• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

WIDI ARY CAHYO PUTRO

0834010280

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER

CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING

DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK

Disusun oleh :

WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280

Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan

Gelombang November Tahun Akademik 2012 / 2013

Pembimbing

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(3)

SKRIPSI

LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER

CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING

DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK

Disusun Oleh :

WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 23 November 2012

Fetty Tr i Anggr aeny, S.Kom, M.Kom NPT. 382020602081

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(4)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

WIDI ARY CAHYO PUTRO

0834010280

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER

CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING

DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK

Disusun oleh :

WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280

Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan

Gelombang November Tahun Akademik 2012 / 2013

Pembimbing

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(6)

SKRIPSI

LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER

CONNECTION CLASSIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING

DENGAN METODE 6TO4 SERTA DUAL STACK

Disusun Oleh :

WIDI ARY CAHYO PUTRO 0834010280

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 23 November 2012

Fetty Tr i Anggr aeny, S.Kom, M.Kom NPT. 382020602081

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(7)

yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan penulis

mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana Komputer di Jurusan Teknik Informatika Fakultas

Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM dengan

judul “LOAD BALANCING MENGGUNAKAN PCC (PER CONNECTION

CLASIFIER) PADA IPv4 DAN TUNNELING DENGAN METODE 6TO4

SERTA DUAL STACK”. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah

tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran

tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis

mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua saya, bapak dan ibu yang banyak memberikan do’a, kasih

sayang, cinta, kesabaran sejak kami dalam kandungan serta bimbingan, dan

semangat sampai saya menjadi sekarang ini serta keluarga besar yang

mendukung dan mensupport saya baik budhe, mas dan mbak.

2. Prof.Dr.Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. Sutiyono, MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur

4. Ibu Dr.Ir. Ni Ketut Sari, MT Selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika. FTI,

UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Hudan Studiawan, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing, yang telah

sabar dan arif dalam membimbing dan memberikan nasehat.

6. Bapak Onno W Purbo, selaku pakar IT dan moderator speedywiki dan yang

selalu menjawab pertanyaan saya seputar IPv6 dan jaringan melalui

(8)

8. Om M.zanis aka cep_ yang lebih dikenal sebagai moderator kaskus yang juga

telah membantu saya dan memberikan jawaban atas pertanyaan seputar IPv6

dan mikrotik.

9. Tante Mary Widyaningsih, A,md yang telah menjadi tempat curhat dan

kegalauan saya. Sebagai penasehat dan pemberi saran/kritik atau masukan

buat saya.

10.Terima kasih buat teman Libsink dan Libsinkwati. skeh, bowo, jun, opay, ilur,

sinyo, ivon, kepet, yudit, bocor, dadang, rizal, rere, iwed, reva yang telah

memberikan bantuan doa, dukungan, hiburan dan dana :p

11.Terima kasih juga buat teman-teman SMA atau alumni SMAN 15 SBY yang

telah mendungung dan mendoakan agar terselesaikan nya tugas akhir ini.

12.Serta orang-orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya.

Terimakasih atas bantuannya semoga Allah SWT yang membalas semua

kebaikan dan bantuan tersebut.

Demikianlah laporan ini disusun semoga bermanfaat, sekian dan terima

kasih.

Surabaya, 05 November 2012

Penulis

(9)

ABSTRAK ……….… i

(10)

2.1.6 IPv6………. 19

2.1.7 Dual Stack………..…. 23

2.1.8 Tunneling………. 24

2.1.9 Tunnel Broker.………. 28

2.1.10 Mikrotik………... 29

BAB III: PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Perancangan Sistem………..………….. 30

3.2 Komponen Hardware dan Software ……….. 30

3.2.1 Perencanaan Topologi Jaringan Load Balancing Pada IPv4………..……... 33

3.2.2 Perancangan Topologi Jaringan Tunneling 6to4 dan Dual Stack….………. 34

3.2.3 Diagram Alir Sistem Load Balancing…... 36

3.2.4 Diagram Alir Sistem PCC………... 39

3.2.5 Diagram Alir Tunnel Broker…………..…. 41

(11)

3.3.1 Perancangan Interface pada …….. 45

3.3.2 Perancangan Konfigurasi pada Router…. 46

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Load Balancing IPv4 PCC ………. 48

4.2 Konfigurasi Mikrotik ……….………..… 49

4.2.1 Konfigurasi Interface IPv4 pada Mikrotik. 49

4.2.2 Konfigurasi Load Balancing PCC

IPv4 pada Mikrotik……... ………….….. 52

5.1.1 Uji coba Koneksi ISP Astinet melalui

Komputer Client IPv4……….... 86

5.1.2 Uji coba Koneksi ISP Lintas Arta melalui

(12)

5.2 Uji Coba Load Balancing PCC pada IPv4…... 91

5.2.1 Uji Coba Load Balancing PCC pada

IPv4 saat Request Web.…..…………..…. 92

5.2.2 Uji Coba Load Balancing PCC pada

IPv4 saat Download…. ………….….…... 93

5.3 Uji Coba Load Balancing PCC pada IPv4

melalui jalur Dual Stack……….………...… 100

5.4 Uji Coba Tunneling 6to4……….…...…… 103

5.5 Uji Coba Dual Stack………………… 108

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….. 112

5.2 Saran ………. 113

DAFTAR PUSTAKA

(13)

i

ABSTRAK

Kemajuan dan perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin cepat.

menjadikan kebutuhan akan teknologi komunikasi data sangat penting dengan

menggunakan dua internet service provider atau lebih dapat dijadikan solusi

untuk memenuhi kebutuhan internet. Load balancing merupakan salah satu teknik

routing yang dapat memanfaatkan beberapa ISP untuk dapat digunakan secara

bersamaan. Akan tetapi, ada berbagai metode pula yang dapat digunakan, salah

satunya adalah metode PCC. Sedangkan untuk client yang menggunakan IPv6

dapat menggunakan metode tunneling 6to4 sebagai serta dual stack sebagai

gateway.

Per Connection Clasifier (PCC) merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan pada load balancing, dengan PCC dapat digunakan untuk

mengelompokan trafik koneksi yang melalui router menjadi beberapa kelompok.

Sehingga router akan mengingat jalur gateway yang dilewati diawal trafik

koneksi dan pada paket-paket selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi

awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama juga.

IP tunnel merupakan jaringan komunikasi Protokol Internet antara dua

jaringan komputer yang digunakan untuk transportasi menuju jaringan lain dengan

mengkapsulkan paket. Dapat digunakan untuk membuat jaringan maya pribadi

(Virtual Private Network) antara dua atau lebih jaringan pribadi melewati jaringan

umum misalnya internet. Penggunaan umum lainya adalah untuk menghubungkan

antara IPv6 dan IPv4 internet.

Dari hasil implementasi dapat diketahui bahwa load balancing menggunakan

metode PCC berjalan pada client IPv4 menggunakan ISP Astinet dengan internet

speed 6 Mbps, dan ISP Lintas Arta dengan internet speed 1 Mbps. Sedangkan

untuk IPv6 menggunakan metode tunneling didapatkan dari tunnel broker yang

meminjamkan alamat prefix global. Dengan demikian user yang menggunakan

(14)
(15)

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting seiring dengan kemajuan

dan perkembangan teknologi komunikasi data yang semakin canggih. Sering

terjadinya masalah pada jaringan terutama pada konektifitas dan beban kerja pada

suatu jaringan. Oleh sebab itu, diperlukan perancangan yang tepat dan handal

dalam membangun kualitas jaringan yang baik. Dalam lalu lintas suatu jaringan,

server mempunyai peran yang sangat penting. Salah satu solusi praktis dan tepat

yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan

melakukan pendistribusian beban kerja (load balancing).

Selama ini masih banyak orang yang beranggapan salah tentang load

balancer, bahwa dengan menggunakan load balance dua jalur koneksi, maka

besar bandwidth yang akan didapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth

sebelum menggunakan load balance atau dalam kata lain akumulasi dari kedua

bandwidth tersebut. Load balancing adalah sebuah konsep yang gunanya untuk

menyeimbangkan beban atau muatan pada infrastuktur jaringan. Dalam sistem

load balancing, proses pembagian bebannya memiliki metode dan algoritma

tersendiri. PCC (Per Connection Classifier) merupakan salah satu metode yang

(16)

mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi

beberapa kelompok (Mikrotik, 2012).

IP tunnel merupakan suatu kanal jaringan komunikasi Internet Protokol

antara dua jaringan komputer yang digunakan untuk transportasi menuju jaringan

lain dengan mengkapsulkan paket. IP Tunnel sering kali digunakan untuk

menghubungkan dua jaringan IP yang tidak bergabung dan yang tidak memiliki

alamat penjaluran asli (native routing path) ke lainnya, melalui protokol

penjaluran utama melewati jaringan transportasi tingkat menegah. Bersama

dengan protokol IPsec keduanya kemungkinan digunakan untuk membuat

jaringan maya pribadi (Virtual Private Network) antara dua atau lebih jaringan

pribadi melewati jaringan umum misalnya internet. Penggunaan umum lainnya

adalah untuk menghubungkan antara instalasi IPv6 dan IPv4 internet (Stalling,

2000).

Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini akan di jelaskan tentang load

balancing menggunakan metode PCC dan tunneling 6to4 serta dual stack.

Diharapkan metode PCC ini dapat dijadikan solusi lain dalam penerapan

penggunaan metode pada load balancing. Karena kelebihan dari metode PCC ini

yakni untuk menjawab sering putusnya koneksi pada teknik load balancing akibat

dari perpindahan gateway. Dan tunneling digunakan untuk client yang

menggunakan baik itu hanya IPv6 ataupun menggunakan IPv6 dan IPv4 secara

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara merancang sebuah jaringan wired dan wireless dengan

memanfaatkan efisiensi bandwidth dan tidak ada pembebanan koneksi

pada salah satu provider.

2. Bagaimana cara menggabungkan dua koneksi dari provider yang

berbeda ke dalam satu jaringan yang utuh, menggunakan metode PCC

pada IPv4.

3. Bagaimana cara memeratakan beban ISP (Internet Service Provider)

kepada suatu ISP yang lain dengan load balancing pada metode PCC.

4. Bagaimana menghubungkan client IPv6 ke dalam jaringan IPv6

internet.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan batasan

masalah sebagai berikut:

1. Hanya mengimplementasikan load balancing dengan metode PCC pada

IPv4. Implementasi load balancing menggunakan bandwidth dedicated.

2. Implementasi hanya dilakukan pada ISP yang menggunakan IP statis

dan tidak bisa menggunakan modem.

3. Tidak membahas kebijakan user management ataupun bandwidth

(18)

4. Tidak membahas IPv6 secara utuh, namun membahas pada metode

tunneling 6to4 dan dual stack.

5. Interkoneksi antara protocol IPv6 dengan IPv4 dalam bentuk

mekanisme tunneling yaitu menyediakan koneksi IPv6 melalui IPv4

(6to4) dengan sistem IPv6 tunnel broker dan metode dual stack.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan di atas adalah

sebagai berikut:

1. Merancang jaringan yang stabil dan efisien dengan menerapkan sistem

penggabungan koneksi dengan load balancing.

2. Menyediakan layanan internet yang nyaman, stabil, cepat dan memiliki

kemananan yang lebih baik.

3. Mengetahui dan memahami load balancing pada metode PCC.

4. Mengetahui dan memahami metode tunneling IPv6 dan perlunya

bermigrasi ke IPv6.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari implementasi load balancing ini antara lain adalah:

1. Dengan metode PCC dapat menjawab masalah sering putusnya koneksi

akibat dari load balancing karena perpindahan gateway.

2. Dengan menggunakan PCC, penyebaran beban jaringan menjadi lebih

(19)

3. Mempersiapkan diri dalam rencana migrasi dari IPv4 ke IPv6 agar

memahami versi baru dari internet protocol.

4. Tidak hanya memiliki client IPv4 namun juga Memiliki client IPv6 yang

dapat terhubung ke jaringan IPv6 global.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan penelusuran dan pembelajaran terhadap

berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, tugas akhir,

referensi-referensi baik melalui perpustakaan maupun internet dan lain

sebagainya yang terkait dengan judul penelitian ini.

2. Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan dengan cara seperti pengumpulan data, analisis

data, serta analisis kebutuhan hardware dan software. Tahapan ini

sangat penting untuk menunjang pada tahapan perancangan dan

pembuatan.

3. Perancangan dan Pembuatan

Pada tahap ini dilakukan pengerjaan konfigurasi, mulai dari

perancangan sampai pembuatan konfigurasi load balancing dengan

metode PCC dan konfigurasi tunneling 6to4 serta dual stack pada

(20)

4. Uji Coba

Pada tahap ini akan dilakukan pengujian load balancing dengan

Mikrotik pada jaringan komputer IPv4 dan Pengujian jaringan IPv6

global yang melalui media tunnel broker sebagai penyedia/peminjam

alamat sementara IPv6, untuk mendapatkan hasil sesuai yang

diharapkan.

5. Dokumentasi

Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan tugas akhir untuk dijadikan

sebagai dokumentasi hasil penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan akan disajikan dalam

beberapa bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan

sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan tugas

akhir ini.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori dan penjelasan yang

berkaitan dengan permasalahan dan penyelesaian masalah

(21)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan sistem,

konfigurasi load balancing pada Mikrotik dengan metode

PCC dan metode tunneling 6to4 serta dual stack konfigurasi

IPv4 dan IPv6 pada sisi user.

BAB IV IMPLEMENTASI

Pada bab ini berisi tentang implementasi konfigurasi load

balancing dengan metode PCC dan metode tunneling 6to4

serta dual stack menggunakan Mikrotik

BAB V UJ I COBA

Pada bab ini berisi tentang hasil uji coba implementasi

konfigurasi load balancing dengan metode PCC dan

metode tunneling 6to4 serta dual stack. Serta hasil uji coba

yang telah dilakukan user.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil

dari keseluruhan isi laporan tugas akir, dan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini dipaparkan tentang sumber-sumber literatur

(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1Dasar Teori

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada

beberapa dasar teori yang akan dijelaskan sebagai berikut.

2.1.1 J aringan LAN

Local Area Network (LAN) merupakan jaringan milik pribadi di dalam

sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN

seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan

workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai

bersama sumberdaya dan saling bertukar informasi. Untuk menghubungkan antar

workstation tersebut dibutuhkan suatu topologi yang tepat untuk masing-masing

tempat.

Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu dengan

komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Cara yang saat ini banyak

digunakan adalah bus, ring, star. Masing-masing topologi ini mempunyai ciri

khas, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Setiap topologi memiliki

karakteristik yang berdeda-beda dan masing-masing juga memiliki keuntungan

(23)

1. Topologi Bus

Pada topologi bus biasanya menggunakan kabel koaksial. Seluruh jaringan

biasanya merupakan satu saluran kabel yang kedua ujungnya diterminasi

dengan alat berupaTerminator.

2. Topologi Ring

Metode ring adalah cara menghubungkan komputer sehingga berbentuk

lingkaran. Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama. Jaringan akan

disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul dan setiap informasi

yang diterima simpul diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya atau

bukan. Pada topologi ini kabel yang digunakan akan membentuk lingkaran

tertutup sehingga mengesankan cincin tanpa ujung.

3. Topologi Star

Merupakan topologi yang banyak digunakan pada saat ini. Kontrol pada

topologi star terpusat, semua link harus melewati pusat yang menyalurkan

data tersebut kesemua simpul atau client yang dipilihnya. Simpul pusat

dinamakan server dan lainnya dinamakan client server. Setelah hubungan

jaringan dimulai oleh server maka setiap client server sewaktu-waktu

dapat menggunakan hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah

dari server. pada jaringan akan berkomunikasi melalui sebuah pusat atau

konsentrator. Aliran data setiap node akan menuju konsentrator (hub)

(24)

jenis ini maka jaringan mudah dikembangkan dengan menarik kabel ke

konsentrator/node pusat (Hunt & Brenton, 2005).

Masing-masing topologi ini mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan

kekurangannya sendiri. Setiap topologi memiliki karakteristik yang berdeda-beda

dan masing-masing juga memiliki keuntungan dan kerugian.

Media Transmisi Data

Kabel UTP Jaringan komputer sekarang menggunakan kabel UTP

(Unshielded Twisted Pair) dengan standar 100 base – TX Fast Ethernet. Kabel

UTP terdiri dari 4 pasang kawat berulir (twistwed Pair Wire) sehingga pada kabel

itu semuanya terdapat 8 kawat. Setiap pasang akawat ini di beri kode warna, yang

pertama warna penuh (Biru, Jingga, Hijau atau cokelat) dan pasangannya yang

berulir seputar yang utama tadi dengan warna putih dan

strip warna yang sesuai dengan pasangannya Ada 2 macam kabel ini, yaitu:

1. Shielded Twisted Pair (STP), kabel dengan selubung pembungkus

2. Unshielded Twisted Pair (UTP), kabel tanpa selubung pembungkus

Fungsi selubung untuk penahan (grounding) untuk mengurangi

gangguan jadi kabel STP lebih bagus dibandingkan UTP.

Karakteristik utama kabel twisted pair adalah sebagai berikut:

1. Kabel yang dipelintir satu sama lain untuk mengurangi interferensi

(25)

2. Dapat terdiri atas dua, empat atau lebih pasangan kabel.

3. Dapat melewatkan sinyal sampai 10 Mbps.

4. Koneksi menggunakan RJ-11 atau RJ-45.

5. STP tahan gangguan daripada UTP sehingga kecepatannya sampai 100

Mbps.

6. Dibutuhkan hub untuk membangun sebuah LAN.

7. Lebih mudah dipelihara karena kerusakan pada satu saluran tidak

menganggu saluran lain.

Konektor Merupakan peralatan yang digunakan untuk menghubungkan

suatu media transmisi tertentu dengan network interface card. RJ-45 Pada

ujung-ujung kabel CAT 5 ini dipasangkan konektor yang dikenal sebagai konektor

RJ-45. Konektor RJ-45 ini mirip dengan konektor pada kabel telepon (RJ-11). Bila

pada kabel telepon menggunakan tiga pasang kawat, maka kabel network ini

empat pasang. Urutan penyambungan kabel UTP ke konektor RJ-45 untuk metode

straight cable

(26)

Untuk penyambungan kabel UTP ke konektor RJ-45 utuk metode Cross cable,

dengan urutan kabelnya:

Gambar 2.2 Pengkabelan Cross

2.1.2 J aringan Nir kabel

Jaringan nirkabel merupakan sebuah LAN dimana transmisi data

(pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi

radio lewat udara, menyediakan sebagian besar keunggulan dan keuntungan

dari teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel. Muncul dan

berkembangnya sistem jaringan nirkabel dipicu oleh kebutuhan akan biaya

pengeluaran yang lebih rendah menyangkut infrastruktur jaringan dan untuk

mendukung aplikasi jaringan bergerak dalam efisiensi proses, akurasi dan biaya

pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis. Solusi jaringan nirkabel dapat

jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel atau menyewa peralatan

komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial up. Beberapa perusahaan

bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk

penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan

(27)

Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Jaringan Adhoc

Jaringan adhoc adalah komunikai antara dua device atau lebih yang dilakukan

secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point. Jaringan

adhoc juga dikenal dengan jaringan peer-to-peer. Pada jaringan adhoc, setiap

client bisa mengakses resource dari client lain, bukan ke server pusat.

Gambar 2.3 Jaringan Ad – Hoc

2. Jaringan Infrastruktur

Jaringan Infrastruktur adalah komunikasi antara dua device atau lebih yang

dilakukan dengan bantuan device tambahan seperti access point. Dengan

adanya access point, maka wilayah akses bisa menjadi semakin luas. Pada

jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat.

(28)

2.1.3 Load Balancing

Load balancing merupakan suatu teknik pendistribusian beban trafik pada

dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan secara

optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan

menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Load balancing bukanlah

menambah besar bandwidth yang kita peroleh, akan tetapi hanya bertugas

membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara

seimbang (Purbo, 2008).

Banyak cara dan pilihan untuk mendapatkan jaringan yang dilengkapi

dengan sistem load balancing. Cara kerja dan prosesnya pun berbeda-beda satu

dengan yang lainnya. Namun, cara yang paling umum dan banyak digunakan

adalah dengan mengandalkan konsep Virtual server atau Virtual IP. Dalam sistem

load balancing, proses pembagian bebannya memiliki teknik dan algoritma

tersendiri. Pada perangkat load balancing yang kompleks biasanya disediakan

bermacam-macam algoritma pembagian beban ini. Sebenarnya ada satu cara

mudah untuk mencapainya dengan menggunakan yang namanya balance.

Beberapa keuntungan dari penerapan load balancing antara lain:

1. Scalability

Ketika beban sistem meningkat, kita dapat melakukan perubahan terhadap

sistem agar dapat mengatasi beban sesuai dengan kebutuhan.

(29)

Load balancer secara terus-menerus melakukan pemantauan terhadap server.

Jika terdapat server yang mati, maka load balancer akan menghentikan

request ke server tersebut dan mengalihkannya ke server yang lain.

3. Manageability

Mudah ditata meskipun secara fisik sistem sangat besar.

4. Security

Untuk semua trafik yang melewati load balancer, aturan keamanan dapat

diimplementasikan dengan mudah. Dengan private network digunakan untuk

server, alamat IP nya tidak akan diakses secara langsung dari luar sistem.

Pada tugas akhir ini akan dibahas penerapan load balancing dengan

metode PCC. Untuk membuat load balancing menggunakan metode PCC kita

membutuhkan 2 buah koneksi internet atau lebih dan sebuah Mikrotik yang

bertindak sebagai pengatur load balancing dan juga sebuah komputer atau laptop

bertindak sebagai testerload balancing berjalan atau tidak nya.

(30)

2.1.4 PCC

Selama ini masih banyak orang yang beranggapan salah tentang load

balancer, bahwa dengan menggunakan load balance dua jalur koneksi, maka

besar bandwidth yang akan didapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth

sebelum menggunakan load balance atau dalam kata lain akumulasi dari kedua

bandwidth tersebut. Hal ini perlu diperjelas terlebih dahulu, bahwa load balance

tidak akan menambah besar bandwidth yang diperoleh, tetapi hanya bertugas

untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara

seimbang.

Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik koneksi yang melalui router

menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan

src-address, dst-address, src-port dan atau dst-port. Router akan mengingat jalur

gateway yang dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket

selanjutnya yang masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan pada

jalur gateway yang sama juga. PCC matcher akan memungkinkan untuk membagi

lalulintas ke aliran yang sama dengan kemampuan untuk menyimpan paket-paket

dengan pilihan yang spesifik dalam satu aliran tertentu.

Kelebihan dari PCC ini menjawab banyaknya keluhan sering putusnya

koneksi pada teknik load balancing lainnya sebelum adanya PCC karena

(31)

2.1.5 IPv4

Dalam dunia komunikasi data komputer, protokol mengatur bagaimana

sebuah komputer berkomunikasi dengan komputer lain. Dalam jaringan komputer

terdapat berbagai macam protokol yang dapat digunakan tetapi agar dua buah

komputer dapat berkomunikasi, keduanya perlu menggunakan protokol yang

sama. Protokol berfungsi mirip dengan bahasa dan agar dapat berkomunikasi

harus berbicara dan mengerti bahasa yang sama.

IP (Internet Protocol) adalah protokol yang mengatur komunikasi data

komputer di internet. Komputer-komputer yang terhubung ke internet

berkomunikasi dengan protokol ini. Pada saat ini protokol jaringan yang

digunakan adalah IPv4, dimana kelemahan utamanya untuk saat ini adalah jumlah

alokasi alamat yang sedikit yaitu sejumlah 232 (= 3,4x1038). Oleh karena itu saat

ini juga telah dikembangkn standar baru yaitu Internet Protocol version 6 (IPv6)

yang mampu mengakomodasi pengalamatan hingga sejumlah 2128 (=3,14x1038)

host.

Dalam jaringan komputer, pengalamatan IP merupakan hal yang sangat

penting karena pengalamatan ini merupakan pengidentifikasian suatu komputer

pada jaringan sehingga memiliki identitas yang unik. Dengan adanya IP address

dapat diketahui sumber ataupun tujuan dari pengiriman paket. IPv4 menggunakan

notasi biner yang memiliki panjang 32 bit.

Pada dasarnya, arsitektur IPv4 menganut konsep classful addressing, yaitu

(32)

6.25% D, dan 6.25% E). Bila direpresentasikan dengan notasi desimal, pembagian

kelas ini dapat dilihat dari byte/oktet pertama seperti pada table 2.1.

Kelas IP Byte Pertama

kelas A, B dan C, sedangkan alamat kelas D biasanya digunakan untuk keperluan

multicasting dan kelas E untuk keperluan experimental. Pada IPv4 dikenal juga

istilah subnet mask yaitu angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan

network ID dan host ID.

J enis-jenis Alamat IPv4

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah

antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork IP. Alamat

unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.

2. Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh

setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast

(33)

3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh

satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda.

Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many. (Arif & Purbo,

2011).

2.1.6 IPv6

IPv6 adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam

protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol Internet versi 6. Panjang

totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4 x

1038 host komputer di seluruh dunia. Contoh alamat IPv6 adalah

21da:00d3:0000:2f3b:02aa:00ff:fe28:9c5a

Berbeda dengan IPv4 yang hanya memiliki panjang 32-bit (jumlah total

alamat yang dapat dicapainya mencapai 4,294,967,296 alamat), alamat IPv6

memiliki panjang 128-bit. IPv4, meskipun total alamatnya mencapai 4 miliar,

pada kenyataannya tidak sampai 4 miliar alamat, karena ada beberapa limitasi,

sehingga implementasinya saat ini hanya mencapai beberapa ratus juta saja.

IPv6, yang memiliki panjang 128-bit, memiliki total alamat yang mungkin

hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk

menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke

depan), dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis,

(34)

Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCPv6 Server

sebagai pengelola alamat. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static

address, maka dalam IPv6, konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP

Server dinamakan dengan stateful address configuration, sementara jika

konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan dengan stateless address

configuration.

Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi

(high-order bit) sebagai alamat jaringan sementara bit-bit pada tingkat rendah

(low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal serupa. Dalam IPv6,

bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat

IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet

mask, yang ada hanyalah Format Prefix.

J enis-jenis Alamat IPv6

IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yakni sebagai berikut:

• Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point,

secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan.

• Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan

sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama.

Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-to-many.

• Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data

(35)

komunikasi one-to-one-of-many. Alamat ini juga digunakan hanya

sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada

router, bukan kepada host-host biasa.

Jika dilihat dari cakupan alamatnya, alamat unicast dan anycast terbagi menjadi

alamat-alamat berikut:

Link-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah

komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam

satu subnet.

Site-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah

komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam

sebuah intranet.

Global Address, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan

sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya

dalam Internet berbasis IPv6.

Sementara itu, cakupan alamat multicast dimasukkan ke dalam struktur

alamat.

Penggunaan IPv6 yang memiliki nama lain IPng (Internet Protocol Next

Generation) pertama kali direkomendasikan pada tanggal 25 juli di Toronto pada

saat pertemuan IETF (Internet Engineering Task Force). Perancangan IPv6 ini

dilatarbelakangi oleh keterbatasan pengalamatan IPv4 yang saat ini memiliki

(36)

menangani seluruh pengguna internet di masa depan akibat dari pertumbuhan

jaringan internet. IPv6 menyediakan ruang alamat sebesar 128 bit yaitu 4 kali

lipat ruang alamat yang disediakan.

Gambar 2.6 Struktur Header IPv4 dan IPv6

Field-field pada header IPv6 dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

a. Version : field 4 bit yang menunjukkan versi Internet Protokol.

b. Flow Label : field 24 bit yang digunakan oleh pengirim untuk

memberi label pada paket-paket yang membutuhkan penanganan

khusus dari router IPv6, seperti quality of service yang bukan default,

misalnya service-service yang bersifat real-time.

c. Payload Length : field berisi 16 bit yang menunjukkan panjang

payload, yaitu sisa paket yang mengikuti header IPng, dalam oktet.

d. Next Header : field 8 bit yang berfungsi mengidentifikasi header

(37)

e. Hop Limit : field berisi 8 bit unsigned integer. Menunjukkan jumlah

link maksimum yang akan dilewati paket sebelum dibuang. Paket

akan dibuang bila Hop Limit bernilai nol.

f. Source Address : field 128 bit, menunjukkan alamat pengirim paket.

g. Destination Address : field 128 bit, menunjukkan alamat penerima

paket (Rafiudin, 2008).

2.1.7 Dual Stack

Dalam sebuah jaringan dual stack, host dan router mengimplementasikan

IPv4 dan IPv6. Gambar 2.2 menggambarkan bagaimana tumpukan jaringan

ganda dapat mendukung kedua layanan IPv4 dan IPv6 selama periode transisi.

Saat ini, jaringan dual stack adalah mekanisme yang lebih disukai untuk transisi

ke IPv6 (Rafiudin, 2008).

(38)

2.1.8 Tunneling

IP tunnel adalah kanal jaringan komunikasi Protokol Internet (IP) antara

dua jaringan komputer yang digunakan untuk transportasi menuju jaringan lain

dengan mengkapsulkan paket ini. IP Tunnel sering kali digunakan untuk

menghubungkan dua jaringan IP tidak bergabung yang tidak memiliki alamat

penjaluran asali (native routing path) ke lainnya, melalui protokol penjaluran

utma melewati jaringan transportasi tingkat menegah. Bersama dengan protokol

IPsec keduanya kemungkinan digunakan untuk membuat jaringan maya pribadi

(Virtual Private Network) antara dua atau lebih jaringan pribadi melewati jaringan

umum misalnya internet. Penggunaan umum lainya adalah untuk menghubungkan

antara instalsi IPv6 dan IPv4 internet.

Dalam melakukan IP tunel, setiap paket IP, termasuk informasi

pengalamatan dari sumber dan tujuan jaringan IP, dikapsulasi dengan format

paket asali lainnya ke jaringan antara (transit network). di batas antara jaringan

sumber ke jaringan antara serta antara jaringan antara ke jaringan tujuan, gerbang

jaringan (Gateways) digunakan untuk membangun titik akhir IP tunnel antar

jaringan. Kemudian, titik akhir IP tunnel menjadi penjalur IP asali (native IP

routers) yang membuat standar penjalur IP antara jaringan sumber dan jaringan

tujuan.

Tunneling memungkinkan jaringan IPv6 yang terpisah untuk

berkomunikasi melalui jaringan IPv4. Misalnya, untuk satu jenis metode

(39)

dan diterjemahkan oleh router pada jaringan IPv6 penerima. Gambar 2.3

menggambarkan proses tunneling IPv6 data dalam sebuah jaringan IPv4.

Gambar 2.8 Metode Tunneling

Notasi Alamat dan Prefix Alamat IPv6

Alamat IPv6 lebih panjang dari alamat IPv4, sehingga menimbulkan

permasalahan dalam penggunaan dotted decimal seperti pada IPv4. Apabila

menggunakan notasi dotted decimal tersebut, maka alamat IPv6 sepanjang 128

bit harus dibagi menjadi 16 oktet dan masing-masing oktet dituliskan dalam

angka decimal dari 0 sampai 255. Untuk contoh alamat IPv6 yang

menggunakan notasi dotted decimal adalah sebagai berikut:

167.128.81.87.252.25.0.0.0.0.157.200.212.203.31.255

Alamat seperti di atas, menimbulkan masalah dengan mengingat

nomor IP. Sehingga dari alamat tersebut dapat dibuat lebih sederhana dengan

menggunakan notasi- notasi pada alamat IPv6 sebagai berikut yang

(40)

Gambar 2.9 Model Biner, Desimal, dan Hexadesimal IPv6

Dari contoh alamat yang menggunakan notasi dotted decimal, maka dapat

diubah menjadi notasi heksadesimal sebagai berikut:

a. Dotted Decimal :

167.128.81.87.252.25.0.0.0.0.157.200.212.203.31.255

b. Hexadesimal :

A780:5157:19FC:0000:0000:9DC8:D4CB:1FFF

Kompr esi Nol Pada Alamat IPv6

Pada pengalamatan IPv6, terdapat suatu teknik lain yang bisa digunakan

untuk memperpendek penulisan alamat IPv6 setelah melalui notasi heksadesimal.

Teknik tersebut dinamakan kompresi nol (zero compression). Dengan teknik ini,

maka dimungkinkan untuk mengganti bilangan heksadesimal yang

merepresentasikan nol kedalam dua karakter ‘titik dua’ atau ’::’. Karakter titik

dua atau double colons (::) digunakan untuk menggantikan dua string nol pada

(41)

dapat dilihat dengan cara melihat Oktet heksadesimal selain tanda double colons

(::) dengan total keseluruhan Oktet adalah 8 Oktet heksadesimal. Untuk lebih

jelas, dapat melihat gambar berikut:

Gambar 2.10 Kompresi Nol Alamat IPv6

Notasi Gabungan Alamat IPv6

Teknik ini menggabungkan 96 bit pertama dari alamat IPv6 yang

menggunakan notasi heksadesimal serta double colons (::) dengan 32 bit

terakhir yang menggunakan notasi dotted decimal. Sebagai contoh dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.11 Notasi Gabungan

(42)

menjadi : A780:5157:19FC::9DC8:212.203.31.255. Pada contoh di atas 48 bit

pertama merupakan Network ID (prefix). Apabila alamat IPv6 tersebut ditulis

dengan menambahkan prefix-nya, maka menjadi:

A780:5157:19FC::9DC8:D4CB:1FFF/48 (Rafiudin, 2008).

2.1.9 Tunnel Broker

Tunnel Broker atau lebih dikenal dengan HE (Hurricane Electric)

berpusat di Amerika dan memiliki beberapa server di Benua Asia (APNIC)

yang terdapat di Hongkong, Singapore dan Tokyo. Benua Eropa (RIPE) terdiri

dari Amsterdam, Frankruft, London, Paris, Stockholm, dan Zurich. Amerika

Utara (ARIN) terdiri dari Ashburn, Chicago, Dallas, Fremont, Loas Angeles,

Miami, New York, Seattle, dan Toronto. Tunnel Broker merupakan tempat

koneksi user IPv4 untuk melakukan proses registrasi dan aktifasi tunnel.

Tunnel broker bertugas untuk mengatur pembentukan, modifikasi dan

pembubaran tunnel sesuai dengan permintaan user. Dalam prakteknya tunnel

broker dapat membagi beban jaringan kepada beberapa tunnel server, dengan

cara mengirimkan konfigurasi kepada tunnel server yang bersangkutan pada saat

tunnel tersebut dibentuk, dimodifikasi ataupun dihapus.

Selain itu tunnel broker juga berkewajiban untuk mendaftarkan alamat

IPv6 user dan memasukkannya dalam DNS server. Tunnel broker harus

mendukung IPv4 tetapi tidak harus mendukung IPv6, karena Tunnel Broker

berhubungan langsung dengan IPv4 dan hubungan tunnel broker dan tunnel

(43)

2.1.10 Mikrotik

MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang

dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang

handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan

wireless. Berbagai pengembangan telah dilakukan hingga saat ini tersedia

perangkat lunak sistem operasi router versi 2 yang menjamin kestabilan, kontrol,

dan fleksibilitas pada berbagai media antar muka dan sistem routing dengan

menggunakan komputer standart sebagai hardware. Perangkat lunak ini

mendukung berbagai aplikasi ISP, mulai dari RADIUS modem pool, hingga

backbone circuit dengan DS3. MikroTik RouterOS™ merupakan salah satu

produk perangkat lunak yang dikeluarkan oleh MikroTik yang berkantor pusat di

Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully

(44)

3.1. Perencanaan Sistem

Perancangan ini bertujuan untuk memberi gambaran sistem load balancing

PCC dan tunneling 6to4 serta dual stack dengan menggunakan diagram alir

beserta pengaturan sistem, device dan routing yang diatur sesuai dengan

kebutuhan. Dengan perancangan ini diharapkan sistem dapat lebih mudah dibaca,

untuk itu perlu persiapan software dan hardware yang akan digunakan dalam

Mikrotik tipe RB751U-2HND, dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Architecture: MIPS-BE

2. CPU: AR7241 400MHz

3. Main Storage/NAND: 64MB

4. RAM: 32MB

5. LAN: 5 Port

6. Wireless Standarts: 802.11 b/g/n

(45)

9. Antenna Gain: 2 x 2,5dBi

10.USB: 1

11.Power Jack: 8-30V

12.Dimentions: 113x138x29mm

13.Operating System: RouterOS

14.Temperature Range: -20C .. +50C

15.RouterOS License: Level 4

2. Kabel UTP (Unshielded twisted-pair)

Merupakan kabel jaringan komputer. Penggunaannya maksimal 100 meter

dan jika lebih harus dipasang repeater (penguat sinyal data). Pengurutan

warna kabel UTP dibedakan menjadi dua macam, yaitu model straight dan

crossover. Model straight digunakan untuk hubungan PC ke Hub dan

model crossover digunakan untuk menghubungkan PC ke PC. Untuk

menghubungkan switch ke router di sini menggunakan kabel UTP tipe

crossover sebanyak 2 buah.

3. Switch

Merupakan suatu perangkat jaringan yang menyaring dan melewatkan

paket yang ada di sebuah LAN dan pada implementasi ini digunakan 1

buah switch. Switch pada implementasi tugas akhir ini digunakan untuk

memisahkan 2 ISP yang telah menjadi satu. Dengan spesifikasi: Switch

(46)

Merupakan sebuah utility yang digunakan untuk melakukan akses secara

remote ke mikrotik dalam mode GUI. Pada implementasi ini WinBox

digunakan untuk setting load balancing PCC pada mikrotik. WinBox

dapat berjalan pada sistem operasi windows, linux dan MAC. Aplikasi ini

dapat di unduh pada IP default mikrotik di 192.168.88.1 ketika membuka

browser, kemudian pilih menu download untuk mengunduh WinBox.

Untuk pengguna linux WinBox memerlukan Wine yang berfungsi sebagai

mesin virtual windows agar WinBox dapat berjalan di linux,

5. USB Flashdisk 4GB

USB flashdisk merupakan alat data memori flash tipe NAND yang

memiliki alat penghubung USB yang terintegrasi. USB flashdisk di sini di

gunakan sebagai media penyimpanan web proxy cache mikrotik. Karena

media penyimpanan mikrotik yang terbatas sekitar 64 MB, maka

dibutuhkan media penyimpanan atau storage tambahan.

6. Modem

Menggunakan USB modem sebagai media layanan internet . USB modem

dapat menggunakan berbagai merk apapun asalkan telah terinstall dalam

laptop/pc maka USB modem siap untuk digunakan.

7. Laptop/PC

Laptop maupun PC berfungsi sebagai gateway pengganti dari koneksi

(47)

Agar penerapan proses load balancing ini dapat berjalan serta mudah

untuk dipahami, oleh karena itu diperlukan adanya gambaran topologi yang jelas

mengenai perancangan topologi jaringan.

Gambar 3.1 Rancangan topologi jaringan IPv4

Gambar 3.1 merupakan rancangan topologi jaringan, dari rancangan

tersebut diharapkan alur proses dari load balancing PCC secara infrastruktur

dapat tergambar dengan jelas. Ether 1 merupakan IP dari Astinet dan ether 2

merupakan IP dari Lintas Arta. Agar user dapat terkoneksi dengan internet maka

user menggunakan gateway wireless 10.10.10.1 dan range IP yang dapat

(48)

3.2.2. Perencanaan Topologi J aringan Tunneling 6to4 dan Dual Stack

Gambar 3.2 merupakan rancangan topologi jaringan metode dual stack,

dari rancangan tersebut diharapkan alur proses dari load balancing PCC dan

metode dual stack secara infrastruktur dapat tergambar dengan jelas. Ether 1

merupakan IP dari Astinet dan ether 2 merupakan IP dari Lintas Arta. Dari tunnel

broker astinet mendapatkan server IPv6 address 2001:470:35:796::1/64 dan client

IPv6 address 2001:470:35:796::2/64, sedangkan untuk routing prefix IPv6

didapatkan ip 2001:470:edf3::/48 dari tunnel broker maka pada router konfigurasi

dapat di tambahkan routing prefix IPv6 2001:470:edf3:1::1/64, Agar user dapat

terkoneksi dengan internet IPv6 maka user menggunakan IPv6

2001:470:edf3:1::3/64 dengan gateway 2001:470:edf3:1::1/64.

(49)

dengan jaringan wireless atau LAN dapat terhubung dengan cara client IPv4 yang

terhubung dengan wireless mengisikan alamat IPv4 10.10.10.2 sampe dengan

range ip 10.10.10.254 dan dengan gateway 10.10.10.1. sedangkan untuk client

yang terhubung dengan jaringan LAN mengisikan alamat IPv4 192.168.1.2 sampe

range ip 192.168.1.254 dan dengan gateway 192.168.1.1.

Gambar 3.3 Topologi Metode Tunneling 6to4

Gambar 3.3 merupakan rancangan topologi jaringan metode tunneling

6to4, dari rancangan tersebut diharapkan alur proses dari load balancing PCC dan

metode tunneling 6to4 secara infrastruktur dapat tergambar dengan jelas. Ether 1

merupakan IP dari Astinet dan ether 2 merupakan IP dari Lintas Arta. Dari tunnel

broker astinet mendapatkan server IPv6 address 2001:470:35:796::1/64 dan client

IPv6 address 2001:470:35:796::2/64, sedangkan untuk routing prefix IPv6

didapatkan ip 2001:470:edf3::/48 dari tunnel broker maka pada router konfigurasi

dapat di tambahkan routing prefix IPv6 2001:470:edf3:1::1/64, Agar user dapat

(50)

kongfigurasi yang telah dibuat pada ether4 yang mengarah pada ISP lintas arta

tidak dapat digunakan, karena pada saat implementasi sedang berjalan dan pada

saat itu ISP dari lintas arta tidak dilakukan perpanjangan masa berlangganan atau

tidak berlangganan kembali.

3.2.3. Diagram Alir Sistem Load Balancing

Secara umum sistem load balancing ini dapat dijelaskan melalui gambar

diagram alir berikut:

Gambar 3.4 Diagram alir sistem load balancing

Gambar 3.4 menjelaskan tentang konfigurasi sistem load balancing

(51)

ether 1, add ether 2 dan add wlan, dapat dilihat pada Gambar 3.5 setting

interface. Ethernet 1 ini adalah interface ISP Astinet, Ethernet 2 adalah

interface ISP Lintas Arta dan wlan adalah wireless yang berfungsi sebagai

penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan internet. Seperti

pada Gambar 3.5 di bawah ini:

Gambar 3.5 Setting interface

2. Selanjutnya, pada tahapan ini terdapat percabangan penentuan DNS, jika

percabangan menuju perintah “Y” maka akan dilanjutkan ke setting

mangle. Jika “N” maka akan dilanjutkan ke settingroute terlebih dahulu.

3. Setelah itu adalah setting route, setting route digunakan untuk meneruskan

trafik yang tidak terhubung, sehingga dapat dilakukan dengan cek

gateway.

4. Langkah selanjutnya adalah cek gateway. Cek gateway ini digunakan jika

(52)

terhubung dengan wireless yang kemudian dilanjutkan dengan setting

firewall NAT. Seperti yang terlihat pada Gambar 3.6 di bawah ini:

Gambar 3.6Setting interface wireless

6. Setting firewall NAT berguna agar PC dapat terhubung dengan internet.

7. Kemudian dilakukan tes koneksi apakah PC terkoneksi dengan internet

atau tidak, jika “Y” maka dilanjutkan ke web proxy, jika tidak maka akan

kembali ke setting interface.

8. Webproxy ini digunakan sebagai media tambahan untuk penyimpan cache.

9. Setting mangle digunakan untuk menandai paket sebagai identitas paket

tersebut, setting mangle ini digunakan untuk menandai trafik.

10.Setting routing backup digunakan untuk membackup routing yang sudah

ada sebelumnya jadi apabila sebuah gateway terputus, maka semua

koneksi akan melewati gateway yang masih terhubung.

Diagram alir diatas menjelaskan rancangan dari sistem load balancing

yang dibangun untuk mendapatkan hasil dari penggabungan 2 koneksi atau 2 ISP

yang berbeda, dan load balancing ini akan berjalan pada IPv4 jaringan LAN dan

(53)

Secara khusus sistem load balancing PCC pada IPv4 ini dapat dijelaskan

melalui gambar diagram alir pada Gambar 3.7.

(54)

1. Proses koneksi, digunakan untuk menghubungkan ke koneksi yang ada,

yaitu koneksi dari Astinet dan Lintas Arta.

2. Kemudian user melakukan request web yang diinginkan

3. Route digunakan agar router meneruskan semua trafik yang tidak

terhubung padanya ke gateway yang terhubung.

4. Setelah melalui route kemudian dilakukan pengecekan pada gateway 1,

apakah gateway 1 sedang sibuk atau tidak, jika gateway 1 tidak sibuk

maka trafik akan diarahkan menuju gateway 1. Jika user melakukan req

web baru maka dari route akan dilakukan cek gateway terhadap gateway 1

terlebih dahulu, jika diketahui gateway 1 sedang melayani trafik maka

akan di alihkan menuju gateway 2.

5. Pada gateway 2 akan dilakukan pengecekan gateway kembali, jika tidak

sibuk atau “N” maka akan di lanjutkan ke pengelompokan trafik, jika “Y”

maka kembali ke route dan kembali dilakukan cek gateway.

6. Pengelompokan trafik ini digunakan untuk mengingat jalur gateway yang

dilewati di awal trafik koneksi.

7. Routing backup berguna untuk membackup routing yang telah dibuat

sebelumnya. Cek gateway terhubung berguna apabila sebuah gateway

terputus maka semua koneksi akan melewati gateway yang masih

terhubung.

8. Terakhir adalah meneruskan koneksi ke user. Agar user dapat

(55)

Gambar 3.8 Diagram alir tunnel broker

Gambar 3.8 menjelaskan tentang bagaimana tunnel broker bekerja yang meliputi:

1. Langkah pertama buka web browser kemudian pada address bar isikan

url www.tunnelbroker.net

2. Setelah itu akan muncul tampilan menu utama dari web site tunnel

broker. Jika telah memiliki account atau user id pada tunnel broker

maka tinggal melakukan sign in untuk melakukan aktifitas tunneling.

Tapi jika calon user belum mempunyai account maka langkah

selanjutnya adalah membuat account baru. Pendaftaran online ini

bersifat gratis.

3. Pilih menu sign up untuk melakukan pendaftaran pada web tersebut,

agar mendapatkan hak akses untuk melakukan aktifitas tunneling

alamat ip yang di berikan oleh ISP.

4. Setelah melakukan pendaftaran maka akan di arahkan menuju alamat

email dan login pada email untuk melakukan konfirmasi pendaftaran,

dan dari email tersebut akan dilakukan verifikasi dan akan di arahkan

(56)

dan dibutuhkan.

6. Setelah perubahan data selesai dilakukan kemudian simpan dan log out

untuk keluar dari halaman web.

Tunnel broker merupakan web site yang menyediakan layanan

peminjaman alokasi IPv6 secara gratis, untuk melakukan proses registrasi dan

aktifasi tunnel user harus memiliki IPv4 statis, jika menggunakan IPv4 dinamis

maka alamat IP tersebut akan berubah-ubah dan sulit untuk dilakukan konfigurasi.

3.2.6. Diagram alir Tunneling

Gambar 3.9 Diagram alir tunneling

Gambar 3.9 menjelaskan tentang bagaimana penggunaan tunnel broker

(57)

www.tunnelbroker.net

2. Setelah itu akan muncul tampilan dari web site tunnel broker

3. Login pada halaman web dan tunggu beberapa saat hingga masuk ke

dalam panel user

4. Create regular tunnel ini lah yang digunakan untuk membuat

konfigurasi tunneling dan secara otomatis tunnel broker akan

mengetahui berapa ip yang diberikan oleh ISP

5. Isikan pada textbox ip address yang didapat dari ISP, setelah

mengisikan ip address tersebut klik pada sembarang tempat atau biasa

klik dibawah textbox agar tunnel broker melakukan pengecekan

terhadap ip yang telah dimasukan.

6. Proses pengecekan akan berjalan dan akan keluar hasil dari ip tersebut

potensial untuk dilakukan tunneling atau tidak, jika potensial atau “Y”

maka akan didapatkan hasil dari tunneling dan diberikan alamat server

IPv6, client IPv6, routing IPv6 dan dns. Tapi jika alamat ip tersebut

tidak potensial atau “T” maka alamat ip tersebut tidak dapat dilakukan

tunneling dan proses selesai.

7. Dari hasil yang didapatkan dari potensial ip tersebut maka setelah itu

masuk ke menu example configuration disini akan di tunjukan

konfigurasi yang harus dilakukan dengan skrip yang disediakan.

8. Pilih menu dropdown OS yang digunakan, karena menggunkan

(58)

pada router mikrotik. Copy konfigurasi tersebut.

10.Masuk ke dalam router mikrotik dan paste konfigurasi yang telah di

copy dari tunnel broker.

3.3. Perancangan Sistem dan Konfigurasi PCC, Tunneling dan Dual Stack

Agar implementasi load balancing PCC dan metode tunneling serta dual

stack ini dapat berjalan dan dipahami dengan baik, maka diperlukan adanya suatu

gambaran tentang perancangan dan proses yang jelas. Berikut adalah beberapa hal

yang harus dilakukan pada setiap komponen sebelum melakukan konfigurasi:

1. Menghubungkan switch dengan router menggunakan kabel UTP tipe

crossover.

2. Memastikan apakah semua interface yang terhubung pada router telah

terdeteksi dan berjalan dengan baik.

3. Memberi nama pada setiap interface yang telah terhubung pada router.

Pengaturan di atas dibuat bertujuan agar router yang akan menjalankan

metode PCC haruslah memiliki identitas pada dirinya. Syarat untuk

menjalankan PCC adalah sudah terkonfigurasi pada router. Jika pengaturan

pada router telah selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah melakukan

perancangan sistem interface pada router.

Selanjutnya untuk pengaturan tunneling dan dual stack seperti di

jelaskan pada diagram alir tunneling dan pada topoligi maka konfigurasi dari

(59)

yang harus dilakukan pada dual stack namun bedanya harus ditambahkan

client IPv4 sehingga dual stack dapat berjalan.

3.3.1. Perancangan Interface pada Router

Pada Tabel 3.1 ini akan dijelaskan tentang interface yang terhubung oleh router.

Tabel 3.1 Tabel perancangan sistem interface

ISP 1 (Astinet) ISP 2 (Lintas Arta) Wlan LAN

IP Addres 222.124.28.182/27 123.321.254.132/29 10.10.10.1 192.168.1.1

Subnet mask 255.255.255.224 255.255.255.248 255.255.255.0 255.255.255.0

Default gateway

Tabel 3.2 Tabel perancangan sistem interface IPv6

ISP1(Astinet) ISP2(Lintas arta)

Server IPv6 address 2001:470:35:796::1/64 2001:470:35:7da::1/64

Client IPv6 address 2001:470:35:796::2/64 2001:470:35:7da::2/64

Dns IPv6 address 2001:470:20::2 2001:470:20::2

(60)

dilakukan melalui tunnel broker. Didapatkan IPv6 yang berbeda antara astinet dan

lintas arta namun menggunakan dns yang sama. Masing-masing pengguna IPv6

nanti nya menggunakan gateway yang berbeda, tergantung gateway mana yang

akan di gunakan client.

3.3.2. Perancangan Konfigurasi pada Router

Dalam perancangan ini akan dilakukan konfigurasi terhadap semua

interface yang terhubung oleh router, yaitu ISP 1, ISP 2, Wlan, LAN dan IPv6.

Router ini memiliki 5 network interface yaitu ether1, ether2, ether3,ether4 dan

ether5,ditambah dengan wireless onboard wlan1. Selanjutnya pemberian alamat

IP dari ke-3 interface tersebut, pemberian alamat IP ini bertujuan untuk

mempermudah pemahaman penulis dan pembaca. Berikut adalah pemberian

alamat IP pada masing-masing interface:

Keterangan diatas merupakan pemberian alamat IPv4 untuk wifi, isp lintas arta, astinet dan LAN. Jaringan LAN memiliki alamat IP 192.168.1.1 yang mengarah pada interface ether 5. Untuk wireless pada interface wlan1 memiliki alamat IP 10.10.10.1.

Dalam proses penambahan tunneling menggunkan fitur command promd pada mikrotik bisa dengan memasukan konfigurasi yang telah di copy dari tunnel broker dan paste dalam box command promd lalu enter. Untuk pemberian alamat IPv6 bagi router yang

add address=222.124.28.182/27 interface=ether1

add address=123.321.254.132/29 interface=ether2

add address=192.168.1.1/24 interface=ether5

(61)

ke jaringan IPv6. Pada menu IPv6 mikrotik ini di tambahkan ip untuk ether 5 sebagai

(62)

4.1. Implementasi Load BalancingIPv4 PCC

Dengan memafaatkan 2 jalur ISP yang berbeda, pada proses implementasi

ini akan dijelaskan beberapa tahapan konfigurasi load balancing dengan

menggunakan metode PCC yang sebelumnya sudah disinggung pada Bab III.

Gambar 4.1 Infrastruktur implementasi load balancing PCC.

Pada Gambar 4.1 dapat di lihat ada satu buah router, satu buah switch yang

digunakan sebagai pemisah kabel dari dua ISP yang telah tersambung jadi satu

(63)

mengarahkan paket-paket yang datang dari internet menuju ke jaringan lokal dan

dapat diterima atau diteruskan pada client yang berada pada jaringan wireless.

4.2. Konfigurasi Mikrotik

Agar router dapat menjalankan fungsi load balancing PCC, maka ada

beberapa konfigurasi yang harus dilakukan. Pertama adalah konfigurasi interface

pada tiap ethernet dan yang kedua adalah konfigurasi router, agar router dapat

menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara jaringan global dengan lokal.

Konfigurasi yang harus dilakukan selanjutnya adalah konfigurasi load balancing

PCC pada router.

4.2.1. Konfigurasi InterfaceIPv4 pada Mikrotik

Pada tahapan ini konfigurasi dilakukan dengan memberikan alamat IP

address dan pengalamatan interface yang telah terhubung pada router.

Konfigurasinya adalalah sebagai berikut:

Hasil konfigurasi interface pada router. Dengan menggunakan perintah:

/IP address print

Maka akan di dapatkan hasil sebagai berikut:

/IP address

add address=222.124.28.182/27 interface=ether1

add address=123.321.254.132/29 interface=ether2

(64)

Gambar 4.2 Pemberian alamat IP ketiga interface pada router

Gambar 4.2 merupakan hasil dari pemberian alamat IP pada interface router

mikrotik yang sesuai dengan Gambar 4.1 tentang implementasi load balancing

PCC, pada implementasi ini terdapat dua buah ISP berbeda yang terhubung

dahulu dengan switch yang kemudian baru terhubung dengan mikrotik. Fungsi

dari switch adalah membagi kembali jalur ISP menjadi 2 jalur yang sebelumnya

dari 2 ISP yang ada terhubung dalam 1 kabel. Pada ether1 switch terhubung

dengan 2 ISP yang terdapat dalam 1 kabel, pada ether2 switch terhubung dengan

ether1 pada router, sedangkan ether3 switch terhubung dengan ether2 pada router.

Pada router terdapat tiga buah interface yaitu ether1, ether2 dan wlan1, dimana

ether1 terhubung dengan koneksi Astinet, ether2 terhubung dengan koneksi Lintas

Arta dan wlan sebagai penghantar koneksi client yang ingin terhubung dengan

(65)

Dari Gambar 4.3 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada

router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Astinet menunjukkan bahwa ISP

terkoneksi.

Gambar 4.4 Ping IP address koneksi Lintas Arta

Dari Gambar 4.4 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada

router dan menunjukkan hasil ping dari koneksi Lintas Arta menunjukkan bahwa

ISP terkoneksi.

Gambar 4.5 Ping IP address koneksi wlan

Dari Gambar 4.5 di atas dilakukan uji coba setelah konfigurasi interface pada

router dan menunjukkan hasil ping dari wireless menunjukkan bahwa terkoneksi

Gambar

Gambar 2.6 Struktur Header IPv4 dan IPv6
Gambar 3.1 Rancangan topologi jaringan IPv4
Gambar 3.2 Topologi Metode Dual Stack
Gambar  3.4 Diagram alir sistem load balancing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) konsep diri, self-efficacy , dan motivasi karir berpengaruh terhadap kematangan karir pada taraf signifikansi sebesar 0,000

Sedangkan data dari testi didapat dari hasil perolehan skor setiap butir tes yang dilakukan dalam rangkaian model tes keterampilan dasar dan kondisi fisik untuk

Kota Saumlaki merupakan satu pusat pertumbuhan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan memiliki aktivitas perekonomian yang intensif di sekitar wilayah pesisir, namun

Apabila kita (umat Islam seluruhnya) kembali mengguna pakai manhaj Islam (al-Quran, al-Sunnah dan Sirah Nabawiyyah) dalam segenap kegiatan kehidupan, maka tidak mustahil

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (ASPARAGUS OFFICIONALIS) RAMAH LINGKUNGAN PT AGRO LESTARI, BOGOR”

Bagaimana membuat suatu sistem yang dapat membantu pengolahan data dan penyajian laporan dalam pengambilan keputusan untuk evaluasi kinerja guru di Pondok

1CC2. "embuatan Kecap Keong Sawa( dengan enggunkan

Berdasarkan Tabel Hasil Analisis Regresi Linier didapatkan nilai koefisien determinasi ( R-square ) sebesar 0,167 yang berarti model dapat menjelaskan variasi tingkat