SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Diajukan Oleh :
DWI ISTI NINGSIH
0611010027 / FE / IE
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hikmat-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhhi Investasi Asing Langsung
(FDI) Sektor Industri Di Jawa Timur” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan ekonomi pembangunan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sejak tahap awal hingga
penyelesaian Sekripsi ini, penulis menerima banyak sekali bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan yang baik ini ingin disampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Dr. Dhani Ichsahuddin Nur SE, MM. Selaku Dekan Falkutas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Marseto Donosaputro, MSi Selaku ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. H. M Taufiq, MM selaku dosen pembimbing utama yang telah
arahan pada judul skripsi saya.
7. Ayah dan ibu saya tercinta selalu memberi motivasi spiritual dan material
serta doa-doanya sehingga semua yang dikerjakan dapat berjalan lancar.
8. Bapak dan ibu Penguji yang dengan bijak memberi masukan-masukan atas
Skripsi yang sudah dibuat sehingga tercipta skripsi yang baik.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan pahala dan barokah yang
setimpal kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan
ataupun nasehat-nasehat.
Saya menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak
kekurangan baik dalam pengelolahan data maupun dalam teknik penyusunan
laporan skripsi dikarenakan pengetahuan dan kemampuan penulis masih kurang.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas skripsi yang lain dimasa mendatang dan dapat ikut
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi.
Surabaya, April 2010
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
ABSTRAK ... x
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II... 7
TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 7
2.2. Landasan Teori... 13
2.2.1. Investasi ... 13
2.2.1.1. Pengertian Investasi ... 13
2.2.1.2. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi ... 15
2.2.1.3. Fungsi Investasi... 16
2.2.1.4. Cara Pembagian Investasi ... 17
2.2.1.5. Teori Portofolio... 18
2.2.1.6. Tujuan Investor ... 21
2.2.2. Foreign Direct Investment (FDI) ... 22
2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Invesment (FDI) ... 22
2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Ekspor... 29
2.2.4.1. Pengertian Ekspor ... 29
2.2.4.2. Timbulnya Ekspor... 30
2.2.4.3. Faktor-Faktor yang dapat Meningkatkan Ekspor... 30
2.2.5. Inflasi ... 31
2.2.5.1. Pengertian Inflasi ... 31
2.2.5.2. Jenis Inflasi ... 33
2.2.5.3. Pengendalian Inflasi ... 36
2.2.5.4. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi... 38
2.2.6. Kurs Valuta Asing... 40
2.2.6.1. Pengertian Kurs Valuta Asing... 40
2.2.6.2. Keseimbangan Kurs Mata Uang Asing... 41
2.2.6.3. Permintaan Terhadap Valuta Asing ... 43
2.2.6.4. Sistem Kurs Valuta Asing... 43
2.2.6.5. Faktor-Faktor yang Memiliki Pengaruh Besar atas Perubahan Nilai Valuta Asing ... 49
2.2.6.6. Jenis-Jenis Transaksi Valuta Asing... 50
2.2.6.7. Pengaruh Kurs Valuta Asing Terhadap Investasi ... 51
2.2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 51
2.2.7.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 51
2.2.7.2. Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 54
2.2.7.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita ... 56
2.2.7.4. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Investasi ... 57
2.3. Kerangka Pikir ... 58
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 62
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 62
3.3.1. Jenis Data ... 62
3.3.2. Sumber Data... 62
3.3.3. Pengumpulan Data ... 63
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 63
3.4.1. Teknik Analisa Linier Berganda dengan Asumsi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimated)... 63
3.4.2. Uji Hipotesa ... 68
BAB IV ... 73
HASIL DAN PEMBAHASAN... 73
4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 73
4.1.1. Letak Geografis... 73
4.1.2. Luas Wilayah ... 74
4.1.3. Kekayaan Alam... 74
4.1.4. Kependudukan ... 75
4.1.5. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur... 77
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78
4.2.1. Perkembangan FDI Sektor Industri di Jawa Timur... 78
4.2.2. Perkembangan Inflasi di Jawa Timur... 79
4.2.3. Perkembangan Kurs Valuta Asing di Jawa Timur... 80
4.2.4. Perkembangan PDRB di Jawa Timur ... 81
4.2.5. Perkembangan Nilai Ekspor di Jawa Timur... 83
4.3. Analisis dan Hasil Uji Hipotesis ... 84
BAB V... 100
KESIMPULAN DAN SARAN... 100
5.1. Kesimpulan ... 100
5.2. Saran... 102
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan Program SPSS 13.0
(Statistical Program For Social Science)
Lampiran 3. Coefficients dan Correlations
Lampiran 4. Tabel Pengujian
Lampiran 5. Tabel Pengujian Nilai t
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI
ASING LANGSUNG (FDI) SEKTOR INDUSTRI
DI JAWA TIMUR.
Dwi Isti Ningsih
abstraksi
Sebagai negara berkembang indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dan negara – negara maju, baik di kawasan regional maupun global. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah penanaman modal asing langsung ( Foreign Direct Investment / FDI ) penanaman modal (Investasi) baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, perlu terus di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam pembangunan. (Anonim, 2005).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi (X1), Kurs Valuta Asing (X2), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X3), Ekspor (X4), FDI Sektor Industri (Y). Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1994 sampai dengan 2008, data tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan analisis linier berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwahsanya Inflsi (X1), Kurs Valuta Asing (X2), PDRB (X3), Ekspor (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap investasi FDI Sektor Industri (Y). Ditunjukan dengan Fhitung = 6,965 > Ftabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi (hipotesis alternatif) diterima, secara simultan terhadap investasi asing langsung (FDI) sektor industri di jawa timur. Secara parsial Inflsi (X1) tidak signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial Kurs Valuta Asing (X2) signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial PDRB (X3) tidak signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial Ekspor (X4) signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur.
1.1 Latar Belakang
Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan
sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan
kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengelolanya, Selain itu
ditentukan pula adanya dorongan untuk mengadakan investasi atas dana yang
diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan
itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Penanaman
modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi
semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan
pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi
rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak atau lesunya
perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara
senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang
dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga
investor asing. (Dumairy,1997 : 132)
Investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman
kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar
modalnya dimiliki oleh penduduk dari Negara yang melakukan investasi
(investing country). FDI dapat terjadi apabila perusahaan melakukan investasi
yang lalu menunjukkan adanya peningkatan flow dan stock FDI dalam
perekonomian dunia. Terjadinya peningkatan FDI banyak disebabkan oleh adanya
perubahan politik dan ekonomi di Negara-Negara sedang berkembang.
Globalisasi perekonomian dunia, merupakan fenomena yang juga mempunyai
pengaruh positif terhadap volume FDI. Seperangkat teori mencoba menjelaskan
mengapa perusahaan akan menguntungkan dengan melakukan investasi langsung
dalam arti memasuki pasar luar negeri apabila terdapat dua alternatif lainnya,
yaitu mengekspor dan melakukan lisensi. Ketidakstabilan sistem moneter
akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian Indonesia, peran aktif
pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia, mengingat bahwa moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar
terhadap pelaksanaan pembangunan. Dalam pengambilan kebijakan moneter,
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta dapat
mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi, tingkat ekspor, serta terpeliharanya
keseimbangan neraca perdagangan.(Rusdin, 2002 : 2-10)
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup
besar untuk melaksanakan pembangunan yang besar. Kebutuhan dana yang besar
tersebut terjadi karena upaya untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara
maju, baik dikawasan regional maupun kawasan global. Disamping menggali
Kesempatan dalam berinvestasi di Indonesia semakin terbuka, terutama
bagi penanaman modal asing. Keterbukaan ini sejalan dengan era perdagangan
besar yang dihadapi penanaman modal asing didorong bagi kegiatan ekspor dan
kegiatan yang belum dapat dilakukan oleh modal dan tekhnologi dalam negeri.
Kesadaran akan perlunya penanaman modal asing didasarkan atas harapan akan
dapat memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif
masyarakat serta memperluas lapangan kerja serta kesempatan
kerja.(Anonim,2005 : 7)
Jadi investasi yang semakin besar jumlahnya akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula. Masyarakat dan dunia
mempunyai penanaman keuangan bank dan non bank yang berkaitan dengan
penghimpunan dana masyarakat maupun penetapan tingkat suku bungamenjadi
semakin penting. Selain ini tidak dapat dilepaskan pula kaitan kondisi ekonomi
makro, seperti yang ditunjukkan indikator-indikator ekonomi makro. Seperti
tercemin dari informasi angka-angka dalam produk domestic regional bruto
(PDRB) serta peningkatan investasi dalam teknologi dapat mendorong
peningkatan saldo neraca pembayaran Indonesia, Karena itu upaya-upaya yang
dilakukan masyarakat dan dunia usaha dalam hal ini investor asing dan
pemerintah menggerakkan perekonomian tidak dapat dilepaskan dari hal tersebut.
US$ 83.945,6 juta. Angka–angka ini adalah data investasi di luar sektor migas
dan lembaga keuangan. (Dumairy 1997 : 133). Sedangkan bila dilihat dari
perkembangan investasi penanaman modal asing langsung (FDI) sektor industri
pada tahun 2004 sampai dengan 2008, secara kumulatif pada tahun 2004 adalah
jumlah proyek baru yang disetujui berjumlah 27 buah dengan investasi senilai
US$ 188.471, pada tahun 2005 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah
proyek baru yang disetujui berjumlah 33 buah dengan investasi senilai US$
371.208. Pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah
proyek baru yang disetujui berjumlah 31 buah dengan investasi senilai US$
369.998. Pada tahun 2007 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah
proyek baru yang disetujui berjumlah 46 buah dengan investasi senilai US$
730.462. Pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah
proyek baru yang disetujui berjumlah 40 buah dengan investasi senilai US$
885.670.
Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka perlu diadakan penelitian tentang
pengaruh inflsai, kurs valuta asing, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan
Ekspor terhadap investasi asing langsung (FDI) pada sektor industri di Provinsi
dirumuskan beberapa permasalahan :
A. Apakah inflasi, kurs valuta asing, PDRB, dan ekspor berpengaruh terhadap
investasi asing langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur.?
B. Manakah dari 4 variabel tersebut yang paling dominan terhadap investasi
asing langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan di capai adalah sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui apakah inflasi, kurs valuta asing, PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto), dan ekspor berpengaruh terhadap investasi asing
langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur.
B. Untuk mengetahui faktor–faktor manakah dari 4 variabel (inflasi, kurs
valuta asing, PDRB, ekspor) yang paling dominan terhadap investasi asing
langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang terdapat manfaat penelitian adalah sebagai
berikut :
A. Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui pengaruh dari inflasi, kurs
B. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan faktor-faktor investasi asing langsung (FDI) sektor industri di Jawa
Timur.
C. Sebagai bahan informasi untuk semua pihak yang berkepentingan penetapan
atau pelaksanaan kebijakan peningkatan Penanaman Modal Asing Langsung
(Foreign Direct Investment atau FDI) sektor industri di Jawa Timur.
D. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan
fakultas ekonomi UPN “veteran” Jawa Timur tentang Investasi Asing
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai Penanaman Modal Asing Langsung
atau Foreign Direct Investment (FDI), yang pernah dilakukan oleh pihak
lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan, dan bahan yang berkaitan
dengan penelitian ini telah dilakukan oleh :
1. Dinda Putri Maharani (2005 : 66) dengan judul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi Investasiasing (PMA & PMDN) di
Indonesia”.bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian
secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
variabel IHSG (X1), tingkat inflasi (X2), PDB (X3), berpengaruh nyata
terhadap investasi di Indonesia (Y), didapat Fhitung sebesar 3,976 > Ftabel
sebesar 3,95 dari uji parsial didapat hasil thitung sebesar 0,026 < ttabel
sebesar 2,201, sehingga variabel IHSG (X1) tidak berpengaruh secara
nyata terhadap investasi di Indonesia (Y). Hal ini disebabkan karena
IHSG tidak diperuntukkan dalam penentuan besar kecilnya nilai
investasi di Indonesia tapi IHSG merupakan alat untuk mengetahui
animo saham di BES. Sedangkan untuk tingkat inflasi (X2) berpengaruh
secara nyata terhadap investasi (Y) didapat hasil thitung sebesar –2,215 <
hitung sebesar 2,775 >
ttabel sebesar 2,201.
2. Siti Mastija (2005 : 90) dengan judul “Analisis faktor yang mempengaruhi investasi di Jawa Timur” dapat ditarik kesimpulan dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel PDRB,
inflasi, tingkat suku bunga, dan ekspor total berpengaruh nyata terhadap
investasi di Jawa Timur yaitu dengan uji F dimana Fhitung = 83,628 >
Ftabel 3,48. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel PDRB
berpengaruh nyata terhadap investasi di Jawa Timur dengan thitung 2, 484
> ttabel 2,228, hal ini dikarenakan apabila PDRB mengalami kenaikan
akan memberikan rangsangan pada investor, karena permintaan produk
meningkat sehingga keuntungan meningkat. Variabel inflasi tidak
berpengaruh nyata terhadap investasi di Jawa Timur dengan thitung 1,527
< ttabel 2,228, karena walaupun terjadi inflasi pengusaha tetap
membutuhkan modal untuk menambah produksinya disebabkan
keuntungan besar. Variabel tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh
nyata terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung 1,758 < ttabel 2,228,
hal ini disebabkan walaupun tingkat suku bunga kredit naik tidak
mempengaruhi kemampuan untuk berinvestasi karena tetap
membutuhkan dana untuk berproduksi disebabkan permintaan produksi
besar sehingga keuntungan akan besar. Variabel total ekspor
berpengaruh nyata terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung 2,521 >
tidak langsung akan meningkatkan devisa suatu negara. Kondisi
demikian akan mendorong beberapa investor untuk berinvestasi.
3. Dian Melisa Kusumaningtyas (2005:154) dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat investasi swasta (PMA & PMDN) di
Jawa Timur” bahwa dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu
secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto (X1), Tingkat Suku
Bunga (X2), Tingkat Inflasi (X3), dan kurs valuta asing (X4) terhadap
variabel terikat investasi Swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y).
Hal ini diketahui dari uji –F yaitu diperoleh F hitung = 5,445 > Ftabel =
3,11, sedangkan secara parsial, variabel Produk Domestik Regional
bruto (X1) berpengaruh secara nyata terhadap investasi swasta (PMA &
PMDN) di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji –t dimana t hitung =
3,100 > t tabel = 2,145, variabel tingkat suku bunga (X2) tidak
berpengaruh nyata terhadap investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa
Timur (Y) dimana t hitung = -1,075 < t tabel = 2,145 hal tersebut
dikarenakan adanya harapan keadaan perekonomian dimasa datang akan
lebih baik disamping itu keputusan untuk berinvestasi juga dipengaruhi
oleh perubahan dan perkembangan teknologi dan pendapatan nasional.
Tingkat Inflasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi swasta
(PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji –t dimana
t hitung = 0,857 <t tabel = 2,145. Hal tersebut dikarenakan adanya motif
memperhatikan kenaikan harga-harga karena tidak semua harga-harga
naik. Keputusan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekonomi saja, dan kurs valuta asing (X4) berpengaruh nyata terhadap
investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dimana hasil t hitung
= -2,783 < -t tabel = -2,145.
4. Bobby Firmansyah (2005/62) dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi, Inflasi, dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
di Jawa Timur” bahwa dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu secara
simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel
bebas : Investasi (X1), Inflasi (X2), dan jumlah penduduk (X3) secara
simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur
(Y). Hal ini diketahui dari uji –F yaitu Fhitung = 28,473 > Ftabel = 3,86,
sedangkan secara parsial, variabel invest tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t
dimana thitung ssebesar 1,159 < ttabel sebesar 2,262, variabel bahwa
inflasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur (Y) dimana thitung sebesar –7,111 > ttabel sebesar –2,262, dan
variabel jumlah penduduk berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
di Jawa Timur (Y) dimana thitung sebesar –2, 842 > ttabel sebesar
2,262.
5. Yanu Raditia Kusuma (2005 : 76) dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi investasi (PMDN) di Jawa Timur”, dapat ditarik
rupiah dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap investasi
(PMDN) di Jawa Timur. Pernyataan ini didasarkan pada nilai Fhitung =
7,422 > dari Ftabel = 3,587 dengan besarnya pengaruh yang dijelaskan
oleh R2 = 0,669, yakni bahwa seluruh variabel dalam penelitian
berpengaruh secara bersama-sama terhadap investasi (PMDN) sebesar
66,90 %, sedangkan sisanya sebesar 33,10 % dijelaskan oleh variabel
lain diluar penelitian. Dari pengujian hipotesis dengan uji t (parsial) di
peroleh hasil bahwa variabel PDRB (thitung = - 3,914 > ttabel = -2,201)
dan kurs ISD terhadap rupiah (thitung = -4,372 > ttabel = - 2,201)
berpengaruh terhadap investasi (PMDN) di Jawa Timur, sedangkan
variabel tingkat inflasi (thitung = 0,497 ttabel = 2,201) tidak
berpengaruh terhadap investasi (PMDN) di Jawa Timur. Dari hasil
penelitian dapat terlihat bahwa gejolak perubahan kurs maupun tingkat
inflasi tidak menurunkan minat investor dalam berinvestasi di Jawa
Timur, sehingga kegiatan investasi (PMDN) di Jawa Timur tidak
terlepas dari peran aktif Pemerintah Daerah di Jawa Timur dalam
mendorong kemajuan iklim investasi.
6. Agung Nusantara dan Enny Puji Astutik, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis,2001) yang berjudul “Analisis Peranan Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi”. Menyatakan bahwa untuk hasil analisis
diperoleh bahwa variabel utang luar negeri (AID), penanaman modal
asing (FDI) dan tabungan domestik (S) mempunyai hubungan yang
menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai t-hitung yang
lebih besar daripada t-tabel derajat signifikan 0,025% yaitu ( ± 0,201).
Dari nilai tersebut kita tidak bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau
variabel utang luar negeri, penanaman modal asing dan tabungan
domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
7. Sarwedi, (Jurnal Staf Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Negeri Jember). Yang berjudul “Investasi Asing Langsung di Indonesia dan
Faktor Yang mempengaruhinya“ menyatakan tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi FDI yang dianggap tetap seperti variabel makro
ekonomi yaitu pendapatan nasional, pendapatan ekonomi dan inflasi.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
karakteristik dalam negeri suatu negara yang akan dikombinasikan
dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan
perhitungan kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square = OLS).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, Growth,
Wage dan Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI sedangkan
variabel ekonomi yaitu stabilitas ekonomi mempunyai hubungan negatif
2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. Investasi
2.2.1.1. Pengertian Investasi
Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang–barang
modal dan perlengkapan–perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang–barang dan jasa–jasa yang
tersedia dalam perusahaan.
Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai
penanaman modal yang dilakukan satu tahun tertentu yang
digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanaman
modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan yang sebagai
berikut:
A. Pembelanjaan berbagai jenis barang modal, yaitu mesin – mesin
dan peralatan produksi lainnya untuk berbagai jenis industri dan
perusahaan.
B. Pembelanjaan untuk membangun rumah tinggal, bangunan
kantor atau bangunan–bangunan lainnya.
C. Pertumbuhan nilai stok barang–barang yang belum terjual bahan
mentah dan barang–barang yang masih dalam proses produksi
pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional(Soekirno,
Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
dimasa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Financial Assets
Dilakukan di pasar uang, misalnya : berupa sertifikat deposito,
commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya atau
dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, iuran,
opsi dan lainnya.
2. Real Assets
Diwujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif, penelitian
pabrik, pembukuan pertambangan, pembukuan perkebunan dan
lainnya (Halim, 2003 : 2).
Pengartian Investasi dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa Investasi atau penanaman modal itu merupakan
penanaman modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas
sistem produksi atau peningkatan kapasitas asset dengan harapan
modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar–
besarnya dimasa mendatang.
Datar Investasi Negatif yang isinya adalah membatasi
kepemilikan modal asing di indonesia (Boediono, 2007 : 134). Daftar
investasi negatif sektor industri di jawa timur contohnya yaitu :
1. Industri Rokok
2.2.1.3. Faktor – Faktor yang menentukan Investasi.
Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha
menggunakan uangnya membeli barang – barang modal maka
pembelanjaan itu dinamakan investasi akan tetapi berhasil tidaknya
pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan
di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan, yaitu :
a. Ramalan Mengenai Keadaan Ekonomi di Masa Depan.
Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang
barang–barang modal baru dinamakan kegiatan memakan waktu.
Dan, apabila investasi telah selesai dilaksanakan (pada waktu
industri / perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau
jasa yang menjadi hasil produksinya) maka pemilik modal akan
melakukan kegiatan terus selama beberapa waktu.
b. Perubahan dan Perkembangan Tekhnologi.
Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan
pengeluaran terhadap kegiatan industri, maka semakin banyak
pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha.
c. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perubahan–Perubahannya.
Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara
pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling
berkaitan dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk
d. Keuntungan yang Dicapai oleh Perusahaan
Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan
menggunakan tabungan atau modal kas, maka perusahaan yang
dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar
untuk jangka waktu berikutnya.
e. Tingkat Bunga.
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan para pengusaha dan dapat dilaksanakan
para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk
menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari
penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto (tetapi
sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang
diperoleh lebih besar dari tingkat bunga (Soekirno, 2002 : 109).
2.2.1.4. Fungsi Investasi
Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Sejajar dengan sumbu datar
2. Bentuk nilai ke atas ke sebelah kanan (yang berarti semakin
tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi).
Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar
dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin
terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan
bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Investasi otonomi adalah pembentukan modal yang tidak
dipengaruhi pendapatan nasional. Dengan kata lain tinggi rendahnya
pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang
dilakukan oleh perusahaan–perusahaan atau setiap daerah.
2.2.1.4. Cara Pembagian Investasi
Cara pembagian investasi menurut jenisnya :
a. Autonomous investment dan Induced invesment
Autonomous invesment (investasi otonom) adalah investasi yang
besar kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat
berubah oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan.
Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan
sebagainya. Induced investment (investasi terimbas) adalah
bersebelahan dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan.
b. Public investment dan Private investment
Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang
dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah
pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua,
kecamatan, maupun desa. Private investment adalah investasi
c. Domestic investment dan Foreign investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri.
Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.
d. Gross investment dan Net investment
Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi
yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau
investasi yang dilakukan pada suatu Negara (daerah tertentu)
pada atau selama suatu periode tertentu.
e. Net investment (investasi netto) adalah selisih antara investasi
bruto dengan penyusutan. (Rosyidi, 2003 : 169-172).
2.2.1.5. Teori Portofolio
Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi
beberapa aktiva investasi dan dipegang Investor, baik perorangan
maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut berupa aktiva riil,
aktiva financial ataupun keduanya.
Harry M. Morkowitz, Seorang yang pertama kali
mengembangkan teori pemilihan portofolio menyatakan bahwa
sebagian besar investor termasuk dalam risk arverter (menghindari
resiko). Hal ini berarti bahwa investor akan selalu berusaha untuk
dapat menghindari resiko. Untuk menghindarinya, maka investor
mencoba untuk melakukan diversivikasi investasi (Pandji, 2001 :
Dalam portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko
Investasi yang terdiri dari 2 komponen, yaitu :
1. Resiko tidak sistematik (Unsystematic Ris)
2. Resiko sistematik (Systematic Ris)
Resiko tidak sistematik merupakan resiko yang terkait
dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari
(Avoidable) dan diperkecil melalui diversifikasi (Diversifiable),
sedangkan resiko sistematik merupakan resiko pasar yang bersifat
umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang
bersangkutan. Resiko ini tidak dapat dihindari oleh investor melalui
diversifikasi sekalipun (Sunariyah, 2000 : 180).
Teori pemilihan portofolio oleh Harry M. Mokowitz
dengan beberapa asumsi sebagai berikut :
1. Seorang Investor mempunyai sejumlah uang tertentu.
2. Sejumlah uang tersebut di investasikan untuk jangka waktu
tertentu, yang disebut Holding Period.
3. Pada akhir masa tertentu (Holding Period) investor akan menjual
sahamnya.
4. Investor akan selalu mencoba menghindari resiko (Risk Averse)
5. Untuk menghindari resiko, Investor mencoba melakukan
diversifikasi Investasinya.
6. Investor menjumpai beberapa portofolio engan harga yang sudah
mereka diantara berbagai portofolio untuk memaksimalkan hasil
yang diharapkan
7. Investor mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari
masing-masing portofolio.
8. Semua portofolio secara sempurna dapat dibagi.
9. Pemilihan untuk Investasi tidak tergantung pada Investor lain.
Asumsi tersebut diatas dapat dipakai sebagai dasar dalam
merumuskan kebijakan portofolio Investasi. Ini berarti apabila
asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka kesimpulan harus
diambil dengan hati-hati.(Sunariyah, 2000 : 18)
Untuk dapat melakukan kegiatan portofolio ini ada
beberapa langkah yang harus dilakukan agar resiko minimal dapat
dicapai. Salah satunya adalah langkah portofolio yang dikemukakan
oleh John Dickonsen.
Langkah – Langkah ini meliputi sebagai berikut :
1. Placement Analysis
Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang berhubungan
dengan data investasi yang akan dijadikan portofolio.
2. Portofolio Construction
Pengumpulan data Investasi sesuai dengan tujuan yang telah
3. Portofolio Selection
Melakukan kombinasi dari berbagai data investasi yang sudah
dipilih, sehingga didapatkan portofolio yang efisien.
Langkah lain yang dapat ditempuh dalam melakukan
pemilihan instrument Investasi menurut Robert Ang, 1997 (Pandji,
2001 : 106) adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis yang cermat, dipilih instrument Investasi
yang diinginkan.
2. Melakukan pembobotan masing – masing Instrument Investasi
terhadap nilai portofolio secara keseluruhan.
3. Melakukan penentuan horizon Investasi (Investment Horizon)
4. Masing – Masing Instrument Investasi dilaukan Expected Return
nya sesuai dengan Horizon Investasi.
5. Melakukan penghubungan Expected Return, rata-rata, standard
deviasi dari portofolionya sesuai dengan Horizon Investasi.
2.2.1.6. Tujuan Investor
Investor melakukan diversivikasi Investasi dalam berbagai
portofolio dikarenakan hasil yang diharapkan dari tiap jenis sekuritas
dapat saling menutup. Lebih dari itu, dengan portofolio Investasi
mengestimasikan hasil Investasi yang tertinggi, karena Investor tidak
mengetahui secara pasti return yang diharapkan dengan memakai
hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai disebut dengan resiko.
Tujuan pembentukan Portofolio adalh sebagi berikut :
1. Pada tingkat resiko tertentu berusaha mencapai keuntungan
semaksimal mungkin.
2. Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai resiko yang
minimal.
2.2.2. Foreign Direct Investment (FDI)
2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Rusdin (2002 : 1), Foreign Direct Investment
(FDI) menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai
suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan,
perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh
penduduk dari negara yang melakukan investasi (investing country).
2.2.2.2. Teori Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Rusdin, (2002 : 10-14) di dalam teori Foreign
Direct Investment (FDI), menjelaskan bahwa mengapa perusahaan
akan menguntungkan dengan melakukan investasi langsung dalam
arti memasuki pasar luar negeri apabila dua alternatif lainnya
tersedia untuknya, yaitu mengekspor (exporting) dan melakukan
lisensi (licensing). Mengekspor berarti memproduksi barang-barang
penjualan. Sedangkan melakukan lisensi berarti menjamin hak atas
kepemilikan asing (lisensi) untuk memproduksi dan menjual produk
perusahaan sebagai upaya memperoleh keuntungan berupa fee
royalty dari setiap unit penjualan. Sepintas dapat dilihat bahwa
mungkin FDI lebih mahal dan beresiko apabila dibandingkan dengan
mengekspor dan melakukan lisensi. FDI beresiko sebab perusahaan
harus membangun fasilitas produksi di luar negeri atau mengakuisisi
perusahaan-perusahaan asing. Dalam mengekspor terdapat
keterbatasan-keterbatasan yang sering dibatasi oleh biaya transpotasi
dan hambatan-hambatan perdagangan. Apabila biaya-biaya
transportasi merupakan tambahan biaya-biaya produksi, maka hal ini
tidak menguntungkan untuk mengapalkan beberapa produk ke jarak
yang lebih jauh. FDI banyak dilakukan sebagai respon terhadap
ancaman dari hambatan-hambatan perdagangan, seperti tariff impor
atau quota impor. Dengan pengenaan terhadap barang-barang impor,
berarti pemerintah meningkatkan biaya ekspor jika dibandingkan
dengan FDI dan lisensi. Tidak hanya keterbatasan dalam mengekspor
saja tetapi lisensi juga terdapat keterbatasan. Terdapat berbagai
keterbatasan dalam melakukan lisensi, diantaranya adalah :
a. Melakukan lisensi dapat memberikan perusahaan technological
know-how yang bernilai kepada pesaing luar negeri yang
b. Dengan melisensi, pengendalian yang ketat terhadap pabrikasi,
pemasaran, dan strategi menjamin kepada pemegang lisensi
dengan menghasilkan fee royalty.
c. Dengan melisensi timbul ketika keunggulan bersaing perusahaan
tidak didasarkan lebih banyak pada produknya, seperti di atas
kemampuan manajemen, pemasaran, dan produksi yang
menghasilkan produk-produk tersebut.
2.2.2.3. Keunggulan Foreign Direct Investment (FDI)
Berdasarkan pembahasan tersebut, FDI mempunyai
beberapa keunggulan diantaranya bahwa suatu perusahaan akan
untung dengan melakukan FDI melebihi ekspor sebagai suatu
strategi apabila biaya-biaya transportasi atau hambatan perdagangan
menjadikan ekspor tidak menarik. Selanjutnya, perusahaan akan
untung dengan melakukan FDI melebihi lisensi apabila ingin
mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologinya
atau melebihi operasinya dan strategi bisnisnya. (Rusdin, 2002 : 15).
2.2.2.4. Manfaat Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Rusdin (2002 : 25-27), terdapat berbagai manfaat
FDI bagi Negara-Negara Host Country dan Home Country . Bagi
a. FDI dapat menjadi subtitusi bagi impor barang dan jasa, sehingga
Negara dapat menekan volume impor agar tidak lebih besar dari
ekspor.
b. Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE (Multi National
Enterprise) akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor
lebih besar dari impor.
Bagi Negara-Negara Home Country adalah :
a. Keuntungan dalam neraca pembayaran karena adanya arus
masuk pendapatan dari luar negeri.
b. Terburuknya peluang ekspor pada saat anak perusahaan MNE
(Multi National Enterprise) di luar negeri menciptakan demand,
baik dalam bentuk capital equipment, produk komplementer dan
sebagainya.
c. Keahlian berharga yang mungkin diperoleh dari Negara lain.
Perusahaan Multi National Enterprise (MNE) adalah merupakan
suatu instrumen dominal imperialis. Mereka melihat MNE
sebagai alat.
Dari manfaat-manfaat tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa bagi host country, FDI membawa dampak positif dalam
bentuk alih sumber daya, penciptaan lapangan pekerjaan serta
mengurangi defisit dalam neraca pembayaran. Tetapi host country
harus menanggung sejumlah biaya dengan adanya FDI yaitu
keluar dari suatu Negara) serta ancaman hilangnya independensi
ekonomi suatu Negara. Sedangkan bagi home country, dampak
positif FDI adalah arus masuk pendapatan bagi neraca pembayaran,
terciptanya peluang ekspor dan transfer sumber daya yang mungkin
diperoleh dari Negara lain. Biaya ditanggung home country dari
adanya FDI adalah berkurangnya lapangan kerja serta peningkatan
impor. (Rusdin, 2002: 33)
2.2.3. Pengertian Industri
Industri merupakan usaha produktif terutama dalam bidang
produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa–jasa
misalnya transportasi dan peralatan-peralatan yang berhubungan dengan
penggunaan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relative besar.
(Winardi, 1989 : 257).
Menurut Sukirno (1994:194) dalam pengertian umum,
pengertian industri pada hakekatnya mengandung arti yaitu :
“Perusahaan yang melakukan kegiatan dalam ekonomi yang
tergolong ke dalam sekunder, kegiatan seperti itu antara lain ialah pabrik
tekstil, pabrik perakitan atau pembuat mobil dan pabrik pembuatan
rokok dan sebagainya”. Pengertian tentang industri biasanya timbul
suatu gambaran mengenai suatu proses produksi yang tidak langsung
Sedangkan Industri menurut Dumairy (1997 : 227), industri
mempunyai dua arti pertama, industri dapat berarti himpunan
perusahaan–perusahaan sejenis. Dalam konteks ini disebutkan industri
kosmetika, misalnya, berarti himpunan perusahaan penghasilan
produk-produk kosmetik. Kedua, industri dapat menuju ke suatu sektor ekonomi
yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang menggelolah bahan
mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
Dari berbagai penjelasan mengenai definisi industri diatas
maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari
perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi yang
mengelola bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi agar menjadi barang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya dalam proses produksi.
2.2.3.1. Jenis – jenis Industri
Menurut departemen perindustrian, industri nasional
Indonesia dikelompokan kedalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Kelompok Industri besar
Yang meliputi dua sub kelompok, dimana sub kelompok pertama
adalah kelompok industri mesin dan logam dasar, seperti industri
elektronika kereta api, dan sebagainya. Sedangkan sub kelompok
kedua adalah kelompok industri kimia dasar, seperti industri
sebagainya.mempunyai dua misi yaitu untuk meningkatkan
pertumbuhan dan membantu penjualan setruktur industri, dan
bersifat padat modal. Teknologi maju, teruji serta bersifat tidak
padat karya.
2. Kelompok Industri Hilir
Yaitu kelompok industri yang meliputi antara lain : industri yang
mengolah sumber daya hutan dan lainya. Kelompok ini
mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan, memperluas kesempatan kerja dan tehnologi maju
teruji serta bersifat tidak padat karya.
3. Kelompok Industri kecil
Kelompok industri yang meliputi antara lain industri pangan
(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit
(tekstil, pakaian jadi, serta barang dan kulit) dan lain – lain.
Dengan misi pemerataan dan penggunakan tehnologi madya atau
sederhana serta bersifat padat karya.
Berkenaan dengan hal di atas, penggelolahan industri
berdasarkan hasil sensus industri tahun 2001 yang di terbitkan oleh
BPS (Badan pusat statistik), diklasifikasian ke dalam kelompak
perusahaan atau industri sebagai berikut :
A. Industri kecil, dengan mempekerjakan tenaga kerja 5 sampai
B. Industri sedang, dengan mempekerjakan tenaga kerja 20 sampai
dngan 99 orang dalam setiap industri.
C. Industri besar, dengan mempekerjakan tenaga kerja 100 orang
atau lebih dalam setiap industri (Arsyad 341-342).
2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Ekspor 2.2.4.1. Pengertian Ekspor
Menurut Triyoso (1984 : 210), pengertian ekspor
merupakan suatu kegiatan yang menyangkut produksi barang dan
jasa yang diproduksi di suatu batas negara tersebut.
Sedangkan ekspor menurut Nazarudin ( 1993 : 23 ), ekspor
adalah cara perdagangan luar negri yang lazim ditempuh antara
penjual dan pembeli, dimana kedua belah pihak merupakan
keuntungan lewat transaksi jual beli yang disepakati. Dan menurur
Amir (1999 : 23), ekspor adalah mengeluarkan barang – barang dari
peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negri sesuai
dengan ketentuan pemerintah dalam valuta asing.
Dari pengertian ekspor di atas dapat disimpulkan, bahwa
ekspor adalah suatu kegiatan yang menyangkut pengiriman barang
ke luar negri yang dapat mendorong devisa atau pembayaran dalam
bentuk mata uang atau valuta asing atas tagihan-tagihannya. Devisa
dijadikan atau dimasukkan sebagai cadangan modal negara yang
dianggap sebagai porsi GNP (Gross Product Nasional).
2.2.4.2. Timbulnya Ekspor
Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional
disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut :
1. Ekspor merupakan sumber devisa negara
2. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian
yang lain yang mengakibatkan kegiatan ekonomi di sektor lain
akan meningkat.
3. Adanya perhitungan keuntungan keuntungan komparatif
(Siswanto dan Priyanto : 104)
2.2.4.3. Faktor–Faktor Yang Dapat Meningkatkan Ekspor
Keadaan-Keadaan atau kejadian yang pada umumnya dapat
mengakibatkan ekspor, yaitu :
1. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat dunia.
2. Tingkat inflasi di dalam negeri lebih rendah dari pada tingkat
inflasi yang terjadi di negara-negara yang banyak mengimpor
barang-barang ekspor kita.
3. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam artian yang
ekspor dengan harga yang sama dapat menghasilkan keuntungan
yang lebih tinggi.
4. Kegagalan produksi di negara-negara penghasil produk yang
bersaing dengan produk ekspor kita di pasar dunia.
5. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang serasi disertai
dengan kebijakan peningkatan ekspor yang tepat.
6. Adanya peningkatan efisiensi produksi secara menyeluruh dalam
perekonomian negara pengekspor. (Soediyono, 2000 : 194)
2.2.5. Inflasi
2.2.5.1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat
penting dan ditemukan hampir di semua Negara, dapat juga diartikan
sebagai salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering kambuh dan
harus berupaya untuk dikendalikan. Inflasi dimaksudkan keadaan
dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga pada umumnya,
atau suatu keadaan dimana terjadinya turunnya nilai uang. Kemudian
menurut Boediono yang dimaksud dengan inflasi itu adalah
“Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan
secara terus-menerus”. (Boediono, 1993: 97).
Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang
penting untuk nilai keadaan perekonomian pada suatu periode waktu
waktu tertentu. Bila sebagian besar harga diukur oleh pemerintah,
maka harga-harga yang disubsidi pemerintah dan ditetapkan oleh
Badan Pusat Statistik adalah harga-harga resmi pemerintah tapi
mungkin dalam realita ada kecenderungan harga terus naik. Inflasi
yang ditutupi akan sering muncul jika pemerintah terus-menerus
mensubsidi harga-harga tertentu, misalnya harga BBM (Bahan Bakar
Minyak).
Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi
sebagai suatu kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal
tahun 1970-an mulai dipisahkan antara inflasi dan tingkat harga.
Suatu kenaikan dalam tingkat harga atau perubahan positif dimana
indeks harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan itu tidak
berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat
harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka
dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yang kontinyu ini
bisa terjadi pada saat-saat lebaran, natal atau hari-hari raya yang lain.
Kenaikan harga ini tidak dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.
Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga-harga
disebabkan oleh berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa
harga merupakan benturan antara kekuatan supply dan kekuatan
demand. Adanya perubahan harga karena adanya gangguan terhadap
keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut
2.2.5.2. Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam
penggolongan antara lain (Boediono, 2001: 156-159).
A. Penggolongan Inflasi Menurut Parahh Tidaknya Inflasi :
1. Inflasi Ringan : Adalah laju inflasi di bawah 10 % setahun
2. Inflasi Sedang : Adalah laju inflasi antara 10 % - 30 %
3. Inflasi Berat : Adalah laju inflasi antara 30 % - 100 %
4. Hiperinflasi : Adalah laju inflasi di atas 100 %
B. Penggolongan Inflasi Menurut Asal Dari Inflasi :
1. Inflasi yang berasal dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena adanya deficit anggaran
belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen
yang gagal dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari Luar Negeri (Imported Inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di
luar negeri atau kenaikan harga langganan berdagang,
kenaikan harga yang kita impor mengakibatkan adanya
kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagian dari
barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, selain
itu juga secara tidak langsung akan menaikkan indeks harga
melalui kenaikan biaya produksi atas bahan mentahnya yang
harus diimpor.
1. Inflasi Permintaan (Demand Full Inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan
akan barang-barang konsumsi oleh masyarakat.Karena
permintaan masyarakat (Agregat Demand) bertambah,
maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2
akibatnya tingkat kurva umum naik dari P1 ke P2.
Gambar 2.1 Demand Full Inflation
Sumber : Boediono, 1985, Moneter Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 5
Edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal : 163.
Peningkatan pendapatan agregat menyebabkan
permintaan meningkat. Perubahan ini ditunjukkan oleh
pergeseran ke kanan kurva permintaan dari D1 ke D2.
Pasar bergerak ke perpotongan baru dari penawaran dan
permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2
dan jumlah equilibrium barang meningkat dari Q1 ke Q2. P
Output Q2
Q1
D D
S
H H
2. Inflasi Penawaran (Cosh Push Inflation)
Adalah inflasi yang terjadi karena biaya produksi (Cost
Inflation).
Gambar 2.2 Cosh Push Inflation
S1 S2
D H3
H2
Output Q4 Q3
0
Sumber : Boediono, 1985, moneter syinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5
edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal 163.
Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga
barang. Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang
menguntungkan sehingga memilih memproduksi lebih
sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran
ke kiri kurva penawaran dari S1 ke S2. Pasar bergerak ke
perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga
equilibrium meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah
2.2.5.3. Pengendalian Inflasi
Jika perekonomian mengalami inflasi yang cukup tinggi,
jika pasar keuangan efisien, maka pasar akan memasukkan inflasi
yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan
pengendalian inflasi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam
aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya
sudah memasukkan inflasi yang diharapkan.
2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian akan
lebih baik jika menggunakan tingkat inflasi per sektor
perekonomian.
3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, missal karena
perubahan permintan dan penawaran yang akan mempengaruhi
aliran kas sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.
Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol Bank Indonesia
atas inflasi sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak
faktor. Oleh karena itu, Bank Indonesia selalu melakukan assessment
terhadap perkembangan perekonomian, khususnya terhadap
kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan moneter
didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Perlu disampaikan pula
kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan ekonomi makro
lainnya seperti kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor riil.
Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar lembaga lintas
sektoral sangatlah penting dalam menangani masalah inflasi ini.
Sasaran akhir kebijakan moneter BI di masa depan pada dasarnya
lebih diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan inflasi sebagai
sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan
terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral
yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian
inflasi. Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah :
1. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi,
kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variable riil,
seperti pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran.
2. Pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya
sasaran makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat
kapasitas penuh (full employment) dan penyediaan lapangan kerja
yang seluas- luasnya.
3. Yang terpenting, penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan
akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor berbagai
Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran
inflasi yang rendah adalah:
a. Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi
kebijakan moneter.
b. Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.
c. Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan
inflasi.
d. Memformulasikan respon kebijakan moneter.
Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh dari
indeks harga konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi
inti (core atau underlying inflation) sebagai sasaran operasional.
2.2.5.4. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi
Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi
hal-hal seperti distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi
nasional, ketika pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
(Nopirin, 1987: 32-33):
1. Pengaruh Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada
pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang
dirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per
tahunnya, yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan
yang terjadi. Sedangkan golongan yang diuntungkan adalah yang
memperoleh pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari
laju inflasi yang terjadi.
2. Pengaruh Terhadap Alokasi Faktor-Faktor Produksi (Efficiency
Effect)
Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap
berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan dalam
produksi berbagai barang-barang tertentu, sehingga adanya
inflasi maka permintaan akan barang-barang tertentu mengalami
kenaikan yang lebih besar dari barang lainnya yang pada
kelanjutannya akan mendorong kenaikan produksi barang-barang
tersebut dengan akibat akan mempengaruhi pola alokasi dari
faktor-faktor produksi yang ada dan menjadi tidak efisiensi lagi.
3. Pengaruh Inflasi Produksi Nasional (Output Effect)
Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan
timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih
besar dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh
perusahaan akan naik yang dapat mengakibatkan kenaikan
produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat
mengakibatkan sebaliknya.
Yang dimaksud dengan inflasi itu adalah “Kecenderungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus”.
Negara maka kegiatan daya beli masyarakatnya akan mengalami
peningkatan karena selalu diiringi dengan turunnya harga-harga
barang dan jasa di dalam Negeri sehingga membuat investor swasta
tertarik untuk menanamkan modalnya. (Budiono, 2001 : 155).
2.2.6. Kurs Valuta Asing
2.2.6.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Pengertian kurs valas beraneka ragam, diantaranya :
1. Kurs Valuta asing yaitu harga mata uang Negara asing dalam
satuan mata uang domestik.(Samuelson, 1997 : 450).
2. Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency
diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya
yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi
ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan
kurs resmi pada bank sentral. (Hady, 2001: 15).
3. Kurs valuta asing adalah pertikaian semacam harga di dalam
pertukaran barang. ( Nopirin, 1990:137 ).
4. Kurs valuta asing adalah nila rupiah yang dinyatakan dalam nilai
mata uang asing tetapi karena nilai rupiah sangat rendah maka
sering di nyatakan dengan setiap satu unit mata uang asing
berapa nilainya dalam rupiah. ( Suparmoko, 2000:368 ).
5. Kurs valuta asing adalah nilai tukar yang di pakai untuk transaksi
negara. Nilai ekspor ini dapat berubah-ubah sesuai kondisi dari
waktu ke waktu yang di sebabkan oleh berbagai faktor seperti
faktor ekonomi dan politik. ( Kasmir, 2002:228 ).
Dari berbagai pengertian kurs valas dapat disimpulkan adalah
suatu alat pembayaran asing yang yang di pakai oleh suatu
negara pada saat melakukan transaksi perdagangan internasional
dengan negara lain untuk lebih mempermudah dalam transaksi.
Sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk
mentransfer daya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan
luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi pembatasan
resiko (hedging) valuta asing.
2.2.6.2. Keseimbangan Kurs Mata Uang Asing
Pada umumnya, kurs mata uang asing di tentukan oleh
perpotongan dari kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari
mata uang asing. Permintaan untuk mata uang asing timbul terutama
selama mengimpor barang-barang dan jasa-jasa dari luar negeri dan
Gambar 2.3 Keseimbangan Kurs Valas
Sumber : Salvatore, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit Erlangga,
Jakarta Hal 72
Dari gambar 2.3 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kurva menunjukan pasar mata uang asing pound dari sudut
pandang Amerika Serikat, dalam dua model negara yang di
sederhanakan, perpotongan kurva permintaan dan penawaran pasar
menentukan keseimbangan kurs pertukaran sebesar $2.00 = £1 dan
keseimbangan jumlah pound yang diminta dan di tawarkan pertahun
adalah £6 milyar. £6 miring secara negatif karena pada R’s yang
lebih rendah, di mana inggris menjadi tempat yang lebih murah
untuk membeli dan menanam modal dan dengan demikian penduduk
Amerika Serikat meningkatkan permintaanya atas jumlah pound
yang lebih besar. Di lain pihak S£ biasanya miring secara positif
Serikat dan sebagai akibatnya mereka lebih sedikit membelanjakan
poundnya di Amerika Serikat.
2.2.6.3. Permintaan Terhadap Valuta Asing
1. Permintaan terhadap valuta asing timbul bila penduduk suatu
negara membutuhkan barang dan jasa yang di produksi oleh
negara lain. Dengan perkataan lain, permintaan valuta asing akan
meningkat bila import juga meningkat.
2. Faktor ysng mempengaruhi permintaan valas adalah harga mata
uang asing tersebut (nilai tukarnya), tingkat pendapatan, tingkat
bunga relative, selera, ekspetasi dan kebijakan pemerintah.
3. Bila nilai tukar murah permintaan terhadap valas akan
meningkat, tetapi selama yang berubah hanyalah nilai tukar yang
terjadi adalah pergeseran di sepanjang kurva permintaan,
(Manurung, 2004 : 85).
2.2.6.4. Sistem Kurs Valuta Asing
Sifat Kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar.
Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas
di pasar, maka kurva valuta asing akan berubah–ubah sesuai dengan
Sistem kurs valuta asing terdiri dari 3 sistem, diantaranya :
1. Sistem Kurs Valas Berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung
beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
valas. Permintaan valas diturunkan dari transaksi debit dalam
neraca pembayaran internasional sedangkan penawaran valas
berasal dari eksportir yakni berasal dari transaksi kredit neraca
pembayaran. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi
kredit lebih besar dari transaksi debit (surplus neraca
pembayaran), sebaliknya dikatakan “lemah” apabila neraca
pembayaran dikatakan deficit. Faktor-faktor yang berasal dari
dalam maupun luar negeri termasuk harga, pendapatan, dan
tingkat suku bunga akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas.
Kurva 2.4 Sistem Kurs Valas yang berubah-ubah
Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit BPFE-UGM
Dari gambar 2.4 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pergerakan dalam suatu kurva menujukkan bahwa kenaikan atau
penurunan kurva akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan
jumlah valas yang diminta, sedangkan pergeseran kurva permintaan
dari D0 ke D1 disebabkan oleh kenaikan pengeluarn pemerintah.
Kenaikan jumlah uang yang beredar, selera masyarakat yang
bergeser dari barang buatan dalam negeri ke barang-barang import
atau aliran modal ke luar negeri sebagai akibat kepanikan yang
terjadi di dalam negeri.
2. Sistem Kurs Valas Stabil
Kurs stabil bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi
dan stabil, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang
diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang
mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan
kekal. Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :
a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas
yang jarang.
b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer
melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga, dan
pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan
c. Kurs yang stabil dipertahankan melalui intervensi
pemerintah, dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan
jelas. (Jamli, 1993 : 191)
Pada dasarnya kurs stabil dapat timbul secara :
A. Aktif, yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan
stabilitas kurs.
B. Pasif, yaitu didalam suatu negara yang menggunakan sistem
standard emas.
Kurva 2.5 Sistem Kurs Valas yang Stabil
Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit BPFE-UGM
Yogyakarta Hal 150.
Dari gambar 2.5 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalnya, pemerintah indonesia menghendaki supaya kurs
misalnya harga minyak ekspor mengalami kenaikan, sehingga
penawaran valuta asing bergeser ke kanan dari S1 ke S2, jika
permintaan tetap pada D1 kurs US$ cenderung turun menjadi US$ 1
= Rp 600,00 untuk mencegah penurunan ini pemerintah membeli
dolar di pasar bebas. Pembelian ini akan mengakibatkan permintaan
naik yang ditunjukkan dengan pergeseran kurva permintaan ke atas
dari D1 ke D2, tindakan ini akan terus dilanjutkan pada kurs kembali
pada tingkat USS 1 = Rp 620,00.
3. Sistem Pengawasan Devisa
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi
valuta asing, tujuannya adalah untuk adanya aliran modal keluar
dan melindungi depresi dari negara lain, terutama dalam hal ini
negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing
dibandingkan dengan permintaannya. Menghadapi valuta asing
yang relative sedikit dibandingkan dengan permintaannya,
pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaannya,
yaitu untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan program
pemerintah. Sistem kurs valas dalam pengawasan devisa ini
Gambar 2.6 Kurva Pengawasan Devisa
Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit BPFE-UGM
Yogyakarta Hal 150.
Dari gambar 2.6 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Apabila pasar valas adalah bebes, maka kurs akan terjadi
adalah UU$ = Rp678,00 jumlah yang di tawarkan sama dengan
jumlah yang diterima (OE), sedangkan pada kurs US$1 = Rp600,00
jumlah yang di minta (OE), dan jumlah yang tersedia adalah (OG),
dalam hal ini pemerintah perlu mengalokasikan jumlah yang tersedia
ini dengan menggunakan kurs yang di tetapkan bisa satu (Single
2.2.6.5. Faktor–Faktor Yang Memiliki Pengaruh Besar atas Perubahan Nilai Valuta Asing
Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh
mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai
pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran yaitu:
1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat, perubahan ini akan
mempengaruhi permintaan apabila penduduk suatu negara
semakin lebih menyukai barang-barang dari suatu negara lain
maka permintaan atas mata uang negara lain tersebut akan
bertambah.
2. Perubahan harga dari barang eksport, apabila harga dari
barang-barang eksport mengalami perubahan ini akan mempengaruhi
permintaan atas barang eksport tersebut, kenaikan harga
barang-barang eksport akan mengurangi permintaan atas barang-barang tersebut
di luar negeri.
3. Kenaikan harga umum (Inflasi), berlakunya keadaan demikian di
suatu negara dapat menurunkan nilai mata uang di lain pihak
kenaikan harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu
semakin banyak mengimport dari negara lain.
4. Perubahan dalam tingkat bunga dan pengembalian investasi,
tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat
dan jangka pendek, tingkat pendapatan investasi yang lebih
menarik akan mendorong pemasukan modal negara tersebut.
5. Perkembangan ekonomi, bentuk dari pengaruh perkembangan
ekonomi kepada kurs valas tergantung pada corak perkembangan
ekonomi ini. Apabila disebabkan oleh perkembangan sektor
eksport, penawaran atas mata uang asing terus menerus
bertambah, dalam keadaan seperti itu perkembangan ekonomi
akan meninggikan nilai mata uang tersebut. (Salvatore. 1990:80)
2.2.6.6. Jenis–Jenis Transaksi Valuta Asing
Ada 3 macam jenis transaksi yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Transaksi Spot (Spot Transaction)
a. Value Today
Dimana penyerahan dilakukan pada tanggal (hari) yang sama
dengan tanggal (hari) dilakukannya transaksi.
b. Value Tomorrow
Penyerahan dilakukan pada hari kerja berikutnya atau disebut
one day settlement.
c. Value Spot
Penyerahan dilakukan 2 hari kerja setelah transaksi.
2. Transaksi Tunggak (Forward Transaction)
Penyerahan yang dilakukan beberapa hari mendatang, baik secara