 b/g/n
9. Antenna Gain: 2 x 2,5dBi
10.USB: 1
11.Power Jack: 8-30V
12.Dimentions: 113x138x29mm
13.Operating System: RouterOS
14.Temperature Range: -20C .. +50C
15.RouterOS License: Level 4
2. Kabel UTP (Unshielded twisted-pair)
Merupakan kabel jaringan komputer. Penggunaannya maksimal 100 meter
dan jika lebih harus dipasang repeater (penguat sinyal data). Pengurutan
warna kabel UTP dibedakan menjadi dua macam, yaitu model straight dan
crossover. Model straight digunakan untuk hubungan PC ke Hub dan
model crossover digunakan untuk menghubungkan PC ke PC. Untuk
menghubungkan switch ke router di sini menggunakan kabel UTP tipe
crossover sebanyak 2 buah.
3. Switch
Merupakan suatu perangkat jaringan yang menyaring dan melewatkan
paket yang ada di sebuah LAN dan pada implementasi ini digunakan 1
buah switch. Switch pada implementasi tugas akhir ini digunakan untuk
memisahkan 2 ISP yang telah menjadi satu. Dengan spesifikasi: Switch
Merupakan sebuah utility yang digunakan untuk melakukan akses secara
remote ke mikrotik dalam mode GUI. Pada implementasi ini WinBox
digunakan untuk setting load balancing PCC pada mikrotik. WinBox
dapat berjalan pada sistem operasi windows, linux dan MAC. Aplikasi ini
dapat di unduh pada IP default mikrotik di 192.168.88.1 ketika membuka
browser, kemudian pilih menu download untuk mengunduh WinBox.
Untuk pengguna linux WinBox memerlukan Wine yang berfungsi sebagai
mesin virtual windows agar WinBox dapat berjalan di linux,
5. USB Flashdisk 4GB
USB flashdisk merupakan alat data memori flash tipe NAND yang
memiliki alat penghubung USB yang terintegrasi. USB flashdisk di sini di
gunakan sebagai media penyimpanan web proxy cache mikrotik. Karena
media penyimpanan mikrotik yang terbatas sekitar 64 MB, maka
dibutuhkan media penyimpanan atau storage tambahan.
6. Modem
Menggunakan USB modem sebagai media layanan internet . USB modem
dapat menggunakan berbagai merk apapun asalkan telah terinstall dalam
laptop/pc maka USB modem siap untuk digunakan.
7. Laptop/PC
Laptop maupun PC berfungsi sebagai gateway pengganti dari koneksi
Agar penerapan proses load balancing ini dapat berjalan serta mudah
untuk dipahami, oleh karena itu diperlukan adanya gambaran topologi yang jelas
mengenai perancangan topologi jaringan.
Gambar 3.1 Rancangan topologi jaringan IPv4
Gambar 3.1 merupakan rancangan topologi jaringan, dari rancangan
tersebut diharapkan alur proses dari load balancing PCC secara infrastruktur
dapat tergambar dengan jelas. Ether 1 merupakan IP dari Astinet dan ether 2
merupakan IP dari Lintas Arta. Agar user dapat terkoneksi dengan internet maka
user menggunakan gateway wireless 10.10.10.1 dan range IP yang dapat
3.2.2. Perencanaan Topologi J aringan Tunneling 6to4 dan Dual Stack
Gambar 3.2 merupakan rancangan topologi jaringan metode dual stack,
dari rancangan tersebut diharapkan alur proses dari load balancing PCC dan
metode dual stack secara infrastruktur dapat tergambar dengan jelas. Ether 1
merupakan IP dari Astinet dan ether 2 merupakan IP dari Lintas Arta. Dari tunnel
broker astinet mendapatkan server IPv6 address 2001:470:35:796::1/64 dan client
IPv6 address 2001:470:35:796::2/64, sedangkan untuk routing prefix IPv6
didapatkan ip 2001:470:edf3::/48 dari tunnel broker maka pada router konfigurasi
dapat di tambahkan routing prefix IPv6 2001:470:edf3:1::1/64, Agar user dapat
terkoneksi dengan internet IPv6 maka user menggunakan IPv6
2001:470:edf3:1::3/64 dengan gateway 2001:470:edf3:1::1/64.
dengan jaringan wireless atau LAN dapat terhubung dengan cara client IPv4 yang
terhubung dengan wireless mengisikan alamat IPv4 10.10.10.2 sampe dengan
range ip 10.10.10.254 dan dengan gateway 10.10.10.1. sedangkan untuk client
yang terhubung dengan jaringan LAN mengisikan alamat IPv4 192.168.1.2 sampe
range ip 192.168.1.254 dan dengan gateway 192.168.1.1.
Gambar 3.3 Topologi Metode Tunneling 6to4
Gambar 3.3 merupakan rancangan topologi jaringan metode tunneling
6to4, dari rancangan tersebut diharapkan alur proses dari load balancing PCC dan
metode tunneling 6to4 secara infrastruktur dapat tergambar dengan jelas. Ether 1
merupakan IP dari Astinet dan ether 2 merupakan IP dari Lintas Arta. Dari tunnel
broker astinet mendapatkan server IPv6 address 2001:470:35:796::1/64 dan client
IPv6 address 2001:470:35:796::2/64, sedangkan untuk routing prefix IPv6
didapatkan ip 2001:470:edf3::/48 dari tunnel broker maka pada router konfigurasi
dapat di tambahkan routing prefix IPv6 2001:470:edf3:1::1/64, Agar user dapat
kongfigurasi yang telah dibuat pada ether4 yang mengarah pada ISP lintas arta
tidak dapat digunakan, karena pada saat implementasi sedang berjalan dan pada
saat itu ISP dari lintas arta tidak dilakukan perpanjangan masa berlangganan atau
tidak berlangganan kembali.
3.2.3. Diagram Alir Sistem Load Balancing
Secara umum sistem load balancing ini dapat dijelaskan melalui gambar
diagram alir berikut:
Gambar 3.4 Diagram alir sistem load balancing
Gambar 3.4 menjelaskan tentang konfigurasi sistem load balancing
ether 1, add ether 2 dan add wlan, dapat dilihat pada Gambar 3.5 setting
interface. Ethernet 1 ini adalah interface ISP Astinet, Ethernet 2 adalah
interface ISP Lintas Arta dan wlan adalah wireless yang berfungsi sebagai
penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan internet. Seperti
pada Gambar 3.5 di bawah ini:
Gambar 3.5 Setting interface
2. Selanjutnya, pada tahapan ini terdapat percabangan penentuan DNS, jika
percabangan menuju perintah “Y” maka akan dilanjutkan ke setting
mangle. Jika “N” maka akan dilanjutkan ke settingroute terlebih dahulu.
3. Setelah itu adalah setting route, setting route digunakan untuk meneruskan
trafik yang tidak terhubung, sehingga dapat dilakukan dengan cek
gateway.
4. Langkah selanjutnya adalah cek gateway. Cek gateway ini digunakan jika
terhubung dengan wireless yang kemudian dilanjutkan dengan setting
firewall NAT. Seperti yang terlihat pada Gambar 3.6 di bawah ini:
Gambar 3.6Setting interface wireless
6. Setting firewall NAT berguna agar PC dapat terhubung dengan internet.
7. Kemudian dilakukan tes koneksi apakah PC terkoneksi dengan internet
atau tidak, jika “Y” maka dilanjutkan ke web proxy, jika tidak maka akan
kembali ke setting interface.
8. Webproxy ini digunakan sebagai media tambahan untuk penyimpan cache.
9. Setting mangle digunakan untuk menandai paket sebagai identitas paket
tersebut, setting mangle ini digunakan untuk menandai trafik.
10.Setting routing backup digunakan untuk membackup routing yang sudah
ada sebelumnya jadi apabila sebuah gateway terputus, maka semua
koneksi akan melewati gateway yang masih terhubung.
Diagram alir diatas menjelaskan rancangan dari sistem load balancing
yang dibangun untuk mendapatkan hasil dari penggabungan 2 koneksi atau 2 ISP
yang berbeda, dan load balancing ini akan berjalan pada IPv4 jaringan LAN dan
Secara khusus sistem load balancing PCC pada IPv4 ini dapat dijelaskan
melalui gambar diagram alir pada Gambar 3.7.
1. Proses koneksi, digunakan untuk menghubungkan ke koneksi yang ada,
yaitu koneksi dari Astinet dan Lintas Arta.
2. Kemudian user melakukan request web yang diinginkan
3. Route digunakan agar router meneruskan semua trafik yang tidak
terhubung padanya ke gateway yang terhubung.
4. Setelah melalui route kemudian dilakukan pengecekan pada gateway 1,
apakah gateway 1 sedang sibuk atau tidak, jika gateway 1 tidak sibuk
maka trafik akan diarahkan menuju gateway 1. Jika user melakukan req
web baru maka dari route akan dilakukan cek gateway terhadap gateway 1
terlebih dahulu, jika diketahui gateway 1 sedang melayani trafik maka
akan di alihkan menuju gateway 2.
5. Pada gateway 2 akan dilakukan pengecekan gateway kembali, jika tidak
sibuk atau “N” maka akan di lanjutkan ke pengelompokan trafik, jika “Y”
maka kembali ke route dan kembali dilakukan cek gateway.
6. Pengelompokan trafik ini digunakan untuk mengingat jalur gateway yang
dilewati di awal trafik koneksi.
7. Routing backup berguna untuk membackup routing yang telah dibuat
sebelumnya. Cek gateway terhubung berguna apabila sebuah gateway
terputus maka semua koneksi akan melewati gateway yang masih
terhubung.
8. Terakhir adalah meneruskan koneksi ke user. Agar user dapat
Gambar 3.8 Diagram alir tunnel broker
Gambar 3.8 menjelaskan tentang bagaimana tunnel broker bekerja yang meliputi:
1. Langkah pertama buka web browser kemudian pada address bar isikan
url www.tunnelbroker.net
2. Setelah itu akan muncul tampilan menu utama dari web site tunnel
broker. Jika telah memiliki account atau user id pada tunnel broker
maka tinggal melakukan sign in untuk melakukan aktifitas tunneling.
Tapi jika calon user belum mempunyai account maka langkah
selanjutnya adalah membuat account baru. Pendaftaran online ini
bersifat gratis.
3. Pilih menu sign up untuk melakukan pendaftaran pada web tersebut,
agar mendapatkan hak akses untuk melakukan aktifitas tunneling
alamat ip yang di berikan oleh ISP.
4. Setelah melakukan pendaftaran maka akan di arahkan menuju alamat
email dan login pada email untuk melakukan konfirmasi pendaftaran,
dan dari email tersebut akan dilakukan verifikasi dan akan di arahkan
dan dibutuhkan.
6. Setelah perubahan data selesai dilakukan kemudian simpan dan log out
untuk keluar dari halaman web.
Tunnel broker merupakan web site yang menyediakan layanan
peminjaman alokasi IPv6 secara gratis, untuk melakukan proses registrasi dan
aktifasi tunnel user harus memiliki IPv4 statis, jika menggunakan IPv4 dinamis
maka alamat IP tersebut akan berubah-ubah dan sulit untuk dilakukan konfigurasi.
3.2.6. Diagram alir Tunneling
Gambar 3.9 Diagram alir tunneling
Gambar 3.9 menjelaskan tentang bagaimana penggunaan tunnel broker
www.tunnelbroker.net
2. Setelah itu akan muncul tampilan dari web site tunnel broker
3. Login pada halaman web dan tunggu beberapa saat hingga masuk ke
dalam panel user
4. Create regular tunnel ini lah yang digunakan untuk membuat
konfigurasi tunneling dan secara otomatis tunnel broker akan
mengetahui berapa ip yang diberikan oleh ISP
5. Isikan pada textbox ip address yang didapat dari ISP, setelah
mengisikan ip address tersebut klik pada sembarang tempat atau biasa
klik dibawah textbox agar tunnel broker melakukan pengecekan
terhadap ip yang telah dimasukan.
6. Proses pengecekan akan berjalan dan akan keluar hasil dari ip tersebut
potensial untuk dilakukan tunneling atau tidak, jika potensial atau “Y”
maka akan didapatkan hasil dari tunneling dan diberikan alamat server
IPv6, client IPv6, routing IPv6 dan dns. Tapi jika alamat ip tersebut
tidak potensial atau “T” maka alamat ip tersebut tidak dapat dilakukan
tunneling dan proses selesai.
7. Dari hasil yang didapatkan dari potensial ip tersebut maka setelah itu
masuk ke menu example configuration disini akan di tunjukan
konfigurasi yang harus dilakukan dengan skrip yang disediakan.
8. Pilih menu dropdown OS yang digunakan, karena menggunkan
pada router mikrotik. Copy konfigurasi tersebut.
10.Masuk ke dalam router mikrotik dan paste konfigurasi yang telah di
copy dari tunnel broker.
3.3. Perancangan Sistem dan Konfigurasi PCC, Tunneling dan Dual Stack
Agar implementasi load balancing PCC dan metode tunneling serta dual
stack ini dapat berjalan dan dipahami dengan baik, maka diperlukan adanya suatu
gambaran tentang perancangan dan proses yang jelas. Berikut adalah beberapa hal
yang harus dilakukan pada setiap komponen sebelum melakukan konfigurasi:
1. Menghubungkan switch dengan router menggunakan kabel UTP tipe
crossover.
2. Memastikan apakah semua interface yang terhubung pada router telah
terdeteksi dan berjalan dengan baik.
3. Memberi nama pada setiap interface yang telah terhubung pada router.
Pengaturan di atas dibuat bertujuan agar router yang akan menjalankan
metode PCC haruslah memiliki identitas pada dirinya. Syarat untuk
menjalankan PCC adalah sudah terkonfigurasi pada router. Jika pengaturan
pada router telah selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah melakukan
perancangan sistem interface pada router.
Selanjutnya untuk pengaturan tunneling dan dual stack seperti di
jelaskan pada diagram alir tunneling dan pada topoligi maka konfigurasi dari
yang harus dilakukan pada dual stack namun bedanya harus ditambahkan
client IPv4 sehingga dual stack dapat berjalan.
3.3.1. Perancangan Interface pada Router
Pada Tabel 3.1 ini akan dijelaskan tentang interface yang terhubung oleh router.
Tabel 3.1 Tabel perancangan sistem interface
ISP 1 (Astinet) ISP 2 (Lintas Arta) Wlan LAN
IP Addres 222.124.28.182/27 123.321.254.132/29 10.10.10.1 192.168.1.1
Subnet mask 255.255.255.224 255.255.255.248 255.255.255.0 255.255.255.0
Default gateway
Tabel 3.2 Tabel perancangan sistem interface IPv6
ISP1(Astinet) ISP2(Lintas arta)
Server IPv6 address 2001:470:35:796::1/64 2001:470:35:7da::1/64
Client IPv6 address 2001:470:35:796::2/64 2001:470:35:7da::2/64
Dns IPv6 address 2001:470:20::2 2001:470:20::2
dilakukan melalui tunnel broker. Didapatkan IPv6 yang berbeda antara astinet dan
lintas arta namun menggunakan dns yang sama. Masing-masing pengguna IPv6
nanti nya menggunakan gateway yang berbeda, tergantung gateway mana yang
akan di gunakan client.
3.3.2. Perancangan Konfigurasi pada Router
Dalam perancangan ini akan dilakukan konfigurasi terhadap semua
interface yang terhubung oleh router, yaitu ISP 1, ISP 2, Wlan, LAN dan IPv6.
Router ini memiliki 5 network interface yaitu ether1, ether2, ether3,ether4 dan
ether5,ditambah dengan wireless onboard wlan1. Selanjutnya pemberian alamat
IP dari ke-3 interface tersebut, pemberian alamat IP ini bertujuan untuk
mempermudah pemahaman penulis dan pembaca. Berikut adalah pemberian
alamat IP pada masing-masing interface:
Keterangan diatas merupakan pemberian alamat IPv4 untuk wifi, isp lintas arta, astinet dan LAN. Jaringan LAN memiliki alamat IP 192.168.1.1 yang mengarah pada interface ether 5. Untuk wireless pada interface wlan1 memiliki alamat IP 10.10.10.1.
Dalam proses penambahan tunneling menggunkan fitur command promd pada mikrotik bisa dengan memasukan konfigurasi yang telah di copy dari tunnel broker dan paste dalam box command promd lalu enter. Untuk pemberian alamat IPv6 bagi router yang
add address=222.124.28.182/27 interface=ether1
add address=123.321.254.132/29 interface=ether2
add address=192.168.1.1/24 interface=ether5
ke jaringan IPv6. Pada menu IPv6 mikrotik ini di tambahkan ip untuk ether 5 sebagai
4.1. Implementasi Load BalancingIPv4 PCC
Dengan memafaatkan 2 jalur ISP yang berbeda, pada proses implementasi
ini akan dijelaskan beberapa tahapan konfigurasi load balancing dengan
menggunakan metode PCC yang sebelumnya sudah disinggung pada Bab III.
Gambar 4.1 Infrastruktur implementasi load balancing PCC.
Pada Gambar 4.1 dapat di lihat ada satu buah router, satu buah switch yang
digunakan sebagai pemisah kabel dari dua ISP yang telah tersambung jadi satu
mengarahkan paket-paket yang datang dari internet menuju ke jaringan lokal dan
dapat diterima atau diteruskan pada client yang berada pada jaringan wireless.
4.2. Konfigurasi Mikrotik
Agar router dapat menjalankan fungsi load balancing PCC, maka ada
beberapa konfigurasi yang harus dilakukan. Pertama adalah konfigurasi interface
pada tiap ethernet dan yang kedua adalah konfigurasi router, agar router dapat
menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara jaringan global dengan lokal.
Konfigurasi yang harus dilakukan selanjutnya adalah konfigurasi load balancing
PCC pada router.
4.2.1. Konfigurasi InterfaceIPv4 pada Mikrotik
Pada tahapan ini konfigurasi dilakukan dengan memberikan alamat IP
address dan pengalamatan interface yang telah terhubung pada router.
Konfigurasinya adalalah sebagai berikut:
Hasil konfigurasi interface pada router. Dengan menggunakan perintah:
/IP address print
Maka akan di dapatkan hasil sebagai berikut:
/IP address
add address=222.124.28.182/27 interface=ether1
add address=123.321.254.132/29 interface=ether2
Gambar 4.2 Pemberian alamat IP ketiga interface pada router
Gambar 4.2 merupakan hasil dari pemberian alamat IP pada interface router
mikrotik yang sesuai dengan Gambar 4.1 tentang implementasi load balancing
PCC, pada implementasi ini terdapat dua buah ISP berbeda yang terhubung
dahulu dengan switch yang kemudian baru terhubung dengan mikrotik. Fungsi
dari switch adalah membagi kembali jalur ISP menjadi 2 jalur yang sebelumnya
dari 2 ISP yang ada terhubung dalam 1 kabel. Pada ether1 switch terhubung
dengan 2 ISP yang terdapat dalam 1 kabel, pada ether2 switch terhubung dengan
ether1 pada router, sedangkan ether3 switch terhubung dengan ether2 pada router.
Pada router terdapat tiga buah interface yaitu ether1, ether2 dan wlan1, dimana
ether1 terhubung dengan koneksi Astinet, ether2 terhubung dengan koneksi Lintas
Arta dan wlan sebagai penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan
Dari Gambar 4.3 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada
router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Astinet menunjukkan bahwa ISP
terkoneksi.
Gambar 4.4 Ping IP address koneksi Lintas Arta
Dari Gambar 4.4 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada
router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Lintas Arta menunjukkan bahwa
ISP terkoneksi.
Gambar 4.5 Ping IP address koneksi wlan
Dari Gambar 4.5 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada
router dan menunjukkan hasil ping dari wireless menunjukkan bahwa terkoneksi