• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL DENGAN PENDEKATAN AHP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL DENGAN PENDEKATAN AHP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL DENGAN PENDEKATAN AHP

Nama Mahasiswa : Juliette Willeke Sandy NRP : 9107 201 305

Jurusan : Manajemen Industri MMT - ITS

Pembimbing : Prof. Dr. Ir.Udisubakti Ciptomulyono.M.Eng.Sc

ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan merupakan salah satu Sistem Manajemen yang mengutamakan aspek keselamatan, perlindungan terhadap jiwa di laut, kecelakaan di laut dan pencemaran lingkungan serta kedisiplinan dan kesungguhan menerapkan standar keselamatan yang perlu terus dikembangkan pada semua kegiatan yang berkaitan dengan pengoperasian kapal, sehingga kewajiban perusahaan dalam mencapai dan mempertahankan aspek keselamatan yang diharapkan dapat terpenuhi sesuai dengan standar International Safety Management Code dan memenuhi harapan dan kebutuhan pemakai jasa akan aspek keselamatan dan perlindungan lingkungan.

Di dalam Sistem Manajemen Keselamatan terdapat empat jenis kegiatan yaitu:

kegiatan pengawakan kapal, kegiatan pelatihan, kegiatan pemeliharaan kapal dan tanggap darurat. Para pengambil keputusan di dalam Sistem Manajemen Keselamatan terdiri dari tiga pengambil keputusan yaitu: Teknik, Designated Person Ashore dan Nautika.

Untuk mempermudah mencari pilihan keputusan kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan yang terbaik di dalam memilih pengembangan kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan, maka proses pemilihan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dari hasil analisa dan pembahasan, posisi teratas ditempati oleh kegiatan pemeliharaan dengan bobot 0,465, peringkat kedua ditempati oleh kegiatan pengawakan kapal dengan bobot 0,276, peringkat ketiga adalah kegiatan pelatihan dengan bobot 0,185 dan peringkat keempat yaitu kegiatan tanggap darurat dengan bobot 0,075.

Kata kunci: Pemilihan kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan, Metode AHP, Sensitivitas.

(2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PT. SALAM PACIFIC INDONESIA LINES sebagai sebuah perusahaan dalam pelayanan jasa angkutan laut yang mengutamakan kualitas untuk mencapai kesempurnaan dalam memberikan pelayanan bagi para pelanggan dan memprioritaskan aspek keselamatan serta perlindungan terhadap lingkungan.

Untuk mencapai hal tersebut implementasi standard Sistem Manajemen Keselamatan PT. SALAM PACIFIC INDONESIA LINES ini dibuat dalam rangka pemenuhan terhadap persyratan IMO (International Maritime Organization) dan Pemerintah Replubik Indonesia cq. Direktorat Jendral Perhubungan Laut tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan (ISM Code).

Kondisi saat ini pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines adalah menerapkan Sistem Manjemen Keselamatan pada semua kegiatan yang berkaitan dengan pengoperasian kapal termasuk pengoperasian kapal secara aman dan perlindungan terhadap pencemaran, meliputi:

1. Kegiatan Pengawakan Kapal 2. Kegiatan Pemeliharan Kapal 3. Kegiatan Pelatihan

4. Kegiatan Tanggap Darurat

Dalam pengembangan kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan, maka untuk satu divisi yang berbeda akan berbeda pula kegiatan yang akan dikembangkan. Hal ini sangat bergantung kepada banyaknya kriteria, kemampuan dan potensi yang ada di divisi yang bersangkutan. Mengingat pengembangan kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan sangat bervariasi maka perlu dilakukan penentuan prioritas terhadap pengembangan kegiatan Sistem Manejemen Keselamatan sesuai dengan potensi yang dimiliki divisi yang bersangkutan, Penentuan prioritas pengembangan kegiatan dapat dilakukan dengan memberikan nilai/bobot terhadap criteria - kriteria yang mempengaruhi pengembangan tujuan Sistem Manajemen Keselamatan sesuai potensi yang bersangkutan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Perusahaan sebagai acuan dalam memilih kegiatan untuk dikembangkan. Selain itu juga memperkenalkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) kepada Perusahaan sebagai sarana untuk mengambil keputusan penentuan prioritas suatu alternatif pada kasus lain yang perlu dipertanggung jawabkan atau prosesnya memerlukan pihak lain.

(3)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menyusun model pengambil keputusan untuk memilih kegiatan yang akan dikembangkan untuk Sistem Manajemen Keselamatan.

Dalam menyelesaikan persoalan pengambil keputusan, dalam penelitian ini melibatkan pendekatan secara kualitatif maka dalam menganalisanya menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process.

Proses Menggunakan AHP

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah datanya dengan menggunakan metode AHP seperti dibawah ini:

1. Penyusunan hirarki keputusan yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tingkat. Tingkat pertama merupakan representasi dari tujuan utama, yaitu: memilih kegiatan mana yang dapat dikembangkan secara optimal.

Tingkat kedua merupakan serangkaian atribut yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat ketiga berisikan sub atribut dan yang terakhir tingkat keempat merupakan alternatif pilihan yaitu: berbagai macam kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan.

2. Penyusunan Kuesioner Perbandingan Berpasangan

Penyusunan Kuesioner Perbandingan Berpasangan disusun berdasarkan elemen- elemen yang ada dalam Analytical Hierarchy Process. Sesuai dengan hirarki yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, maka kuesioner matrik perbandingan berpasangan terdiri dari:

z kuesioner matrik perbandingan berpasangan antar atribut terhadap tujuan

z kuesioner matrik perbandingan berpasangan antar atribut terhadap atribut

z kuesioner matrik perbandingan berpasangan antar alternatif terhadap sub atribut.

3.Pengambilan Nilai Kuesioner Perbandingan Berpasangan.

Pengambilan nilai kuesioner perbandingan berpasangan pada atribut dalam penelitian ini melibatkan: Manajer Teknik, Manajer Nautika, Designated

Person Ashore.

4. Penyusunan Matrik Nilai Responden

(4)

Hasil penelitian kuesioner perbandingan berpasangan disusun dalam bentuk suatu matrik perbandingan berpasangan, sehingga didapatkan matrik nilai responden.

5. Normalisasi Matrik Nilai Responden

Masing – masing matrik nilai responden dalam setiap tingkatan hirarki dinormalisasi dengan cara sebagai berikut:

z Menjumlahkan nilai – nilai setiap kolom dan matrik

z Membagi setiap entri dalam setiap kolom denganjumlah pada kolom tersebut.

6. Uji Konsistensi.

Pada analisa metoda Analytical Hierarchy Process dilakukuan uji konsistensi penilaian. Adapun langkah-langkah uji konsistensi adalah sebagai berikut:

z Menghitung nilai eigen

z Menghitung indeks konsistensi

z Menghitung rasio konsistensi.

Bila nilai CI (Indeks Konsistensi) dan atau rasio konsistensi (CR) lebih besar daripada 0,1 maka pertimbangan tersebut makin acak, sehingga penilaian perbandingan berpasangan perlu diperbaiki/diulang.

7. Pengambilan Keputusan.

Hasil analisa metoda Analytical Hierarchy Process dijadikan dasar oleh pengambil keputusan dalam menentukan kegiatan apa yang dapat dikembangkan dengan optimal

(5)

BAB III

HASIL DAN DISKUSI

Dari struktur Hirarki pada bab iii dapat ditentukan bahwa matrik perbandingan berpasangan yang harus dibuat adalah sebanyak 15 matriks. Matrik tersebut terdiri dari 1 matrik perbandingan berpasangan antara kriteria terhadap tujuan, 3 matriks perbandingan berpasangan antara sub kriteria terhadap kriteria, dan 11 matriks perbandingan berpasangan antara alternatif terhadap sub kriteria. Kita dapat menggunakan hasil data expert choice 2000 seperti yang telah diringkas pada tabel 4.17 untuk mendapatkan urutan prioritas.

LEVEL 1 LEVEL 2 ALTERNATIVES

BOBOT

PRIORITAS RANKING Pengawakan Kapal 0,005 4 Pemeliharaan Kapal 0,051 1

Pelatihan 0,027 2

Senior Superintendent

Tanggap Darurat 0,013 3 Pengawakan Kapal 0,022 3 Pemeliharaan Kapal 0,124 1

Pelatihan 0,046 2

Dry Doking

Tanggap Darurat 0,019 4 Pengawakan Kapal 0,006 3 Pemeliharaan Kapal 0,028 1

Pelatihan 0,011 2

Heavy Equipment & Container Repair

Tanggap Darurat 0,005 4 Pengawakan Kapal 0,016 3 Pemeliharaan Kapal 0,107 1

Pelatihan 0,034 2

TEKNIK

Wrokshop

Tanggap Darurat 0,013 4 Pengawakan Kapal 0,042 1 Pemeliharaan Kapal 0,022 2

Pelatihan 0,008 3

Kendali Dokumen

Tanggap Darurat 0,004 4 Pengawakan Kapal 0,023 1 Pemeliharaan Kapal 0,011 2

Pelatihan 0,005 3

Internal Audit

Tanggap Darurat 0,003 4 Pengawakan Kapal 0,012 1 Pemeliharaan Kapal 0,006 2

Pelatihan 0,003 3

DESIGNATED PERSON ASHORE (DPA)

Pengendalian Ketidaksesuaian

Tanggap Darurat 0,001 4 Pengawakan Kapal 0,02 1 NAUTIKA Ship Personal

Pemeliharaan Kapal 0,01 2

(6)

Pelatihan 0,004 3 Tanggap Darurat 0,002 4

Pengawakan Kapal 0,002 3 Pemeliharaan Kapal 0,011 1

Pelatihan 0,005 2

Port Captain

Tanggap Darurat 0,002 3 Pengawakan Kapal 0,009 3 Pemeliharaan Kapal 0,053 1

Pelatihan 0,019 2

Ship Classification Clearance

Tanggap Darurat 0,007 4 Pengawakan Kapal 0,116 1 Pemeliharaan Kapal 0,041 2

Pelatihan 0,024 3

Dinas Luar

Tanggap Darurat 0,009 4

(7)

BAB IV KESIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenai pemelihan kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan dengan menggunakan metode AHP dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil wawancara, didapat 3 (tiga) orang pengambil keputusan, yaitu:

a.Teknik

b. Nautika

c. Designated Person Ashore

2. Diperoleh priotias pengembangan jenis kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan:

a. Prioritas I : kegiatan pemeliharaan kapal b. Prioritas II : kegiatan pengawakan kapal c. Prioritas III : kegiatan pelatihan

d. Prioritas IV : kegiatan tanggap darurat

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Harker, P.T. and Vargas, L.G. (1987) Theory of ratio scale estimation: Saaty’s analytical hierarchy process. Management science, 33 (11), 1383 – 1403.

International Safety Management (ISM) Code 2002.

Mangkusubroto, Kuntoro dan Trisnadi, L. (1987) Analisa Keputusan; Pendekatan Sistem Dalam Manajemen Usaha dan Proyek. Genecca Exact, Bandung

Riduwan. (2004) Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Edisi Pertama. CV, Alfabeta, Bandung

Saaty, T.L. (1977). A scalling method for priorities in hierarchical structure, Journal of Mathematical Psychology, Vol.15 (3), 234-281

Saaty, T.L. (1986) Axiomatic foundation of the analytical hieracy process. Management Science, 32 (7), 841- 855.

Saaty, T.L.(1980)., The Analytic Hierarchy Process, MacGraw-Hill, New-York.

Saaty, Thomas L. (1993) Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta Pusat

Sen, et al. (1998) Multiple Criteria Decission Support in Engineering Design. Springer – Verlag, London.

Sen, Pratyush and Yang, Jian-Bio (1998) Multiple Criteria Decission Supprt in Engineering Design. Springer-Verlag, London

Suryadi, Kadarsah dan Ramdani, Ali (2002) Sistem Pendukung Keputusan; Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Sugiyono (2005) Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. CV Alfabeta, Bandung

Taylor III, Bernard W. (2001) Sains Manajemen; Pendekatan Matematika untuk Bisnis.

PT. Salemba Emban Patria, Jakarta

Vargas, L.G. (1990) an overview of the analytical hierarchy process and its applications. European Journal of Operational Research, 48 (1), 2-8.

(9)

Zahedi, F. (1986) The analytical hierachy process – a survey of the method and its applications. Interfaces, 16 (4), 96 – 108.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan yang berkaitan dengan permasalahan ini, penulis menggunakan penelitan dokumentasi, dalam hal ini penelitian dilakukan dengan meneliti sumber-sumber

Laporan kinerja ini merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh rangkaian pengelolaan dan pelayanan informasi kepada masyarakat oleh PPID Dinas Komunikasi dan

Perjanjian Pembiayaan Al-Murabahah adalah bentuk perjanjian jual beli barang antara pihak Bank dalam hal ini adalah penjual dan pihak pembeli dalam hal ini adalah Nasabah,

Perlu diberikan edukasi yang baik mengenai penyakit glaukoma terhadap pasien, terutama edukasi mengenai gejala, faktor risiko, dan dampak yang diakibatkan glaukoma

Rancangan faktorial fraksional 2 k-p yang memiliki lebih dari satu unit pengamatan untuk setiap perlakuan, dengan metode klasik menggunakan analisis varian untuk menguji

Persepsi terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan adalah pemahaman karyawan tentang penerapan sistem

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations–Facility Operations PT Chevron Pacific

50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah