• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIKTAT METODE PENELITIAN DAN RANCANGAN PERCOBAAN. Ir. ZASMELI SUHAEMI, MP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIKTAT METODE PENELITIAN DAN RANCANGAN PERCOBAAN. Ir. ZASMELI SUHAEMI, MP"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

DIKTAT

METODE PENELITIAN DAN

RANCANGAN PERCOBAAN

Oleh :

Ir. ZASMELI SUHAEMI, MP

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TAMANSISWA

(2)

I. PENDAHULUAN ... II. MEMILIH MASALAH ...…………... III.STUDI PENDAHULUAN ...…... IV.MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR ... V. HIPOTESIS ... ...……... VI.MENENTUKAN DAN MENYUSUN INSTRUMEN .... ... VII.PENGUMPULAN DATA ... ...……... VIII.PERANCANGAN PERCOBAAN ... ... IX. PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN... X. PERCOBAAN SATU FAKTOR ... ... XI. UJI LANJUT ... ...……... XII.PERCOBAAN BERFAKTOR ... ... XIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... XIV. KOMUNIKASI HASIL PENELITIAN ... DAFTAR PUSTAKA ...……... LAMPIRAN... 1 5 7 8 9 10 13 16 20 23 36 43 57 62 64 65

(3)

I. PENDAHULUAN

Penelitian merupakan suatu usaha dari manusia untuk mengisi kekosongan dalam ilmu pengetahuan. Penelitian yang baik memiliki syarat-syarat antara lain:

1. Sistematis, yaitu memiliki pola ilmiah dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.

2. Berencana, bahwa penelitian tersebut sudah dipikirkan sebelumnya berdasarkan teori-teori yang ada dan bukan penelitian yang mendadak tanpa sistem yang jelas.

3. Mengikuti konsep ilmiah, yaitu mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan dengan menggunakan prinsip berdasarkan ilmu pengetahuan.

Metode Penelitian digunakan untuk membantu mempertajam bakat serta kemampuan seseorang untuk mengadakan penelitian.

Peneliti adalah orang yang melaksanakan pekerjaan penelitian mulai dari menemukan masalah, mengerjakan, mendapatkan hasil sampai pembuatan laporan hasil tersebut. Dalam melakukan penelitian, peneliti membutuhkan : teori, masalah, rencana, hipotesis, data, fasilitas dan kebebasan. Syarat peneliti yang baik ada sebelas yang biasa disebut dengan 11i, yaitu:

1. intelegence (kecerdasan) 2. interest (keingin tahuan) 3. imagination (daya khayal) 4. inventive (daya cipta)

5. informative (mengumpulkan keterangan-keterangan) 6. initiative (inisiatif)

7. industrious (berusaha)

8. intense observation (pengamatan yang intensif) 9. integrity (kejujuran)

(4)

Selain kesebelas syarat tersebut, akan lebih lengkap jika juga memiliki syarat keduabelas, yang merupakan syarat yang biasanya muncul jika telah terpenuhi syarat-syarat sebelumnya, yaitu incentive atau imbalan. Imbalan ini dapat bersifat fisik ataupun psikis.

Secara garis besar penelitian terbagi dua bagian, yaitu basic research dan aplyed research. Basic research biasanya dilakukan untuk kepentingan peneliti saja sebagai penelitian pendahuluan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Basic research dapat berupa penelitian historik, deskriptif maupun eksperimental. Sedangkan aplyed research merupakan penelitian yang bertujuan praktis, untuk diterapkan ditengah masyarakat yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti.

Jenis penelitian ditinjau dari caranya terdiri dari:

1. Operation Research dan action research adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya. Operation Research lebih merupakan kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu penelitian dilakukan bukanlah menciptakan yang baru semata, tetapi menempel pada suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Action research menunjuk pada action atau tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan secara khusus diamati terus menerus, dilihat plus minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.

2. Eksperimen suatu penelitian yang dilakukan dengan sengaja memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian kemudian diteliti bagaimana akibatnya dari perlakuan yang diberikan.

Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian dapat dibagi 3, yaitu: penelitian eksploratif, penelitian developmental dan penelitian verifikatif.

Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Misalnya disuatu daerah ditemukan terjadi kematian hewan unggas secara berturut-turut dalam jumalh besar,

(5)

sehingga menarik perhatian para dokter hewan untuk meneliti sebab-musabab terjadinya musibah tersebut.

Penelitian developmental atau penelitian pengembangan adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka mengembangkan suatu program atau teknologi yang sudah ada ke arah yang lebih baik. Penelitian ini termasuk dalam action research. Misalnya teknologi fermentasi pada bahan pakan yang berserat tinggi. Semula orang hanya mengenal fermentasi dengan menggunakan urea, namun sekarang berkembang dengan penggunaan mikroba-mikroba yang banyak diproduksi dalam bentuk kemasan-kemasan praktis dan mudah penggunaannya.

Penelitian verifikatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Misalnya penelitian tentang penggunaan silase jerami jagung pada ternak kambing yang telah dilakukan di daerah Pariaman, ingin diteliti kembali oleh peneliti lain dengan perlakuan yang sama di daerah Padang.

(6)

BAGAN ARUS KEGIATAN PENELITIAN

Langkah 8b Mengumpulkan Data

Langkah 7

Menentukan dan menyusun alat dan bahan Langkah 6b Menentukan Sumber Data Langkah 4

Merumuskan Anggapan Dasar

Langkah 2 Studi Pendahuluan Langkah 3 Merumuskan Masalah Langkah 5 Memilih Pendekatan Langkah 4a Hipotesis Langkah 6a Menentukan Variabel Langkah 1 Memilih Masalah Langkah 9 Analisis data Langkah 10 Menarik kesimpulan Langkah 11 Menyusun laporan Langkah 8a

(7)

II. MEMILIH MASALAH

Besar maupun kecil, sedikit ataupun banyak, setiap orang pasti memiliki masalah. Namun ada masalah yang dapat seketika diatasi, tetapi ada pula yang memerlukan penelitian.

Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama bagi orang-orang yang belum banyak meneliti. Sehingga diperlukan kepekaan dari calon peneliti. Apabila sudah berpengalaman meneliti, masalah-masalah akan timbul dalam bentuk keinginan untuk segera dilaksanakan pemenuhannya.

Ditinjau dari sebab timbulnya, masalah penelitian seringkali muncul karena hal-hal berikut:

- ada tantangan, - ada keraguan, - ada rintangan, - ada kesenjangan.

Contoh: Sapi FH produksi susunya rendah jika dipelihara di Indonesia, sedangkan dinegeri asalnya tinggi. Mengapa? (ada kesenjangan).

Ditinjau dari sumbernya, masalah penelitian dapat diperoleh dari : - laporan penelitian,

- diskusi-diskusi, - seminar,

- keinginan masyarakat,

- intuisi atau faktor kebetulan, seperti penemuan penicillin - hasil penelitian orang lain,

- hasil analisis bidang ilmu, - pengalaman,

- pengamatan lingkungan.

Dari hal-hal tersebut di atas, biasanya masalah penelitian dipilih oleh peneliti karena alasan-alasan:

(8)

- memungkinkan untuk dilaksanakan (sarana, prasarana, dan sumber data),

- sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti. - sesuai dengan minat peneliti

- bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan praktek.

Sedangkan dalam memilih suatu masalah penelitian, maka seorang (atau beberapa) orang peneliti harus memperhatikan:

- keaslian masalah penelitian, - nilai up to date nya,

- keilmiahannya.

Permasalahan dalam penelitian sering juga disebut dengan istilah problema atau problematik. Secara garis besar ada 3 gejala problematik, yaitu:

1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena (penelitian deskriptif)k, termasuk juga penelitian historis dan filosofis.

2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (penelitian komparasi), Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan dari suatu fenomena yang ada, saelanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada.

3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (penelitian korelasi). Ada dua macam korelasi, sejajar dan sebab-akibat.

(9)

III. STUDI PENDAHULUAN DAN MERUMUSKAN MASALAH

Meskipun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti perlu mengadakan studi pendahuluan. Studi pendahuluan diperlukan untuk menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti, juga untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas.

Setelah dilakukan studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti akan menjadi jelas. Dan masalah yang telah dipilih harus dirumuskan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perumusan masalah merupakan pedoman bagi peneliti sehingga jelas darimana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa.

Perumusan masalah, harus dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:

1. masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, 2. harus jelas dan padat,

3. harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah, 4. harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis,

5. harus menjadi dasar judul penelitian.

Perumusan masalah harus sinkron dengan merumuskan judul. Judul sebaiknya ditulis selengkap mungkin sehingga dengan membaca judul orang dapat mengetahui kehendak peneliti dengan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian. Judul harus memenuhi kaidah-kaidah: singkat, padat, tepat, menarik, dan menimbulkan keinginan orang yang membaca untuk mengetahui lebih mendalam.

Setelah ada perumusan masalah, dalam penulisan selanjutnya harus disinkronkan atau berkaitan erat dengan tujuan penelitian dan kesimpulan hasil penelitian nantinya.

(10)

IV.

MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR

Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya.

Setelah masalah dirumuskan, selanjutnya dipikirkan gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini, peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi dasar yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar, yang merupakan landasan teori di dalam meyakinkan pembaca akan kepentingan penelitian yang dilaksanakan.

Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar yang dalam yang berguna untuk:

i. dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti, sehingga memperkuat permasalahan yang dipilih.

ii. mempertegas variabel atau peubah yang menjadi pusat perhatiannya. iii. membantu peneliti dalam memperjelas penetapan objek penelitian,

wilayah pengambilan data atau lokasi penelitian, instrumen pengumpulan data

iv. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Didalam penyusunan proposal atau skripsi, anggapan dasar terdapat pada Bab II, Bab Tinjauan Pustaka. Merumuskan suatau anggapan dasar bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan suatu pemikiran, renungan dan analisis masalah. Untuk itu diperlukan latihan, membiasakan dan banyak melihat contoh-contoh. Cara menentukan anggapan dasar antara lain adalah:

1. Dengan banyak membaca.

2. Dengan banyak mendengar berita 3. Dengan banyak berkunjung, 4. Dengan mengadakan pendugaan.

(11)

V. HIPOTESIS

Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang

memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Namun tidak semua penelitian menggunakan hipotesis.

MEMILIH PENDEKATAN

Yang dimaksud pendekatan disini adalah metode atau cara mengadakan penelitian, baik eksperimen maupun non eksperimen. Selain itu juga menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil.

MENENTUKAN VARIABEL DAN SUMBER DATA

Menentukan variabel atau peubah yang diukur merupakan langkah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:

a. Apa yang akan diteliti ? b. Dari mana data diperoleh ?

Kedua hal ini harus diidentifikasikan secara jelas agar dengan tepat dapat ditentukan alat apa yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan datanya.

(12)

VI. MENENTUKAN DAN MENYUSUN INSTRUMEN

Setelah peneliti mengetahui dengan pasti apa yang akan diteliti dan dari mana data akan diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan instrumen apa data akan dikumpulkan. Instrumen atau alat dan bahan, sangat tergantung dari jenis dan asal data.

Instrumen dalam penelitian produksi disebut dengan materi penelitian. Materi dalam penelitian bisa terdiri dari alat dan bahan.

Jenis-jenis instrumen berdasarkan metode pengumpulan datanya yang biasa digunakan dibidang peternakan antara laini:

1. Kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang diketahui.

a. Dipandang dari cara menjawab, terdiri dari:

a.Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada

responden untuk menjawab dengan kalimatnya.

b. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, terdiri dari:

a. kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang

dirinya

b. kuesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang

orang lain.

c. Dipandang dari bentuknya, terdiri dari:

c. Kuesioner pilihan ganda, termasuk dalam kuesioner tertutup.

d. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka

e. Kuesioner check list

Instrumen tidak baik

Data tidak benar

Instrumen baik

Kesimpulan tdk sesuai Kesimpulan sesuai

(13)

f. Rating scale

2. Interviu, sering juga disebut wawancara atau kuesioner lisan. Ditinjau dari pelaksanaannya, dibedakan atas:

a. Interviu bebas (inguide interview) b. Interviu terpimpin (guide interview)

c. Interviu bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara a dan b. 3. Observasi, disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Baik dengan atau tanpa alat bantu. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Observasi non sistematis, yang dilakukan tanpa

menggunakan instrumen atau alat pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

4. Skala bertingkat, yaitu suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Contoh-contoh

Judul penelitian : Pengaruh penyimpanan epididimis sapi pada suhu 5o

C setelah dipotong terhadap kualitas mani.

Instrumen/materi penelitian:

Penelitian ini menggunakan epididimis sapi yang berumur 3-4 tahun setelah dipotong yang diambil dari rumah potong hewan setelah sapi dipotong, zat warna eosin (ml) dan NaCl fisiologis 50 ml.

Peralatan yang digunakan adalah haemacytometer 1 set, mikroskop 1 buah, kertas pH universal 1 kotak, tabung reaksi 5 ml, dst...

(14)

BAGIAN ISI PROPOSAL (USULAN) PENELITIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan penelitian D. Hipotesis E. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA

A. (Tentang objek penelitian)

B. (Tentang perlakuan penelitian jika penelitian eksperimen)

C. (Tentang bagian-bagian yang mempengaruhi perlakuan untuk penelitian eksperimen atau yang mempengaruhi peubah yang diukur untuk penelitian sosial/survey, jika ada)

D. (Tentang variabel yang diukur, setiap sub bab dapat terdiri dari satu variabel atau sekaligus seluruh variabel yang diukur))

E. (Dan lain-lain yang dirasa perlu)

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN (Untuk Penelitian eksperimen) A. Materi Penelitian

B. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Peubah Yang Diukur

4. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN (Untuk Penelitian Sosial/Survai) A. Materi Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

2. Deskripsi Populasi/Sampel Penelitian B. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data/Sampel 2. Peubah Yang di Ukur

3. Analisis Data

4. Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR PUSTAKA

(15)

VII. PENGUMPULAN DATA

Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode-metode yang memiliki cukup banyak celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.

Mengamati bukanlah sekedar menatap atau memperhatikan, tetapi mengumpulkan data adalah mengamati peubah atau variabel yang akan diteliti dengan metode yang telah ditentukan, baik interviu, tes, observasi, kuesioner dan sebagainya.

Dengan metode apapun, pengumpul data harus dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat.

Rancangan Penelitian

Berdasarkan proses pengumpulan data, secara umum penelitian pertanian dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu penelitian percobaan (Eksperimen) dan penelitian survey (Non Eksperimen). Pada kategori pertama, untuk mengumpulkan data peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian, kemudian mengamati dan mengukur pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan pada kategori kedua, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek penelitian, melainkan langsung mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data sesuai dengan informasi yang dibutuhkannya.

Rancangan Penelitian dibutuhkan untuk memperoleh sebanyak mungkin keterangan atau fakta yang diperlukan bagi pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. Dalam mencapai tujuan ini perlu dipertimbangkan faktor-faktor kendala yang membatasi kemudahan dalam melaksanakan percobaan. Untuk itu, rancangan yang baik adalah bersifat antara lain :

- efektif, yaitu sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian

(16)

- sederhana, yaitu mudah diselenggarakan dan mudah dianalisis. Agar suatu penelitian memberikan fakta yang dapat diolah dan digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih, maka dalam merancang suatu penelitian, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok, yaitu: pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control)

Pengulangan dilakukan agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi, berdasarkan sampel yang digunakan. Jumlah pengulangan sifatnya fleksibel, tergantung kepada tujuan penelitian, aspek statistik, maupun aspek ekonomi.

Pengacakan dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada satuan-satuan percobaan.

Sesuai dengan prinsip pengendalian lokal, dalam penelitian eksperimen digunakan perancangan lingkungan, yaitu usaha untuk mengendalikan kesalahan suatu penelitian (galat percobaan) dengan melakukan pengelompokkan terhadap satua-satuan percobaan yang relatif lebih seragam.

Apabila bahan atau lingkungan percobaan relatif seragam, atau dapat diusahakan seragam, maka penelitian dapat dilakukan tanpa pengelompokan dan rancangan yang digunakan disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila keseragaman satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan, maka pengelompokkan harus dilakukan, rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) atau RBL (rancangan Bujursangkar Latin).

Dari setiap rancangan lingkungan di atas, dapat pula disusun berdasarkan penempatan perlakuan untuk rancangan yang memiliki perlakuan 2 faktor atu lebih. Rancangan perlakuan tersebut yang umum digunakan adalah rancangan faktorial (RF), rancangan petak terbagi (RPT), dan rancangan kelompok terbagi (RKT).

(17)

VIII. PERANCANGAN PERCOBAAN

Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu secara teoritis, percobaan diartikan sebagai tes (Montgomery, 1991) atau penyelidikan terencana untuk mendapatkan fakta baru (Steel dan Torrie, 1995). Dan rancangan percobaan dapat diartikan sebagai tes atau serangkaian tes dimana perubahan yang berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem sehingga kita dapat mengamati dan mengidentifikasi alasan-alasan perubahan pada respon output (Montgomery, 1991). Sedangkan menurut Milliken dan Johnson (1992) rancangan percobaan merupakan hal yang sangat berhubungan dengan perencanaan penelitian untuk mendapatkan informasi maksimum dari bahan-bahan yang tersedia. Dan dapat juga diartikan sebagai seperangkat aturan/cara/prosedur untuk menerapkan perlakuan kepada satuan percobaan (Steel dan Torrie, 1995).

Dari berbagai definisi di atas jelas bahwa tujuan percobaan adalah serupa yaitu menjawab satu atau lebih pertanyaan untuk mendapatkan informasi maksimum dengan cara: (1) Menentukan variabel mana yang paling berpengaruh terhadap tanggapan (respon), y; (2) Menentukan bagaimana menset pengaruh X’s sehingga y mendekati nilai nominal yang didinginkan; (3) Menentukan bagaimana men set pengaruh X’s sehingga ragam y kecil. (4) Menentukan bagaimana men set X’s sehingga pengaruh variabel tak terkontrol z1, z2,…zq sekecil mungkin.

Dalam merancang suatu penelitian, peneliti sering melakukan kontrol terhadap pengaruh-pengaruh tertentu seperti perlakuan, populasi, atau kombinasi perlakuan. Oleh karena itu, sebelum penelitian berlangsung timbul beberapa pertanyaan yang harus dijawab: (1) Berapa banyak perlakuan yang harus diterapkan; (2) Berapa kali setiap perlakuan harus diamati; (3) Apa saja satuan percobaannya; (4) Bagaimana menerapkan perlakuan ke satuan percobaan dan mengamati responnya; (5) Dapatkah hasil rancangan tadi dianalisis dan dibandingkan?

(18)

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus secara langsung dan tidak dapat dijawab secara umum. Di sinilah rancangan percobaan digunakan sehingga dapat memainkan peranan penting dalam proses pengembangan dan proses mencari dan memecahkan kesulitan guna meningkatkan penelitian.

Secara garis besar penelitian terbagi dua bagian, yaitu basic research dan aplyyed research. Basic research biasanya dilakukan untuk kepentingan peneliti saja sebagai penelitian pendahuluan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Basic research dapat berupa penelitian historik, deskriptif maupun eksperimental. Sedangkan aplyyed research merupakan penelitian yang bertujuan praktis, untuk diterapkan ditengah masyarakat yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti.

Berdasarkan proses pengumpulan data, secara umum penelitian pertanian dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu penelitian percobaan (Eksperimen) dan penelitian survey (Non Eksperimen). Pada kategori pertama, untuk mengumpulkan data peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian, kemudian mengamati dan mengukur pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan pada kategori kedua, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek penelitian, melainkan langsung mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data sesuai dengan informasi yang dibutuhkannya.

Mengaumpulkan data bukanlah sekedar mengamati dengan menatap atau memperhatikan, tetapi mengumpulkan data adalah mengamati peubah atau variabel yang akan diteliti dengan metode yang telah ditentukan, baik interviu, tes, observasi, kuesioner dan sebagainya.

Dengan metode apapun, pengumpul data harus dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat.

Rancangan Penelitian dibutuhkan untuk memperoleh sebanyak mungkin keterangan atau fakta yang diperlukan bagi pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan ini perlu dipertimbangkan

(19)

faktor-faktor kendala yang membatasi kemudahan dalam melaksanakan percobaan. Untuk itu, rancangan yang baik adalah bersifat antara lain : a. efektif, yaitu sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian b. efisien, yaitu memiliki ketepatan yang tinggi tetapi hemat

dalam menggunakan waktu, biaya, tenaga dan bahan penelitian

c. sederhana, yaitu mudah diselenggarakan dan mudah dianalisis.

Dengan demikian, rancangan yang baik adalah yang mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas.

Dalam bidang ilmu eksakta, khususnya program studi Produksi Ternak, umumnya penelitian yang dilakukan adalah kategori penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, ada beberapa istilah yang harus dikenal, yaitu: “perlakuan”, “satuan percobaan”, dan “galat percobaan”.

a. Perlakuan (Treatment)

Perlakuan dapat diartikan sebagai sekumpulan kondisi-kondisi tertentu yang diberikan kepada setiap satuan percobaan dengan tujuan melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing kondisi tersebut dalam ruang lingkup rancangan yang dipakai.

b. Satuan percobaan

Adalah satuan terkecil dari bahan percobaan yang memperoleh perlakuan. Sebagai contoh sejumlah ayam broiler dalam satu unit kandang, satu ekor sapi atau satu plot tanaman hijauan makanan ternak. Erat hubungannya dengan ini adalah satuan pengamatan, yaitu satuan terkecil dari objek yang diamati. Satuan pengamatan dalam keadaan tertentu sama dengan satuan percobaan, seperti halnya satu ekor sapi. Namun secara umum satuan pengamatan merupakan bagian dari satuan percobaan, seperti halnya seekor puyuh, seekor ayam broiler/petelur, satu rumpun hijauan dalam satu plot dan lain-lain. c. Galat percobaan

(20)

satuan-kandang yang berukuran dan memiliki jumlah ayam yang sama, mendapat perlakuan yang sama, tetapi tidak memberikan respon yang sama. Keragaman ini bisa ditimbulkan oleh dua hal. Pertama adalah akibat adanya perbedaan yang memang sudah ada di dalam bahan percobaan itu sendiri, dan yang kedua adalah akibat kekurang cermatan peneliti dalam menyelenggarakan percobaan sehingga kondisi-kondisi yang harusnya diciptakan sama tidak terpenuhi dengan sempurna.

Dalam setiap percobaan, kesalahan atau galat percobaan harus diusahakan sekecil-kecilnya dengan menyediakan bahan percobaan yang seragam dan menggunakan rancangan percobaan yang tepat.

Pengendalian galat dengan rancangan percobaan berarti merancang model analisa sedemikian rupa sehingga sumber-sumber galat dapat diidentifikasi dan disisihkan dari galat yang sebenarnya.

(21)

IX. PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN

Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji, baik itu menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut. Adapun ilustrasinya dapat dibuat sebagai berikut :

Agar suatu penelitian atau percobaan memberikan fakta yang dapat diolah dan digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih, maka dalam merancang suatu penelitian, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok, yaitu: pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control)

Pengulangan (replication)

Pengulangan dilakukan agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi, berdasarkan sampel yang digunakan. Jumlah pengulangan sifatnya fleksibel, tergantung kepada tujuan penelitian, aspek statistik, maupun aspek ekonomi.

Pengulangan bertujuan untuk :

a. Menduga ragam dari galat percobaan

b. Menduga galat baku (standard error) dari rataan perlakuan c. Meningkatkan ketepatan percobaan

d. Memperluas presisi kesimpulan percobaan yaitu melalui pemilihan dan penggunaan satuan-satuan percobaan yang lebih

Input Proses Metode Mesin Material Output

(22)

Pengacakan (randomization)

Pengacakan yaitu setiap unit percobaan harus memiliki peluang yang sama untuk diberi suatu perlakuan tertentu, untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada satuan-satuan percobaan. Pengacakan perlakuan pada unit-unit percobaan dapat menggunakan tabel bilangan acak, sistem lotere secara manual atau dapat juga menggunakan komputer.

Pengendalian lokal (local control)

Pengendalian lokal atau pengendalian lingkungan, yaitu usaha untuk mengendalikan keragaman yang muncul akibat keheterogenan kondisi lingkungan dengan melakukan pengelompokkan terhadap satua-satuan percobaan yang relatif lebih seragam.

Usaha-usaha pengendalian lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengelompokkan (blocking) satu arah, dua arah, maupun multi arah. Pengelompokkan dikatakan baik jika keragaman di dalam kelompok lebih kecil dibandingkan dengan keragaman antar kelompok

Pembuatan kelompok biasanya lebih didasarkan pada kondisi atau karakteristik objek percobaan yang digunakan dengan syarat kelompok tidak berinteraksi dengan perlakuan.

Apabila bahan atau lingkungan percobaan relatif seragam, atau dapat diusahakan seragam, maka penelitian dapat dilakukan tanpa pengelompokan dan rancangan yang digunakan disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila keseragaman satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan, maka pengelompokkan harus dilakukan, rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) atau RBSL (rancangan Bujursangkar Latin).

Dari setiap rancangan lingkungan di atas, dapat pula disusun berdasarkan penempatan perlakuan untuk rancangan yang memiliki perlakuan 2 faktor atu lebih. Rancangan perlakuan tersebut yang umum

(23)

digunakan adalah rancangan faktorial (RF), rancangan petak terbagi (RPT), dan rancangan kelompok terbagi (RKT).

Selain prinsip pengulangan (replication), pengacakan

(randomization), dan pengendalian lokal (local control), terdapat lagi beberapa prinsip tambahan dalam rancangan percobaan. Salah satu diantaranya adalah prinsip efisien. Suatu rancangan dikatakan lebih efisien dari rancangan lain apabila galat percobaan rancangan pertama lebih kecil dari galat percobaan rancangan kedua.

Dalam laporan hasil penelitian (Skripsi) , uraian mengenai rancangan percobaan untuk penelitian eksperimen diletakkan pada Bab III, sebagaimana berikut:

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian

B. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Peubah Yang Diukur

(24)

X. PERCOBAAN SATU FAKTOR

Suatu percobaan yang dirancang hanya melibatkan satu faktor dengan beberapa taraf sebagai perlakuan, disebut dengan percobaan satu faktor. Taraf perlakuan adalah jumlah level atau jenis perlakuan yang dipilih. Percobaan satu faktor dapat diterapkan pada berbagai rancangan lingkungan (RAL, RAK, RBSL dan lain-lain). Rancangan ini pada dasarnya menjaga kondisi faktor-faktor lain dalam kondisi tetap.

A. RANCANGAN ACAK LENGKAP

Rancangan ini dipakai bila satuan percobaan yang digunakan relatif

homogen/seragam. Pada umumnya percobaan dilaboratorium,

kehomogenan satuan percobaan bisa dijamin, sebaliknya jika percobaan dilakukan di lapangan. Selain satuan percobaan yang homogen, lingkungan percobaan selain perlakuan juga relatif homogen, seperti halnya, kandang, perlengkapan kandang, tata laksana pemeliharaan dan suhu lingkungan.

1. Pengacakan dan Lay out penelitian.

Dimisalkan suatu penelitian yang lingkungannya relatif homogen memiliki 4 taraf perlakuan yang dilambangkan P1, P2, P3 dan P4 dan setiap taraf perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Dengan demikian satuan percobaan yang digunakan adalah 4 X 5 = 20 satuan percobaan. Pengacakan dilakukan sekaligus pada 20 satuan percobaan.

Pengacakan dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan 20 satuan percobaan yang dibutuhkan, dan 20 lembar kertas untuk mengacak. Seluruh satuan percobaan diberi no urut 1 – 20.

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

11 12 13 14 15

(25)

Tulislah di kertas yang tersedia perlakuan P2 sebanyak lima buah dan perlakuan lainnya juga masing-masing lima buah. Lebih bagus jika pada kertas langsung ditulis ulangannya, contoh : P11 berarti perlakuan P1 ulangan kesatu. Setelah itu lakukan pengacakan seperti dengan mengocok ke 20 kertas dan keluarkan satu persatu. Kertas yang keluar pertama berarti perlakuan yang harus ditempatkan pada satuan percobaan yang pertama (No.urut 1), begitu juga seterusnya sampai semua kertas habis dan seluruh satuan percobaan sudah diberi perlakuan.

1 P14 2 P21 3 P42 4 P45 5 P41

6 P13 7 P35 8 P15 9 P22 10 P12

11 P31 12 P33 13 P11 14 P34 15 P23

16 P25 17 P32 18 P43 19 P24 20 P44

Gambar. Lay Out Penelitian. 2. Tabulasi data.

Tabel. Tabulasi Data Percobaan RAL.

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 P1 Y 11 Y12 Y13 Y14 Y1. Ỹ 1. P2 Y 21 Y22 Y23 Y24 Y2. Ỹ 1. P3 Y 31 Y32 Y33 Y34 Y3. Ỹ 1. P4 Y 41 Y42 Y43 Y44 Y4. Ỹ 1. P5 Total Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.. Rataan .1 .2 .3 .4 ..

3. Model linier dan tabel sidik ragam

Bentuk umum dari model linier rancangan acak lengkap (RAL) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + αi + εij Keterangan :

(26)

Yij = nilai pengamatan pada satuan percobaan

1. = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan taraf ke - i

εij = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke - j perlakuan ke-i

Tabel . Sidik Ragam Rancangan Penelitian. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F hitung Nilai F tabel 5% 1% Perlakuan Galat/Sisa p-1 p(u-1) JKP JKG KTP KTG KTP/KTG Total pu-1 JKT Perhitungannya adalah : FK = Faktor Koreksi 2 = Y.. pu

JKT = Jumlah Kuadrat Total

=

Y ij2 - FK

JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan

= 1

u

Yi.

2 - FK

JKG = Jumlah Kuadrat Galat

= JKT – JKP KTP = JKP/p-1 KTG = JKG/p(u-1) Keterangan : p : Jumlah Perlakuan u : Jumlah ulangan

4. Pengujian Hipotesis dan Kesimpulan

Hipotesis harus ditentukan sebelum dilakukan pengujian, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi

(27)

masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Apabila kita berhadapan dengan model percobaan yang tetap, hipotesis nol (H0 ) yang diajukan sebelum percobaan adalah tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil pengamatan. Lawannya adalah hipotesis alternatif ( Ha ), yaitu setidaknya ada sepasang perlakuan yang berbeda. Hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2= ... = µp ; p = jumlah perlakuan

Ha : µi ≠ µp ;i = perlakuan; p = jumlah perlakuan

Dari perhitungan untuk melengkapi Tabel Sidik Ragam, akan diperoleh nilai Fhit (F hitung) dari perbandingan antara KTP/KTG. Nilai Fhit dihitung untuk dibandingkan dengan nilai F Tabel sehingga dapat dilakukan pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan.

Nilai F Tabel dapat dilihat pada buku-buku teks Statistika atau Rancangan Percobaan, contohnya dalam buku Steel and Torie dapat dilihat pada lampiran Tabel A6. Cara melihat nilai F Tabel adalah sebagai berikut : db pe-nyebut Peluang nilai F yang lebih besar db pembilang 1 2 3 4 ... P 1 2 . . 120 0,100 0,050 0,025 0,010 0,005 . . . . 39,86 161,40 647,80 4052,00 16211,00

Nilai F tabel, dilihat berdasarkan db (Derajat bebas) pembilang yaitu db perlakuan yang kita uji dengan db penyebut, yaitu db Galat. Nilai yang

(28)

digunakan adalah nilai pada peluang nilai F yang lebih besar 0,050 dan 0,010.

Kondisi yang mungkin terjadi dari hasil perbandingan antara F Tabel dengan F hitung adalah :

1. F hit < F Tabel H0 diterima 2. Fhit > F Tabel H0 ditolak Kesimpulan :

1. Jika F hit < F Tabel artinya : tidak adanya perbedaan pengaruh

perlakuan terhadap hasil pengamatan (non significant)

dilambangkan dengan ns.

2. Jika Fhit > F Tabel artinya : setidaknya ada sepasang perlakuan yang berbeda pengaruhnya terhadap hasil pengamatan.

a. Jika F hit > F tabel pada peluang F yang lebih besar 0,050, maka perbedaan pengaruhnya disebut berbeda nyata (significant), pada tabel Sidik Ragam dilambangkan dengan *. b. Jika F hit > F tabel pada peluang F yang lebih besar 0,010,

maka perbedaan pengaruhnya disebut berbeda sangat nyata (highly significant) dilambangkan dengan **.

Contoh :

Suatu penelitian dilakukan untuk melihat pengeruh dosis obat cacing terhadap pertambahan berat badan sapi Peranakan Simental. Sebagai taraf perlakuan dipilih dosis obat cacing sebanyak 30 ml, 40 ml, 50 ml dan 60 ml, sehingga perlakuannya adalah sebagai berikut :

P1 = pemberian dosis obat cacing 30 ml/500 kg

P2 = pemberian dosis obat cacing 40 ml/500 kg

P3 = pemberian dosis obat cacing 50ml/500 kg

(29)

Berikut ini adalah rata-rata pertambahan berat badan sapi P. Simental (gram/hari) sesuai perlakuan pemberian obat cacing:

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 5 P1 44 56 51 55 45 251 50.2 P2 52 47 53 47 47 246 49.2 P3 68 53 71 48 48 288 57.6 P4 66 54 54 71 68 313 62.6 Jumlah 230 210 229 221 208 1098 219.6 FK = 10982 = 60280.2 20 JKT = 442 + 562 + … + 682 - 60280.2 = 61798 - 60280.2 = 1517.8 JKP = 1 X 2512 + … + 3132 - 60280.2 5 = 1 X 304430 - 60280.2 5 = 60886 - 60280.2 = 605.8 JKG = 1517.8 - 605.8 = 912 KTP = 605.8 = 201.9333 3 KTG = 912 = 57 16 Fhit = KTP = 201.93 = 3.54 KTG 57 Ftabel 5% = 3.24 Ftabel 1% = 5.29

(30)

Kesimpulan : Fhit>5% berarti H0 ditolak

Artinnya : Bahwa ada perbedaan pengaruh yang nyata dari

dosis pemberian obat cacing terhadap pertambahan berat badan sapi Peranakan Simental.

B. RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK)

Rancangan ini dipakai bila satuan percobaan yang digunakan harus dikelompokkan karena tidak homogen. Pada umumnya percobaan yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan tanah perlu dikelompokkan, misalnya karena kemiringan tanah tidak sama pada percobaan penanaman rumput gajah. Percobaan yang menggunakan ternak besar umumnya juga membutuhkan pengelompokkan, karena sult mengumpulkan ternak kambing atau sapi yang memiliki umur dan berat yang homogen sekaligus dalam jumlah banyak. Selain satuan percobaan yang tidak homogen, lingkungan percobaan selain perlakuan harus relatif homogen, seperti halnya, kandang, perlengkapan kandang, tata laksana pemeliharaan dan suhu lingkungan.

1. Pengacakan dan Lay out penelitian.

Dimisalkan suatu penelitian yang membutuhkan pengelompokkan memiliki 4 taraf perlakuan yang dilambangkan P1, P2, P3 dan P4, dan 5 buah pengelompokkan. Dengan demikian satuan percobaan yang digunakan adalah 4 X 5 = 20 satuan percobaan. Pengacakan pada RAK hanya dilakukan pada satuan percobaan dalam kelompok yang sama.

Pengacakan dilakukan dengan menyediakan 4 taraf perlakuan yang ditulis pada lembaran kertas untuk mengacak. Seluruh satuan percobaan diberi no urut 1 – 20.

Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V

1 5 9 13 17

2 6 10 14 18

3 7 11 15 19

(31)

Tulislah di kertas yang tersedia perlakuan P1 sebanyak lima buah. Setelah itu lakukan pengacakan dengan mengocok ke 5 kertas dan keluarkan satu persatu. Kertas yang keluar pertama berarti perlakuan yang harus ditempatkan pada satuan percobaan yang pertama (No.urut 1) pada kelompok I, begitu juga seterusnya sampai semua Perlakuan sudah menempati satuan percobaan pada kelompok I. Demikianlah sterusnya untuk kelima buah kelompok yang ada.

Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V

1 P4 5 P2 9 P4 13 P4 17 P1

2 P3 6 P3 10 P1 14 P2 18 P2

3 P1 7 P4 11 P2 15 P3 19 P3

4 P2 8 P1 12 P3 16 P1 20 P4

Gambar. Lay Out Penelitian. 2. Tabulasi data.

Tabel. Tabulasi Data Percobaan RAK.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rataan

1 2 3 4 5 P1 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y1. 1. P2 Y 21 Y22 Y23 Y24 Y25 Y2. Ỹ 2. P3 Y 31 Y32 Y33 Y34 Y35 Y3. Ỹ 3. P4 Y 41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y4. Ỹ 4. Total Y .1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.. Rataan .1 Ỹ .2 Ỹ .3 Ỹ .4 Ỹ .5 Ỹ ..

3. Model linier dan tabel sidik ragam

Bentuk umum dari model linier rancangan acak kelompok (RAK) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Κj + αi + εij Keterangan :

(32)

2. = nilai tengah umum

Κj = pengaruh perlakuan kelompok ke - j

αi = pengaruh perlakuan taraf ke - i

εij = galat percobaan pada satuan percobaan kelompok ke - j perlakuan taraf ke-i

Tabel . Sidik Ragam Rancangan Penelitian dengan RAK. Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F hitung Nilai F tabel 5% 1% Kelompok Perlakuan Galat/Sisa k-1 p-1 (p-1)(k-1) JKK JKP JKG KTK KTP KTG KTK/KTG KTP/KTG Total pk-1 JKT Perhitungannya adalah : FK = Faktor Koreksi 2 = Y.. pk

JKT = Jumlah Kuadrat Total

=

Y ij2 - FK

JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan

= 1

k

Yi.

2 - FK

JKK = Jumlah Kuadrat Kelompok

= 1

p

Y.j

2 - FK

JKG = Jumlah Kuadrat Galat

= JKT – JKP - JKK KTP = JKP/p-1 KTK = JKK/k-1 KTG = JKG/(p-1)(k-1) Keterangan : p : Jumlah Perlakuan k : Jumlah Kelompok

(33)

5. Pengujian Hipotesis dan Kesimpulan

Hipotesis harus ditentukan sebelum dilakukan pengujian, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Apabila kita berhadapan dengan model percobaan yang tetap, hipotesis nol (H0 ) yang diajukan sebelum percobaan adalah tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan atau kelompok terhadap hasil pengamatan. Lawannya adalah hipotesis alternatif (Ha), yaitu setidaknya ada sepasang perlakuan atau kelompok yang berbeda. Hipotesis dilakukan pada per-lakuan dan kelompok. Hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut : Pengruh perlakuan :

H0 : µ1 = µ2= ... = µp ; p = jumlah perlakuan

Ha : µi ≠ µp ;i = perlakuan; p = jumlah perlakuan Pengaruh kelompok :

H0 : µ1 = µ2= ... = µk ; k = jumlah kelompok

Ha : µj ≠ µk ;j = kelompok; k = jumlah kelompok

Kesimpulan dari hasil percobaan sama halnya dengan pengambilan kesimpulan pada percobaan dengan RAL, tetapi kesimpulan diambil berdasarkan hasil perbandingan F hit pada perlakuan dan kelompok.

(34)

Latihan:

Dari hasil penelitian yang berjudul “ Pengaruh pemberian Bioplus terhadap pertambahan berat badan sapi Pesisir masa pertumbuhan”, diperoleh pertambahan berat badan sapi sebagai berikut (kg/minggu)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 P1 1.74 2.11 1.99 1.94 7.78 1.95 P2 1.94 1.84 2.13 1.95 7.86 1.97 P3 1.95 1.98 1.81 2.12 7.86 1.97 P4 1.97 1.86 2.12 1.98 7.93 1.98 P5 1.95 1.98 1.87 1.71 7.51 1.88 Jumlah 9.55 9.77 9.92 9.70 38.94

C. RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN (RBSL)

Rancangan ini digunakan apabila satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan seragam, sehingga harus dilakukan pengelompokan, sedangkan pengelompokkan tersebut harus dilakukan dua arah (ada 2 hal dalam lingkungan percobaan yang harus dikelompokan). Dalam rancangan ini, pengelompokkan dilakukan berdasarkan baris dan kolom, jumlah perlakuan, jumlah kolom dan jumlah baris haruslah sama, itulah sebabnya rancangan ini disebut bujur sangkar latin. Dalam bidang peternakan, umumnya digunakan pada objek percobaan ternak besar.

Pengacakan dilakukan pada kelompok secara dua arah pada kolom dan baris, sehingga masing-masing perlakuan ada pada setiap baris dan kolom.

1. Model Additif linier

Yijk = µ + αi + Βj + Κk + εijk Keterangan :

µ = rata-rata umum

αi = Pengaruh perlakuan ke i

(35)

Κk = Pengaruh kolom ke k

εijk = galat percobaan

2. Tabulasi data

Baris Kolom Jumlah Rataan

I II III IV

1 Y(i)11 Y(i)12 Y(i)13 Y(i)14 Y.1. Y .1.

2 Y(i)21 Y(i)22 Y(i)23 Y(i)24 Y.2. Y .2.

3 Y(i)31 Y(i)32 Y(i)33 Y(i)34 Y.3. Y .3.

4 Y(i)41 Y(i)42 Y(i)43 Y(i)44 Y.4. Y .4.

Jumlah Y..1 Y..2 Y..3 Y..4 Y…

Rataan Y ..1 Y ..2 Y ..3 Y ..4 Y …

Perlakuan Jumlah Rataan

A Y(1).. Y (1)..

B Y(2).. Y (2)..

C Y(3).. Y (3)..

D Y(4).. Y (4)..

3. Tabel Sidik Ragam Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Nilai

Nilai F table 5% 1% Perlakuan Baris Kolom Galat/Sisa p-1 p-1 p-1 p-1(r-2) JKP JKB JKK JKG KTP KTB KTK KTG KTP/KTG KTB/KTG KTK/KTG Total P2-1 JKT Perhitungan :

FK, JKT dan JKP sama dengan RAL dan RAK

JKP = JKBaris =1 p 2 . .j Y

- FK JKKolom = 1 p 2 ..k Y

- FK JKG = JKT – JKP – JKBaris - JKKolom

(36)

4. Koefisien Keragaman (KK)

Salah satu yang perlu dilihat dalam perhitungan data peubah yang

diukur adalah KK, yaitu hasil perbandingan antara akar kuadrat tengah sisa dengan rata-rata umum dari data, yang dinyatakan dalam persen. Nilai KK dapat menggambarkan seberapa besar keragaman data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran. Semakin kecil nilai KK, menunjukkan data untuk perlakuan yang sama relatif seragam.

KK = .. KTG

(37)

XI. UJI LANJUT

Setiap hasil penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan percobaan, dengan rancangan lingkungan RAL, RAK ataupun RBL akan menghasilkan kesimpulan yang didasarkan perbandingan antara F hitung dengan F table dari hasil Uji F. Jika F hitung < dari F Tabel atau Hipotesis Nol diterima, maka kesimpulan hasil penelitian hanya didasarkan atas hasil Uji F tersebut. Namun jika F hitung > dari F table atau Hipotesis Nol ditolak, karena hasil menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan), maka kesimpulan harus diambil berdasarkan hasil Uji Lanjut. Uji Lanjut bertujuan untuk menguji perbedaan antar perlakuan dari hasil penelitian, kecuali jika penelitian hanya memiliki dua taraf perlakuan tidak diperlukan Uji Lanjut.

Karena Uji Lanjut bertujuan untuk menguji perbedaan antar perlakuan, maka sering juga disebut dengan istilah Pembandingan Ganda. Uji Lanjut Pembandingan Ganda yang biasa digunakan ada 3 macam. Yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dan Uji Berganda Duncan (DMRT).

1. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) atau Least Significant Difference (LSD).

Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil Sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada Table t. Rumus yang digunakan adalag sebagai berikut :

BNTα = tα/2 , dbs. Sy = tα/2 , dbs 2KTG

u

Langkah-langkah pengujian adalah sebagi berikut :

1. Hitunglah rata-rata perlakuan untuk tiap taraf perlakuan jika hasil uji F nya adalah berbeda nyata (* atau **).

2. Urutlah rata-rata perlakuan tersebut berdasarkan rangking (dari yang besar ke yang kecil atau sebaliknya).

(38)

3. Carilah selisih dari rata-rata antara dua pasangan perlakuan yang hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.

4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji BNTα .

5. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).

6. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji.

Contoh :

Diketahui bahwa Rangking rataan konversi ransum dari ternak puyuh pada suatu penelitian adalah sebagai berikut :

A = 4.77 C = 4.97 B = 5.54 D = 5.66

Selisih antara rataan perlakuan : A-C = 0 .20

C - B = 0.57 B-D = 0 .12 Nilai uji pembanding :

BNTα = tα/2 , dbs. Sy = tα/2 , dbs 2KTG u = 2.12 X 2(0.033) 5 = 2.12X 0.115 = 0.2436

Selisih antararataan perlakuan dibandingkan dengan nilai uji: A – C= 0.20 < 0.2436 → A - C ns

tα/2 = nilai Tabel t pada tingkat kepercayaan (α) 0.05 pada uji satu arah atau 0.025 pada uji dua arah, pada derajat bebas sisa sesuai yang dihasilkan pada Tabel Sidik Ragam, dengan db=16

(39)

C – B = 0.57 > 0.2436 → B - C* B - D = 0.12 < 0.2436 → B - Dns

Jika antara dua nilai tengah (rataan) perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata maka diantara kedua perlakuan tersebut diberi garis yang sama atau huruf superkrip yang sama. Contoh :

A C B D a t a u A a C a B b D b Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut:

PERLA-KUAN

Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 A 0% 4.76 4.73 4.80 4.76 4.79 23.84 4.77a B 5% 5.35 5.49 5.53 5.58 5.76 27.70 5.54b C 10% 5.27 5.00 4.95 4.80 4.82 24.84 4.97a D 15% 5.69 5.57 5.36 5.59 6.09 28.30 5.66b 104.68 20.96

Keterangan : ab Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata. (P < 0.05).

Kesimpulan :

Perlakuan A dan C serta B dan D menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap peubah yang diukur, namun perlakuan B dan C menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

2. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau Honestly Significant Difference (HSD)

Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil Sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada Table q. Rumus yang digunakan adalag sebagai berikut :

BNJα = qα, p , dbs. Sy = qα/2 , dbs KTG

u

Langkah-langkah pengujian adalah sebagi berikut :

1. Hitunglah rata-rata perlakuan untuk tiap taraf perlakuan jika hasil uji F nya adalah berbeda nyata (* atau **).

(40)

2. Urutlah rata-rata perlakuan tersebut berdasarkan rangking (dari yang besar ke yang kecil atau sebaliknya).

3. Carilah selisih dari rata-rata antara dua pasangan perlakuan yang hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.

4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji BNJα .

5. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).

6. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji.

Contoh :

Diketahui bahwa Rangking rataan konversi ransum dari ternak puyuh pada suatu penelitian adalah sebagai berikut :

A= 4.77 C = 4.97 B = 5.54 D = 5.66

Selisih antara rataan perlakuan : A-C = 0 .20

C - B = 0.57 B-D = 0 .12 Nilai uji pembanding :

BNJα = qα ,p, dbs. Sy = qα ,p, dbs KTG u = 4,05 X KTG u = 4,05 X 0.081 = 0.329

qα/2 = nilai Tabel q pada tingkat kepercayaan (α) 0.05 pada uji satu arah atau 0.025 pada uji dua arah, pada derajat bebas sisa sesuai yang dihasilkan pada Tabel Sidik Ragam, dengan dbs = 16

(41)

Selisih antararataan perlakuan dibandingkan dengan nilai uji: A – C= 0.20 < 0.329 → A - C ns

C – B = 0.57 > 0.329 → B - C* B - D = 0.12 < 0.329 → B - Dns

Jika antara dua nilai tengah (rataan) perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata maka diantara kedua perlakuan tersebut diberi garis yang sama atau huruf superkrip yang sama. Contoh :

A C B D a t a u A a C a B b D b Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut:

PERLAKUAN Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 A 4.76 4.73 4.80 4.76 4.79 23.84 4.77a B 5.35 5.49 5.53 5.58 5.76 27.70 5.54b C 5.27 5.00 4.95 4.80 4.82 24.84 4.97a D 5.69 5.57 5.36 5.59 6.09 28.30 5.66b 104.68 20.96

Keterangan : ab Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata. (P < 0.05). Kesimpulan :

Perlakuan A dan C serta B dan D menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap peubah yang diukur, namun perlakuan B dan C menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

3. Uji Berganda Duncan atau Duncan Multiple Range Test (DMRT). Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) untuk semua pasangan perlakuan yang ada. Uji lanjut ini menggunakan nilai pembanding sebagai alat uji sesuai dengan jumlah nilai tengah atau rataan yang ada diwilayah dua perlakuan yang dibandingkan.

Langkah-langkah pengujian adalah sebagi berikut :

1. Hitunglah rata-rata perlakuan untuk tiap taraf perlakuan jika hasil uji F nya adalah berbeda nyata (* atau **).

(42)

3. Carilah selisih dari rata-rata antara dua pasangan perlakuan yang hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.

4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji LSRα .

5. Nilai LSR diperoleh dari hasil perkalian nilai SSR pada table A.7 (q) dengan hasil Sy.

6. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).

7. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji.

Contoh :

Uji lanjut Wilayah Berganda Baru Duncant (DMRT) Rangking dari rerata perlakuan

P2 = 95.93 P4 = 93.39 P3 = 92.19 P1 = 89.77

Nilai Uji pembanding Sy = √KTG u = √1.1527 5 = 0.480 Tabel SSR dan LSR Jumlah P 2 3 4 SSR 0.05 0.01 3.00 4.13 3.15 4.34 3.23 4.45 LSR 0.05 0.01 1.44 1.98 1.51 2.08 1.55 2.14

(43)

Keterangan : ** Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) ns Berbeda tidak nyata (P>0.01) Hasil Uji Lanjut DMRT = P2a , P4b , P3b, P1c

Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut:

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 5 p.1 88.97 89.92 90.48 90.71 88.77 448.85 89.77c p.2 95.47 94.12 95.63 96.58 97.86 479.66 95.93a p.3 92.22 91.67 92.70 91.56 92.80 460.95 92.19b p.4 91.67 93.38 92.91 93.49 95.48 466.93 93.39b Total 368.33 369.09 371.72 372.34 374.91 1856.39 Rataan 92.08 92.27 92.93 93.09 93.73 92.82 Tabel DMRT

Perlakuan Selisih LSR Keterangan

0.05 0.01 P2-P4 2.52 1.44 1.98 ** P2-P3 3.72 1.51 2.08 ** P2-P1 6.16 1.55 2.14 ** P4-P3 1.20 1.44 1.98 ns P4-P1 3.62 1.51 2.08 ** P3-P1 2.42 1.44 1.98 **

(44)

XII. PERCOBAAN BERFAKTOR

Faktor adalah sejenis perlakuan, misalnya perlakuan pemberian tepung beras dalam pembuatan dodol susu. Dalam perlakuan akan terdiri dari beberapa macam, misalnya pemberian 10% tepung beras, 15% dan 20%. Banyaknya pemberian tepung atau level pemberian tepung beras disebut juga taraf perlakuan. Sehingga dalam sejenis faktor perlakuan terdiri dari beberapa taraf perlakuan.

Dalam rancangan faktorial, jumlah faktor perlakuan dapat terdiri dari dua faktor atau lebih. Percobaan faktorial dapat juga menggunakan rancangan RAL, RAK dan RBL sebagai rancangan lingkungannya.

Percobaan faktorial adalah percobaan yang perlakuannya terdiri atas semua kemungkinan kombinasi taraf dari beberapa faktor.

Percobaan faktorial biasanya dilakukan untuk penelitian yang bertujuan melihat pengaruh dua jenis atau lebih perlakuan sekaligus, dan melihat adanya kemungkinan interaksi antar faktor perlakuan yang digunakan. Dalam penentuan faktor pelakuan, harus dilandaskan pada teori bahwa kemungkinan adanya interaksi memang ada. Percobaan ini juga digunakan jika peneliti ingin mengetahui apakah beda pengaruh dua taraf suatu faktor bergantung atau tidak pada taraf-taraf faktor lainnya.

Misalnya dalam teori dinyatakan bahwa penggunaan probiotik Starbio dalam ransum unggas dapat mengoptimalkan penggunaan protein ransum yang dikonsumsi. Ini menunjukkan bahwa prosentase pemakaian protein dalam ransum dapat diturunkan jika ransum menggunakan probiotik Starbio.

Berdasarkan teori tersebut, maka dapat saja kita menyusun suatu penelitian yang menggunakan percobaan faktorial dengan faktor-faktornya adalah :

Faktor A = penggunaan probiotik Starbio dalam ransum Faktor B = persentase protein ransum

Setelah kita menentukan faktor perlakuan yang digunakan, maka barulah kita menentukan taraf dari masing-masing faktor perlakuan tersebut. Dalam menentukan taraf perlakuan, harus sistematis dan

(45)

didasarkan pada teori yang ada serta penelitian-penelitian terdahulu. Misalnya penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan probiotik Starbio sebanyak 0,25% sudah memberikan hasil yang baik, sedangkan pemakaian 0,75% tidaklah memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan 0,50%. Berdasarkan hal tersebut, kita menganggap penggunaan probiotik Starbio perlu dilihat lagi, bagaimana pengaruhnya jika di kombinasi dengan persentase protein ransum yang diturunkan dari pemakaian biasa. Sedangkan penggunaan 0,50% dipakai dengan asumsi ada kemungkinan hasilnya lebih baik dibanding penggunaan 0,25%, dan 0,00% adalah sebagai kontrol. Dalam menentukan taraf perlakuan, harus sistematis, maksudnya taraf perlakuan memiliki jarak yang sama antar masing-masingnya, seperti 0,00 %, 0,25% dan 0,50%.

Percobaan dapat dirancang memiliki taraf-taraf perlakuan sebagai berikut :A1= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0%

A2= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0,25% A3= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0,50% B1= ransum 21% protein

B2= ransum 19% protein B3= ransum 17% protein

Taraf-taraf dari masing-masing faktor tersebut akan saling berinteraksi, karena adanya kombinasi dari tiap taraf, misalnya kombinasi taraf perlakuan a1b2, sehingga dihasilkan 9 perlakuan kombinasi. Pengaruh dari setiap kombinasi terhadap peubah yang kita ukur belum tentu sama. Jadi keuntungan dari percobaan ini yaitu mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta interaksi antar dua faktor (pengaruh sederhana). Sebagai ilustrasi dapat disajikan sebagai berikut :

(46)

Tidak ada interkasi Ada interaksi

B0 B0 B1 B1 Faktor A Faktor A Ada interaksi B0 B1 Faktor A

(c) Pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B

Gambar (a) dan (b) menyajikan respon dari masing-masing faktor, sedangkan gambar (c) menunjukkan pengaruh faktor A pada berbagai kondisi faktor B. Khusus untuk Gambar (c) terlihat tiga kemungkinan yaitu pola pertama menunjukkan respon faktor A pada kondisi B0 dan B1 osejajar. Pola seperti ini mengandung makna tidak adanya interaksi antara faktor A dengan faktor B. Pola kedua dan ketiga menunjukkan respon faktor A pada kondisi B0 dan B1 merujuk pada perpotongan. Pola ini mengandung makna adanya interaksi antara faktor A dan faktor B.

Dengan demikian ada tidaknya pengaruh interaksi dapat dideteksi dari perilaku respon suatu faktor pada berbagai kondisi faktor yang lain. 1. Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap

Rancangan ini dipilih jika faktor perlakuan dalam penelitian ada dua buah dan keseragaman dalam setiap satuan percobaan dapat diusahakan, misalnya keseragaman objek penelitian (berat ayam, umur dll), keseragaman dalam tatalaksana pemeliharaan serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

a. Model linier aditif rancangan yaitu : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

(47)

3. = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan dari faktor A ke - i

βj = pengaruh perlakuan dari faktor B ke - j

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j

εijk = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke-k

dalam perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j.

i = Faktor perlakuan A

j = Faktor perlakuan B

k = ulangan b. Lay out Percobaan

Lay out percobaan adalah bagaimana kita meletakkan setiap taraf dari kedua faktor perlakuan pada setiap satuan percobaan. Misalkan kita memilih dua faktor perlakuan seperti contoh di atas, yang masing-masingnya kita ulang 2 kali, sehingga kita memerlukan 3 X 3 X 2 buah satuan percobaan atau 18 buah. Pengacakan dilakuan untuk keseluruhan satuan percobaan yang ada atau sering disebut Random.

Dalam skripsi, percobaan ini biasa ditulis sebagai berikut :

“ Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 3 X 3, yang masing-masing mengalami dua kali ulangan”.

Penulisan 3 X 3, artinya percobaan ini terdiri dari 3 taraf untuk faktor pertama dan 3 taraf untuk faktor kedua. Sehingga dihasilkan sembilan kombinasi perlakuan sebagai berikut :

b1 = a1b1 a1 b2 = a1b2 b3 = a1b3 b1 = a2b1 a2 b2 = a2b2 b3 = a2b3 b1 = a3b1 a3 b2 = a3b2 b3 = a3b3

(48)

a1b2.1 A2b2.1 a3b2.1 a1b1.2 a2b3.2 a2b1.1

a3b1.1 a1b1.2 a1b2.2 a3b1.2 a1b3.1 a3b3.2

a2b1.2 a2b3.1 a3b3.1 a1b3.2 a3b2.2 a2b2.2

c. Analisis statistik

Dalam suatu penelitian, akan terkumpul data dari setiap peubah yang diukur yang telah kita tentukan, misalnya data pertambahan berat badan, konversi ransum, produksi telur, produksi susu dan lain-lain. Untuk memudahkan dalam analisis statistiknya, maka data yang telah terkumpul ditata sedemikian rupa dalam tabulasi data. Tabulasi data ini juga berguna untuk menentukan data yang akan dimasukkan dalam perhitungan Sidik Ragam (Uji F) atau sering disebut dengan Analisis Of Variance (Anova), berdasarkan rumus-rumus perhitungannya.

Tabel 1. Tabulasi Data Percobaan faktorial dengan RAL.

Faktor A Ulangan b Faktor B Jumlah Rataan

1 b2 b3 a1 1 2 YY111 Y121 Y131 Y1.1 Ỹ 1.1 112 Y122 Y132 Y1.2 Ỹ 1.2 Sub Total Y11. Y12. Y13. Y1.. Ỹ 1.. a2 1 2 YY211 Y221 Y231 Y2.1 Ỹ 2.1 212 Y222 Y232 Y2.2 Ỹ 2.2 Sub Total Y21. Y22. Y23. Y2.. Ỹ 2.. a3 1 2 YY311 Y311 Y331 Y3.1 Ỹ 3.1 312 Y312 Y332 Y3.2 Ỹ 3.2 Sub Total Y31. Y32. Y33. Y3.. Ỹ 3.. Total Y.1. Y.2. Y.3. Y… Ỹ … Rataan Ỹ.1. Ỹ.2. Ỹ.3.

Sidik ragam adalah alat untuk menguji data dari peubah yang diukur berdasarkan hipotesis, sering juga disebut dengan uji F.

(49)

Sumber Keragama n (SK) Derajat Bebas (Db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F Hit. F Tabel 5% 1%

A a-1 JKA KTA KTA/KTG

B b-1 JKB KTB KTB/KTG

AB

(a-1)(b-1) JKAB KTAB KTAB/KTG

Galat ab(r-1) JKG KTG - Total abr-1 JKT Keterangan: a: faktor A, b : faktor B, r : ulangan Perhitungannya adalah : FK = Faktor Koreksi Y…2 =  abr

JKT = Jumlah Kuadrat Total

=

Y ijk2 - FK

JKA = Jumlah Kuadrat Faktor A

= 2 i.. 1

br

Y - FK

JKB = Jumlah Kuadrat Faktor B

= 2

.j. 1

ar

Y - FK

JKAB = Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor A dan B

= 2 ij. 1 r

Y - FK - JKA - JKB JKG = JKT – JKA - JKB - JKAB

Setelah perhitungan selesai, maka seluruh hasil perhitunga dimasukkan dalam tabel sidik ragam. Untuk penghitungan Kuadrat Tengah (KT), dilakukan dengan membandingkan antara kolom Jumlah Kuadrat (JK) dengan kolom Derajat bebas (Db).

(50)

Dari table sidik ragam akan diperoleh nilai F hitung, yang kemudian akan dibandingkan dengan F tabel, sebagaimana yang telah dipelajari pada Rancangan lingkungan RAL, RAK, dan RBL.

2. Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok a. Model linier rancangan yaitu :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk+ εijk

Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan 4. = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan dari faktor A ke - i

βj = pengaruh perlakuan dari faktor B ke - j

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j

ρk = pengaruh kelompok ke - k

εijk = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke - k dalam perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j.

i = Faktor perlakuan A

j = Faktor perlakuan B

k = kelompok

b. Lay out Percobaan

Misalkan kita memilih dua faktor perlakuan seperti contoh di atas, memerlukan 3 X 3 buah satuan percobaan untuk setiap kelompok percobaan, misalnya kelompok dalam percobaan ini ada dua buah, sehingga satuan percobaannya adalah 18 buah. Pada percobaan faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok, lay outnya adalah sebagai berikut :

Kel I a1b2 a2b2 a3b3 a2b3 a3b1 a3b2 a1b1 a1b3 a2b1

Kel II a3b1 a2b2 a1b1 a2b1 a1b2 a2b3 a3b2 a1b3 a3b3

Pengacakan dilakukan hanya pada kelompok dalam percobaan. c. Analisis Statistik

Dalam suatu penelitian, akan terkumpul data dari setiap peubah yang diukur yang telah kita tentukan, misalnya data pertambahan berat

Gambar

Tabel .  Sidik Ragam Rancangan Penelitian.
Tabel .  Sidik Ragam Rancangan Penelitian dengan RAK.
Tabel Sidik Ragam untuk Rancangan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Tabulasi Data Percobaan faktorial dengan RAK.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Sedangkan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja (R = 0,003), dan pada tingkat pendidikan mempengaruhi secara signifikan

Untuk pemakaian mesin Ciwawa Cake and Bakery menggunakan moulder (pencetak adonan roti) 1 unit, oven 15 unit, dan mixer multifungsi 2 unit dengan kapasitas 20 Kg berfungsi untuk

Mata Kuliah al istima wa alkalam lil mustawa al tamhidi adalah mata kuliah hasil dari rumusan capaian pembelajaran (CP) PBA IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Yaitu:

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

Namun beberapa menit kemudian orang tua kita memanggil “JAKKKKA!!!!”, sekalipun tidak ada perubahan/pena mbahan kata lain, namun dari intonasi yang dipergunakan kali ini kita

Hasil Wawancara dengan Ibu Nur Azizah Selaku pembeli atau pelangan hasil budidaya ikan tambak, wawancara dilakukan tgl.. Indramanyu, Subang, Sumedang, Bandung, Sukabumi, Bogor

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia