• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PELAYANAN KTP DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUALITAS PELAYANAN KTP DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

P R O P O S A L

Disusun Oleh : FAZAR ARDIANSYAH

NPM : 0541310109

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU NEGARA

(2)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Kualitas Pelayanan Publik Di Kecamatan Sukolilo Surabaya (Studi

Kasus Tentang Pelayanan KTP)” dengan baik.

Dengan tersusunnya proposal ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada DR. Lukman Arief, MS.i sebagai Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Di samping

itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara UPN “Veteran” Jawa Timur, dan selaku Dosen

Pembimbing yang penuh dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya

dalam membimbing penulisan ini.

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, MAP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara UPN “Veteran” Jawa Timur

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara UPN yang telah

memberikan ilmu yang sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun

(3)

5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan secara

moral, doa, serta nasehat sampai terselesaikannya proposal skripsi ini.

6. Seluruh Pegawai Kantor Kecamatan Sukolilo Yang Telah Membantu Proses

Kelancaran Pengambilan data.

7. Terima kasih teman- temanku yang turut membantu dan memberikan

semangat

8. Kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan penyusunan proposal skripsi.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Agustus 2011

(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Konsep Pelayanan Publik ... 14

(5)

2.2.3. Unsur-unsur Pelayanan... 22

2.2.4. Sasaran Pelayanan ... 23

2.2.5. Standar Pelayanan Publik ... 25

2.2.6. Pengertian Kualitas Pelayanan... 27

2.2.7. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 28

2.3. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Fokus Penelitian ... 35

3.3. Lokasi Penelitian ... 37

3.4. Sumber Data Dan Jenis Data ... 37

3.5. Instrumen Penelitian ... 38

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.7. Analisis Data ... 41

3.8. Keabsahan Data ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Tabel 1.1 Jumlah Komplain Masyarakat Terhadap Pelayanan di Kantor

Kecamatan Sukolilo Berkaitan Pengurusan KTP ... 7

(7)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 32

(8)

KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA.

Fenomena yang terjadi pada saat ini berkaitan dengan pengurusan KTP (Kartu Tanda Penduduk) di Kantor Kecamatan Sukolilo adalah prosedur pengurusan KTP yang terkesan rumit dan bertele-tele, serta biasanya memakan waktu yang lama dan biaya yang tinggi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan masyarakat malas jika akan melakukan pengurusan KTP. Ditambah dengan kecenderungan kenaikan jumlah komplain masyarakat terhadap pelayanan di Kantor Kecamatan Sukolilo berkaitan pengurusan KTP. Hal ini menunjukkan masih kurang bagusnya pelayanan yang diberikan di Kantor Kecamatan Sukolilo kepada masyarakat berkaitan dengan pengurusan KTP di Kantor Kecamatan Sukolilo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang upaya yang dilakukan oleh Kantor Kecamatan Sukolilo dalam memberikan kualitas pelayanan publik dalam hal pengurusan KTP kepada masyarakat. Fokus dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan KTP di Kecamatan Sukolilo menganut sistem dari Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang meliputi prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, dan komponen petugas pemberian pelayanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil wawancara berkaitan dengan kualitas pelayanan KTP di Kecamatan Sukolilo berdasarkan dari prosedur pelayanan bahwa prosedur pelayanan sudah baik yaitu prosedurnya tidak berbelit-belit dan mudah dipahami oleh masyarakat asalkan persyaratannya telah terpenuhi. Berdasarkan waktu penyelesaian bahwa waktu penyelesaian pembuatan KTP cukup cepat yaitu antara 1 – 3 hari. Berdasarkan biaya pelayanan bahwa biaya pelayanan pengurusan KTP di Kecamatan Sukolilo adalah gratis. Berdasarkan produk pelayanan bahwa petugas cukup ramah dan sopan serta bahasa yang diucapkan lembut, sehingga saya juga mudah untuk menyampaikan maksud dan tujuan kita. Berdasarkan sarana dan prasarana bahwa sarana dan prasarana dalam pengurusan KTP di Kecamatan Sukolilo Surabaya yang sekarang ini sudah lebih bagus dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen petugas pemberian pelayanan bahwa kompetensi petugas pemberi pelayanan adalah sudah baik. Terakhir berdasarkan saran dan kritik bahwa bahwa saran dan kritik dari masyarakat sudah dilaksanakan oleh pihak Kecamatan Sukolilo Surabaya.

(9)

1.1. Latar Belakang

Sejak diberlakukan penerapan undang-undang nomor 32 tahun

2004 dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah penyerahan,

pelimpahan dan penugasan urusan pemerintah kepada daerah secara

nyata dan bertanggung jawab harus diikuti dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk

pertimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah.

Sebagai daerah otonom, penyelenggara pemerintah dan pelayanan

tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi

dan akuntabilitas.

Tujuan dari otonomi daerah adalah kabupaten dan kota

mempunyai kewenangan, kebebasan untuk membentuk dan

melaksanakan kebijakan menurut prakarsa maupun aspirasi masyarakat

setempat kecuali kewenangan - kewenangan yang tetap melekat pada

pemerintah pusat (Adisubrata, 1999 : 10). Pemberian otonomi daerah

bukan hanya soal strategi saja, melainkan mempunyai fungsi yang lebih

penting adalah memberikan pelayanan publik. Memberikan pelayanan

pubik daerah secara baik dan profesional hanya bisa dilakukan dengan

di dukung sistem akuntabilitas kebijakan yang bisa dikontrol oleh

(10)

Pelayanan publik menurut Ratminto dan Winarsih (2005 : 5) adalah

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa

publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah di pusat , di daerah, dan lingkungan badan usaha milik

negara atau badan usaha milik daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang - undangan. Sedangkan menurut Moenir (2002 : 196)

mengatakan bahwa pelayanan publik adalah merupakan proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang secara langsung dimana

pelayanan tersebut memiliki sasaran akhir yaitu kepuasan bagi pihak yang

dilayani, sehingga pada akhirnya kepuasan publik dapat dicapai.

Pelayanan dan kepuasan merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan, karena dengan adanya kepuasan maka pihak terkait dapat saling

mengkoreksi sampai dimana pelayanan yang diberikan apakah bertambah

baik atau bertambah buruk. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh setiap

aparat petugas dalam memberikan pelayanan, dengan kata lain pelayanan

yang dapat memuaskan adalah pelayanan yang dilakukan berdasarkan

ketentuan yang berlaku dan dapat memahami apa yang diminta masyarakat

dari jurusan pelayanan itu sendiri.

Apabila dilihat dari sisi pelayanan, diberlakukan undang - undang

nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, yang telah mernberikan

perluasan kewenangam pada tingkat pemerintah daerah, dipandang sebagai

salah satu upaya untuk memotong hambatan birokrasi yang seringkali

(11)

t ingg i. Dengan adanya dese nt ralisas i, pemer int ah daerah harus

mampu melaksanakan berbagai kewenangan yang selama ini dilaksanakan

oleh pemerintah pusat, seiring dengan pelayanan yang harus disediakan,

konsekuensinya, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mampu

memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, dalam bertanggungjawab.

Dengan kata lain pelaksanaan otonomi daerah adalah juga untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

Kualitas pelayanan adalah suatu derajat atau tingkat kesimpulan

dari suatu barang atau tingkat kesempurnaan dari suatu barang atau jasa

yang diberikan kepada seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan atau

melebihi harapannya. Untuk dapat memahami pelayanan yang berkualitas

dan dapat meningkatkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan

masyarakat maka instansi pemerintahan harus memahami dimensi kualitas

pelayanan yang akan memberikan kerangka kerja tentang acuan atau

pedoman oleh pengguna jasa atau masyarakat didalam menilai kualitas

pelayanan dari penyedia jasa tersebut. Adapun beberapa dimensi kualitas

pelayanan diantaranya adalah kehandalan, ketanggapan, kepastian, empati

dan wujud fisik dari pelayanan itu sendiri.

Permasalahan utama adalah pelayanan publik pada dasarnya

adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri.

Pelayanan publik sebagai fokus disiplin Ilmu Administrasi Publik tetap

menarik untuk dicermati, hal ini dapat dicermati dari bcrbagai fenomena

(12)

And Decentralization disingkat GDS 2002 di 20 propinsi di Indonesia

tentang kinerja pelayanan publik masih jauh dari prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik (Good Governanve).

Setiap instansi pemerintah dituntut untuk dapat memberikan

pelayanan publik yang terbaik kepada masyarakat termasuk salah satu

bentuk intansi pemerintah adalah Kantor Kecamatan Sukolilo. Kantor

kecamatan Sukolilo merupakan salah satu bentuk organisasi pemerintah

yang bertugas dan berkewajiban untuk memberikan pelayanan dengan

sebaik-baiknya kepada masyarakat. Pelayanan yang kepada masyarakat,

salah satu contoh adalah pelayanan pengurusan KTP (Kartu Tanda

Penduduk).

Untuk dapat menentukan berhasil atau tidaknya peningkatan

pelayanan sangat tergantung pada manusianya juga, untuk meningkatkan

pelayanan diperlukan pengembangan tugas yang mempunyai disiplin mental

dan fisik yang baik. Dengan pengaturan yang harmonis antara manusia,

tnateriil dan keuangan, diharapakan dapat mencapai hasil yang optimal

dalam pelayanan. Oleh sebab itu kualitas pelayanan perlu ditingkatkan dan

diperbaiki, khususnya kemampuan pegawai untuk dapat bekerja dengan

optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat agar merasa puas

dan keinginannya terpenuhi. Sedangkan kondisi yang berada di Kecamatan

(13)

Pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Kecamatan Sukolilo harus

memperhatikan dari segi mutu dan kualitas, dimana dengan mutu pelayanan

yang baik, akan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat dalam

menggunakan jasa pelayanan tertentu khususnya pada pelayanan pengurusan

KTP (Kartu Tanda Penduduk), dimana berdasarkan UU RI No. 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan, dimana KTP harus dimiliki oleh

setiap warga negara, KTP merupakan identitas resmi penduduk sebagai

bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh

wilayah negara kesatuan RI. Apabila mutu pelaksanaan yang dilakukan

kepada masyarakat itu baik dan sesuai dengan prosedur serta didalamnya

terdapat kemudahan dalam pengurusannya, maka masyarakat akan merasa

puas terhadap hasil kinerja pegawai kantor kecamatan Sukolilo yang telah

memberikan pelayanan yang baik, agar pelayanan tersebut berjalan dengan

baik dan efektif serta dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat maka

diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai, efektif, serasi dan

sesuai dengan kebutuhan yang ada sehingga dapat dicapai sesuai dengan

tujuan.

Pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Kecamatan Sukolilo harus

memperhatikan dari segi mutu dan kualitas, dimana dengan mutu pelayanan

yang baik, akan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat dalam

menggunakan jasa pelayanan tertentu khususnya pada pelayanan pengurusan

(14)

Fenomena yang terjadi pada saat ini berkaitan dengan pengurusan

KTP (Kartu Tanda Penduduk) di Kantor Kecamatan Sukolilo adalah

prosedur pengurusan KTP yang terkesan rumit dan bertele-tele, serta

biasanya memakan waktu yang lama dan biaya yang tinggi. Kondisi tersebut

dapat menyebabkan masyarakat malas jika akan melakukan pengurusan

KTP. Hal ini menunjukkan masih kurang bagusnya pelayanan yang

diberikan di Kantor Kecamatan Sukolilo kepada masyarakat berkaitan

dengan pengurusan KTP, sehingga banyak masyarakat yang kurang puas

bahkan kecewa dengan pelayanan yang diberikan di Kantor Kecamatan

Sukolilo. (Wawancara, 29 Juli 2011)

Siahaan, seorang Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya,

mengatakan bahwa tingginya kreativitas masyarakat Indonesia dalam suap

disebabkan kultur masyarakat yang lunak. Kerangka kultural yang penuh

pertimbangan ini membuat masyarakat selalu berusahan untuk menyiasati

segala aturan yang ada. Hal ini terlihat dari beberapa kasus suap yang

dilakukan masyarakat terhadap pegawai dinas kependudukan dan catatan

sipil (dispendukcapil) dalam proses pengurusan KTP dan KK.

(www.kompasnews.com – 20 Mei 2011)

Fenomena masyarakat yang kurang puas dengan pelayanan di

Kantor Kecamatan Sukolilo berkaitan dengan pengurusan KTP dapat dilihat

dengan semakin meningkatnya jumlah keluhan dan komplain masyarakat

(15)

Tabel 1.1

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 6 bulan terakhir

dari bulan Januari – Juni 2011 telah terjadi kecenderungan kenaikan jumlah

komplain masyarakat terhadap pelayanan di Kantor Kecamatan Sukolilo

berkaitan pengurusan KTP. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak

masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan di Kantor Kecamatan

Sukolilo berkaitan pengurusan KTP.

Oleh karena itu Kantor Kecamatan Sukolilo harus lebih

meningkatkan kualitas pelayanannya lagi, terutama pelayanan yang

berkaitan dengan pengurusan KTP bagi masyarakat. Berdasarkan survey

yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa masih banyak warga di

kecamatan Sukolilo yang belum memiliki KTP. Untuk lebih lengkapnya

(16)

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Pemilik KTP

Keterangan WNI WNA Total

Pria Wanita Pria Wanita

Jumlah Penduduk 68.059 60.999 6 2 129.066

Wajib Membuat KTP 35.906 34.907 3 2 70.818

Telah Memiliki KTP

dan Masih Aktif 29.501 24.280 3 0 53.784

KTP Habis Berlaku 848 830 0 0 1.678

Belum Membuat KTP 1.804 982 0 0 2.786

Sumber: Kantor Kecamatan Sukolilo bagian pengurusan KTP, Tahun 2011

Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa total jumlah

penduduk di kecamatan Sukolilo sebanyak 129.006 orang, selanjutnya

penduduk yang wajib membuat KTP sebanyak 70.818 orang, selanjutnya

penduduk yang telah memiliki KTP dan masih aktif sebanyak 53.784

orang, selanjutnya penduduk yang memiliki KTP dan habis masa

berlakunya sebanyak 1.678 orang, dan terakhir penduduk yang belum

membuat KTP sebanyak 2.786 orang. Penduduk diwajibkan memiliki KTP

jika berusia 17 tahun atau lebih, dan atau sudah menikah meskipun belum

berusia 17 tahun.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian

dan kajian yang lebih mendalam tentang pentingnya kualitas pelayanan,

untuk kemudian dijadikan sebagai penelitian dengan judul “Kualitas

Pelayanan Publik Di Kecamatan Sukolilo Sur abaya (Studi Kasus

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Mengingat akan pentingnya layanan dalam suatu organisasi, maka

kiranya setiap organisasi publik, perlu untuk senantiasa selalu

meningkatkan kualitas pelayanannya.

Walaupun kantor Kecamatan Sukolilo Surabaya telah berusaha

untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, tetapi kenyatannya

masyarakat masih banyak yang merasa kurang puas terhadap pelayanan

yang diterima. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Sukolilo

Surabaya dalam hal pelayanan KTP ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan yang telah diuraikan

diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas

pelayanan publik di Kantor Kecamatan Sukolilo terutama dalam hal

pelayanan KTP.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis

Untuk menerapkan dan mengembangkan teori yang sudah diperoleh

sehingga dapat membandingkan teori dengan kenyataan yang ada di

(18)

2. Bagi Instansi

Untuk memberikan bahan masukan dan pertimbangan kepada Kantor

Kecamatan Sukolilo.

3. Bagi Universitas

Sebagai tambahan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan

(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Frunky Eko Sulistyono (2003) jurusan Administrasi Publik, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu politik UPN “Veteran” Jawa Timur mengkaji

tentang “Kualitas Pelayanan PT. Kereta Api (Persero) daerah operasi

VIII Surabaya (Studi pelayanan pada kereta Api Komuter Surabaya -

Sidoarjo - Porong). Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan

pada kualitas pelayanan PT. Kereta Api (Persero) Daerah VIII Surabaya

dalam rangka mengoperasikan kereta api Komuter Jurusan

Surabaya-Sidoarjo-Porong pulang pergi (PP). Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. pelayanan pada waktu diloket, 2. pelayanan pada saat menunggu

kedatangan kereta api, 3. pelayanan pada saat di atas kereta api

komuter, 4. Pelayanan tentang penanganan keluhan. Hasil dari

penelitian yang telah dilakukan peneliti di PT. Kereta Api Indonesia

Daerah Operasi VIII Surabaya, yaitu : dalam rangka pengoperasian dan

cara memberikan pelayanan pada kereta api komuter Surabaya - Porong

1. Pelayanan waktu di loket sudah cukup bagus. 2. pelayanan saat

menunggu kedatangan kereta api di stasiun juga sudah cukup bagus.

3. Pelayanan pada saat diatas kereta juga cukup bagus. 4. pelayanan

penanganan keluhan pelanggan atau konsumen setelah menggunakan

(20)

pelayanan berdasarkan pelayanan prima juga terlaksana baik, maka

sampai dengan sekarang ini perusahaan terus menerima kritik dan saran

untuk pertimbangan pengembangan PT. Kereta Api Indonesia daerah

operasi VII Surabaya di masa yang akan datang.

2. Dyah Ayu Kusumaningati (2005) jurusan Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur

mengkaji tentang “Kualitas Pelayanan Terminal Bandar Udara (Studi

tentang pelayanan pemberangkatan pada terminal dalam negeri di

PT. (persero) Angkasa Pura 1 Cabang Bandar Udara Juanda Surabaya)

yang terdiri dari dimensi : bukti langsung, kehandalan, daya tanggap,

jaminan dan empati. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

PT. Angkasa pura cabang Bandar Udara Juanda Surabaya yaitu BUMN

yang ditugasi pemerintah untuk mengelola jasa ke bandara udara

dengan mengutamakan keselamatan penerbangan, data yang diperoleh

berupa data kualitatif. Dari data yang terkumpul yang kemudian pihak

bandara udara Juanda Surabaya sudah cukup baik dalam memberikan

fasilitas –fasilitas pada ruang tunggu yang masih minim, setelah melihat

bukti langsung dilapangan bandar udara Juanda akan memperbaiki

fasilitas yang masih kurang agar kualitas pelayanan akan lebih baik.

3. Yuni Puspita Sari Wulandari (2006) Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur

mengkaji tentang “Kulaitas Pelayanan Pada Puskesmas (Pusat

(21)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang

kualitas pelayanan pada puskesmas pandian Kabupaten Sumenep.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode Deskriptif Kualitatif yang meliputi satu variabel yaitu kualitas

pelayanan pada puskesmas pandian Kabupaten Sumenep, adapun yang

menjadi fokus penelitian ini adalah kualitas pelayanan yang meliputi

keandalan (realiability), daya tanggap (responsiveness), jaminan

(assurance), empati (emphaty), dan bukti fisik (tangibles) sumenep-

Madura, dengan tehnik pengumpulan data yaitu pengamatan,

wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pola Puskesmas Pandian sudah cukup baik namun

ada beberapa yang menyatakan bahwa ada pelayanan yang belum

cukup baik seperti kecepatan waktu dalam menangani pasien belum

memuaskan karena memerlukan waktu yang lama, dan untuk toilet dan

tempat parkir belum baik. Karena kurangnya ventilasi udara dan

letaknya yang tidak strategis sehingga terkesan sempit sekali.

Jika dibandingkan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu:

- Sama- sama menggunakan variabel kualitas pelayanan publik

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu:

(22)

2.2. Landasan Teori

Di dalam cara berpikir secara ilmiah, teori sangat dibutuhkan sekali

sebagai tolok ukur berpikir maupun bertindak karena teori merupakan suatu

kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai

keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah

untuk memberikan suatu landasan berpikir pada penulis dalam usahanya

untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas,

dimana hasilnya belum mampu dijadikan sebagai pegangan dalam

hubungannya dengan masalah yang dihadapi. Untuk itulah dalam bab ini

penulis ketengahkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah

yang ada sebagai berikut :

2.2.1. Konsep Pelayanan Publik

Menurut Ratminto dan Winarsih (2005: 5). Pelayanan publik

adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik

maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan instansi pemerintah di pusat, daerah, dan lingkungan badan

usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, dalam rangka

pemenuhan kebutuhan masayarakat maupun pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Menurut Laksana (2008 : 88), pelayanan adalah proses bantuan

kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan

(23)

Berdasarkan pemikiran tentang pelayanan tersebut, dapat diketahui bahwa

pelayanan merupakan kegiatan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Dari pengertian diatas, ada dua pihak yang terlibat

didalamnya yaitu pelayan dan pelanggan. Dalam hal ini pelayan

merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan customer.

Menurut peraturan daerah Propinsi Jawa Timur No.11 tahun 2005

tentang pelayanan publik di propinsi Jawa Timur. Pelayanan publik adalah

segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan

hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa

dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara yang

terkait dengan kepentingan publik.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara

pelayanan publik yaitu instansi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

layanan sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk

atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang tingkatan

pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun

dilayani. Sehingga penerima mendapatkan haknya melalui sistem prosedur

dan metode tertentu sesuai dengan perundang-undangan.

2.2.2. Asas-asas Pelayanan dan Prinsip-prinsip Pelayanan

Penyelenggaraan pelayanan publik harus mempunyai/memenuhi

(24)

ditujukan agar masyarakat sebagai penerima jasa layanan publik

memperoleh kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan.

2.2.2.1. Asas-Asas Pelayanan

Menurut Ratminto dan Winarsih (2005 : 19), asas-asas pelayanan

publik terdiri dari :

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetepa berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektifitas.

4. Partisipasi

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,

(25)

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

2.2.2.2. Prinsip-pr insip Pelayanan

Prinsip-prinsip pelayanan publik menurut Ratminto dan Winarsih

(2005 : 4) terdiri dari :

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

a. Persayaratan teknis dan administrasi pelayanan publik

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan atau

sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu

yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengna benar, tepat dan sah.

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

(26)

6. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi

telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana palayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi,

telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopnan dan Keramahan.

Pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah

serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indahdan sehat serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung layanan, seperti parker, toilet,

tempat ibadah dan lain-lain.

Menurut Moenir (2002 : 41) banyak kemungkinan tidak adanya

layanan yang baik dan memadai. Perwujudan pelayanan yang secara

(27)

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan

yang cepat dalam arti tanpa ada hambatan yang kadang-kadang

dibuat-buat. Beberapa hambatan yang sering ditemui antara lain :

a. Waktu sudah menunjukkan jam bekerja yang bersangkutan masih

asyik mengobrol sementara orang yang menunggu sudah banyak.

b. Petugas bekerja sambil mengobrol dnegan teman sehingga

berakibat lamban dalam pelayanan.

c. Petugas yang harus menandatangani surat sedang tidak ada

ditempat.

2. Memperoleh pelayanan yang wajar, tanpa gerutu dan sindiran.

3. Memperoleh perlakuan yang sama dalam pelayanan tanpa pilih kasih

dan tertib dalam arti antri secara tertib.

4. Mendapatkan pelayanan yang jujur dan terus terang, namun demikian

pelaksanaan pelayanan tidak kalah rumitnya dan menyangkut waktu

yang lama karena mempunyai dampak yang luas. Banyak

kemungkinan tidak adanya layanan yang baik dan memadai.

Dikemukakan juga bahwa layanan yang baik dan memuaskan berdampak

positif pada masyarakat antara lain (Moenir, 2002 : 41) :

a. masyarakat menghargai

b. masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan

c. ada kegairahan usaha dalam masyarakat

d. ada peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera

(28)

Adapun bentuk-bentuk pelayanan menurut Moenir (2002 : 190) ada

3 (tiga) macam, yaitu :

1. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang

hubungan masyarakat, bidang layanan informasi dan bidang-bidang

yang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan

kepada siapapun yang memerlukan. Supaya layanan lisan berhasil

sesuai yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

pelaku layanan, yaitu :

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidnag

tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar,

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang

ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah

d. Meski dalam keadaan “sepi tidak ngobrol” dan bercanda dengan

teman karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan

tugas.

e. Tidak melayani orang-orang yang ingin sekedar “ngobrol” dengan

cara yang sopan.

2. Layanan dengan tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling

(29)

tetapi juga dari segi peranan. Pada dasarnya layanan melalui tulisan

cukup efisien terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya.

Agar layanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang

dilayani, satu hal yang harus diperhatikan ialah faktor kecepatan, baik

dalam pengelolaan masalah maupun dalam proses penyelesaiannya,

Layanan tulisan terdiri atas dua golongan, pertama layanan berupa

petunjuk, informasi dan yang sejenis ditunjukkan pada orang-orang

yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan

dengan instansi atau lembaga, kedua, layanan berupa reaksi tertulis

atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan,

pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Layanan berbentuk perbuatan

Dalam kenyataan sehari-hari jenis layanan ini memang tida terhindar

dari layang lisan. Hal ini disebabkan karena hubungan lisan paling

banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum kecuali

yang khusus dilakukan melalui hubungan tulis karena faktor jarak.

Hanya titik berat pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang

berkepentingan ialah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan

atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan atau kesanggupan

secara lisan. Disini faktor kecepatan dalam pelayanan (pengerjaan)

(30)

2.2.3. Unsur-unsur Pelayanan

Menurut Moenir (2002 : 8) dalam bukunya “Manajemen Pelayanan

Umum” ada 6 faktor dalam mewujudkan pelaksanaan pelayanan, antara

lain :

1) Faktor Kesadaran

Faktor ini menunjukkan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu

merupakan titik tertentu dari berbagai pertimbangan sehingga

diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketepatan hati dan

keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan sebagai pangkal tolak

untuk perbuatan yang akan dilakukan.

2) Faktor Aturan

Aturan adalah peranan penting dalam segala tindakan dan perbuatan

orang pada faktor manusia merupakan subjek aturan ditunjukkan pada

hal yang penting yaitu :

a) Kewenangan

b) Pengetahuan dan pengalaman

c) Kemampuan berbahasa dan bertutur kata

d) Pemahaman pelaksanaan

e) Disiplin pelaksanaan

3) Faktor Organisasi

Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan

pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang

(31)

4) Faktor Pendapatan

Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan

pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang

maupun fasilitas dalam jangka waktu tertentu.

5) Faktor Kemampuan dan ketrampilan

Adalah keadaan seseorang yang dapat melaksanakan pekerjaan atas

dasar ketentuan yang ada.

6) Faktor Pelayanan

Adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain

yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam rangka

memenuhi pekerjaan dan fungsi sosial dalam rangka memenuhi

kepentingan konsumen. Fungsi pelayanan adalah :

a) Mempercepat pelaksanaan pekerjaan, sehingga menghemat waktu

b) Meningkatkan produktivitas baik barang maupun jasa

c) Kualitas produk yang lebih baik

d) Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin

e) Lebih mudah dalam gerak pelakunya

f) Menimbulkan rasa nyaman bagi orang-orang

g) Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan.

2.2.4. Sasaran Pelayanan

Menurut Moenir (2002: 41) bahwa sasaran pelayanan adalah

(32)

melaksanakan tugasnya untuk dapat memberikan pelayanan yang

sebaik-baiknya dengan penuh ikhlas dan tanggung jawab.

Menurut Moenir (2002 : 196) dalam hubungannya dengan

pelayanan umum pengenalan kepuasan seorang dalam hal ini pihak yang

memperoleh pelayanan untuk mendapatkan haknya, ada semacam ukuran

yang umum tetapi secara relatif yaitu apabila ia menerima perlakuan dan

hasil berupa hak dengan kegembiraan dan keikhlasan.

Laksana (2008 : 10) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan dapat

didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan,

keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang

dikonsumsi.

Menurut Kotler dalam bukunya Ratminto dan Winarsih (2005 : 36)

pada umumnya ketidakpuasan orang-orang terhadap pelaksanaan

pelayanan tertuju pada :

a. Ada dugaan terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan

b. Adanya sikap dan tingkah laku dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan

yang dirasa tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

c. Kurang adanya disiplin petugas terhadap jadwal atau waktu yang telah

ditentukan.

d. Aturan itu sendiri dianggap menyulitkan, memberatkan atau dirasa

mengurangi / mengabaikan hak mereka.

(33)

Menurut Rangkuti (2002 : 30) kepuasan pelanggan didefinisikan

sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat

kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah

pemakaian.

Dari pengertian diatas maka disimpulkan bahwa, kepuasan adalah

sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pelayanan umum, sebagai

akibat dari kegiatan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan

perasaan senang tidak sebang bagi penerima layanan. Maka dipandang

perlu penulis untuk mengetahui bahwa pelaksanaan pelayanan yang

diberikan mampu mewujudkan kepuasan bagi pelanggan khususnya disini

wajib pajak, sebagai sasaran dari kegiatan pelayanan itu sendiri yang

semestinya secara otomatis kepuasan merupakan hasil dari layanan yang

diterima.

2.2.5. Standar Pelayanan Publik

Menurut keputusan Menpan No. 25/KEP.M.PAN/2009 tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, setiap

penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

di publikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelengaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

(34)

Standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengaduan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan.

3. Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelengaraan pelayanan publik.

6. Komponen petugas pemberian pelayanan

Kompetisi petugas pemberian pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku

(35)

2.2.6. Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Moenir (2002 : 163) pelayanan berasal dari kata layanan

yang mengandung arti menolong menyediakan segala sesuatu yang

diperlukan orang lain, sehingga dengan demikian pelayanan juga dapat

diartikan sebagai sarana alat untuk bisa terlaksana memberikan atau

mengadakan keperluan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan

menurut Kotler (terjemahan 1992 : 226) tujuan pelayanan adalah untuk

mencapai tingkat kepuasan konsumen yang maksimal.

Menurut Hansen (2000 : 638) mendefinisikan kualitas sebagai

derajat atau tingkat kesempurnaan yang berarti ukuran relatif dari

kebaikan.

Gaspersz (2002 : 18) menyebutkan bahwa kualitas sering diartikan

sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan terhadap pernyataan

atau kebutuhan, sedangkan menurut Lovelock (dalam Tjiptono 2002)

mengartikan kualitas layanan sebagai tingkatan keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Seiring dengan perkembangan kehidupan

masyarakat, maka tuntutan akan pelayanan publik tidak hanya terbatas

pada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas pelanggan, tetapi bagaimana

kualitas dari layanan tersebut dapat memuaskan masyarakat, karena itu

tidak mengherankan jika kualitas pelayanna sudah menjadi isu sentral

(36)

Dari beberapa pengertian atas dapat disimpulkan bahwa kualitas

pelayanan adalah suatu derajat atau tingkat kesimpulan dari suatu barang

atau tingkat kesempurnaan dari suatu barang atau jasa yang diberikan

kepada seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan atau melebihi

harapannya. Kualitas layanan merupakan hal memegang peranan penting

dalam membentuk persepsi pelanggan, sehingga organisasi baik publik

maupun swasta belomba-lomba untuk dapat menarik pelanggan dengan

layanan yang dihasilkan. Kualitas pelayanan publik banyak in\mage

negatif yang terbentuk menganai organisasi publik karena ketidakpuasan

masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima oleh organisasi publik.

Untuk menjaga agar organisasi publik tetap melalui citra yang baik dalam

pandangan masyarakat, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas

pelayanan.

Dengan demikian, kantor kecamatan Sukolilo sebagai instansi

pemerintah yang menyediakan pelayanan diharapkan mampu memberikan

pelayanan kepada publik sesuai dengan tuntutan dan kepentingan

masyarakat yang dilayani, sehingga dapat memuaskan publik.

2.2.7. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menilai kualitas pelayanan jasa oleh banyak ahli dipandang oleh

sulit daripada menilai kualitas suatu produk. Selain melalui biaya, kualitas

juga dapat dinilai melalui penelitian konsumen menenai kepuasan

(37)

Untuk itu beberapa sarjana telah mengembangkan dimensi kualitas

pelayanan sebagai suatu ancaman acuan dalam menilai kualitas pelayanan

suatu organisasi/ perusahaan.

Kedelapan dimensi kualitas diatas merupakan pendekatan

perantara yang lebih menekankan pada sudut pandang penilaian konsumen

terhadap kualitas pelayanan yang diperoleh dari produk perusahaan.

Sedangkan pendekatan kedua dikemukakan oleh Zeitmahl dalam bukunya

Rangkuti (2002: 19) yang mengidentifikasi sepuluh kriteria kualitas

pelayanan yang lebih penting, meliputi :

1. Tangible, kondisi fisik sebagai penunjang/ pendukung pelayanan.

2. Reliable, kemmapuan menyediakan layanan yang tepat dan dapat

diandalkan.

3. Responsiviness, tanggung jawab aparat penyedia layanan terhadap

kualitas pelayanan.

4. Competence, kemmapuan aparat sesuai dengan pengetahuan,

pengalaman, keahlian dan ketrampilan.

5. Courtesy, daya tangkap dan sikap aparat yang baik sehingga memnuhi

kepuasan pelanggan.

6. Credibility, sikap jujur dan dapat dipercaya.

7. Security, adanya jaminan rasa aman bebas dan resiko.

8. Accessbility, kemudahan untuk memperoleh layanan dengan adil, tidak

(38)

9. Communication, kemampuan memahami, mendengarkan dan

menyampaikan pesan/informasi tentang pelayanan dengan baik.

10.Understanding the Customer, berusaha untuk selalu memahami

kebutuhan konsumen/ pelanggan.

Menurut Laksana (2008: 89) mengemukakan lima dimensi kualitas

layanan, yang terdiri dari:

1. Kehandalan (Reability) yakni kemampuan untuk memberikan jasa

dengan akurat dan profesional

2. Ketanggapan (responsiveness) yakni kemampuan untuk menangkap

keinginan konsumen dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan

dengan cepat.

3. Kepastian (assurance) yakni kemampuan untuk meyakinkan

konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang tepat dan dapat

dipercaya.

4. Empati (emphaty) yakni memberikan perhatian kepada konsumen

secara personal dan istimewa serta selalu berusaha memahami keluhan

dan keinginan mereka.

5. Wujud fisik (tangibility) yakni menampilkan dan kemampuan sarana

dan prasarana yang bersifat fisik.

Kelima diatas pada dasarnya mencakup unsur-unsur dimensi

kualitas pelayanan sebelumnya. Dimensi kualitas pelayanan yang

dikembangkan oleh para pakar tersebut telah banyak digunakan untuk

(39)

organisasi publik yaitu pemerintah dan pihak yang dapat menilai kualitas

pelayanan secara obyektif adalah masyarakat atau pengguna layanan

tersebut.

Berdasarkan pemikiran - pemikiran itu, apabila Kantor Kecamatan

Sukolilo menarapkan atribut atau dimensi kualitas pelayanan tersebut dan

menjadikan kualitas pelayanan sebagai suatu kebutuhan hidup maka bukan

tidak mungkin akan tercipta suatu bentuk pelayanan yang benar-benar

sesuai dengan harapan masyarakat dalam pengurusan KTP.

2.3. Kerangka Berpikir

Bila dilihat judul penelitian ini yaitu kualitas pelayanan publik

Kecamatan Sukolilo dalam pelayanan KTP. Dapat kita ketahui penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian deskriptif.

Berkaitan dengan uraian diatas maka, dalam penelitian ini terdapat

satu variabel independen yakni variabel mandiri sehingga bentuk kerangka

(40)

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Sumber: Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa prosedur pelayanan

KTP di Kecamatan Sukolilo menganut sistem dari Undang- Undang Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang meliputi

prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan,

(41)

Keterangan :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengaduan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelengaraan pelayanan publik

6. Komponen petugas pemberian pelayanan

Kompetisi petugas pemberian pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku

yang dibutuhkan

7. Pengaduan, Saran dan Masukan

Pendapat yang disampaikan masyarakat terkait dengan pelayanan

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. J enis Penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam

melakukan penelitian. Dengan metode penelitian, peneliti dapat menentukan

secara pasti arah kegiatan dan urutan-urutan bagaimana penelitian tersebut

dilakukan, sehingga dapat tercapai maksud dan tujuan dari peneliitan yang

dilakukan.

Menurut Arikunto (2001 : 208) mengatakan bahwa penelitian

deskriptif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam penelitiannya

tidak perlu merumuskan hipotesis, didukung oleh Nazir (2003 : 63)

menjelaskan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kasus

sekelompok manusia sebagai suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem

penelitian ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran ataupun

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselidiki.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang upaya

yang dilakukan oleh Kantor Kecamatan Sukolilo dalam memberikan kualitas

(43)

Secara teoritis, menurut Moleong (2004 : 4) bahwa penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dengan penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif, peneliti akan

dapat menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada

secara aktual serta mengembangkan konsep dari menghimpun fakta tetapi

tida melakukan pengujian hipotesa.

Bungin (2003 : 48) dalam penelitian kualitatif seorang peneliti tidak

diharapkan dan tidak dianjurkan melihat asumsi dan kekayaan bahwa dirinya

sangat tahu tentang fenomena yang hendak dikaji.

Rancangan penelitian kualitatif sesungguhnya bersifat fleksibel, luwes

dan terbuka kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian ketika

proses penelitian berjalan. Dengan demikian, meskipun tetap menjadi awal

yang cukup penting untuk masuk ke lapangan tetapi rancangan penelitian

yang disusun tidak perlu membelenggu peneliti, manakala kenyataan di

lapangan menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan yang dipikirkan

sebelumnya.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan merupakan suatu lingkup permulaan

yang dijadikan sebagai wilayah penelitian sehingga peneliti akan

memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang situasi yang akan diteliti.

(44)

dimaksudkan sebagai batas yang berguna untuk mencegah terjadinya

pembiasan dalam mempersepsikan dan membahas masalah yang diteliti.

Penetapan fokus penelitian sangatlah penting, seperti yang

diungkapkan oleh Moleong (2004 : 97), dimana pembatasan masalah

merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Maka

fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus

dilalui oleh seorang peneltii dalam melaksanakan penelitian berdasarkan hal

tersebut bahwa fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber

dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh melalui

kepustakaan lainnya.

Adapun yang menjadi operasionalisiasi konsep pada penelitian ini

(Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009) adalah :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan merupakan prosedur yang telah ditetapkan dalam

pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Dalam penelitian ini prosedur pelayanan yang dimaksudkan adalah

prosedur tentang tata cara pengurusan pembuatan KTP, yang meliputi

pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan, antara lain:

- Pengantar RT, RW diketahui Lurah

- KK asli untuk perubahan untuk ganti KK

- KTP asli untuk perpanjang masa berlaku KTP

- Surat pindah asli dari kependudukan daerah asal apabila pendatang

(45)

- Surat pindah asli dari camat asal apabila mendatang masih dari

kecamatan se-kota Surabaya

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat permohonan

disampaikan sampai dengan selesai

Dalam penelitian ini waktu penyelesaian yang dimaksudkan adalah

waktu penyelesaian mulai dari pengajuan berkas sampai KTP

diserahkan yang membutuhkan waktu sekitar 1 hari.

3. Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

Besarnya biaya / tarif retribusi yang dibutuhkan untuk pembuatan KTP

di kecamatan Sukolilo adalah 0 rupiah (gratis)

4. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang diterima sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini produk pelayanan yang dimaksudkan adalah hasil

cetak KTP, sudah dalam bentuk KTP sudah terlaminating.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai untuk

mendukung masyarakat yang sedang melakukan pengurusan pembuatan

KTP oleh penyelengaraan pelayanan publik, yang meliputi: komputer,

ruangan ber-AC, ruang tunggu, toilet, musholla, fasilitas wi-fi dan

(46)

6. Komponen petugas pemberian pelayanan

Kompetensi petugas berdasarkan pengetahuan, keahlian, perilaku yang

dibutuhkan. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah kemampuan

petugas memberikan pelayanan terkait pengurusan pembuatan KTP

7. Saran dan Kritik

Pendapat yang disampaikan masyarakat terkait dengan pelayanan

pembuatan KTP

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang akan diteliti, guna

memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran. Disini peneliti

memilih dan menetapkan tempat penelitian pada Kantor Kecamatan Sukolilo.

Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan dan alasan bahwa penulis ingin

mengetahui kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Sukolilo dalam

hal kepegawaian KTP dan pada waktu observasi awal menurut masyarakat

pelayanan di kantor Kecamatan tersebut belum dapat memberikan kepuasan

kepada masyarakat. Alasan pemilihan lokasi, dikarenakan adanya penulis

menemukan adanya masyarakat yang masih belum memiliki KTP, sehingga

penulis tertarik melakukan penelitian di Kantor Kecamatan Sukolilo.

3.4. Sumber Data Dan J enis Data

(47)

permasalahan dan berhubungan erat dengan pelaksanaan kegiatan untuk

mempermudah penyelesaian masalah dalam penelitian ini.

Menurut Sugiyono (2008 : 62) jenis data dalam penelitian kualitatif

jika dilihat dari sumbernya meliputi antara lain :

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung pada saat kita

melakukan penelitian. Sumber data primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikutip dari sumber-sumber tertentu

yang digunakan sebagai pendukung data primer. Sumber data sekunder

adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data misalnya: lewat orang lain atau lewat dokumen.

Keberadaan sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang

akan melengkapi serta memperkaya sumber data primer.

3.5. Instrumen Penelitian

Menurut Moleong (2004 : 165), instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk menggali data dalam penelitian atau sebagai alat

pengumpulan data. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebgai

faktor utama dalam menggali data yaitu sebagai perencan, pelaksana

pengumpula data dan pada akhirnya sebagai pelopor dari hasil penelitiannya.

(48)

penelitian sebagai instrumen penunjang (alat bantu). Beberapa instrumen

penunjang guna mendapatkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan suatu petunjuk yang memuat dalam

pertanyaan yang akan dipertanyakan pada sumber daya yang berkaitan

dengan objek peneltian, dengan pedoman wawancara ini diharapkan

dapat membantu dan mempermudah peneliti dalam memperoleh data

yang diperlukan. Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian

adalah:

a. Pegawai Kantor Kecamatan Sukolilo Surabaya terutama di bagian

pengurusan KTP.

b. Masyarakat yang sedang atau telah melakukan pengurusan KTP

Kantor Kecamatan Sukolilo Surabaya.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan yang senantiasa dibuat peneliti

oleh peneliti pada saat mengadakan pengamatan, wawancara ataupun

menyaksikan suatu kejadian atau fenomena tertentu. Catatan lapangan

tersebut akan membantu peneliti dalam pengumpulan data.

3. Alat penunjang lain yang nantinya akan diperlukan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008 : 62), teknik pengumpulan data merupakan

(49)

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memnuhi standar data

yang ditetapkan.

Menurut Moleong (2004 : 186) pengumpulan data dalam penelitian

ini akan diperoleh data melalui sumber dan jenis data dengan menggunakan

data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara mengadakan tatap muka dan berinteraksi tanya

jawab langsungdengan pihak responden atau informan atau subjek

untuk mempermudah data.

Peneliti menggunakan 2 (dua) bentuk wawancara dalam melakukan

penelitian, yaitu:

a. Wawancara Informal

Wawancara informal yaitu wawancara dimana pertanyaan yang

diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi

tergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan

kepada orang yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa dan

wajar. Sedangkan pertanyaan itu jawabannya berjalan seperti

pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.

b. Wawancara Formal

Wawancara formal yaitu wawancara yang dilakukan dengan

(50)

tentang apa yang akan ditanyakan kepada responden sesuai dengan

fokus penelitian.

Dalam hal ini wawancara dengan responden atau informan yang

terdiri dari :

a. Pegawai Kantor Kecamatan Sukolilo Surabaya terutama di

bagian pengurusan KTP.

b. Masyarakat yang sedang atau telah melakukan pengurusan KTP

Kantor Kecamatan Sukolilo Surabaya.

2. Pengamatan (Observasi)

Peneliti mengadakan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung

dari dekat objek penelitian. Pengamatan dilakukan terhadap pengalaman

responden yang ada kaitannya dengan objek penelitian.

3. Dokumentasi

Peneliti mengadakan pengumpulan data secara langsung dari

dokumen-dokumen, arsip dan catatan lain yang dianggap perlu dalam penelitian ini.

3.7. Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biken dalam Moleong (2004 : 248), analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan

(51)

Dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman (2002 : 16),

mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secarar terus-menerus samapai tuntas

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivis dalam analisis data yaitu :

1. Pengumpulan Data

Dilakukan melalui observasi, wawancara dan pengumpulan dokumentasi

terhadap pihak terkait khususnya di Kantor Kecamatan Sukolilo

2. Reduksi Data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar, yang muncul dari catatan

tertulis di lapangan dan terus berlangsung., bahkan sebelum data

benar-benar terkumpul sebagai laporan akhir lengkap terssusun. Hal tersebut

diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan

dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan

masalah penelitian.

3. Penyajian Data

Dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada secara sederhana,

rinci, utuh dan integrative yang digunakan sebagai pijakan untuk

menemukan langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data

yang ada.

4. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)

Hal ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian yang

(52)

berlangsung. Penulis berusaha untuk menganalisis dan mencari data,

tema, hubungan, persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang

dituangkan dalam kesimpulan yang tentative namun dengan

bertambahnya data melalui verifikasi terus-menerus akan memperoleh

kesimpulan yang bersifat grounded atau dasar.

Gambar 3.1

Analisis Data Kualitatif

Sumber : Miles dan Huberman, Terjemahan Zain (2002 : 20)

Gambar di atas menjelaskan bahwa data yang diperoleh di lapangan

tidak dapat dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan tentang

uraian-uraian yang menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah

dianalisa dan diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi akan diuraikan dengan

berpatokan pada teori-teori serta temuan-temuan yang diperoleh pada saat

penelitian berlangsung kemudian dibuat kesimpulan untuk memecahkan Pengumpulan Data

Penyajian Data

(53)

Mengingat penelitian ini adalah mendeskripsikan persepsi masyarakat

tentang kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Sukolilo terutama

dalam hal pengurusan KTP, maka dipergunakan data yang bersifat kualitatif

yaitumelalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Memeriksa data yang sudah ada (terkumpul)

2. Mengelompokkan data yang ada berdasarkan fokus penelitian untuk

memudahkan penelitian

3. Mengklasifikasikan data yang sudah terkumpul sesuai dengan sumber

data masing-masing

4. Pengolahan data dengan cara membuat tabel-tabel serta uraian-uraian

terhadap data yang sudah terkumpul yang selanjutnya dianalisis secara

cermat untuk menarik kesimpulan pemecahannya.

3.8. Keabsahan Data

Menurut Moleong (2004 : 324), untuk menetapkan keabsahan data

angkan diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan di

dasarkan atas 4 kriteria yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan

konsep validitas internal dari kualitatif,. Kriterium ini berfungsi

melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

(54)

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan yang sedang diteliti.

2. Keteralihan

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung kepada kesamaan antara

konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut

seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris

tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab

untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat

keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus

melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi

tersebut.

3. Kebergantungan

Kebergantungan merupakan subtitusi istilah reliabilitas dalam penelitian

yang non kualitatif yaitu dengan diadakan pengulangan studi dalm suatu

kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama maka dikatakan

reliabilitasnya tercapai. Peneliti sebagai instrumen penelitian bisa saja

membuat kesalahan karena keterbatasan yang dimiliki atau bisa juga

karena keletihan untuk itu digunakan kriterium kebergantungan, dimana

konsepnya lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh

peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan

segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitasnya itu sendiri ditambah

(55)

4. Kepastian

Kepastian disini adalah sesuatu itu obyektif atau tidak bergantung pada

persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan

seseorang. Sesuatu yang obyektif berarti dapat dipercaya, faktual dan

(56)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukolilo

Kecamatan Sukolilo didirikan pada tahun 1996, adapun dasar pendiriannya

adalah Undang-Undang Nomor 2 tahun 1995 mengenai Pemerintahan Daerah

yang sekarang dirubah menjadi UU nomor 32 tahun 2004. Kantor Kecamatan

Sukolilo saat ini dibawahi oleh seorang kepala kantor Kecamatan atau camat yang

bernama Drs. Subagiyo.

Luas Kecamatan Sukolilo adalah 1.840.883 Ha terbagi menjadi 7

kelurahan antara lain :

1. Keputih

2. Gebang Putih

3. Klampis Ngasem

4. Menur Pumpungan

5. Nginden Jangkungan

6. Semolowaru

7. Medokan Semampir

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan sukolilo yaitu :

1. Sebelah Timur : Selat Madura

2. Sebelah Barat : Kecamatan Gubeng

(57)

4. Sebelah Selatan : Kecamatan Rungkut

Selanjutnya adalah jumlah penduduk yang disajikan dalam tabel di bawah

berikut ini:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Di Kecamatan Sukolilo

J enis kelamin J umlah orang Pr osentase ( % )

Laki-laki 50.387 50,17

Perempuan 50.037 49,8

Jumlah 100424 100

Sumber : Kecamatan Sukolilo, Tahun 2011

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

kecamatan Sukolilo sebesar 100.424 orang, yang terdiri dari 50.387 orang

laki-laki dan 50.037 perempuan.

4.1.2 Struktur Organisasi

Setiap struktur organisasi, keberadaannya sangat penting sekali, baik untuk

kelancaran maupun efektifitas organisasi yang bersangkutan. Oleh karenanya

struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan setiap tugas

seseorang di dalam organisasi, sehingga jelas batas-batasnya, hubungannya,

wewenangnya dan tanggung jawabnya dalam usaha untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Disamping itu struktur organisasi tersebut juga mempunyai peranan yang

(58)

maka kegiatan-kegiatan yang ada pada Kecamatan yang bersangkutan tersebut

dapat dilaksanakan secara teratur dan terarah.

Berdasarkan Peraturan Walikota Pemerintah Kota Surabaya Nomor 94

tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi Kecamatan Kota Surabaya, maka

kecamatan sukolilo memiliki struktur organisasi baik kelompok jabatan struktural

dan fungsional seperti di bawah ini:

Gambar 4.1

Struktur Jabatan Organisasi Pemerintah Kecamatan Sukolilo

(59)

Dengan memperhatikan struktur organisasi di atas jelas bahawa satuan

kerja perangkat daerah kecamatan sukolilo yang merupakan satuan kerja sebagai

perpanjangan pelaksana pemerintahan dari pemerintah kota dipimpin oleh seorang

Camat yang dalam penyelenggaraan tugas sehari- hari dibantu perangkat lainnya,

yaitu:

1. Sekretaris Kecamatan

a. Kasub Bag Keuangan

b. Kasub Bag Umum Dan Kepegawaian

2. Kepala Seksi Pemerintahan

3. Kepala Seksi Ketentraman Dan Ketertiban

4. Kepala Seksi Perekonomian

5. Kepala Seksi Fisik Sarana Dan Prasarana

6. Kepala Seksi Sosial Dan Pemberdayaan Perempuan

7. Para Lurah yang terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan, yaitu:

a. Lurah Keputih

b. Lurah Gebang Putih

c. Lurah Klampis Ngasem

d. Lurah Menur Pumpungan

e. Lurah Nginden Jangkungan

f. Lurah Semolowaru

Gambar

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Pemilik KTP
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Analisis Data Kualitatif
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Kecamatan Sukolilo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Seperti hal nya di daerah Kabupaten Jepara Jawa Tengah atau biasa disebut dengan “Kota Ukir”, di daerah Jepara ini banyak sekali terdapat industri meubel yang sudah terkenal

ABSTRAK : Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan

Penerapan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 di Pengadilan Agama Watampone terhadap sengketa cerai telah berjalan dengan baik namun beberapa segi

Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal empat tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pengendapan dengan ammonium sullfat ternyata menghasilkan total protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan enzim kasar karena pada tahap semi- purifikasi ini enzim yang

Pelayanan E-KTP di Kantor Kecamatan Jebres, sudah sesuai dengan Pasal 344 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, tetapi belum

Guna meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, maka penyelenggara