• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG CALON BUPATI MANTAN KORUPTOR DI DESA CANGKRINGSARI KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG CALON BUPATI MANTAN KORUPTOR DI DESA CANGKRINGSARI KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG CALON BUPATI MANTAN KORUPTOR DI DESA CANGKRINGSARI KECAMATAN SUKODONO

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh: Lailatul Muniroh

B05212025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Lailatul Muniroh, 2015. Persepsi Masyarakat tentang Calon Bupati Mantan Koruptor di Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Skripsi program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Persepsi Masyarakat, Kepercayaan Masyarakat.

Ada dua latar belakang yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: pertama bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya calon bupati mantan koruptor di Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?. Kedua bagaimana reaksi masyarakat ketika ada calon bupati mantan koruptor di Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian fenomenologi,. Dalam hal ini, peneliti menggunakan teori tindakan sosial Max Weber. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis menggunakan teori tindakan sosial Max Weber.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI .... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi konseptual ... 8

G. Kerangka Teoritik ... 10

(7)

1. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 12

2. Lokasi dan Waktu penelitian ... 14

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 14

4. Tahap-tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisi Data ... 20

7. Teknik Keabsaan Data ... 21

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II : KAJIAN TEORITIK A. Tindakan Sosial Max Weber ... 22

1. Rasionalitas Instrumental ... 25

2. Rasional yang Berorientasi Nilai ... 26

3. Tindakan Afektif ... 27

4. Tindakan Tradisonal ... 27

BAB III : ANALISIS DATA A. Subjek Penelitian ... 31

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 33

1. Masyarakat Desa Cangkringsari ... 36

a. Partisipasi Masyarakat Desa Cangkringsari pada Pilkada 2015 ... 36

(8)

c. Reaksi Masyarakat Desa Cangkringsari pada Calon Bupati Mantan

Koruptor ... 42

d. Kriteria calon Bupati yang Baik Menurut Masyarakat Desa Cangkringsari ... 43

e. Kredibilitas Masyarakat Desa Cangkringsari pada Calon Bupati Mantan Koruptor ... 45

f. Peran Masyarakat Desa Cangkringsari Dalam Mengetahui Calon Bupati Mantan Koruptor ... 47

g. Calon Bupati Yang Diharapkan Masyarakat Desa Cangkringsari untuk Sidoarjo Lebih baik ... 50

h. Visi Koruptor dalam Pembangunan Kota Sidoarjo ... 51

2. Aktivis Politik ... 53

a. Persepsi Ormas Tentang Calon Bupati Mantan Koruptor ... 53

b. Sikap Apatis pada Calon Bupati Mantan Koruptor ... 55

c. Factor yang menjadikan KPU meloloskan mantan koruptor menjadi calon bupati ... 56

d. Faktor Keberanian Mantan Koruptor Mencalonkan diri ... 56

e. Kriteria Calon Bupati yang Baik di Sidoarjo ... 57

f. Calon Bupati yang Ideal untuk Kabupaten Sidoarjo ... 58

C. Analisis Data ... 64

1. Partisipasi Warga Cangkringsari dalam Pilkada 2015 di Kabupaten Sidoarjo ... 66

(9)

Sidoarjo ... 66

2. Persepsi Masyarakat Desa Cangkringsari pada Calon Bupati Mantan

Koruptor Di Sidoarjo ... 66

a. Tidak masalah dengan adanya calon bupati mantan koruptor 66

b. Adanya calon bupati mantan koruptor, dihimbau masyarakat tidak

memilihnya ... 67

3. Reaksi masyarakat pada calon bupati mantan koruptor ... 67

a. Kaget ketika mengetahui ada calon bupati mantan koruptor .. 67

b. Tidak memilih calon bupati mantan koruptor ... 68

4. Kriteria Calon Bupati yang Baik menurut masyarakat ... 68

a. Pemimpin yang Pro rakyat ... 68

b. Calon bupati yang mempertanggungjawabkan visi misinya ... 69

5. Kredibilitas masyarakat pada calon bupati mantan koruptor ... 69

a. Percaya dengan kinerja calon bupati mantan koruptor ... 69

b. Tidak percaya dengan calon bupati mantan koruptor ... 69

6. Peran Masyarakat Desa Cangkringsari Dalam Mengetahui Calon

Bupati Mantan Koruptor ... 70

a. Peran masyarakat untuk tidak memilih calon bupati mantan

koruptor ... 70

b. Berpikir terbuka tentang calon bupati mantan koruptor ... 70

c. Masyarakat hanya ikut-ikutan saja ... 70

7. Calon Bupati Yang Diharapkan Masyarakat Desa Cangkringsari untuk

(10)

a. Meningkatkan pendapatan daerah serta berkomitmen ... 71

b. Meningkatkan pelayanan public ... 71

c. Berintegrasi dan bersih dari korupsi ... 71

8. Visi Koruptor dalam Pembangunan Kota Sidoarjo ... 71

a. Mungkin mampu untuk membangun Sidoarjo lebih baik ... 71

b. Tidak mampu karena seorang mantan koruptor ... 71

D. Konfirmasi Temuan dengan Data ... 74

a. Kaitan tidak tahu profil dan track record dengan teori tindakan social ... 71

b. Kaitanya tidak masalah dengan adanya calon bupati mantan koruptor ... 75

c. Kaitanya reaksi kaget dengan calon bupati mantan koruptor ... 76

d. Kaitanya pemimpin yang pro rakyat untuk calon bupati yang baik ... 76

e. Kaitanya percaya dengan kinerja calon bupati mantan koruptor .. 77

f. Kaitanya pada berpikir terbuka tentang calon bupati mantan koruptor ... 78

g. Kaitanya pada meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan pelayanan public ... 78

h. Kaitanya ketidak percayaan masyarakat pada calon bupati mantan koruptor dalam membangun Sidoarjo lebih baik ... 79

(11)

j. Kaitanya tentang trend calon bupati mantan koruptor yang menurun

dikalangan masyarakat ... 80

k. Kaitanya dukungan parlemen kepada calon bupati mantan

koruptor ... 80

l. Kaitanya pada calon bupati mantan koruptor yang berani mencalonkan

diri karena berpengalaman dan mempunyai uang ... 80

m. Kaitanya pada memilih calon bupati yang baik dengan cara

bertanggung jawab dan mempunyai filter ... 81

n. Kaitannya pada idealnya calon bupati sidoarjo yang bisa mengatur

dana APBD ... 81

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Dikumen lain yang relevan

3. Jadwal penelitian

4. Surat keterangan (bukti penelitian)

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pilkada merupakan program paling penting dalam menghasilkan

pemimpin diberbagai negara di dunia salah satunya Indonesia. Pilkada di

indonesia adalah program yang digunakan untuk menyeleksi pemimpin di

daerah-daerah di wilayah indonesia dalam sebuah daerah pilkada merupakan

faktor penting untuk menghasilkan pemimpin dan maju tidaknya daerah

tersebut. Dan salah satu faktor penunjang majunya suatu daerah juga tak lepas

dari peran penting proses Pilkada. Pilkada merupakan bagian dari proses

demokrasi pemilihan umum yang berada didaerah-daerah di Indonesia untuk

menghasilkan pemimpin yang bisanya dilaksanakan lima tahun sekali.

Cara masyarakat Desa mendefinisikan Pilkada biasanya hanya melihat

dari kejadian-kejadian di dalam Pilkada misalnya yang ikut mencalonkan diri

menjadi bupati di Pilkada hanya orang-orang kaya dan berpengaruh di

pemerintahan. Dan Pilkada dianggap hanya formalitas dalam proses pencarian

seorang pemimpin disuatu daerah. Masyarakat sendiri tidak begitu mengetahui

Pilkada sendiri itu seperti apa, mereka hanya mendefiniskan melalui

kejadian-kejadian di dalam proses Pilkada.

Pilkada 2015 kali ini diikuti oleh banyak kalangan, tidak terkecuali

mantan pejabat daerah yang tersandung kasus korupsi. Berbicara mengenai

(13)

2

untuk keuntungan pribadi atau orang lain1. Hal itu ditandai oleh banyaknya

daerah yang memiliki calon bupati atau calon walikota seorang mantan

koruptor, itu dilihat dari suatu media yang menayangkan berita tentang

banyaknya mantan koruptor mencalonkan diri di pilkada ada 6 daerah dan hal

tersebut terjadi di Sidoarjo. Salah satu calon bupati yang akan mengikuti

pilkada kali ini ialah seorang mantan koruptor yang dulu pernah menjabat

menjadi ketua DPRD sidoarjo tahun 1999 – 2004. Pada saat itu beliau diusung

oleh partai PKB Dapil Gedangan dan pendiri DPC PKB Sidoarjo era Gus Dur.

Dari maraknya calon bupati atau walikota yang terjerat kasus korupsi

membuat masyarakat atau beberapa kalangan bertanya perihal pencalonanya.

Sebagian kalangan yang berpendapat bahwa ketika mantan koruptor

mencalonkan diri di Pilkada akan membuat peluang korupsi terulang kembali.

Hal ini menyebabkan banyak lembaga-lembaga untuk menyarankan agar

masyarakat tidak memilih calon yang memiliki track record buruk dalam

pemerintahan. Masyarakat harus peduli dengan kelanjutan daerah

masing-masing, akan tetapi banyak masyarakat yang masih belum mengetahui

mengenai fenomena yang ada saat ini.

Fenomena yang terjadi saat ini ialah kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai bakal calon pemimpin daerah mereka. Tidak hanya itu,

banyaknya masyarakat yang tidak peduli dengan pencalonan kader-kader

partai karena sebagian orang jengah dengan pemerintahan. Hal ini terutama

terjadi di kabupaten Sidoarjo dan di kecamatan Sukodono yaitu Cangkringsari.

1

(14)

3

Dimana banyak dari warganya yang mayoritas petani dan buruh pabrik, dan

banyak pemudanya hanya lulusan SMK membuat desa ini memiliki warga

yang tidak tahu dan terlihat apatis dengan pemerintahan apalagi dengan

calon-calon kader partai yang akan ikut serta dipilkada Sidoarjo 2015.

Banyak orang yang bersikap “barang siapa calon yang memberikan

uang terbanyak dia yang dipilih”. Mereka tidak melihat asal-usulnya ataupun

kinerjanya. Mereka beralasan bahwa siapapun dan dari manapun

pemimpinnya sama saja, sama-sama tidak berpihak pada rakyat ketika

menjadi pemimpin. Masyarakat Cangkringsari sendiri mayoritas penduduknya

pendidikanya lulusan SMA atau SMK ada juga yang lulusan perguruan tinggi

namun itu hanya sedikit, kebanyakan hanya lulusan SD, SMP, SMA. Di desa

Cangkringsari juga banyak pemuda-pemuda akan tetapi pemuda-pemuda

disini mayoritas sama lulusanya dengan yang lain, hanya sedikit yang

melanjutkan kuliah. Itu terjadi karena himpitan ekonomi dan kurangnya

sosialisasi tentang pendidikan tinggi.

Cara masyarakat untuk mengetahui bagaimana calon kader yang ikut

pilkada di Sidoarjo sangat minim karena masyarakat mayoritasnya hanya

mengandalkan televisi dan pembicaraan dari mulut ke mulut. Sehingga banyak

yang tidak tahu tentang calon pemimpinya, mereka hanya melihat ketika para

calon kampanye dikampung mereka dan melihat bagaimana orangnya

seberapa meriah acara kampanya dan berapa calon memberikan uang kepada

mereka. Dari situ masyarakat langsung menilai memilih siapa bukan dari

(15)

4

karena mereka kurang informasi tentang calon bupatinya. Apalagi di desa

Cangkringsari yang banyak pemuda-pemuda tetapi mayoritas tidak mengerti

calon pemimpinya bisa dikatakan antara pemuda dan orang tua disini sama.

Sama-sama apatis dan tidak peduli dengan proses bagaimana calon

pemimpinya. Menurut Parsons, sistem nilai masyarakat adalah perangkat nilai

normatif yang dianut oleh para anggota suatu masyarakat yang menetapkan

dengan acuan khas kepada masyarakat mereka sendiri, apa yang baik bagi

mereka merupakan bentuk masyarakat yang baik.2

Apalagi banyak di desa Cangkringsari yang dipilih oleh para calon

bupati untuk menjadi tim sukses, mereka biasanya hanya menghasut dengan

uang tanpa memikirkan bagaimana yg dipilih. Itu membuat keadaan semakin

buruk dan membuat masyarakat disini di desa Cangkringsari semakin apatis

dan memilih sembarangan. Banyak warga yang semakin berlomba-lomba

menjadi tim sukses karena di beri imbalan dengan banyak uang dan di

pandang wah ketika menjadi tim sukses.

Dari semua itu karena kurangnya pengetahuan dan minimnya

informasi para calon bupati serta mereka hanya berpikir pendek tanpa berpikir

apa yang terjadi setelahnya. Pada pilkada banyak juga dijumpai masyarakat

Cangkringsari golput karena alasan tidak ada uangnya dan mereka berpikir

ketika dia memilih dan meluangkan waktu untuk nyoblos hanya sia-sia karena

para calon sama saja ketika ada di pemerintahan. Semua itu dikuatkan dengan

adanya temuan lapangan, yaitu penyebab rendahnya partisipasi dalam pemilu,

2

(16)

5

antara lain: delegitimasi parpol akibat kinerja partai yang kurang beroreintasi

pada pelayanan publik, perilaku pilitisi yang buruk, tidak jujur, korup dan

kurang kapabel, kinerja KPU yang kurang profesional dan kejenuhan

masyarakat kepada aktivitas politik karena politik tidak membawa kearah

perbaikan kualitas hidup baik secara ekonomi, social maupun politik.3

Golput sendiri yaitu bentuk pembangkangan kepada gerakan elit pusat

dimana puncaknya pada pemilu 2004. Ia merpakan gerakan elit yang

merupakan bentuk perlawanan terhadap proses demokrasi elit. Gerakan ini

dipelopori oleh Amin Rais dan Gus Dur, golongan putih yang muncul akibat

adanya sikap apatis terhadap politik dari rakyat. Di era reformasi ada

kecenderungan bahwa gerakan golput dipandang sebagai gerakan yang

menghendaki kebaikan dan perubahan dalam politik. Rasionalitas rakyat

terhadap perilaku politik semakin tinggi sehingga mereka akan berhitung

tentang keuntungan riil yang didapat jika berafiliasi terhadap salah satu partai

politik.4

B. Rumusan Masalah

Dari paparan diatas mengenai Presepsi Masyarakat calon bupati

mantan koruptor, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah

1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya calon bupati mantan

koruptor di desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten

Sidoarjo?

3

Gulput Apatisme Masyarakat, dan Delegitimasi Elite dalam Pemilu 2009.

4

(17)

6

2. Bagaimana reaksi masyarakat ketika ada calon bupati mantan koruptor di

desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masaah diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang calon Bupati mantan

koruptor di desa Cangkringsari.

2. Untuk mengetahui reaksi masyarakat ketika mengetahui adanya calon

Bupati mantan koruptor.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi,

antara lain:

1. Penelitian ini akan memberikan pengalaman kepada mahasiswa

bagaimana cara peneliti dan bagaimana cara menggunakan teori sebagai

kacamata untuk melakukan penelitian.

2. Penelitian ini juga merupakan kesempatan bagi penulis untuk belajar

mengaplikasikan teori-teori yang telah penulis dapatkan selama ini

dibangku perkuliahan, khususnya prodi Sosiologi.

E. Penelitian Terdahulu

1. Pemilu dan Praktik Politik Uang Dalam Pemilu Legislatif 2014 di

(18)

7

Penelitian yang berjudul Pemilu dan Praktik Politik Uang Dalam

Pemilu Legislatif 2014 di Desa Sukorejo Kecamatan Umbulsari

Kabupaten Jember. Ini adalah penelitian yang di tulis oleh Khalimatus

Sa’Diyah, NIM B05211024 beliau adalah salah satu mahasiswa Program

Sarjana Strata Satu UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2015. Penelitian

yang beliau lakukan yaitu tentang Praktik Politik Uang di Pemilu

Legislatif di Kabupaten Jember. Hal ini menjadikan pertimbangan peneliti

tentang fokus serta tujuan penelitian. Dalam penelitianya Khalimatus

Sa’diyah membahas tentang bentuk-bentuk politik uang dan penyebab

politik uang.5

2. Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa Tahun 2014 (Studi tentang

Pemahaman Masyarakat Terhadap Politik uang di Desa Poreh Kecamatan

Lenteng Kabupaten Sumenep).

Penelitian yang berjudul Politik Uang dalam Pemilihan Kepala

Desa Tahun 2014 (Studi tentang Pemahaman Masyarakat Terhadap Politik

uang di Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep) di tulis oleh

Khoirul Yahya. Fokus penelitian ini yaitu tentang pemahaman masyarakat

tentang politik uang dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya politik

uang.6

5

Khalimatus Sa’diyah, Pemilu dan Praktik Politik Uang dalam Pemilu Legislatif 2014 di Desa Sukorejo Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember, 2015.

6

(19)

8

F. Definisi Konseptual

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai

bahan penguat sekaligus spesifikasi mengenai penelitian yang akan dilakukan.

1. Persepsi

Persepsi dalam pengertian psikologi proses pencarian informasi

untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah

pengindraan (pengelihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya).

Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Dalam hal persepsi mengenai orang itu atau orang-orang lain dan untuk

memahami orang dan orang lain, persepsi itu dinamakan persepsi sosial

dan kognisinya pun dinamakan kognisi sosial.

Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui yaitu

keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini melalui komunikasi

non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh, dan sebagainya) yang

diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini. Hal yang terakhir ini

bersumber pada kecenderungan manusia untuk selalu berupaya guna

mengetahui apa yang di balik gejala yang ditangkapnya dengan indra.

Dalam hal persepsi sosial, penjelasan yang ada dibalik perilaku itu

dinamakan atribusi.7

2. Masyarakat,

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang

berasal dari kata Latin sociusyang berarti (kawan). Istilah masyarakat

7

(20)

9

berasal dari kata bahasa Arab syarakayang berarti (ikut serta adan

berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling

bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan

manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling

berinteraksi. Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup

bersama,hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu

tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia

melakukan hubungan, Mac lver dan Page memaparkan bahwa masyarakat

adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja

sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah

laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.

Sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan adalah

orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka

mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi,

sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.8

3. Calon Bupati

Adalah bakal kandidat pemimpin di suatu daerah yang proses

pemilihanya bernama pilkada yang diselengarakan pada lima tahun sekali.

Pemimpin daerah yang biasanya disebut bupati, bupati yaitu sebutan atau

pangkat kepala daerah bagian langsung dari kepresidenan.9

8

Soerjono Soekanto, 1990. ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal.22

9

(21)

10

4. Mantan Koruptor

Mantan koruptor yaitu mantan pegawai pemerintahan yang

melakukan tindakan korupsi di lingkungan pemerintahan, koruptor sendiri

adalah orang yang melakukan korupsi atau orang yang menyelewengkan

uang Negara ditempat kerjanya.10 Koruptor biasanya diberikan kepada

pegawai pemerintahan yang mencuri atau mengelapkan uang Negara.

G. Kerangka Teoritik

Teori tindakan sosial di kemukakan oleh Max Weber, tindakan sosial

adalah tindakan individu sepanjang tindakanya mempunyai makna atau arti

subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan

sosial menurut Weber dapat berupa tindakan yang nyata – nyata diarahkan

kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “ membatin” atau

bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi

tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat

pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif dalam

situasi tertentu.

Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada

tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu dan waktu yang

akan datang. Dilihat dari segi sasaranya, maka pihak sana yang menjadi

sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa seorang individu atau

sekumpulan orang. Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan

sosial.

10

(22)

11

Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Max Weber membedakan 4

tipe. Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami, antara

lain:

1. Zwerek Rational

Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya

sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuanya tapi juga

menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dalam zwerk rational atau

tidak absolut. Ia dapat juga menjadi cara dari tujuan lain berikutnya. Bila

aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka mudah

memahami tindakanya itu.

2. Werktrational Action

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara –

cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat

untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjukan kepada tujuan itu

sendiri. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara – cara dan

mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan

ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan

tujuan yang diinginkan. Tindakan tipe kedua ini masi rasional meski tidak

serasional yang pertama. Karena ini dapat dipertanggung jawabkan untuk

(23)

12

3. Affectual Action

Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan

kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak

rasional.

4. Traditional Action

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam

mengerjakan sesuatu dimasa lalu.

Kedua tipe tindakan terakhir sering hanya tanggapan secara

otomatis terhadap rangsangan dari luar. Karena itu tidak termasuk ke

dalam jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran peneliti

sosiologi. Namun kedua tipe ini pada waktu tertentu dapat berubah

menjadi tindakan yang penuh arti sehingga dapat dipertanggung jawabkan

untuk dipahami.11

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

berupa gambaran-gambaran, kata-kata, dan bukan merupakan

angka-angka. Hal ini juga berusaha menggambarkan dari suatu gejala social yang

telah terjadi, dalam metode kualitatif yang diambil dengan cara

menemukan data secara mendalam mengenai realitas yang akan diteliti.

11

(24)

13

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi,

fenomenologi adalah salah satu dari banyak jenis metode penelitian

kualitatif yang digunakan untuk meneliti pengalaman hidup manusia.

Peneliti berharap untuk memperoleh pemahaman tentang kebenaran yang

essensial dari pengalaman hidup. Menurut Alferd Schutz dalam karyanya

yang berjudul the fenomenology of social word adalah Schutz memusatkan

perhatianya pada cara orang memahami kesadaran orang lain, sementara

mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri. Schutz

menggunakan prespektif intersubyektivitas dalam pengertian yang lebih

luas untuk memahami kehidupan sosial, terutama mengenai ciri sosial

pengetahuan. Bagi Schutz, intersubyektivitas adalah ketentuan dunia nyata

dan tidak memerlukan eksplikasi fundamental. Yakni menanggapi dan

hidup didalam sebuah dunia yang sudah terbentuk dengan komunitas. Oleh

karena itu, ilmu-ilmu sosial konkret berhadapan dengan langsung dengan

ranah duniawi yang telah dikurung oleh fenomenologi transendental.

Sosiologis fenomenologis adalah memepoleh wawasan mengenai karakter

pengalaman sosial yang nyata yang diinterpresentasikan secara

konvensional. Schutz menerangkan bahwa baik konsep ilmiah maupun

pengalaman sehari-hari terbentuk lewat kategori-kategori terpisah dari

segala sesuatu yang serta-merta ditentukan dalam kesadaran.12

Fenomenologi lebih memfokuskan diri pada konsep suatu

fenomena tertentu dan bentuk dari studinya adalah untuk melihat dan

12

(25)

14

memahami arti dari suatu pengalaman individu yang berkaitan dengan

suatu fenomena tertentu. Polkinghorne mendefinisikan fenomenologi

sebagai sebuah studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari

pengalaman-pengalaman beberapa individu mengenai suatu konsep

tertentu.13

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini di Desa Cangkringsari

Kecamatan Sukodono. Dimana kecamatan tersebut akan dilaksanakan

Pilkada Sidoarjo. Alasan memilih tempat tersebut adalah dikarenakan

Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo karena

kecenderungan partisipasi warga dalam Pilkada Sidoarjo mudah

diidentifikasi dalam perilaku pilihan politik.

b. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini sejak proposal di lakukan selama

satu bulan mulai 01 Desember sampai 31 Desember 2015.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup bahasan kualitatif yang diambil oleh

peneliti maka dalam menentukan informan yaitu masyarakat yang

berpartisipasi dalam Pilkada 2015 di Sidoarjo. Adapun masyarakat yang

berpartisipasi sebagai berikut:

a. Aktivis partai politik

b. Lsm PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia)

13

Haris Herdiansyah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu sosial,

(26)

15

c. Calon Bupati Sidoarjo

d. Warga Desa Cangkringsari

No. Nama Status

1. Yulia Mahasiswa

2 Eva Ibu rumah tangga

3 Khoirun Anisa Pns

4 Mashita Mahasiswa

5 Khoirul Buruh

6 Nisak TU

7 Rohmanul Buruh

8 Sholikah Ibu rumah tangga

9 Nur Saidah Mahasiswa

10 Tri Ketua PPI

11 M Alfa Roby Ketua Depra PKS Perak Timur

12 Subhan Hadudu Ketua DPC PKS Pabean Cantingan

4. Tahap-Tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui

tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahapan ini disusun

secara sistematis agar diperoleh data secara sistematis. Ada empat tahap

yang bisa dikerjakan dalam suatu penelitian, yaitu :14

14

(27)

16

a. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan

lapangan. Ada enam langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

1) Menyusun rancangan penelitian

Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau

proposal penelitian yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen

pembimbing dan beberapa dosen lain serta mahasiswa. Pembuatan

proposal ini berlangsung sekitar satu bulan melalui diskusi yang

terus-menerus dengan beberapa dosen dan mahasiswa.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih di Desa Cangkringsari Kecamatan

Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

3) Mengurus Perizinan

Yakni mengurus perizinan di Bangkesbang Provinsi

dilanjutkan di Bangkesbang Sidoarjo kemudian di balai desa

Cangkringsari kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo.

4) Menjajaki dan Menilai Lapangan

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

tentang Pilkada 2015 Sidoarjo masyarakat di Desa Cangkringsari.

Agar peneliti lebih siap terjun ke lapangan serta untuk menilai

keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya sehingga dapat

(28)

17

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Tahap ini peneliti memilih seorang informan yang

merupakan orang yang benar-benar tahu dan terlibat dalam

kegiatan. Kemudian memanfaatkan informan tersebut untuk

melancarkan penelitian.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau

kebutuhanyang akan dipergunakan dalam penelitian ini.

b. Tahap Lapangan

Dalam tahap ini dibagi atas tiga bagian yaitu:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Tahap ini selain mempersiapkan diri, peneliti harus

memahami latar penelitian agar dapat menentukan model

pengumpulan datanya.

2) Memasuki Lapangan

Pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin

hubungan yang baik dan akrab dengan subyek penelitian dengan

menggunakan tutur bahasa yang baik. serta bergaul dengan mereka

dan tetap menjaga etika pergulan dan norma-norma yang berlaku

di dalam lapangan penelitian tersebut.

(29)

18

Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke

dalam fieldnotes, baik data yang diperoleh dari wawancara,

pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.

c. Tahap Analisa Data

Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar

dapat memudahkan dalam menentukan tema dan dapat merumuskan

hipotesa kerja yang sesuai dengan data.15 Pada tahap ini data yang

diperoleh dari berbagai sumber, dikumpulkan, diklasifikasikan dan

analisa dengan komparasi konstan.

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian,

sehingga dalam tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap

hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan

prosedur penulisan yang baik karena menghasilkan kualitas syang baik

pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah pada saat penentuan

informan dimana peneliti mengamati secara visual menggunakan

indera mata dan telinga sendiri untuk mengetahui karakteristik

masyarakat Desa Cangkringsari yang akan dijadikan sebagai informan

15

(30)

19

penelitian. Karakteristik yang dimaksud adalah bagaimana

pengetahuan dan pengaruh masyarakat dalam kehidupan sosial

sehari-hari.

b. Wawancara

Proses menggali data terhadap informan dengan menggunakan

pedoman wawancara terbuka dan disertai dengan wawancara lebih

mendalam terhadap informan (indepth interview). Wawancara yang

dilakukan lebih menyerupai suatu dialog antara peneliti dan subyek

penelitian yang dilakukan dengan suasana keakraban dan santai

dengan menggunakan pedoman wawancara atau guide interview.

Dimana, dalam proses wawancara peneliti menyesuaikan lokasi

wawancara sesuai keinginan informan. Dengan cara ini dapat menggali

sebanyak mungkin informasi sehingga memperoleh gambaran yang

sejelas-jelasnya dan lebih memungkinkan mendapatkan info yang unik

dan jujur. Dalam proses wawancara peneliti tidak terpaku pada

pedoman wawancara yang baku tetapi juga mengikuti alur

pembicaraan subyek penelitian dan memungkinkan peneliti untuk

mengembangkan pertanyaan. Pada saat melakukan percakapan,

peneliti berusaha untuk memberi kebebasan kepada informan apapun

pendapatnya dan tidak untuk memotong atau menyela perkataan

informan. Untuk memudahkan proses wawancara peneliti

menggunakan media handphone dan kamera digital sebagai media

(31)

20

yang terjadi di lapangan sehingga hasil wawancara dapat terekam

dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara

kepada informan.

Dalam melakukan wawancara dengan in depth interview

diperlukan tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelumnya mulai dari

proses getting in sebagai bentuk pendekatan seperti peneliti ikut

beradaptasi atau bersosialisasi dengan informan atau masyarakat

terlebih dahulu saat akan melakukan wawancara terutamanya in depth

interview kemudian didukung dengan terciptanya trust (kepercayaan)

yang melibatkan peneliti dengan informan begitupun sebaliknya yang

mempermudah peneliti untuk menggali data semaksimal mungkin dari

informan.

6. Teknik Analisi Data

Menurut Barger dan Luckman, langkah-langkah analisis data pada

studi fenomenologi, yaitu:

a. Memusatkan perhatian observasi dan kajian pada praktik sosial dari

fenomena yang terjadi.

b. Menggali lebih dalam berbagai aspek dan informasi historis dari para

pelaku serta memperhatikan dimensi struktural maupun kultural yang

ada.

c. Memanfaatkan semaksimal mungkin data trianggulasi maupun

investigator trianggulasi.16

16

(32)

21

7. Teknik Pemeriksaan Data

Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang

valid dan reliabel. Untuk melihat kevalidan dari hasil penelitian, dilakukan

dengan cara trianggulasi yang merupakan usaha dari penulis untuk melihat

keabsahan data. Untuk melihat keabsahan data tersebut diperlukan untuk

menggunakan sumber lebih dari satu/ganda. Ketika jawaban dari

trianggulasi subjek konsisten tetap sama. pada saat itulah cukup alasan

bagi penulis untuk menghentikan proses pengumpulan datanya.17

I. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai

berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,

definisi konsep dan sistematika pembahasan

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Menjelaskan tujuan khusus-umum penelitian, dan juga memaparkan

penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan persepsi masyarakat

dan juga masalah yang berkaitan dengan pilkada Sidoarjo.

BAB III: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Menjelaskan tentang deskripsi umum obyek penelitian dan juga berisi

tentang deskripsi hasil penelitian. Menjelaskan temuan data dan juga

konfirmasi temuan dengan teori

17

(33)

22

BAB IV: PENUTUP

(34)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tindakan Sosial Max Weber

Dalam hal ini kaitanya antara teori tindakan sosial dengan persepsi

masyarakat tentang calon bupati mantan koruptor adalah termasuk relevan.

Yang mana persepsi mengarah pada tindakan sosial, dimana masyarakat disitu

berpendapat tentang adanya calon bupati mantan koruptor. Dari pendapat

tentang calon bupati mantan koruptor tersebut akan memunculkan tindakan

masyarakat pada calon bupati mantan koruptor tersebut. Masyarakat bisa saja

berpendapat setuju atau tidak setuju dengan calon bupati mantan koruptor

serta bisa saja masyarakat memilih dan tidak memilih calon bupati mantan

koruptor. Biasanya dari pendapat serta tindakan masyarakat akan berpengaruh

kepada lingkunganya dalam menyikapi adanya calon bupati mantan koruptor.

Dari berbagai tindakan masyarakat tersebut termasuk dalam tindakan

sosial karena tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakanya

itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada

tindakan orang lain. Sebaliknya tindakan individu yang diarahkan kepada

benda mati atau objek fisik semata tanpa dihubungkanya dengan tindakan

orang lain bukan merupakan tindakan sosial.

Secara definitif Weber memusatkan sosiologi sebagai ilmu yang

berusaha menafsirkan dan memahami tindakan sosial serta antara hubungan

(35)

23

adalah suatu ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman

interpretatif mengenai tindakan sosial agar dengan demikian bisa sampai

kesuatu penjelasan kausal mengenai arah dan akibatnya. Dengan tindakan

yang dimaksud semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang individu yang

bertindak itu memberikan arti subyektif kepada tindakan itu. Tindakan itu

disebut sosial karena arti subyektif tadi di hubungkan oleh individu-individu

yang bertindak memperhitungkan perilaku orang lain dan karena itu diarahkan

ketujuanya.18

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang

nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Bisa dikatakan tindakan yang

“membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh

positif dari situasi tertentu. Atau berupa tindakan pengulangan dengan sengaja

sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan

secara pasif dalam situasi tertentu. Sifat subyektif berusaha untuk

memperhatikan gejala-gejala yang sukar ditangkap dan tidak diamati seperti

perasaan individu, pikiranya dan motif-motifnya.

Tindakan sosial yang dimaksud adalah tindakan masyarakat yang

diarahkan kepada calon bupati mantan koruptor. Yang bersifat negatif dari

situasi pilkada, bisa saja tindakanya mengulang tindakan orang lain yang

berdampak dari pilkada. tindakanya yang subyektif dari situasi tersebut.

Cara untuk melihat pengalaman subyektif adalah pribadi seseorang

dimiliki bersama oleh suatu kelompok sosial. Suatu pengalaman subyektif

18

Max Weber, the theory of social and economic organization, edited by Talcott Parsons

(36)

24

yang dapat dimengerti karena dialami bersama secara meluas, dapat dilihat

sebagai “obyektif”. Suatu pengalaman subyektif yang tidak dapat

dikomunikasikan atau dimengerti, tetapi tidak dapat ditangkap sebagai suatu

pengalaman pribadi yang benar-benar subyektif, meskipun sangat rill bagi

orang yang bersangkutan.

Rasionalitas dan peraturan yang biasa mengenai logika merupakan

suatu kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek subyektif

perilaku dapat dinilai secara obyektif. Tidak semua perilaku dapat dimengerti

sebagai sesuatu manifestasi rasionalitas. Penderitaan-penderitaan seperti

kemarahan, cinta atau ketakutan mungkin diungkapkan dalam perilaku yang

nyata dalam bentuk yang sepintas lalu kelihatanya tidak rasional. Tetapi orang

dapat mengerti perilaku seperti itu kalau orang tahu emosi yang mendasar

yang sedang diungkapkan.

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam

klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan rasional, pembedaan pokok yang

diberikan adalah antara tindakan rasional dan nonrasional. Yaitu tindakan

rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa

tidaknya itu dinyatakan. Didalam kategori utama mengenai tindakan rasional

dan nonrasional itu ada dua bagian yang berbeda satu sama lain.

Bertolak dari konsep pertama tentang tindakan sosial dan antara

hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi

(37)

25

1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang

subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

3. Tindakan yang memiliki pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang

sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara

diam-diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau beberapa individu.

5. Tindakan yang memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

orang lain itu.

Peneliti sosiologi harus mencoba menginterpretasikan tindakan aktor.

Dalam artian yang mendasar, sosiolog harus memahami motif dari tindakan

sosial. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial. Weber membedakannya

kedalam empat tipe, antara lain :

1. Rasionalitas Instrumental

Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan

dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan

alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai

individu yang memiliki berbagai tujuan yang mungkin diinginkanya. Dan

atas suatu dasar kriterium menentukan suatu pilihan. Diantara

tujuan-tujuan yang saling bersaing ini individu itu lalu menilai alat menilai alat

yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuanyang dipilih tadi.

Hal ini mungkin mencakup informasi, mencatat

(38)

26

mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari

beberapa alternatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas dasar

alat yang dipergunakan yang kiranya mencerminkan pertimbang individu

atas efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang

itu dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan

tujuan yang dicapai.

Tindakan yang diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari

tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifat sendiri apabila tujuan itu,

alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan

semua secara rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat

alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai tujuan-tujuan

dengan hasil-hasil yang mungkin dari pengunaan alat tertentu apa saja dan

akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin

berbeda secara alternatif.

2. Rasional yang Berorentasi Nilai

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara

yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk

mencapai tujuan yang lain. Ini menjukan kepada tujuan itu sendiri dalam

tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung

menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena

pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang

diinginkan. Tindakan ini masih rasional meski tidak serasional yang

(39)

27

3. Tindakan Afektif

Tindakan yang dibuat-buat dipengaruhi oleh perasaan emosi dan

kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami kurang atau tidak

rasional. Tindakan tipe ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi

tanpa refleksi intelektual atau kepercayaan yang sadar. Seseorang yang

sedang mengalami persaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan,

ketakutan atau kegembiraan dan secara spontan mengungkapkan perasaan

itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.

Tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan

logis, ideologis, atau kriteria rasionalitas lainya.

4. Tindakan Tradisional

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam

mengerjakan sesuatu dimasa lalu. Tindakan tipe ini merupakan tindakan

sosial yang bukan rasional kalau seorang individu memperlihatkan

perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksasi yang sadar atas perencanaan,

perilaku seperti itu dapat digolongkan sebagai tindakan tradisonal.

Individu itu akan membenarkan atau menjelaskan tindakan itu kalau

diminta dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara

seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya.

Salah satu pembenaran yang perlu adalah bahwa “inilah cara yang

sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami dan demikian nenek moyang

(40)

28

Tindakan ini sudah hilang lenyap karena meningkatnya rasional

instrumental.

Keempat tipe tindakan sosial diatas ini harus dilihat sebagai

tipe-tipe ideal. Pola perilaku khusus yang sama mungkin bisa sesuai dengan

kategori-kategori tindakan sosial yang berbeda dalam situasi-situasi yang

berbeda, tergantung pada orientasi subyektif dari individu yang terlibat.

Tindakan sosial dapat dimengerti hanya menurut arti subyektif dan

pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Untuk tindakan rasional arti

subyektif dapat ditangkap dengan skema alat tujuan.

Konsep kedua dari Weber adalah konsep tentang antar hubungan

sosial. Didefinisikan sebagai tindakan yang beberapa orang aktor yang

berbeda-beda. Sejauh tindakan itu mengandung makna dan dihubungkan

serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Tidak semua kehidupan

kolektif memenuhi syarat sebagai antar hubungan sosial. Dimana tidak ada

saling penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain maka

disitu tidak ada antara hubungan sosia. Meskipun ada sekumpulan orang

yang diketemukan bersama.

Titik tolak bagi teori Weber adalah individuyang bertindak yang

tindakan-tindakanya dapat dimengerti menurut arti subyektifnya.

Kenyataan sosial bagi Weber pada dasarnya terdiri dari tindakan-tindakan

sosial individu yang berarti secara subyektif. Analisa yang diberikan

Weber adalah terutama tindakan individu sebagai kenyataan sosial

(41)

29

individual mengingatkan kita bahwa struktur sosial atau sistem budaya

tidak dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang berbeda secara terlepas dari

individu yang didalamnya struktur sosial yang terdiri pola-pola tindakan

sosial tertentu dan interaksi (yang didefinisikan Weber sebagai istilah

probabilistik), dan sistem budaya kerja dalam kehidupan sosial kalau

sistem itu mempengaruhi orientasi subyektif dan orientasi individu.

Pendekatan Weber melihatkan secara meyakinkan bahwa melihat individu

sebagai satuan utama dalam analisis sosiologi sama sekali tidak

mengesampingkan sistem sosial yang besar.19

19

(42)

30

Bagan 2.1

Peta Alur Berpikir Teori

Rasionalitas yang paling tinggi dimana individu

merasionalitaskan

sesuatu dengan

pertimbangan tujuan,

keinginan untuk

menentukan suatu

pilihan. Untuk

menentukan pilihan biasanya individu

menggunakan alat

untuk mencapai tujuan tersebut. Alat yang dipergunakan biasanya cenderung

mempertimbangan untung dan rugi ketika memilih tujuan atau keinginan tersebut.

Individu dalam

rasionalitas nilai ini

cenderung tidak

memikirkan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuanya itu baik atau tidak, tepat atau tidak.

Tindakan individu yang disebabkan unsur emosi, pura-pura. Karena seseorang yang

dipercayai atau

kepercayaan individu tersebut di usik,

sehingga membuat

individu tersebut bertindak emosi tanpa sadar yang bertujuan

membela orang

kepercayaanya.

Tindakan individu yang didasari pada kebiasaan, dimana

individu ketika

bertindak selalu

beorientasikan pada tindakan-tindakan dahulu. Tindakan ini tanpa refleksi tapi

sadar untuk di

rencanakan.

MAX WEBER

(43)

BAB III ANALISIS DATA

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG CALON BUPATI MANTAN KORUPTOR

A. Subjek Penelitian

1. Masyarakat Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Desa Cangkringsari terletak di Kabupaten Sidoarjo Kecamatan

Sukodono, mengenai alasan peneliti memilih Desa Cangkringsari untuk

diteliti adalah karena pertama, Desa Cangkringsari berpartisipasi dalam

pilkada Sidoarjo 2015. Kedua masyarakat Desa Cangkringsari yang

cenderung apatis dan pragmatis dalam pilkada 2015 ini. Ketiga Kabupaten

Sidoarjo yang salah satu calonya mantan koruptor. Desa Cangkringsari

yang memiliki penduduk sebesar 4.817 jiwa, yang terbagi dari tiga Dusun

dan 26 Rt serta 6 Rw. Dimana penduduk 4.817 jiwa yang meliputi:

a. Laki-laki sebesar 2487 jiwa dan

b. Perempuan sebesar 2330 jiwa

Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo

yang memiliki 3 Dusun serta batasanya yang terbagi atas:

a. Sebelah timur Dusun Keben yang berbatasan dengan Desa Pademo

dan Sambungrejo.

b. Sebelah utara yaitu Dusun Kesemen yang berbatasan dengan Desa

(44)

32

c. Sebelah barat Dusun Jebug yang berbatasan dengan Desa Jogosatru

dan Karangpuri.

d. Sebelah selatan Dusun Cangkringan yang berbatasan dengan Desa

beciro dan Karangpuri.

Berbicara mengenai pilkada 2015 di Sidoarjo, Desa Cangkringsari

terdapat 3.648 daftar pemilih tetap yang terbagi 6 tps yang tersebar di 3

Dusun yang ada di Desa Cangkringsari. Lokasi dan jumlah pemilih tetap

[image:44.595.140.518.277.667.2]

Desa cangkringsari dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

TABEL 3.1

LOKASI DAN JUMLAH PEMILIH DESA CANGKRINGSARI

(

S

S

S

(Sumber: Hasil Pilkada 2015 Desa Cangkringsari) NO.

TPS

LOKASI TPS JUMLAH PEMILIH

(termasuk RT/RW) L P L+P

1 Rmh.Imam Suhadi RT 01 RW 01 311 295 606

2 Rmh.Sekdes RT 02 RW 02 291 270 561

3 Rmh.Hj.Supini RT 10 RW 03 258 245 503

4 Rmh.Mahroji RT 15 RW 04 308 274 582

5 Rmh.P.Yahya RT 19 RW 05 326 303 629

6 Rmh.H.Abd.Hadi RT 25 RW 06 289 298 587

(45)

33

Hasil pilkada 2015 Kabupaten Sidoarjo di Desa Cangkringsari

Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada tabel 3.2

[image:45.595.135.518.226.539.2]

dibawah ini:

Tabel 3.2

Hasil Pilkada 2015 Desa Cangkringsari

(

Sumber: Hasil Pilkada 2015, Desa Cangkringsari)

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Pada sub bab ini penulis akan memaparkan hasil observasi dan

wawancara serta profil dan visi misi calon bupati mantan koruptor yang telah

dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Observasi dan wawancara

dilakukan terhadap 9 informan yang dilangsukan pada 26 November sampai

26 Desember 2015. Bertempat di Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono

Kabupaten Sidoarjo.

No. NAMA CALON SUARA

SAH

1 H. MG. Hadi Sutjipto, S.H., M.M.

dan H. Abdul Kolik, S.E.

700

2 H. Utsman Ikhsan dan Ida Astuti,

S.H.

144

3 H. Saiful Ilah, S.H., M.Hum. dan H.

Nur Ahmad Syaifuddin, S.H.

1.145

4 Warih Andono, S.H. dan H. Imam

Sugiri, S.T., M.M.

105

JUMLAH SELURUH SUARA SAH 2.094

(46)

34

Pilkada Kabupaten Sidoarjo 2015 diikuti oleh empat kandidat calon

Bupati, empat kandidat calon Bupati Sidoarjo antara lain sebagai berikut

1. H. MG. Hadi Sudtjipto, S.H., M.M. dan H. Abdul Kolik, S.E. yang

diusung oleh partai PDIP, partai Demokrat, partai Nasdem dan partai PBB.

2. H. Utsman Ikhsan dan Ida Astuti, S.H. yang diusung oleh partai PKS dan

Partai Gerindra.

3. H. Saiful Ilah, S.H., M.Hum. dan H. Nur Ahmad Syaifuddin, S.H. yang

diusung oleh partai PKB.

4. Warih Andono, S.H. dan H. Imam Sugiri, S.T., M.M. yang diusung oleh

partai PAN dan partai Golkar.

Dari empat calon Bupati Kabupaten Sidoarjo salah satu yang berstatus

mantan koruptor adalah nomer urut 2 yaitu H. Utsman Ikhsan dan Ida Astuti

atau lebih dikenal dengan Tan Mei Wha, dimana Utsman Ikhsan adalah

seorang mantan koruptor yang dulu pernah berkorupsi dana pos peningkatan

kualitas sumber daya anggota DPRD periode 1999-2005 senilai Rp. 2,1 milyar

pada saat itu Utsman menjabat sebagai ketua DPRD Sidoarjo20. Berikut profil

[image:46.595.112.502.587.737.2]

dan visi misinya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.3

Profil calon Bupati mantan koruptor

H. UTSMAN IKHSAN IDA ASTUTI, S.H

TTL : Surabaya, 03-03-1953

Usia : 62 tahun

TTL : Tulungagung, 13-07-1968

Usia : 52 tahun

20

(47)

35

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya 137 Seruni Gedangan Sidoarjo

Agama : Islam

Alamat : Perum Griya Citra Asri RM 29/14 Sememi Benowo, Surabaya

[image:47.595.142.497.110.759.2]

(Sumber: data KPU, diolah oleh peneliti tahun 2015)

Tabel 3.4

Visi dan Misi Calon Bupati Mantan Koruptor

VISI MISI

Menjadikan Kabupaten Sidoarjo yang mandiri, adil dan sejahtera

1. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan sarana

pendidikan, peningkatan pelayanan serta perbaikan sarana dan prasarana kesehatan. 2. Mengutamakan pembangunan infrastruktur guna mendorong peningkatan pembangunan yang proposional, berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.

3. Mendorong pembangunan

perekonomian daerah pada semua sector, dengan memprioritaskan pada sector usaha mikro kecil menengah (UKMK) guna meningkatkan taraf hidup masyarakat secara layak serta peningkatan

pendapatan perkapita guna meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

4. Memberikan pelayanan

(48)

36

pelayanan prima.

5. Mewujudkan kondisi

masyakat dan lingkungan yang aman, tentram, dan tenggang rasa guna terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang kondusif.

(Sumber: data KPU, diolah oleh peneliti tahun 2015)

1. Masyarakat Desa Cangkringsari.

Dari hasil wawancara pada 27 November sampai 26 Desember

2015 di Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Menurut peneliti masyarakatnya Desa cankringsari yang mayoritas apatis

dengan pilkada dan pemerintahan, dan rata-rata pendidikanya hanya

sampai SMA dan hanya minoritas yang melanjutkan ke perguruan tinggi

negeri. Beberapa informan ketika di wawancarai berpendapat bahwa:

a. Partisipasi Masyarakat Desa Cangkringsari pada Pilkada 2015

Partisipasi masyarakat Desa Cangkringsari pada Pilkada 2015

ini banyak masyarakat kurang tahu tentang profil dan track record

calon Bupati Sidoarjo, itu di tandai dengan hasil wawancara pada

beberapa masyarakat Desa Cangkringsari. Beberapa masyarakat

mengatakan tidak tahu profil atau track record calon bupatinya itu

dikarenakan masyarakat terlihat tidak peduli dan apatis dalam

pemilihan calon Bupati Sidoarjo hal ini disebabkan karena menurut

mereka semua yang mencalonkan diri sebagai calon Bupati hanya

mengejar kekuasan dan hanya mengumbar janji-janji pada rakyat yang

(49)

37

menderita dan sengsara oleh kebijak-kebijakanya. Berikut hasil

wawancara pada Narasumber antara lain.

Yulia 21 tahun, Khoirul 26 tahun, Eva 25 tahun dan Khoirun

Anisa 20 tahun sama-sama mengatakan

Aku gak ngerti soale aku gak tau ndelok tivi, gak tau ngurusi

ngunu iku seng penting budal nyoblos oleh sangu seng tak

coblos yo seng ngekei sangu”21

Maksudnya adalah “sama-sama tidak mengetahui profil atau track record calon Bupati Sidoarjo karena mereka sebenarnya tidak mau tahu, mereka hanya berpikir siapa yang memberikan uang ketika dia memilih calon bupati ya itu yang dia pilih. Sudah tidak mau untuk melihat calon bupatinya seperti apa karena bagi mereka semua calon ketika menjadi pemimpin

pasti tidak akan memihak pada rakyat.”

Jadi masyarakat Desa Cangkringsari pada umunya apatis dan

pragmatis dengan pilkada maupun calon bupatinya itu dikuatkan

dengan adanya artikel yang menyebutkan cara masyarakat

mendefinisikan pilkada ditentukan oleh beberapa faktor yang berkaitan

dengan konteks sejarah, sosial ekonomi dan politik masyarakat tempat

pilkada yang dilangsungkan. Karena itu faktor-faktor seperti basis

identitas kelompok, derajat dan sifat konflik, jumlah dan ukuran

kelompok kepentingan serta pola-pola persebaran kelompok jelas

mempengaruhi hasil dan konsekuensi pilkada.

Melihat basis identitas kelompok masyarakat yang plural,

penyelengaraan pilkada pun menimbulkan respon yang beragam.

Masyarakat dengan basis identitas kelas menengah rata-rata

21

(50)

38

pesismistis bahwa pilkada akan bisa melahirkan pemerintahan yang

diinginkan. Pemerintahan yang bersih dan efektif. Mereka bersikap

evaluatif dengan melihat secara kritis, mulai dengan dasar formal yang

di jadikan dasar pelaksanaan hingga proses penyelenggaran pilkada.

Cara masyarakat menengah kebawah mendefinisikan pilkada

jika dilihat dari fenomena yang ada, rata-rata memiliki harapan yang

lebih besar, dalam jumlah polling, mereka bahkan sudah memiliki

pilihan. Itu tidak terlepas dari cara mereka mendefinisikan pilihan.

Pilihan yang mereka tetapkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan

praktis, pilihan rasional dan juga bukan ideologis, tidak sedikit

diantara mereka yang bersedia memberikan dukungan kalau jalan

dikampungnya diperbaiki sebelum pilkada22 dan itu terbukti pada saat

ini yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo dimana terbukti sungai-sungai

diperbaiki dan jalan-jalan umum serta jalan-jalan desa diperbaiki

semua.

b. Persepsi Masyarakat Desa Cangkringsari pada Calon Bupati Mantan Koruptor Di Sidoarjo

Persepsi masyarakat Desa Cangkringsari tentang adanya calon

Bupati mantan koruptor, beberapa masyarakat Desa Cangkringsari

berpendapat antara lain:

Seperti yang diutarakan Yulia berumur 21 thn “Menurutku sih nggak masalah nek ada calon bupati mantan koruptor,

22

(51)

39

koruptore kan bien sopo ngerti wes tobat kan menunggso

gaonok seng ngerti”23

jadi maksud saudara yulia yaitu “menurut pendapatnya tidak

ada masalah ketika salah satu kandidat calon bupati Kabupaten Sidoarjo ada yang mantan koruptor, menurutnya manusiakan tempatnya salah jadi ketika dia mencalonkan diri kembali mungkin saja beliau sudah menjadi baik dengan proses yang

pernah dilaluinya dahulu” sama halnya dengan Yulia,

Mashita 21 thn, juga berpendapat bahwa “Justru lebih baik karena beliau sudah melalui proses buruk, berbuat dosa dari tindakan beliau mencalonkan diri menjadi bupati berarti dia berproses menjadi baik dan jika terpilih berati siap akan tanggung jawab yang diemban sebagai bupati. Patut dikasi kesempatan karena tidak selamanya yang jelek akan tetap jelek

siapa tahu dengan masalalunya beliau menjadi lebih baik”24

Maksudnya yaitu” ketika ada calon bupati mantan koruptor

lebih baik karena beliau sudah pernah melalui proses buruk yakni korupsi, dari tindakan beliau mencalonkan diri menjadi calon bupati itu berati beliau berproses untuk mejadi baik dan jika terpilih sebagai bupati Kabupaten Sidoarjo berarti beliau siap bertanggung jawab dengan baik dalam pemerintahanya karena tidak selalu yang buruk akan terus buruk oleh karena itu

beliau patut diberi kesempatan dalam pilkada ini”

Menurut Khoirul 23 tahun, juga sama dengan beberapa narasumber diatas “Menurutku yo biasa aelah kabeh kandidat calon bupatikan wes diseleksi KPU tapi nek onok salah sijine seng mantan koruptor berarti KPU kurang tegas ambek selektif, tapi nek dilolosno kyk ngene yo berarti wonge wes

lolos teko syarat-syarat calon bupati versi KPU “25

Maksud dari khoirul adalah “ menurut pendapatnya ketika ada calon bupati mantan koruptor di Kabupaten Sidoarjo itu biasa saja dalam artian beliau ketika mencalonkan diri menjadi calon bupati sudah daftar ke KPU ketika KPU meloloskan seorang mantan koruptor untuk mencalonkan diri menjadi Bupati berati beliau sudah lulus persyaratan calon bupati di KPU tetapi menurutnya ketika seorang mantan koruptor lolos dari

23

Wawancara pada 27 November 2015, dengan Yulia di Desa Cangkringsari, pukul 18:30 Wib.

24

Wawancara pada 27 November 2015, dengan mashita di Desa Cangkringsari, pukul 19:00 Wib.

25

(52)

40

persyaratan berati KPU kurang tegas dan selektif dalam

memilih calon bupati kabupaten Sidoarjo”

Namun ada juga beberapa persepi masyarakat Desa Cangkringsari

tentang calon bupati mantan koruptor di Kabupaten Sidoarjo.

Seperti Nisak 21 tahun, menurutnya “Gak seneng nek onok bupati mantan koruptor, wong westau korupsi nang lingkungan sidoarjo kok kate nyalono maneh berati ikukan kate onok korupsi maneh nang pemerintahane nek dee kepeleh dadi

bupati”26

Jadi maksunya yaitu “tidak suka ketika ada calon bupati

Kabupaten Sidoarjo yang seorang mantan koruptor menurutnya seorang mantan koruptor tidak bisa dipercaya ketika beliau memimpin pemerintahan Kabupaten Sidoarjo karena dulunya beliau sudah pernah tersandung kasus korupsi pada saat menjabat di Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo dan itu akan keulang lagi seandainya beliau terpilih menjadi bupati

Kabupaten Sidoarjo”

Dan itu juga terjadi pada narasumber yang lain Rohmanul 22

tahun, Sholikah 45 tahun, Nur Saidah 21 tahun dan Khoirun Anisa 20

tahun. Dimana mereka sama-sama berpendapat

Gak suka gausah dipilih, jamgan sampai dipilih nanti korupsi

lagi semakin merugikan rakyat onoke calon bupati mantan koruptor ngarai koruptor-koruptor leluasa gak kapok-kapok

nek dikei kesempatan”27

Maksudnya yaitu “ketika ada calon bupati mantan koruptor itu

tidak patut dipilih karena kalau dipilih itu sama saja masayarakat memberikan kesempatan untuk beliau korupsi lagi dan akan semakin merugikan masyarakat, mantan koruptor harus diberikan efek jera yaitu sangsi masyarakat kepadanya agar tidak mengulanginya lagi sakgsi jera yang dimaksud

adalah masyarakat yang tidak memilihnya dan

mempercayainya lagi”

26

Wawancara pada 28 November 2015, dengan Nisak, di Desa Cangkringsari, Pukul 15:00 Wib.

27

(53)

41

Dengan demikian masyarakat Desa Cangkringsari Kecamatan

Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Berpendapat bahwa sebagian ada yang

biasa saja dan sah-sah saja ada calon bupati mantan koruptor, karena

menurut beberapa narasumber semua orang pernag berbuat salah apa

salanya memberikan kesempatan lagi siapa tahu, dengan calon yang

berpengalaman dipemerintahan akan membangun Kabupaten Sidoarjo

lebih baik lagi. Ada pula yang tidak setuju karena ketika ada calon

bupati mantan koruptor berarti sama saja memberikan kesempatan

untuk korupsi lagi. Seharusnya para koruptor itu harus ditindak agar

jera dan tidak mengulangi perbuatan yang merugikan masyarakat.

Padahal untuk membangun pemerintahan yang baik ada beberapa asas

yaitu:

1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih

dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor VIII/MPR/2001 tentang rekomendasi arah kebijakan

pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme.

3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1999 tentang

penyelenggaran yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan

nepotisme.

Tentang asas umum pemerintahan yang baik telah diatur

(54)

42

28 tahun 1999 “asas umum pemerintahan negara yang baik adalah asas

yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan norma

hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme”28

c. Reaksi Masyarakat Desa Cangkringsari pada Calon Bupati Mantan Koruptor.

Banyak beragam reaksi dari masyarakat Desa Cangkringsari

yang sebagaian menjadi naearsumber yang rata-rata menolak,

penolakan beberapa masyarakat yang di wawancarai adalah

1) Tidak memilih calon Bupati mantan koruptor

2) Lebih memilih calon Bupati yang masih berkompeten dan bersih

dari kasus korupsi.

Dengan adanya reaksi penolakan calon bupati mantan koruptor

hal itu dikuatkan dengan wawancara beberapa narasumber antara lain:

Seperti yang diutarakan Yulia 21 tahun, reaksi ketika

mengetahui calon Bupati mantan koruptor.

“Reaksiku yo syok nek negrti onok mantan koruptor seng mencalonkan dadi bupati, nek aku wes ngerti ngunu yo

mending gak tak pilih milih seng lebih berkompeten ae” 29

Jadi maksudnya “reaksi saya ketika ada calon bupati mantan

koruptor itu kaget kok mantan koruptor mencalonkan diri. Tapi kalo memang benar seperti itu yang lebuh baik memilih kandidat lain yang berkompeten kan kandidatnya masih

banyak”

28

Ermansyah Djaja, Meberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 83

29

(55)

43

Reaksi seperti itu juga diungkapkan oleh beberapa narausber

lainya yaitu Nisak 21 tahun, Eva 25 tahun, Khoirul 23 tahun, Nur

Saidah 21 tahun,

“Mending milih calon bupati yang laine seng gak tau kenek kasus k

Gambar

TABEL 3.1  LOKASI DAN JUMLAH PEMILIH DESA CANGKRINGSARI
 Tabel 3.2
Tabel 3.3  Profil calon Bupati mantan koruptor
Tabel 3.4  Visi dan Misi Calon Bupati Mantan Koruptor
+2

Referensi

Dokumen terkait

ravinteet Vaiheesssa käyttöönotetut kierrätysravinteet Tuotteen mukana vaiheeseen tuleva ravinnemäärä Ravinteiden muut hyötykäyttökohteet Jätevedenkäsittelyyn tulee

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) dengan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development, Implement, Evaluation). Modul

Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi jenis dan konsentrasi pupuk organik cair (POC) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (umur 30, 37 dan 4 HST), jumlah daun (umur 37

Hanya perlu perubahan kecil pada keadaan saya saat ini untuk membuat saya keluar dari

Berdasarkan gambar 9 hasil ekstraksi ciri, peneliti melakukan ekstraksi ciri dari citra hasil segmentasi menggunakan filter gabor dengan tujuan untuk mengambil

dimana, Qa adalah kapasitas adsorpsi dengan satuan mg/g; C 0 adalah konsentrasi awal logam Ca(II) dan Mg(II) dengan satuan mg/L; C a adalah konsentrasi akhir logam Ca(II)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakterisasi nanopartikel azitromisin-kitosan yang meliputi ukuran partikel, morfologi, zeta potensial dan

Sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya sehingga diperoleh suhu dan waktu optimum terdapat pada suhu 70 o C penyeduhan 5 menit, dimana diperoleh kadar tanin tertinggi dan