• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karang Pilang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karang Pilang)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pr atama

Sur abaya Kar ang Pilang)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Er vansyah Supr apto

0913010086/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pr atama

Sur abaya Kar ang Pilang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan

dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi

Pr ogr am Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

Er vansyah Supr apto

0913010086/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pr atama

Sur abaya Kar ang Pilang)

Disusun Oleh : Ervansyah Supr apto

0913010086/FE/AK

Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh

Tim Penguji Skr ipsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

pada tanggal 31 Mei 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr s. Ec. Sjafii, Ak, MM Dr. Sri Trisnaningsih, M. Si

NIP. 19510807 198303 1001 NIP. 19650929 199203 2001

Sekr etaris

Dr s. Ec. Muslimin, M.si NIP. 19620712 99203 1001

Anggota

Dr s. Ec. Sjafii, Ak, MM NIP. 19510807 198303 1001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad dan

hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Sripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK (Studi Kasus

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pr atama Surabaya Karang Pilang)” dapat terselesaikan

dengan baik.

Adapun maksud penyususnan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan

dan dorongan dari banyak pihak, maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang sangat dalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” JawaTimur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

4. Bapak Dr. Hero Priono, M. Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. EC. Sjafii, Ak, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah mengorbankan

(5)

menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Bapak, Ibu, dan adikku Vivi yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan

bantuannya secara moril maupun materil sehingga mampu menghantarkan penulis

menyelesaikan studinya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa,

dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini,

oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa

datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam penyusunan

skripsi ini, semoga sumbangan dan amal kebaikan yang telah diberikan diterima oleh Allah

SWT dan mendapat imbalan dari-Nya. Amin

Sur abaya, J uni 2013

(6)

1.1. Latar Belakang …... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Dasar- dasar Perpajakan ... 12

2.2.1.1. Definisi Pajak ... 12

2.2.1.2. Fungsi Pajak ... 12

2.2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak ... 12

2.2.1.4. Tarif Pajak ... 13

2.2.1.5. Hambatan Pemungutan Pajak ... 14

2.2.1.6. Teori yang mendukung pemungutan Pajak ... 15

2.2.1.7. Jenis Pajak ... 17

2.2.3. Kepatuhan Wajib Pajak... ... 22

2.2.4. Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak ... 24

2.2.5. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak ... 25

(7)

2.2.7.3. Teori-teori Persepsi... 30

2.2.8. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 31

2.2.9.Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 34

2.3.10.Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak Patuh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 35

2.3. Kerangka Pikir ... 36

2.4. Hipotesis ... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.1.1. Definisi Operasional ... 40

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 42

3.2. Obyek Penelitian... 43

3.2.1. Populasi ... 43

3.2.2. Penentuan Sampel... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

(8)

3.4.2. Uji Reabilitas ... 46

3.4.3. Uji Normalitas ... 47

3.4.4. Uji Asumsi Klasik ... 47

3.4.4.1. Uji Multikolineritas ... 47

3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 48

3.4.5. Teknik Analisis ... 48

3.4.5. Uji Hipotesis ... 49

3.4.5.1. Uji F ... 49

3.4.5.2. Uji t ... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 53

4.1.1.Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Surabaya Karang Pilang 53 4.1.2. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Surabaya Karang Pilang... 54

4.1.2.1. Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karang Pilang 54 4.1.2.2.Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karang Pilang 54 4.1.3. Struktur organisasi KPP Pratama Surabaya Karang Pilang... 49

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

4.2.1. Karakteristik Responden ... 58

4.2.2. Karakteristik Jawaban Responden ... 60

(9)

4.3.1.3. Uji Normalitas ... 74

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 75

4.3.2.1. Multikolinieritas ... 75

4.3.2.3. Heteroskedastisitas ... 76

4.3.3. Teknik Analisis ... 76

4.3.4. Uji Hipotesis ... 78

4.3.4.1. Uji F ………... 78

4.3.4.2. Uji t ……... 80

4.4. Pembahasan ... 82

4.4.1. Keterbatasan Penelitian... 89

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 90

(10)

xi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karang Pilang)

Oleh :

Ervansyah Supr apto Abstrak

Dalam upaya untuk membiayai pembangunan, pemerintah telah bertekad secara perlahan melepaskan ketergantungan dari luar negeri dan beralih kepada kemampuan bangsa sendiri yakni melalui peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak memiliki peranan yang sangat penting bagi negara, bahkan pajak menjadi kunci keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pengenaan pajak mempunyai dua fungsi yaitu, sebagai sumber keuangan negara atau budgetair, alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Regularent). Peranan pajak dirasakan semakin penting sehingga setiap tahun target penerimaan pajak semakin ditingkatkan.. Banyak faktor yang menyebabkan Wajib Pajak enggan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diantaranya masih minimnya pengetahuan Wajib Pajak, pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak, persepsi wajib pajak mengenai kriteria Wajib Pajak patuh, dan lain-lain. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak, persepsi Wajib Pajak mengenai petugas pajak, dan persepsi Wajib Pajak mengenai kriteria Wajib Pajak patuh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan kepada Wajib pajak. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

(11)
(12)

1.1. Latar Belakang

Dalam upaya untuk membiayai pembangunan, pemerintah telah

bertekad secara perlahan melepaskan ketergantungan dari luar negeri dan

beralih kepada kemampuan bangsa sendiri yakni melalui peningkatan

penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak memiliki peranan yang sangat

penting bagi negara, bahkan pajak menjadi kunci keberhasilan

pembangunan di masa yang akan datang. Pengenaan pajak mempunyai dua

fungsi yaitu, sebagai sumber keuangan negara atau budgetair, alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial

dan ekonomi (Regularent). Peranan pajak dirasakan semakin penting

sehingga setiap tahun target penerimaan pajak semakin ditingkatkan.

Sedang bagi sektor publik pajak dipandang sebagai beban. Tekad

pemerintah dalam membudayakan pajak untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia menjadi sadar pajak rupanya sudah bulat. Hal ini dilaksanakan

dalam rangka melanjutkan pembangunan nasional menuju kemandirian

bangsa. Ujung tombak dari kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terletak

pada Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak, karena

penyuluhan pada hakekatnya memegang peranan penting. Tanpa

pengetahuan dan pemahaman yang mendasar tentang pajak, maka wajib

pajak tidak akan merespon adanya kebutuhan dan pembangunan yang

(13)

penerimaan negara disektor pajak mempunyai banyak kendala yaitu antara

lain tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, sehingga wajib

pajak berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih kecil dari yang

seharusnya.

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

peranan masyarakat dalam bidang perpajakan adalah melakukan

pembaharuan pajak atau lebih dikenal dengan reformasi perpajakan.

Melalui reformasi perpajakan diharapkan akan mampu meningkatkan

peranan masyarakat dalam bidang perpajakan.

Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang

mudah, disamping peran serta aktif dari aparat pajak, juga dituntut

kemauan dari para wajib pajak itu sendiri. Sebelum diadakannya reformasi

perpajakan pada tahun 1984, sistem pemungutan yang diterapkan di

Indonesia adalah official assessment, namun setelah reformasi perpajakan

sistem pemungutan pajak berubah menjadi self assessment system. Official

assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan self assessment system adalah

suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo,

2009:7). Pajak terutang merupakan pajak yang harus dibayar sesuai dengan

(14)

penarikan pajak. Namun, masyarakat sendiri dalam kenyataanya tidak suka

membayar pajak. Untuk mendukung keefektifan penerapan self assessment

system, perlu ditumbuhkan secara terus-menerus kepatuhan masyarakat

wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Mengingat kepatuhan merupakan faktor penting penerapan

self assessment system dalam peningkatan penerimaan pajak, maka perlu

secara intensif dikaji tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak.

Salah satu tolak ukur untuk mengukur perilaku wajib pajak adalah

tingkat kepatuhannya melaksanakan kewajiban mengisi dan

menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat waktu.

Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, memperhitungkan,

ketepatan menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara

benar dan tepat waktu, diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. Namun,

Tingkat pengembalian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak

badan pada KPP Karang Pilang cukup rendah dari 2.978 wajib pajak per

Desember 2011 baru tercatat 1.837 yang telah memenuhi ketentuan (KPP

Karang Pilang).

Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak merupakan

hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak karena

tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi wajib pajak

(15)

upaya untuk menambahkan pengetahuan bagi para wajib pajak,

diantaranya melalui penyuluhan, iklan-iklan di media masa maupun media

elektronik dengan tujuan agar para wajib pajak lebih mudah mengerti dan

lebih cepat mendapat informasi perpajakan. Informasi perpajakan tersebut

tidak hanya berisi tentang kewajiban wajib pajak, namun juga terdapat

penjelasan tentang pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara agar sekaligus dapat menimbulkan kesadaran dari dalam hati

wajib pajak.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak juga menjadi peranan

penting terhadap kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban

perpajakannya. “Petugas pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang

ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk

kesadaran tentang tanggung jawab membayar pajak (Gardian & Haryanto,

2006; 19). Pelayanan yang baik yang diberikan oleh petugas pajak

diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam membayar

pajak.

Gardina dan Haryanto (2006) dalam penelitiannya pada wajib pajak

badan di KPP Ilir Timur Palembang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh dan tidak patuh, ada

persamaan persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh terhadap

petugas pajak, dan ada perbedaan persepsi antara wajib pajak patuh dan

(16)

pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan

persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi kriteria wajib

pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Meinarni Asnawi, Zaki Baridwan,

Supriyadi, dan Ertambang (2009) menunjukkan bahwa pemahaman etika

pajak memiliki pengaruh yang dominan dalam peningkatan keputusan

kepatuhan pajak dibandingkan faktor ekonomi (strategi audit random dan

preceived probability of audit). Untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus

ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus

diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu keamanan, kenyamanan,

kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (Nih

Luh Supadmi 2009 : 13).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, oleh karena itu penulis

mengambil judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK (Studi Kasus

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karang Pilang)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan

(17)

Apakah pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak, persepsi

wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak mengenai

kriteria wajib pajak patuh berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya Penelitian ini adalah :

Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengetahuan perpajakan

yang dimiliki oleh wajib pajak, persepsi wajib pajak mengenai petugas

pajak, persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Wajib Pajak

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perpajakan

kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang pajak, sehingga

dapat meningkatkan kepatuahan wajib pajak dalam memenuhi

kewajiban membayar pajak.

2. Bagi KPP

Hasil penelitian dapat dijadikan sumber informasi bagi KPP dalam hal

meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak.

3. Bagi Peneliti

Melatih penulis untuk menerapkan ilmu yang didapat dari bangku

(18)

2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu

Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan oleh pihak lain, antara lain sebagai berikut :

1. Trisna Gardina dan M.Y. Dedi Haryanto (2006) melakukan penelitian

dengan judul “Anilisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Wajib Pajak”. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah ada perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh

dengan yang tidak patuh?

b. Apakah ada perbedaan persepsi petugas pajak antara wajib pajak patuh

dan tidak patuh?

c. Apakah ada perbedaan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh

antara wajib pajak yang patuh dengan yang tidak patuh?

Hasil dari penelitian adalah terdapat perbedaan pengetahuan pajak antara

wajib pajak patuh dan tidak patuh, ada persamaan persepi antara wajib

pajak patuh dan tidak patuh terhadap petugas pajak, ada perbedaan

persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh terhadap kriteria wajib

pajak patuh

(19)

Kepatuhan Wajib Pajak”. Perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

a. Apakah pengetahuan tentang pajak memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak?

b. Apakah persepsi terhadap petugas pajak memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak?

c. Apakah persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh memiliki

pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

Hasil dari penelitian ini adalah pengetahuan pajak memiliki pengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi wajib pajak terhadap

petugas pajak dan persepsi kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki

pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Meinarni Asnawi, Zaki Baridwan, Supriyasi, dan Ertambang (2009)

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keputusan Kepatuhan

Pajak : Srategi Audit Random, Perceived Probability of Audit dan

Pemahaman Etika Pajak”. Perumusan Masalah dalam penelitian ini

adalah:

a. Apakah Strategi audit random berpengaruh positif terhadap

peningkatan keputusan kepatuhan pajak?

b. Apakah Perceived probability of audit berhubungan positif dengan

(20)

c. Apakah Perceived probability of audit memediasi hubungan antara

strategi audit random dan peningkatan keputusan kepatuhan pajak?

d. Apakah pemahaman etika pajak berpengaruh terhadap peningkatan

keputusan kepatuhan pajak?

e. apakah pemahaman etika pajak memoderasi hubungan antara

perceived probability of audit dan keputusan kepatuhan pajak.

Riset ini memberi simpulan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan pajak,

pemerintah tidak hanya memperhatikan faktor-faktor ekonomi seperti

strategi audit dan perceived probability of audit tetapi juga perlu

mempertimbangkn faktor psikologis seperti pemahaman etika pajak. Hasil

riset ini menunjukkan bahwa pemahaman etika pajak memiliki pengaruh

yang dominan dalam peningkatan keputusan kepatuhan pajak

dibandingkan faktor ekonomi (strategi audit random dan perceived

probability of audit).

Ni Luh Supadmi (2009) melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan.”

Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepatuhan

wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan

harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus

diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu keamanan, kenyamanan,

(21)

Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Terdahulu Sekarang

Dilakukan oleh Trisna Gardina

dan M.Y. Dedi

Populasi KPP Ilir Timur

(22)

persepsi wajib

Pajak (Y) pajak mengenai

kriteria wajib

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak

pada metode penelitian yakni menggunakan analisis regresi berganda dan

persamaan lainnya terletak pada variabel yang digunakan. Variabel bebas

terdiri dari pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak (X1),

persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak (X2), dan persepsi wajib

pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh (X3) sedangkan variabel

terikatnya adalah kepatuhan wajib pajak (Y). Sedangkan perbedaan

penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah terletak pada tahun

(23)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Dasar – dasar Perpajakan

2.2.1.1. Definisi Pajak

Menurut Soemitro (1994, dalam Mardiasmono, 2009: 1), Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

2.2.1.2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu :

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat ukur mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak ada 3 macam yakni :

(24)

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

2. self assessemnt system

Adalah suatu sistem emungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

3. with holding system

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk memenuhi besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

2.2.1.4. Tarif Pajak

Ada 4 macam tarif pajak :

1. Tarif Sebanding/proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional

(25)

2. Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap

3. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

4. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang

dikenakan pajak semakin besar.

2.2.1.5. Hambatan Pemungutan Pajak

Peran aktif dan kesadaran masyarakat membayar pajak sangat

diperlukan dalam pembayaran pajak. Namun demikian, tidak jarang

terdapat berbagai perlawanan dari masyarakat pembayar pajak terhadap

pungutan pajak. Hal ini dikarenakan pajak merupakan pungutan yang

bersifat memaksa. Hambatan pemungutan pajak dapat dikelompokkan

menjadi

1. Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan

antara lain :

(26)

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik.

2. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditujukkan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari

pajak. Bentuknya antara lain :

a. Tax Avoidance, yakni usaha meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar undang- undang.

b. Tax Evasion, yakni usaha meringankan beban pajak dengan cra

melanggar undang- undang (menggelapkan pajak).

2.2.1.6. Teori yang mendukung Pemungutan Pajak

Beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi

pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut

antara lain adalah :

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak

rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak diibaratkan

sebagai seuatu premi asuransi karena memperoleh jaminan

(27)

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan

(Misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin tinggi

tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak

yang harus dibayarkan.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak

harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk

mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:

a. Unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau

kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

b. Unsur subjektif yaitu memperlihatkan besarnya kebutuhan materil

harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat

dengan negaranya Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus

selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu

kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berarti menarik daya beli dan rumah tangga

(28)

menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh

masyarakat lebih diutamakan.

2.2.1.7. J enis Pajak

1. Menurut Golongan

Jenis-jenis pajak menurut golongannya dibagi menjadi dua macam

antara lain :

a. Pajak langsung, yaitu pembayaran pajak yang tidak boleh

dilimpahkan kepada pihak lain . Sebagai contoh : pajak penghasilan,

pajak bumi dan bangunan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembayarannya bisa

dilimpahkan kepada pihak lain, misalnya PPN

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contohnya adalah Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah.

(29)

Menurut Lembaga Pemungutannya, terbagi menjadi dua macam yaitu

pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara, yaitu pajak yang dipungut

oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai numah tangga

negara. Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku adalah :

a. Pajak Penghasilan (PPh)

adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean. Yang

dimaksud Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya.

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah

adalah barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok

atau barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat yang

berpenghasilan tinggi.

d. Bea Materai

Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti

(30)

berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas

jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.

e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau

pemanfaatan tanah dan atau bangunan.

f. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah

dan atau bangunan.

Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemenntah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri

atas:

a. Pajak Daerah Tingkat I (propinsi), Contoh: Pajak Kendaraan

Bermotor, dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Daerah Tingkat II (kotamadya/kabupaten), Contoh: Pajak

Pembangunan, Pajak Penerangan Jalan.

2.2.3. Pajak Penghasilan (Umum)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun

pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari

(31)

menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan

demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,

honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

2.2.3.1. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2009: 129), yang menjadi subjek pajak adalah :

1. Orang pribadi

2. Wrisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

3. Badan, terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan

nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial

politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk badan

lainnya.

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan

(32)

Tabel 2: Perbedaan Wajib Pajak dalam neger i dan Wajib Pajak

Luar Negeri

Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) 1. Dikenakan pajak atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia (world wide income) 2. Penghasilan yang dikenakan pajak

adalah penghasilan netto dengan tarif umum

3. Wajib menyampaikan SPT tidak wajib menyampaikan SPT

1. Dikenakan pajak hanya atas

penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

2. Penghasilan yang dikenakan pajak adalah penghasilan bruto dengan tarif sepadan, kecuali WPLN tersebut menjalankan usaha melalui Bentuk Usaha tetap di Indonesia dimana BUT memiliki kewajiban pajak yang sama dengan WPDN.

3. karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Berdasarkan tabel di atas, maka perbedaan antara wajib pajak

dalam negeri dengan wajib pajak luar negeri adalah pada penghasilan yang

dikenakan atas pajak, dasar pengenaan pajaknya, tarif pajak serta

kewajiban dalam menyampaikan SPT.

2.2.3.2. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib

pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang

(33)

2.2.3.3. Tarif Pajak

Sesuai dengan pasal 17 UU PPh, besarnya tarif pajak penghasilan

adalah sebagai berikut:

Tabel 3 : Tarif progresif pajak penghasilan wajib pajak orang pr ibadi dalam negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5 %

Di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 250.000.000

15 %

Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000

25 %

Di atas Rp 500.000.000 30 %

Tarif pajak penghasilan pajak badan dalam negeri dan Bentuk

Usaha Tetap adalah sebesar 25%.

(Sumber :Mardiasmo, 2009 : 144)

2.2.3. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Zain, Mohammad (2005: 31), Misi utama dari instansi pajak

adalah menciptakan dan mengembangkan iklim perpajakan yang

bercirikan :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami ketentuan

(34)

3. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar

4. Membayar pajak tepat pada waktunya.

Dari keempat misi tersebut diatas, satu sama lain saling terkait,

tidak dapat berdiri sendiri jadi wajib pajak patuh tidak hanya karena satu

tindakan saja melainkan beberapa tindakan yang merupakan kewajiban

perpajakan wajib pajak seperti yang telah diuraikan yaitu wajib pajak

memahami ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, mengisi

formulir pajak dengan tepat, menghitung pajak dengan jumlah yang benar

dan membayar pajak tepat pada waktunya.

Apabila wajib pajak gagal memenuhi semua kewajiban di atas

maka mereka dapat dianggap sebagai wajib pajak yang tidak patuh.

Namun, ada perbedaan dalam menentukan derajat ketidakpatuhan apakah

kesalahan wajib pajak itu atas kesengajaan untuk tidak memenuhi

kewajiban atau karena ketidaktahuan atau juga karena perbedaan

intepretasi dalam memandang peraturan yang berlaku.

Wajib pajak yang tergolong patuh dapat mencerminkan bahwa

dalam diri wajib pajak telah tertanam jiwa kebangsaan yang kuat dalam

mempertahankan kemaslahatan hidup manusia, sepanjang dalam

membayar pajak tersebut tidak merasa adanya unsur paksaan, walaupun

secara teori paksa merupakan unsur pengertian pajak. Penekanan jiwa

kebangsaan dalam diri Wajib Pajak Patuh berkaitan dengan pelayanan

(35)

terlebih dalam era reformasi dan transparansi yang saat ini dituntut oleh

semua pihak.

2.2.4. Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak

“Menurut Gardina & Haryanto (2006 :19), secara teoritis untuk

menumbuhkan sikap positif tentang suatu hal harus bermula dari adanya

pengetahuan tentang hal tersebut, dalam hal ini adalah pengetahuan

tentang pajak”. Jadi bisa dikatakan bahwa pengetahuan merupakan syarat

utam dalam tercapainya tujuan pemerintah dalam meningkatkan

penerimaan pajak. Hal tersebut sangat disadari oleh pemerintah, oleh

karena itu pemerintah akan berupaya untuk menambah pengetahuan

perpajakannya.

Dalam tahun belakangan ini, pemerintah aktif melakukan

sosialisasi dalam bidang perpajakan kepada masyarakat umum. Sosialisasi

yang dilakukan yakni dengan melalui berbagai media massa maupun

media elektronik. Seminar dan penyuluhan tentang pajak juga telah

dilakukan oleh pemerintah. Seminar tentang pajak tidak hanya

diselenggarakan oleh pihak fiskus, berbagai kalangan intelektual dalam

bidang perpajakan pun juga turut serta dalam mengadakan seminar tentang

pajak. Hal ini pastinya akan menambah pengetahuan tentang perpajakan

(36)

2.2.5. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak

“Menurut Zain, Mohammad (2005: 36), para petugas pajak

hendaknya memiliki tujuan untuk mencapai reputasi yang baik sepanjang

yang menyangkut kecakapan teknis, efisien dan efektif dalam hal

kecepatan, tepat dan keputusan yang adil”. Tujuan ini sangat jelas dan

sederhana. Dengan tujuan ini, diharapkan para wajib pajak respek terhadap

petugas pajak, sehingga petugas pajak pun akan respek terhadap wajib

pajak.

“Menurut Zain, Mohammad (2005: 36), petugas pajak yang

behubungan dengan masyarakat pembayar pajak, haruslah berkaliber

tinggi, terlatih baik, bergaji baik, dan bermoral tinggi. Paling sedikit

diperlukan lima kebijakan dasar kepegawaian sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh petugas yang cakap, mereka harus dibayar dengan

baik.

2. Agar mereka dapat melakukan tugasnya, sistem perpajakan harus

diorganisasikan dengan baik.

3. Petugas harus memperoleh latihan (training) yang memadai yang

diperlukan untuk mengembangkan kepatuhan memenuhi kewajiban

perpajakan.

4. Para petugas senior harus memahami apa yang menjadi sasarannya

dan merasa bebas untuk mencapainya dengan cara apapun sepanjang

(37)

5. Akhirnya, agar mereka dapat melaksanakan tugasnya,

kesulitan-kesulitan, pembatasan-pembatasan, dan kelemahan-kelemahan yang

terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

harus dihilangkan.

Dari kelima kebijakan dasar diatas, antara yang satu dengan yang

lainnya merupakan faktor yang sama-sama menunjang dalam membentuk

aparatur perpajakan yang mampu meningkatkan kepuasan para wajib

pajak sehingga mampu meningkatkan kepatuahan wajib pajak.

“Menurut Zain, Mohammad (2005: 36), petugas pajak hendaknya

menyadari bahwa semua tindakan yang dilakuknnya serta sikapnya

terhadap pembayar pajak dalam rangka pelaksanaan tugasnya, mempunyai

pengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat akan sistem

perpajakan secara keseluruhan.” Dengan demikian hendaknya para

petugas pajak bersikap positif dalam usahanya untuk mengembangkan

hubungan yang baik dan menyenangkan dengan para pembayar pajak

sehingga para wajib pajak memberikan reaksi yang positif terhadap sikap

petugas pajak.

2.2.6. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriter ia Wajib Pajak Patuh

Dasar hukum penetapan kriteria wajib pajak patuh ini terdapat

(38)

dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai wajib pajak patuh

adalah wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian selama tiga tahun berturut- turut, dan

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Bagi wajib pajak yang dapat memenuhi kriteria tersebut, akan

diberikan pembayaran restitusi di muka dan penghargan dari Direktorat

Jenderal Pajak. Wajib pajak dapat memperoleh hak atas restitusi dalam

jangka waktu tiga bulan untuk pajak penghasilan (PPh) tanpa melalui

pemeriksaan oleh petugas pajak. pengembalian restitusi ini merupakan

fasilitas yang akan diberikan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak

tidak perlu lagi menunggu menunggu hingga satu tahun untuk

(39)

Tabel 4: Batas Waktu Penyampaian Sur at Pemberitahuan (SPT) Masa

Jenis Pajak Yang Menyampaikan

SPT

Batas Waktu Penyampaian SPT Masa

PPh Pasal 21 Pemotong pajak Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22 Impor, PPN dan PPnBM atas impor

Wajib Pajak 14 hari setelah berakhirnya

Masa Pajak

PPh pasal 23 Pemotong pajak Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

PPh pasal 25 Wajib Pajak yang

Punya NPWP

Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal

26

Tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

PPN dan PPnBM Pengusaha Kena Pajak Tanggal 20 bulan takwim

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Tabel 5: Batas Waktu Penyampaian Sur at Perberitahuan (SPT) Tahunan

Jenis Pajak Yang Menyampaikan

SPT

Batas Waktu Penyampaian

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak yang

mempunyai NPWP

Selambatnya 3 bulan setelah akhir tahun pajak (biasanya tanggal 31 Maret tahun berikutnya)

PPh Pasal 21 tahunan Pemotong PPh Pasal 21

Selambatnya 3 bulan setelah akhir tahun pajak

Tabel di atas merupakan perincian mengenai batas waktu

penyampaian SPT masa dan tahunan untuk masing- masing jenis pajak.

Dari batas waktu yang telah ditentukan oleh Pemerintah diharapkan agar

(40)

baik karena ketidaktahuan wajib pajak tentang batas waktu ataupun

keengganan wajib pajak sendiri dalam melaporkan SPT masa maupun

tahunan. (Trisna Gardina dan M.Y. Dedi Haryanto, 2006: 13)

2.2.7. Persepsi

2.2.7.1.Pengertian Persepsi

Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau

menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Orang-orang

bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi

itu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Definisi persepsi yang

formal adalah proses dengan nama seseorang memilih, berusaha dan

menginterpretasikan rangsangan kedalam suatu gambaran yang terpadu

dan penuh arti (ikhsan,2005: 5).

2.2.7.2.Faktor -faktor yang Mempengar uhi Persepsi

Menurut Stephen P.Robbin (2005: 89), faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi antara lain :

1. Pelaku Persepsi

Bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba

menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi

(41)

2. Target/objek

Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan.

3. Situasi

Situasi dapat mempengaruhi persepsi. Dalam persepsi perlu dilihat

suatu peristiwa yang terjadi. Waktu adalah dimana suatu objek atau

peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi perhatian.

2.2.7.3.Teori Tentang Per sepsi

Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang

mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan

menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini

mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap

itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang

konsisten dengan perilaku. Menurut teori ini, sikap hanya akan berubah

setelah perilaku berubah. Pertama, para akuntan perilaku harus mengubah

perilaku mereka kemudian baru perubahan sikap akan terjadi

(ikhsan,2005: 48).

Teori atribusi ini digunakan untuk mengembangkan penjelasan dari

cara-cara kita menilai orang secara berlainan, bergantung pada makna apa

ang kita hubungkan ke suatu perilaku tertentu. Perilaku seseorang

(42)

kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti

kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (ikhsan,2005 :55).

Penentuan penyebab tersebut tergantung pada tiga faktor,yaitu :

1. Kekhususan

Kekhususan merujuk kepada apakah seorang individu memperlihatkan

perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.

2. Konsensus

Jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi

dengan cara yang sama, maka hal itu dinamakan konsensus.

3. Konsistensi

Konsistensi menilai apakah setiap individu memberi reaksi dengan

cara yang sama dari waktu ke waktu.

2.2.8. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak

Ter hadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pengetahuan perpajakan yang dimiliki seorang wajib pajak,

didukung oleh teori rangsang balas (stimulus-response theori) yang sering

disebut juga dengan teori penguat (reinforcement-theory) (Srlito, 2002:

19). Teori ini menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk

bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu. Dengan

(43)

dianggap sebagai salah satu bentuk rangsangan atau stimulus, maka

diharapkan mampu mendorong wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Selain teori rangsang balas, teori lain yang mendukung adalah

teori- teori yang berorientasi kognitif. “Teori kognitif adalah teori yang

menitikberatkan proses-proses sentral (misalnya: sikap, ide, harapan)

(Sarlito, 2002:83)”. Terdapat empat istilah dasar dalam teori kognitif :

1. Kognisi dan Struktur Kognitif

Menurut Nieser (sebagaimana dikutip oleh Sarlito, 2002:85)

Kognisi adalah proses mengubah, mereduksi, memperinci,

menyimpan, mengungkapkan, dan memakai setiap masukan (input)

yang datang dari alat indra. Dengan demikian, sosialisasi perpajakan

dari pemerintah yang merupakan masukan (input) bagi para wajib

pajak, nantinya akan dipahami, dihafal/disimpan dalam memori wajib

pajak yang selanjutnya akan diterapkan oleh wajib pajak dalam

menjalani kewajiban perpajakannya.

2. Rangsang

“Menurut Sarlito (2002: 86), definis rangsang yang banyak

dipakai adalah rangsang yang merupakan dalam bentuk fisiknya”.

Sosialisasi perpajakan merupakan salah satu bentuk rangsang bagi

(44)

perpajakan mampu menciptakan kesadaran wajib pajak sehingga

mampu menjadi wajib pajak patuh.

3. Respons

“Menurut Sarlito (2002: 87), respons adalah proses

pengorganisasian rangsang”. Setelah diberikan sosialisasi perpajakan,

maka wajib pajak akan merespons hal- hal yang berkenaan dengan

pajak, baik itu berupa respons positif maupun respon negatif. Respons

positif berarti wajib pajak menjalankan kewajiban dan haknya sesuai

dengan yang telah disosialisasikan oleh pemerintah, sedangkn respon

negatif adalah wajib pajak masih enggan menjalankan kewajiban dan

hak perpajakannya meskipun telah diberikan sosialisasi.

4. Arti

“Menurut Sarlito (2002: 87), Arti adalah hasil dari proses

belajar yang berwujud gejala idiosinkratik. Dalam proses belajar, arti

yang terpendam dalam simbol dikonversikan dalam isi kognitif yang

berbeda-beda”. Setelah wajib pajak memahami kewajiban dan hak

perpajakannya yang didapat melalui sosialisasi perpajakan kemudian

wajib pajak akan mengambil inti dari yang telah ia pelajari.

Berdasarkan uraian teori diatas, pengetahuan perpajakan berjalan

sesuai dengan runtutan yaitu diawali dengan proses kognisi dan

struktur kognitif, rangsang, respons dan diakhiri dengan mengambil

(45)

sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah diharapkan mampu untuk

dipahami dan dipelajari oleh wajib pajak sehingga mampu

menimbulkan rasa sadar akan pentingnya pajak dalam diri wajib

pajak. Apabila wajib pajak telah sadar lalu menjalankan kewajiban

perpajakannya, maka mampu menciptakan wajib pajak patuh

2.2.9. Pengaruh Per sepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak Ter hadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Teori rangsang balas (stimulus-response theory) (Sartilo, 2002:19)

menjadi salah satu teori yang mendukung adanya hubungan antara

pelayanan petugas wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Pelayanan

yang baik akan membuat wajib pajak bereaksi dengan baik pula sehingga

timbul dorongan dari dalam diri wajib pajak untuk selalu menjalankan

kewajibannya.

Pelayanan yang diterapkan pemerintah merupakan sistem kontrol

yang memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan. Melalui pemberian

sosialisasi, pelayanan, pengawasan maka akan mendorong individu

berinteraksi dengan pemerintah, sehingga timbul kesadaran untuk patuh.

Teori lain yang mendukung adanya hubungan antara dua orang

adalah teori hasil interaksi [Sarlito, 2002: 33]. Teori ini menjelaskan

(46)

wajib pajak akan memperoleh dampak yang positif apabila keduanya

sama-sama menjalankan kewajibannya. Petugas pajak akan memperoleh

gaji dari pemerintah atas pelayanan yang ia berikan sedangkan wajib pajak

memperoleh imbalan dari pemerintah jika telah menjalankan

kewajibannya.

Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa hubungan antara persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak

dengan kepatuhan wajib pajak yakni pelayanan yang baik dari petugas

pajak akan membuat wajib pajak bereaksi baik pula dalam melakukan

kewajiban perpajakannya, begitu pula sebaliknya.

2.2.10. Pengaruh Per sepsi Wajib Pajak Mengenai Kriter ia Wajib Pajak

Patuh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori yang mendukung adanya hubungan antara persepsi wajib

pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh dengan kepatuhan wajib pajak

adalah teori rangsang balas yang sering disebut dengan teori penguat yang

menyatakan tentang kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku

tertentu jika ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Sarlito,2002: 19)”.

Untuk menjadi wajib pajak patuh, kriteria yang telah ditentukan

oleh pemerintah diharapkan bisa dipenuhi oleh wajib pajak meskipun

(47)

wajib pajak patuh dipenuhi oleh wajib pajak, maka wajib pajak berhak

mendapatkan imbalan beupa restitusi di muka.

Jika teori rangsang balas dihubungkan dengan kriteria wajib pajak

patuh maka wajib pajak seharusnya bertingkah laku positif dalam arti

wajib pajak bersifat aktif dalam upaya untuk menjadi wajib pajak patuh

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dengan demikian apabila

wajib pajak memiliki kelebihan atas pembayaran pajak, maka wajib pajak

berhak mendapatkan imbalan berupa restitusi di muka tanpa adanya

pemeriksan dari petugas pajak.

2.3. Kerangka Pikir

Di dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana kepatuhan wajib

pajak dipengaruhi oleh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib

pajak, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh. Sampel dalam penelitian ini adalah

WP Badan yang berada di KPP Karang Pilang.

Untuk menentukan kerangka dalam penelitian ini didukung oleh

premis oleh penelitian terdahulu, yaitu :

Premis 1 :

Teori rangsang balas (stimulus-response theori) yang sering disebut juga

(48)

menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku

tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu.

Premis 2 :

Teori hasil interaksi (Sarlito, 2002: 33). Teori ini menjelaskan bahwa

interaksi sosial hanya akan diulangi apabila kedua belah pihak

memperoleh hasil yang positif.

Premis 3 :

Terdapat perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh dan tidak

patuh, ada persamaan persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh

terhadap petugas pajak, ada perbedaan persepsi antara wajib pajak patuh

dan tidak patuh terhadap kriteria wajib pajak patuh (Trisna Gardina dan

M.Y. Dedi Haryanto, 2006).

Premis 4 :

Pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak,

sedangkan persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi

kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak (Supriyati dan Nur Hidayati, 2008)

Premis 5 :

Pemahaman etika pajak memiliki pengaruh yang dominan dalam

(49)

(strategi audit random dan Perceived probability of audit) (Meinarni

Asnawi, Zaki Baridwan, Supriyasi, dan Ertambang, 2009)

Premis 6 :

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak.

Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu

keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan (Nih Luh Supadmi).

Dari premis yang ada, maka kerangka pikir yang digunakan oleh

peneliti adalah :

Regresi Linier Berganda

Gambar 1: Diagram Kerangka Pikir Persepsi wajib pajak

mengenai petugas pajak (X2)

Persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib

pajak patuh (X3)

Kepatuhan wajib pajak (Y)

Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib

(50)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, kerangka pikir di atas, maka

hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

“Bahwa pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak, persepsi

wajib pajak mengenai petugas pajak, persepsi wajib pajak mengenai

(51)

BAB III

Metode Penelitian

3.1. Definis Operasional dan Pengukur an Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi Oprasional merupakan pendefinisian konsep-konsep

penelitian menjadi variabel- variabel penelitian yang dimaksudkan untuk

memberikan batasan dan menghindari perbedaan persepsi terhadap makna

variabel penelitian.

Variabel serta definisi oprasional dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Variabel Bebas, yang terdiri dari :

1. Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak (X1)

Pengetahuan perpajakan wajib pajak merupakan ilmu atau

wawasan yang berhubungan dengan pajak, baik asas- asanya,

macam- macam pajak, tata cara perhitungan, dan tata cara

pembayaran pajak yang dimiliki oleh wajib pajak.

Indikator dari variabel Pengetahuan Perpajakan yang dimiliki

Wajib Pajak (X1). (Gardina, Haryanto, 2006).

adalah :

(52)

c. Pemahaman menganai Undang-Undang Pajak dan Peraturan yang berlaku

2. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak (X2)

Persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak merupakan tanggapan

wajib pajak terhadap seberapa besar peran petugas pajak dalam

memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

Indikator dari Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak (X2)

(Gardina, Haryanto, 2006)

adalah :

a. Tangible (Bukti Langsung)

b. Reliability(Keandalan)

c. Assurance (Jaminan)

d. Empathy (Empati)

3. Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak Patuh

(X3)

Persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh

merupakan anggapan wajib pajak terhadap berbagai kriteria yang

telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjadi wajib pajak patuh

apakah kriteria yang ditetapkan sudah sesuai ataukah belum sesuai

(53)

Indikator dari Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak

Patuh (X3) (Gardina, Haryanto, 2006)

adalah :

a. Kriteria penyampaian SPT tepat waktu

b. Melakukan pembukuan menurut peraturan perpajakan.

Variabel Terikat :

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu ketaatan untuk melaksanakan

ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan

atau diharuskan untuk dilaksanakan. (Undang-undang dan Ketentuan

Umum Tata Cara Perpajakan)

Indikator dari Kepatuhan Wajib Pajak (Y) adalah :

a. Menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang dengan

lengkap, benar, dan jelas.

b. Membayar pajak yang terutang tepat waktu

3.1.2 Teknik Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, Skala pengukuran yang dipakai untuk

mengukur variabel adalah dengan teknik Likert yang menggunakan skala

(54)

2 = Tidak setuju

3 = Ragu- ragu dan netral

4 = Setuju

5 = Sangat setuju

3.2. Obyek Penelitian

3.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pengetahuan perpajakan yang

dimiliki oleh wajib pajak, Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak,

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kriteria Wajib Pajak Patuh. Dalam hal ini

yang menjadi unit analisis adalah para manajer, atau staf akuntansi yang

bersangkutan pada perusahaan yang terdaftar dalam wilayah KPP Pratama

Karang Pilang Surabaya sebesar 2.998 pada tahun 2012.

3.2.2. Penentuan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah non probability sampling dengan metode convenience sampling.

Sampel convenience adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia

menjadi responden di jadikan sampel (Cooper, 2006 : 139). Dalam

penelitian ini yang digunakan dalam menentukan sampel adalah rumus

(55)

n = N

1 + N (e) 2 (Umar, 2003: 78)

Di mana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan

Ukuran sampel ditentukan dengan tingkat kelonggaran

ketidaktelitian sebesar 10 % maka dengan menggunakan rumus tersebut

diperoleh sampel sebagai berikut :

n = 2,998

1 + 2.998 (0,1) 2

n = 96,77 (di bulatkan 97)

3.3. Teknik pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

a. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti dengan cara mendatangi langsung ke tempat tempat pelayanan

pajak di KPP Pratama Karang Pilang, pada saat jadwal penyerahan

(56)

sekunder yang diperoleh adalah data yang terdapat atau di simpan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karang Pilang Surabaya).

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

dua sumber yaitu responden (para management, staf akuntansi dari wajib

pajak badan di KPP Pratama Karang Pilang Surabaya) dan langsung dari

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karang Pilang Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Kuesioner

Cara untuk mengumpulkan data dengan memberikan beberapa

pernyataan yang tersaji didalam lembar kertas isian (kuesioner) yang

tersedia untuk diisi.(Nazir, 2005 : 203).

b. Dokumentasi

Suatu cara untuk memperoleh data dengan mengutip data dari

(57)

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat

pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid

tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara

skor yang diperoleh oleh masing-masing butir pertanyaan dengan skor

total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyan. Suatu

kuesioner dikatakan valid atau tidak jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat dilihat dari kolom

corrected item total correlation (rhitung). Koefisien masing – masing

item kemudian dibandingkan dengan nilai rkritis dengan kriteria

pengujian sebagai berikut :

- Jika nilai rhitung > 0,30 berarti penyataan valid.

- Jika nilai rhitung ≤ 0,30 berarti pernyataan tidak valid. (Azwar, 1997

: 158)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan derajat, ketepatan, ketelitian, atau

keakuratan yang ditujukan oleh instrument pengukuran indeks yang

(58)

pernyataan dalam mengungkap indikator. Pengukuran reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan internal konsistensi dengan teknik analisis

Alpha cronbach, yakni suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila

memiliki koefisien keandalan atau Alpha > 0,6. (Ghozali, 2007:41).

3.4.3. Uji Normalitas

“Menurut Gozali (2007: 110) uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal” . Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan metode Kolmogrof Smirnov. Pedoman dalam mengambil

keputusan adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah

tidak normal.

b. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka distribusi adalah

normal.

3.4.4. Uji Asumsi Klasik

3.4.4.1. Uji Multikolineritas

Tujuan dari Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah

pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji

multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model

(59)

Ghozali (2007: 92), besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang

digunakan acuan adalah nilai VIF di bawah 10, apabila nilai VIF lebih

tinggi dari 10 maka akan terjadi Multikolinieritas”.

3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak adanya kesamaan deviasi

standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Bila

terjadi gejala heteroskedastisitas akan menimbulkan akibat varians

koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar

sehingga hasil uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Untuk mendeteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan korelasi rank

spearman.

Jika nilai signifikan koefisien Rank Spearman untuk semua

variabel bebas terhadap nilai mutlak dari residual lebih besar 5% maka

tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (Wahana Komputer, 2005 : 60)

3.4.5. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linier berganda. Model analisis yang digunakan dalam menguji hipotesis

(60)

Y = a + b1x1 +b2x2 + b3x3 + e

Keterangan :

Y = Kepatuhan wajib pajak

a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien Regresi

X1 = Pengetahuan perpajakan yang dimilikin oleh wajib pajak

X2 = Persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak

X3 = Persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh

e = kesalahan pengganggu (disturbance term), artinya nilai-nilai

dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan.

3.4.5. Uji Hipotesis

3.4.5.1. Uji F

Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi linier berganda

yang dihasilkan digunakan uji F dengan prosedur :

1. Menyusun hipotesis

H0 : β 1, β 2, β 3 = 0 (Model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak

cocok).

H0 : β 1, β 2, β 3 ≠ 0 (Model regresi linier berganda yang dihasilkan

(61)

2. Derajat pembilang digunaka nilai k-1, yaitu jumlah variabel dikurangi

1 Untuk derajad penyebut digunakan n-k, yaitu jumlah sampel

dikurangi dengan jumlah variabel. Sedangkan untuk taraf signifikansi

yang digunakan adalah sebesar 5%.

3. Kriteria keputusan

a. Jika nilai propabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak

yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna

melihat pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh

wajib pajak (X1), persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak

(X2), atau persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak

patuh (X3) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)).

b. Jika nilai propabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima

yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat

pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak

(X1), persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak (X2), atau

persepsi wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3)

terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)).

3.4.5.2. Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel X1, X2, atau X3 berpengaruh

(62)

1. Menentukan Hipotesis. Variabel bebas berpengaruh tidak nyata

apabila nilai koefisiennya sama dengan nol, sedangkan variabel bebas

akan berpengaruh nyata apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan

nol (Suharyadi, 2004: 525). Berikut hipotesis lengkapnya :

a. H0 : β 1, β 2, β 3 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan

pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak (X1),

persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak (X2), atau persepsi

wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap

kepatuhan wajib pajak (Y)).

b. H1 : β 1, β 2, β 3 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan pengetahuan

perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak (X1), persepsi wajib

pajak mengenai petugas pajak (X2), atau persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap kepatuhan

wajib pajak (Y)).

2. Derajat bebas yaitu n-k, level of signifikan (α) = 5%

3. Kriteria keputusan :

a. Jika nilai propabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan

perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak (X1), persepsi wajib

pajak mengenai petugas pajak (X2), atau persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap kepatuhan

(63)

b. Jika nilai propabilitas <0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh yang signifikan pengetahuan

perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak (X1), persepsi wajib

pajak mengenai petugas pajak (X2), atau persepsi wajib pajak

mengenai kriteria wajib pajak patuh (X3) terhadap kepatuhan

Gambar

Tabel 2: Perbedaan Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak
Tabel 3 : Tarif progresif pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Tabel 5: Batas Waktu Penyampaian Surat Perberitahuan (SPT) Tahunan
Gambar 1: Diagram Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syo$t cukup o€s elusi sisl€m tetllM difebsial lilia orde ss rdaldl pciiif #,toal diajuku.. Bebenpa

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot. Sehingga menjadi sebuah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Mawea. Kecamatan

[r]

Mobil A berjalan dari kota Surabaya menuju Bandung dengan kecepatan rata-rata x dengan waktu 20 jam dan berangkat 2 jam lebih dahulu dari mobil B.. Mobil B

Kami mohon kiranya Bapak dapat memberikan Surat Pengantar te$ebut untuk penulisan Laporan Akhir yang akan dilaksanakan pada semester VI (enam) tahun akademik

Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 13 Tahun

Jaringan komputer adalah dua komputer atau lebih yang saling berhubungan satu sama lain, saling berkomunikasi secara elektronik, saling membagi sumber daya ( misalnya printer,