• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI) SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI) SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Diajukan Oleh :

DWI ISTI NINGSIH

0611010027 / FE / IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

hikmat-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhhi Investasi Asing Langsung

(FDI) Sektor Industri Di Jawa Timur” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan ekonomi pembangunan Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sejak tahap awal hingga

penyelesaian Sekripsi ini, penulis menerima banyak sekali bantuan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada

kesempatan yang baik ini ingin disampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya

dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsahuddin Nur SE, MM. Selaku Dekan Falkutas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Marseto Donosaputro, MSi Selaku ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. H. M Taufiq, MM selaku dosen pembimbing utama yang telah

(3)

arahan pada judul skripsi saya.

7. Ayah dan ibu saya tercinta selalu memberi motivasi spiritual dan material

serta doa-doanya sehingga semua yang dikerjakan dapat berjalan lancar.

8. Bapak dan ibu Penguji yang dengan bijak memberi masukan-masukan atas

Skripsi yang sudah dibuat sehingga tercipta skripsi yang baik.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan pahala dan barokah yang

setimpal kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan

ataupun nasehat-nasehat.

Saya menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dalam pengelolahan data maupun dalam teknik penyusunan

laporan skripsi dikarenakan pengetahuan dan kemampuan penulis masih kurang.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan tugas skripsi yang lain dimasa mendatang dan dapat ikut

menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi.

Surabaya, April 2010

(4)

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAK ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 7

2.2. Landasan Teori... 13

2.2.1. Investasi ... 13

2.2.1.1. Pengertian Investasi ... 13

2.2.1.2. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi ... 15

2.2.1.3. Fungsi Investasi... 16

2.2.1.4. Cara Pembagian Investasi ... 17

2.2.1.5. Teori Portofolio... 18

2.2.1.6. Tujuan Investor ... 21

2.2.2. Foreign Direct Investment (FDI) ... 22

2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Invesment (FDI) ... 22

(5)

2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Ekspor... 29

2.2.4.1. Pengertian Ekspor ... 29

2.2.4.2. Timbulnya Ekspor... 30

2.2.4.3. Faktor-Faktor yang dapat Meningkatkan Ekspor... 30

2.2.5. Inflasi ... 31

2.2.5.1. Pengertian Inflasi ... 31

2.2.5.2. Jenis Inflasi ... 33

2.2.5.3. Pengendalian Inflasi ... 36

2.2.5.4. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi... 38

2.2.6. Kurs Valuta Asing... 40

2.2.6.1. Pengertian Kurs Valuta Asing... 40

2.2.6.2. Keseimbangan Kurs Mata Uang Asing... 41

2.2.6.3. Permintaan Terhadap Valuta Asing ... 43

2.2.6.4. Sistem Kurs Valuta Asing... 43

2.2.6.5. Faktor-Faktor yang Memiliki Pengaruh Besar atas Perubahan Nilai Valuta Asing ... 49

2.2.6.6. Jenis-Jenis Transaksi Valuta Asing... 50

2.2.6.7. Pengaruh Kurs Valuta Asing Terhadap Investasi ... 51

2.2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 51

2.2.7.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 51

2.2.7.2. Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 54

2.2.7.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita ... 56

2.2.7.4. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Investasi ... 57

2.3. Kerangka Pikir ... 58

(6)

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 62

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 62

3.3.1. Jenis Data ... 62

3.3.2. Sumber Data... 62

3.3.3. Pengumpulan Data ... 63

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 63

3.4.1. Teknik Analisa Linier Berganda dengan Asumsi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimated)... 63

3.4.2. Uji Hipotesa ... 68

BAB IV ... 73

HASIL DAN PEMBAHASAN... 73

4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 73

4.1.1. Letak Geografis... 73

4.1.2. Luas Wilayah ... 74

4.1.3. Kekayaan Alam... 74

4.1.4. Kependudukan ... 75

4.1.5. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur... 77

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

4.2.1. Perkembangan FDI Sektor Industri di Jawa Timur... 78

4.2.2. Perkembangan Inflasi di Jawa Timur... 79

4.2.3. Perkembangan Kurs Valuta Asing di Jawa Timur... 80

4.2.4. Perkembangan PDRB di Jawa Timur ... 81

4.2.5. Perkembangan Nilai Ekspor di Jawa Timur... 83

4.3. Analisis dan Hasil Uji Hipotesis ... 84

(7)

BAB V... 100

KESIMPULAN DAN SARAN... 100

5.1. Kesimpulan ... 100

5.2. Saran... 102

(8)

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan Program SPSS 13.0

(Statistical Program For Social Science)

Lampiran 3. Coefficients dan Correlations

Lampiran 4. Tabel Pengujian

Lampiran 5. Tabel Pengujian Nilai t

(9)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI

ASING LANGSUNG (FDI) SEKTOR INDUSTRI

DI JAWA TIMUR.

Dwi Isti Ningsih

abstraksi

Sebagai negara berkembang indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dan negara – negara maju, baik di kawasan regional maupun global. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah penanaman modal asing langsung ( Foreign Direct Investment / FDI ) penanaman modal (Investasi) baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, perlu terus di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam pembangunan. (Anonim, 2005).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi (X1), Kurs Valuta Asing (X2), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X3), Ekspor (X4), FDI Sektor Industri (Y). Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1994 sampai dengan 2008, data tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan analisis linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwahsanya Inflsi (X1), Kurs Valuta Asing (X2), PDRB (X3), Ekspor (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap investasi FDI Sektor Industri (Y). Ditunjukan dengan Fhitung = 6,965 > Ftabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi (hipotesis alternatif) diterima, secara simultan terhadap investasi asing langsung (FDI) sektor industri di jawa timur. Secara parsial Inflsi (X1) tidak signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial Kurs Valuta Asing (X2) signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial PDRB (X3) tidak signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial Ekspor (X4) signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur.

(10)

1.1 Latar Belakang

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan

sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan

kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengelolanya, Selain itu

ditentukan pula adanya dorongan untuk mengadakan investasi atas dana yang

diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan

itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Penanaman

modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi

semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan

pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi

rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak atau lesunya

perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara

senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang

dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga

investor asing. (Dumairy,1997 : 132)

Investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman

kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar

modalnya dimiliki oleh penduduk dari Negara yang melakukan investasi

(investing country). FDI dapat terjadi apabila perusahaan melakukan investasi

(11)

yang lalu menunjukkan adanya peningkatan flow dan stock FDI dalam

perekonomian dunia. Terjadinya peningkatan FDI banyak disebabkan oleh adanya

perubahan politik dan ekonomi di Negara-Negara sedang berkembang.

Globalisasi perekonomian dunia, merupakan fenomena yang juga mempunyai

pengaruh positif terhadap volume FDI. Seperangkat teori mencoba menjelaskan

mengapa perusahaan akan menguntungkan dengan melakukan investasi langsung

dalam arti memasuki pasar luar negeri apabila terdapat dua alternatif lainnya,

yaitu mengekspor dan melakukan lisensi. Ketidakstabilan sistem moneter

akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian Indonesia, peran aktif

pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat

Indonesia, mengingat bahwa moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar

terhadap pelaksanaan pembangunan. Dalam pengambilan kebijakan moneter,

diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta dapat

mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi, tingkat ekspor, serta terpeliharanya

keseimbangan neraca perdagangan.(Rusdin, 2002 : 2-10)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup

besar untuk melaksanakan pembangunan yang besar. Kebutuhan dana yang besar

tersebut terjadi karena upaya untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara

maju, baik dikawasan regional maupun kawasan global. Disamping menggali

(12)

Kesempatan dalam berinvestasi di Indonesia semakin terbuka, terutama

bagi penanaman modal asing. Keterbukaan ini sejalan dengan era perdagangan

besar yang dihadapi penanaman modal asing didorong bagi kegiatan ekspor dan

kegiatan yang belum dapat dilakukan oleh modal dan tekhnologi dalam negeri.

Kesadaran akan perlunya penanaman modal asing didasarkan atas harapan akan

dapat memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif

masyarakat serta memperluas lapangan kerja serta kesempatan

kerja.(Anonim,2005 : 7)

Jadi investasi yang semakin besar jumlahnya akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula. Masyarakat dan dunia

mempunyai penanaman keuangan bank dan non bank yang berkaitan dengan

penghimpunan dana masyarakat maupun penetapan tingkat suku bungamenjadi

semakin penting. Selain ini tidak dapat dilepaskan pula kaitan kondisi ekonomi

makro, seperti yang ditunjukkan indikator-indikator ekonomi makro. Seperti

tercemin dari informasi angka-angka dalam produk domestic regional bruto

(PDRB) serta peningkatan investasi dalam teknologi dapat mendorong

peningkatan saldo neraca pembayaran Indonesia, Karena itu upaya-upaya yang

dilakukan masyarakat dan dunia usaha dalam hal ini investor asing dan

pemerintah menggerakkan perekonomian tidak dapat dilepaskan dari hal tersebut.

(13)

US$ 83.945,6 juta. Angka–angka ini adalah data investasi di luar sektor migas

dan lembaga keuangan. (Dumairy 1997 : 133). Sedangkan bila dilihat dari

perkembangan investasi penanaman modal asing langsung (FDI) sektor industri

pada tahun 2004 sampai dengan 2008, secara kumulatif pada tahun 2004 adalah

jumlah proyek baru yang disetujui berjumlah 27 buah dengan investasi senilai

US$ 188.471, pada tahun 2005 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah

proyek baru yang disetujui berjumlah 33 buah dengan investasi senilai US$

371.208. Pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah

proyek baru yang disetujui berjumlah 31 buah dengan investasi senilai US$

369.998. Pada tahun 2007 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah

proyek baru yang disetujui berjumlah 46 buah dengan investasi senilai US$

730.462. Pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : FDI sektor industri jumlah

proyek baru yang disetujui berjumlah 40 buah dengan investasi senilai US$

885.670.

Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka perlu diadakan penelitian tentang

pengaruh inflsai, kurs valuta asing, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan

Ekspor terhadap investasi asing langsung (FDI) pada sektor industri di Provinsi

(14)

dirumuskan beberapa permasalahan :

A. Apakah inflasi, kurs valuta asing, PDRB, dan ekspor berpengaruh terhadap

investasi asing langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur.?

B. Manakah dari 4 variabel tersebut yang paling dominan terhadap investasi

asing langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan di capai adalah sebagai berikut :

A. Untuk mengetahui apakah inflasi, kurs valuta asing, PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto), dan ekspor berpengaruh terhadap investasi asing

langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur.

B. Untuk mengetahui faktor–faktor manakah dari 4 variabel (inflasi, kurs

valuta asing, PDRB, ekspor) yang paling dominan terhadap investasi asing

langsung (FDI) sektor industri di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang terdapat manfaat penelitian adalah sebagai

berikut :

A. Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui pengaruh dari inflasi, kurs

(15)

B. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan faktor-faktor investasi asing langsung (FDI) sektor industri di Jawa

Timur.

C. Sebagai bahan informasi untuk semua pihak yang berkepentingan penetapan

atau pelaksanaan kebijakan peningkatan Penanaman Modal Asing Langsung

(Foreign Direct Investment atau FDI) sektor industri di Jawa Timur.

D. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan

fakultas ekonomi UPN “veteran” Jawa Timur tentang Investasi Asing

(16)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai Penanaman Modal Asing Langsung

atau Foreign Direct Investment (FDI), yang pernah dilakukan oleh pihak

lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan, dan bahan yang berkaitan

dengan penelitian ini telah dilakukan oleh :

1. Dinda Putri Maharani (2005 : 66) dengan judul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi Investasiasing (PMA & PMDN) di

Indonesia”.bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian

secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara

variabel IHSG (X1), tingkat inflasi (X2), PDB (X3), berpengaruh nyata

terhadap investasi di Indonesia (Y), didapat Fhitung sebesar 3,976 > Ftabel

sebesar 3,95 dari uji parsial didapat hasil thitung sebesar 0,026 < ttabel

sebesar 2,201, sehingga variabel IHSG (X1) tidak berpengaruh secara

nyata terhadap investasi di Indonesia (Y). Hal ini disebabkan karena

IHSG tidak diperuntukkan dalam penentuan besar kecilnya nilai

investasi di Indonesia tapi IHSG merupakan alat untuk mengetahui

animo saham di BES. Sedangkan untuk tingkat inflasi (X2) berpengaruh

secara nyata terhadap investasi (Y) didapat hasil thitung sebesar –2,215 <

(17)

hitung sebesar 2,775 >

ttabel sebesar 2,201.

2. Siti Mastija (2005 : 90) dengan judul “Analisis faktor yang mempengaruhi investasi di Jawa Timur” dapat ditarik kesimpulan dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel PDRB,

inflasi, tingkat suku bunga, dan ekspor total berpengaruh nyata terhadap

investasi di Jawa Timur yaitu dengan uji F dimana Fhitung = 83,628 >

Ftabel 3,48. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel PDRB

berpengaruh nyata terhadap investasi di Jawa Timur dengan thitung 2, 484

> ttabel 2,228, hal ini dikarenakan apabila PDRB mengalami kenaikan

akan memberikan rangsangan pada investor, karena permintaan produk

meningkat sehingga keuntungan meningkat. Variabel inflasi tidak

berpengaruh nyata terhadap investasi di Jawa Timur dengan thitung 1,527

< ttabel 2,228, karena walaupun terjadi inflasi pengusaha tetap

membutuhkan modal untuk menambah produksinya disebabkan

keuntungan besar. Variabel tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh

nyata terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung 1,758 < ttabel 2,228,

hal ini disebabkan walaupun tingkat suku bunga kredit naik tidak

mempengaruhi kemampuan untuk berinvestasi karena tetap

membutuhkan dana untuk berproduksi disebabkan permintaan produksi

besar sehingga keuntungan akan besar. Variabel total ekspor

berpengaruh nyata terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung 2,521 >

(18)

tidak langsung akan meningkatkan devisa suatu negara. Kondisi

demikian akan mendorong beberapa investor untuk berinvestasi.

3. Dian Melisa Kusumaningtyas (2005:154) dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat investasi swasta (PMA & PMDN) di

Jawa Timur” bahwa dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu

secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara

variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto (X1), Tingkat Suku

Bunga (X2), Tingkat Inflasi (X3), dan kurs valuta asing (X4) terhadap

variabel terikat investasi Swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y).

Hal ini diketahui dari uji –F yaitu diperoleh F hitung = 5,445 > Ftabel =

3,11, sedangkan secara parsial, variabel Produk Domestik Regional

bruto (X1) berpengaruh secara nyata terhadap investasi swasta (PMA &

PMDN) di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji –t dimana t hitung =

3,100 > t tabel = 2,145, variabel tingkat suku bunga (X2) tidak

berpengaruh nyata terhadap investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa

Timur (Y) dimana t hitung = -1,075 < t tabel = 2,145 hal tersebut

dikarenakan adanya harapan keadaan perekonomian dimasa datang akan

lebih baik disamping itu keputusan untuk berinvestasi juga dipengaruhi

oleh perubahan dan perkembangan teknologi dan pendapatan nasional.

Tingkat Inflasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi swasta

(PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji –t dimana

t hitung = 0,857 <t tabel = 2,145. Hal tersebut dikarenakan adanya motif

(19)

memperhatikan kenaikan harga-harga karena tidak semua harga-harga

naik. Keputusan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

ekonomi saja, dan kurs valuta asing (X4) berpengaruh nyata terhadap

investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dimana hasil t hitung

= -2,783 < -t tabel = -2,145.

4. Bobby Firmansyah (2005/62) dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi, Inflasi, dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi

di Jawa Timur” bahwa dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu secara

simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel

bebas : Investasi (X1), Inflasi (X2), dan jumlah penduduk (X3) secara

simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur

(Y). Hal ini diketahui dari uji –F yaitu Fhitung = 28,473 > Ftabel = 3,86,

sedangkan secara parsial, variabel invest tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji t

dimana thitung ssebesar 1,159 < ttabel sebesar 2,262, variabel bahwa

inflasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa

Timur (Y) dimana thitung sebesar –7,111 > ttabel sebesar –2,262, dan

variabel jumlah penduduk berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

di Jawa Timur (Y) dimana thitung sebesar –2, 842 > ttabel sebesar

2,262.

5. Yanu Raditia Kusuma (2005 : 76) dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi investasi (PMDN) di Jawa Timur”, dapat ditarik

(20)

rupiah dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap investasi

(PMDN) di Jawa Timur. Pernyataan ini didasarkan pada nilai Fhitung =

7,422 > dari Ftabel = 3,587 dengan besarnya pengaruh yang dijelaskan

oleh R2 = 0,669, yakni bahwa seluruh variabel dalam penelitian

berpengaruh secara bersama-sama terhadap investasi (PMDN) sebesar

66,90 %, sedangkan sisanya sebesar 33,10 % dijelaskan oleh variabel

lain diluar penelitian. Dari pengujian hipotesis dengan uji t (parsial) di

peroleh hasil bahwa variabel PDRB (thitung = - 3,914 > ttabel = -2,201)

dan kurs ISD terhadap rupiah (thitung = -4,372 > ttabel = - 2,201)

berpengaruh terhadap investasi (PMDN) di Jawa Timur, sedangkan

variabel tingkat inflasi (thitung = 0,497  ttabel = 2,201) tidak

berpengaruh terhadap investasi (PMDN) di Jawa Timur. Dari hasil

penelitian dapat terlihat bahwa gejolak perubahan kurs maupun tingkat

inflasi tidak menurunkan minat investor dalam berinvestasi di Jawa

Timur, sehingga kegiatan investasi (PMDN) di Jawa Timur tidak

terlepas dari peran aktif Pemerintah Daerah di Jawa Timur dalam

mendorong kemajuan iklim investasi.

6. Agung Nusantara dan Enny Puji Astutik, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis,2001) yang berjudul “Analisis Peranan Modal Asing Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi”. Menyatakan bahwa untuk hasil analisis

diperoleh bahwa variabel utang luar negeri (AID), penanaman modal

asing (FDI) dan tabungan domestik (S) mempunyai hubungan yang

(21)

menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai t-hitung yang

lebih besar daripada t-tabel derajat signifikan 0,025% yaitu ( ± 0,201).

Dari nilai tersebut kita tidak bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau

variabel utang luar negeri, penanaman modal asing dan tabungan

domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

7. Sarwedi, (Jurnal Staf Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Negeri Jember). Yang berjudul “Investasi Asing Langsung di Indonesia dan

Faktor Yang mempengaruhinya“ menyatakan tentang faktor – faktor

yang mempengaruhi FDI yang dianggap tetap seperti variabel makro

ekonomi yaitu pendapatan nasional, pendapatan ekonomi dan inflasi.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

karakteristik dalam negeri suatu negara yang akan dikombinasikan

dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan

perhitungan kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square = OLS).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, Growth,

Wage dan Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI sedangkan

variabel ekonomi yaitu stabilitas ekonomi mempunyai hubungan negatif

(22)

2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. Investasi

2.2.1.1. Pengertian Investasi

Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan

penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang–barang

modal dan perlengkapan–perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang–barang dan jasa–jasa yang

tersedia dalam perusahaan.

Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai

penanaman modal yang dilakukan satu tahun tertentu yang

digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanaman

modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan yang sebagai

berikut:

A. Pembelanjaan berbagai jenis barang modal, yaitu mesin – mesin

dan peralatan produksi lainnya untuk berbagai jenis industri dan

perusahaan.

B. Pembelanjaan untuk membangun rumah tinggal, bangunan

kantor atau bangunan–bangunan lainnya.

C. Pertumbuhan nilai stok barang–barang yang belum terjual bahan

mentah dan barang–barang yang masih dalam proses produksi

pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional(Soekirno,

(23)

Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah

dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan

dimasa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Financial Assets

Dilakukan di pasar uang, misalnya : berupa sertifikat deposito,

commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya atau

dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, iuran,

opsi dan lainnya.

2. Real Assets

Diwujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif, penelitian

pabrik, pembukuan pertambangan, pembukuan perkebunan dan

lainnya (Halim, 2003 : 2).

Pengartian Investasi dari kedua pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa Investasi atau penanaman modal itu merupakan

penanaman modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas

sistem produksi atau peningkatan kapasitas asset dengan harapan

modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar–

besarnya dimasa mendatang.

Datar Investasi Negatif yang isinya adalah membatasi

kepemilikan modal asing di indonesia (Boediono, 2007 : 134). Daftar

investasi negatif sektor industri di jawa timur contohnya yaitu :

1. Industri Rokok

(24)

2.2.1.3. Faktor – Faktor yang menentukan Investasi.

Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha

menggunakan uangnya membeli barang – barang modal maka

pembelanjaan itu dinamakan investasi akan tetapi berhasil tidaknya

pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan

di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan, yaitu :

a. Ramalan Mengenai Keadaan Ekonomi di Masa Depan.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang

barang–barang modal baru dinamakan kegiatan memakan waktu.

Dan, apabila investasi telah selesai dilaksanakan (pada waktu

industri / perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau

jasa yang menjadi hasil produksinya) maka pemilik modal akan

melakukan kegiatan terus selama beberapa waktu.

b. Perubahan dan Perkembangan Tekhnologi.

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan

pengeluaran terhadap kegiatan industri, maka semakin banyak

pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha.

c. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perubahan–Perubahannya.

Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara

pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling

berkaitan dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk

(25)

d. Keuntungan yang Dicapai oleh Perusahaan

Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan

menggunakan tabungan atau modal kas, maka perusahaan yang

dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar

untuk jangka waktu berikutnya.

e. Tingkat Bunga.

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan

memberikan keuntungan para pengusaha dan dapat dilaksanakan

para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk

menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari

penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto (tetapi

sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang

diperoleh lebih besar dari tingkat bunga (Soekirno, 2002 : 109).

2.2.1.4. Fungsi Investasi

Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Sejajar dengan sumbu datar

2. Bentuk nilai ke atas ke sebelah kanan (yang berarti semakin

tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi).

Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar

dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin

(26)

terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan

bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.

Investasi otonomi adalah pembentukan modal yang tidak

dipengaruhi pendapatan nasional. Dengan kata lain tinggi rendahnya

pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang

dilakukan oleh perusahaan–perusahaan atau setiap daerah.

2.2.1.4. Cara Pembagian Investasi

Cara pembagian investasi menurut jenisnya :

a. Autonomous investment dan Induced invesment

Autonomous invesment (investasi otonom) adalah investasi yang

besar kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat

berubah oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan.

Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan

sebagainya. Induced investment (investasi terimbas) adalah

bersebelahan dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi

oleh tingkat pendapatan.

b. Public investment dan Private investment

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang

dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah

pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua,

kecamatan, maupun desa. Private investment adalah investasi

(27)

c. Domestic investment dan Foreign investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri.

Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.

d. Gross investment dan Net investment

Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi

yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau

investasi yang dilakukan pada suatu Negara (daerah tertentu)

pada atau selama suatu periode tertentu.

e. Net investment (investasi netto) adalah selisih antara investasi

bruto dengan penyusutan. (Rosyidi, 2003 : 169-172).

2.2.1.5. Teori Portofolio

Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi

beberapa aktiva investasi dan dipegang Investor, baik perorangan

maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut berupa aktiva riil,

aktiva financial ataupun keduanya.

Harry M. Morkowitz, Seorang yang pertama kali

mengembangkan teori pemilihan portofolio menyatakan bahwa

sebagian besar investor termasuk dalam risk arverter (menghindari

resiko). Hal ini berarti bahwa investor akan selalu berusaha untuk

dapat menghindari resiko. Untuk menghindarinya, maka investor

mencoba untuk melakukan diversivikasi investasi (Pandji, 2001 :

(28)

Dalam portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko

Investasi yang terdiri dari 2 komponen, yaitu :

1. Resiko tidak sistematik (Unsystematic Ris)

2. Resiko sistematik (Systematic Ris)

Resiko tidak sistematik merupakan resiko yang terkait

dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari

(Avoidable) dan diperkecil melalui diversifikasi (Diversifiable),

sedangkan resiko sistematik merupakan resiko pasar yang bersifat

umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang

bersangkutan. Resiko ini tidak dapat dihindari oleh investor melalui

diversifikasi sekalipun (Sunariyah, 2000 : 180).

Teori pemilihan portofolio oleh Harry M. Mokowitz

dengan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Seorang Investor mempunyai sejumlah uang tertentu.

2. Sejumlah uang tersebut di investasikan untuk jangka waktu

tertentu, yang disebut Holding Period.

3. Pada akhir masa tertentu (Holding Period) investor akan menjual

sahamnya.

4. Investor akan selalu mencoba menghindari resiko (Risk Averse)

5. Untuk menghindari resiko, Investor mencoba melakukan

diversifikasi Investasinya.

6. Investor menjumpai beberapa portofolio engan harga yang sudah

(29)

mereka diantara berbagai portofolio untuk memaksimalkan hasil

yang diharapkan

7. Investor mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari

masing-masing portofolio.

8. Semua portofolio secara sempurna dapat dibagi.

9. Pemilihan untuk Investasi tidak tergantung pada Investor lain.

Asumsi tersebut diatas dapat dipakai sebagai dasar dalam

merumuskan kebijakan portofolio Investasi. Ini berarti apabila

asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka kesimpulan harus

diambil dengan hati-hati.(Sunariyah, 2000 : 18)

Untuk dapat melakukan kegiatan portofolio ini ada

beberapa langkah yang harus dilakukan agar resiko minimal dapat

dicapai. Salah satunya adalah langkah portofolio yang dikemukakan

oleh John Dickonsen.

Langkah – Langkah ini meliputi sebagai berikut :

1. Placement Analysis

Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang berhubungan

dengan data investasi yang akan dijadikan portofolio.

2. Portofolio Construction

Pengumpulan data Investasi sesuai dengan tujuan yang telah

(30)

3. Portofolio Selection

Melakukan kombinasi dari berbagai data investasi yang sudah

dipilih, sehingga didapatkan portofolio yang efisien.

Langkah lain yang dapat ditempuh dalam melakukan

pemilihan instrument Investasi menurut Robert Ang, 1997 (Pandji,

2001 : 106) adalah sebagai berikut :

1. Melakukan analisis yang cermat, dipilih instrument Investasi

yang diinginkan.

2. Melakukan pembobotan masing – masing Instrument Investasi

terhadap nilai portofolio secara keseluruhan.

3. Melakukan penentuan horizon Investasi (Investment Horizon)

4. Masing – Masing Instrument Investasi dilaukan Expected Return

nya sesuai dengan Horizon Investasi.

5. Melakukan penghubungan Expected Return, rata-rata, standard

deviasi dari portofolionya sesuai dengan Horizon Investasi.

2.2.1.6. Tujuan Investor

Investor melakukan diversivikasi Investasi dalam berbagai

portofolio dikarenakan hasil yang diharapkan dari tiap jenis sekuritas

dapat saling menutup. Lebih dari itu, dengan portofolio Investasi

mengestimasikan hasil Investasi yang tertinggi, karena Investor tidak

mengetahui secara pasti return yang diharapkan dengan memakai

(31)

hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai disebut dengan resiko.

Tujuan pembentukan Portofolio adalh sebagi berikut :

1. Pada tingkat resiko tertentu berusaha mencapai keuntungan

semaksimal mungkin.

2. Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai resiko yang

minimal.

2.2.2. Foreign Direct Investment (FDI)

2.2.2.1. Pengertian Foreign Direct Investment (FDI)

Menurut Rusdin (2002 : 1), Foreign Direct Investment

(FDI) menyebutkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai

suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan,

perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh

penduduk dari negara yang melakukan investasi (investing country).

2.2.2.2. Teori Foreign Direct Investment (FDI)

Menurut Rusdin, (2002 : 10-14) di dalam teori Foreign

Direct Investment (FDI), menjelaskan bahwa mengapa perusahaan

akan menguntungkan dengan melakukan investasi langsung dalam

arti memasuki pasar luar negeri apabila dua alternatif lainnya

tersedia untuknya, yaitu mengekspor (exporting) dan melakukan

lisensi (licensing). Mengekspor berarti memproduksi barang-barang

(32)

penjualan. Sedangkan melakukan lisensi berarti menjamin hak atas

kepemilikan asing (lisensi) untuk memproduksi dan menjual produk

perusahaan sebagai upaya memperoleh keuntungan berupa fee

royalty dari setiap unit penjualan. Sepintas dapat dilihat bahwa

mungkin FDI lebih mahal dan beresiko apabila dibandingkan dengan

mengekspor dan melakukan lisensi. FDI beresiko sebab perusahaan

harus membangun fasilitas produksi di luar negeri atau mengakuisisi

perusahaan-perusahaan asing. Dalam mengekspor terdapat

keterbatasan-keterbatasan yang sering dibatasi oleh biaya transpotasi

dan hambatan-hambatan perdagangan. Apabila biaya-biaya

transportasi merupakan tambahan biaya-biaya produksi, maka hal ini

tidak menguntungkan untuk mengapalkan beberapa produk ke jarak

yang lebih jauh. FDI banyak dilakukan sebagai respon terhadap

ancaman dari hambatan-hambatan perdagangan, seperti tariff impor

atau quota impor. Dengan pengenaan terhadap barang-barang impor,

berarti pemerintah meningkatkan biaya ekspor jika dibandingkan

dengan FDI dan lisensi. Tidak hanya keterbatasan dalam mengekspor

saja tetapi lisensi juga terdapat keterbatasan. Terdapat berbagai

keterbatasan dalam melakukan lisensi, diantaranya adalah :

a. Melakukan lisensi dapat memberikan perusahaan technological

know-how yang bernilai kepada pesaing luar negeri yang

(33)

b. Dengan melisensi, pengendalian yang ketat terhadap pabrikasi,

pemasaran, dan strategi menjamin kepada pemegang lisensi

dengan menghasilkan fee royalty.

c. Dengan melisensi timbul ketika keunggulan bersaing perusahaan

tidak didasarkan lebih banyak pada produknya, seperti di atas

kemampuan manajemen, pemasaran, dan produksi yang

menghasilkan produk-produk tersebut.

2.2.2.3. Keunggulan Foreign Direct Investment (FDI)

Berdasarkan pembahasan tersebut, FDI mempunyai

beberapa keunggulan diantaranya bahwa suatu perusahaan akan

untung dengan melakukan FDI melebihi ekspor sebagai suatu

strategi apabila biaya-biaya transportasi atau hambatan perdagangan

menjadikan ekspor tidak menarik. Selanjutnya, perusahaan akan

untung dengan melakukan FDI melebihi lisensi apabila ingin

mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologinya

atau melebihi operasinya dan strategi bisnisnya. (Rusdin, 2002 : 15).

2.2.2.4. Manfaat Foreign Direct Investment (FDI)

Menurut Rusdin (2002 : 25-27), terdapat berbagai manfaat

FDI bagi Negara-Negara Host Country dan Home Country . Bagi

(34)

a. FDI dapat menjadi subtitusi bagi impor barang dan jasa, sehingga

Negara dapat menekan volume impor agar tidak lebih besar dari

ekspor.

b. Ekspor yang dilakukan anak perusahaan MNE (Multi National

Enterprise) akan meningkatkan volume ekspor, sehingga ekspor

lebih besar dari impor.

Bagi Negara-Negara Home Country adalah :

a. Keuntungan dalam neraca pembayaran karena adanya arus

masuk pendapatan dari luar negeri.

b. Terburuknya peluang ekspor pada saat anak perusahaan MNE

(Multi National Enterprise) di luar negeri menciptakan demand,

baik dalam bentuk capital equipment, produk komplementer dan

sebagainya.

c. Keahlian berharga yang mungkin diperoleh dari Negara lain.

Perusahaan Multi National Enterprise (MNE) adalah merupakan

suatu instrumen dominal imperialis. Mereka melihat MNE

sebagai alat.

Dari manfaat-manfaat tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa bagi host country, FDI membawa dampak positif dalam

bentuk alih sumber daya, penciptaan lapangan pekerjaan serta

mengurangi defisit dalam neraca pembayaran. Tetapi host country

harus menanggung sejumlah biaya dengan adanya FDI yaitu

(35)

keluar dari suatu Negara) serta ancaman hilangnya independensi

ekonomi suatu Negara. Sedangkan bagi home country, dampak

positif FDI adalah arus masuk pendapatan bagi neraca pembayaran,

terciptanya peluang ekspor dan transfer sumber daya yang mungkin

diperoleh dari Negara lain. Biaya ditanggung home country dari

adanya FDI adalah berkurangnya lapangan kerja serta peningkatan

impor. (Rusdin, 2002: 33)

2.2.3. Pengertian Industri

Industri merupakan usaha produktif terutama dalam bidang

produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa–jasa

misalnya transportasi dan peralatan-peralatan yang berhubungan dengan

penggunaan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relative besar.

(Winardi, 1989 : 257).

Menurut Sukirno (1994:194) dalam pengertian umum,

pengertian industri pada hakekatnya mengandung arti yaitu :

“Perusahaan yang melakukan kegiatan dalam ekonomi yang

tergolong ke dalam sekunder, kegiatan seperti itu antara lain ialah pabrik

tekstil, pabrik perakitan atau pembuat mobil dan pabrik pembuatan

rokok dan sebagainya”. Pengertian tentang industri biasanya timbul

suatu gambaran mengenai suatu proses produksi yang tidak langsung

(36)

Sedangkan Industri menurut Dumairy (1997 : 227), industri

mempunyai dua arti pertama, industri dapat berarti himpunan

perusahaan–perusahaan sejenis. Dalam konteks ini disebutkan industri

kosmetika, misalnya, berarti himpunan perusahaan penghasilan

produk-produk kosmetik. Kedua, industri dapat menuju ke suatu sektor ekonomi

yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang menggelolah bahan

mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Dari berbagai penjelasan mengenai definisi industri diatas

maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari

perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi yang

mengelola bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah jadi,

barang jadi agar menjadi barang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi

untuk penggunaannya dalam proses produksi.

2.2.3.1. Jenis – jenis Industri

Menurut departemen perindustrian, industri nasional

Indonesia dikelompokan kedalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Kelompok Industri besar

Yang meliputi dua sub kelompok, dimana sub kelompok pertama

adalah kelompok industri mesin dan logam dasar, seperti industri

elektronika kereta api, dan sebagainya. Sedangkan sub kelompok

kedua adalah kelompok industri kimia dasar, seperti industri

(37)

sebagainya.mempunyai dua misi yaitu untuk meningkatkan

pertumbuhan dan membantu penjualan setruktur industri, dan

bersifat padat modal. Teknologi maju, teruji serta bersifat tidak

padat karya.

2. Kelompok Industri Hilir

Yaitu kelompok industri yang meliputi antara lain : industri yang

mengolah sumber daya hutan dan lainya. Kelompok ini

mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan, memperluas kesempatan kerja dan tehnologi maju

teruji serta bersifat tidak padat karya.

3. Kelompok Industri kecil

Kelompok industri yang meliputi antara lain industri pangan

(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit

(tekstil, pakaian jadi, serta barang dan kulit) dan lain – lain.

Dengan misi pemerataan dan penggunakan tehnologi madya atau

sederhana serta bersifat padat karya.

Berkenaan dengan hal di atas, penggelolahan industri

berdasarkan hasil sensus industri tahun 2001 yang di terbitkan oleh

BPS (Badan pusat statistik), diklasifikasian ke dalam kelompak

perusahaan atau industri sebagai berikut :

A. Industri kecil, dengan mempekerjakan tenaga kerja 5 sampai

(38)

B. Industri sedang, dengan mempekerjakan tenaga kerja 20 sampai

dngan 99 orang dalam setiap industri.

C. Industri besar, dengan mempekerjakan tenaga kerja 100 orang

atau lebih dalam setiap industri (Arsyad 341-342).

2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Ekspor 2.2.4.1. Pengertian Ekspor

Menurut Triyoso (1984 : 210), pengertian ekspor

merupakan suatu kegiatan yang menyangkut produksi barang dan

jasa yang diproduksi di suatu batas negara tersebut.

Sedangkan ekspor menurut Nazarudin ( 1993 : 23 ), ekspor

adalah cara perdagangan luar negri yang lazim ditempuh antara

penjual dan pembeli, dimana kedua belah pihak merupakan

keuntungan lewat transaksi jual beli yang disepakati. Dan menurur

Amir (1999 : 23), ekspor adalah mengeluarkan barang – barang dari

peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negri sesuai

dengan ketentuan pemerintah dalam valuta asing.

Dari pengertian ekspor di atas dapat disimpulkan, bahwa

ekspor adalah suatu kegiatan yang menyangkut pengiriman barang

ke luar negri yang dapat mendorong devisa atau pembayaran dalam

bentuk mata uang atau valuta asing atas tagihan-tagihannya. Devisa

(39)

dijadikan atau dimasukkan sebagai cadangan modal negara yang

dianggap sebagai porsi GNP (Gross Product Nasional).

2.2.4.2. Timbulnya Ekspor

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional

disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut :

1. Ekspor merupakan sumber devisa negara

2. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian

yang lain yang mengakibatkan kegiatan ekonomi di sektor lain

akan meningkat.

3. Adanya perhitungan keuntungan keuntungan komparatif

(Siswanto dan Priyanto : 104)

2.2.4.3. Faktor–Faktor Yang Dapat Meningkatkan Ekspor

Keadaan-Keadaan atau kejadian yang pada umumnya dapat

mengakibatkan ekspor, yaitu :

1. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat dunia.

2. Tingkat inflasi di dalam negeri lebih rendah dari pada tingkat

inflasi yang terjadi di negara-negara yang banyak mengimpor

barang-barang ekspor kita.

3. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam artian yang

(40)

ekspor dengan harga yang sama dapat menghasilkan keuntungan

yang lebih tinggi.

4. Kegagalan produksi di negara-negara penghasil produk yang

bersaing dengan produk ekspor kita di pasar dunia.

5. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang serasi disertai

dengan kebijakan peningkatan ekspor yang tepat.

6. Adanya peningkatan efisiensi produksi secara menyeluruh dalam

perekonomian negara pengekspor. (Soediyono, 2000 : 194)

2.2.5. Inflasi

2.2.5.1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat

penting dan ditemukan hampir di semua Negara, dapat juga diartikan

sebagai salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering kambuh dan

harus berupaya untuk dikendalikan. Inflasi dimaksudkan keadaan

dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga pada umumnya,

atau suatu keadaan dimana terjadinya turunnya nilai uang. Kemudian

menurut Boediono yang dimaksud dengan inflasi itu adalah

“Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan

secara terus-menerus”. (Boediono, 1993: 97).

Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

penting untuk nilai keadaan perekonomian pada suatu periode waktu

(41)

waktu tertentu. Bila sebagian besar harga diukur oleh pemerintah,

maka harga-harga yang disubsidi pemerintah dan ditetapkan oleh

Badan Pusat Statistik adalah harga-harga resmi pemerintah tapi

mungkin dalam realita ada kecenderungan harga terus naik. Inflasi

yang ditutupi akan sering muncul jika pemerintah terus-menerus

mensubsidi harga-harga tertentu, misalnya harga BBM (Bahan Bakar

Minyak).

Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi

sebagai suatu kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal

tahun 1970-an mulai dipisahkan antara inflasi dan tingkat harga.

Suatu kenaikan dalam tingkat harga atau perubahan positif dimana

indeks harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan itu tidak

berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat

harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka

dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yang kontinyu ini

bisa terjadi pada saat-saat lebaran, natal atau hari-hari raya yang lain.

Kenaikan harga ini tidak dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.

Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga-harga

disebabkan oleh berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa

harga merupakan benturan antara kekuatan supply dan kekuatan

demand. Adanya perubahan harga karena adanya gangguan terhadap

keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut

(42)

2.2.5.2. Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam

penggolongan antara lain (Boediono, 2001: 156-159).

A. Penggolongan Inflasi Menurut Parahh Tidaknya Inflasi :

1. Inflasi Ringan : Adalah laju inflasi di bawah 10 % setahun

2. Inflasi Sedang : Adalah laju inflasi antara 10 % - 30 %

3. Inflasi Berat : Adalah laju inflasi antara 30 % - 100 %

4. Hiperinflasi : Adalah laju inflasi di atas 100 %

B. Penggolongan Inflasi Menurut Asal Dari Inflasi :

1. Inflasi yang berasal dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena adanya deficit anggaran

belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen

yang gagal dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari Luar Negeri (Imported Inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di

luar negeri atau kenaikan harga langganan berdagang,

kenaikan harga yang kita impor mengakibatkan adanya

kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagian dari

barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor, selain

itu juga secara tidak langsung akan menaikkan indeks harga

melalui kenaikan biaya produksi atas bahan mentahnya yang

harus diimpor.

(43)

1. Inflasi Permintaan (Demand Full Inflation)

Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan

akan barang-barang konsumsi oleh masyarakat.Karena

permintaan masyarakat (Agregat Demand) bertambah,

maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2

akibatnya tingkat kurva umum naik dari P1 ke P2.

Gambar 2.1 Demand Full Inflation

Sumber : Boediono, 1985, Moneter Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 5

Edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal : 163.

Peningkatan pendapatan agregat menyebabkan

permintaan meningkat. Perubahan ini ditunjukkan oleh

pergeseran ke kanan kurva permintaan dari D1 ke D2.

Pasar bergerak ke perpotongan baru dari penawaran dan

permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2

dan jumlah equilibrium barang meningkat dari Q1 ke Q2. P

Output Q2

Q1

D D

S

H H

(44)

2. Inflasi Penawaran (Cosh Push Inflation)

Adalah inflasi yang terjadi karena biaya produksi (Cost

Inflation).

Gambar 2.2 Cosh Push Inflation

S1 S2

D H3

H2

Output Q4 Q3

0

Sumber : Boediono, 1985, moneter syinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5

edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal 163.

Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga

barang. Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang

menguntungkan sehingga memilih memproduksi lebih

sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran

ke kiri kurva penawaran dari S1 ke S2. Pasar bergerak ke

perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga

equilibrium meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah

(45)

2.2.5.3. Pengendalian Inflasi

Jika perekonomian mengalami inflasi yang cukup tinggi,

jika pasar keuangan efisien, maka pasar akan memasukkan inflasi

yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan

pengendalian inflasi yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam

aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya

sudah memasukkan inflasi yang diharapkan.

2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian akan

lebih baik jika menggunakan tingkat inflasi per sektor

perekonomian.

3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, missal karena

perubahan permintan dan penawaran yang akan mempengaruhi

aliran kas sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.

Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol Bank Indonesia

atas inflasi sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak

faktor. Oleh karena itu, Bank Indonesia selalu melakukan assessment

terhadap perkembangan perekonomian, khususnya terhadap

kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan moneter

didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Perlu disampaikan pula

(46)

kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan ekonomi makro

lainnya seperti kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor riil.

Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar lembaga lintas

sektoral sangatlah penting dalam menangani masalah inflasi ini.

Sasaran akhir kebijakan moneter BI di masa depan pada dasarnya

lebih diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan inflasi sebagai

sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan

terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral

yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian

inflasi. Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah :

1. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam jangka panjang

kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi,

kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variable riil,

seperti pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran.

2. Pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya

sasaran makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat

kapasitas penuh (full employment) dan penyediaan lapangan kerja

yang seluas- luasnya.

3. Yang terpenting, penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan

akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor berbagai

(47)

Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran

inflasi yang rendah adalah:

a. Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi

kebijakan moneter.

b. Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.

c. Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan

inflasi.

d. Memformulasikan respon kebijakan moneter.

Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh dari

indeks harga konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi

inti (core atau underlying inflation) sebagai sasaran operasional.

2.2.5.4. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi

Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi

hal-hal seperti distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi

nasional, ketika pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

(Nopirin, 1987: 32-33):

1. Pengaruh Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada

pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang

dirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per

tahunnya, yang memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan

(48)

yang terjadi. Sedangkan golongan yang diuntungkan adalah yang

memperoleh pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari

laju inflasi yang terjadi.

2. Pengaruh Terhadap Alokasi Faktor-Faktor Produksi (Efficiency

Effect)

Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap

berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan dalam

produksi berbagai barang-barang tertentu, sehingga adanya

inflasi maka permintaan akan barang-barang tertentu mengalami

kenaikan yang lebih besar dari barang lainnya yang pada

kelanjutannya akan mendorong kenaikan produksi barang-barang

tersebut dengan akibat akan mempengaruhi pola alokasi dari

faktor-faktor produksi yang ada dan menjadi tidak efisiensi lagi.

3. Pengaruh Inflasi Produksi Nasional (Output Effect)

Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan

timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih

besar dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh

perusahaan akan naik yang dapat mengakibatkan kenaikan

produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat

mengakibatkan sebaliknya.

Yang dimaksud dengan inflasi itu adalah “Kecenderungan

dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus”.

(49)

Negara maka kegiatan daya beli masyarakatnya akan mengalami

peningkatan karena selalu diiringi dengan turunnya harga-harga

barang dan jasa di dalam Negeri sehingga membuat investor swasta

tertarik untuk menanamkan modalnya. (Budiono, 2001 : 155).

2.2.6. Kurs Valuta Asing

2.2.6.1. Pengertian Kurs Valuta Asing

Pengertian kurs valas beraneka ragam, diantaranya :

1. Kurs Valuta asing yaitu harga mata uang Negara asing dalam

satuan mata uang domestik.(Samuelson, 1997 : 450).

2. Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency

diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya

yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi

ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan

kurs resmi pada bank sentral. (Hady, 2001: 15).

3. Kurs valuta asing adalah pertikaian semacam harga di dalam

pertukaran barang. ( Nopirin, 1990:137 ).

4. Kurs valuta asing adalah nila rupiah yang dinyatakan dalam nilai

mata uang asing tetapi karena nilai rupiah sangat rendah maka

sering di nyatakan dengan setiap satu unit mata uang asing

berapa nilainya dalam rupiah. ( Suparmoko, 2000:368 ).

5. Kurs valuta asing adalah nilai tukar yang di pakai untuk transaksi

(50)

negara. Nilai ekspor ini dapat berubah-ubah sesuai kondisi dari

waktu ke waktu yang di sebabkan oleh berbagai faktor seperti

faktor ekonomi dan politik. ( Kasmir, 2002:228 ).

Dari berbagai pengertian kurs valas dapat disimpulkan adalah

suatu alat pembayaran asing yang yang di pakai oleh suatu

negara pada saat melakukan transaksi perdagangan internasional

dengan negara lain untuk lebih mempermudah dalam transaksi.

Sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk

mentransfer daya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan

luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi pembatasan

resiko (hedging) valuta asing.

2.2.6.2. Keseimbangan Kurs Mata Uang Asing

Pada umumnya, kurs mata uang asing di tentukan oleh

perpotongan dari kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari

mata uang asing. Permintaan untuk mata uang asing timbul terutama

selama mengimpor barang-barang dan jasa-jasa dari luar negeri dan

(51)

Gambar 2.3 Keseimbangan Kurs Valas

Sumber : Salvatore, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit Erlangga,

Jakarta Hal 72

Dari gambar 2.3 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kurva menunjukan pasar mata uang asing pound dari sudut

pandang Amerika Serikat, dalam dua model negara yang di

sederhanakan, perpotongan kurva permintaan dan penawaran pasar

menentukan keseimbangan kurs pertukaran sebesar $2.00 = £1 dan

keseimbangan jumlah pound yang diminta dan di tawarkan pertahun

adalah £6 milyar. £6 miring secara negatif karena pada R’s yang

lebih rendah, di mana inggris menjadi tempat yang lebih murah

untuk membeli dan menanam modal dan dengan demikian penduduk

Amerika Serikat meningkatkan permintaanya atas jumlah pound

yang lebih besar. Di lain pihak S£ biasanya miring secara positif

(52)

Serikat dan sebagai akibatnya mereka lebih sedikit membelanjakan

poundnya di Amerika Serikat.

2.2.6.3. Permintaan Terhadap Valuta Asing

1. Permintaan terhadap valuta asing timbul bila penduduk suatu

negara membutuhkan barang dan jasa yang di produksi oleh

negara lain. Dengan perkataan lain, permintaan valuta asing akan

meningkat bila import juga meningkat.

2. Faktor ysng mempengaruhi permintaan valas adalah harga mata

uang asing tersebut (nilai tukarnya), tingkat pendapatan, tingkat

bunga relative, selera, ekspetasi dan kebijakan pemerintah.

3. Bila nilai tukar murah permintaan terhadap valas akan

meningkat, tetapi selama yang berubah hanyalah nilai tukar yang

terjadi adalah pergeseran di sepanjang kurva permintaan,

(Manurung, 2004 : 85).

2.2.6.4. Sistem Kurs Valuta Asing

Sifat Kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar.

Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas

di pasar, maka kurva valuta asing akan berubah–ubah sesuai dengan

(53)

Sistem kurs valuta asing terdiri dari 3 sistem, diantaranya :

1. Sistem Kurs Valas Berubah-ubah

Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung

beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran

valas. Permintaan valas diturunkan dari transaksi debit dalam

neraca pembayaran internasional sedangkan penawaran valas

berasal dari eksportir yakni berasal dari transaksi kredit neraca

pembayaran. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi

kredit lebih besar dari transaksi debit (surplus neraca

pembayaran), sebaliknya dikatakan “lemah” apabila neraca

pembayaran dikatakan deficit. Faktor-faktor yang berasal dari

dalam maupun luar negeri termasuk harga, pendapatan, dan

tingkat suku bunga akan mempengaruhi permintaan dan

penawaran yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas.

Kurva 2.4 Sistem Kurs Valas yang berubah-ubah

Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit BPFE-UGM

(54)

Dari gambar 2.4 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pergerakan dalam suatu kurva menujukkan bahwa kenaikan atau

penurunan kurva akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan

jumlah valas yang diminta, sedangkan pergeseran kurva permintaan

dari D0 ke D1 disebabkan oleh kenaikan pengeluarn pemerintah.

Kenaikan jumlah uang yang beredar, selera masyarakat yang

bergeser dari barang buatan dalam negeri ke barang-barang import

atau aliran modal ke luar negeri sebagai akibat kepanikan yang

terjadi di dalam negeri.

2. Sistem Kurs Valas Stabil

Kurs stabil bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi

dan stabil, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang

diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang

mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan

kekal. Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :

a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas

yang jarang.

b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer

melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga, dan

pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan

(55)

c. Kurs yang stabil dipertahankan melalui intervensi

pemerintah, dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan

jelas. (Jamli, 1993 : 191)

Pada dasarnya kurs stabil dapat timbul secara :

A. Aktif, yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan

stabilitas kurs.

B. Pasif, yaitu didalam suatu negara yang menggunakan sistem

standard emas.

Kurva 2.5 Sistem Kurs Valas yang Stabil

Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit BPFE-UGM

Yogyakarta Hal 150.

Dari gambar 2.5 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Misalnya, pemerintah indonesia menghendaki supaya kurs

(56)

misalnya harga minyak ekspor mengalami kenaikan, sehingga

penawaran valuta asing bergeser ke kanan dari S1 ke S2, jika

permintaan tetap pada D1 kurs US$ cenderung turun menjadi US$ 1

= Rp 600,00 untuk mencegah penurunan ini pemerintah membeli

dolar di pasar bebas. Pembelian ini akan mengakibatkan permintaan

naik yang ditunjukkan dengan pergeseran kurva permintaan ke atas

dari D1 ke D2, tindakan ini akan terus dilanjutkan pada kurs kembali

pada tingkat USS 1 = Rp 620,00.

3. Sistem Pengawasan Devisa

Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi

valuta asing, tujuannya adalah untuk adanya aliran modal keluar

dan melindungi depresi dari negara lain, terutama dalam hal ini

negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing

dibandingkan dengan permintaannya. Menghadapi valuta asing

yang relative sedikit dibandingkan dengan permintaannya,

pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaannya,

yaitu untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan program

pemerintah. Sistem kurs valas dalam pengawasan devisa ini

(57)

Gambar 2.6 Kurva Pengawasan Devisa

Sumber : Nopirin, 1990, Ekonomi Internasional, Penerbit BPFE-UGM

Yogyakarta Hal 150.

Dari gambar 2.6 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Apabila pasar valas adalah bebes, maka kurs akan terjadi

adalah UU$ = Rp678,00 jumlah yang di tawarkan sama dengan

jumlah yang diterima (OE), sedangkan pada kurs US$1 = Rp600,00

jumlah yang di minta (OE), dan jumlah yang tersedia adalah (OG),

dalam hal ini pemerintah perlu mengalokasikan jumlah yang tersedia

ini dengan menggunakan kurs yang di tetapkan bisa satu (Single

(58)

2.2.6.5. Faktor–Faktor Yang Memiliki Pengaruh Besar atas Perubahan Nilai Valuta Asing

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh

mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami

perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai

pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran yaitu:

1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat, perubahan ini akan

mempengaruhi permintaan apabila penduduk suatu negara

semakin lebih menyukai barang-barang dari suatu negara lain

maka permintaan atas mata uang negara lain tersebut akan

bertambah.

2. Perubahan harga dari barang eksport, apabila harga dari

barang-barang eksport mengalami perubahan ini akan mempengaruhi

permintaan atas barang eksport tersebut, kenaikan harga

barang-barang eksport akan mengurangi permintaan atas barang-barang tersebut

di luar negeri.

3. Kenaikan harga umum (Inflasi), berlakunya keadaan demikian di

suatu negara dapat menurunkan nilai mata uang di lain pihak

kenaikan harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu

semakin banyak mengimport dari negara lain.

4. Perubahan dalam tingkat bunga dan pengembalian investasi,

tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat

(59)

dan jangka pendek, tingkat pendapatan investasi yang lebih

menarik akan mendorong pemasukan modal negara tersebut.

5. Perkembangan ekonomi, bentuk dari pengaruh perkembangan

ekonomi kepada kurs valas tergantung pada corak perkembangan

ekonomi ini. Apabila disebabkan oleh perkembangan sektor

eksport, penawaran atas mata uang asing terus menerus

bertambah, dalam keadaan seperti itu perkembangan ekonomi

akan meninggikan nilai mata uang tersebut. (Salvatore. 1990:80)

2.2.6.6. Jenis–Jenis Transaksi Valuta Asing

Ada 3 macam jenis transaksi yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Transaksi Spot (Spot Transaction)

a. Value Today

Dimana penyerahan dilakukan pada tanggal (hari) yang sama

dengan tanggal (hari) dilakukannya transaksi.

b. Value Tomorrow

Penyerahan dilakukan pada hari kerja berikutnya atau disebut

one day settlement.

c. Value Spot

Penyerahan dilakukan 2 hari kerja setelah transaksi.

2. Transaksi Tunggak (Forward Transaction)

Penyerahan yang dilakukan beberapa hari mendatang, baik secara

Gambar

Gambar 2.1 Demand Full Inflation
Gambar 2.2 Cosh Push Inflation
Gambar 2.3 Keseimbangan Kurs Valas
Gambar 2.6 Kurva Pengawasan Devisa
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menyusun sebuah rencana yang baik mestinya didukung oleh sejumlah data dan informasi yang memadai agar rencana yang disusun dapat memecahkan masalah yang ditemui atau

[r]

Tentu tidak, namun pertanyaan yang lebih mendasar dan perlu dipikirkan terkait dengan aspek memori kolektif masyarakat adalah: “Apakah sebagai bangsa harus terpenjara

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul: “ PELAKSANAAN PENGAWASAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

Tujuan penelitian ini yaitu untuk: 1) memperoleh bukti empiris apakah profitabilitas, leverage, dan likuiditas secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Dividen

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui Pengendalian Intern yang diterapkan oleh perusahaan atas penjualan tunai dan penerimaan kas, objeklaporan akhir ini adalah

Tujuan penelitian adalah mengembangkan proses manufaktur material skin wing Wulung, melakukan pengujian mekanik pada material karbon/epoksi yang digunakan adalah jenis prepeg