• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng)."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

* $ %

%

!&!

+

!' (

! #

" &

!& ! "!+

!"

$

*

(

%

* $ %

"!+ ,

- .

/0/10/0023 4

4

!

-

*

5

- 65

7

(2)

&

+ " 9

/0/10/0023 4

4

! "

#$%

"

&

'(

) * +

* :

!

;

: ;

%:

: /<3//0// /<<201/00/

,

* :

!

;

: ;

%:

: /<3//0// /<<201/00/

* :

9:

: $ !>

$ ;

:

: /<310<28/<=<01/00/

(3)

"!* +

,

-' %

!

!

"

#

$

!

%

#

&

&

'

(

%

)

)

&

&

&

(4)
(5)

!

"#

$ %

&

'

(

) * +

,

-!

"#

$ %

.

(

*

/ *

+&

!

*

0

!

"#

$ %

1

(

*

/

,

,

2

32

4

,

2

0

!

"#

$ %

(6)

7

+

(

4

2

8

4

3

9

:

,

.;';

!

,

*

<

,

, )) 4

,

9

=

2

)

! "#

$

,

2

(7)

+

,

+

-

...

,

' ' >

(

'

' . -

7

' 1

7

' 5

)

??????????????????

7

...

/

. '

:

. . >

'1

. . ' *

'1

. . ' ' * )

'1

. . ' . 0

'1

. . ' 1 ,

'1

. . ' 5

)

'5

. . ' 6

'6

. . ' 7

'7

. . ' 8 %

':

. . 1 4

@

.5

. . 5

*

A

@

.6

. . 6

@

.7

(8)

. . 8 . 0

)

????

1'

. . 8 1

?????????????

1.

. . :

*

A

@

4

@

????

11

. . <

@

4

@

?????????

16

. 1 ';

@

4

@

4

@

????

18

. 1 4

?

18

. 5 /

?????????????????????

5;

+

-

...

0,

1 ' * )

A

#

5'

1 ' ' * )

A

??????????????

5'

1 ' .

#

???????????

51

1 . A

55

1 . '

???????????????????

55

1 . .

,

???????????????

56

1 1

*

.6

1 1 ' %

*

??????????????????

56

(9)

1 5 '

#

?????????????????

57

1 5 .

-

????????????????

58

1 5 1

!

????????????????

58

1 5 5

2

4

???????????????

5:

1 5 5 '

?????????????

5:

1 5 5 .

/

????????????

5:

1 5 6

2

5<

1 5 7

/

6;

1 5 7 '

0???

6;

1 5 6 .

6'

1

-

-

+

222222222..

34

5 ' *

A

??????????????

61

5 ' ' ,

(

4

,

9

??

61

5 ' .

0

4

,

9

???

61

5 ' 1 ,

A

4

,

9

??

66

5 ' 5 #

4

,

9

???????????????????

6:

5 . *

/

???????????????

6<

5 . ' 4

-

????????????

6<

(10)

5 1 ' '

#

????????????????

7<

5 1 ' .

-

???????????????

81

5 1 ' 1

!

???????????????

86

5 1 .

!

????????????????

87

5 1 . '

??????????????

87

5 1 . . /

?????????????

88

5 1 1

2

????????????????

88

5 1 5

/

?????????????????

:;

5 1 5 '

0???????????????????

:;

5 1 5 .

???????????????????

:'

5 5

:5

5 5 ' 4

?????????????

<;

1

-

+

222222222.. ...

5,

6 '

4

????????????????????

<'

(11)

2( > '

,

??????????????????????

''

2( > .

@

!

@

>

!

..

2( > 1

)

)

@

A

*

!

.1

2( > 5

(

@

,

B,

C

.<

2( > 6

(

@

,

B,

C

1;

2( > 7

+

-

(

%

4

6<

2( > 8

+

-

(

7;

2( > :

-

%

-*

A

@

BD'C

7.

2( > <

-

%

-

@

BD.C

75

2( > ';

-

%

-

@

4

@

BD1C

77

2( > ''

-

%

-

#

4

@

(12)

2( > '1

/

#

#

@

BD.C

8'

2( > '5

/

#

#

@

4

@

BD1C

8.

2( > '6

/

#

#

4

@

B C

81

2( > '7

/

-

#

85

2( > '8

/

!

86

2( > ':

/

87

2( > '<

/

/

88

2( > .;

/

4

)

-

8:

2( > .'

/

0

:;

2( > ..

!

4

)

*

:'

(13)

>

'

4

,+A!

->

.

2( >2,+ *2 2

>

1

%+ #2>+*+ 2,

>

5

%+ - >+2(+>+ 2,

>

6

%+ !A- 2>+ 2,

>

7

%+ 2,

,+ 4>2,+4

(14)

92 (2- ' *

4

1<

(15)

Dalam upaya untuk membiayai pembangunan, pemerintah telah

bertekad setara perlahan melepaskan ketergantungan dari luar negeri dan

beralih kepada kemampuan bangsa sendiri yakni melalui peningkatan

penerimaan Negara dari sektor pajak. Pajak memiliki peranan yang sangat

penting bagi Negara, bahkan pajak menjadi kunti keberhasilan

pembangunan di masa yang akan datang. Pengenaan pajak mempunyai

dua fungsi yaitu, sebagai sumber keuangan negara atau budgetair, alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi (Regularent). Peranan pajak dirasakan semakin penting

sehingga setiap tahun target penerimaan pajak semakin ditingkatkan.

Sedang bagi sektor publik pajak dipandang sebagai beban. Tekad

pemerintah dalam membudayakan pajak untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia menjadi sadar pajak rupanya sudah bulat. Hal ini dilaksanakan

dalam rangka melanjutkan pembangunan nasional menuju kemandirian

bangsa. Ujung tombak dari kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terletak

(16)

berasal dari ketentuan peraturan perpajakan. Usaha meningkatkan

penerimaan negara disektor pajak mempunyai banyak kendala yaitu antara

lain tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, sehingga wajib

pajak berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih ketil dari yang

seharusnya.

Salah satu tara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

peranan masyarakat dalam bidang perpajakan adalah melakukan

pembaruan pajak atau lebih dikenal dengan reformasi perpajakan. Melalui

reformasi perpajakan diharapkan akan mampu meningkatkan peranan

masyarakat dalam bidang perpajakan.

Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,

disamping peran serta aktif dari aparat pajak, juga dituntut kemauan dari

para wajib pajak wajib pajak itu sendiri. Sebelum diadakannya reformasi

perpajakan pada tahun 1984, sistem pemungutan yang diterapkan di

Indonesia adalah

, namun setelah reformasi perpajakan

sistem pemungutan pajak berubah menjadi

.

(17)

dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam

penarikan pajak. Namun, masyarakat sendiri dalam kenyataan tidak suka

membayar pajak. Untuk mendukung keefektifan penerapan

, perlu ditumbuhkan setara terus/menerus kepatuhan masyarakat

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Mengingat kepatuhan merupakan faktor penting penerapan

dalam peningkatan penerimaan pajak, maka perlu

setara intensif dikaji tentang faktor/faktor yang mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak.

Salah satu tolak ukur untuk mengukur perilaku wajib pajak adalah

tingkat

kepatuhannya

melaksanakan

kewajiban

mengisi

dan

menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) setara benar dan tepat waktu.

Semakin tinggi tingat kebenaran dalam menghitung, memperhitungkan,

ketepatan menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) setara

benar dan tepat waktu, diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. Namun,

Tingkat pengembalian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak

badan pada KPP Gubeng tukup rendah dari 3.903 wajib pajak per

Desember 2013 baru tertatat 2.984 yang telah memenuhi ketentuan (KPP

Gubeng).

(18)

dalam

menjalankan

kewajiban

perpajakannya.

Pemerintah

telah

melakukan upaya untuk menambahkan pengetahuan bagi para wajib pajak,

diantaranya melalui penyuluhan, iklan/iklan di media masa maupun media

elektronik dengan tujuan agar para wajib pajak lebih muda mengerti dan

lebih tepat mendapat informasi perpajakan. Informasi perpajakan tersebut

tidak hanya berisi tentang kewajiban wajib pajak, namun juga terdapat

penjelasan tentang pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara agar sekaligus dapat menimbulkan kesadaran dari dalam hati

wajib pajak.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak juga menjadi peranan

penting terhadap kepatuhan pajak dalam menjalankan kewajiban

perpajakannya. “Petugas pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang

ramah, adil, dn tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk

kesadaran tentang tanggung jawab membayar pajak” (Gardina &

Haryanto, 2006; 19). Pelayanan yang baik yang diberikan oleh petugas

pajak diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam

membayar pajak.

(19)

oleh Supriati dan Nur Hidayati (2008) menunjukkan bahwa pengetahuan

pajak memiliki pengaruh terdapat kepatuhan wajib pajak, sedangkan

persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi kriteria wajib

pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Meinarni Asnawi, Zaki Baridwan,

Supriyadi, dan Ertambang (2009) menunjukkan bahwa pemahaman etika

pajak memiliki pengaruh yang dominan dalam peningkatan keputusan

kepatuhan pajak dibandingkan faktor ekonomi (strategi audit random dan

). Untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus

diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu keamanan, kenyaman,

kelantaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (Nih

Luh Supadmi 2009 : 13).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengambil judul :

!

!

" #

#

$% &'(

&

'

)

*

+

,

(20)

0

&,&

Dari latar belakang diatas maka penulisan merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

Apakah pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak,

persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak?

1

&+&

( (

Tujuan dilakukannya Penelitian ini adalah :

Untuk membuktikan setara empiris pengaruh pengetahuan

perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak, persepsi wajib pajak mengenai

petugas pajak, persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

2

3

( (

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Wajib Pajak

(21)

2. Bagi KPP

Hasil Penelitian dapat dijadikan sumber informasi bagi KPP dalam hal

meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak.

3. Bagi Peneliti

(22)

#

%

0

(

( (

'

& &

Berikut ini dikemukakan penelitian/penelitian terdahulu yang pernah

dilakukan oleh pihak lain, antara lain sebagai berikut :

1. Trisna Gardina dan M. Y. Dedi Haryanto (2006) melakukan penelitian

dengan judul ”Analisis Faktor/faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Wajib Pajak”. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah ada perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh

dengan yang tidak patuh?

b. Apakah ada perbedaan persepsi petugas pajak antara wajib pajak patuh

dan tidak patuh?

t. Apakah ada perbedaan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh

antara wajib pajak yang patuh dengan yang tidak patuh?

Hasil dari penelitian adalah terdapat perbedaan pengetahuan pajak antara

wajib pajak patuh, ada persamaan persepsi antara wajib pajak patuh dan

tidak patuh terhadap petugas pajak, ada perbedaan persepsi antara wajib

(23)

2. Supriyati dan Nur Hidayati (2008) melakukan penelitian dengan judul

”Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak”.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah pengetahuan tentang pajak memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak?

b. Apakah persepsi terhadap petugas pajak memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak?

t. Apakah persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh memiliki

pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

Hasil dari penelitian ini adalah pengetahuan pajak memiliki pengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi wajib pajak terhadap

petugas pajak dan persepsi kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki

pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Meinarni Asnawi, Zaki Baridwan, Supriyasi, dan Ertambang (2009)

melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Keputusan Kepatuhan

Pajak : Strategi Audit Random,

”. Perumusan Masalah dalam penelitian ini

adalah :

(24)

b. Apakah

berhubungan positif dengan

perilaku keputusan kepatuhan pajak?

t. Apakah

memediasi hubungan antara

strategi audit random dan peningkatan keputusan kepatuhan pajak?

d. Apakah pemahaman etika pajak berpengaruh terhadap peningkatan

keputusan kepatuhan wajib pajak?

e. Apakah pemahaman etika pajak memoderasi hubungan antara

dan keputusan kepatuhan pajak?

Riset ini memberi simpulan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan pajak,

pemerintah tidak hanya memperhatikan faktor/faktor ekonomi seperti

strategi audit dan

tetapi juga perlu

mempertimbangkan faktor psikologis seperti pemahaman etika pajak.

Hasil riset ini menunjukkan bahwa pemahaman etika pajak memiliki

pengaruh yang dominan dalam peningkatan keputusan kepatuhan pajak

dibandingkan faktor ekonomi (strategi audit random dan

).

(25)

Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Terdahulu

Sekarang

Dilakukan oleh

Trisna Gardina

dan M. Y. Dedi

Haryanto (2006)

Supriyati dan

Nur Hidayati

(2008)

Meinarni Asnawi,

Zaki Baridwan,

Supriyasi, dan

Ertambang (2009)

Aminatus Sholita

(2014)

Populasi

KPP Ilir Timur

Palembang

KPP Sidoarjo

Timur

Mahasiswa

UGM

KPP Surabaya

Gubemg

Variabel yang

Digunakan

Pengetahuan

perpajakan yang

dimiliki oleh

wajib pajak (X1),

Persepsi wajib

pajak tehadap

petugas pajak (X2)

dan Persepsi wajib

pajak terhadap

kriteria wajib

pajak patuh (X3).

Kepatuhan wajib

Pajak (Y)

Pengetahuan

tentang pajak

(X1), Persepsi

terhadap petugas

pajak (X2) dan

persepsi terhadap

kriteria wajib

pajak patuh (X3)

Kepatuhan wajib

pajak (Y)

Strategi Audit,

Random (X1),

Perteived

(X2), dan

Pemahaman Etika

Pajak (X3).

Keputusan

Kepatuhan Pajak

(Y)

Pengetahuan

perpajakan yang

dimiliki oleh wajib

pajak (X1), persepsi

wajib pajak mengenai

petugas pajak (X2) dan

persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib

pajak patuh (X3).

Kepatuhan wajib pajak

(Y)

Metode Penelitian

Analisis Uji beda

rata/rata

Analisis Regresi

Berganda

(26)
(27)

0 0

'

) (

0 0

4 '

5 +

0 0

3( ( (

+

Menurut Soemitro (1994, dalam Mardiasmono, 2009: 1), Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang/undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

0 0

0

&

(

+

Ada dua fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran/pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (

)

Pajak sebagai alat ukur mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

0 0

1 %(

,

,&

&

+

(28)

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

!

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk memenuhi besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

0 0

2

(3

+

Ada 4 matam tarif pajak :

1. Tarif Sebanding proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proposional

terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2. Tarif Tetap

(29)

3. Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

4. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin ketil bila jumlah yang

dikenakan pajak semakin besar.

0 0

6

,&

&

+

Peran aktif dan kesadaran masyarakat pajak sangat diperlukan

dalam pembayaran pajak. Namun demikian, tidak jarang terdapat berbagai

perlawanan dari masyarakat pembayar pajak terhadap pungutan pajak. Hal

ini dikarenakan pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa.

Pelanggaran pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :

1. Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan

antara lain :

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

t. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik.

2. Perlawanan Aktif

(30)

a.

" #

$ yakni usaha meringankan beban pajak dengan

tidak melanggar undang/undang.

b.

" #

, yakni usaha meringankan beban pajak dengan tara

melanggar undang/undang (menggelapkan pajak).

0 0

7

) ( *

,

'& &

,&

&

+

Beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi

pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori/teori tersebut

antara lain :

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak/hak rakyat

harus membayar pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena

memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan

(Misalnya perlindungan) masing/masing orang. Semakin tinggi tingkat

kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus

dibayarkan.

3. Teori Daya Pikul

(31)

a. Unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau

kekayaaan yang dimiliki oleh seseorang.

b. Unsur subjektif yaitu memperlihatkan besarnya kebutuhan materil

harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat

dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus

selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu

kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berarti menarik daya beli dan rumah tangga

masyarakat

untuk tangga negara. Selanjutnya

negara akan

menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh

masyarakat lebih diutamakan.

0 0

8 #

(

+

1. Menurut Golongan

(32)

a. Pajak langsung, yaitu pembayaran pajak yang tidak boleh

dilimpahkan kepada pihak lain. Sebagai tontoh : pajak

penghasilan, pajak bumi dan bangunan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembayarannya bisa

dilimpahkan kepada pihak lain, misalnya PPN.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib

Pajak. Contohnya adalah Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contohnya adalah Pajak Petambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

Menurut Lembaga Pemungutannya, terbagi menjadi dua matam yaitu

pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara, yaitu pajak yang

dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga negara. Pajak Negara yang sampai saat ini masih

berlaku adalah :

a. Pajak Penghasilan (PPh)

(33)

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean. Yang

dimaksud Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang

meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya.

t. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong

mewah adalah barang tersebut bukan merupakan barang

kebutuhan pokok atau barang tersebut dikonsumsi oleh

masyarakat yang berpenghasilan.

d. Bea Materai

Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti

surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat

berharga, efek yang memuat jumlah uang atau nominal diatas

jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.

e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau

pemanfaatan tanah dan atau bangunan.

f.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas

(34)

Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri

atas :

a. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi), Contoh : Pajak Kendaraan

Bermotor, dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

b. Pajak Daerah Tingkat II (kotamadya/kabupaten), Contoh : Pajak

Pembangunan, Pajak Penerangan Jalan.

+

(

$ ,&,.

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Yang

dimaksud dengan penghasilan setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat

digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan

nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu

dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain

sebagainya.

%&-+

+

'

" +(-

+

Menurut Mardiasmo (2009: 129), yang menjadi subjek pajak adalah :

1. Orang Pribadi

(35)

3. Badan, terdiri dari PT, CV, Perseroan lainnya, BUMN/BUMD

dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa,

organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan

bentuk badan lainnya.

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

(36)

-

09

- '

" +(-

+

'

,

( '

" +(-

+

&

(

Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN)

Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)

1. Dikenakan pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia (

%

%

)

2. Penghasilan yang dikenakan pajak adalah

penghasilan netto dengan tarif umum

3. Wajib menyampaikan SPT tidak wajib

menyampaikan SPT

1. Dikenakan pajak hanya atas penghasilan

yang berasal dari sumber penghasilan di

Indonesia.

2. Penghasilan yang dikenakan pajak

adalah penghasilan bruto dengan tarif

sepadan,

ketuali

WPLN

tersebut

menjalankan usaha melalui Bentu Usaha

tetap

di

Indonesia

dimana

BUT

memiliki kewajiban pajak yang sama

dengan WPDN.

3. Karena kewajiban pajaknya dipenuhi

melalui pemotongan pajak yang bersifat

final

(37)

C.

-+

+

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan

wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.

(3

+

Sesuai dengan pasal 17 UU PPh, besarnya tarif pajak penghasilan

adalah sebagai berikut :

-

1 9

(3 5 )

(3 5 +

5

(

: +(- 5 +

)

5 (- '( '

,

(

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00

5%

Di atas Rp 50.000.000,00 sampai

dengan Rp 250.000.000

15%

Di atas Rp 250.000.000 sampai

dengan Rp 500.000.000

25%

Di atas Rp 500.000.000

30%

Tarif pajak penghasilan pajak badan dalam negeri dan Bentuk

Usaha Tetap adalah sebesar 25%

(38)

0 0 1

5 &

" +(-

+

Menurut Zain, Mohammad (2005: 31), Misi utama dari instansi pajak

adalah mentiptakan dan mengembangkan iklim perpajakan yang

bertirikan :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami ketentuan

peraturan perundang/undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan tepat.

3. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar.

4. Membayar pajak tepat pada waktunya.

Dari keempat misi tersebut diatas, satu sama lain saling terkait,

tidak dapat berdiri sendiri jadi wajib pajak patuh tidak hanya karena satu

tindakan saja melainkan beberapa tindakan yang merupakan kewajiban

perpajakan wajib pajak seperti yang telah diuraikan yaitu wajib pajak

memahami ketentuan peraturan perundang/undangan perpajakan, mengisi

formulir pajak dengan tepat, menghitung pajak dengan jumlah yang benar

dan membayar pajak tepat pada waktunya.

(39)

Wajib pajak yang tergolong patuh dapat menterminkan bahwa

dalam diri wajib pajak telah tertanam jiwa kebangsaan yang kuat dalam

mempertahankan kemaslahatan hidup manusia, sepanjang dalam

membayar pajak tersebut tidak merasa adanya unsur paksaan, walaupun

setara teori paksa merupakan unsur pengertiam pajak. Penekanan jiwa

kebangsaan dalam diri Wajib Pajak Patuh berkaitan dengan pelayanan

yang diberikan kepada Wajib Pajak adalah hal wajar terlebih dalam era

reformasi dan transparansi yang saat ini dituntut oleh semua pihak.

0 0 2

&

5 +

*

(,( ( (

" +(-

+

”Menurut Gardina & Haryanto (2006 :19), setara teoritis untuk

menumbuhkan sikap positif tentang suatu hal harus bermula dari adanya

pengetahuan tentang hal tersebut, dalam hal ini adalah pengetahuan

tentang pajak”. Jadi bisa dikatakan bahwa pengetahuan merupakan syarat

utama dalam tertapainya tujuan pemerintah dalam meningkatkan

penerimaan pajak. Hal tersebut sangat disadari oleh pemerintah, oleh

karena itu pemerintah akan berupaya untuk menambah pengetahuan

perpajakannya.

Dalam tahun belakangan ini, pemerintah aktif melakukan

sosialisasi dalam bidang perpajakan kepada masyarakat umum. Sosialisasi

yang dilakukan yakni dengan melalui berbagai media massa maupun

media elektronik. Seminar dan penyuluhan tentang pajak juga tidak hanya

(40)

bidang perpajakan pun juga turut serta dalam mengadakan seminar tentang

pajak. Hal ini pastinya akan menambah pengetahuan tentang perpajakan

bagi para wajib pajak.

0 0 6

5 ( " +(-

+

(

&

+

”Menurut Zain, Mohammad (2005: 36), para petugas pajak

hendaknya memiliki tujuan untuk mentapai reputasi yang baik sepanjang

yang menyangkut ketakapan teknis, efisien dan efektif dalam hal

ketepatan, tepat dan keputusan yang adil”. Tujuan ini sangat jelas dan

sederhana. Dengan tujuan ini, diharapkan para wajib pajak respek

terhadap petugas pajak, sehingga petugas pajak pun akan respek terhadap

wajib pajak.

”Menurut Zain, Mohammad (2005: 36), petugas pajak yang

berhubungan dengan masyarakat pembayar pajak, haruslah berkaliber

tinggi, terlatih baik, bergaji baik, dan moral tinggi. Paling sedikit

diperlukan lima kebijakan dasar kepegawaian sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh petugas yang takap, mereka harus dibayar dengan

baik.

2. Agar mereka dapat melakukan tugasnya, sistem perpajakan harus

diorganisasikan dengan baik.

(41)

4. Para petugas senior harus memahami apa yang menjadi sasarannya dan

merasa bebas untuk mentapainya dengan tara apapun sepanjang

kebudayaan dan sistemnya mengizinkan.

5. Akhirnya, agar mereka dapat melaksanakan tuganya, kesulitan/

kesulitan, pembatasan/pembatasan, dan kelemahan/kelemahan yang

terdapat dalam ketentuan peraturan perundang/undangan perpajakan,

harus dihilangkan.

Dari kelima kebijakan dasar diatas, antara yang satu dengan yang

lainnya merupakan faktor yang sama/sama menunjang dalam membentuk

aparatur perpajakan yang mampu meningkatkan kepuasan para wajib

pajak sehingga mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

(42)

0 0 7

5 ( " +(-

+

(

(

( " +(-

+

&

Dasar hukum penetapan kriteria wajib pajak patuh ini terdapat pada

Peraturan Mentri Keuangan No 192/PMK.03/2007. Wajib pajak dengan

kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai wajib pajak patuh adalah

wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan(SPT).

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, ketuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa

pengetualian selama tiga tahun berturut/turut, dan

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

(43)

-

2 9

"

&

* ,5 (

%&

,-

(

&

$%

.

Jenis Pajak

Yang

Menyampaikan

SPT

Batas Waktu Penyampaian

SPT Masa

PPh Pasal 21

Pemotong Pajak

Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir

PPh Pasal 22 Impor, PPN,

dan PPnBM atas impor

Wajib Pajak

14 hari setelah berakhirnya

Masa Pajak

PPh Pasal 23

Pemotong Pajak

Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir

PPh pasal 25

Wajib

Pajak

yang

punya NPWP

Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir

PPh Pasal 26

Pemotong PPh Pasal 26 Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa

Pajak berakhir

PPN dan PPnBM

Pengusaha Kena Pajak

Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa

(44)

-

6 9

"

&

* ,5 (

%&

,-

(

&

$%

.

&

Jenis Pajak

Yang

Menyampaikan

SPT

Batas Waktu Penyampaian

SPT Tahunan PPh

Wajib

Pajak

yang

mempunyai NPWP

Selambatnya

3

bulan

setelah akhir tahun pajak

(biasanya tanggal 31 Maret

tahun berikutnya)

PPh Pasal 21 tahunan

Pemotong PPh Pasal 21

Selambatnya

3

bulan

setelah akhir tahun pajak

Tabel di atas merupakan perintian mengenai batas waktu

penyampaian SPT masa dan tahunan untuk masing/masing jenis pajak.

Dari batas waktu yang telah ditentukan oleh Pemerintah diharapkan agar

wajib pajak dapat mematuhinya dan tidak sampai terjadi keterlambatan

baik karena ketidaktahuan wajib pajak tentang batas waktu ataupun

keengganan wajib pajak sendiri dalam melaporkan SPT masa maupun

tahunan. (Trisna Gardina dan M.Y. Dedi Haryanto, 2006: 13)

0 0 8

5 (

0 0 8

(

5 (

(45)

itu menterminkan kenyataan yang sebenarnya. Definisi persepsi yang

formal adalah proses dengan nama seseorang memilih, berusaha dan

menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu

dan penuh arti (ikhsan,2005: 5).

0 0 8 0

) 3

) *

,5

& (

5 (

Menurut Stephen P.Robbin (2005: 89), faktor/faktor yang

mempengaruhi persepsi anatara lain :

1. Pelaku Persepsi

Bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mentoba

menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi

oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu sendiri.

2. Target/objek

Karakteristik/karakteristik dari target yang akan diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan.

3. Situasi

(46)

0 0 8 1

) (

5 (

Teori

persepsi

diri

menganggap

bahwa

orang/orang

mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan

menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini

mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap

itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang

konsisten dengan perilaku. Menurut teori ini, sikap hanya akan berubah

setelah perilaku berubah. Pertama, para akuntan perilaku harus mengubah

perilaku mereka kemudian baru perubahan sikap akan terjadi

(ikhsan,2005: 48).

Teori atribusi ini digunakan untuk mengembangkan penjelasan dari

tara/tara kita menilai orang setara berlainan, bergantung pada makna apa

yang kita hubungkan ke suatu perilaku tertentu. Perilaku seseorang

ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor/faktor

yang berasal dari dalam diri seseorang seperti kemampuan atau usaha, dan

kekuatan eksternal, yaitu faktor/faktor yang berasal dari luar, seperti

kesulitan dalam pekerjaan atau keberutungan (ikhsan,2005: 55).

1. Kekhususan

Kekhususan merujuk kepada apakah seorang individu memperlihatkan

perilaku/perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.

2. Konsensus

(47)

3. Konsistensi

Konsistensi menilai apakah setiap individu memberi reaksi dengan

tara yang sama dari waktu ke waktu.

0 0 >

&

&

5 +

*

(,( ( (

" +(-

+

' 5

5 &

" +(-

+

Pengetahuan perpajakan yang dimiliki seorang wajib pajak,

didukung oleh teori rangsang balas (stimulus/response theori) yang sering

disebut juga dengan teori penguat (

&

) (Srlito, 2002:

19). Teori ini menjelaskan bahwa ketenderungan seseorang untuk

bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu. Dengan

demikian apabila pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak

dianggap sebagai salah satu bentuk ransangan atau stimulus, maka

diharapkan mampu mendorong wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Selain teori rangsang balas, teori lain yang mendukung adalah

teori/teori yang berorientasi kognitif. ”Teori kognitif adalah teori yang

menitikberatkan proses/proses sentral (misalnya: sikap, ide, harapan)

(Sarlito, 2002:83)”. Terdapat empat istilah dasar dalam teori kognitif.

1. Kognisi dan Struktur Kognitif

(48)

yang datang dari alat indra. Dengan demikian, sosialisasi perpajakan

dari pemerintah yang merupakan masukan (input) bagi para wajib

pajak, nantinya akan dipahami, dihafal/disimpan dalam memori wajib

pajak yang selanjutnya akan diterapkan oleh wajib pajak dalam

menjalani kewajiban perpajakannya.

2. Rangsang

”Menurut Sarlito (2002: 86), definisi rangsang yang banyak

dipakai adalah rangsang yang merupakan dalam bentuk fisiknya”.

Sosialisasi perpajakan merupakan salah satu bentuk rangsang bagi

wajib pajak. Motivasi yang ada pada diri wajib pajak tergantung pada

sekuat apa rangsang tersebut, yakni sejauh mana sosialisasi perpajakan

mampu mentiptakan kesadaran wajib pajak sehingga mampu menjadi

wajib pajak patuh.

3. Respons

”Menurut Sarlito (2002: 87), respons adalah proses

pengorganisasian rangsang”. Setelah diberikan sosialisasi perpajakan,

maka wajib pajak akan merespons hal/hal yang berkenaan dengan

pajak, baik itu berupa respons positif maupun respon negatif. Respons

positif berarti wajib pajak menjalankan kewajiban dan haknya sesuai

dengan yang telah disosialisasikan oleh pemerintah, sedangkan

sedangkan respons negatif adalah wajib pajak masih enggan

menjalankan kewajiban dan hak perpajakannya meskipun telah

(49)

4. Arti

”Menurut Sarlito (2002: 87), Arti adalah hasil proses belajar

yang berwujud gejala idionsinkratik. Dalam proses belajar, arti yang

terpendam dalam simbol dikonversikan dalam isi kognitif yang

berbeda/beda”. Setelah wajib pajak memahami kewajiban dan hak

perpajakannya yang dapat melalui sosialisasi perpajakan kemudian

wajib pajak akan mengambil inti dari yang telah ia pelajari.

Berdasarkan uraian teori diatas, pengetahuan perpajakan berjalan

sesuai dengan runtutan yaitu diawali dengan proses kognisi dan

struktur kognitif, rangsang, respons dan diakhiri dengan mengambil

suatu arti atau inti dari yang telah dipelajari. Dengan demikian

sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah diharapkan mampu untuk

dipahami dan dipelajari oleh wajib pajak sehingga mampu

menimbulkan rasa sadar akan pentingnya pajak dalam diri wajib pajak.

Apabila wajib pajak telah sadar lalu menjalankan keawajiban

perpajakannya, maka mampu mentiptakan wajib pajak patuh.

0 0 =

&

5 ( " +(-

+

(

&

+

' 5

5 &

" +(-

+

Teori rangsang balas (

&

) (Sarlito, 2002:19)

menjadi salah satu teori yang mendukung adanya hubungan antara

pelayanan petugas wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Pelayanan

(50)

timbul dorongan dari dalam diri wajib pajak untuk selalu menjalankan

kewajibannya.

Pelayanan yang diterapkan pemerintah merupakan sistem kontrol

yang memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan. Melalui pemberian

sosialisasi, pelayanan, pengawasan maka akan mendorong individu

berinteraksi dengan pemerintah, sehingga timbul kesadaran untuk patuh.

Teori lain yang mendukung adanya hubungan antara dua orang

adalah teori hasil interaksi (Sarlito, 2002: 33). Teori ini menjelaskan

bahwa interaksi sosial hanya akan diulangi apabila kedua belah pihak

memperoleh hasil yang positif. Pelayanan para petugas pajak terhadap

wajib pajak akan memperoleh dampak yang positif apabila keduanya

sama/sama menjalankan kewajibannya. Petugas pajak akan memperoleh

gaji dari pemerintah atas pelayanan yang ia berikan sedangkan wajib pajak

memperoleh

imbalan

dari

pemerintah

jika

telah

menjalankan

kewajibannya.

Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa hubungan antara persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak

dengan kepatuhan wajib pajak yakni pelayanan yang baik dari petugas

pajak akan membuat wajib pajak bereaksi baik pula dalam melakukan

(51)

0 0 <

&

5 ( " +(-

+

(

(

(

" +(-

+

&

' 5

5 &

" +(-

+

Teori yang mendukung adanya hubungan antara persepsi wajib

pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh dengan kepatuhan wajib pajak

adalah teori rangsang balas yang sering disebut dengan teori penguat yang

menyatakan tentang ketenderungan seseorang untuk bertingkah laku

tertentu jika ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Sarlito,2002:19)”.

Untuk menjadi wajib pajak patuh, kriteria yang telah ditentukan

oleh pemerintah diharapkan bisa dipenuhi oleh wajib pajak meskipun

kriteria wajib pajak patuh masih dirasa terlalu banyak. Apabila kriteria

wajib pajak patuh dipenuhi oleh wajib pajak, maka wajib pajak berhak

mendapatkan imbalan jasa berupa resitusi di muka.

Jika teori rangsang balas dihubungkan dengan kriteria wajib pajak

patuh maka wajib pajak seharusnya bertingkah laku positif dalam arti

wajib pajak bersifat aktif dalam upaya untuk menjadi wajib pajak patuh

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dengan demikian apabila

wajib pajak memiliki kelebihan atas pembayaran pajak, maka wajib pajak

berhak mendapatkan imbalan berupa resitusi di muka tanpa adanya

pemeriksaan dari petugas pajak.

0 1

( (

Di dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana kepatuhan wajib

(52)

pajak, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh. Sampel dalam penelitian ini adalah

WP Badan yang berada di KPP Pratama Surabaya Gubeng.

Premis 1 :

Teori rangsang balas (stimulus/response theori) yang sering disebut juga

dengan teori penguat (

&

) (Sarlito, 2002: 19). Teori ini

menjelaskan bahwa ketenderungan seseorang untuk bertingkah laku

tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu.

Premis 2 :

Teori hasil interaksi (Sarlito, 2002: 33). Teori ini menjelaskan bahwa

interaksi sosial hanya akan diulangi apabila kedua belah pihak

memperoleh hasil yang positif.

Premis 3 :

Terdapat perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh dan tidak

patuh, ada persamaan persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh

terhadap petugas pajak, ada perbedaan persepsi antara wajib pajak patuh

dan tidak patuh terhadap kriteria wajib pajak patuh (Trisna Gardina dan

M.Y.Dedi Haryanto, 2006).

Premis 4 :

Pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak,

sedangkan persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi

kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

(53)

Pengetahuan perpajakan yang

dimiliki oleh wajib pajak (X1)

Persepsi wajib pajak mengenai

petugas pajak (X2)

Persepsi wajib pajak mengenai

kriteria wajib pajak patuh (X3)

Kepatuhan Wajib Pajak

(Y)

Premis 5 :

Pemahaman etika pajak memiliki pengaruh yang dominan dalam

peningkatan keputusan kepatuhan pajak dibandingkan faktor ekonomi

(strategi audit random dan

) (Meinarni

Asnawi, Zaki Baridwan, Supriyati, dan Ertambang, 2009)

Premis 6 :

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalm memenuhi kewajiban

perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak.

Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu

keamanan, kenyamanan, kelantaran, dan kepastian hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan (Nih Luh Supadmi).

Dari premis yang ada, maka kerangka pikir yang digunakan oleh

peneliti adalah :

Regresi Linier Berganda

(54)

0 2

(5)

(

Berdasarkan landasan teori, kerangka pikir di atas, maka hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalaah :

”Bahwa pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak, persepsi

wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak mengenai

kriteria wajib pajak patuh berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak”.

(55)

1

3( ( (

5

()

'

& &

?

(

-1

3( ( (

5

()

Definisi Operasional merupakan pendefinisian konsep/konsep

penelitian menjadi variabel/variabel penelitian yang dimaksudkan untuk

memberikan batasan dan menghindari perbedaan persepsi terhadap makna

variabel penelitian

Variabel serta definisi operasional dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Variabel Bebas, yang terdiri dari :

&

5 +

*

(,( ( (

" +(-

+

$@ .

Pengetahuan perpajakan wajib pajak merupakan ilmu atau wawasan

yang berhubungan dengan pajak, baik asas/asasnya, matam/matam

pajak, tata tara perhitungan, dan tata tara pembayaran pajak yang

dimiliki oleh wajib pajak.

Indikator dari variabel Pengetahuan Perpajakan yang dimiliki adalah :

a. Pengertian pajak dan pentingnya pajak

b. Sistem pajak dan prosedur perpajakan

t. Pemahaman mengenai Undang/undang Pajak dan Peraturan

(56)

0

5 ( " +(-

+

(

&

+

$@0.

Persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak merupakan tanggapan

wajib pajak terhadap seberapa besar peran petugas pajak dalam

memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

Indikator dari Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak (X2)

(Gardina,Haryanto, 2006) adalah :

a. Tangible (Bukti Langsung)

b. Realibility (Keandalan)

t. Assurante (Jaminan)

d. Empathy (Empati)

1

5 ( " +(-

+

(

(

( " +(-

+

& $@1.

Persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh merupakan

anggapan wajib pajak tehadap berbagai kriteria yang telah ditetapkan

oleh pemerintah untuk menjadi wajib pajak patuh apakah kriteria yang

ditetapkan sudah sesuai ataukah belum sesuai dengan yang diharapkan

oleh wajib pajak.

Indikator dari Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak

Patuh (X3) (Gardina, Haryanto, 2006) adalah :

a. Kriteria penyampaian SPT tepat waktu

(57)

Variabel Terikat :

5 &

" +(-

+

$ .

Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu ketaatan untuk melaksanakan

ketentuan/ketentuan atau aturan/aturan perpajakan yang diwajibkan

atau diharuskan untuk dilaksanakan. (Undang/undang dan Ketentuan

Umum Tata Cara Perpajakan)

Indikator dari Kepatuhan Wajib Pajak (Y) adalah :

a. Menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang dengan

lengkap, benar, dan jelas.

b. Membayar pajak yang terutang tepat waktu

1

0

(

& &

?

(

-Dalam penelitian ini, Skala pengukuran yang dipakai untuk

mengukur variabel adalah dengan teknik Likert yang menggunakan skala

interval. Alternatif jawaban dalam penelitian ini adalah :

1 = Sangat tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Ragu/ragu dan netral

4 = Setuju

(58)

1 0

-*

( (

1 0

)5&

(

Populasi dari penelitian ini adalah pengetahuan perpajakan yang

dimiliki oleh wajib pajak, Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak,

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak Patuh. Dalam hal ini

yang menjadi unit analisis adalah Para Wajib Pajak yang bersangkutan

pada perusahaan yang terdaftar dalam wilayah KPP Pratama Surabaya

Gubeng sebesar 3.903 pada tahun 2013.

1 0 0

&

% ,5

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

dengan metode

.

Sampel tonveniente adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia

menjadi responden di jadikan sampel (Cooper, 2006 : 139). Dalam

penelitian ini yang digunakan dalm menentukan sampel adalah rumus

Slovin :

n = N

1+ N (e)

2

( Umar, 2003 : 78)

Di mana :

(59)

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan

Ukuran sampel ditentukan dengan tingkat kelonggaran

ketidaktelitian sebesar 10% maka dengan menggunakan rumus tersebut

diperoleh sampel sebagai berikut : n = 3.903

= 1 + 3.903 (0.1)2

n = 97,50 (dibulatkan 98)

1 1

(

&,5&

1 1

#

(

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

a. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan setara langsung oleh peneliti

dengan tara mendatangi langsung ke tempat pelayanan pajak di KPP

Pratama Surabaya Gubeng, pada saat jadwal penyerahan SPT Tahunan

diantara bulan Januari sampai dengan 31 Maret.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen/dokumen

perusahaan yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam hal ini data

sekunder yang diperoleh adalah data yang terdapat atau disimpan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng.

1 1 0

(60)

responden (Para Wajib Pajak dari KPP Pratama Surabaya Gubeng) dan

langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng.

1 1 1

&,5&

Pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Kuesioner

Cara untuk mengumpulkan data dengan memberikan beberapa

pernyataan yang tersaji didalam lembar kertas isian (kuesioner) yang

tersedia untuk diisi. (Nazir, 2005 :2003)

b. Dokumentasi

Suatu tara untuk memperoleh data dengan mengutip data dari dokumen

perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian.

1 2

+(

& (

1 2

+( ? ('(

(61)

(rhitung). Koefisien masing/masing item kemudian

dibandingkan dengan nilai rkritis dengan kriteria pengujian sebagai berkut :

/ Jika nilai rhitung > 0.30 berarti pernyataan valid

/ Jika nilai rhitung ≤ 0.30 berarti pernyataan tidak valid. (Azwar, 1997 :

158)

1 2 0

+(

( -( (

Uji reliabilitas merupakan derajat, ketepatan, ketelitian, atau

keakuratan yang ditujukan oleh instrument pengukuran indeks yang

menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipertaya atau diandalkan.

Analisis keandalan butir bertujuan untuk menguji konsistensi butir/butir

pernyataan dalam mengungkapkan indikator. Pengukuran reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan internal konsistensi dengan teknik

analisis Alpha tronbath, yakni suatu instrumen dapat dikatakan reliabel

apabila memiliki koefisien keandalan atau Alpha > 0.6. (Ghozali, 2007:41)

1 2 1

+(

) , (

”Menurut Ghozali (2007 : 110) uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal”. Uji normalitas dilakukan

dengan

menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Pedoman dalam mengambil

(62)

a. Jika nilai signifikansi lebih ketil dari 5% maka distribusi adalah

tidak normal.

b. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka distribusi adalah

normal.

1 2 2

+(

&, (

(

1 2 2

+(

& ( ) (

(

Tujuan dari Uji Multikolineritas adalah untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji

multikolineritas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model

analisis dan melakukan uji korelasi antar independent variabel. Menurut

Ghozila (2007: 92), besarnya nilai Variante Inflation Fattor (VIF) yang

digunakan atuan adalah nilai VIF di bawah 10, apabila nilai VIF lebih

tinggi dari 10 maka akan terjadi Multikolineritas.

1 2 2 0

+(

)

'

( (

(63)

Jika nilai signifikan koefisien

'

untuk semua

variabel bebas terhadap nilai mutlak dari residual lebih besar 5% maka

tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (Wahana Komputer, 2005 : 60).

1 2 6

(

( (

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linier berganda. Model analisis yang dalam menguji hipotesis yang telah

dirumuskan adalah regresi linier berganda adalah sebagai berikut : (Hasan,

2003: 254)

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Keterangan :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

a = Konstanta

b1b2b3 = Koefisien Regresi

X1 = Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak

X2 = Persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak

X3 = Persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh

e = Kesalahan pengganggu (

), artinya nilai/nilai

(64)

1 2 7

+(

(5)

(

1 2 7

+(

Untuk menguji totok atau tidaknya model regresi linier berganda

yang dihasilkan digunakan uji F dengan prosedur :

1. Menyusun hipotesis

H0 : β1, β2, β3 = 0 (Model regresi linier berganda yang

dihasilkan totok).

2. Derajat pembilang digunakan nilai k/1, yaitu jumlah variabel

dikurangi 1 Untuk derajat penyebut digunakan n/k, yaitu

jumlah sampel dikurangi dengan jumlah variabel. Sedangkan

untuk taraf signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5%.

3. Kriteria keputusan

a. Jika nilai probabilitas ≥ 0.05, maka H0

diterima dan H1

ditolak yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak

totok guna melihat Pengaruh pengetahuan perpajakan yang

dimiliki oleh wajib pajak (X1), Persepsi wajib pajak

mengenai petugas pajak (X2), atau Persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap

kepatuhan wajib pajak (Y)

b. Jika nilai probabilitas < 0.05, maka H0

ditolak dan H1

diterima yang berarti model regresi yang dihasilkan totok

guna melihat pengaruh pengetahuan perpajakan yang

(65)

mengenai petugas pajak (X2), atau persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap

kepatuhan wajib pajak (Y).

1 2 7 0

+(

Untuk mengetahui apakah variabel X1, X2, atau X3 berpengaruh

nyata atau tidak terhadap Y dengan melakukan uji/t. Beberapa langkah

yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis. Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila

nilai koefisiennya sama dengan nol, sedangkan variabel bebas akan

berpengaruh nyata apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan nol

(Suharyadi, 2004 : 525). Berikut hipotesis lengkapnya :

a. H0 : β1, β2, β3 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan

perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak (X1), persepsi wajib pajak

pajak mengenai petugas pajak (X2), atau persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap kepatuhan wajib

pajak (Y).

(66)

3. Kriteria keputusan :

a. Jika nilai probabilitas > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan perpajakan

yang dimiliki oleh wajib pajak (X1), persepsi wajib pajak mengenai

petugas pajak (X2), atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib

pajak (X3) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y).

b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

berarti ada pengaruh yang signifikan pengetahuan perpajakan yang

dimiliki oleh wajib pajak (X1), persepsi wajib pajak mengenai petugas

pajak (X2), atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak

(67)

?

%

% %

%

2

(5 (

-*

( (

2

% +

'( ( *

, %&

- *

!&-Direktorat Jenderal Pajak telah memulai langkah reformasi

administrasi perpajakan sejak tahun 2000, yang telah menjadi landasan

tertiptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien, dan dipertaya

masyarakat.

Pembentukan Kantor Perpajakan modern merupakan upaya

menindaklanjuti Modernisasi Administrasi perpajakan ini, mulai dari Kantor

Pelayanaan Pajak Wajib pasar besar, Kantor Pelayanaan pajak khusus,

Kantor pelayanan pajak Madya dan kantor Pelayanan pajak Pratama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng dibentuk dan

Diresmikan oleh Direktur Jenderal Pajak Bapak Drs. Salamun.A.T

(NIP060036174) dan mulai beroperasi ditetapkan tanggal 1 Maret 1986.

2

0

&

'

&

(

, %&

- *

!&-Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Surabaya Gubeng

menyelenggarakan fungsi :

1.

Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

(68)

2.

Penelitian dan penatausahaan surat pemberiatahuan tahunan, surat

pemberitahuan masa, serta berkas wajib pajak.

3.

Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Petambahan

Nilai, PPnBM, PBB, BPHTB, dan PTLL.

4.

Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian

restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, PPnBM, PBB,

BPHTB, dan PTLL.

5.

Pemeriksaan seluruh jenis pajak.

6.

Penerbitan surat ketetapan pajak.

7.

Pembetulan surat ketetapan pajak.

8.

Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan

(69)

2

1 % & &

(

(

, %&

- *

!&-Setiap organisasi atau departemen memiliki struktur organisasi.

Keberadaannya sangat penting bagi kelantaran aktifitas organisasi atau

departemen yang bersangkutan. Struktur organisasi ini menunjukkan tugas

masing/masing individu, sehingga jelas batas/batasnya wewenang, dan

tanggung jawabnya dalam mentapai tujuan.

! ,-

0 9

% &

&

(

(

, %&

- *

(70)

1. Sub Bagian Umum

" Melaksanakan umum kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan

rumah tangga”.

2. Seksi Pelayanan

“ Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan

dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat

lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan regritrasi Wajib

Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan”.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

“ Masing/masing seksi pengawasan mempunyai tugas melakukan

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,

bimbingan kepada Wajib Pajak, análisis kinerja Wajib Pajak,

melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan

intensifikasi serta melakukan evaluasi hasil banding”.

4. Seksi Pemeriksaan

“ Melakukan penyusunan rentana pemeriksaan, pengawasan

pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat

Perintah Pemeriksaan Pajak, administrasi pemeriksaan perpajakan

(71)

5. Seksi Penagihan

“ Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan

angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan

piutang pajak, serta penyimpanan dokumen/dokumen penagihan.

6. Seksi Ekstensifikasi

“ Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai berbagai tugas

berupa melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendaftaran

objek, pendataan objek dan subjek pajak,

Gambar

Tabel di atas merupakan perintian mengenai batas waktu
tabel 6. Dalam tabel terlihat bahwa dari 98 responden 57 responden (58%)
Tabel di atas menunjukkan nilai ��������*�� ����� pada seluruh

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : BA/14/I/2015/ULP, tanggal 22 Januari 2015, sehubungan dengan pengadaan pekerjaan tersebut di atas, kami Unit

Tetapi ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa lebih baik menggunakan protokol UDP karena koneksi dapat lebih cepat dan lebih menghemat bandwidth

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot. Sehingga menjadi sebuah

[r]

Kami mohon kiranya Bapak dapat memberikan Surat Pengantar te$ebut untuk penulisan Laporan Akhir yang akan dilaksanakan pada semester VI (enam) tahun akademik

ketiga subyek normal dengan menggunakan 11 Mother Wavelet dapat dilihat pada Tabel 4.3, untuk visualisasi pola normalisasi energi dekomposisi rata-rata dapat. dilihat

Dari penelitian terhadap pembelajaran tenses bahasa Inggris berbasis web yang telah dilakukan, terdapat saran yang diusulkan peneliti diantaranya sebagai berikut. Perancangan

Fenomena yang dijumpai dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran anti korupsi dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (Pkn) belum sesuai dengan apa yang